PENDAHULUAN
Sebuah getaran akan berubah menjadi gelombang bunyi. Gelombang adalah getaran yang
merambat. Di dalam perambatannya tidak diikuti oleh berpindahnya partikel-partikel
perantaranya. Pada hakekatnya gelombang merupakan rambatan energi (energi getaran).Periode
gelombang (T) adalah waktu yang diperlukan oleh gelombang untukmenempuh satu panjang
gelombang penuh. Panjang gelombang (λ) adalah jarak yangditempuh dalam waktu satu periode.
Frekuensi gelombang adalah banyaknyagelombang yang terjadi tiap satuan waktu. Cepat rambat
1
gelombang (v) adalah jarakyang ditempuh gelombang tiap satuan waktu. Jadi dapat dirumuskan
bahwa:
V = λ f, ……(1) di mana:
v = laju rambat gelombang [m/s]
λ = panjang gelombang [m]
f = frekuensi [Hz]
Bunyi tidak dapat merambat di runag hampa. Medium yang diperlukan bunyi untuk
merambat dapat melalui zat udara, cair, dan padat. Syarat terjadinya bunyi:
1. Adanya sumber bunyi (benda yang bergetar).
2. Adanya zat antara (medium).
3. Adanya pendengar dalam jarak di daerah jangkauan bunyi.
Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda
karena ada benda lainyang bergetar dan memiliki frekuensi yang
sama atau kelipatan bilangan bulat dari frekuensi itu. Resonansi
berguna untuk mengukur kecepatan perambatan bunyi di udara.
Peristiwa ini dapat diamati dengan menggunakan kolom udara.
Kolom udara dapat dibuat dengan menggunakan tabung yang
sebagian diisi air, sehingga kita dapat mengatur panjang kolom udara
dengan menaik-turunkan pemukaan air pada tabung. Sistem fisis
sumber adalah audio generator yang dapat menghasilkan gelombang
bunyi dengan nilai frekuensi bervariasi, sedangkan sistem fisis yang
ikut bergetar adalah molekul-molekul udara yang berada dalam
kolom udara yang bergetar karena variasi tekanan.
Gelombang yang terbentuk dalam kolom udara merupakan
gelombang bunyi berdiri. Peristiwa resonansi terjadi saat frekuensi
sumber nilainya sama dengan frekuensi gelombang bunyi pada kolom udara yang dicirikan dengan
terdengarnya bunyi yang paling nyaring (amplitudo maksimum).
Di dalam tabung resonansi terjadi gelombang longitudinal diam (stasioner), dengan sasarannya
yaitu permukaan air sebagai simpul gelombang dan untuk mulut tabung sebagai perut gelombang.
Sebenarnya letak perut berada di sedikit di atas tabung. Jaraknya kira-kira 0,3 kali diameter tabung.
Resonansi terjadi jika frekuensi nada dasar atau nada atas dari kolom udara sama dengan frekuensi
garputala. Jika kita mengetahui nilai frekuensi sumber, maka pada saat resonansi tersebut kita dapat
menentukan nilai cepat rambat bunyi di udara.
2
Gambar 1.1 Perbedaan Ketinggian Kolom Pada Saat Resonansi
Peristiwa resonansi yang dapat terjadi lewat alat yang ditunjukkan oleh gambar 1.1 bisa lebih
dari satu kali. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengubah ketinggian kolom udara dengan cara
menurunkan permukaan air dalam tabung seperti ditunjukkan pada gambar 1.2. Syarat terjadinya
resonansi untuk sistem ini adalah:
1
𝐿 = (2𝑛 + 1) 𝜆…….(2) di mana n = 0, 1, 2, 3, dan seterusnya
4
Karena ukuran diameter tabung sangat kecil dibandingkan dengan panjang gelombang dan
perut gelombang serta simpangannya tidak tepat pada ujung tabung, maka diperlukan angka koreksi
e dengan syarat e = ± 0,6 R di mana R adalah jari-jari tabung. Dengan memperhatikan faktor koreksi
tersebut, maka persamaan (2) ditulis sebagai berikut:
1
𝐿 = (2𝑛 + 1) 𝜆 − 𝑒
4
Untuk mengetahui proses resonansi, kita tinjau dua garputala yang saling beresonansi seperti
ditunjukkan pada Gambar 1.3
3
Gambar 1.3. Dua garputala yang saling beresonansi
Jika garputala dipukul, garputala tersebut akan bergetar. Frekuensi bunyi yang dihasilkan
bergantung pada bentuk, besar, dan bahan garputala tersebut
1. Jenis-jenis gelombang
a. Gelombang Transversal
Gelombang Transversal adalah gelombang yang arah getarnya tegak lurus terhadap arah
rambatnya. Contoh : gelombang pada tali, gelombang permukaan air, gelombang cahaya
b. Gelombang Longitudinal
Gelombang Longitudinal adalah gelombang yang arah getarnya sejajar atau berimpit
dengan arah rambatnya. Contohnya gelombang bunyi dan gelombang pada pegas (Riyn,
2011).
4
BAB II
2. Jangka sorong
3. Pemukul garputala
5
BAB III
METODE PERCOBAAN
3. Diusahakan agar permukaan air dekat dengan ujung atas dengan mengatur reserboir
(jangan sampai tumpah).
8. Diturunkan lagi permukaan air sampai terjadi resonansi ordo kedua, dicatat
kedudukan ini.
10. Diulangi percobaan no. 3 s/d 9 dengan menggunakan garputala yang lain.
6
BAB IV
1) Tabel 1
No D (m) R(m) E
1 0,0368 m 0,0184 m 0,0110
2 0,0357 m 0,0179 m 0,0107
𝐱̅ 0,036 m 0,018 m 0,011
4.2 Perhitungan
1. Menghitung e = 0,6 x R
𝐷 0,0368
D : 0,0368 m R= 2 = 0,0184 m e = 0,6 x 0,0184 = 0,0110
2
𝐷 0,0357
D : 0,0357 m R= = 0,0179 m e = 0,6 x 0,0179 = 0,0107
2 2
7
2. Garputala I
Percobaan pertama
f: 918 Hz L0 : 0,077m L1 : 0,256m
V = 2.f ( L1 - L0 )
= 2x918(0,256 - 0,077) = 328,644 m/s
𝐿1 −3𝐿0 0,256 −3(0,077 )
e= = = 0,0125
2 2
Percobaan kedua
L0 L1 V f e
0,077+0,078 0,256+0,236 328,644+290,088 918+918 0,0125+0,001
x̄= x̄= x̄= x̄= x̄=
2 2 2 2 2
3. Garputala II
Percobaan pertama
V : 309,366 m/s L0 : 13,1m L1 : 40,3 m
V 309 ,366
f= = = 5,686 Hz
2(𝐿1 −𝐿0 ) 2(40,3m−13,1)
𝐿1 −3𝐿0 40,3m−3(13,1)
e= = = 0,5
2 2
Percobaan kedua
V 309,366
f = 2(𝐿 = 2(39,2−12,9) = 5,881 Hz
1 −𝐿0 )
𝐿1 −3𝐿0 39,2−3(12,9)
e= = = 0,25
2 2
L0 L1 V F e
13,1+12,9 40,3+39,2 309,366+309,366 5,686+5,881 0,5+0,25
x̄= x̄= x̄= x̄= x̄=
2 2 2 2 2
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami melakukan perhitungan dan pengolahan data mengenai
penentuan cepat rambat bunyi yang melewati udara pada beberapa frekuensi tertentu serta
penentuan nilai frekuensi garpu tala. Selain itu dalam laporan ini, kita akan membahas
tentang resonansi bunyi, resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda akibat
getaran benda lain.
Resonansi merupakan suatu fenomena dimana sebuah sistem yang bergetar dengan
amplitudo yang maksimum akibat adanya impuls gaya yang berubah – ubah yang bekerja
pada impuls tersebut. Kondisi seperti ini dapat terjadi bila frekuensi gaya yang bekerja
tersebut berimpit atau sama dengan frekuensi getar yang tidak di redam oleh system tersebut.
Bunyi merupakan gelombang longitudinal yang dapat merambat melalui berbagai
medium, baik gas, cair, maupun padat. Semakin besar panjang ruang pada tabung, atau
semakin kecil volume air di dalamnya, maka akan semakin besar frekuensi bunyi yang akan
dihasilkan, begitu sebaliknya, semakin kecil panjang ruang pada tabung, atau semakin
besarnya volume air di dalamnya, maka frekuensi yang dihasilkan akan semakin kecil.
Sehingga, volume air berbanding lurus dengan frekuesi bunyi yang dihasilnya.
Bila garputala digetarkan diatas tabung resonansi, maka getaran garputala ini akan
menggetarkan kolom udara di dalam tabung resonansi. Dengan mengatur panjang kolom
udara di dalam tabung resonansi, maka akan terdengar dengung garpu penala lebih keras, ini
berarti terjadi resonansi.
Sebelum mencari nilai kecepatan rambat bunyi udara pertama kita mengukura diameter
tabung menggunakan jangka sorong, diameter tabung sangat kecil dibandingkan dengan
panjang gelombang dan perut gelombang serta simpangannya tidak tepat pada ujung tabung,
maka kami mencari terlebih dahulu faktor koreksi e dengan nilai e adalah 0,6 kali jari-jari
tabung.
Dalam literatur kecepatan rambat bunyi di udara diketahui adalah 340 m/s. Perbedaan
hasil yang sangat jauh berbeda dengan literature kecepatan rambat bunyi yakni 340 m/s,
kemunginan hal ini disebabkan karena kesalahan pada saat menurunkan atau menaikkan
permukaan air dalam tabung resonansi, umumnya karena cara menurunkan/menaikkan
tabung reservoir tidak dengan perlahan.
9
Atau kesalahan seperti pemegangan garputala yang di yang pegang terlalu kencang
atau kuat sehingga getaran yang terjadi ketika garpu penala di pukul ke balok kayu semakin
kecil, serta kurangnya ketelitian saat mendengarkan bunyi resonansi pada tabung resonansi
tersebut. Agar praktikum ini dapat di lakukan dengan baik dan benar, praktikan harus lebih
memahami dahulu langkah – langkah yang dilakukan dalam praktikum, dan harus lebih teliti
dan serius dalam melakukan percobaan dan pengamatan tersebut.
10
BAB VI
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan:
1. Resonansi terjadi saat frekuensi garpu tala sama dengan frekuensi gelombang bunyi pada
kolom udara. Rata-rata cepat rambat bunyi di udara adalah 340m/s. Semakin besar
frekuensi, maka panjang gelombang yang dihasilkan akan semakin kecil.
2. Peristiwa resonansi dapat diamati dengan menggunakan kolom udara yang terisi dengan
air dan peristiwa resonansi ditandai dengan bunyi(dengungan) yang paling keras
3. Cepat rambat bunyi dipengaruhi oleh ketinggian kolom udara pada tabung dan frekuensi
gelombang bunyi. Semakin besar ketinggian kolom udara, maka cepat rambat bunyi di
udara semakin besar, dan sebaliknya. Semakin besar frekuensi gelombang bunyi, maka
cepat rambat bunyi di udara semakin besar, dan sebaliknya. Cepat rambat bunyi juga
dapat dipengaruhi oleh suhu ruang dan massa molekul gas di udara.
4. Bunyi merupakan gelombang longitudinal yang dapat merambat melalui berbagai
medium, baik gas, cair, maupun padat.
5. Semakin besar panjang ruang pada tabung, atau semakin kecil volume air di dalamnya,
maka akan semakin besar frekuensi bunyi yang akan dihasilkan, begitu sebaliknya,
semakin kecil panjang ruang pada tabung, atau semakin besarnya volume air di
dalamnya, maka frekuensi yang dihasilkan akan semakin kecil. Sehingga, volume air
berbanding lurus dengan frekuesi bunyi yang dihasilnya. Gelombang bunyi dihasilkan
oleh benda bergetar sehingga menyebabkan gangguan kerapatan pada medium.
11
DAFTAR PUSTAKA
Alonso, Marcello dan Edward J. Finn. 1980. Dasar-Dasar Fisika Universitas. Jakarta:
Erlangga
Tiper, Paul A. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Erlangga. Jakarta
Dr.G.C.Gerrits dan Ir. Soemani.S.Soerjohoedojo. 1953. Buku Peladjaran Ilmu Alam jilid.
Jakarta : J.B.Wolters.
Giancolli, Douglas. 2001. Fisika jilid 1. Jakarta: Erlangga.
12
LAMPIRAN
Tugas Akhir
R = 8,314 J/mol K
𝜕 = 1,4
M = 29 kg/mol
Carilah satuan-satuannya di text book fisika yang ada, sesuaikan dengan satuan
internasional (SI).
𝑡°𝐶 1
𝑣 = 331 (𝐼 = ) 𝑚/ det
273 2
7. Dari data garputala yang lain hitunglah f dan e untuk masing-masing garputala.
Gunakan harga v dari hasil perhitungan no. 5
1
8. Gambarkan grafik antar L0 dan 𝑓
(L0 adalah panjang tabung pada resonansi pertama untuk masing- masing garputala)
13
Jawaban
Data D ∑ 𝑥𝑖
𝑥̅ (𝐷) =
1 0,0368 𝑁
2 0,0357
𝑥̅ 0,036
0,0368 + 0,0357
𝑥̅ (𝐷) = = 0,036
2
∑(𝑥 − 𝑥𝑖)2
∆𝑥 (𝐷) = √
𝑁 (𝑁 − 1)
∆𝑥 (𝛼) = = 0,0006041
0,0006041
Ketelitian =1−| | × 100%
4,1
= 99,98 %
e1 = 0,6 . R e2 =0,6 . R
= 0,0110 = 0,0107
𝜕𝑅𝑇 1
𝑣=( )
𝑀 2
14
0,0123 1
𝑣1 = ( )2
29
𝑣1 = 2,119 m/s
𝜕𝑅𝑇 1
𝑣2 = ( )2
𝑀
0,0123 1
𝑣2 = ( )2
29
𝑣2 = 2,119 m/s
𝑡°𝐶 1
4. v dengan rumus 𝑣 = 331 (𝐼 = 273 ) 2 𝑚/𝑑𝑒𝑡
𝑡°𝐶 1 𝑡°𝐶 1
𝑣1 = 331 (𝐼 = 273 ) 2 𝑣2 = 331 (𝐼 = 273
)2
31 1 32 1
𝑣1 = 331 (𝐼 = 273 ) 2 𝑣2 = 331 (𝐼 = )2
273
1 1
𝑣1 = 331 (0,11355) 2 𝑣2 = 331 (0,117216) 2
5. Perhitungan v dan e
a. Garputala I
Percobaan pertama
f: 918 Hz L0 : 0,077m L1 : 0,256m
V = 2.f ( L1 - L0 )
= 2x918(0,256 - 0,077) = 328,644 m/s
𝐿1 −3𝐿0 0,256 −3(0,077 )
e= = = 0,0125
2 2
Percobaan kedua
15
328,644+290,088
(V) x̄= = 309,366
2
7. Perhitungan f dan e
Garputala II
Percobaan pertama
V : 309,366 m/s L0 : 13,1m L1 : 40,3 m
V 309 ,366
f= = = 5,686 Hz
2(𝐿1 −𝐿0 ) 2(40,3m−13,1)
𝐿1 −3𝐿0 40,3m−3(13,1)
e= = = 0,5
2 2
Percobaan kedua
V 309,366
f = 2(𝐿 = 2(39,2−12,9) = 5,881 Hz
1 −𝐿0 )
𝐿1 −3𝐿0 39,2−3(12,9)
e= = = 0,25
2 2
1
8. Grafik L0 dengan 𝑓
Grafik Garputala I
L0
1
𝑓
Grafik Garputala II
L0
1
𝑓
16
9. Perhitungan v dan e dari grafik no.8
a. Garputala I
Percobaan pertama
f: 918 Hz L0 : 0,077m L1 : 0,256m
V = 2.f ( L1 - L0 )
= 2x918(0,256 - 0,077) = 328,644 m/s
𝐿1 −3𝐿0 0,256 −3(0,077 )
e= = = 0,0125
2 2
Percobaan kedua
Garputala II
Percobaan pertama
V : 309,366 m/s L0 : 13,1m L1 : 40,3 m
V 309 ,366
f = 2(𝐿 = 2(40,3m−13,1) = 5,686 Hz
1 −𝐿0 )
𝐿1 −3𝐿0 40,3m−3(13,1)
e= = = 0,5
2 2
Percobaan kedua
V 309,366
f= = = 5,881 Hz
2(𝐿1 −𝐿0 ) 2(39,2−12,9)
𝐿1 −3𝐿0 39,2−3(12,9)
e= = = 0,25
2 2
17