Anda di halaman 1dari 30

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN TRAUMA DADA

1.1 DEFINISI

Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional

(Dorland, 2002).Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera

fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001).Trauma

adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44

tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada

trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja

(Smeltzer, 2001).

Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat

menyebabkan tamponade jantung, perdarahan, pneumothoraks,

hematothoraks,hematopneumothoraks.Trauma thorax adalah semua ruda paksa

pada thorax dan dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul.

Di dalam toraks terdapat dua organ yang sangat vital bagi kehidupan manusia,

yaitu paru-paru dan jantung. Paru-paru sebagai alat pernapasan dan jantung

sebagai alat pemompa darah. Jika terjadi benturan atau trauma pada dada, kedua

organ tersebut bisa mengalami gangguan atau bahkan kerusakan.

Trauma toraks dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu trauma tembus

atau tumpul.

1.2 ETIOLOGI

1. Tamponade jantung

1
Disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke mediastinum/daerah

jantung.

2. Hematotoraks

Disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik atau

spontan

3. Pneumothoraks

Spontan (bula yang pecah) , trauma (penyedotan luka rongga dada),

iatrogenik (“pleural tap”, biopsi paaru-paru, insersi CVP, ventilasi

dengan tekanan positif).

1.3 KLASIFIKASI

Trauma toraks dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu trauma tembus dan

tumpul

1. Trauma tembus (tajam).

a. Terjadi diskontinuitas dinding toraks (laserasi) langsung akibat

penyebab trauma

b. Terutama akibat tusukan benda tajam (pisau, kaca, dsb) atau peluru

c. Sekitar 10-30% memerlukan operasi torakotomi

2. Trauma tumpul

a. Tidak terjadi diskontinuitas dinding toraks.

2
b. Terutama akibat kecelakaan lalu-lintas, terjatuh, olahraga, crush atau

blast injuries.

c. Kelainan tersering akibat trauma tumpul toraks adalah kontusio paru.

d. Sekitar <10% yang memerlukan operasi torakotomi

1.4 MEKANISME TRAUMA DADA

1. Akselerasi

Kerusakan yang terjadi merupakan akibat langsung dari penyebab trauma.

Gaya perusak berbanding lurus dengan massa dan percepatan (akselerasi)

sesuai dengan hukum Newton II (Kerusakan yang terjadi juga bergantung

pada luas jaringan tubuh yang menerima gaya perusak dari trauma tersebut.

Pada luka tembak perlu diperhatikan jenis senjata dan jarak tembak;

penggunaan senjata dengan kecepatan tinggi seperti senjata militer high

velocity (>3000 ft/sec) pada jarak dekat akan mengakibatkan kerusakan dan

peronggaan yang jauh lebih luas dibandingkan besar lubang masuk peluru.

2. Deselerasi

Kerusakan yang terjadi akibat mekanisme deselerasi dari jaringan. Biasanya

terjadi pada tubuh yang bergerak dan tiba-tiba terhenti akibat trauma.

Kerusakan terjadi oleh karena pada saat trauma, organ-organ dalam yang

mobile (seperti bronkhus, sebagian aorta, organ visera, dsb) masih bergerak

dan gaya yang merusak terjadi akibat tumbukan pada dinding toraks/rongga

tubuh lain atau oleh karena tarikan dari jaringan pengikat organ tersebut.

3
3. Torsio dan rotasi

Gaya torsio dan rotasio yang terjadi umumnya diakibatkan oleh adanya

deselerasi organ-organ dalam yang sebagian strukturnya memiliki jaringan

pengikat/fiksasi, seperti Isthmus aorta, bronkus utama, diafragma atau

atrium. Akibat adanya deselerasi yang tiba-tiba, organ-organ tersebut dapat

terpilin atau terputar dengan jaringan fiksasi sebagai titik tumpu atau

porosnya.

Blast injury

a. Kerusakan jaringan pada blast injury terjadi tanpa adanya kontak

langsung dengan penyebab trauma. Seperti pada ledakan bom.

b. Gaya merusak diterima oleh tubuh melalui penghantaran gelombang

energi.

1.5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TRAUMA DADA

1. Sifat jaringan tubuh

Jenis jaringan tubuh bukan merupakan mekanisme dari perlukaan, akan

tetapi sangat menentukan pada akibat yang diterima tubuh akibat

trauma. Seperti adanya fraktur iga pada bayi menunjukkan trauma yang

relatif berat dibanding bila ditemukan fraktur pada orang dewasa. Atau

tusukan pisau sedalam 5 cm akan membawa akibat berbeda pada orang

gemuk atau orang kurus, berbeda pada wanita yang memiliki payudara

dibanding pria, dsb.

4
2. Lokasi

Lokasi tubuh tempat trauma sangat menentukan jenis organ yang

menderita kerusakan, terutama pada trauma tembus. Seperti luka

tembus pada daerah pre-kordial.

3. Arah trauma

Arah gaya trauma atau lintasan trauma dalam tubuh juga sangat

mentukan dalam memperkirakan kerusakan organ atau jaringan yang

terjadi.

Perlu diingat adanya efek "ricochet" atau pantulan dari penyebab

trauma pada tubuh manusia. Seperti misalnya : trauma yang terjadi

akibat pantulan peluru dapat memiliki arah (lintasan peluru) yang

berbeda dari sumber peluru sehingga kerusakan atau organ apa yang

terkena sulit diperkirakan.

1.6 FAKTOR PENCETUS

Beberapa faktor pencetus yang dapat menimbulkan trauma dada antara lain:

1. Kontusio paru-cedera tumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau

tertimpa benda berat.

2. Pneumothorak terbuka akibat kekerasan (tikaman atau luka tembak)

3. Fraktu tulang iga

4. Tindakan medis (operasi)

5
5. Pukulan daerah torak.

6. Tension pneumothorak-trauma dada pada selang dada, penggunaan therapy

ventilasi mekanik yang berlebihan, penggunaan balutan tekan pada luka

dada tanpa pelonggaran balutan.

1.7 GEJALA KLINIS

1. Tamponade jantung :

a. Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus

jantung.

b. Gelisah.

c. Pucat, keringat dingin.

d. Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis).

e. Pekak jantung melebar.

f. Jantung melemah.

g. Bunyi

h. Pulse pressure.

i. Terdapat tanda-tanda paradoxical

j. ECG terdapat low voltage seluruh lead.

k. Perikardiosentesis keluar darah (FKUI, 1995).

2. Hematotoraks :

6
a. Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD.

b. Gangguan pernapasan.

3. Pneumothoraks

a. Nyeri dada mendadak dan sesak napas.

b. Gagal pernapasan dengan sianosis.

c. Kolaps sirkulasi.

d. Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara

napas yang terdengar jauh atau tidak terdengar sama sekali.

e. Pada auskultasi terdengar bunyi klik.

f. Jarang terdapat luka rongga dada, walaupun terdapat luka internal

hebat seperti aorta yang ruptur.

g. Luka tikaman dapat penetrasi melewati diafragma dan menimbulkan

luka intra-abdominal.

7
1.8 PATHWAY

8
1.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Radiologi : foto thorax (AP).

2. Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.

3. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.

4. Hemoglobin : mungkin menurun.

5. Pa Co2 kadang-kadang menurun.

6. Pa O2 normal / menurun.

7. Saturasi O2 menurun (biasanya).

8. Toraksentesis : menyatakan darah

9. Diagnosis fisik :

a) Bila pneumotoraks < 30% atau hematothorax ringan (300cc) terap

simtomatik, observasi.

b) Bila pneumotoraks > 30% atau hematothorax sedang (300cc)

drainase cavum pleura dengan WSD, dainjurkan untuk melakukan

drainase dengan continues suction unit.

c) Pada keadaan pneumothoraks yang residif lebih dari dua kali harus

dipertimbangkan thorakotomi.

d) Pada hematotoraks yang massif (terdapat perdarahan melalui drain

lebih dari 800 cc segera thorakotomi.

9
1.10 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk menangani pasien trauma

thorax, yaitu :

1. Bullow Drainage / WSD

WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk

mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga

thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung.

Indikasi:

a. Pneumothoraks

b. Hemothoraks

c. Thorakotomy

d. Efusi pleura

e. Emfiema

Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :

a. Diagnostik

10
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil,

sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak,

sebelum penderita jatuh dalam shock.

b. Terapi

Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga

pleura. Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga

“mechanis of breathing” dapat kembali seperti yang

seharusnya.

c. Preventive

Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura

sehingga “mechanis of breathing” tetap baik.

2. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:

a. Mempertahankan saluran napas yang paten dengan pemberian

oksigen

b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien

3. Pemasangan infuse

4. Pemeriksaan kesadaran

5. Jika dalam keadaan gawat darurat, dapat dilakukan massage jantung.

6. Dalam keadaan stabil dapat dilakukan pemeriksaan radiology seperti Foto

thorak.

11
Konservatif

a. Pemberian Analgetik

Pada tahap ini terapi analgetik yang diberikan merupakan kelanjutan

dari pemberian sebelumnya. Rasa nyeri yang menetap akibat cedera

jaringan paska trauma harus tetap diberikan penanganan manajemen

nyeri dengan tujuan menghindari terjadinya Syok seperti Syok

Kardiogenik yang sangat berbahaya pada penderita dengan trauma yang

mengenai bagian organ jantung.

b. Pemasangan Plak / Plester

Pada kondisi jaringan yang mengalami perlukaan memerlukan

perawatan luka dan tindakan penutupan untuk menghindari masuknya

mikroorganisme pathogen.

c. Jika Perlu Antibiotika

Antibiotika yang digunakan disesuaikan dengan tes kepekaan dan

kultur. Apabila belum jelas kuman penyebabnya, sedangkan keadaan

penyakit gawat, maka penderita dapat diberi “broad spectrum

antibiotic”, misalnya Ampisillin dengan dosis 250 mg 4 x sehari.

d. Fisiotherapy

Pemberian fisiotherapy sebaiknya diberikan secara kolaboratif jika

penderita memiliki indikasi akan kebutuhan tindakan fisiotherapy yang

sesuai dengan kebutuhan dan program pengobatan konservatif.

12
BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian

13
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara

menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10). Pengkajian pasien dengan trauma

thoraks (Doenges, 1999) meliputi :

a. Aktivitas / istirahat

Gejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat.

b. Sirkulasi

Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops

c. Integritas ego

Tanda : ketakutan atau gelisah.

d. Makanan dan cairan

Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.

e. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : nyeri uni lateral, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan,

tajam dan nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam,

kemungkinan menyebar ke leher,bahudanabdomen.Tanda : berhati-hati

pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan wajah.

f. Pernapasan : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma,

penyakit paru kronis, inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial

menyebar, keganasan ; pneumothoraks spontan sebelumnya,

PPOM.Tanda : Takipnea ; peningkatan kerja napas ; bunyi napas turun

atau tak ada ; fremitus menurun ; perkusi dada hipersonan ; gerakkkan

dada tidak sama ; kulit pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan ;

mental ansietas, bingung, gelisah, pingsan ; penggunaan ventilasi

mekanik tekanan positif.

14
g. Keamanan

Gejala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk keganasan.

h. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : riwayat faktor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah

intratorakal/biopsy paru.

2.2 Pemeriksaan Fisik

a. Sistem Pernapasan :

1. Sesak napas

2. Nyeri, batuk-batuk

3. Terdapat retraksi klavikula/dada

4. Pengambangan paru tidak simetris

5. Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain

6. Pada perkusi ditemukan Adanya suara sonor/hipersonor/timpani,

hematotraks (redup)

7. Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang

berkurang/menghilang

8. Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas

9. Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat

10. Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.

b. Sistem Kardiovaskuler :

1 Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk

2 Takhikardia, lemah

3 Pucat, Hb turun /normal

4 Hipotensi

15
c. Sistem Persyarafan :

1 Tidak ada kelainan

d. Sistem Perkemihan :

Tidak ada kelainan

e. Sistem Pencernaan :

Tidak ada kelainan

f. Sistem Muskuloskeletal – Integumen

1 Kemampuan sendi terbatas

2 Ada luka bekas tusukan benda tajam

3 Terdapat kelemahan

4 Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub

kutan.

g. Sistem Endokrine :

1 Terjadi peningkatan metabolisme

2 Kelemahan.

h. Sistem Sosial / Interaksi

Tidak ada hambatan.

i. Spiritual :

Ansietas, gelisah, bingung, pingsan

2.3 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah pasien

yang nyata ataupun potensial dan membutuhkan tindakan keperawatan

16
sehingga masalah pasien dapat ditanggulangi atau dikurangi.

Adapun masalah keperawatan yang ditemukan :

1. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya nyeri.

3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan penurunan masukan.

4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan

tidak adekuatnya masukan makanan dan cairan.

5. Ansietas atau ketakutan berhubungan dengan penyakit yang

dideritanya.

6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekpirasi paru.

2.4 Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

Keperawatan

1 Nyeri berhubungan Setelah 1). Beri posisi 1). Untuk menurunkan

dengan adanya diberikan yang nyaman ketegangan otot

trauma. asuhan dan


2). Membantu
keperawatan menyenangkan

17
selama 2x24 pasien menentukan pilihan

jam, diharapkan intervensi dan


2). Kaji adanya
nyeri pasien memberikan dasar
penyebab nyeri,
berkurang untuk
seberapa
dengan kriteria perbandingan
kuatnya nyeri,
hasil : evaluasi terhadap
minta pasien
therapy.
1. Skala (0-2) untuk

menetapkan 3). Untuk


2. Wajah klien
pada skala nyeri mengidentifikasi
tampak rileks
adanya nyeri.
3). Observasi
3.TTV dalam
tanda-tanda vital 4). Untuk mengurangi
batas normal
energi yang
4). Anjurkan
berlebihan.
istirahat yang

cukup 5). Untuk

meningkatkan
5). Kolaborasi
efektivitas
dengan dokter
pengobatan
tentang

pemberian

analgesik :

18
2 Intoleransi aktivitas Setelah 1). Bantu klien 1). Kebutuhan

berhubungan dengan diberikan dalam nutrisi terpenuhi

adanya nyeri. asuhan memenuhi seperti pada saat

keperawatan kebutuhan sebelum trauma.

selama 2x24 sehari-hari yang


2). Membantu
jam, diharapkan tidak mampu
menentukan pilihan
intoleransi dilakukan
intervensi dan
akvitas dapat sendiri.
memberikan dasar
teratasi dengan Misalnya Mandi,
untuk
kriteria hasil : berpakaian,
perbandingan dan
merapikan diri.
1. Klien evaluasi terhadap

menunjukan 2). Kaji adanya therapy.

usaha untuk penyebab nyeri,


3). Mencegah risiko
melakukan seberapa
cedera
perawatan diri kuatnya nyeri,

secara minta pasien


4). Mengurangi
bertahap. untuk
penggunaan energi
menetapkan
berlebihan dan
2. Klien
pada skala nyeri
metabolisme tubuh,
mampu
sehingga dapat
melakukan 3). Pasang
menambah
perawatan diri pagar/pengaman
kelemahan.
secara

19
bertahap. tempat tidur. 5). Mengurangi

ketegangan
3. Klien dapat 4). Anjurkan Pasien
otot/kelelahan,
memenuhi untuk istirahat
dapat membantu
kebutuhan yang cukup.
mengurangi nyeri,
dasarnya
spasme otot,
secara
spastisitas/kejang
mandiri.

6). Untuk
4. Klien tidak
5). Anjurkan pasien meningkatkan
lemah lagi.
untuk untuk efektivitas

menggunakan pengobatan.

teknik relaksasi

6). Kolaborasi

dengan dokter

untuk pemberian

vitamin

neurobion 1

amp/hari

3 Resiko Setelah 1). Anjurkan klien 1). Untuk mencegah

perubahan nutrisi diberikan makan porsi badan agar tidak

kurang dari asuhan kecil tapi sering lemah

20
kebutuhan tubuh keperawatan 2). Kaji tanda-tanda 2). Untuk mengetahui

berhubungan dengan selama 3x24 kurang nutrisi tingkat nutrisi

penurunan masukan. jam, diharapkan (turgor kulit, pasien

kebutuhan kelopak mata,

nutrisi dapat mukosa mulut)

terpenuhi
3). Untuk mengetahui
3). Kaji pola makan
dengan kriteria
pola makan pasien
pasien
hasil :

4). Dengan nutrisi


4). Jelaskan pasien
1. Klien
yang cukup, dapat
tentang
mengatakan
mempercepat
pentingnya
sudah ada nafsu
penyembuhan
penemuan
makan, turgor
pasien.
nutrisi untuk
kulit elastis
penyembuhan

2. Klien mampu pasien

menghabiskan 5). Perubahan fungsi


5). Auskultasi
1 porsi lambung sering
bising usus,
makanan, terjadi sebagai
evaluasi adanya
mukosa mulut akibat dari paralisis
distensi
lembab, atau mobilisasi
abdomen
kelopak mata

merah

6). Untuk

21
meringankan

penyakit yang
6). Kolaborasi
diderita pasien.
dengan tim

medis tentang

pemberian

nutrisi parentral.

4 Resiko tinggi Setelah 1). Kaji turgor kulit, 1). Indikator langsung

kekurangan volume diberikan kelembaban keadekuatan

cairan tubuh asuhan membran volume cairan,

berhubungan dengan keperawatan mukosa (bibir, meskipun membran

tidak adekuatnya selama 3x24 lidah). mukosa mulut

masukan makanan jam, diharapkan mungkin kering


2). Kaji perubahan
dan cairan. kebutuhan karena nafas mulut
TTV, contoh :
cairan tubuh dan oksigen
peningkatan
pasien tambahan.
suhu/demam
terpenuhi
memanjang, 2). Peningkatan
dengan kriteria
takikardi, suhu/memanjangny
hasil :
hipotensi a demam,

1. Klien ortostatik. meningkatkan

mengatakan lajunya
3). Catat laporan
sudah mampu metabolisme dan

22
menghabiskan mual/muntah kehilangan cairan

air minum 1 melalui evaporasi,


4). Pantau masukan
botol VIT tekanan darah dan
dan haluaran,
besar. ortostatik berubah
catat warna,
dan peningkatan
2. Berat badan karakter urine,
takikardi
pasien delam hitung
menunjukan
batas normal. keseimbangan
kekurangan cairan
cairan waspadai
sistemik.
3.Klien
kehilangan yang
mengatakan
tak tampak, ukur 3). Adanya gejala ini
mulut saya
berat sesuai menurunkan
tidak kering
indikasi. masukan oral.
lagi.

5). Kolaborasi 4).Memberikan inform


4.Turgor kulit
dengan dokter asi tentang
pasien elastis,
tentang keadekuatan
mukasa mulut
pemberian volume cairan dan
lembab.
cairan infus. kebutuhan

pengganti

5). Untuk pemenuhan

kebutuhan cairan

tambahan dan

menurunkan risiko

23
dehidrasi.

5 Ansietas atau Setelah 1). Libatkan dalam 1). Belajar metode

ketakutan diberikan program peningkatan diri

berhubungan dengan asuhan pengembangan dapat

penyakit yang keperawatan pribadi, lebih meningkatkan

dideritanya. selama 2x24 disukai dalam harga diri. Umpan

jam, diharapkan susunan balik dari orang

pasien tidak kelompok. lain

mengalami Berikan meningkatkanharga

kecemasan, informasi diri.

dengan kriteria tentang


2). Interaksi di antara
hasil : penerapan yang
orang-orang
tepat dalam
1. Klien tampak membantu pasien
berpakaian.
tenang untuk menemukan

2). Gunakan perasaan dari


2. Klien tidak
pendekatan dalam diri sendiri

24
cemas lagi psikotherapy 3). Kurang kontrol

interpersonal, umum/masalah

daripada therapy dasar pasien ini

penafsiran dapat disertai

dengan gangguan
3). Kaji
emosi lebih serius
perasaan tak

berdaya/ tidak 4). Cemas/panik terus

ada harapan. menerus tentang

peningkatan berat
4). Waspadai ide
badan. Depresi,
bunuh diri
perasaan tak

berdaya dapat
5). Dorong pasien
menimbulkan
untuk
usaha bunuh diri.
mengekspresika

n marah dan
5). Peting untuk
mengakui bila
mengetahui bahwa
dinyatakan.
marah adalah

bagian diri dan

padat diterima.

6 Pola nafas tidak Setelah 1). Awasi 1). Pernafasan

efektif diberikan kecepatan/ mengorok atau

25
berhubungan dengan asuhan kedalam pengaruh anestesi

penurunan ekpirasi keperawatan pernafasan. menurunkan

paru. selama 3x24 Ausklutasi bunyi ventilasi. Potensial

jam, diharapkan nafas, selidiki atelektasis dapat

pola nafas adanya sianosis mengakibatkan

pasien efektif hipoksia.


2). Tinggikan
dengan kriteria
kepala tempat 2). Mendorong
hasil :
tidur 30 derajat pengembangan

1. Pasien tidak diafragma/


3). Observasi TTV
sesak ekspansi paru

optimal dan
4). Kaji
2.TTV dalam
meminimalkan
penumpukan
batas normal
tekanan isi
sekret.
abdomen pada

rongga torak.

5). Kolaborasi 3). Mengetahui

dengan tim perkembangan

medis untuk klien.

pembersihan
4). Mengetahui tingkat
sekret.
keparahan dan

tindakan

26
selanjutnya.

5). Kerjasama untuk

menghilangkan

penumpukan

sekret .

2.5 Implementasi

Implementasi dilaksanakan berdasarkan intervensi atau rencana yang telah

direncanakan.

2.6 Evaluasi

a. Dx 1 :

1. Skala nyeri (0-2)

2. Wajah pasien tampak rileks

3. TTV dalam batas normal

b. Dx 2 :

1. Klien menunjukan usaha untuk melakukan perawatan diri secara


bertahap.

2. Klien mampu melakukan perawatan diri secara bertahap.

3. Klien dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara mandiri.

27
4. Klien tidak lemah lagi.

c. Dx 3 :

1. Klien mengatakan sudah ada nafsu makan, turgor kulit elastis

2. Klien mampu menghabiskan 1 porsi makanan, mukosa mulut


lembab, kelopak mata merah

d. Dx 4 :

1. Klien mengatakan sudah mampu menghabiskan air minum 1 botol


VIT besar.

2. Berat badan pasien delam batas normal.

3. Klien mengatakan mulut saya tidak kering lagi.

4. Turgor kulit pasien elastis, mukasa mulut lembab.

e. Dx 5 :

1. Klien tampak tenang

2. Klien tidak cemas lagi

f. Dx 6 :

1. Pasien tidak sesak

2. TTV dalam batas normal

28
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

E, Marilynn Doenges, Mary Frances Moorhouse and Alice C. Geissler. 1999.

EGC:Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta: EGC.

Idhuu.2014.Laporan Pendahuluan Trauma

Dada.Terdapat:http://www.healthyenthusiast.com/trauma-dada.html.(dia

ksestanggal 15 September 2014).

Maya.2012.Trauma

Thorax.Terdapat: http://mha-ya2t.blogspot.com/2012/09/trauma-thorax.h

tml(diakses tanggal 15 September 2014).

Price,Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi. Jakarta :EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth

Ed.8 . Jakarta : EGC

29
30

Anda mungkin juga menyukai