Anda di halaman 1dari 5

2.

Ketersediaan Bahan Baku

Bahan baku pembuatan sirup glukosa adalah pati. Pati dapat diperoleh dari bebagai
macam sumber salah satunya adalah tepung tapioka. Produksi tepung tapioka terdapat di
berbagai daerah di Indonesia, seperti Lampung, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Nusa
Tenggara Timur, DI. Yogyakarta, Sumatera Utara,dan Sulawesi Selatan. Diperkirakan luas
panen ubi kayu di dunia kurang lebih 22,35 juta ha , 1.003.269 ha diantaranya terdapat di
Indonesia.(Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian 2016)
Ketersediaan bahan baku tersebut akan memudahkan berdirinya pabrik sirup glukosa di
Indonesia.

1.3. Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi pabrik didasarkan atas pertimbangan tujuan utama mencapai


keuntungan baik dari sisi teknis maupun ekonomis. Sebuah pabrik harus dibangun pada
lokasi yang strategis dan memberikan kondisi ekonomi dan operasional yang optimum.
Adapun faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi pabrik tersebut
adalah sebagai berikut :

1.3.1. Faktor Primer

2. Ketersediaan Bahan Baku

Jarak antara tempat produksi dengan sumber bahan baku sangat mempengaruhi
keuntungan perusahaan, terutama adalah dari segi biaya. Maka pabrik sebaiknya didirikan
dekat dengan sumber bahan baku supaya dapat menghemat biaya transportasi, mengurangi
resiko terjadinya kerusakan bahan baku dan lebih terjangkau dalam mengendalikan
keamannanya, sehingga proses produksi akan lancar.

Provinsi Lampung, Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa Tengah merupakan
daerah penghasil tepung tapioka di Indonesia. Ketiga daerah tersebut dapat memenuhi
pengadaan bahan baku sirup glukosa. Berikut ini data luas panen ubi kayu dengan produksi
tapioka sebagai berikut ( Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian
2016).

Tabel 1.3 Luas Panen Ubi Kayu

Lokasi Luas (ha)

Lampung 295,55 ribu


Jawa Timur 157,90 ribu
Jawa Tengah 155,66 ribu
3. Pemasaran Produk

Daerah pamasaran merupakan variabel pertimbangan yang penting lokasi


pabrik. Terlebih jika pabrik tersebut memiliki variabel biaya besar untuk distribusi
produk. Suatu pabrik diusahakan dekat dengan daerah pemasaran produk, sehingga
biaya distribusi akan lebih murah, dan transportasi produk akan lebih rendah resiko
kerugian akibat hilang ataupun rusak di perjalanan.Produk sirup glukosa ditujukan
untuk memasok bahan baku industri makanan dan minuman di Indonesia. Tabel 1.4
menyajikan konsumen sirup glukosa dalam negeri.

Tabel 1.4 Konsumen sirup glukosa dalam negeri

No Industri Produk Provinsi


1. PT. Interbis Nusantara Biskuit Sumatera Selatan
2. PT. Nutrifood Makanan Jawa Barat
3. PT. Coca Cola Amatil Indonesia Northern
Sumatera Minuman Sumatera Utara

4. PT. Perfetti Van Melle Indonesia Makanan Jawa Barat


5. PT. Amerta Indah Otsuka Makanan Jawa Barat
6. PT. Mayora Indah Tbk, Makanan dan
Jawa Barat
Minuman
7. PT. Nissin Biscuit Indonesia Makanan Jawa Tengah
8. PT. Coca Cola Amatil Indonesia Minuman Jawa Tengah
9. PT. Ajinomoto Indonesia MakanandanMinuman JawaTimur
10. PT. Orang Tua (OT) Grup MakanandanMinuman DKI Jakarta

Berdasarkan Tabel 1.4, dapat dilihat bahwa pasar dalam negeri produk sirup glukosa
hampir seluruhnya berada di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Oleh karena itu, pendirian
pabrik sirup glukosa lebih baik berada di daerah Lampung untuk mempermudah
pendistribusian sirup glukosa ke konsumen.

4. Sarana Transportasi dan Infrastruktur

Sarana transportasi dan infrastruktur yang baik dapat menunjang kegiatan bisnis suatu
pabrik kimia.Sarana-sarana trasportasi tersebut misalnya, jalan yang nyaman dan aman untuk
karyawan pabrik, alat transportasi bahan dan peralatan yang efisien , serta pelabuhan
pengiriman bahan dan peralatn yang cukup dan ekonomis, akses bandara sehingga
mempermudah akses tenaga kerja maupun investor keluar masuk daerah.
1.4. Tinjauan Proses

1.4.1 Macam-macam Proses Pembuatan Sirup Glokosa

Sirup Glukosa adalah larutan yang diperoleh dari pati melalui proses hidrolisa. Sirup Glukosa
mulai dikenal sejak abad 19, yaitu sejak seorang ahli kimia Jerman bernama Kirchcoff
berhasil mengubah pati kentang menjadi gula melalui proses hidrolisa. Sejak penemuan
tersebut proses pembuatan sirup glukosa berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sirup Glukosa dapat dibuat dari berbagai macam pati seperti pati
kentang, sagu, gandum, sorgum dan lain lain (Hurst and Norman, 1981).

Hidrolisa pati dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu hidrolisa dengan katalis asam,
kombinasi asam dan enzim dan kombinasi enzim dan enzim.

1. Hidrolisa dengan katalis asam


Pada pembuatan sirup glukosa dengan katalis asam dilakukan dalam autoclave
bertekanan. Jenis asam yang digunakan antara lain H2SO4, HCl danasam oksalat. Bila
digunakan asam sulfat atau asam oksalat maka larutan gula akan dinetralkan dengan
Ca(OH)2, sedangkan bila menggunakan HCl, maka larutan gula dinetralkan dengan
Na2CO3. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam proses hidrolisa dengan katalis
asam yaitu jumlah asam yang digunakan, lama hidrolisa dan kandungan protein dalam
bahan baku. Protein yang tinggi dalam bahan dapat menyebabkan rasa pahit pada sirup
yang dihasilkan, sedangkan lama hidrolisa mempengaruhi kecepatan hidrolisa dan
jumlah garam yang terbentuk pada waktu penetralan (Djubaeddah dan Somaatmadja,
1975). Hidrolisa dengan menggunakan katalis asam berlangsung secara acak dan
komposisi sirup yang dihasilkan tergantung tingkat konversi (Underkofler and Hickey,
1954).
2. Kombinasi hidrolisa dengan asam dan enzim
Pada pembuatan sirup glukosa dengan menggunakan kombinasi asam dan enzim terdapat
dua tahapan yaitu tahap hidrolisa parsial dengan asam dan tahap hidrolisa enzimatik.
Pada tahap pertama dibuat suspensi asam, biasanya menggunakan HCL dan dengan pati
35 – 40 % kemudian suspensi dipanaskan pada suhu yang tinggi yang kemudian setelah
proses hidrolisa parsial tersebut dilanjutkan dengan hidrolisa enzimatis, enzim yang biasa
digunakan adalah glukoamilase (Hurst and Norman, 1981).
3. Kombinasi hidrolisa dengan enzim dan enzim
Hidrolisa dengan kombinasi enzim-enzim memiliki beberapa keuntungan yaitu memiliki
proses yang lebih spesifik sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan yang
diinginkan. Kondisi proses dapat dikontrol, biaya pemurnian lebih murah karena produk
samping dan abu yang dihasilkan lebih sedikit. Pembuatan sirup glukosa dengan
hidrolisis enzim terdiri atas tiga tahapan, yaitu gelatinasi, likuifikasi dan sakarifikasi.
Gelatinasi merupakan tahapan pembentukan suspensi kental dari granula pati. Proses
likuifikasi merupakan proses pemecahan pati menjadi dekstrin dengan menggunakan
enzim α-amilase. Pada proses ini enzim α-amilase akan menghidrolisa ikatan α- 1,4-
glukosidik sehingga pati akan terkonversi menjadi dekstrin, oligosakarida, maltosa dan
glukosa. Kemudian proses sakarifikasi merupakan proses hidrolisa dekstrin,
oligosakarida dan maltosa menjadi glukosa (Dechao, 2012).

1.4.2 Alasan Pemilihan Proses

Dalam perancangan pabrik sirup glukosa berbahan dasar tepung sagu ini dipilih proses
enzimatis. Pemilihan ini didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu :

- Prosesnya lebih spesifik karena menggunakan biokatalis enzim yang bekerja secara spesifik
yaitu mengubah pati menjadi glukosa.

- Biaya pemurnian lebih murah karena produk sirup glukosa yang dihasilkan memiliki
kemurnian yang tinggi.

- Dihasilkan lebih sedikit hasil samping.

- Kerusakan warna dapat diminimalisir karena prosesnya menggunakan kondisi operasi yang
tidak ekstrim (suhu rendah dan tekanan atmosferik).

1.4.3 Kegunaan Produk

Sirup glukosa banyak digunakan sebagai bahan baku industri makan dan minuman serta
industri farmasi, antara lain :

1. Produk Roti
Pada pembuatan roti, sirup glukosa dapat mencegah terjadinya penggumpalan pati
dan mengawetkan roti.
2. Industri Minuman
Pada industri minuman dingin, sirup glukosa digunakan sebagai zat anti kristalisasi
serta untuk meningkatkan tekstur dan kualitas produk.
3. Buah dan Sayur Kaleng
Sirup glukosa digunakan untuk mengatur tingkat kemanisan pada pembuatan buah
dan sayur kaleng.Selain itu juga berfungsi sebagai bahan pengawet alami.
4. Kembang Gula
Pada industri penghasil kembang gula, sirup glukosa digunakan agar kembang gula
yang dihasilkan tidak mudah meleleh sehingga dapat dibentuk. Juga digunakan
sebagai bahan pengawet dan pemberi rasa manis.
5. Industri Fermentasi (Alkohol)
Glukosa digunakan sebagai bahan baku alternatif karena mengandung karbohidrat
atau gula pereduksi.
6. Industri Farmasi
Dalam industri farmasi, sirup glukosa digunakan dalam pembuatan larutan infus.

1.4.4 Tinjauan Proses Secara Umum

Sirup glukosa yang dibuat dari bahan baku tepung dengan proses hidrolisa enzimatis,
terdiri atas tiga tahapan yaitu gelatinasi, likuifikasi dan sakarifikasi. Gelatinasi merupakan
tahapan pembentukan suspensi kental dari granula pati. Proses likuifikasi merupakan proses
pemecahan pati menjadi dekstrin dengan menggunakan enzim α-amilase. Pada proses ini
enzim α-amilase akan menghidrolisa ikatan α-1,4-glukosidik sehingga pati akan terkonversi
menjadi dekstrin, oligosakarida, maltosa dan glukosa. Kemudian proses sakarifikasi
merupakan proses hidrolisa dekstrin, oliggosakarida dan maltosa menjadi glukosa (Hurst and
Norman, 1983).

Proses pembuatan sirup glukosa pada perancangan ini melalui empat tahapan langkah
proses, yaitu tahap persiapan bahan baku, tahap reaksi, tahap pemurnian dan pemekatan
produk. Tahap persiapan bahan baku bertujuan untuk menyiapkan bahan baku tepung sagu
dan air agar siap diumpankan ke dalam reaktor sesuai dengan kondisi operasi yang
ditentukan. Umpan yang digunakan dalam reaktor adalah 30% berat pati. Pembuatan
campuran dilakukan dengan cara mencampurkan tepung sagu dan air dengan perbandingan
berat 30:70. Pada saat pencampuran ini disertai pemanasan hingga suhu 70 C. Proses
pembentukan campuran pati ini disebut dengan gelatinasi.

Kemudian dilanjutkan dengan tahap reaksi, campuran pati dan air yang telah melalui
proses gelatinasi akan masuk ke dalam reaktor batch untuk dilikuifikasi, dimana pada proses
ini ditambahkan enzim α-amilase. Pada tahap ini pati dihidrolisis secara parsial sehingga
dihasilkan dekstrin dan oligosakarida. Likuifikasi dilakukan pada kondisi 90 o C, 1 atm dan
pH 6–6,5. Setelah proses likuifikasi, larutan didinginkan hingga suhu 58–60 o C dan
diumpankan ke reaktor hidrolisa yang kedua untuk melalui proses sakarifikasi. Pada proses
ini enzim glukoamilase ditambahkan, suhu reaksi dijaga 58-60 o C, tekanan 1 atm dan pH
4,5–4,6 reaksi berlangsung hingga DE mencapai 92-94 %.

Selanjutnya yaitu tahap pemurnian produk bertujuan untuk memisahkan produk sirup
glukosa dari impuritas yang tidak diinginkan. Pemurnian ini meliputi tahan filtrasi,
penghilangan ion dan penjernihan warna. Filtrasi dilakukan dengan Rotary Vacuum Filter
yang bekerja secara kontinyu. Sebagai media filternya ditambahkan precoat filter aid berupa
tanah diatom. Filter aid ini berfungsi untuk meningkatkan efektifitas filtrasi karena dapat
menyaring partikel-partikel yang berukuran sangat halus.

Hasil filtrasi diumpankan ke ion exchanger untuk menghilangkan ion-ion yang


terdapat didalamnya. Pada ion exchanger ini terdiri dari anion dan kation exchanger yang
bekerja simultan menghilangkan ion-ion. Setelah dihilangkan dari ion-ionnya, larutan
dimurnikan warnanya dengan menggunakan karbon aktif dalam kolom dekolorisasi. Karbon
aktif yang digunakan berupa granulated ctivated carbon. Hasil yang di dapat yaitu larutan
dengan warna yang bening.

Pada tahap akhir, larutan ini dipekatkan dengan evaporator triple effect hingga
mencapai kemurnian sirup glukosa 50%. Produk sirup glukosa yang dihasilkan selanjutnya
disimpan dalam storage tank pada suhu ruang dan tekanan atmosferik.

Anda mungkin juga menyukai