OLEH :
RAHMAT WAHYUDI
SULAWESI SELATAN
SMA NEGERI 1 BANTAENG
2017
1
2
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahannya
sehingga kita masih diberi kesehatan, kesempatan untuk menyusun makalah
dengan judul “Tehnik Bayi Tabung”
Dalam penyusunan makalah ini kami juga tak lupa mengucapkan terima kasih
kepada Guru biologi kami yaitu Ibu Herlina HW, S.Si, M,Pd dan para kakak
teman teman yang telah membimbing kami dalam penulisan makalah ini dan telah
memberikan pembelajaran yang sangat berharga yang belum didapatkan
sebelumnya
Mudah-mudahan dengan hadirnya makalah ini, menjadikan motivasi untuk
lebih memberikan pengetahuan tentang tehnik bayi tabung. Dan kami
mengharapkan saran dari pembaca apabila ada kesalahan pada penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini, agar kami dapat mengembangkan Makalah ini dengan baik.
Penyusun
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II
KAJIAN TEORI
A. PENGERTIAN
Bayi tabung merupakan pilihan untuk memperoleh keturunan bagi ibu ibu
yang memiliki gangguan pada saluran tubanya. Pada kondisi normal, sel telur
yang telah matang akan dilepaskan oleh indung telur (ovarium) menuju saluran
tuba (tuba fallopi) untuk selanjutnya menunggu sel sperma yang akan membuahi.
Jika terdapat gangguan pada saluran tuba maka proses ini tidak akan berlangsung
sebagaimana mestinya. Proses yang berlangsung di laboratorium ini dilaksanakan
sampai menghasilkan suatu embrio yang akan ditempatkan pada rahim ibu.
Embrio ini juga dapat disimpan dalam bentuk beku (cryopreserved) dan dapat
6
digunakan kelak jika dibutuhkan. Bayi tabung pertama yang lahir ke dunia adalah
Louise Joy Brown pada tahun 1978 di Inggris.
5. Pelaksanaan program bisa dimulai berdasarkan masa haid. Calon ibu akan
diberi obat-obatan hormonal sebagai pemicu ovulasi agar menghasilkan
banyak sel telur. Perangsangan dilakukan 5-6 minggu, sampai sel telur
matang dan cukup tuk dibuahi. Selanjutnya dilakukan Ovum pick up/Opu
(pengambilan sel telur) yang dilakukan tanpa oprasi, melainkan dengan
cara ultrasonografi transvaginal. Kemudian semua sel telur diangkat dan
disimpan dalam incubator. Sedangkan calon ayah akan diambil spermanya
melalui cara masturbasi. Beberapa jam kemudian, terhadap masing-masing
sel telur akan ditambahkan sejumlah sperma suami (inseminasi) yang
sebelumnya telah diolah dan dipilih yang terbaik mutunya. Setelah kira-
kira 18-20 jam, akan terlihat apakah proses pembuahan tersebut berhasil
atau tidak. Sel telur yang telah dibuahi sperma atau disebut zigot akan
dipantau selama 22-24 jam kemudian untuk melihat perkembangannya
menjadiembrio.
Dari embrio tersebut, dokter akan memilih tiga atau empat embrio yang
terbaik untuk ditanamkan kembali ke dalam rahim. Empat embrio
merupakan jumlah maksimal mengingat risiko yang akan ditanggung oleh
calon ibu dan juga janin. Embrio-embrio yang terbaik itu kemudian diisap
ke dalam sebuah kateter khusus untuk dipindahkan ke dalam rahim.
Terjadinya kehamilan dapat diketahui melalui pemeriksaan air seni 14 hari
setelah pemindahan embrio.
Bila saat masturbasi tak ada sperma yang keluar, berarti ada
sumbatan. Untuk itu akan dilakukan cara lain, yaitu dengan MESA
8
D. TINGKAT KEBERHASILAN
Di dunia, tingkat keberhasilan bayi tabung mencapai 40-45% untuk usia <
30 tahun, 30-35% (usia 30-38 tahun), 10-11% (usia 38-42 tahun), dan 0% (usia
>42 tahun). Sementara kemungkinan keguguran 10-15%, kemungkinan kembar
dua 25% dan kemungkinan kembar tiga 5%. Menurut Indra, kasus kembar dalam
program bayi tabung sebenarnya adalah kasus komplikasi (tidak wajar).
Jika Suami mandul dan Istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi-
in-vitro transfer embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur
Istri akan dibuahi dengan Sperma dari donor di dalam tabung petri dan
setelah terjadi pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim Istri. Anak
yang dilahirkan memiliki status anak sah dan memiliki hubungan mewaris
dan hubungan keperdataan lainnya sepanjang si Suami tidak
menyangkalnya dengan melakukan tes golongan darah atau tes DNA.
10
Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari orang yang tidak terikat
pada perkawinan, tapi embrio diimplantasikan ke dalam rahim seorang
wanita yang terikat dalam perkawinan maka anak yang lahir mempunyai
status anak sah dari pasangan Suami Istri tersebut karena dilahirkan oleh
seorang perempuan yang terikat dalam perkawinan yang sah.
Jika diimplantasikan ke dalam rahim seorang gadis maka anak tersebut
memiliki status sebagai anak luar kawin karena gadis tersebut tidak terikat
perkawinan secara sah dan pada hakekatnya anak tersebut bukan pula
anaknya secara biologis kecuali sel telur berasal darinya. Jika sel telur
berasal darinya maka anak tersebut sah secara yuridis dan biologis sebagai
anaknya. Dari tinjauan yuridis menurut hukum perdata barat di Indonesia
terhadap kemungkinan yang terjadi dalam program fertilisasi-in-vitro
transfer embrio ditemukan beberapa kaidah hukum yang sudah tidak
relevan dan tidak dapat meng-cover kebutuhan yang ada serta sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan yang ada khususnya mengenai status
sahnya anak yang lahir dan pemusnahan kelebihan embrio yang
diimplantasikan ke dalam rahim ibunya. Secara khusus, permasalahan
mengenai inseminasi buatan dengan bahan inseminasi berasal dari orang
yang sudah meninggal dunia, hingga saat ini belum ada penyelesaiannya
di Indonesia. Perlu segera dibentuk peraturan perundang-undangan yang
secara khusus mengatur penerapan teknologi fertilisasi-in-vitro transfer
embrio ini pada manusia mengenai hal-hal apakah yang dapat dibenarkan
dan hal-hal apakah yang dilarang.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran