Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TEHNIK BAYI TABUNG

OLEH :

RAHMAT WAHYUDI

SULAWESI SELATAN
SMA NEGERI 1 BANTAENG
2017

1
2

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahannya
sehingga kita masih diberi kesehatan, kesempatan untuk menyusun makalah
dengan judul “Tehnik Bayi Tabung”
Dalam penyusunan makalah ini kami juga tak lupa mengucapkan terima kasih
kepada Guru biologi kami yaitu Ibu Herlina HW, S.Si, M,Pd dan para kakak
teman teman yang telah membimbing kami dalam penulisan makalah ini dan telah
memberikan pembelajaran yang sangat berharga yang belum didapatkan
sebelumnya
Mudah-mudahan dengan hadirnya makalah ini, menjadikan motivasi untuk
lebih memberikan pengetahuan tentang tehnik bayi tabung. Dan kami
mengharapkan saran dari pembaca apabila ada kesalahan pada penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini, agar kami dapat mengembangkan Makalah ini dengan baik.

Bantaeng, 11 February 2018

Penyusun
3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di indonesia tercatat 10-20% pasangan yang infertil. Pasangan usia subur


yang ada di indonesia ialah sekitar 25 juta, berarti terdapat 2,5-5 juta pasangan
infertil. Pada masa sekarang pola kehidupan keluarga cenderung bergeser, dari
jumlah anggota yng besar menjadi jumlah anggota yang kecil dalam 1 unit
keluarga, sehingga keluarga yang tidak atau sukar memperoleh keturunan berhak
mendapat pertolongan. Dengan semakin berkembang dan majunya ilmu
kedokteran ini sebagian besar dari penyebab infertilitas atau ketidak suburan telah
dapat diatasi dengan pemberian obat atau operasi.

Pelayanan terhadap bayi tabung dalam dunia kedokteran dikenal dengan


istilah fertilisasi-in-vitro yang memiliki pengertian sebagai berikut : Fertilisasi-in-
vitro adalah pembuahan sel telur oleh sel sperma di dalam tabung petri yang
dilakukan oleh petugas medis. Pada mulanya program pelayanan ini bertujuan
untuk menolong pasangan suami istri yang tidak mungkin memiliki keturunan
secara alamiah disebabkan tuba falopii istrinya mengalami kerusakan yang
permanen. Namun kemudian mulai ada perkembangan dimana kemudian program
ini diterapkan pula pada pasutri yang memiliki penyakit atau kelainan lainnya
yang menyebabkan tidak dimungkinkan untuk memperoleh keturunan. Akan
tetapi seiring perkembangannya, mulai timbul persoalan dimana semula program
ini dapat diterima oleh semua pihak karena tujuannya yang “mulia” menjadi
pertentangan. Banyak pihak yang kontra dan pihak yang pro. Pihak yang pro
dengan program ini sebagian besar berasal dari dunia kedokteran dan mereka yang
kontra berasal dari kalangan alim ulama.
4

B. Tujuan

a) Untuk memenuhi nilai Biologi

b) Untuk mengetahui tehnik pemanfaatan bayi tabung dalam bioteknologi


modern
5

BAB II

KAJIAN TEORI

A. PENGERTIAN

Bayi tabung atau pembuahan in vitro (bahasa Inggris: in vitro


fertilisation) adalah sebuah teknik pembuahan dimana sel telur (ovum) dibuahi di
luar tubuh wanita. Bayi tabung adalah salah satu metode untuk mengatasi masalah
kesuburan ketika metode lainnya tidak berhasil. Prosesnya terdiri dari
mengendalikan proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur dari
ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair. (Teknologi
ini dirintis oleh P.C Steptoe dan R.G Edwards pada tahun 1977).

Bayi tabung atau dalam bahasa kedokteran disebut In Vitro Fertilization


(IVF) adalah suatu upaya memperoleh kehamilan dengan jalan mempertemukan
sel sperma dan sel telur dalam suatu wadah khusus. Pada kondisi normal,
pertemuan ini berlangsung di dalam saluran tuba. Pembuahan sel telur (ovum)
yang dilakukan di luar tubuh calon ibu. Awalnya tekhnik reproduksi ini
ditunjukkan untuk pasangan infertile, yang mengalami kerusakan saluran telur.
Namun saat ini indikasinya telah diperluas, antara lain jika calon ibu mempunyai
lender mulut rahim yang abnormal, mutu calon ayah kurang baik, adanya
antibody pada atau terhadap sperma, tidah kunjung hamil walaupun endometriosis
telah diobati, serta pada gangguan kesuburan yang tidak diketahui penyebabnya
maka program bayi tabung ini bias dilakukan.

Bayi tabung merupakan pilihan untuk memperoleh keturunan bagi ibu ibu
yang memiliki gangguan pada saluran tubanya. Pada kondisi normal, sel telur
yang telah matang akan dilepaskan oleh indung telur (ovarium) menuju saluran
tuba (tuba fallopi) untuk selanjutnya menunggu sel sperma yang akan membuahi.
Jika terdapat gangguan pada saluran tuba maka proses ini tidak akan berlangsung
sebagaimana mestinya. Proses yang berlangsung di laboratorium ini dilaksanakan
sampai menghasilkan suatu embrio yang akan ditempatkan pada rahim ibu.
Embrio ini juga dapat disimpan dalam bentuk beku (cryopreserved) dan dapat
6

digunakan kelak jika dibutuhkan. Bayi tabung pertama yang lahir ke dunia adalah
Louise Joy Brown pada tahun 1978 di Inggris.

B. PROSEDUR MELAKUKAN BAYI TABUNG


Sebelum mengikuti program bayi tabung, pasangan diminta untuk
memenuhi beberapa syarat:

Persyaratan umum meliputi:

1. pasangan memiliki bukti perkawinan yang sah


2. usia istri kurang dari 42 tahun. Hal ini untuk meminimalisir kegagalan dan
gangguan pada ibu dan anak
3. konseling khusus dan informed consent
4. kesiapan biaya
5. kesiapan istri untuk hamil, melahirkan, dan memelihara bayi

Persyaratan khususnya, terdiri:

1. tidak ada kontra indikasi kehamilan


2. bebas infeksi rubella, hepatitis, toxoplasma, dan HIV
3. siklus berovulasi/respon terhadap terapi (FSH basal < 12 mIU/ml)
4. pemeriksaan infertilitas dasar lengkap
5. indikasi jelas
6. upaya lain sudah maksimal
7. analisa sperma

C. LANGKAH LANGKAH PROSES BAYI TABUNG

1. Datanglah ke dokter bagian obstetri dan ginekologi bila ingin menjalani


satu siklus program Bayi Tabung.

2. Bila ditemukan kelainan/masalah pada Anda berdua, dokter spesialis akan


merujuk ke pusat layanan bayi tabung. Setelah diketahui penyulit
kehamilan, pasangan suami isteri disiapkan menjalani proses bayi tabung.
7

3. Setiap pasangan akan menerima penjelasan program Bayi Tabung dan


prosedur pelaksanaan dalam sebuah kelas/kelompok.

4. Peserta program harus menandatangani perjanjian tertulis: bersedia bila


dokter melakukan tindakan yang dianggap perlu semisal operasi, bersedia
menghadapi kemungkinan mengalami kehamilan kembar dan risiko lain
yang dapat ditimbulkan.

5. Pelaksanaan program bisa dimulai berdasarkan masa haid. Calon ibu akan
diberi obat-obatan hormonal sebagai pemicu ovulasi agar menghasilkan
banyak sel telur. Perangsangan dilakukan 5-6 minggu, sampai sel telur
matang dan cukup tuk dibuahi. Selanjutnya dilakukan Ovum pick up/Opu
(pengambilan sel telur) yang dilakukan tanpa oprasi, melainkan dengan
cara ultrasonografi transvaginal. Kemudian semua sel telur diangkat dan
disimpan dalam incubator. Sedangkan calon ayah akan diambil spermanya
melalui cara masturbasi. Beberapa jam kemudian, terhadap masing-masing
sel telur akan ditambahkan sejumlah sperma suami (inseminasi) yang
sebelumnya telah diolah dan dipilih yang terbaik mutunya. Setelah kira-
kira 18-20 jam, akan terlihat apakah proses pembuahan tersebut berhasil
atau tidak. Sel telur yang telah dibuahi sperma atau disebut zigot akan
dipantau selama 22-24 jam kemudian untuk melihat perkembangannya
menjadiembrio.

Dari embrio tersebut, dokter akan memilih tiga atau empat embrio yang
terbaik untuk ditanamkan kembali ke dalam rahim. Empat embrio
merupakan jumlah maksimal mengingat risiko yang akan ditanggung oleh
calon ibu dan juga janin. Embrio-embrio yang terbaik itu kemudian diisap
ke dalam sebuah kateter khusus untuk dipindahkan ke dalam rahim.
Terjadinya kehamilan dapat diketahui melalui pemeriksaan air seni 14 hari
setelah pemindahan embrio.

Bila saat masturbasi tak ada sperma yang keluar, berarti ada
sumbatan. Untuk itu akan dilakukan cara lain, yaitu dengan MESA
8

(Microsurgical Epydidimis Sperm Aspiration);sperma diambil dari


salurannya. Bisa juga dengan TESA (Testical Sperm Extraction); sperma
diambil langsung dari buah zakar.

Bila sperma yang dihasilkan sangat sedikit, maka


dilakukan ICSI (Intra Cytoplasmic Sperm Injection); sperma disuntikkan
ke sel telur. Cara ini khusus bagi pasangan infertil dimana suami
mempunyai sperma sangat sedikit.

7. Ibu dipantau beberapa waktu dengan pemeriksaan hormon kehamilan


(hCG) di darah dan pemeriksaan USG.

D. TINGKAT KEBERHASILAN

Di dunia, tingkat keberhasilan bayi tabung mencapai 40-45% untuk usia <
30 tahun, 30-35% (usia 30-38 tahun), 10-11% (usia 38-42 tahun), dan 0% (usia
>42 tahun). Sementara kemungkinan keguguran 10-15%, kemungkinan kembar
dua 25% dan kemungkinan kembar tiga 5%. Menurut Indra, kasus kembar dalam
program bayi tabung sebenarnya adalah kasus komplikasi (tidak wajar).

Saat ini teknologi bayi tabung sudah makin berkembang. Dan


diharapkan dapat memenuhi harapan banyak pasangan menikah yang ingin
memiliki anak. Teknologi juga diharapkan akan membuat proses bayi tabung
menjadi lebih mudah, lebih cepat, dan lebih murah.
9

E. Tinjauan dari Segi Hukum Perdata Terhadap Inseminasi Buatan


(Bayi Tabung)

Jika benihnya berasal dari suami istri

 Jika benihnya berasal dari Suami Istri, dilakukan proses fertilisasi-in-vitro


transfer embrio dan diimplantasikan ke dalam rahim Istri maka anak
tersebut baik secara biologis ataupun yuridis mempunyai satus sebagai
anak sah (keturunan genetik) dari pasangan tersebut. Akibatnya memiliki
hubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya.
 Jika ketika embrio diimplantasikan ke dalam rahim ibunya di saat ibunya
telah bercerai dari suaminya maka jika anak itu lahir sebelum 300 hari
perceraian mempunyai status sebagai anak sah dari pasangan tersebut.
Namun jika dilahirkan setelah masa 300 hari, maka anak itu bukan anak
sah bekas suami ibunya dan tidak memiliki hubungan keperdataan apapun
dengan bekas suami ibunya. Dasar hukum ps. 255 KUHPer.
 Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami,
maka secara yuridis status anak itu adalah anak sah dari pasangan
penghamil, bukan pasangan yang mempunyai benih. Dasar hukum ps. 42
UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer. Dalam hal ini Suami dari Istri
penghamil dapat menyangkal anak tersebut sebagai anak sah-nya melalui
tes golongan darah atau dengan jalan tes DNA.

Jika salah satu benihnya berasal dari donor

 Jika Suami mandul dan Istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi-
in-vitro transfer embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur
Istri akan dibuahi dengan Sperma dari donor di dalam tabung petri dan
setelah terjadi pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim Istri. Anak
yang dilahirkan memiliki status anak sah dan memiliki hubungan mewaris
dan hubungan keperdataan lainnya sepanjang si Suami tidak
menyangkalnya dengan melakukan tes golongan darah atau tes DNA.
10

 Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami


maka anak yang dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil
tersebut. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer.

Jika semua benihnya dari pendonor

 Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari orang yang tidak terikat
pada perkawinan, tapi embrio diimplantasikan ke dalam rahim seorang
wanita yang terikat dalam perkawinan maka anak yang lahir mempunyai
status anak sah dari pasangan Suami Istri tersebut karena dilahirkan oleh
seorang perempuan yang terikat dalam perkawinan yang sah.
 Jika diimplantasikan ke dalam rahim seorang gadis maka anak tersebut
memiliki status sebagai anak luar kawin karena gadis tersebut tidak terikat
perkawinan secara sah dan pada hakekatnya anak tersebut bukan pula
anaknya secara biologis kecuali sel telur berasal darinya. Jika sel telur
berasal darinya maka anak tersebut sah secara yuridis dan biologis sebagai
anaknya. Dari tinjauan yuridis menurut hukum perdata barat di Indonesia
terhadap kemungkinan yang terjadi dalam program fertilisasi-in-vitro
transfer embrio ditemukan beberapa kaidah hukum yang sudah tidak
relevan dan tidak dapat meng-cover kebutuhan yang ada serta sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan yang ada khususnya mengenai status
sahnya anak yang lahir dan pemusnahan kelebihan embrio yang
diimplantasikan ke dalam rahim ibunya. Secara khusus, permasalahan
mengenai inseminasi buatan dengan bahan inseminasi berasal dari orang
yang sudah meninggal dunia, hingga saat ini belum ada penyelesaiannya
di Indonesia. Perlu segera dibentuk peraturan perundang-undangan yang
secara khusus mengatur penerapan teknologi fertilisasi-in-vitro transfer
embrio ini pada manusia mengenai hal-hal apakah yang dapat dibenarkan
dan hal-hal apakah yang dilarang.
11

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebutuhan untuk melanjutkan keturunan adalah naluri setiap insan yang


normal. Oleh karena itu, secara naluri pula setiap insan normal akan mencari
pasangan yang sesuai bagi dirinya. Sebagai satu pasangan suami istri yang
normal, manakala keturunan yang idamkan belum juga diperoleh, maka keadaan
ini memunculkan keraguan akan kesuburannya. Pada masa kini keraguan tersebut
dapat dihilangkan setelah setelah semua pemeriksaan yang diperlukan selesai
dilakukan. Tekhnik rekayasa reproduksi yang meliputi pembiakan gamet dan
embrio invitro telah begitu maju dan sangat jauh berkembang. Namun dibutuhkan
tanggung jawab etik berkadar tinggi dari setiap ilmuwan dan seoptimal mungkin
baik bagi pasutri maupun embrio hasil pembuahan.

Saat ini teknologi bayi tabung sudah makin berkembang. Dan


diharapkan dapat memenuhi harapan banyak pasangan menikah yang ingin
memiliki anak. Teknologi juga diharapkan akan membuat proses bayi tabung
menjadi lebih mudah, lebih cepat, dan lebih murah.

B. Saran

Makalah ini semoga berguna bagi pembaca, khususnya bagi


mahasiswa namun manusia tidaklah ada yang sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran sangat diperlukan guna memperbaiki makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai