Media itu terdiri dari media hiburan, iklan, informasi, komunikasi, massa,
pembelajaran, pendidikan. Pembelajaran dan pendidikan dibedakan menjadi:
Pendidikan:
Pendidikan tidak dibatasi tempat dan waktu
Kapan saja, dimana saja, (life long education)
Bisa disengaja atau tidak disengaja
Dalam pengertian yang luas
Pendidikan: formal, non formal, informal
Pembelajaran:
Ada tujuan, sasaran, evaluasi, setifikat/ijazah
Biasanya formal atau non formal.
Pengajaran dan pembelajaran ddibedakan menjadi:
Pengajaran: Memberikan pelajaran
Pembelajaran: Membuat siswa mau dan mampu belajar
Guru berperan sebagai: fasilitator, motivator, konselor, evaluator, dan
supervisor
1
NEA (National education Association) berpendapat media adlh segala benda
yg dimanupulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta
instrumen yg digunakan untuk kegiatan tersebut.
Segala sesuatu yg dapat berfungsi sebagai perantara/ sarana/ alat untuk proses
komunikasi (proses belajar mengajar). Segala jenis sarana pendidikan yang
digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan pembelajaran. Peralatan fisik
untuk mencapai isi instruksional termasuk buku, film, video, tape, sajian slide
guru dan perilaku non verbal. Dengan kata lain media pembelajaran mencakup
sofware dan hardware yang brfungsi sebagai alat bantu belajar. Media yang
digunakan dan integrasikan dengan tujuan dan isi intsruksional yang biasanya
sudah dituangkan dalam garis besar pedoman intruksional (GBPP). Adapun istilah
lain dari media ialah:
Gange (1978): “berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik
yang dapat merangsang mereka untuk belajar”.
Heinich dan Russel (1989): “sebuah saluran untuk komunikasi yang berasal
dari bahasa Latin yang berarti “antara” yang digunakan untuk menyalurkan
informasi antara pengirim dan penerima (antara guru dan peserta didik).
Rossi dan Briedle (1966) dalam Wina Sanjaya (2006, hlm. 161)
mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan
yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televise,
buku, koran, majalah, dan sebagainya.
Heinich, dkk (1982) yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2004, hlm. 4)
mengemukakan istilah media/medium sebagai perantara yang mengantar
informasi antar sumber dan penerima. Maka dalam hal ini dapat disimpulkan
bahwa semua media, baik media cetak, visual, audio visual, dan media
komunikasi jika digunakan membawa pesan-pesan informasi yang bertujuan
instruksional atau memuat nilia-nilai pengajaran maka media tersebut dapat
disebut sebagai media pengajaran.
Media Pendidikan
2
Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di
dalam maupun di luar kelas. Media pendidikan digunakan dalam rangka
komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Media
pendidikan dapat digunakan secara massal (misalnya: radio, televisi), kelompok
kecil (misalnya: film, slide, video, dan OHP), atau perorangan (misalnya: modul,
computer, radio tape/kaset, video recorder). Sikap, perbuatan, organisasi, strategi,
dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.
Media Pembelajaran
Dari ciri-ciri media diketahui bahwa media pembelajaran terbagi kepada dua,
yaitu bersifat hardware dan software digunakan sebagai alat bantu guru dalam
proses belajar mengajar dikelas visual dan audio-visual. Media pembelajaran yang
digunakan sebagai alat, sarana atau perantara menyampaikan materi pelajaran
dalam proses belajar harus menempatkan siswa sebagai objek yang harus
menguasai pelajaran. Oleh karena itu, siswa sebagai objek dalam belajar harus
diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan sendiri sesuai dengan
bakat dan minat siswa.
Dalam hal ini media pengajaran yang diterapkan oleh guru untuk mendukung
penyampaian materi pelajaran yang diberikan kepada siswa harus mudah
dipahami oleh siswa, sehingga siswa dapat dengan mudah menangkap materi
pelajaran yang diberikan oleh guru. Media pengajaran yang digunakan oleh guru
sebagai alat mempermudah siswa memahami materi pelajaran yang disampaikan
guru, bukan sebaliknya mempersulit siswa.
Penggunaan media yang sesuai metode pembelajaran guru dengan kondisi
siswa menjadi pertimbangan mutlak untuk teracapainya efisiensi dan efektivitas
pembelajaran, karena media digunakan dalam proses belajar mengajar untuk
mempermudah siswa menerima pesan-pesan yang disampaikan oleh guru. Maka
kesesuaian antara metode dan media pembelajaran harus sejalan.
3
dan verbal membuahkan hasil belajar yang lebih baik. Selanjutnya Baugh (1986)
mengemukakan bahwa kurang lebih 90 % hasil belajar seseorang diperoleh
melalui indera pandang, dan hanya sekitar 5 % diperoleh melalui indera
pendengaran dan 5 % lagi melalui indera lainnya. Dilain pihak Dale (1969)
mengemukakan bahwa pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang berkisar
sekitar 75 %, melalui indera pendengaran 13 %, dan melalui indera lainnya sekitar
12 %.
Mencermati pandangan hasil penelitian Bough di atas dapat disimpulkan
bahwa pengunaan media dalam pembelajaran merupakan suatu keharusan,
utamanya media yang bersifat visual. Salah satu gambaran yang sering digunakan
sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar mengajar adalah
Dale’s Cone of Experience (1969) (kerucut pengalaman Dale). Sejalan dengan
teori kerucut Edgar Dale yang sering menjadi acuan penggunaan media dalam
pembelajaran Abdul Rachman Shaleh (2004, hlm. 218) mengemukakan bahwa
kita belajar dari 10 % dari apa yang kita baca, 20 % dari apa yang kita dengar, 30
% dari apa yang kita lihat, 50 % dari apa yang kita lihat dan dengar, 70 % dari apa
yang kita katakan, dan 90 % dari apa yang kita lakukan. Sesuatu yang dilihat dan
dilakukan merupakan tingkat keberhasilan yang tinggi dan efisien, utamanya
dalam belajar berkaitan dengan pengalaman langsung dengan bantuan
media/benda tiruan atau pengamatan.
4
• Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak
mengandung unsur suara. Misalnya: film slide, foto, transparansi, lukisan,
gambar dan berbagai bahan yang dicetak.
• Media audio-visual, yaitu jenis media selain mengandung unsure suara
juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat. Misalnya: rekaman
video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya
Selanjutnya Seels & Galsgow (1990) dalam Azhar Arsyad (2004, hlm. 33-35)
mengelompokkan media kedalam dua kategori, yaitu tradisional dan tekhnologi
mutakhir sebagai berikut:
1. Media tradisional
a. Visual diam yang diproyeksikan (Proyeksi opaque/teks tembus
pandang, Proyeksi overhead, Slides, Filmstrips)
b. Visual yang tidak diproyeksikan (Gambar/poster, Foto, Charts/grafik/
diagram, Pameran papan info, papan-bulu)
c. Audio (Rekaman piringan, Pita kaset/reel atau cartridge)
d. Penyajian multimedia (Slide plus suara/tape, Multi-image)
e. Visual dinamis yang dproyeksikan (Film, Televisi, Video
5
f. Cetak (Buku teks, Modul/teks terprogram, Workbook, Majalah
ilmiah/berkala, Lembaran lepas/hand-out).
g. Permainan (Teka-teki, Simulasi, Permainan papan)
h. Realita (Model, Specimen/contoh, Manipulatif/peta, boneka)
2. Media tekhnologi mutakhir
a. Media berbasis telekomunikasi
Telekonfren
Kuliah jarak jauh
6
ditangan guru yang cekatan dapat menerapkan dan menggunakan media
pembejalaran secara efektif dan efisien akan mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk mendukung tercapainya metode pembelajaran yang efektif dan efisisien
diperlukan sarana atau perantara untuk mencapai tujuan dari belajar itu sendiri,
yaitu media pengajaran. Hamalik (1986) dalam Azhar Arsyad (2004, hlm. 15)
mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar dapat membangkitan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan
motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-
pengaruh psikologis terhadap siswa.
Sejalan dengan pengetahuan guru terhadap penggunaan media dan manfaat
media dalam penyajian materi pelajaran dapat diketahui sebagai berikut:
• Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas.
• Membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa.
• Menunjukkan hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan dan minat
siswa dengan meningkatnya motivasi belajar siswa.
• Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa.
• Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa.
Berangkat dari manfaat media dalam pembelajaran memiliki nilai praktis yang
diperoleh oleh siswa sebagaimana menurut Wina Sanjaya (2007, hlm. 169-170)
sebagai berikut:
• Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh siswa.
• Media dapat mengatasi batas ruang dan waktu. Misalnya dalam hal penyajian
bahan belajar yang sulit dipahami secara langsung oleh peserta siswa, maka
dalam hal ini media berfungsi sebagai:
• Media dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta didik
dengan lingkungan.
• Media dapat menghasilkan keseragaman pengamatan.
• Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, nayata, dan tepat.
• Media dapat membangkitakn motivasi dan merangsang peserta untuk belajar
dengan baik.
• Media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru.
• Media dapat mengontrol kecepatan belajar siswa.
7
• Media dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari hal-hal yang
konkret sampai yang abstrak.
8
4. Menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan peserta didik.
5. Memperjelas informasi atau pesan pembelajaran.
6. Meningkatkan kualitas belajar mengajar.
Sedangkan Sudjana, dkk. (2002:2) menyatakan tentang tujuan pemanfaatan
media adalah:
1. pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan
motivasi,
2. bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami,
3. metode mengajar akan lebih bervariasi, dan
4. siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar.
9
bisa dilakukan melalui simbul-simbul komunikasi berupa simbul-simbul verbal
dan non-verbal atau visual, yang selanjutya ditafsirkan oleh penerima pesan
(Criticos, 1996). Berdasarkan batasan-batasan mengenai media seperti tersebut di
atas, maka dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
menyangkut software dan hardware yang dapat digunakan untuk meyampaikan isi
materi ajar dari sumber belajar ke pebelajar (individu atau kelompok), yang dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat pebelajar sedemikian rupa
sehingga proses belajar (di dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.
Gerlach menyebutkan bahwa media jika dipahami dalam garis besar adalah
manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa
10
mampu meperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap (Arsyad (2002). Dalam
hal ini, Muchadis (1996:14) mengemukakan beberapa kriteria yang dapat dipakai
2. keterpahaman, 9. keseimbangannyadengan
kejadian, nilai-nilai,
usia,
membedakannya antara media dan alat peraga, namun kedua istilah tersebut juga
digunakan saling bergantian. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
mutu teknis dan biaya. Oleh sebab itu, beberapa pertimbangan yang perlu
yang utama yang harus diperhatikan dalam memilih media. Dalam penetapan
11
media harus jelas dan operasional, spesifik, dan benar-benar tergambar dalam
media. Sesuai atau tidaknya antara materi dengan media yang digunakan akan
3. Kondisi audien (siswa) dari segi subjek belajar menjadi perhatian yang serius
bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi anak. Faktor
sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi
digunakan di kelas akan tetapi di sekolah tersebut tidak tersedia media atau
5. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan
kepada audien (siswa) secara tepat dan berhasil guna, dengan kata lain tujuan
dengan hasil yang akan dicapai. Pemanfaatan media yang sederhana mungkin
tinggi) bilamana hasil yang dicapai tidak sebanding dengan dana yang
dikeluarkan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal & Rohmanto, Elham 2007. Membangun Profesionalisme Guru dan
Pengawas Sekolah. Penerbit: Yama Widya. Bandung.
Daulay, Haidar Putra 2004. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional.
Penerbit: Kencana Pernada Media Group. Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif
Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. Penerbit: Rineka Cipta. Jakarta.
Fajrin, Irfan. 2015. Hakikat Manfaat dan Peranan Media Pembelajaran. (Online).
http://www.rifanfajrin.com/2015/10/media-pembelajaran-hakikat-manfaat-
dan.html. (Diakses pada tanggal 21 Agustus 2016).
Imansjah Alimpade, (Sumiati dan Asra. 2009:6). Kriteria Pemilihan Media: CV.
Wacana Prima
Shaleh, Abdul Rachman 2004. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa: Visi,
Misi dan Aksi. Penerbit: Rajawali Pers. Jakarta.
Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima
13
Syah, Muhibbin 2004. Psikologi Belajar. Penerbit: Rajawali Pers. Jakarta.
14
KULIAH KE 2
15
menggunakan alat atau bahan pendukung proses pembelajaran, dari alat yang
sederhana sampai alat yang canggih (sesuai dengan perkembangan dan tuntutan
jaman). Bahkan mungkin lebih dari itu, guru diharapkan mampu
mengembangkan ketrampilan membuat media pembelajarnnya sendiri.
Dengan kemajuan teknologi di berbagai bidang, misalnya dalam teknologi
komunikasi dan informasi pada saat ini, media pembelajaran memiliki posisi
sentral dalam proses belajar dan bukan semata-mata sebagai alat bantu. Media
pembelajaran memainkan peran yang cukup penting untuk mewujudkan kegiatan
belajar menjadi lebih efektif dan efisien. Dalam posisi seperti ini, penggunaan
media pembelajaran dikaitkan dengan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh
media, yang mungkin tidak mampu dilakukan oleh guru (atau guru melakukannya
kurang efisien). Dengan kehadiran media pembelajaran maka posisi guru bukan
lagi sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi sebagai fasilitator. Bahkan pada
saat ini media telah diyakini memiliki posisi sebagai sumber belajar yang
menyangkut keseluruhan lingkungan di sekitar pebelajar.
Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung
(kongkret) berdasarkan kenyataan yang ada di lingkungan hidupnya, kemudian
melalui benda-benda tiruan, dan selanjutnya sampai kepada lambang-lambang
verbal (abstrak). Untuk kondisi seperti inilah kehadiran media pembelajaran
sangat bermanfaat. Dalam posisinya yang sedemikian rupa, media akan dapat
merangsang keterlibatan beberapa alat indera.
16
6) Mengatasi suara yang terlalu halus untuk didengar secara langsung.
7) Menjelaskan tentang peristiwa – peristiwa alam, misalnya terjadinya gempa
bumi, banjir banding, gerhana matahari, pembiakan hewan,
8) Memungkinkan terjadinya kontak langsung dengan masyarakat atau dengan
keadaan alam sekitar.
9) Memberikan kesamaan/kesatuan dalam pengamatan terhadap sesuatu yang
pada awal pengamatan siswa berbeda-beda.
10) Membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa
11) Memberikan kejelasan materi pelajaran yang sulit dipahami oleh siswa jika
hanya menggunakan ucapan secara verbal saja.
12) Mendorong terjadinya interaksi langsung antara siswa dengan dengan guru,
siswa dengan siswa lainnya, dan siswa dengan lingkungannya.
13) Mencegah terjadinya verbalisme pada siswa.
17
12) Informasi pelajaran yang disajikan dengan media, memberikan kesan
mendalam dan lebih lama tersimpan pada diri siswa
18
1. Media dari spesimen hidup yang masih hidup: aquarium
2. Media dari spesimen hidup yg sudah mati: herbarium
3. Media dari spesimen benda tdk hidup: batuan-batuan
4. Media asli bukan mh.hidup: radio, mobil
5. Model (tiruan benda-benda)
19
4) Menilai kemampuan guru/dosen dalam menggunakan media pembelajaran
5) Memberikan informasi untuk kepentingan administrasi
6) Untuk memperbaiki alat/media itu sendiri
Ada dua macam bentuk evaluasi media yaitu Evaluasi formatif dan
Evaluasi sumatif. Evaluasi formatif bertujuan untuk mengumpulkan data tentang
efektvitas dan efisiensi bahan-bahan pelajaran (termasuk di dalamnya media
pembelajaran) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan data tersebut
dimaksudkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang bersangkutan
agar lebih efektif dan efisien. Ada tiga tahapan dalam evaluasi formatif suatu
media pembelajaran yaitu:
a. Evaluasi satu lawan satu (secara individual)
Prosedur evaluasi satu lawan satu:
1) Jelaskan kepada siswa bahwa anda sedang merancang suatu media
baru dan ingin mengetahui reaksi mereka,
2) Katakan kepada mereka bahwa kalau ada kesalahan pada mereka,
dikarenakan kekurang sempurnaan dari media, bukan kesalahan siswa,
3) Usahakan agar mereka bersikap relaks dan bebas dalam
mengemukakan pendapat tentang media,
4) Berikan tes awal kepada mereka,
5) Sajikan media dan catat berapa lama waktu yang diperlukan untuk
menyajikan materi melalui media tersebut,
6) Berikan tes akhir
7) Analisis informasi yang terkumpul.
b. Evaluasi kelompok kecil
Prosedur evaluasi kelompok kecil (10-20 orang)
1) Jelaskan kepada siswa bahwa media tersebut berada dalam tahap
formatif yang memerlukan umpan balik untuk perbaikan,
2) Berikan tes awal,
3) Sajikan media atau minta kepada siswa untuk mempelajari media
tersebut,
4) Catat waktu yang diperlukan dan semua bentuk umpan balik,
5) Berikan tes akhir untuk mengetahui apakah keberhasilan tujuan bisa
tercapai,
6) Bagikan questioner kepada siswa tentang seputar manfaat dari media
tersebut,
7) Analisis data yang terkumpul.
c. Evaluasi lapangan
Evaluasi lapangan merupakan tahap terakhir dari evaluasi formatif suatu
media yang dilakukan pada kondisi dan situasi yang sebenarnya. Prosedur
evaluasi lapangan:
1) Pilih siswa yang benar-benar mewakili populasi target sebanyak 30
orang siswa lakukan tes kemampuan awal tadi.
20
2) Jelaskan kepada mereka maksud uji lapangan terhadap media
tersebut,
3) Berikan tes awal,
4) Sajikan media tersebut kepada mereka,
5) Catat semua respon yang muncul dari siswa selama sajian,
6) Berikan tes akhir untuk mengetahui pencapaian hasil belajar mereka,
7) Berikan questioner kepada mereka seputar sikap dan pendapat
mereka tentang media yang telah disajikan,
8) Ringkas dan analisis data yang diperoleh dangan kegiatan-kegiatan.
Evaluasi Sumatif, evaluasi dalam bentuk final, setelah diperbaiki dan
disempurnakan orang lain atau mungkin yang bersangkutan sendiri, akan
dikumpulkan data untuk menentukan apakah media itu patut digunakan dalam
situasi-situasi tertentu atau apakah media itu benar-benar efektif.
Penggunaan media yang sesuai metode pembelajaran guru dengan kondisi
siswa menjadi pertimbangan mutlak untuk teracapainya efisiensi dan efektivitas
pembelajaran, karena media digunakan dalam proses belajar mengajar untuk
mempermudah siswa menerima pesan-pesan yang disampaikan oleh guru. Maka
kesesuaian antara metode dan media pembelajaran harus sejalan.
Media pembelajaran sebagai alat bantu bagi guru dalam menyampaikan
materi pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Penggunaan media dalam belajar akan berhasil jika guru terampil dalam
menggunakannya, sebab itu guru harus memahami tentang manfaat dan kegunaan
media dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan karena guru merupakan mediator
utama dalam proses transformasi pembelajaran. Maka dalam proses transformasi
pembelajaran guru harus didukung alat atau perantara, yaitu media. Media
pengajaran secara umum dapat dikategorikan kedalam media visual (gambar) dan
audio-visual (suara/film/gambar) atau secara tradisional serta modern yang
mencakup tekhnologi mutakhir. Pemanfaatan media oleh guru bertujuan untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang efisien dan efektif yang sejalan dengan tujuan
pendidikan.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
KULIAH KE 3
MEDIA PEMBELAJARAN DAN PERKEMBANGANNYA
23
simbol tsb disebut decoding. Efektivitas komunikasi pembelajaran ditentukan oleh
sejauh mana isi pesan dari pengirim, diterima oleh penerima sesuai dengan apa
yang maksud oleh pengirim. Makin sempurna (lengkap) makin efektif, makin
banyak kekeliruan/kekurangan makin kurang efektif. Media sebagai komponen
sistem, bagian integral dari suatu sistem pembelajaran. Media bukan sekedar alat
bantu atau alat peraga. Media harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Ada
nilai tambah dari peggunaan media terhadap hasil belajar siswa
24
terlalu memusatkan perhatian pada alat Bantu visual kurang memperhatikan aspek
disain, pengembangan pembelajaran (instruction) produksi dan evaluasinya. Jadi,
dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada sekitar abad ke-20, alat visual
untuk mengkongkritkan ajaran ini dilengkapi dengan alat audio sehingga kita
kenal dengan audio visual atau audio visual aids (AVA). Bermacam peralatan
dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan ajaran kepada siswa
melalui penglihatan dan pendengaran untuk menghindari verbalisme yang masih
mengkin terjadi kalau hanya digunakan alat bantu visual semata.
Sekitar pertengahan abad 20 usaha pemanfaatan alat visual mulai dilengkapi
dengan peralatan audio, maka lahirlah peralatan audio visual pembelajaran.
Usaha-usaha untuk membentuk pembelajaran abstrak menjadi lebih konkrit terus
dilakukan. Dalam usaha itu, Edgar Dale membuat klasifikasi 12 tingkatan
pengalaman belajar dari yang paling kongkrit sampai yang paling abstrak.
Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama ”Kerucut Penglaman” (Cone
of Experience).
Kerucut pengalaman ini dianut secara luas untuk menentukan alat bantu atau
media apa yang sesuai agar siswa memperoleh pengalaman belajar secara mudah.
Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale itu memberikan
gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses
perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati, dan
mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa.
Semakin konkret siswa mempelajari bahan pengajaran, contohnya melalui
pengalaman langsung, maka semakin banyak pengalaman yang diperolehnya.
Sebaliknya semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman, contohnya hanya
mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit pengalaman yang akan
diperoleh siswa. Edgar Dale memandang bahwa nilai media pembelajaran
diklasifikasikan berdasarkan nilai pengalaman. Menurutnya, pengalaman itu
mempunyai dua belas (12) tingkatan. Tingkatan yang paling tinggi adalah
pengalaman yang paling konkret. Sedangkan yang paling rendah adalah yang
paling abstrak, diantaranya:
25
1. Direct Purposeful Experiences : Pengalaman yang diperoleh dari kontak
langsung dengan lingkungan, obyek, binatang, manusia, dan sebagainya,
dengan cara perbuatan langsung
2. Contrived Experiences : Pengalaman yang diperoleh dari kontak melalui
model, benda tiruan, atau simulasi.
3. Dramatized Experiences : Pengalaman yang diperoleh melalui permainan,
sandiwara boneka, permainan peran, drama soial.
4. Demonstration : Pengalaman yang diperoleh dari pertunjukan
5. Study Trips : Pengalaman yang diperoleh melalui karya wisata
6. Exhibition : Pengalaman yang diperoleh melalui pameran
7. Educational Television : Pengalaman yang diperoleh melalui televisi
pendidikan
8. Motion Pictures : Pengalaman yang diperoleh melalui gambar, film hidup,
bioskop
9. Still Pictures : Pengalaman yang diperoleh melalui gambar mati, slide,
fotografi
10. Radio and Recording : Pengalaman yang diperoleh melalui siaran radio atau
rekaman suara
11. Visual Symbol : Pengalaman yang diperoleh melalui simbol yang dapat dilihat
seperti grafik, bagan, diagram
12. Verbal Symbol : Pengalaman yang diperoleh melalui penuturan kata-kata.
Ketika itu, para pendidik sangat terpikat dengan kerucut pengalaman itu,
sehingga pendapat Dale tersebut banyak dianut dalam pemilihan jenis media yang
paling sesuai untuk memberikan pengalaman belajar tertentu pada siswa. Pada
akhir tahun 1950, teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat audio
visual. Dalam pandangan teori komunikasi, alat audio visual berfungsi sebagai
alat penyalur pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan. Begitupun dalam
dunia pendidikan, alat audio visual bukan hanya dipandang sebagai alat bantu
guru saja, melainkan juga berfungsi sebagai penyalur pesan belajar. Sayangnya,
waktu itu faktor siswa, yang merupakan komponen utama dalam pembelajaran,
belum mendapat perhatian khusus. Baru pada tahun 1960-an, para ahli mulai
memperhatikan siswa sebagai komponen utama dalam pembelajaran. Pada saat itu
26
teori Behaviorisme BF. Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam
kegiatan pembelajaran. Teori ini telah mendorong diciptakannya media yang
dapat mengubah tingkah laku siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Produk
media pembelajaran yang terkenal sebagai hasil teori ini adalah diciptakannya
teaching machine (mesin pengajaran) dan Programmed Instruction (pembelajaran
terprogram).
Pada tahun 1965-1970, pendekatan sistem (system approach) mulai
menampakkan pengaruhnya dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Pendekatan
sistem ini mendorong digunakannya media sebagai bagian intregal dalam proses
pembelajaran. Media, yang tidak lagi hanya dipandang sebagai alat bantu guru,
melainkan telah diberi wewenang untuk membawa pesan belajar, hendaklah
merupakan bagian integral dalam proses pembelajaran. Media, yang tidak lagi
hanya dipandang sebagai alat bantu guru, melainkan telah diberi wewenang untuk
membawa pesan belajar, hendaklah merupakan bagian integral dari kegiatan
belajar mengajar. Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi
penggunaan alat bantu audio visual, yang berguna sebagai penyalur pesan atau
informasi belajar.
Pada tahun 1960-1965 orang-orang mulai memperhatikan siswa sebagai
komponen yang penting dalam proses belajar mengajar. Pada saat itu teori
tingkah-laku (behaviorism theory) dari B.F Skinner mulai mempengaruhi
penggunaan media dalam pembelajaran. Dalam teorinya, mendidik adalah
mengubah tingkah-laku siswa. Teori ini membantu dan mendorong diciptakannya
media yang dapat mengubah tingkah-laku siswa sebagai hasil proses
pembelajaran.
Pada tahun 1965-1970 , pendekatan system (system approach) mulai
menampakkan pengaruhnya dalam kegiatan pendidikan dan kegiatan
pembelajaran. Pendekatan system ini mendorong digunakannya media sebagai
bagian integral dalam proses pembelajaran. Setiap program pembelajaran harus
direncanakan secara sistematis dengan memusatkan perhatian pada siswa. Ada
dua ciri pendekatan sistem pengajaran, yaitu sebagai berikut:
27
1. Pendekatan sistem pengajaran mengarah ke proses belajar mengajar. Proses
belajar-mengajat adalah sesuatu penataan yang memungkinkan guru dan siswa
berinteraksi satu sama lain.
2. Penggunaan metode khusus untk mendesain sistem pengajaran yang terdiri
atas prosedur sistemik perencanaan, perancangan, pelaksanaan, dan penilaian
keseluruhan proses belajar-mengajar
Program pembelajaran direncanakan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik
siswa diarahkan kepada perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang
dicapai. Pada dasarnya pendidik dan ahli visual menyambut baik perubahan ini.
Sehingga untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, mulai dipakai berbagai
format media. Dari pengalaman mereka, guru mulai belajar bahwa cara belajar
siswa itu berbeda-beda, sebagian ada yang lebih cepat belajar melalui media
visual, sebagian audio, media cetak, dan sebagainya. Sehingga dari sinilah lahir
konsep media pembelajaran.
28
DAFTAR PUSTAKA
29
KULIAH KE 4
A. JENIS MEDIA
c. R.murry thomas
di dasarkan atas 3 (tiga) jenjang pengalaman
1. Pengalaman dari benda asli (reliefe experience)
2. Pengalaman dari benda tiruan (substitute of reliefe experience)
3. Pengalaman dari kata-kata (words only)
30
5. Video
6. Multimedia Interaktif
7. E-learning
CETAK
Kelebihan
1. Murah
2. Dapat diakses oleh kalangan luas
3. Tidak memerlukan peralatan
Kekurangan
1. Membutuhkan reading habits
2. Membutuhkan pengetahuan awal (prior knowledge)
3. Kurang bisa membantu daya ingat
TRANSPARANSI
Kelebihan
1. penggunaannya praktis
2. tidak memerlukan ruang gelap. Karena itu siswa atau peserta didik dapat
melihatnya sambil mencatat
3. mudah dioperasikan, sehingga tidak memerlukan operator khusus
Kekurangan
1. memerlukan peralatan khusus untuk penampilan, yaitu Overhead
Projector (OHP)
2. memerlukan penataan yang khusus
3. memerlukan kecakapan khusus dalam pembuatannya
AUDIO
Kelebihan
1. Imajinatif
2. Individual
3. Relatif lebih murah
Kekurangan
1. Komunikasi satu arah
2. Abstrak, terutama berkaitan dengan angka, ukuran, penghitungan dll
3. Auditif, sehingga membutuhkan konsentrasi dalam mendengarkan
SLIDE SUARA
Kelebihan
1. Dapat digunakan dalam kelompok besar (kelas)
2. Dapat memusatkan perhatian
3. Di bawah kontrol guru
Kekurangan
1. Gambar yang lepas menjadikannya mudah hilang
2. Hanya menyajikan gambar diam
3. Memerlukan ruangan yang gelap, sehingga tidak ada aktifitas lain
MULTI MEDIA
31
Kelebihan
1. Interaktif
2. Individual
3. Fleksibel
Kekurangan
1. Hanya akan berfungsi untuk hal-hal sebagaimana yang telah
diprogramkan
2. Memerlukan peralatan (komputer) multimedia
3. Perlu persyaratan minimal prosesor, memori kartu grafis dan monitor
1. Media Grafis
Media grafis termasuk media visual yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari
sumber kepenerima pesan, dimana pesan dituangkan melalui lambang atau simbol
komunikasi visual. Menurut Arief S.Sadiman ( 1986 ) simbol-simbol tersebut
harus dipahami benar, artinya agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan
efisien. Selain fungsi umum tersebut secara khusus grafis berfungsi pula untuk
menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta
yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan. Jenis
media grafis adalah:
b. Grafik ( Grafik )
c. Media Diagram
d. Foster
32
Poster merupakan gabungan antara gambar dan tulisan dalam satu bidang yang
memberikan informasi tentang satu atau dua ide pokok, poster hendaknya dibuat
dengan gambar dekoratif dan huruf yang jelas. Ciri-ciri poster yang baik:
1) Sederhana
Karikatur dan kartun merupakan garis yang dicoret dengan spontan yang
menekankan kepada hal-hal yang dianggap penting, beda antara poster dan
karikatur terletak pada karikatur kadang-kadang lebih menggit dan kritis. Kesan
kritis dan humor yang diberikan karikatur dan kartun menyebabkan informasi
yang disampaikan tahan lama dalam ingatan anak.
Foto merupakan media refroduksi bentuk asli dalam dua dimensi. Foto ini
merupakan alat visual yang efektif karena dapat divisualisasikan sesuatu yang
akan dijelaskan dengan lebih konkrit dan realitis. Foto ini dapat mengatur ruang
dan waktu.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat gambar dengan garis
lingkaran, sebagaimana yang dikemukakan Amir Hamzah Sulaiman ( 1995:112 )
sebagai berikut:
1) Gunakan warna yang gelap untuk garis dan lingkaran supaya kontras dengan
kertas sebagai latar belakangnya
33
6) Gunakan seluruh bidang dan jangan biarkan sebagian besar bidang ada yang
kosong
7) Ada baiknya memberi sketsa lebih dahulu dengan pensil supaya dapat
dihapus yang keliru, kenudian dapat digunakan spidol atau tinta
h. Media Komik
Komik merupakan media yang mempunyai sifat yang sederhana, jelas, mudah
dipahami. Oleh sebab itu media komik dapat berfungsi sebagai media yang
informatik dan edukatif. sungguhpun demikian penggunaan komik sebagai media
pengajaran guru harus hati-hati sebab seringkali lebih bersifat komersial tanpa
mempertimbangkan akibat yang ditimbulkan.
OHP ini telah ditemukan sejak tahun 1930-an yaitu sejak adanya penemuan lensa
fresnal yang digunakan dalam OHP.
b. Slide
Silde dan flmstrip merupakan media yang diproyeksikan dan dapat dilihat dengan
mudah oleh para siswa dikelas. Slide adalah sebuah ganbar transparan yang
diproyeksikan oleh cahaya melalui proyektor.
c. Filim Strip
Filmstrip disebut juga filim slide, stripfilm dan still film yang arti dan fungsinya
sama. Ukuran filmstrip ada dua jenis yaitu: 1). single frame 2). double frame.
Slide dan Filmstrip memberikan keuntungan dalam kegiatan proses belajar
mengajar. Oemar Hamalik ( 1985 : 91 ) mengemukakan bahwa slide dan filmstrip
mengandung nilai-nilai sebagai berikut:
3) Setiap sistem dalam kelas melihat gambar yang sama dan dalam waktu yang
sama
34
3. Media Audio
Media audio berkaitan dengan indra pendengar, dimana pesan yang disampaikan
dituangkan dalam lambang-lambang auditif, baik verbal ( kedalam kata-kata atau
bahasa lisan ) maupun non verbal. Ada beberapa jenis media yang dapat
dikelompokkan dalam media audio yaitu:
a. Radio
b. Laboratorium bahasa
Laboratorium bahasa adalah alat untuk melatih siswa untuk mendengar dan
berbicara dalam bahasa asing dengan jalan menyajikan materi pelajaran yang
disiapkan sebelumnya.
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah yang secara
harfiah berarti ‘tengah’, perantara atau pengantara. Dalam bahasa Arab media
adalah ( ) ئل سا وatau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Berikut pendapat tentang media yang dikemukakann oleh para ahli yaitu:
a. Gerlach dan Ely ( 1972 ) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara
garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang
membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap
b. Fleming mengatkan bahwa media yang sering diganti dengan mediator yaitu
penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan
mendamaikannya
35
Dari defenisi-defenisi tersebut dapat ditarik kesimpulannya bahwa pengertian
media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang
pikiran, perasaan dan kemauan audio ( siswa ) sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar pada dirinya.
Media merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar
mengajar. Dengan beraneka ragamnya media maka masing-masing media
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena itu ada beberapa
pertimbangan yang perlu diperhatikan antara lain:
3. Kondisi siswa dari segi subjek belajar menjadi perhatian yang serius bagi
guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi anak. Faktor umur,
intelegensi, latar belakang pendidikan, budaya, dan lingkungan anak menjadi titik
perhatian dan pertimbangan dalam memilih media pengajaran
36
Sistem pendidikan yang baru menuntut faktor dan kondisi yang baru pula baik
yang berkenaan dengan sarana pisik maupun non fisik. Untuk itu diperlukan
tenaga pengajar yang memiliki kemampuan dan kecakapan yang lebih memadai,
diperlukan kinerja dan sikap yang baru, peralatan yang lebih lengkap dan
administrasi yang lebih teratur.
Guru hendaknya dapat menggunakan peralatan yang lebih ekonomis, efisien dan
mampu dimiliki oleh sekolah serta tidak menolak digunakannya peralatan
teknologi moderen yang relevan dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan
zaman. Permasalahan pokok dan cukup mendasar adalah sejauh manakah
kesiapan guru-guru dalam menguasai penggunaan media pendidikan dan
pengajaran disekolah untuk pembelajaran siswa secara optimal sesuai dengan
tujuan pendidikan dan pengajaran.
Media sebagai alat abntu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan
yang tidak dapat dipungkiri. Karena memeng gurulah yang menghendakinya
untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan
pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didik. Guru sadar bahwa tanpa
bantuan media maka bahan pembelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh
setiap anak didik terutama bahan pelajaran yang rumit atau kompleks.
Setiap materi pelajaran tentu memiliki tingkat kesukatran yang bervariasi. Pada
satu sisi ada bahan pelajaran yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi dilain pihak
ada bahan pelajaran yang sangat memerlukan alat bantu berupa media pengajaran.
Bahan pelajaran dengan tingkat kesukaran yang tinggi tentu sukar diproses oleh
anak didik. Apalagi bagi anak didik yang kurang menyukai bahan pelajaran yang
disampaikan itu.
Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi untuk melicinkan jalan menuju
tercapainya tujuan pengajaran. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses
belajar mengajar dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar anak didik
dalam tenggang waktu yang cukup lama.Walaupun begitu penggunaan media
sebagai alat bantu tidak bisa sembarang menurut sekehendak hati guru. Tetapi
harus memperhatikan dan mempertimbangkan tujuan.
37
Akhirnya dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu dalam proses belajar
mengajar dan gurulah yang mempergunakannya untah membelajarkan anak didik
demi tercapainya tujuan pengajaran.
Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah sejumlah nilai umtuk
dikosumsi oleh setiap anak didik. Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya,
tetapi teramil dari berbagai sumber. Karena itu, sumber belajar adalah segala
sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran
terdapat atau asal untuk belajar sekarang.
Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu guru
memperkaya wawasan anak didik. Aneka macam bentuk dan jenis media
pendidikan yang digunakan oleh guru menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi
anak didik. Media sebagai sumber belajar diakui sebagai alat bantu auditif, visual,
dan audiovisual. Penggunaan ketiga jenis sumber belajar ini tidak sembarangan,
tetapi harus disesuaikan dengan perumusan tujuan internasional dan tentu saja
dengan kompetensi guru itu sendiri dan sebagainya. Maka guru yang pandai
menggunakan media adalah guru yang bisa manipulasi media sebagai sumber
belajar dan sebagai penyalur informasi dari bahan yang disampaikan kepada anak
didik dalam proses belajar mengajar.
Prinsip pokok yang harus diperhatikan dalam penggunaan media pada setiap
kegiatan belajar mengajar adalah bahwa media digunakan dan diarahkan untuk
mempermudah siswa belajar dalam upaya memahami materi pelajaran. Dengan
demikian penggunaan media harus dipandang dari sudut kebutuhan siswa . Hal ini
perlu ditekankan sebab sering media dipersiapkan hanya dilihat dari sudut
kebutuhan siswa.
Berikut ini dijelaskan fungsi dan peran dari media pembelajaran adalah:
Peristwa-peristiwa penting atau objek yang lengkap dapat diabadikan dengan foto,
filim atau direkam melalui video atau audio, kemudian peristiwa tersebut
disimpan dan dapat digunakan manakala diperlukan.
Guru dapat menjelaskan proses terjadinya gerhana matahari yang langka melalui
hasil rekaman video. Atau bagaiman proses perkembangan ulat menjadi kupu-
kupu, perkembangan bayi dalam rahim dari mulai sel telur dibuahi sampai
menjadi embrio dan berkembang menjadi bayi. Demikian juga dalam pelajaran
38
IPS , guru dapat menjelaskan bagaimana terjadinya peristiwa proklamasi melalui
tayangan filim dan lain sebagainya.
Selain itu, media pembelajaran juga dapat membantu menampilkan objek yang
terlalu besar yang tidak mungkin dapat ditampilakan didalam kelas, atau
menampilkan objek yang terlalu kecil yang sulit dilihat dengan menggunakan
mata telanjang.
Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan
perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan
makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Sering kali
pada awal pelajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran yang tidak
disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan.
39
Fungis afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika
belajar ( atau membaca ) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat
menggugah emosi dan sikap siswa misalnya informasi yang menyangkut masalah
sosial atau ras.
Fungsi kompensatoris media pengajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media
visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang
lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan
mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat dalam menerima dan memahami
isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.
E. Peralatan Media
a. Overhead projector
b. Microfrom reader
2. Peralatan elektronik
e. Amplifier
f. Loudspeaker
40
h. Perekam pita video ( video tape recorder )
l. Video monitor
m. Proyektor video
F. Klasifikasi Media
Rudi Bretz ( 1977 ) mengklasifikasikan ciri utama media pada tiga unsur pokok
yaitu suara, visual dan gerak. Bentuk visual itu sendiri dibedakan lagi pada tiga
bentuk yaitu gambar visual, garis dan simbol. Disamping itu juga membedakan
media siar dan media rekam sehingga terdapat 8 klasifikasi media:
7. Media audio
8. Media cetak
3. Alat-alat yang bisa dilihat dan didengar, misalnya filim dan televisi, benda-
benda tiga dimensi yang biasanya dipertunjukkan, misalnya: model, spicemens,
bak pasir, peta electris, koleksi diorama
41
4. Dramatisasi, bermain peranan, sosiodrama, sandiwara boneka, dan
sebagainya
Disamping itu para ahli media lainnya juga membagi jenis-jenis media pengajaran
itu kepada:
4. Media proyeksi
2. Komunikasi lisan
3. Gambar cetak
4. Gambar diam
5. Gambar gerak
6. filim bersuara
7. mesin belajar
Schramm ( 1977 ) memandang media dari segi kerumitan dan besarnya biaya. Dia
membedakan antara media rumit dan mahal ( big media ), media sederhana dan
murah ( little media ). Schramm juga mengelompokkan menurut daya liputnya
menjadi media massal, kelompok, media individual. Selain itu dia juga membagi
media menurut kontrol pemakaiannya dalam pengertian portabilitasnya dan
kesesuaiannya untuk dirumah, kesiapan pemakaiannya setiap saat diperlukan,
cepat atau tidaknya dalam penyampaian dan dapat dikontrol, kesesuaiannya untuk
belajar mandiri dan kemampuannya untuk memberi umpan balik.
42
Menurut Seels dan Glasgow ( 1990:181-183 ) dibagi kedalam dua kategori luas,
yaitu: pilihan media tradisional dan pilihan media teknologi mutakhir.
c. Audio
d. Penyajian multimedia
f. Cetak
g. Permainan
h. Realia
1. Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja atau media yang
hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara
2. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja tidak mengandung
unsur suara. Yang termasuk kedalam media adalah film slide, foto, transparasi,
lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis
3. Media audiovisual, yaitu jenis jenis media yang selain mengandung unsur
suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video,
berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini
dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis
media yang pertama dan kedua.
1. Media yang memiliki daya lipat yang luas dan serentak seperti radio dan
televisi. Melalui media ini siswa dapat mempelajari hal-hal atau kejadian-kejadian
yang aktual secara serentak tanpa harus menggunakan ruangan khusus
43
2. Media yang mempunyai daya lipat yang terbatas oleh ruang dan waktu,
seperti filim slide, film, video, dan lain sebagainya
Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibedakan menjadi:
1. Media yang proyeksikan, seperti film, slide, fim strip, transparansi, dan lain
sebagainya. Jenis media yang demikian memerlukan alat proyeksi khusus, seperti
film proyektor untuk memproyeksi film, slide projector untuk memproyeksikan
film slide, Over Head Projector ( OHP ) untuk memproyeksi semacam ini, maka
media semacam ini tidak akan berfungsi apa-apa
2. Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan, radio, dan lain
sebagainya
1. Media visual
2. Media audio
3. Media display
5. Media cetak
6. Belajar terprogram
1. Audiovisual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam
seperti filim bingkai suara (sound slide ), film rangkai suara, dan cetak suara
2. Audiovisual gerak yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan
gambar yang bergerak seperi film suara dan video cassette
1. Audiovisual murni yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal dari
satu sumber seperti: film video-cassette
2. Audiovisual tidak murni yaitu yang unsur suara dan unsur gambarnya berasal
dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya
bersumber dari slides proyektor dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder.
contoh lainnya: flim strip suara dan cetak suara
44
DAFTAR PUSTAKA
45
KULIAH KE 5
PEMILIHAN MEDIA 1
Pemilihan Media
Pemilihan media pembelajaran yang sesuai dengan standar kompetensi dan
indikator yang ditetapkan pada dasarnya merupakan suatu perluasan keterampilan
berkomunikasi yang membutuhkan suatu proses yang rinci, sistematis dan khusus.
Memilih media pembelajarn yang terbaik untuk standar kompetensi dan indikator
suatu pembelajaran bukan suatu pekerjaan yang mudah. Karena pemilihan media
tersebut didasarkan pada berbagai prinsip dan faktor yang saling mempengaruhi.
Ada beberapa prinsip dalam memilih media pembelajaran yang harus
diperhatikan oleh pendidik, yang terpenting dalam pemilihan media
pembelajaraan dimaksud adalah adanya patokan yang digunakan pada proses
pemilihan media itu. Pemilihan dan penggunaan suatu media pembelajaran harus
melibatkan tenaga yang mampu, terampil, dan profesional untuk
memanfaatkannya disetiap lembaga pendidikan. Biaya yang dibutuhkan juga
harus tersedia dan terjangkau oleh suatu lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Secara garis besar beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
media pembelajaran, yaitu:
1. Harus adanya kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media
pembelajaran. Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran,
untuk informasi yang bersifat umum, ataukah sekedar hiburan saja
mengisi waktu kosong. Lebih khusus lagi, apakah untuk
pembelajaran kelompok atau individu, apakah sasarannya peserta
46
didik TK, SD, SMA, atau peserta didik Sekolah Dasar Luar Biasa,
masyarakat pedesaan ataukah masyarakat perkotaan.
2. Karakteristik Media Pembelajaran. Setiap media pembelajaran
memiliki karakteristik tertentu, baik dilihat dari keunggulannya, cara
pembuatan maupun cara penggunaannya. Memahami karakteristik
media pembelajaran merupakan kemampuan dasar yang harus
dimiliki dalam kaitannya dengan pemilihan media pembelajaran.
Disamping itu, hal ini memberikan kemungkinan bagi kita untuk
menggunakan berbagai media pembelajaran secara bervariasi.
3. Alternatif Pilihan, yaitu adanya sejumlah media yang dapat
dibandingkan atau dikompetisikan. Dengan demikian kita bisa
menentukan pilihan media pembelajaran mana yang akan dipilih
A= Analyze Learner Characteristics
S= State Objective (Merumuskan tujuan)
S= Select (Memilih dan merancang)
U= Utilize (Menggunakan Materi)
R= Require Learner Response
E= Evaluate
Penguatan
Motivasi Umpan Balik
(Reinforcement)
Tujuan
Emosi
Pembelajaran
Persiapan
Organisasi Isi Penerapan
Sebelum Belajar
47
Kriteria Pemilihan Media
1. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
2. Tepat untuk mendukung isi pembelajaran yang sifatnya fakta, konsep,
prinsip, atau generalisasi.
3. Praktis, luwes, dan bertahan.
4. Guru terampil menggunakannya.
5. Pengelompokan sasaran.
6. Mutu teknis.
Keberhasilan menggunakan media dalam proses pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar tergantung pada (1) isi pesan, (2) cara menjelaskan
pesan, dan (3) karakteristik penerima pesan. Dengan demikian dalam memilih dan
menggunakan media, perlu diperhatikan ketiga faktor tersebut. Tidak berarti
bahwa semakin canggih media yang digunakan akan semakin tinggi hasil belajar
atau sebaliknya. Untuk tujuan pembelajaran tertentu dapat saja penggunaan papan
tulis lebih efektif dan lebih efesien daripada penggunaan LCD, apabila bahan
ajarnya dikemas dengan tepat serta disajikan kepada siswa yang tepat pula.
Sungguhpun demikian, secara operasional ada sejumlah pertimbangan dalam
memilih media pembelajaran yang tepat, antara lain:
1. Access
Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih media.
Apakah media yang diperlukan itu tersedia, mudah dan dapat dimanfaatkan
oleh murid? Misalnya, kita ingin menggunakan media internet, perlu
dipertimbangkan terlebih dahulu, apakah ada saluran untuk koneksi ke
internet, adakah jaringan teleponnya? Akses juga menyangkut aspek
kebijakan, misalnya apakah murid diizinkan untuk menggunakan komputer
yang terhubung ke internet? Jangan hanya kepala sekolah saja yang boleh
menggunakan internet, tetapi juga guru/karyawan dan murid. Bahkan murid
lebih penting untuk memperoleh akses.
2. Cost
Biaya juga harus menjadi bahan pertimbangan. Banyak jenis media yang dapat
menjadi pilihan kita. Media pembelajaran yang canggih biasanya mahal.
Namun biaya itu harus kita hitung dengan aspek manfaat. Sebab semakin
48
banyak yang menggunakan, maka unit cost dari sebuah media akan semakin
menurun.
3. Technology
Mungkin saja kita tertarik kepada satu media tertentu. Tetapi kita perlu
memperhatikan apakah teknisinya tersedia dan mudah menggunakannya?
Katakanlah kita ingin menggunakan media audio visual untuk di kelas, perlu
kita pertimbangkan, apakah ada aliran listriknya, apakah voltase listriknya
cukup dan sesuai, bagaimana cara mengoperasikannya?
4. Interactivity
Media yang baik adalah yang dapat memunculkan komunikasi dua arah atau
interaktivitas. Semua kegiatan pembelajaran yang akan dikembangkan oleh
guru tentu saja memerlukan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
tersebut.
5. Organization
Pertimbangan yang juga penting adalah dukungan organisasi. Misalnya
apakah pimpinan sekolah atau pimpinan yayasan mendukung? Bagaimana
pengorganisasiannya? Apakah di sekolah tersedia sarana yang disebut pusat
sumber belajar?
6. Novelty
Kebaruan dari media yang akan dipilih juga harus menjadi pertimbangan.
Sebab media yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih menarik bagi
murid. Dari beberapa pertimbangan di atas, yang terpenting adalah adanya
perubahan sikap guru agar mau memanfaatkan dan mengembangkan media
pembelajaran yang “mudah dan murah”, dengan memanfaatkan sumberdaya
yang ada di lingkungan sekitarnya serta memunculkan ide dan kreativitas yang
dimilikinya.
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai.
Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-
kata, tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau
kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak
yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak
49
dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu,
terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti:
biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.
Lebih terperinci beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih
media dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Sesuai dengan tujuan atau standar kompetensi yang ingin dicapai. Media
dipilih berdasarkan tujuan atau standar kompetensi yang telah ditetapkan
yang secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau
tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
2. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip,
atau generalisasi.
3. Praktis, luwes, dan bertahan
4. Guru terampil menggunakannya
5. Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum
tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau
perorangan.
6. Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotografi harus
memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya, visual pada slide harus
jelas dan informasi atau pesan yang ditonjolkan dan ingin disampaikan
tidak boleh terganggu oleh elemen lain yang berupa latar belakang
PEMILIHAN MEDIA 2
50
Ditinjau dari segi kesiapan pengadaannya, media dikelompokkan kedalam 2
jenis,yaitu media jadi dan media rancangan.
a. Media Jadi, yaitu media media yang merupakan komoditi perdagangan dan
terdapat di pasaran luas dalam keadaan siap pakai (media by utilization)
b. Media Rancangan, yaitu media yang dirancang dan disiapkan secara khusus
untuk maksud dan tujuan pembelajaran tertentu (media by design)
51
(E) Evaluate: Mengevaluasi proses belajar mengajar, dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat pencapaian siswa mengenai tujuan pembelajaran,
keefektifan media, pendekatan dan guru sendiri.
3. Dari segi teori belajar, berbagai kondisi dan prinsip-prinsip psikologis yang
perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan media adalah sebagai berikut:
1. Motivasi
2. Perbedaan individual
3. Tujuan Pembelajaran
4. Organisasi isi
5. Persiapan sebelum belajar
6. Emosi
7. Partisipasi
8. Umpan balik
9. Penguatan (reinforcement)
10. Latihan dan pengulangan
11. Penerapan
52
b. Apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada
dana,tenaga dan fasilitasnya
c. Faktor yang menyangkut keluwesan,kepraktisan dan ketahanan media
itu dalam waktu yang lama.
d. Efektifitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang.
53
selanjutnya ialah menentukan strategi intruksionalnya, yaitu apakah ingin
memberikan pengalaman belajar sikap keterampilan fisik atau kognitif.
Selanjutnya kita memilih media yang sesuai untuk menentukan pilihan akhir.
Pertimbangan untuk membandingkan ini dapat dilihat misalnya dari kriteria
kemudahan diperolehnya, keluwesan pemakaiannya, kesesuaiannya dengan
sumber-sumber kondisi dan keterbatasan yang ada.
Prosedur lain untuk pemilihan media dibuat dalam bentuk matriks yang ingin
melihat kesesuaian media dengan tingkat kesulitan pengendalian oleh pemakai.
Dan delanjutnya sebagaimana telah diutarakan sebelumnya, prosedur pemilihan
media ada yang dituangkan dalam bentuk checklist. Bentuk checklist ini kadang-
kadang juga disebut dengan nama format evaluasi media.
54
mengahasilkan sebanyak 457 film bersuara, 432 film strip bisu, dan 457
panduan instruktur
4. Pada tahun 1960-an banyak sekolah dan perguruan tinggai yang mulai
mendirikan pusat media pembelajaran
5. Di Indonesia dimulai awal abad ke-20 dengan digunakannya berbagai alat
permainan untuk mengajar (ki Hajar Dewantara )
6. Secara formal sudah dimulai dengan menatar guru-guru th 1950an, pada
masa itu guru mengikuti kursus tertulis secara jarak jauh
7. 1973-1976 dengan bantuan UNESCO dilakukan eksperimen penaran guru
dengan melalui radio
Mengapa Memanfaatkan Media
1. Anak anak SD (6-12 th) ada pada tahapan kongkret operasional
2. Anak-anak terutama yg berusia 6-8 th lebih mudah mempelajari segala
sesuatu dengan konkret
3. Piaget menyebutkan usia pada masa keemasan dimana anak sedang ada
dalam raraf perkembangan fisik dan mental yang sangat baik
4. Mendidik anak kecil itu bukan atau belum memberi pengetahuan, akan
tetapi baru berusaha untuk sempurnanya rasa fikiran….
5. Latihan panca indera itu pekerjaan lahir untuk mendidik batin (pikiran,
rasa, kemauan nafsu dan lain-lain
6. Bruner jg mengatakan bahwa pembelajaran sebaiknya dimulai dari
pengalaman nyata dan dialami langsung oleh anak, meingkat pada
penggunaan gambar, dan baru menggunakan unsur-unsur abstrak simbolis
(kata-kata tulisan )
55
1. Dua jenis sumber belajar
a. Learning resources by design: sumber belajar yang sengaja dirancang
khusus untuk tujuan pembelajaran. Misal : buku pelajaran, modul,
program audio, program video, transparansi OHP
b. Learning resources by utilization: sumber belajar yang bukan
diranrancang untuk tujuan pembelajaran, namun sudah tersedia dan dapat
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Misal : sawah, pasar, surat
kabar, siaran televisi, pabrik, terminal dll.
Media Sebagai Bagian Terpadu Dalam Pembelajaran
Salah satu komponen yang perlu dilakukan guru atau pengajar sebelum
melaksanakan pengajaran adalah mengembangkan strategi pembelajaran yang
terdiri dari komponen urutan kegiatan pembelajaran, metode pembelajaran, media
pembelajaran dan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran.
Mengembangkan strategi pembelajaran dapat dikatakan sebagai inti dari suatu
proses pembelajaran karena berkaitan sangat erat dengan bagaimana suatu
pembelajaran akan berlangsung.
Faktor Yang Perlu Dipertimbangkan Dalam Memilih Media Pembelajaran
1. Tujuan instruksional
2. Karakteristik audience
3. Jenis rangsangan belajar yang diinginkan (audio, visual, gerak dll)
4. Asetting pembelajaran
5. Luas jangkauan
6. Ketersediaan
7. Waktu
8. Tenaga
9. Fleksibilitas
10. Ketahanan
11. Efektifitas biaya
Syarat Media
¤ Visible Mudah dilihat
¤ Interesting Menarik
¤ Simple Sederhana
56
¤ Useful Bermanfaat
¤ Accurate Benar
¤ Legitimate Sah, masuk akal
¤ Structured Terstruktur
Jenis Media Dalam Pembelajaran
1. Media Audio
a. Program Kaset Audio
b. Program Siaran Radio
2. Media Visual
a. Model
b. Gambar
c. Overhead Transparency (OHT)
3. Media Audiovisual
a. Video
b. Televisi
Belajar, Mengajar dan Pembelajaran
1. Terjadinya proses belajar tidak selalu harus ada orang yang mengajar
2. Kegiatan belajar tak dapat diwakili orang lain, harus dialami sendiri oleh si
belajar
3. Mengajar merupakan upaya untuk membuat orang lain belajar
4. Istilah “pembelajaran” lebih bermakna bagi si belajar daripada
“pengajaran”
5. Peran utama pembelajar (guru, tutor, widyaiswara) adalah menciptakan
kondisi agar terjadi kegiatan belajar pada si belajar
Sumber Belajar
1. Pengertian
Segala sesuatu baik yang sengaja dirancang maupun yang telah tersedia
yang dapat dimanfaatkan baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-
sama untuk membuat atau membantu peserta didik belajar
2. Komponen
a. Pesan adalah Pelajaran/informasi yang diteruskan oleh komponen lain
dalam bentuk ide, fakta, arti, data, dan lain-lain
57
b. Orang adalah Manusia sebagai penyimpan, pengolah, dan penyaji
pesan
c. Bahan adalah Sesuatu yang mengandung pesan untuk disajikan melalui
penggunaan alat ataupun oleh dirinya sendiri
d. Alat adalah Sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang
tersimpan di dalam bahan
e. Teknik adalah Prosedur rutin atau acuan yang disiapkan untuk
menggunakan bahan, peralatan, orang, dan lingkungan untuk
menyampaikan pesan
f. Lingkungan adalah Situasi sekitar atau tempat di mana pesan diterima
Sumber Belajar dan Media Pembelajaran
1. Media Belajar merupakan bagian dari sumber belajar
2. Sumber belajar dapat berupa: pesan, orang, alat, bahan, teknik dan
lingkungan.
3. Kombinasi bahan (soft-ware) dan alat (hard-ware) dinamakan media
pembelajaran.
4. Media pembelajaran: segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan kemauan pebelajar sehingga
mendorong terjadinya kegiatan belajar.
58
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran Yang Baik. http://ilmu-
pendidikan.net/pembelajaran/media-pembelajaran/kriteria-pemilihan-media-
pembelajaran-yang-baik. (Diakses pada tanggal 15 Oktober 2016).
John D. Latuheru. 1988. Media Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.
Moh. UzerUsman. 1992. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Oemar Hamalik. 1994. Media Pendidikan. Jakarta: Alumni.
59
KULIAH KE 6
60
Ada beberapa prosedur yang harus diikuti dalam penyusunan bahan ajar.
Prosedur itu meliputi: (1) memahami standar isi dan standar kompetensi
lulusan, silabus, program semeter, dan rencana pelaksanaan pembelajaran; (2)
mengidentifikasi jenis materi pembelajaran berdasarkan pemahaman terhadap
poin (1); (3) melakuan pemetaan materi; (4) menetapkan bentuk penyajian;
(5) menyusun struktur (kerangka) penyajian; (6) membaca buku sumber; (7)
mendraf (memburam) bahan ajar; (8) merevisi (menyunting) bahan ajar; (9)
mengujicobakan bahan ajar; dan (10) merevisi dan menulis akhir (finalisasi).
61
Langkah berikutnya yaitu menetapkan bentuk penyajian. Bentuk penyajian
dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan. Bentuk-bentuk tersebut adalah seperti
buku teks, modul, diktat, lembar informasi, atau bahan ajar sederhana.
Masing-masing bentuk penyajian ini dapat dilihat dari berbagai sisi. Di
antaranya dapat dilihat dari sisik kekompleksan struktur dan pekerjaannya.
Bentuk buku teks tentu lebih kompleks dibandingkan dengan yang lain.
Begitu pula halnya modul dengan yang lain. Yang paling kurang
kompleksitasnya adalah bahan ajar sederhana. Sesuai dengan namanya
”sederhana”, tentu wujudnya juga sederhana.
62
catch-all phrase to describe the new wave of computer software that primarily
deals with the provisions of information. The ’multimedia’ component is
characterized by the presence of text, picture, sound, animation and video;
some or all wich are organized into some coherence program. The ‘interactive’
component refers to the process of empowering the user to control the
environment usually by a computer.”
63
Multimedia pembelajaran hendaknya memiliki tingkat interaktivitas yang
tinggi, agar proses pembelajaran mandiri berlangsung dinamis.
64
Proses belajar mengajar akan lebih berhasil manakala terjadi interaksi dua
arah antara pengajar dan peserta didik. Partisipasi aktif peserta didik dalam
pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan materi
pelajaran. Oleh karena itu media pembelajaran yang digunakan hendaknya
mampu menimbulkan keterlibatan peserta didik secara aktif (interaktif) dalam
proses belajar
Umpan balik yang diberikan oleh pengajar secara tepat dapat menjadi
pendorong bagi peserta didik untuk selalu meningkatkan prestasinya. Untuk
itu, pengajar harus memberikan respon umpan balik secara berkala terhadap
kemajuan belajar peserta didik (Abdul Gafur, 2007: 20).
a. Prinsip multimedia:
murid-murid bisa belajar lebih baik dari kata-kata dan gambar-gambar dari
pada kata-kata saja.
d. Prinsip koherensi:
65
Murid-murid bisa belajar lebih baik jika materi ekstra disisihkan daripada
dimasukkan.
66
Teknologi yang muncul terakhir adalah teknologi mikro prosesor yang
melahirkan pemakaian komputer dan kegiatan interaktif.
67
mahal biaya investasinya, semakin susah pengadaannya dan semakin luas
lingkup penggunaannya. Sebaliknya semakin rendah perangkat media yang
digunakan biaya akan menjadi murah, pengadaannya lebih mudah, sifat
penggunaannya lebih khusus dan lingkup sasarannya.
Agar media pengajaran yang dipilih itu tepat, terdapat beberapa faktor
yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media:
68
optimal, serta waktu, tenaga dan biaya yang dikeluarkan untuk mencapai
tujuan tersebut sedikit mungkin
69
Dari berbagai jenis penelitian terdahulu yang telah diuraikan di atas, diketahui
bahwa pada hakikatnya bukan media itu sendiri yang menentukan hasil belajar.
a. Access (akses)
Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih media.
Apakah media yang diperlukan itu tersedia, mudah dan dapat dimanfaatkan
oleh murid? Misalnya, kita ingin menggunakan media internet, perlu
dipertimbangkan terlebih dahulu, apakah ada saluran untuk koneksi ke internet,
adakah jaringan teleponnya? Akses juga menyangkut aspek kebijakan,
misalnya apakah murid diizinkan untuk menggunakan komputer yang
terhubung ke internet? Jangan hanya kepala sekolah saja yang boleh
menggunakan internet, tetapi juga guru/karyawan dan murid. Bahkan murid
lebih penting untuk memperoleh akses.
b. Cost (biaya)
Biaya juga harus menjadi bahan pertimbangan. Banyak jenis media yang dapat
menjadi pilihan kita. Media pembelajaran yang canggih biasanya mahal.
Namun biaya itu harus kita hitung dengan aspek manfaat. Sebab semakin
banyak yang menggunakan, maka unit cost dari sebuah media akan semakin
menurun.
70
c. Technology (teknologi)
Mungkin saja kita tertarik kepada satu media tertentu. Tetapi kita perlu
memperhatikan apakah teknisinya tersedia dan mudah menggunakannya?
Katakanlah kita ingin menggunakan media audio visual untuk di kelas, perlu
kita pertimbangkan, apakah ada aliran listriknya, apakah voltase listriknya
cukup dan sesuai, bagaimana cara mengoperasikannya?
d. Interactivity (interaksi)
Media yang baik adalah yang dapat memunculkan komunikasi dua arah atau
interaktivitas. Semua kegiatan pembelajaran yang akan dikembangkan oleh
guru tentu saja memerlukan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
tersebut.
e. Organization (organisasi)
Pertimbangan yang juga penting adalah dukungan organisasi. Misalnya apakah
pimpinan sekolah atau pimpinan yayasan mendukung? Bagaimana
pengorganisasiannya? Apakah di sekolah tersedia sarana yang disebut pusat
sumber belajar?
f. Novelty (kebaruan)
Kebaruan dari media yang akan dipilih juga harus menjadi pertimbangan.
Sebab media yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih menarik bagi
murid.
71
selalu mengalami perkembangan, karena masing–masing media itu mempunyai
kelemahan, berdasarkan penggunaannya perlu diadakan penemuan media baru
dan pemanfaatan media yang telah diperbaharui. Karena peserta didik cepat
merasakan kebosanan, saat menerima pelajaran, sebab dengan media yang kurang
menarik akan bersifat verbalistik, maka diadakannya perbaikan media guna
menunjang proses belajar mengajar. Untuk mencapai tujuan kurikulum
pembelajaran pada proses belajar mengajar maka perlu didukung media dan
bahan ajar yang baik yaitu bahan ajar yang mampu menarik minat siswa, sesuai
dengan zaman dan tidak menyimpang dari kurikulum
Sebelumnya sudah disinggung bahwa naskah itu berguna untuk dijadikan
penuntun dalam produksi. Naskah adalah rancangan produksi. Dengan naskah
itu dipandu harus mengambil gambar, merekam suara, memadukan gambar
dan suara, memasukkan musik dan FX, serta menyunting gambar dan suar itu
supaya alur penyajiannya sesuai dengan naskah, menarik dan mudah diterima
oleh sasaran. Semua kegiatan itu disebut kegiatan produksi. Kegiatan produksi
ini memiliki tiga kelompok personil yang terlibat, yaitu sutradara atau
pemimpin produksi, kerabat kerja, dan pemain. Ketiga kelompok personil itu
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda namun semuanya menuju
satu tujuan yaitu menghasilkan program media yang mempunyai mutu teknis
yang baik. Program produksi memiliki tingkat kerumitan yang berbeda antara
media yang satu dengan media yang lainnya. Produksi audio dapat dilakukan
oleh seorang sutradara dengan dibantu dua orang teknisi dan beberapa orang
pemain. Dalam produksi film bingkai jumlah kerabat kerja yang diperlukan
sudah lebih banyak, kecuali lerabat kerja untuk merekan audionya sutradara
perlu dibantu pula oleh juru kamera, dan grafik artis. Pada produksi TV/Video
dan film jumlah kerabat kerja tersebut sudah menjadi lebih kompleks. Selain
itu, juru audio dan grafik artis diperlukan juga juru kamera lebih dari seorang,
juru lampu, juru rias, pengatur setting, juru perlengkapan dan juru catat.
Karena kompleksnya pekerjaan, sutradara perlu dibantu oleh pembantu
sutradara.
Ada dua macam bentuk pengujicobaan media yang dikenal, yaitu evaluasi
formatis dan evaluasi sumatif. Berikut ini dua bentuk pengujicobaan tersebut.
72
Evaluasi formatif adalah proses yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data
tentang evektifitas dan evisiensi bahan-bahan pembelajaran (termasuk ke
dalamnya media). Tujuannya untuk mencapai ujuan yang telah ditetapkan.
Data-data tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan
media yang bersangkutan agar lebih efektif dan efisien. Dalam bentuk finalnya,
setelah diperbaiki dan disempurnakan, perlu dikumpulkan data. Hal itu untuk
menentukan apakah media yang dibuat patut digunakan dalam situasi-situasi
tertentu. Di samping itu, untuk menentukan apakah media tersebut benar-benar
efektif seperti, yang dilaporkan. Jenis evaluasi ini disebut evaluasi sumatif.
Kegiatan evaluasi dalam program pengembangan medis pendidikan akan
dititikberatkan pada kegiatan evaluasi formatif. Adanya komponen evaluasi
formatif dalam proses pengembangan media pendidikan, membedakan
prosedur empiris ini dari pendekatan-pendekatan filosofis dan teoritis.
Efektifitas dan efisiensi media yang dikembangkan tidak hanya bersifat
teoritis, tetapi benar-benar telah dibuktikan dilapangan
73
DAFTAR PUSTAKA
Sadiman, Arief S., R. Rahardjo, Anung Haryono, Rahardjito. 1990. Media Pendidikan:
Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: CV Rajawali.
74
KULIAH KE 7
Evaluasi Media Pembelajaran
75
4. Keterampilan guru dalam menggunakan, apapun jenis media yang
diperlukan syarat utamanya adalah guru dapat menggunakannya dalam
proses pengajaran.
5. Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga dapat bermanfaat bagi
siswa.
6. Sesuai dengan taraf berpikir siswa, sehingga makna yang terkandung di
dalamnya dapat dipahami oleh para siswa.
C. Cara Mengevaluasi Media Pembelajaran
Terdapat beberapa penilaian dalam mengevaluasi media pembelajaran. H.
Asnawir dan M. Basyiruddin Usman dalam bukunya, Media Pembelajaran,
menerangkan bahwa ada dua penilaian dalam mengevaluasi media, yaitu
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
1. Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif adalah suatu proses untuk mengumpulkan data tentang
aktifitas dan efisiensi penggunaan media yang digunakan dalam usaha
mencapai tujuan yang telah diterapkan. Data yang diperoleh akan
digunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang
bersangkutan agar dapat digunakan lebih efektif dan efisien. Setelah
diperbaiki dan disempurnakan, kemudian diteliti kembali apakah media
tersebut layak digunakan atau tidak dalam situasi-situasi tertentu.
2. Evaluasi Sumatif
Ada tiga tahapan dalam evaluasi sumatif, yaitu : 1) evaluasi satu lawan
satu (one on one); 2) evaluasi kelompok kecil (small group evaluation);
dan 3) evaluasi lapangan (field evaluation). Pada tahapan evaluasi satu
lawan satu (one on one), dipiliha dua orang atau lebih yang dapat
mewakili populasi dari target media yang dibuat media disajikan kepada
siswa secara individual. Kedua orang yang terpilih tersebut satu di
antaranya mempunyai kemampuan di bawah rata-rata, dan yang satunya
lagi di atas rata-rata. Prosedur pelaksanaannya sebagai berikut :
76
a. Jelaskan kepada siswa tentang rancangan media baru. Kemudian
amati reaksi mereka terhadap media yang dibuat ditampilkan tersebut.
b. Katakan kepada siswa bahwa kalau terjadi kesalahan penggunaan
media tersebut, bukanlah karena kekurangan siswa tapi karena
kelemahan media.
c. Usahakan agar siswa bersifat santai dan bebas dalam mengemukakan
pendapat mereka mengenai media yang ditampilkan tersebut.
d. Lakukan tes awal untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan
pengetahuan siswa terhadap penggunaan media tersebut.
e. Catat lama waktu yang digunakan dalam penyajian media tersebut dan
catat pula reaksi siswa terhadap penampilan media tersebut.
f. Berikan tes yang mengukur keberhasilan penggunaan media tersebut.
g. Lakukan analisis terhadap informasi yang terkumpul.
Selanjutnya evaluasi kelompok kecil dilakukan kepada 10-20 orang
siswa yang dapat mewakili populasi target. Siswa yang dipilih
tersebut hendaknya dapat mewakili populasi. Usahakan siswa yang
dipilih tersebut terdiri dari siswa-siswa yang kurang pandai, sedang
dan yang pandai, terdiri dari siswa laki-laki dan siswa perempuan.
77
2. Persesuain dengan waktu, tempat, alat-alat yang tersedia, dan tugas
pendidik
3. Persesuaian dengan jenis kegiatan yang tercakup dalam pendidikan,
4. Menarik perhatian peserta didik
5. Maksudnya harus dapat dipahami oleh peserta didik
6. Sesuai dengan kecakapan dan pribadi pendidik yang bersangkutan
7. Kesesuaian dengan pengalaman atau tingkat belajar yang dirumuskan
dalam syllabus
8. Keaktualan (tidak ketinggalan zaman)
9. Cakupan isi materi atau pesan yang ingin disampaikan
10. Skala dan ukuran
11. bebas dari bias ras, suku, gender
78
DAFTAR PUSTAKA
Anshor, Ahmad Muhtadi. 2009. Pengajaran Bahasa Arab: Media dan Metode-
Metodenya. Yogyakarta : TERAS
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 1990. Media Pengajaran. Bandung : CV Sinar
Baru
79
KULIAH KE 8
UTS
80
KULIAH KE 9
A. Pengertian RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai
satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam
silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup satu
kompetensi dasar yang terdiri atas satu indicator atau beberapa indicator untuk
satu kali pertemuan atau lebih. RPP merupakan persiapan yang harus dilakukan
guru sebelum mengajar. Persiapan disini dapat diartikan persiapan tertulis
maupun persiapan mental, situasi emosional yang ingin dibangun, lingkungan
belajar yang produktif, termasuk meyakinkan pembelajar untuk mau terlibat
secara penuh.
Berdasarkan Permendiknas No 41 tahun 2007 tanggal 23 November
tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah, bahwa pengembangan RPP dijabarkan dari Silabus untuk
mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai Kopetensi
Dasar (KD).
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan
yang disesuaikan dengan penjadwalan pelajaran di satuan pendidikan.
B. Pengembangan RPP
Pengembangan RPP harus memperhatikan minat dan perhatian peserta
didik terhadap materi standar dan kompetensi dasar yang dijadikan bahan
kajian. Dalam hal ini harus diperhatikan guru jangan hanya berperan sebagai
transformator, tetapi juga harus berperan sebagai motivator, mendorong peserta
didik untuk belajar, dengan menggunakan berbagai variasi media dan sumber
belajar yang sesuai, serta menunjang pembentukan kompetensi dasar. Berikut
ini terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan
RPP, antara lain :
1. Kompetensi yang dirumuskan dalam RPP harus jelas, makin konkret
kompetensi makin mudah di amati, dan makin tepat kegiatan-kegiatan
yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi tersebut.
2. Rencana pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi
peserta didik.
3. Kegiatan – kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam RPP harus
menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan
81
4. RPP yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas
pencapaiannya.
5. Harus ada koordinasi antarkomponen pelaksana program di sekolah,
terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim.
82
2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik
untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi,
kemandirian, dan semangat belajar.
F. Komponen-komponen RPP
Komponen-komponen rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menurut
permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses terdiri dari :
1. Identitas Mata Pelajaran
Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester,
program/program keahlian, mata pelajaran atau tema materi pelajaran yang
dibahas, dan jumlah jam pertemuan.
2. Standar Kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi atau kemampuan minimal
peserta didik dalam menguasai pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata
pelajaran.
3. Kompetensi Dasar
83
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai
peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan
indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.
5. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang
diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
6. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran memuat fakta, konsep, prinsip, prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir‐butir uraian sesuai dengan rumusan
indikator pencapaian kompetensi.
7. Alokasi Waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian
KD dan beban belajar.
8. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan guru hendaknya dapat
menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran yang kondusif agar
peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang
telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan
situasi dan kondisi peserta didik, karakteristik dari setiap indikator, dan
kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan
pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai kelas
3 SD/MI.
9. Kegiatan Pembelajaran
a. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan
pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan
memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam
proses pembelajaran (pemberian appersepsi).
84
b. Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, dan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini
dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi.
c. Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri
aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman
atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak
lanjut.
Apersepsi
Memberikan persepsi awal kepada peserta didik tentang materi
yang akan diajarkan.
Motivasi
Guru memberikan gambaran manfaat mempelajari materi yang
akan diajarkan.
85
Pemberian Acuan
1. Berkaitan dengan kajian ilmu yang akan dipelajari.
2. Acuan dapat berupa penjelasan materi pokok dan uraian materi
pelajaran secara garis besar.
3. Pembagian kelompok belajar.
4. Penjelasan mekanisme pelak-sana-an pengalaman belajar (sesuai
dengan rencana langkah-langkah pembelajaran).
2. Kegiatan Inti
Menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran.
Menggunakan pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu dan/atau
saintifik dan/atauinkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/ atau
pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan
masalah (project based learning ) disesuaikan dengan karakteristik
kompetensi dan jenjang pendidikan.
Memuat pengembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang
terinntegrasi pada pembelajaran.
3. Kegiatan Penutup
Seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang
diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat
langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah
berlangsung,
Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran,
Melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas,
baik tugas individual maupun kelompok, dan
Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.
86
E. Metode Pembelajaran
F. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Alokasi Waktu
Pendahuluan
Inti
Penutup
87
B. Kompetensi Inti Dalam Pembelajaran dengan Kurikulum 2013
Berdasarkan PP No. 32 Tahun 2013, kompetensi inti merupakan tingkat
kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki
seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program yang menjadi
landasan pengembangan kompetensi dasar. Kompetensi inti yang dimaksud
mencakup: sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan yang
berfungsi sebagai pengintegrasi muatan pembelajaran, mata pelajaran atau
program dalam mencapai Standar Kompetensi Lulusan.
Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam
bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan
pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu.
Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara
pencapaian hard skills dan soft skills.
Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising
element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, kompetensi inti
merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal
kompetensi dasar. Organisasi vertikal kompetensi dasar adalah keterkaitan
antara konten kompetensi dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke
kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu
akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari peserta didik.
Sementara itu, organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten
kompetensi dasar satu mata pelajaran dengan konten kompetensi dasar dari
mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang
sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.
Kompetensi inti yang terdiri dari empat kelompok yang saling terkait
yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial
(kompetensi inti 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan
pengetahuan (kompetensi inti 4) menjadi acuan dari kompetensi dasar dan
harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integaratif.
88
filosofi rekonstruksi sosial, progresif atau pun humanisme. Oleh karena filosofi
yang dianut dalam kurikulum adalah eklektik maka nama mata pelajaran dan
isi mata pelajaran untuk kurikulum yang akan dikembangkan tidak perlu terikat
pada kaedah filosofi esensialisme dan perenialisme.
Contoh penurunan kompetensi dasar dari kompetensi inti dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Contoh Penurunan Kompetensi Dasar dari Kompetensi Inti Fisika SMA Kelas X
Kompetensi Dasar Fisika SMA
Kompetensi Inti Kelas X
Kelas X
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran1.1 Bertambah keimanannya dengan
agama yang dianutnya menyadari hubungan keteraturan dan
kompleksitas alam dan jagad raya
terhadap kebesaran Tuhan yang
menciptakannya
1.2 Menyadari kebesaran Tuhan yang
menciptakan air sebagai unsur utama
kehidupan dengan karakteristik yang
memungkinkan bagi makhluk hidup
untuk tumbuh dan berkembang
89
pengetahuan prosedural pada bidang 3.4 Mendeskripsikan sifat elastisitas
kajian yang spesifik sesuai dengan bahan dan pemanfaatannya dalam
bakat dan minatnya untuk memecahkan kehidupan sehari-hari
masalah. 3.5 Mendeskripsikan hukum-hukum
pada fluida statik dan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari
3.6 Menganalisis pengaruh kalor dan
perpindahan kalor pada berbagai
kasus nyata
3.7 Mendeskripsikan cara kerja alat
optik menggunakan sifat
pencerminan dan pembiasan cahaya
oleh cermin dan lensa.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji 4.1 Menggunakan peralatan dan teknik
dalam ranah konkret dan ranah abstrak yang tepat dalam melakukan
terkait dengan pengembangan dari pengamatan dan pengukuran besaran
yang dipelajarinya di sekolah secara fisika untuk suatu penyelidikan
mandiri, dan mampu menggunakan ilmiah
metoda sesuai kaidah keilmuan. 4.2 Menyajikan data dan grafik hasil
percobaan untuk menyelidiki sifat
gerak benda yang bergerak lurus
beraturan (GLB) dan tidak beraturan
(GLBB)
4.3 Melakukan percobaan untuk
menyelidiki hubungan antara gaya,
massa, dan percepatan pada gerak
lurus
4.4 Merancang dan membuat suatu
peralatan yang memanfaatkan sifat-
sifat fluida untuk mempermudah
suatu pekerjaan
4.5 Menyelidiki sifat elastisitas suatu
bahan melalui percobaan
4.6 Menyajikan rancangan sebuah alat
optik dengan menerapkan prinsip
pemantulan dan pembiasan pada
cermin dan lensa
4.7 Melakukan percobaan untuk
menyelidiki karakteristik termal
suatu bahan, terutama kapasitas dan
konduktivitas kalor.
90
Konsep Pembelajaran Scientific
A. Pengertian Pendekatan Scientific
Pembelajaran dengan pendekatan scientific adalah proses pembelajaran
yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk
konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai
teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep,
hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan scientific dimaksudkan
untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal,
memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi
bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah
dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta
diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai
sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran melibatkan
keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur,
meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-
proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut
harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau
semakin tingginya kelas siswa.
Metode scientific sangat relevan dengan tiga teori belajar yaitu teori
Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga teori
belajar penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner
(dalam Carin & Sund, 1975). Pertama, individu hanya belajar dan
mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua,
dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa akan
memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatau
penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat
mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki
kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan
penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal di atas adalah
bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran
menggunakan metode scientific.
Teori Piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan
dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur
mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual
beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1967).
Skema tidak pernah berhenti berubah, skemata seorang anak akan berkembang
menjadi skemata orang dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya
perubahan skemata disebut dengan adaptasi. Proses terbentuknya adaptasi ini
91
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi
merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan
stimulus yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip ataupun
pengalaman baru ke dalam skema yang sudah ada didalam pikirannya.
Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan
ciri-ciri rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada
sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran
diperlukan adanya penyeimbangan atau ekuilibrasi antara asimilasi dan
akomodasi.
Vygotsky, dalam teorinya menyatakan bahwa pembelajaran terjadi
apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum
dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan
atau tugas itu berada dalam zone of proximal development daerah terletak
antara tingkat perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai
kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau
teman sebaya yang lebih mampu. (Nur dan Wikandari, 2000:4).
Pembelajaran dengan metode scientific memiliki karakteristik sebagai
berikut :
1. Berpusat pada siswa.
2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep,
hukum atau prinsip.
3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi
siswa.
4. Dapat mengembangkan karakter siswa.
92
C. Prinsip-Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific
Beberapa prinsip pendekatan scientific dalam kegiatan pembelajaran
adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran berpusat pada siswa
2. Pembelajaran membentuk students’ self concept
3. Pembelajaran terhindar dari verbalisme
4. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi
dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip
5. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir
siswa
6. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar
guru
7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam
komunikasi
8. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang
dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
D. Kriteria
Lalu bagaimanakah kriteria sebuah pendekatan pembelajaran sehingga
dapat dikatakan sebagai pendekatan ilmiah atau pendekatan scientific? Berikut
ini tujuah (7) kriteria sebuah pendekatan pembelajaran dapat dikatakan sebagai
pembelajaran scientific, yaitu:
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira,
khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas
dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan
tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam
melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi
pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon
materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun
menarik sistem penyajiannya.
93
E. Langkah-Langkah Umum Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific
94
materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan
menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu
apa.” Hasil akhirnya adalahpeningkatan dan keseimbangan antara kemampuan
untuk menjadi manusia yang baik(soft skills) dan manusia yang memiliki
kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta
didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
a. Mengamati (observasi)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses
pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan
tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik
senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati
sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga
proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan
mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam
Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan
bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui
kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru
memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka
untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting
dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah
melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.
b. Menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas
kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat,
disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk
dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan
objek yang konkrit sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta,
konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang
bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari
95
situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru,
masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke
tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara
mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui
kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin
terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat
dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi
yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai
yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber
yang beragam.
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana
disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah
mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa
yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan
tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke
pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang diharapkan
dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu,
kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang
perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
c. Mengumpulkan Informasi
Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari
bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta
didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena
atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari
kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Dalam Permendikbud
Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan
melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati
objek / kejadian / aktivitas wawancara dengan nara sumber dan
sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan
sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan
berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi
melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar
dan belajar sepanjang hayat.
96
informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat
menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi
yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat
yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan
untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya,
menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Adapun kompetensi
yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat
aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan
berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses
berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat
diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas
menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan
pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau
pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada
kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam
peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori.
Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman
tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman
yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan
pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia.
e. Menarik Kesimpulan
Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan
saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau
informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan
menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara
bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau secara individual
membuat kesimpulan.
f. Mengkomunikasikan
Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka
pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau
menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,
mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas
dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok
peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan
pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a
Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
97
Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir
sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan
mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
98
DAFTAR PUSTAKA
99
KULIAH KE 10-15
RPP
I. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Kognitif
Siswa dapat :
1.1. Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam
yang sukar larut.
1.2. Menghubungkan tetapan hasil kali kelarutan berdasarkan tingkat
kelarutan atau pengendapannya dengan rumus.
1.3. Menuliskan berbagai harga Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air.
100
Tujuan Afektif
1. Mengajukan pertanyaan
2. Aktif mendengar
3. Mengajukan pendapat
4. Menjawab pertanyaan
5. Bekerja sama dalam kelompok
101
Kegiatan inti (± 70 menit)
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok.
1. Memilih Topik
Pada tahap ini ada dua subtopik yang akan dipilih siswa, yaitu
Kelarutan (s) dan Tetapan hasil kali kelarutan.
2. Perencanaan Kooperatif
Pada tahap ini siswa duduk dalam kelompoknya. Masing-masing
kelompok merencanakan kerja sama, menyelesaikan permasalahan,
merumuskan masalah, dan dengan cara bagaimana masalah tersebut
dapat diselesaikan. Apakah dengan cara meringkas terlebih dahulu atau
mengerjakan soal-soal yang ada.
3. Implementasi
Siswa berdiskusi didalam kelompoknya tentang Kelarutan (s) dan
Tetapan Hasil kali kelarutan (Ksp) dan menggali informasi sebanyak-
banyaknya dari sumber belajar yang berbeda.
4. Analisis dan Sintesis
Siswa menelaah dan membuat ringkasan (poin-poin penting) tentang
Kelarutan (s) dan Tetapan Hasil kali kelarutan (Ksp) yang akan
dipresentasikan.
5. Presentasi Hasil Final
Kelompok menyajikan hasil
Kegiatan Akhir (± 15 menit)
1. Guru membimbing siswa membuat kesimpulan.
2. Evaluasi
2. Alat/Bahan
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Alat-alat di laboratorium
102
3. Sumber Belajar
Internet (webpage / webblog)
Buku-Buku Pelajaran Kimia lainnya
VI. Penilaian
Penilaian Kognitif
Nilai diperoleh dari hasil uji kemampuan (pre test), hasil diskusi dalam
memahami materi dan mengerjakan LKS, dan hasil evaluasi masing-masing
siswa setelah pembelajaran.
Penilaian Afektif
Nilai didapat dari pengamatan guru terhadap siswa dalam proses
pembelajaran berlangsung.
Keterangan :
1 = Mengajukan pertanyaan
2 = Menjawab pertanyaan
3 = Mengajukan pendapat
4 = Bekerja sama dalam kelompok
5 = Aktif mendengar
103
- Baik =3
- Cukup =2
- Kurang =1
VII. Evaluasi
1. Jika konsentrasi AgCl yang terlarut telah mencapai maksimum , maka
persamaan tetapan kesetimbangan AgCl yaitu …..
Ag
AgClCl
AgCl Cl Ag
a. Kc
c. Kc
Ag Cl
AgClAg
b. Kc
AgCl
d. Kc
Cl
AgCl
e. Kc
Ag Cl
2. Pada suhu tertentu tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) garam PbSO4 = 1 x
10-8. Besarnya tetapan kesetimbangan reaksi-reaksi sebagai berikut.
a. PbSO4 Pb2+ + SO42- K = 5 x 10-1
b. Pb2+ + CrO42- PbCrO4 K = 4 x 1012
c. PbS + CrO42- PbCrO4+S2- K = 8 x 10-8
104
Dari data di atas, tetapan hasil kali kelarutan garam PbS adalah …..
a. 4 x 10-28 c. 1,6 x 10-3
b. 1 x 10-6 d. 1600
e. 4 x 1028
105
KULIAH KE 16
UAS
106
DAFTAR PUSTAKA
107
Ibrahim, R dan Nana Syaodih S. Perencanaan Pengajaran. 2003. Jakarta :
Depdikbud dan Rineka Cipta.
Imansjah Alimpade, (Sumiati dan Asra. 2009:6). Kriteria Pemilihan Media: CV.
Wacana Prima
Imron, A. 2011. Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta :
Bumi Aksara.
John D. Latuheru. 1988. Media Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.
Moh. UzerUsman. 1992. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Muslich, M. 2007. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta :
Bumi Aksara.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. (1991). Media Pengajaran. Bandung: Sinar
Nurhasnawati.2011.Media Pembelajaran.Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau.
Nurhayati, A. S. 2012. Petunjuk Pelaksanaan Pembuatan RPP terintegrasi TIK.
Jakarta: Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan
(PUSTEKOM) kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(KEMENDIGBUD).
Oemar Hamalik. 1994. Media Pendidikan. Jakarta: Alumni.
Omar Hamalik. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: BumiAksara
Rohan, Ahmad,1997.Media Instructional Educatif. Jakarta: Rineka Cipta
Rosyada, Dede 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis sebuah Model Pelibatan
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Penerbit: Kencana
Prenada Media Group. Jakarta.
Sadiman, Arief S., R. Rahardjo, Anung Haryono, Rahardjito. 1990. Media
Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. 2009. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
Sadiman, Arif S. 2010. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan,
Pemanfaatan. Jakarta: RajawaliPers.
Sanjaya, Wina 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Penerbit: Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
108
Shaleh, Abdul Rachman 2004. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa: Visi,
Misi dan Aksi. Penerbit: Rajawali Pers. Jakarta.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 1990. Media Pengajaran. Bandung : CV Sinar
Baru
Sumiati, dkk. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung : CV Wahana Prima
Sundayana, Rustina. 2013. Media Pembelajaran Matematika. Jakarta : Erlangga
Sutrisno, J. 2008. Seri Bahan Bimbingan Teknis (BIMTEK). Jakarta: Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan.
Syah, Muhibbin 2004. Psikologi Belajar. Penerbit: Rajawali Pers. Jakarta.
Usman, Basyiruddin 2005. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Penerbit:
Ciputat Pers. Jakarta.
Usman, M Basyiruddin dan Asnawir. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta : Ciputat
Pers
109