Anda di halaman 1dari 109

KULIAH KE- 1

HAKIKAT MEDIA DAN MEDIA PEMBELAJARAN

Media itu terdiri dari media hiburan, iklan, informasi, komunikasi, massa,
pembelajaran, pendidikan. Pembelajaran dan pendidikan dibedakan menjadi:
Pendidikan:
 Pendidikan tidak dibatasi tempat dan waktu
 Kapan saja, dimana saja, (life long education)
 Bisa disengaja atau tidak disengaja
 Dalam pengertian yang luas
 Pendidikan: formal, non formal, informal
Pembelajaran:
 Ada tujuan, sasaran, evaluasi, setifikat/ijazah
 Biasanya formal atau non formal.
Pengajaran dan pembelajaran ddibedakan menjadi:
 Pengajaran: Memberikan pelajaran
 Pembelajaran: Membuat siswa mau dan mampu belajar
Guru berperan sebagai: fasilitator, motivator, konselor, evaluator, dan
supervisor

Pengertian Media dan Media Pembelajaran


Berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari “medium” yang
secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya adalah segala
sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari pemberi informasi kepada
penerima informasi. Dalam konteks pembelajaran disebut Media Pembelajaran.
Berikut beberapa istilah pengertian media:
 Semua bentuk perantara yg dipakai orang penyebar ide, sehingga ide / gagasan
itu sampai kepada penerima (Santoso S. Hamijaya).
 AECT menyatakan, media adalah segala bentuk yg dipergunakan untuk proses
penyaluran informasi.

1
 NEA (National education Association) berpendapat media adlh segala benda
yg dimanupulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta
instrumen yg digunakan untuk kegiatan tersebut.
Segala sesuatu yg dapat berfungsi sebagai perantara/ sarana/ alat untuk proses
komunikasi (proses belajar mengajar). Segala jenis sarana pendidikan yang
digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan pembelajaran. Peralatan fisik
untuk mencapai isi instruksional termasuk buku, film, video, tape, sajian slide
guru dan perilaku non verbal. Dengan kata lain media pembelajaran mencakup
sofware dan hardware yang brfungsi sebagai alat bantu belajar. Media yang
digunakan dan integrasikan dengan tujuan dan isi intsruksional yang biasanya
sudah dituangkan dalam garis besar pedoman intruksional (GBPP). Adapun istilah
lain dari media ialah:
 Gange (1978): “berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik
yang dapat merangsang mereka untuk belajar”.
 Heinich dan Russel (1989): “sebuah saluran untuk komunikasi yang berasal
dari bahasa Latin yang berarti “antara” yang digunakan untuk menyalurkan
informasi antara pengirim dan penerima (antara guru dan peserta didik).
 Rossi dan Briedle (1966) dalam Wina Sanjaya (2006, hlm. 161)
mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan
yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televise,
buku, koran, majalah, dan sebagainya.
 Heinich, dkk (1982) yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2004, hlm. 4)
mengemukakan istilah media/medium sebagai perantara yang mengantar
informasi antar sumber dan penerima. Maka dalam hal ini dapat disimpulkan
bahwa semua media, baik media cetak, visual, audio visual, dan media
komunikasi jika digunakan membawa pesan-pesan informasi yang bertujuan
instruksional atau memuat nilia-nilai pengajaran maka media tersebut dapat
disebut sebagai media pengajaran.

Media Pendidikan

2
Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di
dalam maupun di luar kelas. Media pendidikan digunakan dalam rangka
komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Media
pendidikan dapat digunakan secara massal (misalnya: radio, televisi), kelompok
kecil (misalnya: film, slide, video, dan OHP), atau perorangan (misalnya: modul,
computer, radio tape/kaset, video recorder). Sikap, perbuatan, organisasi, strategi,
dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.

Media Pembelajaran
Dari ciri-ciri media diketahui bahwa media pembelajaran terbagi kepada dua,
yaitu bersifat hardware dan software digunakan sebagai alat bantu guru dalam
proses belajar mengajar dikelas visual dan audio-visual. Media pembelajaran yang
digunakan sebagai alat, sarana atau perantara menyampaikan materi pelajaran
dalam proses belajar harus menempatkan siswa sebagai objek yang harus
menguasai pelajaran. Oleh karena itu, siswa sebagai objek dalam belajar harus
diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan sendiri sesuai dengan
bakat dan minat siswa.
Dalam hal ini media pengajaran yang diterapkan oleh guru untuk mendukung
penyampaian materi pelajaran yang diberikan kepada siswa harus mudah
dipahami oleh siswa, sehingga siswa dapat dengan mudah menangkap materi
pelajaran yang diberikan oleh guru. Media pengajaran yang digunakan oleh guru
sebagai alat mempermudah siswa memahami materi pelajaran yang disampaikan
guru, bukan sebaliknya mempersulit siswa.
Penggunaan media yang sesuai metode pembelajaran guru dengan kondisi
siswa menjadi pertimbangan mutlak untuk teracapainya efisiensi dan efektivitas
pembelajaran, karena media digunakan dalam proses belajar mengajar untuk
mempermudah siswa menerima pesan-pesan yang disampaikan oleh guru. Maka
kesesuaian antara metode dan media pembelajaran harus sejalan.

Landasan Teoritis Penggunaan Media dalam Pendidikan


Levie (1975) dalam Azhar Arsyad (2004, hlm. 9) mengemukakan hasil
penelitianya bahwa belajar melalui stimulus gambar dan stimulus kata atau visual

3
dan verbal membuahkan hasil belajar yang lebih baik. Selanjutnya Baugh (1986)
mengemukakan bahwa kurang lebih 90 % hasil belajar seseorang diperoleh
melalui indera pandang, dan hanya sekitar 5 % diperoleh melalui indera
pendengaran dan 5 % lagi melalui indera lainnya. Dilain pihak Dale (1969)
mengemukakan bahwa pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang berkisar
sekitar 75 %, melalui indera pendengaran 13 %, dan melalui indera lainnya sekitar
12 %.
Mencermati pandangan hasil penelitian Bough di atas dapat disimpulkan
bahwa pengunaan media dalam pembelajaran merupakan suatu keharusan,
utamanya media yang bersifat visual. Salah satu gambaran yang sering digunakan
sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar mengajar adalah
Dale’s Cone of Experience (1969) (kerucut pengalaman Dale). Sejalan dengan
teori kerucut Edgar Dale yang sering menjadi acuan penggunaan media dalam
pembelajaran Abdul Rachman Shaleh (2004, hlm. 218) mengemukakan bahwa
kita belajar dari 10 % dari apa yang kita baca, 20 % dari apa yang kita dengar, 30
% dari apa yang kita lihat, 50 % dari apa yang kita lihat dan dengar, 70 % dari apa
yang kita katakan, dan 90 % dari apa yang kita lakukan. Sesuatu yang dilihat dan
dilakukan merupakan tingkat keberhasilan yang tinggi dan efisien, utamanya
dalam belajar berkaitan dengan pengalaman langsung dengan bantuan
media/benda tiruan atau pengamatan.

Macam - Macam Media Pengajaran


Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi klasifikasi dari sudut
mana melihatnya sebagaimana menurut Wina Sanjaya (2007, hlm. 170-171)
sebagai berikut:
• film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar dan berbagai bahan yang
dicetak.
• Dilihat dari sifatnya media dapat dibagi ke dalam:
• Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media
yang hanya memiliki unsur suara. Misalnya radio dan rekaman suara.

4
• Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak
mengandung unsur suara. Misalnya: film slide, foto, transparansi, lukisan,
gambar dan berbagai bahan yang dicetak.
• Media audio-visual, yaitu jenis media selain mengandung unsure suara
juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat. Misalnya: rekaman
video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya

Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat dibagi ke dalam:


• Media memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti radio dan
televisi.
• Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang waktu seperti
film slide, film, video, dan lain sebagainya.
Dilihat dari cara atau tekhnik pemakaiannya, media dapat dibagi ke dalam:
• Media yang diproyeksikan seperti film, slide, film strip, transparansi, dan
lain sebagainya. Jenis media yang demikian memerlukan alat proyeksi
khusus seperti film projector untuk memproyeksikan film, slide projector
untuk memproyeksikan film slide, overhead projector (OHP) untuk
memproyeksikan transparansi.
• Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan, radio, dan
lain sebagainya.

Selanjutnya Seels & Galsgow (1990) dalam Azhar Arsyad (2004, hlm. 33-35)
mengelompokkan media kedalam dua kategori, yaitu tradisional dan tekhnologi
mutakhir sebagai berikut:
1. Media tradisional
a. Visual diam yang diproyeksikan (Proyeksi opaque/teks tembus
pandang, Proyeksi overhead, Slides, Filmstrips)
b. Visual yang tidak diproyeksikan (Gambar/poster, Foto, Charts/grafik/
diagram, Pameran papan info, papan-bulu)
c. Audio (Rekaman piringan, Pita kaset/reel atau cartridge)
d. Penyajian multimedia (Slide plus suara/tape, Multi-image)
e. Visual dinamis yang dproyeksikan (Film, Televisi, Video

5
f. Cetak (Buku teks, Modul/teks terprogram, Workbook, Majalah
ilmiah/berkala, Lembaran lepas/hand-out).
g. Permainan (Teka-teki, Simulasi, Permainan papan)
h. Realita (Model, Specimen/contoh, Manipulatif/peta, boneka)
2. Media tekhnologi mutakhir
a. Media berbasis telekomunikasi
 Telekonfren
 Kuliah jarak jauh

b. Media berbasis mikroproses


 Computer-assisted instruction
 Permaianan komputer
 Sistem tutor intelijen
 Interaktif
 Hypermedia
 Compact (video) disc

Manfaat Media dalam Proses Belajar Mengajar


Dalam proses belajar mengajar terdapat dua unsur penting yang mendukung
berhasilnya suatu pembelajaran, yaitu metode mengajar dan media pembelajaran.
Metode pengajaran sebagai inovasi yang digunakan oleh guru dalam
menyampaikan materi pelajaran kepada siswa bertujuan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh
guru dan seringkali guru menggunakan metode yang bervariasi untuk
menyampaikan satu materi pelajaran (Syaiful Bahri Djamarah 2005, hlm. 19).
Namun penggunaan metode yang bervariasi yang digunakan oleh guru harus
mempertimbangkan tujuan belajar dan jenis serta fungsinya, anak didik dengan
berbagai tingkat kemampuannya, fasilitas atau media, serta pribadi dan
kemamuan professional guru tersebut.
Dalam hal ini disebabkan guru memiliki peranan yang paling strategis dalam
pendidikan sebab gurulah sebetulnya pemain yang paling menentukan di dalam
terjadinya proses belajar mengajar (Haidar Putra Daulay 2004, hlm. 75). Sebab

6
ditangan guru yang cekatan dapat menerapkan dan menggunakan media
pembejalaran secara efektif dan efisien akan mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk mendukung tercapainya metode pembelajaran yang efektif dan efisisien
diperlukan sarana atau perantara untuk mencapai tujuan dari belajar itu sendiri,
yaitu media pengajaran. Hamalik (1986) dalam Azhar Arsyad (2004, hlm. 15)
mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar dapat membangkitan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan
motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-
pengaruh psikologis terhadap siswa.
Sejalan dengan pengetahuan guru terhadap penggunaan media dan manfaat
media dalam penyajian materi pelajaran dapat diketahui sebagai berikut:
• Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas.
• Membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa.
• Menunjukkan hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan dan minat
siswa dengan meningkatnya motivasi belajar siswa.
• Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa.
• Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa.
Berangkat dari manfaat media dalam pembelajaran memiliki nilai praktis yang
diperoleh oleh siswa sebagaimana menurut Wina Sanjaya (2007, hlm. 169-170)
sebagai berikut:
• Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh siswa.
• Media dapat mengatasi batas ruang dan waktu. Misalnya dalam hal penyajian
bahan belajar yang sulit dipahami secara langsung oleh peserta siswa, maka
dalam hal ini media berfungsi sebagai:
• Media dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta didik
dengan lingkungan.
• Media dapat menghasilkan keseragaman pengamatan.
• Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, nayata, dan tepat.
• Media dapat membangkitakn motivasi dan merangsang peserta untuk belajar
dengan baik.
• Media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru.
• Media dapat mengontrol kecepatan belajar siswa.

7
• Media dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari hal-hal yang
konkret sampai yang abstrak.

Fungsi Media Pembelajaran


Arsyad (2002), menyebutkan dalam bukunya bahwa media memiliki
empat fungsi yaitu:
1. Fungsi atensi
Media dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk
berkonsentrasi pada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna yang
ditampilkan dalam materi pelajaran.
2. Fungsi afektif
Fungsi media dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa/mahasiswa
ketika proses belajar mengajar berlangsung.
3. Fungsi kognitif
Media dapat mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar
memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi
atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4. Fungsi kompensatoris
Media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian konteks untuk memahami
teks, membantu siswa yang lemah dalam membaca, untuk mengorganisasikan
informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.

Tujuan Media Pembelajaran


Penggunaan media pembelajaran sangat diperlukan dalam kaitannya dengan
peningkatan mutu pendidikan. Media pembelajaran di sekolah digunakan dengan
tujuan antara lain sebagai berikut :
1. Memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami konsep,
prinsip, dan ketrampilan tertentu dengan menggunakan media yang paling
tepat menurut sifat bahan ajar
2. Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga lebih
merangsang minat dan motivasi peserta didik untuk belajar.
3. Menumbuhkan sikap dan ketrampilan tertentu dalam teknologi karena peserta
didik tertarik untuk menggunakan atau mengoperasikan media tertentu.

8
4. Menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan peserta didik.
5. Memperjelas informasi atau pesan pembelajaran.
6. Meningkatkan kualitas belajar mengajar.
Sedangkan Sudjana, dkk. (2002:2) menyatakan tentang tujuan pemanfaatan
media adalah:
1. pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan
motivasi,
2. bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami,
3. metode mengajar akan lebih bervariasi, dan
4. siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar.

Urgensi Media Pembelajaran


Dalam tahun-tahun belakangan ini telah terjadi pergeseran paradigma dalam
pembelajaran ke arah paradigma konstruktivisme. Menurut pandangan ini bahwa
pengetahuan tidak begitu saja bisa ditransfer oleh guru ke pikiran siswa, tetapi
pengetahuan tersebut dikonstruksi di dalam pikiran siswa itu sendiri. Guru
bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa (teacher centered), tetapi yang
lebih diharapkan adalah bahwa pembelajaran berpusat pada siswa (student
centered).
Dalam kondisi seperti ini, guru atau pengajar lebih banyak berfungsi sebagai
fasilitator pembelajaran. Jadi, siswa atau pebelajar sebaiknya secara aktif
berinteraksi dengan sumber belajar, berupa lingkungan. Lingkungan yang
dimaksud (menurut Arsyad, 2002) adalah guru itu sendiri, siswa lain, kepala
sekolah, petugas perpustakaan, bahan atau materi ajar (berupa buku, modul,
selebaran, majalah, rekaman video, atau audio, dan yang sejenis), dan berbagai
sumber belajar serta fasilitas (OHP, perekam pita audio dan video, radio, televisi,
komputer, perpustakaan, laboratorium, pusat-pusat sumber belajar, termasuk alam
sekitar).
Bertitik tolak dari kenyataan tersebut di atas, maka proses belajar mengajar
pada hakikatnya adalah suatu proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan
(isi atau materi ajar) dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke
penerima pesan (siswa/pebelajar atau mungkin juga guru). Penyampaian pesan ini

9
bisa dilakukan melalui simbul-simbul komunikasi berupa simbul-simbul verbal
dan non-verbal atau visual, yang selanjutya ditafsirkan oleh penerima pesan
(Criticos, 1996). Berdasarkan batasan-batasan mengenai media seperti tersebut di
atas, maka dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
menyangkut software dan hardware yang dapat digunakan untuk meyampaikan isi
materi ajar dari sumber belajar ke pebelajar (individu atau kelompok), yang dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat pebelajar sedemikian rupa
sehingga proses belajar (di dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.

Peranan Media Pembelajaran


Peranan media pembelajaran tidak akan terlihat apabila penggunaannya tidak
sejalan dengan isi dan tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Oleh karena itu,
media pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan kebutuhan, situasi,
dan kondisi masing-masing. Suatu media tidak harus dinilai dari kecanggihan,
tetapi dinilai dari fungsi dan perannya. Media yang digunakan bisa berupa
gambar, lukisan, atau video tentang objek tertentu.
Peranan media pembelajaran menurut Sudjana dan Rivai (2009:6-7) adalah (1)
alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat guru menyampaikan
pelajaran. Dalam hal ini media digunakan guru sebagai variasi penjelasan verbal
mengenai bahan pengajaran; (2) alat untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh
para siswa dalam belajar mengajar; dan (3) sumber belajar bagi siswa, media
tersebut berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari siswa baik individu maupun
kelompok.
Peranan media sangat membantu siswa dalam proses pembelajaran. Oleh
karena itu, peneliti berusaha memaksimalkan media foto jurnalistik tematik potret
bencana dari surat kabar sebagai media pembelajaran menulis poster untuk
meningkatkan kualitas siswa maupun guru.

Kriteria Media Pembelajaran

Gerlach menyebutkan bahwa media jika dipahami dalam garis besar adalah

manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa

10
mampu meperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap (Arsyad (2002). Dalam

hal ini, Muchadis (1996:14) mengemukakan beberapa kriteria yang dapat dipakai

untuk menentukan keberhasilan suatu media pembelajaran. Adapun kriteria

keberhasilan media terdiri atas:

1. tingkat ketertarikan, 8. keefektifan pendekatannya,

2. keterpahaman, 9. keseimbangannyadengan

3. kredibilitasnya, kelompok masyarakat,

4. tingkat identifikasi perilaku atau 10. tingkat penghargaan terhadap

kejadian, nilai-nilai,

5. ketepatan pesan 11. tingkat keakuratan isinya,

6. daya penuh terhadap pemusatan 12. kontribusinya

perhatian, 13. efektif, dan

7. tingkat kesesuaiannya dengan 14. standar teknis.

usia,

Beberapa istilah media pembelajaran yang kebanyakan para ahli pendidikan

membedakannya antara media dan alat peraga, namun kedua istilah tersebut juga

digunakan saling bergantian. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

memilih media, antara lain tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,

ketepatgunaan, kondisi siswa, ketersediaan perangkat keras dan perangkat lunak,

mutu teknis dan biaya. Oleh sebab itu, beberapa pertimbangan yang perlu

diperhatikan antara lain:

1. Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran

yang telah ditetapkan. Masalah tujuan pembelajaran ini merupakan komponen

yang utama yang harus diperhatikan dalam memilih media. Dalam penetapan

11
media harus jelas dan operasional, spesifik, dan benar-benar tergambar dalam

bentuk perilaku (behavior).

2. Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam memilih

media. Sesuai atau tidaknya antara materi dengan media yang digunakan akan

berdampak pada hasil pembelajaran siswa.

3. Kondisi audien (siswa) dari segi subjek belajar menjadi perhatian yang serius

bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi anak. Faktor

umur, intelegensi, latar belakang pendidikan, budaya, dan lingkungan anak

menjadi titik perhatian dan pertimbangan dalam memilih media pengajaran.

4. Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru mendesain

sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi

pertimbangan seorang guru. Seringkali suatu media dianggap tepat untuk

digunakan di kelas akan tetapi di sekolah tersebut tidak tersedia media atau

peralatan yang diperlukan, sedangkan untuk mendesain atau merancang suatu

media yang dikehendaki tersebut tidak mungkin dilakukan oleh guru.

5. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan

kepada audien (siswa) secara tepat dan berhasil guna, dengan kata lain tujuan

ditetapkan dapat dicapai secara optimal.

6. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang

dengan hasil yang akan dicapai. Pemanfaatan media yang sederhana mungkin

lebih menguntungkan daripada menggunakan media yang canggih (teknologi

tinggi) bilamana hasil yang dicapai tidak sebanding dengan dana yang

dikeluarkan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal & Rohmanto, Elham 2007. Membangun Profesionalisme Guru dan
Pengawas Sekolah. Penerbit: Yama Widya. Bandung.

Arsyad, Azhar 2004. Media Pembelajaran. Penerbit: Rajawali Pers. Jakarta.

Daulay, Haidar Putra 2004. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional.
Penerbit: Kencana Pernada Media Group. Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif
Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. Penerbit: Rineka Cipta. Jakarta.

Fajrin, Irfan. 2015. Hakikat Manfaat dan Peranan Media Pembelajaran. (Online).
http://www.rifanfajrin.com/2015/10/media-pembelajaran-hakikat-manfaat-
dan.html. (Diakses pada tanggal 21 Agustus 2016).

Imansjah Alimpade, (Sumiati dan Asra. 2009:6). Kriteria Pemilihan Media: CV.
Wacana Prima

Rosyada, Dede 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis sebuah Model Pelibatan


Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Penerbit: Kencana
Prenada Media Group. Jakarta.

Sanjaya, Wina 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Penerbit: Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Shaleh, Abdul Rachman 2004. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa: Visi,
Misi dan Aksi. Penerbit: Rajawali Pers. Jakarta.

Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima

13
Syah, Muhibbin 2004. Psikologi Belajar. Penerbit: Rajawali Pers. Jakarta.

Usman, Basyiruddin 2005. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Penerbit:


Ciputat Pers. Jakarta.

14
KULIAH KE 2

FUNGSI DAN MANFAAT MEDIA

Dalam tahun-tahun belakangan ini telah terjadi pergeseran paradigma dalam


pembelajaran ke arah paradigma konstruktivisme. Menurut pandangan ini bahwa
pengetahuan tidak begitu saja bisa ditransfer oleh guru ke pikiran siswa, tetapi
pengetahuan tersebut dikonstruksi di dalam pikiran siswa itu sendiri. Guru
bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa (teacher centered), tetapi yang
lebih diharapkan adalah bahwa pembelajaran berpusat pada siswa (student
centered). Dalam kondisi seperti ini, guru atau pengajar lebih banyak berfungsi
sebagai fasilitator pembelajaran. Jadi, siswa atau pebelajar sebaiknya secara aktif
berinteraksi dengan sumber belajar, berupa lingkungan. Lingkungan yang
dimaksud (menurut Arsyad, 2002) adalah guru itu sendiri, siswa lain, kepala
sekolah, petugas perpustakaan, bahan atau materi ajar (berupa buku, modul,
selebaran, majalah, rekaman video, atau audio, dan yang sejenis), dan berbagai
sumber belajar serta fasilitas (OHP, perekam pita audio dan video, radio, televisi,
komputer, perpustakaan, laboratorium, pusat-pusat sumber belajar, termasuk alam
sekitar).
Bertitik tolak dari kenyataan tersebut di atas, maka proses belajar mengajar
pada hakikatnya adalah suatu proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan
(isi atau materi ajar) dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke
penerima pesan (siswa/pebelajar atau mungkin juga guru). Penyampaian pesan ini
bisa dilakukan melalui simbul-simbul komunikasi berupa simbul-simbul verbal
dan non-verbal atau visual, yang selanjutya ditafsirkan oleh penerima pesan
(Criticos, 1996). Adakalanya proses penafsiran tersebut berhasil dan terkadang
mengalami kegagalan. Kegagalan ini bisa saja disebabkan oleh beberapa faktor,
misalnya adanya hambatan psikologis (yang menyangkut minat, sikap,
kepercayaan, inteligensi, dan pengetahuan), hambatan fisik berupa kelelahan,
keterbatasan daya alat indera, dan kondisi kesehatan penerima pesan. Faktor lain
yang juga berpengaruh adalah hambatan kultural (berupa perbedaan adat istiadat,
norma-norma sosial, kepercayaan dan nilai-nilai panutan), dan hambatan
lingkungan yaitu hambatan yang ditimbulkan oleh situasi dan kondisi keadaan
sekitar (Sadiman, dkk., 1990).
Untuk mengatasi kemungkinan hambatan-hambatan yang terjadi selama
proses penafsiran dan agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif, maka
sedapat mungkin dalam penyampaian pesan (isi/materi ajar) dibantu dengan
menggunakan media pembelajaran. Diharapkan dengan pemanfaatan sumber
belajar berupa media pembelajaran, proses komunikasi dalam kegiatan belajar
mengajar berlangsung lebih efektif (Gagne, 1985) dan efisien.
Perkembangan ilmu dan teknologi semakin mendorong usaha-usaha ke arah
pembaharuan dalam memanfaatkan hasil-hasil teknologi dalam pelaksanaan
pembelajaran. Dalam melaksanakan tugasnya, guru (pengajar) diharapkan dapat

15
menggunakan alat atau bahan pendukung proses pembelajaran, dari alat yang
sederhana sampai alat yang canggih (sesuai dengan perkembangan dan tuntutan
jaman). Bahkan mungkin lebih dari itu, guru diharapkan mampu
mengembangkan ketrampilan membuat media pembelajarnnya sendiri.
Dengan kemajuan teknologi di berbagai bidang, misalnya dalam teknologi
komunikasi dan informasi pada saat ini, media pembelajaran memiliki posisi
sentral dalam proses belajar dan bukan semata-mata sebagai alat bantu. Media
pembelajaran memainkan peran yang cukup penting untuk mewujudkan kegiatan
belajar menjadi lebih efektif dan efisien. Dalam posisi seperti ini, penggunaan
media pembelajaran dikaitkan dengan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh
media, yang mungkin tidak mampu dilakukan oleh guru (atau guru melakukannya
kurang efisien). Dengan kehadiran media pembelajaran maka posisi guru bukan
lagi sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi sebagai fasilitator. Bahkan pada
saat ini media telah diyakini memiliki posisi sebagai sumber belajar yang
menyangkut keseluruhan lingkungan di sekitar pebelajar.
Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung
(kongkret) berdasarkan kenyataan yang ada di lingkungan hidupnya, kemudian
melalui benda-benda tiruan, dan selanjutnya sampai kepada lambang-lambang
verbal (abstrak). Untuk kondisi seperti inilah kehadiran media pembelajaran
sangat bermanfaat. Dalam posisinya yang sedemikian rupa, media akan dapat
merangsang keterlibatan beberapa alat indera.

1. Pengertian Media dan Media Pembelajaran


Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari
“medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya
adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari pemberi informasi
kepada penerima informasi. Media dalam konteks pembelajaran disebut Media
Pembelajaran, yang berarti segala sesuatu yang dapat berfungsi sebagai
perantara/sarana/alat untuk proses komunikasi dalam proses belajar mengajar
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan pembelajaran
yang mencakup sofware dan hardware yang berfungsi sebagai alat bantu belajar.

2. Fungsi Media Pembelajaran


Berikut ini adalah beberapa fungsi dari media dalam konteks pembelajaran
1) Mengatasi perbedaan pengalaman pribadi siswa.
2) Mengatasi batas-batas ruang kelas.
3) Mengatasi kesulitan jika suatu benda secara langsung tidak bisa diamati
karena terlalu kecil, misalnya sel, bakteri, atom, dapat digunakan media
gambar slide, film, dan sebagainya.
4) Mengatasi gerak benda yang terlalu cepat atau terlalu lambat, sedangkan
proses gerakan itu menjadi pusat perhatian siswa.
5) Mengatasi hal-hal yang terlalu kompleks dapat dipisahkan bagian demi
bagian untuk diamati secara terpisah.

16
6) Mengatasi suara yang terlalu halus untuk didengar secara langsung.
7) Menjelaskan tentang peristiwa – peristiwa alam, misalnya terjadinya gempa
bumi, banjir banding, gerhana matahari, pembiakan hewan,
8) Memungkinkan terjadinya kontak langsung dengan masyarakat atau dengan
keadaan alam sekitar.
9) Memberikan kesamaan/kesatuan dalam pengamatan terhadap sesuatu yang
pada awal pengamatan siswa berbeda-beda.
10) Membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa
11) Memberikan kejelasan materi pelajaran yang sulit dipahami oleh siswa jika
hanya menggunakan ucapan secara verbal saja.
12) Mendorong terjadinya interaksi langsung antara siswa dengan dengan guru,
siswa dengan siswa lainnya, dan siswa dengan lingkungannya.
13) Mencegah terjadinya verbalisme pada siswa.

3. Manfaat Media Pembelajaran


Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran adalah
suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri lagi keberadaannya, karena dengan
adanya media pembelajaran dapat memudahkan guru dalam proses pembelajaran
yakni menyampaikan pesan-pesan atau meteri-materi pembelajaran kepada
siswanya. Setiap materi pembelajaran mempunyai tingkat kesukaran yang
berfariasi. Peda satu sisi ada bahan pembelajaran yang tidak memerlikan media
pembelajaran, tetapi disisi lain ada bahan pembelajaran yang memerlukan media
pembelajaran. Materi pembelajaran yang mempunyai tingkat kesukaran tinggi
tentu akan sukar dipahami oleh siswanya, apalagi oleh siswa yang kurang
menyukai materi pembelajaran yang disampaikan. Berikut ini adalah beberapa
manfaat dari media dalam konteks pembelajaran
1) Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan
2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik; proses pembelajaran
menjadi lebih interaktif
3) Efisiensi dalam waktu dan tenaga
4) Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
5) Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan
saja
6) Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses
belajar
7) Merubah peran guru kearah yang lebih positif dan produktif
8) Membuat materi pelajaran yang abstrak menjadi lebih konkrit.
9) Media dapat mengatsi kendala keterbatasan ruang dan waktu
10) Media membantu mengatasi keterbatasan indera manusia
11) Media dapat menyajikan obyek pelajaran berupa benda dan peristiwa langka
dan berbahaya kedalam kelas

17
12) Informasi pelajaran yang disajikan dengan media, memberikan kesan
mendalam dan lebih lama tersimpan pada diri siswa

4. Prinsip-prinsip Penggunaan Media


Berikut ini adalah prinsip-prinsip dalam penggunaan media
1) Tidak ada satu media yang harus digunakan dengan meniadakan media lain
2) Media tertentu cenderung untuk lebih tepat dalam menyajikan suatu unit
pelajaran tertentu dari pada media lain
3) Tidak ada suatu media yang dapat sesuai untuk segala macam kegiatan belajar
4) Penggunaan media yang terlalu banyak sekaligus justru akan membingungkan
– tidak akan memperjelas pelajaran
5) Harus dilakukan persiapan yang matang dalam menggunakan media
pembelajaran
6) Media harus merupakan bagian integral dari seluruh program pembelajaran
7) Siswa harus disiapkan dan diperlakukan sebagai peserta aktif
8) Siswa harus ikut bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi selama belajar
9) Tidak menggunakan media pembelajaran hanya sebagai selingan atau hiburan,
pengisi waktu saja.
10) Perlu penampilan yang positif
11) Pergunakan kesempatan menggunakan media yang tepat dapat ditanggapi
untuk melatih perkembangan bahasa peserta secara lisan maupun tulisan.

5. Klasifikasi Media Pembelajaran


1) Berdasarkan indera yang digunakan
a. Media audio
b. Media visual
c. Media audio-visual.
2) Berdasarkan jenis pesan yang disampaikan
a. Media cetak
b. Media non cetak
c. Media grafis
d. Media non grafis
3) Berdasarkan sasarannya
a. Media jangkauan terbatas
b. Media jangkauan yang luas
4) Berdasarkan penggunaan tenaga listerik
a. Media elektronika
b. Media non elektronika
5) Berdasarkan kesiapan dalam penggunaannya
a. Media siap pakai/jadi (media by utilization)
b. Media siap rancang (media by design)
6) Berdasarkan asalnya

18
1. Media dari spesimen hidup yang masih hidup: aquarium
2. Media dari spesimen hidup yg sudah mati: herbarium
3. Media dari spesimen benda tdk hidup: batuan-batuan
4. Media asli bukan mh.hidup: radio, mobil
5. Model (tiruan benda-benda)

6. Pemilihan media pembelajaran


Beberapa penyebab mengapa orang memilih media di antaranya adalah:
1) Jika ingin mendemonstrasikan media yang akan dipilihnya
2) Merasa sudah akrab dengan media tersebut
3) Ingin memberi gambaran atau penjelasan yang lebih konkrit
4) Jika seseorang merasa yakin bahwa media tersebut memungkinkan ia berbuat
lebih banyak dalam proses pembelajaran seperti bisa menarik minat, me-
ningkatkan motivasi belajar peserta didik.
Perlu diperhatikan sebelum memilih media:
1) Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran
2) Karakteristik peserta didik,
3) Strategi belajar-mengajar,
4) Organisasi kelompok belajar,
5) Alokasi waktu dan sumber,
6) Prosedur penilaian.
Empat faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media:
1) Ketersediaan sumber setempat,
2) Ketersediaan dana, tenaga, dan fasiliatasnya;
3) Keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan media
4) Efektivitas biaya dalam waktu yang panjang.
Enam langkah pokok prosedur pemilihan media
1) Menentukan tujuan program,
2) Menetapkan metode transmisi (informasi atau pesan instruksional),
3) Menentukan ciri khas pelajaran,
4) Memilih media pembelajaran,
5) Menganalisis ciri khas media,
6) Merencanakan tes pengembangan media.

7. Evaluasi Media Pembelajaran


Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah media tersebut dapat
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan atau tidak. Hal ini penting untuk
diingat dan dilakukan agar kita tidak salah arah dalam melakukan proses
pembelajaran. Adapun tujuan evaluasi media yaitu:
1) Memilih media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran
2) Untuk melihat prosedur penggunaan suatu media
3) Untuk memeriksa apakah tujuan penggunaan media tersebut telah tercapai

19
4) Menilai kemampuan guru/dosen dalam menggunakan media pembelajaran
5) Memberikan informasi untuk kepentingan administrasi
6) Untuk memperbaiki alat/media itu sendiri
Ada dua macam bentuk evaluasi media yaitu Evaluasi formatif dan
Evaluasi sumatif. Evaluasi formatif bertujuan untuk mengumpulkan data tentang
efektvitas dan efisiensi bahan-bahan pelajaran (termasuk di dalamnya media
pembelajaran) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan data tersebut
dimaksudkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang bersangkutan
agar lebih efektif dan efisien. Ada tiga tahapan dalam evaluasi formatif suatu
media pembelajaran yaitu:
a. Evaluasi satu lawan satu (secara individual)
Prosedur evaluasi satu lawan satu:
1) Jelaskan kepada siswa bahwa anda sedang merancang suatu media
baru dan ingin mengetahui reaksi mereka,
2) Katakan kepada mereka bahwa kalau ada kesalahan pada mereka,
dikarenakan kekurang sempurnaan dari media, bukan kesalahan siswa,
3) Usahakan agar mereka bersikap relaks dan bebas dalam
mengemukakan pendapat tentang media,
4) Berikan tes awal kepada mereka,
5) Sajikan media dan catat berapa lama waktu yang diperlukan untuk
menyajikan materi melalui media tersebut,
6) Berikan tes akhir
7) Analisis informasi yang terkumpul.
b. Evaluasi kelompok kecil
Prosedur evaluasi kelompok kecil (10-20 orang)
1) Jelaskan kepada siswa bahwa media tersebut berada dalam tahap
formatif yang memerlukan umpan balik untuk perbaikan,
2) Berikan tes awal,
3) Sajikan media atau minta kepada siswa untuk mempelajari media
tersebut,
4) Catat waktu yang diperlukan dan semua bentuk umpan balik,
5) Berikan tes akhir untuk mengetahui apakah keberhasilan tujuan bisa
tercapai,
6) Bagikan questioner kepada siswa tentang seputar manfaat dari media
tersebut,
7) Analisis data yang terkumpul.
c. Evaluasi lapangan
Evaluasi lapangan merupakan tahap terakhir dari evaluasi formatif suatu
media yang dilakukan pada kondisi dan situasi yang sebenarnya. Prosedur
evaluasi lapangan:
1) Pilih siswa yang benar-benar mewakili populasi target sebanyak 30
orang siswa lakukan tes kemampuan awal tadi.

20
2) Jelaskan kepada mereka maksud uji lapangan terhadap media
tersebut,
3) Berikan tes awal,
4) Sajikan media tersebut kepada mereka,
5) Catat semua respon yang muncul dari siswa selama sajian,
6) Berikan tes akhir untuk mengetahui pencapaian hasil belajar mereka,
7) Berikan questioner kepada mereka seputar sikap dan pendapat
mereka tentang media yang telah disajikan,
8) Ringkas dan analisis data yang diperoleh dangan kegiatan-kegiatan.
Evaluasi Sumatif, evaluasi dalam bentuk final, setelah diperbaiki dan
disempurnakan orang lain atau mungkin yang bersangkutan sendiri, akan
dikumpulkan data untuk menentukan apakah media itu patut digunakan dalam
situasi-situasi tertentu atau apakah media itu benar-benar efektif.
Penggunaan media yang sesuai metode pembelajaran guru dengan kondisi
siswa menjadi pertimbangan mutlak untuk teracapainya efisiensi dan efektivitas
pembelajaran, karena media digunakan dalam proses belajar mengajar untuk
mempermudah siswa menerima pesan-pesan yang disampaikan oleh guru. Maka
kesesuaian antara metode dan media pembelajaran harus sejalan.
Media pembelajaran sebagai alat bantu bagi guru dalam menyampaikan
materi pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Penggunaan media dalam belajar akan berhasil jika guru terampil dalam
menggunakannya, sebab itu guru harus memahami tentang manfaat dan kegunaan
media dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan karena guru merupakan mediator
utama dalam proses transformasi pembelajaran. Maka dalam proses transformasi
pembelajaran guru harus didukung alat atau perantara, yaitu media. Media
pengajaran secara umum dapat dikategorikan kedalam media visual (gambar) dan
audio-visual (suara/film/gambar) atau secara tradisional serta modern yang
mencakup tekhnologi mutakhir. Pemanfaatan media oleh guru bertujuan untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang efisien dan efektif yang sejalan dengan tujuan
pendidikan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Arief S. Sadiman, dkk. (1990). Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan dan


Pemanfaatannya). Jakarta: CV. Rajawali
Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Baru. Degeng, I Nyoman Sudana. (1993) Media Pendidikan. Malang: FIP IKIP Malang
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. (1991). Media Pengajaran. Bandung: Sinar

22
KULIAH KE 3
MEDIA PEMBELAJARAN DAN PERKEMBANGANNYA

Penyampaian materi sebaiknya memanfaatkan alat peraga, agar menarik minat


peserta didik. Usia SD dalam taraf berkembang /taraf perkembangan skematis.
Salah satu cara yang efektif :dengan alat peraga/ alat bantu /media pembelajaran.
Menurut penelitian, kemampuan menerima pesan lewat pancaindra, paling tinggi
adalah dengan penglihatan & pendengaran. Daya serap pancaindera terdiri dari
penglihatan 82%, penciuman 1%, perasa 2.5%, peraba 3.5%, dan pendengaran
11%.
Media yang bisa menyampaikan info bersamaan berupa suara & gambar
disebut media audio visual. Multimedia: gabungan bentuk media menjadi satu
kesatuan yang menyu-guhkan tampilan baru dan interaktif. (Computer/Laptop &
LCD Projector). Dengan media, info dapat dicatat secara cermat, mampu
mencerna fakta & imajinasi, serta mudah diingat.

Perkembangan Media Pembelajaran


Mulanya media sebagai alat bantu mengajar (teaching aids) yang bersifat
visual: gambar, model, obyek dan alat-alat yang dapat memberikan pengalaman
kongkrit, motivasi belajar, dan mempertinggi daya serap. Dengan masuknya
pengaruh teknologi audio pada abad 20, pesan lebih menarik dilihat sekaligus
didengar dengan AVA. Kerucut Pengalaman (Cone of Experience) Edgar Dale
tersebut, menjadi pertimbangan dalam menentukan pilihan Alat Bantu
Pembelajaran apa yang paling sesuai. Akhir tahun 1950, teori Komunikasi mulai
mempengaruhi AVA, sehingga selain sebagai alat bantu dalam pembelajaran juga
sebagai penyalur pesan/informasi (media). Teori ini sangat penting dalam
penggunaan media untuk kegiatan pembelajaran.

Proses Belajar Mengajar sebagai Proses Komunikasi


Proses belajar adalah proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui
media/saluran tertentu ke penerima pesan. Pesan dituangkan ke dalam simbol-
simbol komunikasi disebut encoding. Selanjutnya penerima pesan menafsirkan

23
simbol tsb disebut decoding. Efektivitas komunikasi pembelajaran ditentukan oleh
sejauh mana isi pesan dari pengirim, diterima oleh penerima sesuai dengan apa
yang maksud oleh pengirim. Makin sempurna (lengkap) makin efektif, makin
banyak kekeliruan/kekurangan makin kurang efektif. Media sebagai komponen
sistem, bagian integral dari suatu sistem pembelajaran. Media bukan sekedar alat
bantu atau alat peraga. Media harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Ada
nilai tambah dari peggunaan media terhadap hasil belajar siswa

Hubungan antara Media dan Pembelajaran


 Guru mengajar tanpa media
 Media sebagai alat bantu/alat peraga
 Ada kerjasama antara guru dan media
 Pembelajaran tanpa guru

Perkembangan Media Pembelajaran dari Masa ke Masa


Pada awal sejarah pendidikan, guru merupakan satu-satunya sumber untuk
memperoleh pelajaran. Dalam perkembangan selanjutnya, sumber belajar itu
kemudian bertambah dengan adanya buku. Pada masa itu kita mengenal tokoh
bernama Johan Amos Comenius yang tercatat sebagai orang pertama yang
menulis buku bergambar yang ditujukan untuk anak sekolah. Buku tersebut
berjudul Orbis Sensualium Pictus (Dunia Tergambar) yang diterbitkan pertama
kali pada tahun 1657. Penulisan buku itu dilandasi oleh suatu konsep dasar bahwa
tak ada sesuatu dalam akal pikiran manusia, tanpa terlebih dahulu melalui
penginderaan.
Dari sinilah para pendidik mulai menyadari perlunya sarana belajar yang dapat
memberikan rangsangan dan pengalaman belajar secara menyeluruh bagi siswa
melalui semua indera, terutama indera pandang – dengar. Kalau kita amati lebih
cermat lagi, pada mulanya media pembelajaran hanyalah dianggap sebagai alat
untuk membantu guru dalam kegiatan mengajar (Teaching Aids). Alat bantu
mengajar yang mula-mula digunakan adalah alat bantu visual seperti gambar,
model, grafis atau benda nyata lain. Alat-alat bantu itu dimaksudkan untuk
memberikan pengalaman lebih konkrit, memotivasi serta mempertinggi daya
serap atau retensi belajar dan daya ingat siswa dalam belajar. Namun karena

24
terlalu memusatkan perhatian pada alat Bantu visual kurang memperhatikan aspek
disain, pengembangan pembelajaran (instruction) produksi dan evaluasinya. Jadi,
dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada sekitar abad ke-20, alat visual
untuk mengkongkritkan ajaran ini dilengkapi dengan alat audio sehingga kita
kenal dengan audio visual atau audio visual aids (AVA). Bermacam peralatan
dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan ajaran kepada siswa
melalui penglihatan dan pendengaran untuk menghindari verbalisme yang masih
mengkin terjadi kalau hanya digunakan alat bantu visual semata.
Sekitar pertengahan abad 20 usaha pemanfaatan alat visual mulai dilengkapi
dengan peralatan audio, maka lahirlah peralatan audio visual pembelajaran.
Usaha-usaha untuk membentuk pembelajaran abstrak menjadi lebih konkrit terus
dilakukan. Dalam usaha itu, Edgar Dale membuat klasifikasi 12 tingkatan
pengalaman belajar dari yang paling kongkrit sampai yang paling abstrak.
Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama ”Kerucut Penglaman” (Cone
of Experience).
Kerucut pengalaman ini dianut secara luas untuk menentukan alat bantu atau
media apa yang sesuai agar siswa memperoleh pengalaman belajar secara mudah.
Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale itu memberikan
gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses
perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati, dan
mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa.
Semakin konkret siswa mempelajari bahan pengajaran, contohnya melalui
pengalaman langsung, maka semakin banyak pengalaman yang diperolehnya.
Sebaliknya semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman, contohnya hanya
mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit pengalaman yang akan
diperoleh siswa. Edgar Dale memandang bahwa nilai media pembelajaran
diklasifikasikan berdasarkan nilai pengalaman. Menurutnya, pengalaman itu
mempunyai dua belas (12) tingkatan. Tingkatan yang paling tinggi adalah
pengalaman yang paling konkret. Sedangkan yang paling rendah adalah yang
paling abstrak, diantaranya:

25
1. Direct Purposeful Experiences : Pengalaman yang diperoleh dari kontak
langsung dengan lingkungan, obyek, binatang, manusia, dan sebagainya,
dengan cara perbuatan langsung
2. Contrived Experiences : Pengalaman yang diperoleh dari kontak melalui
model, benda tiruan, atau simulasi.
3. Dramatized Experiences : Pengalaman yang diperoleh melalui permainan,
sandiwara boneka, permainan peran, drama soial.
4. Demonstration : Pengalaman yang diperoleh dari pertunjukan
5. Study Trips : Pengalaman yang diperoleh melalui karya wisata
6. Exhibition : Pengalaman yang diperoleh melalui pameran
7. Educational Television : Pengalaman yang diperoleh melalui televisi
pendidikan
8. Motion Pictures : Pengalaman yang diperoleh melalui gambar, film hidup,
bioskop
9. Still Pictures : Pengalaman yang diperoleh melalui gambar mati, slide,
fotografi
10. Radio and Recording : Pengalaman yang diperoleh melalui siaran radio atau
rekaman suara
11. Visual Symbol : Pengalaman yang diperoleh melalui simbol yang dapat dilihat
seperti grafik, bagan, diagram
12. Verbal Symbol : Pengalaman yang diperoleh melalui penuturan kata-kata.
Ketika itu, para pendidik sangat terpikat dengan kerucut pengalaman itu,
sehingga pendapat Dale tersebut banyak dianut dalam pemilihan jenis media yang
paling sesuai untuk memberikan pengalaman belajar tertentu pada siswa. Pada
akhir tahun 1950, teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat audio
visual. Dalam pandangan teori komunikasi, alat audio visual berfungsi sebagai
alat penyalur pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan. Begitupun dalam
dunia pendidikan, alat audio visual bukan hanya dipandang sebagai alat bantu
guru saja, melainkan juga berfungsi sebagai penyalur pesan belajar. Sayangnya,
waktu itu faktor siswa, yang merupakan komponen utama dalam pembelajaran,
belum mendapat perhatian khusus. Baru pada tahun 1960-an, para ahli mulai
memperhatikan siswa sebagai komponen utama dalam pembelajaran. Pada saat itu

26
teori Behaviorisme BF. Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam
kegiatan pembelajaran. Teori ini telah mendorong diciptakannya media yang
dapat mengubah tingkah laku siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Produk
media pembelajaran yang terkenal sebagai hasil teori ini adalah diciptakannya
teaching machine (mesin pengajaran) dan Programmed Instruction (pembelajaran
terprogram).
Pada tahun 1965-1970, pendekatan sistem (system approach) mulai
menampakkan pengaruhnya dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Pendekatan
sistem ini mendorong digunakannya media sebagai bagian intregal dalam proses
pembelajaran. Media, yang tidak lagi hanya dipandang sebagai alat bantu guru,
melainkan telah diberi wewenang untuk membawa pesan belajar, hendaklah
merupakan bagian integral dalam proses pembelajaran. Media, yang tidak lagi
hanya dipandang sebagai alat bantu guru, melainkan telah diberi wewenang untuk
membawa pesan belajar, hendaklah merupakan bagian integral dari kegiatan
belajar mengajar. Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi
penggunaan alat bantu audio visual, yang berguna sebagai penyalur pesan atau
informasi belajar.
Pada tahun 1960-1965 orang-orang mulai memperhatikan siswa sebagai
komponen yang penting dalam proses belajar mengajar. Pada saat itu teori
tingkah-laku (behaviorism theory) dari B.F Skinner mulai mempengaruhi
penggunaan media dalam pembelajaran. Dalam teorinya, mendidik adalah
mengubah tingkah-laku siswa. Teori ini membantu dan mendorong diciptakannya
media yang dapat mengubah tingkah-laku siswa sebagai hasil proses
pembelajaran.
Pada tahun 1965-1970 , pendekatan system (system approach) mulai
menampakkan pengaruhnya dalam kegiatan pendidikan dan kegiatan
pembelajaran. Pendekatan system ini mendorong digunakannya media sebagai
bagian integral dalam proses pembelajaran. Setiap program pembelajaran harus
direncanakan secara sistematis dengan memusatkan perhatian pada siswa. Ada
dua ciri pendekatan sistem pengajaran, yaitu sebagai berikut:

27
1. Pendekatan sistem pengajaran mengarah ke proses belajar mengajar. Proses
belajar-mengajat adalah sesuatu penataan yang memungkinkan guru dan siswa
berinteraksi satu sama lain.
2. Penggunaan metode khusus untk mendesain sistem pengajaran yang terdiri
atas prosedur sistemik perencanaan, perancangan, pelaksanaan, dan penilaian
keseluruhan proses belajar-mengajar
Program pembelajaran direncanakan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik
siswa diarahkan kepada perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang
dicapai. Pada dasarnya pendidik dan ahli visual menyambut baik perubahan ini.
Sehingga untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, mulai dipakai berbagai
format media. Dari pengalaman mereka, guru mulai belajar bahwa cara belajar
siswa itu berbeda-beda, sebagian ada yang lebih cepat belajar melalui media
visual, sebagian audio, media cetak, dan sebagainya. Sehingga dari sinilah lahir
konsep media pembelajaran.

28
DAFTAR PUSTAKA

Omar Hamalik. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.


Jakarta: BumiAksara
Sadiman, Arif S. 2010. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan,
Pemanfaatan. Jakarta: RajawaliPers.

29
KULIAH KE 4

JENIS DAN KARAKTERISTIK MEDIA PEMBELAJARAN

A. JENIS MEDIA

Jenis Media menurut para ahli:


a. Santoso S. Hamijaya mengklasifikasikan media pembelajaran yg
dikaitkan dgn penggunaannya :
• Media & teknologi pendidikan yg penggunaannya secara massal
• Media & teknologi pendidikan yg penggunaannya secara individual
• Media & teknologi pendidikan yg penggunaannya secara
konvensional
• Media & teknologi pendidikan pada pendidikan modern

b. Edgar Dale mengklasifikasikan berdasarkan pengalaman belajar


peserta didik yaitu : dari yg bersifat konkret sampai yg bersifat
abstrak

c. R.murry thomas
di dasarkan atas 3 (tiga) jenjang pengalaman
1. Pengalaman dari benda asli (reliefe experience)
2. Pengalaman dari benda tiruan (substitute of reliefe experience)
3. Pengalaman dari kata-kata (words only)

Bretz, mengelompokan media kedalam 7 kelas :


1. Kelas I : Media audio – motion – visual
2. Kelas II : Media audio – still – visual
3. Kelas III : Media audio – seminotion
4. IV : Media motion – visual
5. Kelas V :Media still – visua
6. Kelas VI : Media audio
7. Kelas VII : Media yg hanya mampu menampilkan informasi berupa
simbol-simbol tertentu saja

d. Soegito atmohoetomo membedakan media menjadi 3 jenis


1. Media Audio (Media Dengar)
2. Media Visual (Indra Penglihatan),
3. Media Audio Visual(media Pandang Dengar

JENIS MEDIA PEMBELAJARAN


1. Cetak
2. Transparansi
3. Audio
4. Slide Suara

30
5. Video
6. Multimedia Interaktif
7. E-learning

Kelebihan dan Kekurangan

CETAK
 Kelebihan
1. Murah
2. Dapat diakses oleh kalangan luas
3. Tidak memerlukan peralatan
 Kekurangan
1. Membutuhkan reading habits
2. Membutuhkan pengetahuan awal (prior knowledge)
3. Kurang bisa membantu daya ingat
TRANSPARANSI
 Kelebihan
1. penggunaannya praktis
2. tidak memerlukan ruang gelap. Karena itu siswa atau peserta didik dapat
melihatnya sambil mencatat
3. mudah dioperasikan, sehingga tidak memerlukan operator khusus
 Kekurangan
1. memerlukan peralatan khusus untuk penampilan, yaitu Overhead
Projector (OHP)
2. memerlukan penataan yang khusus
3. memerlukan kecakapan khusus dalam pembuatannya

AUDIO
 Kelebihan
1. Imajinatif
2. Individual
3. Relatif lebih murah
 Kekurangan
1. Komunikasi satu arah
2. Abstrak, terutama berkaitan dengan angka, ukuran, penghitungan dll
3. Auditif, sehingga membutuhkan konsentrasi dalam mendengarkan

SLIDE SUARA
 Kelebihan
1. Dapat digunakan dalam kelompok besar (kelas)
2. Dapat memusatkan perhatian
3. Di bawah kontrol guru
 Kekurangan
1. Gambar yang lepas menjadikannya mudah hilang
2. Hanya menyajikan gambar diam
3. Memerlukan ruangan yang gelap, sehingga tidak ada aktifitas lain

MULTI MEDIA

31
 Kelebihan
1. Interaktif
2. Individual
3. Fleksibel
 Kekurangan
1. Hanya akan berfungsi untuk hal-hal sebagaimana yang telah
diprogramkan
2. Memerlukan peralatan (komputer) multimedia
3. Perlu persyaratan minimal prosesor, memori kartu grafis dan monitor

B. KARAKTERISTIK MEDIA PEMBELAJARAN

1. Media Grafis
Media grafis termasuk media visual yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari
sumber kepenerima pesan, dimana pesan dituangkan melalui lambang atau simbol
komunikasi visual. Menurut Arief S.Sadiman ( 1986 ) simbol-simbol tersebut
harus dipahami benar, artinya agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan
efisien. Selain fungsi umum tersebut secara khusus grafis berfungsi pula untuk
menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta
yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan. Jenis
media grafis adalah:

a. Media Bagan ( Chart )

Media bagan adalah suatu media pengajaran yang penyajiannya secara


diagramatik dengan menggunkan lambang-lambang visual untuk mendapatkan
sejumlah informasi yang menunjukkan perkembanganide, objek, lembaga, orang,
keluarga ditinjau dari sudut waktu dan ruang. Pesan yang akan disampaikan
biasanya berupa ringkasan visual suatu proses, perkembangan atau hubungan-
hubungan penting.

b. Grafik ( Grafik )

grafik merupakan gambar sederhana yang disusun menurut prinsip matematika,


dengan menggunakan data berupa angka-angka. Grafik mengandung ide, objek
dan hal-hal yang dinyatakan dengan simbol dan disertai dengan keterangan-
keterangan secara singkat.

c. Media Diagram

Diagram merupakan suasana garis-garis dan menyerupai peta pada gambar.


Diagram ini sering juga digunakan untuk meningkatkan letak bagian-bagian
sebuah alat atau mesin serta hubungan satu bagian dengan bagian yang lain.

d. Foster

32
Poster merupakan gabungan antara gambar dan tulisan dalam satu bidang yang
memberikan informasi tentang satu atau dua ide pokok, poster hendaknya dibuat
dengan gambar dekoratif dan huruf yang jelas. Ciri-ciri poster yang baik:

1) Sederhana

2) Menyajikan satu ide

3) Dengan slogan yang ringkas

4) Gambar tulisan yang jelas

5) Mempunyai komposisi dan variasi yang bagus

e. Karikatur dan kartun

Karikatur dan kartun merupakan garis yang dicoret dengan spontan yang
menekankan kepada hal-hal yang dianggap penting, beda antara poster dan
karikatur terletak pada karikatur kadang-kadang lebih menggit dan kritis. Kesan
kritis dan humor yang diberikan karikatur dan kartun menyebabkan informasi
yang disampaikan tahan lama dalam ingatan anak.

f. Media Gambar atau Foto

Foto merupakan media refroduksi bentuk asli dalam dua dimensi. Foto ini
merupakan alat visual yang efektif karena dapat divisualisasikan sesuatu yang
akan dijelaskan dengan lebih konkrit dan realitis. Foto ini dapat mengatur ruang
dan waktu.

g. Media Gambar Sederhana dengan Garis Lingkaran

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat gambar dengan garis
lingkaran, sebagaimana yang dikemukakan Amir Hamzah Sulaiman ( 1995:112 )
sebagai berikut:

1) Gunakan warna yang gelap untuk garis dan lingkaran supaya kontras dengan
kertas sebagai latar belakangnya

2) Jangan ragu-ragu untuk melalui gambar objek yang dimaksudkan dan


pelajari sambil melakukannya

3) Gambar-gambar harus besar dan garis-garis harus tebal agar jelas

4) Tentukan terlebih dahulu bidang gambar, pilihlah diantara dua bidang,


bidang yang tegak dan bidang datar

5) Gunakan satu bidang saja untuk satu objek

33
6) Gunakan seluruh bidang dan jangan biarkan sebagian besar bidang ada yang
kosong

7) Ada baiknya memberi sketsa lebih dahulu dengan pensil supaya dapat
dihapus yang keliru, kenudian dapat digunakan spidol atau tinta

h. Media Komik

Komik merupakan media yang mempunyai sifat yang sederhana, jelas, mudah
dipahami. Oleh sebab itu media komik dapat berfungsi sebagai media yang
informatik dan edukatif. sungguhpun demikian penggunaan komik sebagai media
pengajaran guru harus hati-hati sebab seringkali lebih bersifat komersial tanpa
mempertimbangkan akibat yang ditimbulkan.

2. Media Visual Dua Dimensi


Media visual dua dimensi merupakan media yang bersifat elektronik yang
diproyeksi dan terdiri dari perangkat perangkat keras dan perangkat lunak. Ada
beberapa jeni media visual dua dimensi ini adalah:

a. Overhead Proyector ( OHP )

OHP ini telah ditemukan sejak tahun 1930-an yaitu sejak adanya penemuan lensa
fresnal yang digunakan dalam OHP.

cahaya yang kuat

b. Slide

Silde dan flmstrip merupakan media yang diproyeksikan dan dapat dilihat dengan
mudah oleh para siswa dikelas. Slide adalah sebuah ganbar transparan yang
diproyeksikan oleh cahaya melalui proyektor.

c. Filim Strip

Filmstrip disebut juga filim slide, stripfilm dan still film yang arti dan fungsinya
sama. Ukuran filmstrip ada dua jenis yaitu: 1). single frame 2). double frame.
Slide dan Filmstrip memberikan keuntungan dalam kegiatan proses belajar
mengajar. Oemar Hamalik ( 1985 : 91 ) mengemukakan bahwa slide dan filmstrip
mengandung nilai-nilai sebagai berikut:

1) Penyajiannya berupa satu unit atau satu kesatuan yang bulat

2) Menimbulkan dan mempertinggi minat murid

3) Setiap sistem dalam kelas melihat gambar yang sama dan dalam waktu yang
sama

34
3. Media Audio
Media audio berkaitan dengan indra pendengar, dimana pesan yang disampaikan
dituangkan dalam lambang-lambang auditif, baik verbal ( kedalam kata-kata atau
bahasa lisan ) maupun non verbal. Ada beberapa jenis media yang dapat
dikelompokkan dalam media audio yaitu:

a. Radio

Radio merupakan perlengkapan elektronik yang dapat digunakan untuk


mendengarkan berita yang baagus dan aktual dapat mengetahui beberapa kejadian
dan peristiwa-peristiwa penting dan baru, masalah-masalah kehiduapan dan
sebagainya. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa radio dapat merupakan alat
pendidikan yang digunakan secara efektif untuk seluruh level dan pase
pendidikan.

b. Laboratorium bahasa

Laboratorium bahasa adalah alat untuk melatih siswa untuk mendengar dan
berbicara dalam bahasa asing dengan jalan menyajikan materi pelajaran yang
disiapkan sebelumnya.

KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN

A. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah yang secara
harfiah berarti ‘tengah’, perantara atau pengantara. Dalam bahasa Arab media
adalah (‫ ) ئل سا و‬atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Berikut pendapat tentang media yang dikemukakann oleh para ahli yaitu:

a. Gerlach dan Ely ( 1972 ) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara
garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang
membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap

b. Fleming mengatkan bahwa media yang sering diganti dengan mediator yaitu
penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan
mendamaikannya

c. Heinich, Molenda, dan Russel ( 1990 ) diungkapkan bahwa media is a


channel of communication.

d. AECT ( Association for Education and Communication Technology )


mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses
penyaluran informasi

35
Dari defenisi-defenisi tersebut dapat ditarik kesimpulannya bahwa pengertian
media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang
pikiran, perasaan dan kemauan audio ( siswa ) sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar pada dirinya.

Jadi menurut Rossi dan Breidle mengemukakan bahwa media pembelajaran


adalah seluruh alat dan bahan yang dapat digunakan untuk tujuan pendidikan
seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya.

B. Kriteria Pemilihan Media

Media merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar
mengajar. Dengan beraneka ragamnya media maka masing-masing media
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena itu ada beberapa
pertimbangan yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran


yang telah ditetapkan. Masalah tujuan pembelajaran ini merupakan komponen
yang utama yang harus diperhatikan dalam memilih media. Dalam penetapan
media harus jelas dan operasional, spesifik, dan benar-benar tergambar dalam
bentuk perilaku

2. Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam memilih


media. Sesuai atau tidaknya anatara materi dengan media yang digunakan akan
berdampak pada hasil pembelajaran siswa

3. Kondisi siswa dari segi subjek belajar menjadi perhatian yang serius bagi
guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi anak. Faktor umur,
intelegensi, latar belakang pendidikan, budaya, dan lingkungan anak menjadi titik
perhatian dan pertimbangan dalam memilih media pengajaran

4. Karakteristik media di sekolah atau memungkinkan bagi guru mendesain


sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi
pertimbangan seorang guru

5. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan


disampaikan kepada siswa secara tepat dan berhasil guna, dengan kata lain tujuan
yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal

6. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang


dengan hasil yang akan dicapai

C. Media dan Kegiatan Belajar Mengajar

1. Guru dan Media Pembelajaran

36
Sistem pendidikan yang baru menuntut faktor dan kondisi yang baru pula baik
yang berkenaan dengan sarana pisik maupun non fisik. Untuk itu diperlukan
tenaga pengajar yang memiliki kemampuan dan kecakapan yang lebih memadai,
diperlukan kinerja dan sikap yang baru, peralatan yang lebih lengkap dan
administrasi yang lebih teratur.

Guru hendaknya dapat menggunakan peralatan yang lebih ekonomis, efisien dan
mampu dimiliki oleh sekolah serta tidak menolak digunakannya peralatan
teknologi moderen yang relevan dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan
zaman. Permasalahan pokok dan cukup mendasar adalah sejauh manakah
kesiapan guru-guru dalam menguasai penggunaan media pendidikan dan
pengajaran disekolah untuk pembelajaran siswa secara optimal sesuai dengan
tujuan pendidikan dan pengajaran.

Semakin maju perkembangan masyarakat dan ekslarasi teknologi moderen, maka


semakin besar dan berat tantangan yang dihadapi guru sebagai pendidikan dan
pengajar disekolah. Agar seorang guru dalam menggunakan media pendidikan
yang efektif, setiap guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup
tentang media pendidikan/pengajaran. Oleh sebab itu guru harus mempunyai
keterampilan dalam memilih dan menggunakan media pendidikan /pengajaran.[6]

2. Media sebagai Alat Bantu

Media sebagai alat abntu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan
yang tidak dapat dipungkiri. Karena memeng gurulah yang menghendakinya
untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan
pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didik. Guru sadar bahwa tanpa
bantuan media maka bahan pembelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh
setiap anak didik terutama bahan pelajaran yang rumit atau kompleks.

Setiap materi pelajaran tentu memiliki tingkat kesukatran yang bervariasi. Pada
satu sisi ada bahan pelajaran yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi dilain pihak
ada bahan pelajaran yang sangat memerlukan alat bantu berupa media pengajaran.
Bahan pelajaran dengan tingkat kesukaran yang tinggi tentu sukar diproses oleh
anak didik. Apalagi bagi anak didik yang kurang menyukai bahan pelajaran yang
disampaikan itu.

Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi untuk melicinkan jalan menuju
tercapainya tujuan pengajaran. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses
belajar mengajar dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar anak didik
dalam tenggang waktu yang cukup lama.Walaupun begitu penggunaan media
sebagai alat bantu tidak bisa sembarang menurut sekehendak hati guru. Tetapi
harus memperhatikan dan mempertimbangkan tujuan.

37
Akhirnya dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu dalam proses belajar
mengajar dan gurulah yang mempergunakannya untah membelajarkan anak didik
demi tercapainya tujuan pengajaran.

3. Media sebagai Sumber Belajar

Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah sejumlah nilai umtuk
dikosumsi oleh setiap anak didik. Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya,
tetapi teramil dari berbagai sumber. Karena itu, sumber belajar adalah segala
sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran
terdapat atau asal untuk belajar sekarang.

Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu guru
memperkaya wawasan anak didik. Aneka macam bentuk dan jenis media
pendidikan yang digunakan oleh guru menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi
anak didik. Media sebagai sumber belajar diakui sebagai alat bantu auditif, visual,
dan audiovisual. Penggunaan ketiga jenis sumber belajar ini tidak sembarangan,
tetapi harus disesuaikan dengan perumusan tujuan internasional dan tentu saja
dengan kompetensi guru itu sendiri dan sebagainya. Maka guru yang pandai
menggunakan media adalah guru yang bisa manipulasi media sebagai sumber
belajar dan sebagai penyalur informasi dari bahan yang disampaikan kepada anak
didik dalam proses belajar mengajar.

4. Prinsif Pemanfaatan media Pembeajaran

Prinsip pokok yang harus diperhatikan dalam penggunaan media pada setiap
kegiatan belajar mengajar adalah bahwa media digunakan dan diarahkan untuk
mempermudah siswa belajar dalam upaya memahami materi pelajaran. Dengan
demikian penggunaan media harus dipandang dari sudut kebutuhan siswa . Hal ini
perlu ditekankan sebab sering media dipersiapkan hanya dilihat dari sudut
kebutuhan siswa.

D. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Berikut ini dijelaskan fungsi dan peran dari media pembelajaran adalah:

1. Menangkap Suatu Objek atau Peristiwa-Peristiwa Tertentu

Peristwa-peristiwa penting atau objek yang lengkap dapat diabadikan dengan foto,
filim atau direkam melalui video atau audio, kemudian peristiwa tersebut
disimpan dan dapat digunakan manakala diperlukan.

Guru dapat menjelaskan proses terjadinya gerhana matahari yang langka melalui
hasil rekaman video. Atau bagaiman proses perkembangan ulat menjadi kupu-
kupu, perkembangan bayi dalam rahim dari mulai sel telur dibuahi sampai
menjadi embrio dan berkembang menjadi bayi. Demikian juga dalam pelajaran

38
IPS , guru dapat menjelaskan bagaimana terjadinya peristiwa proklamasi melalui
tayangan filim dan lain sebagainya.

2. Memanipulasi Keadaan, Peristiwa, atau Objek Tertentu

Melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan pelajaran yang


bersifat abstrak menjadi konkret sehingga mudah dipahami dan dapat
menghilangkan verbalisme. Misalkan untuk menyampaikan bahan pelajaran
tentang sistem peredaran darah pada manusia, dapat disajikan melalui filim.

Selain itu, media pembelajaran juga dapat membantu menampilkan objek yang
terlalu besar yang tidak mungkin dapat ditampilakan didalam kelas, atau
menampilkan objek yang terlalu kecil yang sulit dilihat dengan menggunakan
mata telanjang.

Untuk memanipulasikan keadaan, juga media pembelajaran dapat menampilkan


suatu proses atau gerakan yang terlalu cepat yang sulit diikuti, seperti gerakan
mobil, gerakan kapal terbang, gerakan-gerakan pelari dan lain sebagainya.

3. Menambah Gairah dan Motivasi Belajar Siswa

Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa sehingga perhatian


siswa terhap materi pembelajaran dapat lebih meningkat. Sebagi contoh, sebelum
menjelaskan materi pelajaran tentang polusi, untuk dapat menarik perhatian siswa
terhadap topik tersebut, maka guru memutar filim terlebih dahulu tentang banjir
atau tentang kotoran limbah industri dan lain sebagainya.

4. Media Pembelajaran Memiliki Nilai Praktis

Media pembelajaran memiliki nilai praktis sebagai berikut:

Pertama, media dapat mengatasin keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa

Kedua, media dapat mengatasi batas ruang kelas.

Levie dan Lentz ( 1982 ) menemukakan empat fungsi media pengajaran,


khususnya media visual yaitu:

Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan
perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan
makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Sering kali
pada awal pelajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran yang tidak
disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan.

39
Fungis afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika
belajar ( atau membaca ) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat
menggugah emosi dan sikap siswa misalnya informasi yang menyangkut masalah
sosial atau ras.

Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang


mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian
tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung
dalam gambar.

Fungsi kompensatoris media pengajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media
visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang
lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan
mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat dalam menerima dan memahami
isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.

E. Peralatan Media

Didalam media terdapat peralatan seperti:

1. Peralatan proyeksi ( optik )

a. Overhead projector

b. Microfrom reader

c. Proyektor filim-rangkai (filim strip projector)

d. Proyektor filim-bingkai ( slide projector )

e. Proyektor filim-gelang ( filim loop projector)

f. Proyektor filim ( motion picture projector )

2. Peralatan elektronik

a. Radio perekam kaset audio ( radio cassette recorder )

b. Penala radio ( Tuner )

c. Perekam pita audio ( Open reel tape recorder )

d. Perekam kaset audio ( cassette recorder )

e. Amplifier

f. Loudspeaker

g. Perekam kaset audio sinkron 9 cassette synchrocorder )

40
h. Perekam pita video ( video tape recorder )

i. Perekam kaset video ( video cassette recorder )

j. Piringan Video ( Video disc )

k. Sambang Video ( video cartridge )

l. Video monitor

m. Proyektor video

F. Klasifikasi Media

Rudi Bretz ( 1977 ) mengklasifikasikan ciri utama media pada tiga unsur pokok
yaitu suara, visual dan gerak. Bentuk visual itu sendiri dibedakan lagi pada tiga
bentuk yaitu gambar visual, garis dan simbol. Disamping itu juga membedakan
media siar dan media rekam sehingga terdapat 8 klasifikasi media:

1. Media audio visual gerak

2. Media audio visual diam

3. Media audio semi gerak

4. Media vissual gerak

5. Media visual diam

6. Media visual semi gerak

7. Media audio

8. Media cetak

Menurut Oemar Hamalik ( 1985: 63 ) dan 4 klasifikasi media pengajaran yaitu:

1. Alat-alat visual yang dapat dilihat, misalnya filmstrip, transparansi, micro


projectin, papan tulis, buletin board, gambar-gambar, ilustrasi, chart, grafik,
poster, peta dan globe

2. Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya dapat didengar misalnya:


phonograph record, transkripsi electris, radio, rekaman pada tape recorder

3. Alat-alat yang bisa dilihat dan didengar, misalnya filim dan televisi, benda-
benda tiga dimensi yang biasanya dipertunjukkan, misalnya: model, spicemens,
bak pasir, peta electris, koleksi diorama

41
4. Dramatisasi, bermain peranan, sosiodrama, sandiwara boneka, dan
sebagainya

Disamping itu para ahli media lainnya juga membagi jenis-jenis media pengajaran
itu kepada:

1. Media asli dan tiruan

2. Media bentuk papan

3. Media bagan dan grafis

4. Media proyeksi

5. Media dengar ( audio)

6. Media cetak atau printed materialis

Briggs mengidentifikasi macam-macam media yang dipergunakan dalam proses


belajar mengajar yaitu: objek, model, suara langsung, rekaman audio, media
cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparasi, filim bingkai,
filim, televisi dan gambar.

Gagne membuat 7 macam pengelompokan media yaitu;

1. Benda untuk didemonstrasikan

2. Komunikasi lisan

3. Gambar cetak

4. Gambar diam

5. Gambar gerak

6. filim bersuara

7. mesin belajar

Schramm ( 1977 ) memandang media dari segi kerumitan dan besarnya biaya. Dia
membedakan antara media rumit dan mahal ( big media ), media sederhana dan
murah ( little media ). Schramm juga mengelompokkan menurut daya liputnya
menjadi media massal, kelompok, media individual. Selain itu dia juga membagi
media menurut kontrol pemakaiannya dalam pengertian portabilitasnya dan
kesesuaiannya untuk dirumah, kesiapan pemakaiannya setiap saat diperlukan,
cepat atau tidaknya dalam penyampaian dan dapat dikontrol, kesesuaiannya untuk
belajar mandiri dan kemampuannya untuk memberi umpan balik.

42
Menurut Seels dan Glasgow ( 1990:181-183 ) dibagi kedalam dua kategori luas,
yaitu: pilihan media tradisional dan pilihan media teknologi mutakhir.

1. Pilihan media tradisional

a. Visual diam yang diproyeksikan

b. Visual yang tak diproyeksikan

c. Audio

d. Penyajian multimedia

e. Visual dinamis yang diproyeksi

f. Cetak

g. Permainan

h. Realia

2. Pilihan media Teknologi Mutakhir

a. Media berbasia telekomunikasi

b. Media berbasis mikroprosescor

Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi kedalam:

1. Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja atau media yang
hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara

2. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja tidak mengandung
unsur suara. Yang termasuk kedalam media adalah film slide, foto, transparasi,
lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis

3. Media audiovisual, yaitu jenis jenis media yang selain mengandung unsur
suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video,
berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini
dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis
media yang pertama dan kedua.

Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi kedalam:

1. Media yang memiliki daya lipat yang luas dan serentak seperti radio dan
televisi. Melalui media ini siswa dapat mempelajari hal-hal atau kejadian-kejadian
yang aktual secara serentak tanpa harus menggunakan ruangan khusus

43
2. Media yang mempunyai daya lipat yang terbatas oleh ruang dan waktu,
seperti filim slide, film, video, dan lain sebagainya

Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibedakan menjadi:

1. Media yang proyeksikan, seperti film, slide, fim strip, transparansi, dan lain
sebagainya. Jenis media yang demikian memerlukan alat proyeksi khusus, seperti
film proyektor untuk memproyeksi film, slide projector untuk memproyeksikan
film slide, Over Head Projector ( OHP ) untuk memproyeksi semacam ini, maka
media semacam ini tidak akan berfungsi apa-apa

2. Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan, radio, dan lain
sebagainya

Klasek membagi media pembelajaran sebagai berikut:

1. Media visual

2. Media audio

3. Media display

4. Pengalaman nyata dan simulasi

5. Media cetak

6. Belajar terprogram

7. Pembelajaran melalui komputer atau sering dikenal dengan Program Computer


Aided Instruction ( CAI ).

Media audiovisual dibagi menjadi;

1. Audiovisual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam
seperti filim bingkai suara (sound slide ), film rangkai suara, dan cetak suara

2. Audiovisual gerak yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan
gambar yang bergerak seperi film suara dan video cassette

Pembagian lainnya tentang media ini adalah:

1. Audiovisual murni yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal dari
satu sumber seperti: film video-cassette

2. Audiovisual tidak murni yaitu yang unsur suara dan unsur gambarnya berasal
dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya
bersumber dari slides proyektor dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder.
contoh lainnya: flim strip suara dan cetak suara

44
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Ashar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Nurhasnawati.2011.Media Pembelajaran.Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau.

Rohan, Ahmad,1997.Media Instructional Educatif. Jakarta: Rineka Cipta

Sumiati, dkk. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung : CV Wahana Prima

Sundayana, Rustina. 2013. Media Pembelajaran Matematika. Jakarta : Erlangga

45
KULIAH KE 5

PEMILIHAN MEDIA 1

Prinsip-Prinsip Pemilihan Media Pembelajaran


1. Prinsip-prinsip pemilihan media pembelajaran merujuk pada pertimbangan
seorang guru dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran untuk
digunakan atau dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Hal ini disebabkan adanya beraneka ragam media yang dapat digunakan
atau dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar

Pemilihan Media
Pemilihan media pembelajaran yang sesuai dengan standar kompetensi dan
indikator yang ditetapkan pada dasarnya merupakan suatu perluasan keterampilan
berkomunikasi yang membutuhkan suatu proses yang rinci, sistematis dan khusus.
Memilih media pembelajarn yang terbaik untuk standar kompetensi dan indikator
suatu pembelajaran bukan suatu pekerjaan yang mudah. Karena pemilihan media
tersebut didasarkan pada berbagai prinsip dan faktor yang saling mempengaruhi.
Ada beberapa prinsip dalam memilih media pembelajaran yang harus
diperhatikan oleh pendidik, yang terpenting dalam pemilihan media
pembelajaraan dimaksud adalah adanya patokan yang digunakan pada proses
pemilihan media itu. Pemilihan dan penggunaan suatu media pembelajaran harus
melibatkan tenaga yang mampu, terampil, dan profesional untuk
memanfaatkannya disetiap lembaga pendidikan. Biaya yang dibutuhkan juga
harus tersedia dan terjangkau oleh suatu lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Secara garis besar beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
media pembelajaran, yaitu:
1. Harus adanya kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media
pembelajaran. Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran,
untuk informasi yang bersifat umum, ataukah sekedar hiburan saja
mengisi waktu kosong. Lebih khusus lagi, apakah untuk
pembelajaran kelompok atau individu, apakah sasarannya peserta

46
didik TK, SD, SMA, atau peserta didik Sekolah Dasar Luar Biasa,
masyarakat pedesaan ataukah masyarakat perkotaan.
2. Karakteristik Media Pembelajaran. Setiap media pembelajaran
memiliki karakteristik tertentu, baik dilihat dari keunggulannya, cara
pembuatan maupun cara penggunaannya. Memahami karakteristik
media pembelajaran merupakan kemampuan dasar yang harus
dimiliki dalam kaitannya dengan pemilihan media pembelajaran.
Disamping itu, hal ini memberikan kemungkinan bagi kita untuk
menggunakan berbagai media pembelajaran secara bervariasi.
3. Alternatif Pilihan, yaitu adanya sejumlah media yang dapat
dibandingkan atau dikompetisikan. Dengan demikian kita bisa
menentukan pilihan media pembelajaran mana yang akan dipilih
A= Analyze Learner Characteristics
S= State Objective (Merumuskan tujuan)
S= Select (Memilih dan merancang)
U= Utilize (Menggunakan Materi)
R= Require Learner Response
E= Evaluate

Dari Segi Teori Belajar

Penguatan
Motivasi Umpan Balik
(Reinforcement)

Perbedaan Latihan dan


Partisipasi
Individual Pengulangan

Tujuan
Emosi
Pembelajaran

Persiapan
Organisasi Isi Penerapan
Sebelum Belajar

47
Kriteria Pemilihan Media
1. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
2. Tepat untuk mendukung isi pembelajaran yang sifatnya fakta, konsep,
prinsip, atau generalisasi.
3. Praktis, luwes, dan bertahan.
4. Guru terampil menggunakannya.
5. Pengelompokan sasaran.
6. Mutu teknis.
Keberhasilan menggunakan media dalam proses pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar tergantung pada (1) isi pesan, (2) cara menjelaskan
pesan, dan (3) karakteristik penerima pesan. Dengan demikian dalam memilih dan
menggunakan media, perlu diperhatikan ketiga faktor tersebut. Tidak berarti
bahwa semakin canggih media yang digunakan akan semakin tinggi hasil belajar
atau sebaliknya. Untuk tujuan pembelajaran tertentu dapat saja penggunaan papan
tulis lebih efektif dan lebih efesien daripada penggunaan LCD, apabila bahan
ajarnya dikemas dengan tepat serta disajikan kepada siswa yang tepat pula.
Sungguhpun demikian, secara operasional ada sejumlah pertimbangan dalam
memilih media pembelajaran yang tepat, antara lain:
1. Access
Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih media.
Apakah media yang diperlukan itu tersedia, mudah dan dapat dimanfaatkan
oleh murid? Misalnya, kita ingin menggunakan media internet, perlu
dipertimbangkan terlebih dahulu, apakah ada saluran untuk koneksi ke
internet, adakah jaringan teleponnya? Akses juga menyangkut aspek
kebijakan, misalnya apakah murid diizinkan untuk menggunakan komputer
yang terhubung ke internet? Jangan hanya kepala sekolah saja yang boleh
menggunakan internet, tetapi juga guru/karyawan dan murid. Bahkan murid
lebih penting untuk memperoleh akses.
2. Cost
Biaya juga harus menjadi bahan pertimbangan. Banyak jenis media yang dapat
menjadi pilihan kita. Media pembelajaran yang canggih biasanya mahal.
Namun biaya itu harus kita hitung dengan aspek manfaat. Sebab semakin

48
banyak yang menggunakan, maka unit cost dari sebuah media akan semakin
menurun.
3. Technology
Mungkin saja kita tertarik kepada satu media tertentu. Tetapi kita perlu
memperhatikan apakah teknisinya tersedia dan mudah menggunakannya?
Katakanlah kita ingin menggunakan media audio visual untuk di kelas, perlu
kita pertimbangkan, apakah ada aliran listriknya, apakah voltase listriknya
cukup dan sesuai, bagaimana cara mengoperasikannya?
4. Interactivity
Media yang baik adalah yang dapat memunculkan komunikasi dua arah atau
interaktivitas. Semua kegiatan pembelajaran yang akan dikembangkan oleh
guru tentu saja memerlukan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
tersebut.
5. Organization
Pertimbangan yang juga penting adalah dukungan organisasi. Misalnya
apakah pimpinan sekolah atau pimpinan yayasan mendukung? Bagaimana
pengorganisasiannya? Apakah di sekolah tersedia sarana yang disebut pusat
sumber belajar?
6. Novelty
Kebaruan dari media yang akan dipilih juga harus menjadi pertimbangan.
Sebab media yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih menarik bagi
murid. Dari beberapa pertimbangan di atas, yang terpenting adalah adanya
perubahan sikap guru agar mau memanfaatkan dan mengembangkan media
pembelajaran yang “mudah dan murah”, dengan memanfaatkan sumberdaya
yang ada di lingkungan sekitarnya serta memunculkan ide dan kreativitas yang
dimilikinya.
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai.
Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-
kata, tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau
kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak
yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak

49
dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu,
terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti:
biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.
Lebih terperinci beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih
media dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Sesuai dengan tujuan atau standar kompetensi yang ingin dicapai. Media
dipilih berdasarkan tujuan atau standar kompetensi yang telah ditetapkan
yang secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau
tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
2. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip,
atau generalisasi.
3. Praktis, luwes, dan bertahan
4. Guru terampil menggunakannya
5. Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum
tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau
perorangan.
6. Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotografi harus
memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya, visual pada slide harus
jelas dan informasi atau pesan yang ditonjolkan dan ingin disampaikan
tidak boleh terganggu oleh elemen lain yang berupa latar belakang

Adapun Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Media adalah


1. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,
2. Karakteristik siswa atau sasaran
3. Jenis rangsangan belajar yang diinginkan
4. Keadaan latar atau lingkungan
5. Kondisi setempat, dan
6. Luasnya jangkauan yang ingin dilayani

PEMILIHAN MEDIA 2

Media Jadi dan Media Rancangan

50
Ditinjau dari segi kesiapan pengadaannya, media dikelompokkan kedalam 2
jenis,yaitu media jadi dan media rancangan.
a. Media Jadi, yaitu media media yang merupakan komoditi perdagangan dan
terdapat di pasaran luas dalam keadaan siap pakai (media by utilization)
b. Media Rancangan, yaitu media yang dirancang dan disiapkan secara khusus
untuk maksud dan tujuan pembelajaran tertentu (media by design)

Dasar Pertimbangan Pemilihan Media


1. Kenyataan di lapangan:
a. Bermaksud mendemonstrasikannya
b. Merasa sudah akrab dengan media itu
c. Ingin memberi gambaran dan penjelasan yang lebih konkret
d. Merasa bahwa media dapat berbuat lebih dari yang bisa dilakukannya.
2. Heinich (1984) mengajukan model perencanaan penggunaan media yang efektif
yang dikenal dengan istilah ASSURE, yaitu:
(A) Analyze Learner Characteristics: Menganalisis karakteristik kelompok
umum dan khusus sasaran.
(S) State Objective: Menyatakan atau merumuskan tujuan pembelajaran,yaitu
perilaku atau kemampuan baru apa (pengetahuan,keterampilan,sikap) yang
diharapkan siswa miliki setelah proses belajar mengajar selesai.
(S) Select or modify media: Memilih,memodifikasi atau merancang dan
mengembangkan materi dan media yang tepat.Apabila materi dan media
pembelajaran yang telah tersedia akan dapat mencapai tujuan, materi dan
media itu sebaiknya digunakan untuk menghemat waktu, tenaga dan biaya.
(U) Utilize: Menggunakan materi dan media. Setelah memilih materi dan
media yang tepat, diperlukan persiapan dan berapa banyak waktu diperlukan
untuk menggunakannya. Selain itu perlu juga dipersiapkan pengaturan
ruangan dan fasilitas penyajian.
(R) Require learner respons: Meminta tanggapan dari siswa untuk
memberikan respon/umpan balik mengenai keefektifan proses belajar
mengajar.

51
(E) Evaluate: Mengevaluasi proses belajar mengajar, dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat pencapaian siswa mengenai tujuan pembelajaran,
keefektifan media, pendekatan dan guru sendiri.
3. Dari segi teori belajar, berbagai kondisi dan prinsip-prinsip psikologis yang
perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan media adalah sebagai berikut:
1. Motivasi
2. Perbedaan individual
3. Tujuan Pembelajaran
4. Organisasi isi
5. Persiapan sebelum belajar
6. Emosi
7. Partisipasi
8. Umpan balik
9. Penguatan (reinforcement)
10. Latihan dan pengulangan
11. Penerapan

Kriteria Pemilihan Media


1. Kriteria pemilihan media harus sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai,kondisi dan keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan
dan sifat-sifat khasnya (karakteristik) media yang bersangkutan.
2. Menurut Prof.Ely (1982) :bahwa pemilihan media seyogyanya tidak
terlepas dari konteksnya sebagai komponen dari sistem instruksional secara
keseluruhan.Karena itu meskipun tujuan dan isinya sudah diketahui,faktor-
faktor lain seperti karakteristik siswa,strategi BM,alokasi waktu dll juga
perlu dipertimbangkan.Juga perlu dipertimbangkan media apa saja yang
ada,berapa harganya,berapa lama waktu diperlukan untuk
mendapatkannya,dan format apa yang memenuhi selera pemakai.
3. Dick & Carey (1978),menemukan 4 faktor yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan media,yaitu:
a. Ketersediaan sumber setempat

52
b. Apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada
dana,tenaga dan fasilitasnya
c. Faktor yang menyangkut keluwesan,kepraktisan dan ketahanan media
itu dalam waktu yang lama.
d. Efektifitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang.

Model/Prosedur Pemilihan Media


Dilihat dari bentuknya, cara-cara pemilihan media dapat dikelompokkan
menjadi tiga model yaitu model flowchart yang menggunakan sistem
pengguguran (atau eliminasi) dalam pengambilan keputusan pemilihan,
model matriks yang menangguhkan proses pengambilan keputusan pemilihan
sampai seluruh kriteria pemilihannya diidentifikasi dan model checklist yang juga
menangguhkan keputusan pemilihan sampai semua kriterianya dipertimbangkan.
Meskipun belum ada penelitian khusus tentang hal ini, tampaknya
model checklist lebih sesuai untuk membakukan prosedur pemilihan media jadi,
model matriks lebih serasi untuk digunakan dalam pemilihan media rancangan,
sedang model flowchart dapat digunakan baik untuk menggambarkan proses
pemilihan media jadi maupun media rancangan.
Pada flowchart diatas, hal yang dijadikan sebagai masukan adalah permintaan
akan kebutuhan film tertentu (misalnya dari fakultas). Setelah melewati berbagai
tahapan pengguguran, kesimpulan akhirnya adalah membeli atau tidak. Ingat
bahwa pada tahap evaluasi, semua persyaratan atau kriteria telah dituangkan
dalam format evaluasi (kuesioner, opinioner, checklist) yang biasanya telah
dibakukan.
Andensor melihat pemilihan media sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari pengembangan intruksional. Untuk keperluan itu dia membagi media dalam
sepuluh kelompok, yaitu media audio, media cetak, media cetak bersuara, media
proyeksi (visual) diam, media proyeksi dengan suara, media visual gerak, media
audio visual gerak, objek, sumber manusia dan lingkungan serta media komputer.
Prosedur pemlihannya dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan apakah pesan
intruksional. Bila pesan intruksional yang ingin ditampilkan, apakah akan
berfungsi sebagai sarana belajar (media) atau sarana mengajar (peraga). Prosedur

53
selanjutnya ialah menentukan strategi intruksionalnya, yaitu apakah ingin
memberikan pengalaman belajar sikap keterampilan fisik atau kognitif.
Selanjutnya kita memilih media yang sesuai untuk menentukan pilihan akhir.
Pertimbangan untuk membandingkan ini dapat dilihat misalnya dari kriteria
kemudahan diperolehnya, keluwesan pemakaiannya, kesesuaiannya dengan
sumber-sumber kondisi dan keterbatasan yang ada.
Prosedur lain untuk pemilihan media dibuat dalam bentuk matriks yang ingin
melihat kesesuaian media dengan tingkat kesulitan pengendalian oleh pemakai.
Dan delanjutnya sebagaimana telah diutarakan sebelumnya, prosedur pemilihan
media ada yang dituangkan dalam bentuk checklist. Bentuk checklist ini kadang-
kadang juga disebut dengan nama format evaluasi media.

KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN


1. Kontribusi media dalam pembelajaran
2. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar
3. Pembelajaran dapat lebih menarik
4. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar
5. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek
6. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
7. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun
diperlukan
8. Sikap positif siswa terhadap materi dan proses pembelajaran dapat
ditingkatkan
9. Peran guru berubahan kearah yang positif
Perkembangan Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
1. Awal abad ke-20 muncul gerakan pendidikan visual yang ditandai dengan
didirakannya musium sekolah. Film-film khusus yang ditujukan untuk
pembelajaran dikelas mulai diproduksi
2. Ketika perang dunia ke-2 dimulai banyak digunakan media pembelajaran
untuk melatih perang para personal militer
3. Januari 1941 – Juni 1945 divisi pengembangan alat bantu visual untuk
pelatihan perang pada departemen pendidikan Amerika serikat

54
mengahasilkan sebanyak 457 film bersuara, 432 film strip bisu, dan 457
panduan instruktur
4. Pada tahun 1960-an banyak sekolah dan perguruan tinggai yang mulai
mendirikan pusat media pembelajaran
5. Di Indonesia dimulai awal abad ke-20 dengan digunakannya berbagai alat
permainan untuk mengajar (ki Hajar Dewantara )
6. Secara formal sudah dimulai dengan menatar guru-guru th 1950an, pada
masa itu guru mengikuti kursus tertulis secara jarak jauh
7. 1973-1976 dengan bantuan UNESCO dilakukan eksperimen penaran guru
dengan melalui radio
Mengapa Memanfaatkan Media
1. Anak anak SD (6-12 th) ada pada tahapan kongkret operasional
2. Anak-anak terutama yg berusia 6-8 th lebih mudah mempelajari segala
sesuatu dengan konkret
3. Piaget menyebutkan usia pada masa keemasan dimana anak sedang ada
dalam raraf perkembangan fisik dan mental yang sangat baik
4. Mendidik anak kecil itu bukan atau belum memberi pengetahuan, akan
tetapi baru berusaha untuk sempurnanya rasa fikiran….
5. Latihan panca indera itu pekerjaan lahir untuk mendidik batin (pikiran,
rasa, kemauan nafsu dan lain-lain
6. Bruner jg mengatakan bahwa pembelajaran sebaiknya dimulai dari
pengalaman nyata dan dialami langsung oleh anak, meingkat pada
penggunaan gambar, dan baru menggunakan unsur-unsur abstrak simbolis
(kata-kata tulisan )

Jenis-Jenis Pemanfaatan Media Pembelajaran

55
1. Dua jenis sumber belajar
a. Learning resources by design: sumber belajar yang sengaja dirancang
khusus untuk tujuan pembelajaran. Misal : buku pelajaran, modul,
program audio, program video, transparansi OHP
b. Learning resources by utilization: sumber belajar yang bukan
diranrancang untuk tujuan pembelajaran, namun sudah tersedia dan dapat
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Misal : sawah, pasar, surat
kabar, siaran televisi, pabrik, terminal dll.
Media Sebagai Bagian Terpadu Dalam Pembelajaran
Salah satu komponen yang perlu dilakukan guru atau pengajar sebelum
melaksanakan pengajaran adalah mengembangkan strategi pembelajaran yang
terdiri dari komponen urutan kegiatan pembelajaran, metode pembelajaran, media
pembelajaran dan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran.
Mengembangkan strategi pembelajaran dapat dikatakan sebagai inti dari suatu
proses pembelajaran karena berkaitan sangat erat dengan bagaimana suatu
pembelajaran akan berlangsung.
Faktor Yang Perlu Dipertimbangkan Dalam Memilih Media Pembelajaran
1. Tujuan instruksional
2. Karakteristik audience
3. Jenis rangsangan belajar yang diinginkan (audio, visual, gerak dll)
4. Asetting pembelajaran
5. Luas jangkauan
6. Ketersediaan
7. Waktu
8. Tenaga
9. Fleksibilitas
10. Ketahanan
11. Efektifitas biaya
Syarat Media
¤ Visible Mudah dilihat
¤ Interesting Menarik
¤ Simple Sederhana

56
¤ Useful Bermanfaat
¤ Accurate Benar
¤ Legitimate Sah, masuk akal
¤ Structured Terstruktur
Jenis Media Dalam Pembelajaran
1. Media Audio
a. Program Kaset Audio
b. Program Siaran Radio
2. Media Visual
a. Model
b. Gambar
c. Overhead Transparency (OHT)
3. Media Audiovisual
a. Video
b. Televisi
Belajar, Mengajar dan Pembelajaran
1. Terjadinya proses belajar tidak selalu harus ada orang yang mengajar
2. Kegiatan belajar tak dapat diwakili orang lain, harus dialami sendiri oleh si
belajar
3. Mengajar merupakan upaya untuk membuat orang lain belajar
4. Istilah “pembelajaran” lebih bermakna bagi si belajar daripada
“pengajaran”
5. Peran utama pembelajar (guru, tutor, widyaiswara) adalah menciptakan
kondisi agar terjadi kegiatan belajar pada si belajar
Sumber Belajar
1. Pengertian
Segala sesuatu baik yang sengaja dirancang maupun yang telah tersedia
yang dapat dimanfaatkan baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-
sama untuk membuat atau membantu peserta didik belajar
2. Komponen
a. Pesan adalah Pelajaran/informasi yang diteruskan oleh komponen lain
dalam bentuk ide, fakta, arti, data, dan lain-lain

57
b. Orang adalah Manusia sebagai penyimpan, pengolah, dan penyaji
pesan
c. Bahan adalah Sesuatu yang mengandung pesan untuk disajikan melalui
penggunaan alat ataupun oleh dirinya sendiri
d. Alat adalah Sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang
tersimpan di dalam bahan
e. Teknik adalah Prosedur rutin atau acuan yang disiapkan untuk
menggunakan bahan, peralatan, orang, dan lingkungan untuk
menyampaikan pesan
f. Lingkungan adalah Situasi sekitar atau tempat di mana pesan diterima
Sumber Belajar dan Media Pembelajaran
1. Media Belajar merupakan bagian dari sumber belajar
2. Sumber belajar dapat berupa: pesan, orang, alat, bahan, teknik dan
lingkungan.
3. Kombinasi bahan (soft-ware) dan alat (hard-ware) dinamakan media
pembelajaran.
4. Media pembelajaran: segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan kemauan pebelajar sehingga
mendorong terjadinya kegiatan belajar.

58
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran Yang Baik. http://ilmu-
pendidikan.net/pembelajaran/media-pembelajaran/kriteria-pemilihan-media-
pembelajaran-yang-baik. (Diakses pada tanggal 15 Oktober 2016).
John D. Latuheru. 1988. Media Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.
Moh. UzerUsman. 1992. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Oemar Hamalik. 1994. Media Pendidikan. Jakarta: Alumni.

59
KULIAH KE 6

A. Langkah Penyusunan Bahan Ajar


Ada tiga prinsip yang diperlukan dalam penyusunan bahan ajar. Ketiga
prinsip itu adalah relevansi, konsitensi, dan kecukupan. Relevansi artinya
keterkaitan atau berhubungan erat. Konsistensi maksudnya ketaatazasan atau
keajegan – tetap. Kecukupan maksudnya secara kuantitatif materi tersebut
memadai untuk dipelajari.

Prinsip relevansi atau keterkaitan atau berhubungan erat, maksudnya


adalah materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkan oleh
menghafalkan fakta, materi yang disajikan adalah fakta. Kalau kompetensi
dasar meminta kemampuan melakukan sesuatu, materi pelajarannya adalah
prosedur atau cara melakukan sesuatu. Begitulah seterusnya.

Prinsip konsistensi adalah ketaatazasan dalam penyusunan bahan ajar.


Misalnya kompetensi dasar meminta kemampuan siswa untuk menguasai tiga
macam konsep, materi yang disajikan juga tiga macam. Umpamanya
kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa adalah menyusun paragraf
deduktif, materinya sekurang-kurangnya pengertian paragraf deduktif, cara
menyusun paragraf deduktif, dan cara merevisi paragraf deduktif. Artinya,
apa yang diminta itulah yang diberikan.

Prinsip kecukupan, artinya materi yang disajikan hendaknya cukup


memadai untuk mencapai kompetensi dasar. Materi tidak terlalu sedikit dan
tidak terlalu banyak. Jika materi terlalu sedikit, kemungkinan siswa tidak
akan dapat mencapai kompetensi dasar dengan memanfaatkan materi itu.
Kalau materi terlalu banyak akan banyak menyita waktu untuk
mempelajarinya.

60
Ada beberapa prosedur yang harus diikuti dalam penyusunan bahan ajar.
Prosedur itu meliputi: (1) memahami standar isi dan standar kompetensi
lulusan, silabus, program semeter, dan rencana pelaksanaan pembelajaran; (2)
mengidentifikasi jenis materi pembelajaran berdasarkan pemahaman terhadap
poin (1); (3) melakuan pemetaan materi; (4) menetapkan bentuk penyajian;
(5) menyusun struktur (kerangka) penyajian; (6) membaca buku sumber; (7)
mendraf (memburam) bahan ajar; (8) merevisi (menyunting) bahan ajar; (9)
mengujicobakan bahan ajar; dan (10) merevisi dan menulis akhir (finalisasi).

Memahami standar isi (Permen 22/2006) berarti memahmai standar


kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini telah dilakukan guru ketika
menyusun silabus, program semester, dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Memahami standar kompetensi lulusan (Permen 23/2006) juga telah
dilakukan ketika menyusun silabus. Walaupun demikian, ketika penyusunan
bahan ajar dilakukan, dokumen-dokumen tersebut perlu perlu dihadirkan dan
dibaca kembali. Hal itu akan membantu penyusun bahan ajar dalam
mengaplikasikan prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Selain itu,
penyusunan bahan ajar akan terpandu ke arah yang jelas, sehingga bahan ajar
yang dihasilkan benar-benar berfungsi.

Mengidentifikasi jenis materi dilakukan agar penyusun bahan ajar


mengenal tepat jenis-jenis materi yang akan disajikan. Hasil identifikasi itu
kemudian dipetakan dan diorganisasikan sesuai dengan pendekatan yang
dipilih (prosedural atau hierarkis). Pemetaan materi dilakukan berdasarkan
SK, KD, dan SKL. Tentu saja di dalamnya terdapat indikator pencapaian
yang telah dirumuskan pada saat menyusun silabus. Jika ketika menyusun
silabus telah terpeta dengan baik, pemetaan tidak diperlukan lagi. Penyusun
bahan ajar tinggal mempedomani yang ada pada silbus. Akan tetapi jika
belum terpetakan dengan baik, perlu pemetaan ulang setelah penyusunan
silabus.

61
Langkah berikutnya yaitu menetapkan bentuk penyajian. Bentuk penyajian
dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan. Bentuk-bentuk tersebut adalah seperti
buku teks, modul, diktat, lembar informasi, atau bahan ajar sederhana.
Masing-masing bentuk penyajian ini dapat dilihat dari berbagai sisi. Di
antaranya dapat dilihat dari sisik kekompleksan struktur dan pekerjaannya.
Bentuk buku teks tentu lebih kompleks dibandingkan dengan yang lain.
Begitu pula halnya modul dengan yang lain. Yang paling kurang
kompleksitasnya adalah bahan ajar sederhana. Sesuai dengan namanya
”sederhana”, tentu wujudnya juga sederhana.

Jika bentuk penyajian sudah ditetapkan, penyusun bahan ajar menyusun


struktur atau kerangka penyajian. Kerangka-kerangka itu diisi dengan materi
yang telah diatetapkan. Kegiatan ini sudah termasuk mendraf
(membahasakan, membuat ilustrasi, gambar) bahan ajar. Draf itu kemudian
direvisi. Hasil revisi diujicobakan, kemudian direvisi lagi, dan selanjutnya
ditulis akhir (finalisasi). Selanjutnya, guru telah dapat menggunakan bahan
ajar tersebut untuk membelajarkan siswanya.

B. Prinsip Desain Multimedia Pembelajaran


Rosch menyatakan bahwa multimedia adalah kombinasi dari komputer
dan video. Sementara Mc. Cormick mendefinisikan multimedia sebagai
kombinasi dari tiga elemen, yaitu suara, gambar, dan teks. Robin & Linda
mengartikan multimedia sebagai alat yang dapat menciptkakan presentasi yang
dinamis dan interaktif yang mengkombinasikan teks, grafik, animasi, auido,
dan gambar video (Suyanto, 2003: 5).Ade Cahyana dan Devi Munandar (2008)
memberikan definisi teknologi multimedia sebagai perpaduan dari teknologi
komputer baik perangkat keras maupun perangkat lunak dengan teknologi
elektronik. Menurut keduanya sekarang ini perkembangan serta pemanfaatan
teknologi multimedia banyak digunakan hampir di seluruh aspek kegiatan.

Dalam buku yang berjudul ”The Developers Handbook to Interaktive


Multimedia”, Rob Philip (1997: 8) menjelaskan : ”The term ‘multimedia’ is a

62
catch-all phrase to describe the new wave of computer software that primarily
deals with the provisions of information. The ’multimedia’ component is
characterized by the presence of text, picture, sound, animation and video;
some or all wich are organized into some coherence program. The ‘interactive’
component refers to the process of empowering the user to control the
environment usually by a computer.”

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa


multimedia merupakan perpaduan dari beberapa elemen informasi yang dapat
berupa teks, gambar, suara, animasi, dan video. Program multimedia biasanya
bersifat interaktif. Hofstetter sebagaimana dikutip oleh Suyanto menyatakan
bahwa terdapat empat komponen penting dalam multimedia.

Sims mendeskripsikan bahwa dalam lingkungan belajar online yang


interaktif, kontrol terhadap peserta didik melalui komunikasi aktif berupa
pemberian umpan balik merupakan komponen interaktivitas yang esensial.
Dalam konsep pendidikan jarak jauh, interaksi merupakan aspek yang penting
jika kualitas pendidikan jarak jauh ingin diwujudkan (Wilson: 2004).

Berdasarkan tingkat interaktivitasnya, multimedia dibedakan menjadi


multimedia interaktif tingkat operator dan multimedia interaktif tingkat
kreator. Interaksi yang terjadi pada tingkat operator, pengguna hanya bisa
memilih atau menentukan menu-menu atau perintah yang tersedia. Sedangkan
pada multimedia interaktif tingkat kreator, pengguna dapat memanfaatkan
program untuk berkreasi sesuai dengan materi yang ada di dalamnya (Wang
Qiyun & Cheung Wing Sum, 2003: 218).

Berdasarkan bentuk program pembelajaran yang dikembangkan,


multimedia interaktif dibedakan menjadi: (a) drill and practice; (b) tutorial; (c)
simulation; (d) game; dan (e) problem solving (Heinich: 1996: 9-12). Muirhead
(2001), mendefinisikan interaktif sebagai komunikasi, partisipasi, dan umpan
balik yang membantu siswa dan guru untuk berinteraksi secara aktif.

63
Multimedia pembelajaran hendaknya memiliki tingkat interaktivitas yang
tinggi, agar proses pembelajaran mandiri berlangsung dinamis.

Berkaitan dengan jenis multimedia, program multimedia yang akan


dikembangkan oleh peneliti adalah multimedia interkatif yang bersifat on line,
dan dari segi bentuknya berupa multimedia yang berisi tutorial dan problem
solving.

Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan media


pembelajaran meliputi: prinsip kesiapan dan motivasi, penggunaan alat
pemusat perhatian, pengulangan, partisipasi aktif peserta didik, dan umpan
balik (Abdul Gafur, 2007: 20-22).

Prinsip kesiapan dan motivasi menekankan bahwa kesiapan dan motivasi


peserta didik untuk menerima informasi pembelajaran sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan proses belajar mengajar. Kesiapan peserta didik
mencakup kesiapan pengetahuan prasyarat, kesiapan mental, dan kesiapan
fisik. Motivasi merupakan dorongan untuk melakukan atau mengikuti kegiatan
belajar. Motivasi tersebut dapat berasal dari dalam diri maupun dari luar diri
peserta didik (Abdul Gafur, 2007: 20).

Penggunaan alat pemusat perhatian dalam media pembelajaran dapat


menjadi daya tarik tersendiri bagi peserta didik untuk fokus terhadap materi
pelajaran. Hal ini membantu konsentrasi peserta didik dalam memahami isi
pelajaran sehingga penguasaan mereka menjadi lebih baik.

Informasi atau keterampilan baru jarang sekali dapat dikuasai secara


maksimal hanya dengan satu kali proses belajar. Agar penguasaan terhadap
informasi atau keterampilan baru tersebut dapat lebih optimal, maka perlu
dilakukan bebrapa kali pengulangan. Prinsip pengulangan ini harus
diperhatikan dalam mengembangkan media pembelajaran.

64
Proses belajar mengajar akan lebih berhasil manakala terjadi interaksi dua
arah antara pengajar dan peserta didik. Partisipasi aktif peserta didik dalam
pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan materi
pelajaran. Oleh karena itu media pembelajaran yang digunakan hendaknya
mampu menimbulkan keterlibatan peserta didik secara aktif (interaktif) dalam
proses belajar

Umpan balik yang diberikan oleh pengajar secara tepat dapat menjadi
pendorong bagi peserta didik untuk selalu meningkatkan prestasinya. Untuk
itu, pengajar harus memberikan respon umpan balik secara berkala terhadap
kemajuan belajar peserta didik (Abdul Gafur, 2007: 20).

Bagi seorang guru maupun pengembang software pembelajaran, penting


untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam mendesain multimedia pembelajaran.
Berikut prinsip-prinsip desain multimedia pembelajaran menurut Richard E.
Mayer (2009:93):

a. Prinsip multimedia:
murid-murid bisa belajar lebih baik dari kata-kata dan gambar-gambar dari
pada kata-kata saja.

b. Prinsip kedekatan ruang:


murid-murid bisa belajar lebih baik saat kata-kata dan gambar-gambar
terkait disajikan saling berdekatan daripada saat disajikan saling berjauhan
dalam halaman atau layar.

c. Prinsip keterdekatan waktu:


Murid-murid bisa belajar lebih baik saat kata-kata dan gambar-gambar
terkait disajikan secara simultan dari pada bergantian.

d. Prinsip koherensi:

65
Murid-murid bisa belajar lebih baik jika materi ekstra disisihkan daripada
dimasukkan.

C. Perancangan dan Pengembangan Media Pembelajaran


Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi,
memfasilitasi dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri
peserta didik. Proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari perencanaan
pembelajaran. Perencanaan pembelajaran harus dengan sengaja
diorganisasikan dengan baik agar dapat menumbuhkan proses belajar yang
baik yang pada gilirannya dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Proses
pembelajaran agar dapat terkonsepsikan dengan baik, maka seorang guru
dituntut untuk mampu menyusun dan merumuskan Perencanaan pembelajaran
secara jelas dan tegas.

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin


mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil
teknologi dalam proses belajar mengajar. Kemajuan di bidang teknologi
pendidikan, maupun teknologi pembelajaran, menuntut digunakannya berbagai
media pembelajaran. Pembelajaran yang dirancang secara baik dan kreatif
dengan memanfaatkan teknologi multimedia, dalam batas-batas tertentu akan
dapat memperbesar kemungkinan siswa untuk belajar lebih banyak,
mencamkan apa yang dipelajarinya lebih baik, dan meningkatkan kualitas
pembelajaran. Oleh karena itu para guru dituntut agar mampu memahami,
memanfaatkan alat-alat yang tersedia atau media pembelajaran dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Media pembelajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan mutu


proses kegiatan belajar mengajar. Dalam perkembangannya media
pembelajaran mengikuti perkembangan teknologi. Teknologi yang paling tua
yang dimanfaatkan dalam proses belajar adalah percetakan yang bekerja atas
dasar prinsip mekanis. Kemudian lahir teknologi audio visual yang
menggabungkan penemuan mekanis dan elektronis untuk tujuan pembelajaran.

66
Teknologi yang muncul terakhir adalah teknologi mikro prosesor yang
melahirkan pemakaian komputer dan kegiatan interaktif.

Pengklasifikasian media pembelajaran berdasarkan indra yang terlibat


menurut Rudi Bretz (1997) yaitu ciri utama media pada tiga unsur pokok yaitu
suara, visual dan gerak. Bentuk visual itu sendiri dibedakan lagi pada tiga
bentuk, yaitu gambar visual, garis (linergraphic) dan simbol. Di samping itu
dia juga membedakan media siar (transmisi) dan media rekam (recording),
sehingga terdapat 8 klasifikasi media; media audio visual gerak; media audio
visual diam; media audio semi gerak; media visual gerak; media visual diam;
media visual semi gerak; media audio, dan media cetak.

Pengklasifikasian media pembelajaran berdasarkan rangsangan belajar


menurut Briggs lebih menekankan pada karakteristik menurut stimulus atau
rangsangan yang dapat ditimbulkannya daripada media itu sendiri, yakni
kesesuaian rangsangan tersebut dengan karakteristik siswa, tugas
pembelajaran, bahan dan transmisinya. Di samping itu Briggs mengidentifikasi
macam-macam media yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar,
yaitu; objek, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran
terprogram, papan tulis, media transparansi, film bingkai, film, televisi dan
gambar.

Klasifikasi media pembelajaran berdasarkan fungsi pembelajaran menurut


Gagne ada 7 macam pengelompokan media yaitu; benda untuk
didemonstrasikan, komunikasi lisan, gambar cetak, gambar diam, gambar
gerak, film bersuara, dan mesin belajar. Ke tujuh macam pengelompokan
media tersebut kemudian dikaitkan dengan kemampuannya memenuhi fungsi
menurut tingkat hierarki belajar yang dikembangkannya, yaitu: pelontar
stimulus dan penarik minat belajar.

Klasifikasi media pembelajaran berdasarkan hierarki pemanfaatannya


menurut Duncan, semakin rumit jenis perangkat media yang dipakai semakin

67
mahal biaya investasinya, semakin susah pengadaannya dan semakin luas
lingkup penggunaannya. Sebaliknya semakin rendah perangkat media yang
digunakan biaya akan menjadi murah, pengadaannya lebih mudah, sifat
penggunaannya lebih khusus dan lingkup sasarannya.

Dengan pengklasifikasian media pembelajaran dapat diketahui


karakteristik media menurut tinjuan ekonomisnya, lingkup sasaran yang
diliput, kemudahan kontrolnya oleh si pemakai dan sebagainya. Juga dapat
dilihat dari kemampuan membangkitkan rangsangan indera penglihatan,
pendengaran, perabaan percakapan, maupun penciuman, atau kesesuaiannya
dengan tingkat hierarki belajar. Klasifikasi media, karakteristik media, dan
pemilihan media merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penentuan
strategi pembelajaran. Pemilihan media yang disesuaikan dengan tujuan,
materi, serta kemampuan dan karakteristik pembelajar, akan sangat menunjang
efisien serta efektivitas proses dan hasil pembelajaran.

Agar media pengajaran yang dipilih itu tepat, terdapat beberapa faktor
yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media:

a. Objektivitas, berdasarkan hasil penelitian atau percobaan, media


pembelajaran menunjukkan keefektifan dan efisiensi yang tinggi.
b. Program pengajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik harus
sesuai dengan kurikulum yang berlaku, baik isinya maupun strukturnya.
c. Sasaran program, ialah peserta didik yang akan menerima informasi
pengajaran melalui media pengajaran.
d. Situasi dan kondisi, meliputi kondisi sekolah atau tempat dan ruangan
yang akan digunakan, serta peserta didik yang akan mengikuti pelajaran.
e. Kualitas teknik, media pengajaran yang akan digunakan perlu
diperhatikan, apakah sudah memenuhi syarat.
f. Keefektifan dan efisiensi penggunaan, dengan menggunakan media
tersebut informasi pengajaran dapat diserap oleh anak didik dengan

68
optimal, serta waktu, tenaga dan biaya yang dikeluarkan untuk mencapai
tujuan tersebut sedikit mungkin

D. Model dari Pembelajaran Multimedia


Menurut Muhammad dan Setiawan model pembelajaran multimedia
interaktif diartikan sebagai suatu model pembelajaran yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran, perasaan, perhatian
dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Bentuk-bentuk
media digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar agar menjadi lebih
konkret. Pengajaran menggunakan media tidak hanya sekedar menggunakan
kata-kata (simbol verbal). Sedangkan menurut Sumantri model pembelajaran
multimedia interaktif adalah proses pembelajaran di mana penyampaian
materi, diskusi dan kegiatan pembelajaran lain dilakukan melalui media
komputer.

E. Pengembangan Pemanfaatan Media Pembelajaran


Sejak tahun 1930 berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui
kebermanfaatan penggunaan media untuk keperluan pembelajaran. Penelitian
ini diawali dengan evaluasi media untuk melihat apakah suatu media dapat
dipergunakan untuk pembelajaran. Penelitian ini berasumsi bahwa media
sebagai stimulus dapat mengubah perilaku. Akan tetapi hasil penelitian itu
dianggap kurang dapat diandalkan karena hasilnya menunjukkan bahwa semua
media dapat dipergunakan untuk pembelajaran. Oleh karena itu penelitian-
penelitian berikutnya beralih ke penelitian perbandingan media untuk
pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah suatu media
lebih baik daripada media lain. Misalnya, apakah gambar diam lebih baik
daripada gambar hidup (film) atau apakah media audio lebih baik dari pada
media visual. Hasil penelitian-penelitian itu ternyata tidak konsisten dan sulit
dapat dipercaya. Kemudian penelitian beralih lagi ke media itu sendiri untuk
mengetahui keunggulan suatu media dalam menyampaikan bahan
pembelajaran. Hasil penelitian terakhir ini juga tampaknya kurang memuaskan.

69
Dari berbagai jenis penelitian terdahulu yang telah diuraikan di atas, diketahui
bahwa pada hakikatnya bukan media itu sendiri yang menentukan hasil belajar.

Ternyata keberhasilan menggunakan media dalam proses pembelajaran


untuk meningkatkan hasil belajar tergantung pada (1) isi pesan, (2) cara
menjelaskan pesan, dan (3) karakteristik penerima pesan. Dengan demikian
dalam memilih dan menggunakan media, perlu diperhatikan ketiga faktor
tersebut. Tidak berarti bahwa semakin canggih media yang digunakan akan
semakin tinggi hasil belajar atau sebaliknya. Untuk tujuan pembelajaran
tertentu dapat saja penggunaan papan tulis lebih efektif dan lebih efesien
daripada penggunaan LCD, apabila bahan ajarnya dikemas dengan tepat serta
disajikan kepada siswa yang tepat pula. Sungguhpun demikian, secara
operasional ada sejumlah pertimbangan dalam memilih media pembelajaran
yang tepat, antara lain:

a. Access (akses)
Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih media.
Apakah media yang diperlukan itu tersedia, mudah dan dapat dimanfaatkan
oleh murid? Misalnya, kita ingin menggunakan media internet, perlu
dipertimbangkan terlebih dahulu, apakah ada saluran untuk koneksi ke internet,
adakah jaringan teleponnya? Akses juga menyangkut aspek kebijakan,
misalnya apakah murid diizinkan untuk menggunakan komputer yang
terhubung ke internet? Jangan hanya kepala sekolah saja yang boleh
menggunakan internet, tetapi juga guru/karyawan dan murid. Bahkan murid
lebih penting untuk memperoleh akses.

b. Cost (biaya)
Biaya juga harus menjadi bahan pertimbangan. Banyak jenis media yang dapat
menjadi pilihan kita. Media pembelajaran yang canggih biasanya mahal.
Namun biaya itu harus kita hitung dengan aspek manfaat. Sebab semakin
banyak yang menggunakan, maka unit cost dari sebuah media akan semakin
menurun.

70
c. Technology (teknologi)
Mungkin saja kita tertarik kepada satu media tertentu. Tetapi kita perlu
memperhatikan apakah teknisinya tersedia dan mudah menggunakannya?
Katakanlah kita ingin menggunakan media audio visual untuk di kelas, perlu
kita pertimbangkan, apakah ada aliran listriknya, apakah voltase listriknya
cukup dan sesuai, bagaimana cara mengoperasikannya?

d. Interactivity (interaksi)
Media yang baik adalah yang dapat memunculkan komunikasi dua arah atau
interaktivitas. Semua kegiatan pembelajaran yang akan dikembangkan oleh
guru tentu saja memerlukan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
tersebut.

e. Organization (organisasi)
Pertimbangan yang juga penting adalah dukungan organisasi. Misalnya apakah
pimpinan sekolah atau pimpinan yayasan mendukung? Bagaimana
pengorganisasiannya? Apakah di sekolah tersedia sarana yang disebut pusat
sumber belajar?

f. Novelty (kebaruan)
Kebaruan dari media yang akan dipilih juga harus menjadi pertimbangan.
Sebab media yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih menarik bagi
murid.

F. Penyusunan Rancangan, Produksi Dan Evaluasi Program Media


Pembelajaran
Secara umum, media pendidikan mempunyai kegunaan untuk mengatasi
berbagai hambatan, antara lain: hambatan komunikasi, keterbatasan ruang kelas,
sikap siswa yang pasif, pengamatan siswa yang kurang seragam, sifat objek
belajar yang kurang khusus sehingga tidak memungkinkan dipelajari tanpa media,
tempat belajar yang terpencil dan sebagainya. Media pembelajaran setiap tahun

71
selalu mengalami perkembangan, karena masing–masing media itu mempunyai
kelemahan, berdasarkan penggunaannya perlu diadakan penemuan media baru
dan pemanfaatan media yang telah diperbaharui. Karena peserta didik cepat
merasakan kebosanan, saat menerima pelajaran, sebab dengan media yang kurang
menarik akan bersifat verbalistik, maka diadakannya perbaikan media guna
menunjang proses belajar mengajar. Untuk mencapai tujuan kurikulum
pembelajaran pada proses belajar mengajar maka perlu didukung media dan
bahan ajar yang baik yaitu bahan ajar yang mampu menarik minat siswa, sesuai
dengan zaman dan tidak menyimpang dari kurikulum
Sebelumnya sudah disinggung bahwa naskah itu berguna untuk dijadikan
penuntun dalam produksi. Naskah adalah rancangan produksi. Dengan naskah
itu dipandu harus mengambil gambar, merekam suara, memadukan gambar
dan suara, memasukkan musik dan FX, serta menyunting gambar dan suar itu
supaya alur penyajiannya sesuai dengan naskah, menarik dan mudah diterima
oleh sasaran. Semua kegiatan itu disebut kegiatan produksi. Kegiatan produksi
ini memiliki tiga kelompok personil yang terlibat, yaitu sutradara atau
pemimpin produksi, kerabat kerja, dan pemain. Ketiga kelompok personil itu
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda namun semuanya menuju
satu tujuan yaitu menghasilkan program media yang mempunyai mutu teknis
yang baik. Program produksi memiliki tingkat kerumitan yang berbeda antara
media yang satu dengan media yang lainnya. Produksi audio dapat dilakukan
oleh seorang sutradara dengan dibantu dua orang teknisi dan beberapa orang
pemain. Dalam produksi film bingkai jumlah kerabat kerja yang diperlukan
sudah lebih banyak, kecuali lerabat kerja untuk merekan audionya sutradara
perlu dibantu pula oleh juru kamera, dan grafik artis. Pada produksi TV/Video
dan film jumlah kerabat kerja tersebut sudah menjadi lebih kompleks. Selain
itu, juru audio dan grafik artis diperlukan juga juru kamera lebih dari seorang,
juru lampu, juru rias, pengatur setting, juru perlengkapan dan juru catat.
Karena kompleksnya pekerjaan, sutradara perlu dibantu oleh pembantu
sutradara.
Ada dua macam bentuk pengujicobaan media yang dikenal, yaitu evaluasi
formatis dan evaluasi sumatif. Berikut ini dua bentuk pengujicobaan tersebut.

72
Evaluasi formatif adalah proses yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data
tentang evektifitas dan evisiensi bahan-bahan pembelajaran (termasuk ke
dalamnya media). Tujuannya untuk mencapai ujuan yang telah ditetapkan.
Data-data tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan
media yang bersangkutan agar lebih efektif dan efisien. Dalam bentuk finalnya,
setelah diperbaiki dan disempurnakan, perlu dikumpulkan data. Hal itu untuk
menentukan apakah media yang dibuat patut digunakan dalam situasi-situasi
tertentu. Di samping itu, untuk menentukan apakah media tersebut benar-benar
efektif seperti, yang dilaporkan. Jenis evaluasi ini disebut evaluasi sumatif.
Kegiatan evaluasi dalam program pengembangan medis pendidikan akan
dititikberatkan pada kegiatan evaluasi formatif. Adanya komponen evaluasi
formatif dalam proses pengembangan media pendidikan, membedakan
prosedur empiris ini dari pendekatan-pendekatan filosofis dan teoritis.
Efektifitas dan efisiensi media yang dikembangkan tidak hanya bersifat
teoritis, tetapi benar-benar telah dibuktikan dilapangan

73
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. 2007. Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Ibrahim, R dan Nana Syaodih S. Perencanaan Pengajaran. 2003. Jakarta :


Depdikbud dan Rineka Cipta.

Sadiman, Arief S., R. Rahardjo, Anung Haryono, Rahardjito. 1990. Media Pendidikan:
Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: CV Rajawali.

Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. 2009. Jakarta :


Kencana Prenada Media Group.

74
KULIAH KE 7
Evaluasi Media Pembelajaran

A. Tujuan Evaluasi Media Pembelajaran


Secara terminologi evaluasi pendidikan adalah proses kegiatan untuk
menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah
ditentukan dan usaha untuk mencari umpan balik bagi penyempurnaan
pendidikan. Edwind Wandt dan Gerald w. Brown (1977) mengatakan bahwa
evaluasi pendidikan adalah : evaluation refer to the act or process to
determining the value of something. Sesuatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu.

B. Ciri-Ciri Efektif Media Pembelajaran


Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi.
Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi
tersendiri dimana guru dan siswa bertukar pikiran untuk mengembangkan ide
dan pengertian. Dalam komunikasi sering timbul dan terjadi penyimpangan-
penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien.
Salah satu usaha untuk mengatasi keadaan demikian ialah menguasai
penggunaan media secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar, karena
fungsi media dalam kegiatan tersebut untuk meningkatkan keserasian dalam
penerimaan informasi. Agar media pembelajaran dapat berfungsi secara
efektif, terdapat beberapa kriteria yang harus terpenuhi, seperti yang
dipaparkan oleh Nana Sudjana dan Ahmad Rivai :
1. Ketepatan dengan tujuan pengajaran, artinya bahan pelajaran dipilih atas
dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan.
2. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran, artinya bahan pelajaran yang
sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan
bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa.
3. Kemudahan dalam memperoleh media, artinya media yang diperlukan
mudah diperoleh.

75
4. Keterampilan guru dalam menggunakan, apapun jenis media yang
diperlukan syarat utamanya adalah guru dapat menggunakannya dalam
proses pengajaran.
5. Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga dapat bermanfaat bagi
siswa.
6. Sesuai dengan taraf berpikir siswa, sehingga makna yang terkandung di
dalamnya dapat dipahami oleh para siswa.
C. Cara Mengevaluasi Media Pembelajaran
Terdapat beberapa penilaian dalam mengevaluasi media pembelajaran. H.
Asnawir dan M. Basyiruddin Usman dalam bukunya, Media Pembelajaran,
menerangkan bahwa ada dua penilaian dalam mengevaluasi media, yaitu
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
1. Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif adalah suatu proses untuk mengumpulkan data tentang
aktifitas dan efisiensi penggunaan media yang digunakan dalam usaha
mencapai tujuan yang telah diterapkan. Data yang diperoleh akan
digunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang
bersangkutan agar dapat digunakan lebih efektif dan efisien. Setelah
diperbaiki dan disempurnakan, kemudian diteliti kembali apakah media
tersebut layak digunakan atau tidak dalam situasi-situasi tertentu.

2. Evaluasi Sumatif
Ada tiga tahapan dalam evaluasi sumatif, yaitu : 1) evaluasi satu lawan
satu (one on one); 2) evaluasi kelompok kecil (small group evaluation);
dan 3) evaluasi lapangan (field evaluation). Pada tahapan evaluasi satu
lawan satu (one on one), dipiliha dua orang atau lebih yang dapat
mewakili populasi dari target media yang dibuat media disajikan kepada
siswa secara individual. Kedua orang yang terpilih tersebut satu di
antaranya mempunyai kemampuan di bawah rata-rata, dan yang satunya
lagi di atas rata-rata. Prosedur pelaksanaannya sebagai berikut :

76
a. Jelaskan kepada siswa tentang rancangan media baru. Kemudian
amati reaksi mereka terhadap media yang dibuat ditampilkan tersebut.
b. Katakan kepada siswa bahwa kalau terjadi kesalahan penggunaan
media tersebut, bukanlah karena kekurangan siswa tapi karena
kelemahan media.
c. Usahakan agar siswa bersifat santai dan bebas dalam mengemukakan
pendapat mereka mengenai media yang ditampilkan tersebut.
d. Lakukan tes awal untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan
pengetahuan siswa terhadap penggunaan media tersebut.
e. Catat lama waktu yang digunakan dalam penyajian media tersebut dan
catat pula reaksi siswa terhadap penampilan media tersebut.
f. Berikan tes yang mengukur keberhasilan penggunaan media tersebut.
g. Lakukan analisis terhadap informasi yang terkumpul.
Selanjutnya evaluasi kelompok kecil dilakukan kepada 10-20 orang
siswa yang dapat mewakili populasi target. Siswa yang dipilih
tersebut hendaknya dapat mewakili populasi. Usahakan siswa yang
dipilih tersebut terdiri dari siswa-siswa yang kurang pandai, sedang
dan yang pandai, terdiri dari siswa laki-laki dan siswa perempuan.

D. Kriteria Evaluasi Pendidikan


Dalam melakukan evaluasi terhadap media pembelajaran, aspek psikologis
perlu dipertibangkan. Sebab aspek psikologis inilah yang membuat orang
memiliki gaya belajar berbeda. Ada tiga gaya belajar yang dimiliki manusia
yakni: gaya belajar visual (belajar dengan cara melihat), gaya belajar
audiotorial (belajar dengan cara mendengar) dan gaya belajar kinestetik
(belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh).
Dengan demikian, untuk melakukan evaluasi terhadap media
pembelajaran, hal-hal tersebut turut dipertimbangkan. Dibawah ini disebutkan
beberapa kriteria dalam mengevaluasi media pembelajaran yang perlu
diperhatikan apabila orang melakukan evaluasi terhadap media pembelajaran.

1. Relevan dengan tujuan pendidikan atau pembelajaran

77
2. Persesuain dengan waktu, tempat, alat-alat yang tersedia, dan tugas
pendidik
3. Persesuaian dengan jenis kegiatan yang tercakup dalam pendidikan,
4. Menarik perhatian peserta didik
5. Maksudnya harus dapat dipahami oleh peserta didik
6. Sesuai dengan kecakapan dan pribadi pendidik yang bersangkutan
7. Kesesuaian dengan pengalaman atau tingkat belajar yang dirumuskan
dalam syllabus
8. Keaktualan (tidak ketinggalan zaman)
9. Cakupan isi materi atau pesan yang ingin disampaikan
10. Skala dan ukuran
11. bebas dari bias ras, suku, gender

78
DAFTAR PUSTAKA

Anshor, Ahmad Muhtadi. 2009. Pengajaran Bahasa Arab: Media dan Metode-
Metodenya. Yogyakarta : TERAS

Arsyad, Azhar 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 1990. Media Pengajaran. Bandung : CV Sinar
Baru

Usman, M Basyiruddin dan Asnawir. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta :


Ciputat Pers

79
KULIAH KE 8

UTS

80
KULIAH KE 9

RAMBU-RAMBU PENYUSUNAN RPP

A. Pengertian RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai
satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam
silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup satu
kompetensi dasar yang terdiri atas satu indicator atau beberapa indicator untuk
satu kali pertemuan atau lebih. RPP merupakan persiapan yang harus dilakukan
guru sebelum mengajar. Persiapan disini dapat diartikan persiapan tertulis
maupun persiapan mental, situasi emosional yang ingin dibangun, lingkungan
belajar yang produktif, termasuk meyakinkan pembelajar untuk mau terlibat
secara penuh.
Berdasarkan Permendiknas No 41 tahun 2007 tanggal 23 November
tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah, bahwa pengembangan RPP dijabarkan dari Silabus untuk
mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai Kopetensi
Dasar (KD).
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan
yang disesuaikan dengan penjadwalan pelajaran di satuan pendidikan.

B. Pengembangan RPP
Pengembangan RPP harus memperhatikan minat dan perhatian peserta
didik terhadap materi standar dan kompetensi dasar yang dijadikan bahan
kajian. Dalam hal ini harus diperhatikan guru jangan hanya berperan sebagai
transformator, tetapi juga harus berperan sebagai motivator, mendorong peserta
didik untuk belajar, dengan menggunakan berbagai variasi media dan sumber
belajar yang sesuai, serta menunjang pembentukan kompetensi dasar. Berikut
ini terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan
RPP, antara lain :
1. Kompetensi yang dirumuskan dalam RPP harus jelas, makin konkret
kompetensi makin mudah di amati, dan makin tepat kegiatan-kegiatan
yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi tersebut.
2. Rencana pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi
peserta didik.
3. Kegiatan – kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam RPP harus
menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan

81
4. RPP yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas
pencapaiannya.
5. Harus ada koordinasi antarkomponen pelaksana program di sekolah,
terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim.

C. Tujuan dan Fungsi Penyusunan RPP


Tujuan penyusunan RPP adalah untuk :
3. Memberi kesempatan kepada pendidik untuk merencanakan pembelajaran
yang interaktif dan dapat digunakan untuk mengeksplorasi semua potensi
kecakapan majemuk (multipel intellegencis) yang dimiliki setiap peserta
didik.
3. Memberi kesempatan bagi pendidik untuk merancang pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan peserta didik, kemampuan pendidik, dan fasilitas yang
dimiliki sekolah.
3. Mempermudah pelaksanaan proses pembelajaran.

Sementara itu, fungsi rencana pembelajaran adalah sebagai acuan bagi


guru untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar ( kegiatan pembelajaran )
agar lebih terarah dan berjalan secara efektif dan efisien. Dengan kata lain
rencana pelaksanaan pembelajaran berperan sebagai scenario proses
pembelajaran. Oleh karena itu, rencana pelaksanaan pembelajaran hendaknya
bersifat luwes ( fleksibel ) dan member kemungkinan bagi guru untuk
menyesuaikan dengan respon siswa dalam proses pembelajaran yang
sesungguhnya.

D. Manfaat Penyusunan RPP


1. Meningkatkan kemampuan guru dalam merancang pembelajaran sebagai
bagian dari kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru.
2. Proses pembelajaran yang dilakukan akan lebih terarah karena tujuan
pembelajaran materi yang akan diajarkan, metode dan penilaian yang akan
digunakan telah direncanakan dengan berbagai pertimbangan.
3. Meningkatkan rasa percaya diri pendidik pada saat pembelajaran, karena
seluruh proses sudah direncanakan dengan baik.

E. Prinsip-prinsip Penyusunan RPP


Prinsip‐prinsip penyusunan RPP hendaknya memperhatikan:
1. Perbedaan individu peserta didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin,
kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat,
potensi, kemampuan social, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus,
kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau
lingkungan peserta didik.

82
2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik
untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi,
kemandirian, dan semangat belajar.

3. Mengembangkan budaya membaca dan menulis


Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran
membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai
bentuk tulisan.

4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut


RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif,
penguatan, pengayaan, dan remedi.

5. Keterkaitan dan keterpaduan


RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan
antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator
pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan
pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan
pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek
belajar, dan keragaman budaya.
6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi
informasi dan komunikasi secara terintegritas, sistematis, dan efektif
sesuai dengan situasi dan kondisi

F. Komponen-komponen RPP
Komponen-komponen rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menurut
permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses terdiri dari :
1. Identitas Mata Pelajaran
Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester,
program/program keahlian, mata pelajaran atau tema materi pelajaran yang
dibahas, dan jumlah jam pertemuan.

2. Standar Kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi atau kemampuan minimal
peserta didik dalam menguasai pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata
pelajaran.

3. Kompetensi Dasar

83
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai
peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan
indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.

4. Indikator Pencapaian Kompetensi


Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau
diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu
yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian
kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang
dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.

5. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang
diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.

6. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran memuat fakta, konsep, prinsip, prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir‐butir uraian sesuai dengan rumusan
indikator pencapaian kompetensi.

7. Alokasi Waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian
KD dan beban belajar.

8. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan guru hendaknya dapat
menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran yang kondusif agar
peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang
telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan
situasi dan kondisi peserta didik, karakteristik dari setiap indikator, dan
kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan
pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai kelas
3 SD/MI.

9. Kegiatan Pembelajaran
a. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan
pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan
memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam
proses pembelajaran (pemberian appersepsi).

84
b. Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, dan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini
dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi.

c. Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri
aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman
atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak
lanjut.

10. Penilaian Hasil Belajar


Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan
dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu pada Standar
Penilaian.

11. Sumber Belajar


Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar, serta materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi.

G. Langkah-langkah penyusunan RPP


1. Kegiatan Pendahuluan
 Orientasi
Memusatkan perhatian peserta didik pada materi yang akan
dibelajarkan, dengan cara menunjukkan benda yang menarik,
memberikan illustrasi, membaca berita di surat kabar, menampilkan
slide animasi, fenomena alam, fenomena sosial, atau lainnya.

 Apersepsi
Memberikan persepsi awal kepada peserta didik tentang materi
yang akan diajarkan.

 Motivasi
Guru memberikan gambaran manfaat mempelajari materi yang
akan diajarkan.

85
 Pemberian Acuan
1. Berkaitan dengan kajian ilmu yang akan dipelajari.
2. Acuan dapat berupa penjelasan materi pokok dan uraian materi
pelajaran secara garis besar.
3. Pembagian kelompok belajar.
4. Penjelasan mekanisme pelak-sana-an pengalaman belajar (sesuai
dengan rencana langkah-langkah pembelajaran).

2. Kegiatan Inti
 Menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran.
 Menggunakan pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu dan/atau
saintifik dan/atauinkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/ atau
pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan
masalah (project based learning ) disesuaikan dengan karakteristik
kompetensi dan jenjang pendidikan.
 Memuat pengembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang
terinntegrasi pada pembelajaran.

3. Kegiatan Penutup
 Seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang
diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat
langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah
berlangsung,
 Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran,
 Melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas,
baik tugas individual maupun kelompok, dan
 Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.

H. Contoh Format RPP


Satuan Pendidikan : ………………………………
Kelas/Semester : ………………………………
Mata Pelajaran : ………………………………
Topik : ………………………………
Pertemuan ke- : ………………………………
Alokasi Waktu : ………………………………
A. Kompetensi Dasar
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
C. Tujuan Pembelajaran
D. Materi Ajar

86
E. Metode Pembelajaran
F. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Alokasi Waktu
Pendahuluan

Inti

Penutup

G. Alat dan Sumber Belajar


 Alat dan Bahan
 Sumber Belajar

H. Penilaian Proses dan Hasil Belajar


 Teknik
 Bentuk
 Instrumen (Tes dan Non Tes)
 Kunci dan Pedoman Penskoran
 Tugas

SKL, KI, KD Kurikulum 2013


A. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Kurikulum 2013
Standar Kompetensi Lulusan merupakan kriteria mengenai kualifikasi
kemampuan kelulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama Pengembangan
Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian Pendidikan, Standar Pendidik
dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan,
dan Standar Pembiayaan. Secara garis besar ketentuan tentang standar
kompetensi lulusan dideskripsikan sebagai berikut:
1. Merupakan konstruksi yang holistik.
2. Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam
penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.
3. Standar kompetensi lulusan meliputi kompetensi untuk seluruh mata
pelajaran atau mata kuliah.
4. Standar kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
5. Terintegrasi secara vertikal maupun horisontal.
Isi standar kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan untuk jenjang pendidikan SD, SMP, SMA/SMK, dan Perguruan
Tinggi.

87
B. Kompetensi Inti Dalam Pembelajaran dengan Kurikulum 2013
Berdasarkan PP No. 32 Tahun 2013, kompetensi inti merupakan tingkat
kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki
seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program yang menjadi
landasan pengembangan kompetensi dasar. Kompetensi inti yang dimaksud
mencakup: sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan yang
berfungsi sebagai pengintegrasi muatan pembelajaran, mata pelajaran atau
program dalam mencapai Standar Kompetensi Lulusan.
Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam
bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan
pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu.
Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara
pencapaian hard skills dan soft skills.
Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising
element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, kompetensi inti
merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal
kompetensi dasar. Organisasi vertikal kompetensi dasar adalah keterkaitan
antara konten kompetensi dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke
kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu
akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari peserta didik.
Sementara itu, organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten
kompetensi dasar satu mata pelajaran dengan konten kompetensi dasar dari
mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang
sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.
Kompetensi inti yang terdiri dari empat kelompok yang saling terkait
yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial
(kompetensi inti 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan
pengetahuan (kompetensi inti 4) menjadi acuan dari kompetensi dasar dan
harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integaratif.

Kompetensi Dasar dalam Pembelajaran dengan Kurikulum 2013


Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk
setiap kelas yang diturunkan dari kompetensi inti. Kompetensi dasar adalah
konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan ketrampilan
yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik.
Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik
peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran.
Mata pelajaran sebagai sumber dari konten untuk menguasai kompetensi
bersifat terbuka dan tidak selalu diorganisasikan berdasarkan disiplin ilmu
yang sangat berorientasi hanya pada filosofi esensialisme dan perenialisme.
Mata pelajaran dapat dijadikan organisasi konten yang dikembangkan dari
berbagai disiplin ilmu atau non disiplin ilmu yang diperbolehkan menurut

88
filosofi rekonstruksi sosial, progresif atau pun humanisme. Oleh karena filosofi
yang dianut dalam kurikulum adalah eklektik maka nama mata pelajaran dan
isi mata pelajaran untuk kurikulum yang akan dikembangkan tidak perlu terikat
pada kaedah filosofi esensialisme dan perenialisme.
Contoh penurunan kompetensi dasar dari kompetensi inti dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Contoh Penurunan Kompetensi Dasar dari Kompetensi Inti Fisika SMA Kelas X
Kompetensi Dasar Fisika SMA
Kompetensi Inti Kelas X
Kelas X
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran1.1 Bertambah keimanannya dengan
agama yang dianutnya menyadari hubungan keteraturan dan
kompleksitas alam dan jagad raya
terhadap kebesaran Tuhan yang
menciptakannya
1.2 Menyadari kebesaran Tuhan yang
menciptakan air sebagai unsur utama
kehidupan dengan karakteristik yang
memungkinkan bagi makhluk hidup
untuk tumbuh dan berkembang

2. Mengembangkan perilaku (jujur, 2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah


disiplin, tanggung jawab, peduli, (memiliki rasa ingin tahu; objektif;
santun, ramah lingkungan, gotong jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati;
royong, kerjasama, cinta damai, bertanggung jawab; terbuka; kritis;
responsif dan proaktif) dan kreatif; inovatif dan peduli
menunjukan sikap sebagai bagian dari lingkungan) dalam aktivitas sehari-
solusi atas berbagai permasalahan hari sebagai wujud implementasi
bangsa dalam berinteraksi secara sikap dalam melakukan percobaan
efektif dengan lingkungan sosial dan dan berdiskusi
alam serta dalam menempatkan diri 2.2 Menghargai kerja individu dan
sebagai cerminan bangsa dalam kelompok dalam aktivitas sehari-hari
pergaulan dunia. sebagai wujud implementasi
melaksanakan percobaan dan
melaporkan hasil percobaan.
3. Memahami dan menerapkan 3.1 Memahami konsep besaran fisika
pengetahuan faktual, konseptual, dan pengukurannya
prosedural dalamilmu pengetahuan, 3.2 Menganalisis hubungan antara gaya,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora massa, dan gerakan benda pada
dengan wawasan kemanusiaan, gerak lurus
kebangsaan, kenegaraan, dan 3.3 Menganalisis besaran fisika pada
peradaban terkait fenomena dan gerak melingkar dengan laju konstan
kejadian, serta menerapkan dan penerapannya dalam teknologi

89
pengetahuan prosedural pada bidang 3.4 Mendeskripsikan sifat elastisitas
kajian yang spesifik sesuai dengan bahan dan pemanfaatannya dalam
bakat dan minatnya untuk memecahkan kehidupan sehari-hari
masalah. 3.5 Mendeskripsikan hukum-hukum
pada fluida statik dan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari
3.6 Menganalisis pengaruh kalor dan
perpindahan kalor pada berbagai
kasus nyata
3.7 Mendeskripsikan cara kerja alat
optik menggunakan sifat
pencerminan dan pembiasan cahaya
oleh cermin dan lensa.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji 4.1 Menggunakan peralatan dan teknik
dalam ranah konkret dan ranah abstrak yang tepat dalam melakukan
terkait dengan pengembangan dari pengamatan dan pengukuran besaran
yang dipelajarinya di sekolah secara fisika untuk suatu penyelidikan
mandiri, dan mampu menggunakan ilmiah
metoda sesuai kaidah keilmuan. 4.2 Menyajikan data dan grafik hasil
percobaan untuk menyelidiki sifat
gerak benda yang bergerak lurus
beraturan (GLB) dan tidak beraturan
(GLBB)
4.3 Melakukan percobaan untuk
menyelidiki hubungan antara gaya,
massa, dan percepatan pada gerak
lurus
4.4 Merancang dan membuat suatu
peralatan yang memanfaatkan sifat-
sifat fluida untuk mempermudah
suatu pekerjaan
4.5 Menyelidiki sifat elastisitas suatu
bahan melalui percobaan
4.6 Menyajikan rancangan sebuah alat
optik dengan menerapkan prinsip
pemantulan dan pembiasan pada
cermin dan lensa
4.7 Melakukan percobaan untuk
menyelidiki karakteristik termal
suatu bahan, terutama kapasitas dan
konduktivitas kalor.

90
Konsep Pembelajaran Scientific
A. Pengertian Pendekatan Scientific
Pembelajaran dengan pendekatan scientific adalah proses pembelajaran
yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk
konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai
teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep,
hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan scientific dimaksudkan
untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal,
memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi
bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah
dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta
diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai
sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran melibatkan
keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur,
meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-
proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut
harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau
semakin tingginya kelas siswa.
Metode scientific sangat relevan dengan tiga teori belajar yaitu teori
Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga teori
belajar penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner
(dalam Carin & Sund, 1975). Pertama, individu hanya belajar dan
mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua,
dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa akan
memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatau
penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat
mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki
kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan
penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal di atas adalah
bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran
menggunakan metode scientific.
Teori Piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan
dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur
mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual
beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1967).
Skema tidak pernah berhenti berubah, skemata seorang anak akan berkembang
menjadi skemata orang dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya
perubahan skemata disebut dengan adaptasi. Proses terbentuknya adaptasi ini

91
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi
merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan
stimulus yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip ataupun
pengalaman baru ke dalam skema yang sudah ada didalam pikirannya.
Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan
ciri-ciri rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada
sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran
diperlukan adanya penyeimbangan atau ekuilibrasi antara asimilasi dan
akomodasi.
Vygotsky, dalam teorinya menyatakan bahwa pembelajaran terjadi
apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum
dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan
atau tugas itu berada dalam zone of proximal development daerah terletak
antara tingkat perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai
kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau
teman sebaya yang lebih mampu. (Nur dan Wikandari, 2000:4).
Pembelajaran dengan metode scientific memiliki karakteristik sebagai
berikut :
1. Berpusat pada siswa.
2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep,
hukum atau prinsip.
3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi
siswa.
4. Dapat mengembangkan karakter siswa.

B. Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific


Tujuan pembelajaran dengan pendekatan scientific didasarkan pada
keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan
pendekatan scientific adalah:
1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa.
2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah
secara sistematik.
3. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu
merupakan suatu kebutuhan.
4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam
menulis artikel ilmiah.
6. Untuk mengembangkan karakter siswa.

92
C. Prinsip-Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific
Beberapa prinsip pendekatan scientific dalam kegiatan pembelajaran
adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran berpusat pada siswa
2. Pembelajaran membentuk students’ self concept
3. Pembelajaran terhindar dari verbalisme
4. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi
dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip
5. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir
siswa
6. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar
guru
7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam
komunikasi
8. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang
dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

D. Kriteria
Lalu bagaimanakah kriteria sebuah pendekatan pembelajaran sehingga
dapat dikatakan sebagai pendekatan ilmiah atau pendekatan scientific? Berikut
ini tujuah (7) kriteria sebuah pendekatan pembelajaran dapat dikatakan sebagai
pembelajaran scientific, yaitu:
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira,
khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas
dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan
tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam
melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi
pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon
materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun
menarik sistem penyajiannya.

93
E. Langkah-Langkah Umum Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific

Proses pembelajaran yanag mengimplementasikan pendekatan scientific


akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan
keterampilan (psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang demikian maka
diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang terintegrasi. Perhatikan diagram berikut.
Adapun penjelasan dari diagram pendekatan pembelajaran scientific
(pendekatan ilmiah) dengan menyentuh ketiga ranah tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
 Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik “tahu mengapa.”
 Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar
agar peserta didik “tahu bagaimana”.
 Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar
agar peserta didik “tahu apa.”
 Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan
untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki
kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari
peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
 Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.
 Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana
dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk
jejaring untuk semua mata pelajaran.

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang


dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific appoach).
Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan scientific, ranah
sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik
“tahu mengapa.” Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau

94
materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan
menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu
apa.” Hasil akhirnya adalahpeningkatan dan keseimbangan antara kemampuan
untuk menjadi manusia yang baik(soft skills) dan manusia yang memiliki
kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta
didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam


pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah (scientific appoach).
Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran
sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Untuk
mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan
ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi
seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai
atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.
Pendekatan scientific dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut :

a. Mengamati (observasi)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses
pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan
tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik
senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati
sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga
proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan
mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam
Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan
bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui
kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru
memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka
untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting
dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah
melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

b. Menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas
kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat,
disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk
dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan
objek yang konkrit sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta,
konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang
bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari

95
situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru,
masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke
tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara
mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui
kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin
terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat
dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi
yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai
yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber
yang beragam.
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana
disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah
mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa
yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan
tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke
pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang diharapkan
dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu,
kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang
perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

c. Mengumpulkan Informasi
Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari
bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta
didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena
atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari
kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Dalam Permendikbud
Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan
melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati
objek / kejadian / aktivitas wawancara dengan nara sumber dan
sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan
sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan
berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi
melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar
dan belajar sepanjang hayat.

d. Mengasosiasikan / Mengolah Informasi / Menalar


Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam
kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud
Nomor 81a Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah
dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen
maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan

96
informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat
menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi
yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat
yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan
untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya,
menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Adapun kompetensi
yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat
aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan
berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses
berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat
diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas
menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan
pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau
pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada
kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam
peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori.
Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman
tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman
yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan
pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia.

e. Menarik Kesimpulan
Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan
saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau
informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan
menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara
bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau secara individual
membuat kesimpulan.

f. Mengkomunikasikan
Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka
pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau
menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,
mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas
dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok
peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan
pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a
Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

97
Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir
sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan
mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

98
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Pendekatan Scientific dalam Implementasi Kurikulum . (Online).


http://penelitiantindakankelas.blogspot.co.id/2013/07/pendekatan-
scientific-dalam-implementasi-kurikulum-2013.html. (Diakses pada 28
November 2016).

Alura, I. A. 2014. Makalah Pendekatan Scientific. (Online).


http://indahanggungalura.blogspot.co.id/2014/04/makalah-pendekatan-
scientific.html. (Diakses pada 28 November 2016).

Imron, A. 2011. Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta :


Bumi Aksara.

Muslich, M. 2007. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta :


Bumi Aksara.

Nurhayati, A. S. 2012. Petunjuk Pelaksanaan Pembuatan RPP terintegrasi TIK.


Jakarta: Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan
(PUSTEKOM) kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(KEMENDIGBUD).

Sutrisno, J. 2008. Seri Bahan Bimbingan Teknis (BIMTEK). Jakarta: Pembinaan


Sekolah Menengah Kejuruan.

99
KULIAH KE 10-15

RPP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Nama Sekolah : SMA Negeri 2 Prabumulih


Mata Pelajaran : Kimia
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas/semester : XI/2
Materi Pokok : Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Standar Kompetensi :
4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.
Kompetensi Dasar
4.6 Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip
kelarutan dan hasil kali kelarutan.
Indikator :
4.6.1 Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam yang
sukar larut.
4.6.2 Menghubungkan tetapan hasil kali kelarutan dengan tingkat kelarutan atau
pengendapannya.
4.6.3 Menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air.

I. Tujuan Pembelajaran
 Tujuan Kognitif
Siswa dapat :
1.1. Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam
yang sukar larut.
1.2. Menghubungkan tetapan hasil kali kelarutan berdasarkan tingkat
kelarutan atau pengendapannya dengan rumus.
1.3. Menuliskan berbagai harga Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air.

100
 Tujuan Afektif
1. Mengajukan pertanyaan
2. Aktif mendengar
3. Mengajukan pendapat
4. Menjawab pertanyaan
5. Bekerja sama dalam kelompok

II. Materi Ajar


 Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Kelarutan (s) adalah jumlah zat yang dapat larut sehingga menjadi larutan
tepat jenuh dalam 1 liter pelarut. Kelarutan zat dalam suatu pelarut
dipengaruhi oleh 3 faktor:
- jenis zat terlarut
- jenis zat pelarut
- suhu
Hasil kali kelarutan (Ksp) adalah hasil kali konsentrasi ion-ion dari larutan
jenuh garam yang sukar larut dalam air, setelah masing-masing konsentrasi
dipangkatkan dengan koefisien menurut persamaan ionisasinya.
Contoh : AgCl(s) D Ag+(aq) + Cl-(aq)
Ksp AgCl = [Ag+] [Cl-]
Penambahan ion senama akan memperkecil kelarutan suatu senyawa, serta
pH mempengaruhi kelarutan suatu senyawa.

III. Metode Pembelajaran


 Kooperatif tipe investigasi kelompok

IV. Langkah-langkah Pembelajaran


 Kegiatan Awal (± 5 menit)
1. Salam pembuka
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, tentang pentingnya
pelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk belajar.

101
 Kegiatan inti (± 70 menit)
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok.
1. Memilih Topik
Pada tahap ini ada dua subtopik yang akan dipilih siswa, yaitu
Kelarutan (s) dan Tetapan hasil kali kelarutan.
2. Perencanaan Kooperatif
Pada tahap ini siswa duduk dalam kelompoknya. Masing-masing
kelompok merencanakan kerja sama, menyelesaikan permasalahan,
merumuskan masalah, dan dengan cara bagaimana masalah tersebut
dapat diselesaikan. Apakah dengan cara meringkas terlebih dahulu atau
mengerjakan soal-soal yang ada.
3. Implementasi
Siswa berdiskusi didalam kelompoknya tentang Kelarutan (s) dan
Tetapan Hasil kali kelarutan (Ksp) dan menggali informasi sebanyak-
banyaknya dari sumber belajar yang berbeda.
4. Analisis dan Sintesis
Siswa menelaah dan membuat ringkasan (poin-poin penting) tentang
Kelarutan (s) dan Tetapan Hasil kali kelarutan (Ksp) yang akan
dipresentasikan.
5. Presentasi Hasil Final
Kelompok menyajikan hasil
 Kegiatan Akhir (± 15 menit)
1. Guru membimbing siswa membuat kesimpulan.
2. Evaluasi

V. Media, Alat, dan Sumber Belajar


1. Media.
 LCD projector
 Video / animasi
 Laptop

2. Alat/Bahan
 Lembar Kerja Siswa (LKS)
 Alat-alat di laboratorium

102
3. Sumber Belajar
 Internet (webpage / webblog)
 Buku-Buku Pelajaran Kimia lainnya

VI. Penilaian
 Penilaian Kognitif
Nilai diperoleh dari hasil uji kemampuan (pre test), hasil diskusi dalam
memahami materi dan mengerjakan LKS, dan hasil evaluasi masing-masing
siswa setelah pembelajaran.
 Penilaian Afektif
Nilai didapat dari pengamatan guru terhadap siswa dalam proses
pembelajaran berlangsung.

Aspek yang dinilai


No. Nama Siswa Jumlah Ket.
1 2 3 4 5
1
2
3
dst
30

Keterangan :
1 = Mengajukan pertanyaan
2 = Menjawab pertanyaan
3 = Mengajukan pendapat
4 = Bekerja sama dalam kelompok
5 = Aktif mendengar

Nilai afektif : - 17-20 = A


- 13-16 = B
- 9-12 =C
- 5-8 =D
Skor : - Amat baik = 4

103
- Baik =3
- Cukup =2
- Kurang =1

VII. Evaluasi
1. Jika konsentrasi AgCl yang terlarut telah mencapai maksimum , maka
persamaan tetapan kesetimbangan AgCl yaitu …..

Ag 
AgClCl  
AgCl Cl  Ag 
a. Kc 
c. Kc 

Ag Cl 
 
AgClAg  
b. Kc
AgCl
d. Kc
Cl 

AgCl
e. Kc
Ag Cl 
 

2. Perhatikan kesetimbangan yang terjadi dalam larutan jenuh Ag2CrO4

Ag2CrO4(s) 2Ag+(aq) + CrO42-(aq)

Jika konsentrasi Ag2CrO4 dinyatakan dengan s, maka konsentrasi ion Ag+


dalam larutan itu sama dengan 2s, dan konsentrasi ion CrO42- sama dengan
s. Di bawah ini pernyataan yang benar tentang hubungan nilai kelarutan (s)
dengan Ksp adalah ……
a. Ksp = s2 c. Ksp = 4s3
b. Ksp = s3 d. Ksp = 4s4
e. Ksp = 16 s4

2. Pada suhu tertentu tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) garam PbSO4 = 1 x
10-8. Besarnya tetapan kesetimbangan reaksi-reaksi sebagai berikut.
a. PbSO4 Pb2+ + SO42- K = 5 x 10-1
b. Pb2+ + CrO42- PbCrO4 K = 4 x 1012
c. PbS + CrO42- PbCrO4+S2- K = 8 x 10-8

104
Dari data di atas, tetapan hasil kali kelarutan garam PbS adalah …..
a. 4 x 10-28 c. 1,6 x 10-3
b. 1 x 10-6 d. 1600
e. 4 x 1028

Palembang, Oktober 2016


Mengetahui,
Kepala SMA Negeri 2 Prabumulih Guru Mata Pelajaran

Dra. Hj. Tin Martini, M.M. Sairah


NIP. 195908301987012001

105
KULIAH KE 16

UAS

106
DAFTAR PUSTAKA

Alura, I. A. 2014. Makalah Pendekatan Scientific. (Online).


http://indahanggungalura.blogspot.co.id/2014/04/makalah-pendekatan-
scientific.html. (Diakses pada 28 November 2016).
Anonim. 2013. Pendekatan Scientific dalam Implementasi Kurikulum . (Online).
http://penelitiantindakankelas.blogspot.co.id/2013/07/pendekatan-
scientific-dalam-implementasi-kurikulum-2013.html. (Diakses pada 28
November 2016).
Anonim. 2014. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran Yang Baik. http://ilmu-
pendidikan.net/pembelajaran/media-pembelajaran/kriteria-pemilihan-
media-pembelajaran-yang-baik. (Diakses pada tanggal 15 Oktober 2016).
Anshor, Ahmad Muhtadi. 2009. Pengajaran Bahasa Arab: Media dan Metode-
Metodenya. Yogyakarta : TERAS
Aqib, Zainal & Rohmanto, Elham 2007. Membangun Profesionalisme Guru dan
Pengawas Sekolah. Penerbit: Yama Widya. Bandung.
Arief S. Sadiman, dkk. (1990). Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya). Jakarta: CV. Rajawali
Arsyad, Ashar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Arsyad, Azhar 2004. Media Pembelajaran. Penerbit: Rajawali Pers. Jakarta.
Arsyad, Azhar 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. 2007. Jakarta : Rajagrafindo Persada.
Baru. Degeng, I Nyoman Sudana. (1993) Media Pendidikan. Malang: FIP IKIP
Malang
Daulay, Haidar Putra 2004. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional.
Penerbit: Kencana Pernada Media Group. Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif
Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. Penerbit: Rineka Cipta. Jakarta.
Fajrin, Irfan. 2015. Hakikat Manfaat dan Peranan Media Pembelajaran. (Online).
http://www.rifanfajrin.com/2015/10/media-pembelajaran-hakikat-manfaat-
dan.html. (Diakses pada tanggal 21 Agustus 2016).

107
Ibrahim, R dan Nana Syaodih S. Perencanaan Pengajaran. 2003. Jakarta :
Depdikbud dan Rineka Cipta.
Imansjah Alimpade, (Sumiati dan Asra. 2009:6). Kriteria Pemilihan Media: CV.
Wacana Prima
Imron, A. 2011. Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta :
Bumi Aksara.
John D. Latuheru. 1988. Media Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.
Moh. UzerUsman. 1992. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Muslich, M. 2007. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta :
Bumi Aksara.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. (1991). Media Pengajaran. Bandung: Sinar
Nurhasnawati.2011.Media Pembelajaran.Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau.
Nurhayati, A. S. 2012. Petunjuk Pelaksanaan Pembuatan RPP terintegrasi TIK.
Jakarta: Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan
(PUSTEKOM) kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(KEMENDIGBUD).
Oemar Hamalik. 1994. Media Pendidikan. Jakarta: Alumni.
Omar Hamalik. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: BumiAksara
Rohan, Ahmad,1997.Media Instructional Educatif. Jakarta: Rineka Cipta
Rosyada, Dede 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis sebuah Model Pelibatan
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Penerbit: Kencana
Prenada Media Group. Jakarta.
Sadiman, Arief S., R. Rahardjo, Anung Haryono, Rahardjito. 1990. Media
Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. 2009. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
Sadiman, Arif S. 2010. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan,
Pemanfaatan. Jakarta: RajawaliPers.
Sanjaya, Wina 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Penerbit: Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

108
Shaleh, Abdul Rachman 2004. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa: Visi,
Misi dan Aksi. Penerbit: Rajawali Pers. Jakarta.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 1990. Media Pengajaran. Bandung : CV Sinar
Baru
Sumiati, dkk. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung : CV Wahana Prima
Sundayana, Rustina. 2013. Media Pembelajaran Matematika. Jakarta : Erlangga
Sutrisno, J. 2008. Seri Bahan Bimbingan Teknis (BIMTEK). Jakarta: Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan.
Syah, Muhibbin 2004. Psikologi Belajar. Penerbit: Rajawali Pers. Jakarta.
Usman, Basyiruddin 2005. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Penerbit:
Ciputat Pers. Jakarta.
Usman, M Basyiruddin dan Asnawir. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta : Ciputat
Pers

109

Anda mungkin juga menyukai