Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN SKILL-LAB DIAGNOSA KOMUNITAS

BLOK 29

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1.A


Pembimbing: dr. Mariatul Fadilah, MARS

Muhammad Rizki Darmawan 04011181419003


Dika Dwiyasa 04011181419049
Ma’rifahtul Khasanah 04011181419079
Usamah Haidar 04011281419101
Rulitia Nairiza 04011281419125
Kamila Rahmah 04011281419135

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i


DAFTAR ISI..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................... 1
1.2 Analisis Situasi ...................................................................... 2
1.3 Permasalahan-permasalahan yang Ditemukan ...................... 2
1.4 Penetapan Prioritas Masalah .................................................. 3

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Diare ...................................................................................... 5
2.2 Cara Penularan dan Faktor Risiko Diare ............................... 5
2.3 Penyebab Diare ...................................................................... 7
2.4 Diagnosis Diare ..................................................................... 8
2.5 Tatalaksana Diare .................................................................. 9
2.6 Pencegahan Diare .................................................................. 13

BAB III ANALISA DATA PRIMER ......................................................... 14

BAB IV PENENTUAN AKAR PENYEBAB MASALAH ....................... 15

BAB V PENETAPAN PRIORITAS PENYEBAB MASALAH.............. 16

BAB VI PEMECAHAN PENYEBAB MASALAH DAN


ALTERNATIFNYA....................................................................... 17

BAB VII RENCANA KEGIATAN JANGKA PENDEK ........................... 18

BAB VIII RENCANA KEGIATAN JANGKA PANJANG ......................... 19

BAB IX PENUTUP ....................................................................................... 21


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dokter Anton merupakan pimpinan Puskesmas Bagus yang berada di
Kecamatan “Kampung Canggih” di wilayah Provinsi Jawa Barat. Puskesmas
Bagus merupakan Puskesmas dengan tempat perawatan dan Puskesmas mampu
PONED yang memiliki wilayah kerja 9 desa, 1 puskesmas pembantu, 2 pos
kesehatan desa dan 73 posyandu. Luas wilayah kerja puskesmas seluas 11.010,18
ha. Jumlah SDM di puskesmas ada 48 orang yang tersiri dari 1 orang dokter
umum, 1 orang SKM, 22 orang bidan baik PNS, PTT, maupun bidan kontrak, 12
orang perawat, 1 orang sanitarian, 1 orang perawat gigi dan 10 orang tenaga non
kesehatan. Standar SDM yang seharusnya ada berjumlah 60 orang. Jumlah
penduduk di wilayah kerja Puskesmas Bagus 45.573 orang dengan komposisi
laki-laki dan perempuan kurang lebih sama banyaknya. Pendidikan terbanyak
adalah SD (78%), pekerjaan terbanyak adalah buruh tani (67%). Lima penyakit
terbesar di Puskesmas Bagus tahun 2015 adalah ISPA, Diare, Hipertensi, Tukak
lambung, dan gangguan gusi, periodontal. Gizi buruk terdapat 5 balita dan gizi
kurang terdapat 42 balita. Pencapaian SKDN adalah K/S 89,9%; D/S 78,3%; N/D
sebesar 75,4%. Kematian ibu pada semester 1 tahun 2014 berjumlah 5 ibu hamil
dan kematian bayi berjumlah 8 bayi. Penyakit menular yang ditemukan pada
semester 1 tahun 2015 adalah TBC sebanyak 18 kasus, Demam Berdarah
sebanyak 5 kasus, Penumonia Balita sebanyak 83 kasus dan diare balita sebanyak
327 kasus.
Dokter Anton sangat menyadari Puskesmasnya sampai saat ini belum
terakreditasi dan menyadari bahwa kesehatan penduduk wilayah kerja
Puskesmasnya tidak bisa hanya dengan melakukan SMD dan menghubungi lintas
sektor untuk menjadikan semua desa di kecamatan “Kampung Canggih” dalam
wilayah kerja puskesmasnya menjadi Desa SEHAT.
1.2 Analisa Situasi
Kondisi sosiodemografi dan fakta-fakta yang ada di Puskesmas Bagus yang
berada di Kecamatan “Kampung Canggih” di wilayah Provinsi Jawa Barat adalah:
1. Luas wilayah kerja puskesmas seluas 11.010,18 ha.
2. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Bagus 45.573 orang
dengan komposisi laki-laki dan perempuan kurang lebih sama
banyaknya.

3. Pekerjaan terbanyak adalah buruh tani (67%).


fakta-fakta yang ada di Puskesmas Bagus yang berada di Kecamatan
“Kampung Canggih” di wilayah Provinsi Jawa Barat adalah:
1. Puskesmas Bagus merupakan Puskesmas mampu PONED yang
memiliki wilayah kerja 9 desa, 1 puskesmas pembantu, 2 pos kesehatan
desa dan 73 posyandu.
2. Jumlah SDM di puskesmas ada 48 orang yang tersiri dari 1 orang dokter
umum, 1 orang SKM, 22 orang bidan baik PNS, PTT, maupun bidan
kontrak, 12 orang perawat, 1 orang sanitarian, 1 orang perawat gigi dan
10 orang tenaga non kesehatan. Standar SDM yang seharusnya ada
berjumlah 60 orang.
3. Pendidikan terbanyak adalah SD (78%).

1.3 Permasalahan-permasalahan yang Ditemukan


Permasalahan yang ditemukan di Puskesmas Bagus yang berada di
Kecamatan “Kampung Canggih” di wilayah Provinsi Jawa Barat adalah:

1. Pendidikan terbanyak adalah SD


2. Pekerjaan terbanyak adalah buruh tani
3. ISPA
4. Hipertensi
5. Tukak lambung
6. Gangguan gusi, periodontal
7. Terdapat gizi buruk pada 5 balita
8. Terdapat gizi kurang pada 24 balita
9. Target SKDN belum tercapai
10. Kematian ibu 5 orang
11. Kematian bayi 8 orang
12. Terdapat 18 kasus TBC
13. Terdapat 5 kasus DBD
14. Terdapat 83 kasus Pneumonia balita
15. Terdapat 327 kasus Diare balita

1.4 Penetapan Prioritas Masalah


Prioritas masalah ditentukan dengan menggunakan teknik USG

Masalah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

U (Urgency) 2 2 4 3 4 2 5 5 2 5 5 5 4 5 5

S ( Seriousness) 3 3 4 4 4 3 5 5 2 4 4 5 4 5 5

G (Growth) 1 1 3 1 2 2 3 1 1 3 1 2 4 4 5

UxSxG = Total 6 6 48 12 32 12 75 25 4 60 20 50 64 100 125

No. Masalah Skor


15. 125
Terdapat 327 kasus Diare balita

14. Terdapat 83 kasus Pneumonia balita 100

7. Terdapat gizi buruk pada 5 balita 75

Berdasarkan teknik USG, didapatkan prioritas masalah yaitu terdapat 327


kasus diare balita.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Diare

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan betambahnya frekuensi


defekasi lebih dari biasnya (>3x perhari) disertai perubahan konsistensi
tinja(menjadi cair), dengan atau tanpa darah dan atau lendir.
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir
dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Pada bayi yang minum ASI
sering frekuensi buang air besar lebih dari 3-4 kali perhari, keadaan ini tidak dapat
disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi
meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong diare , tetapi merupakan
intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran
cerna. Untuk bayi yang minum ASI secara eksklusif definisi diare yang praktis
adalah meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistesinya menjadi cair
yang menurut ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya. Kadang-kadang pada
seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistesinya cair,
keadaaan ini sudah dapat disebut diare.

2.2 Cara Penularan dan Faktor Risiko Diare

Cara penularan diare pada umumnya melalui fekal oral yaitu melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung
tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita
atau tidak langsung melalui lalat. (4F= field, flies, fingers, fluid).
Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara
lain:tidak memberikan ASI secara penuh selama 4-6 bulan pertama kehidupan
bayi, tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja,
kurangnya sarana kebersihan atau MCK, kebersihan lingkungan dan pribadi yang
buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara
penyapihan yang tidak baik. Selain hal-hal tersebut, beberapa faktor pada
penderita dapat meningkatkan kecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain:
gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung, menurunya
motilitas usus, menderita campak dalam 4 minggu terakhir dan faktor genetik.
1. Faktor umur
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insidensi tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat
diberikan makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarkan
kombinasi efek penurunan kadar antibody ibu, berkurangnya
kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin
terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan tinja manusia
atau binatang pada saat bayi mulai merangkak. Kebanyakan
enteropatogen merangsang paling tidak sebagian kekebalan melawan
infeksi atau penyakit yang berulang yang membantu menjelaskan
menurunnya insiden penyakit pada anak yang lebih besar dan pada
orang dewasa.
2. Infeksi asimtomatik
Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi
asimtomatik ini meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan
pembentukan imunitas aktif. pada infeksi asimtomatik yang mungkin
berlangsung beberapa hari atau minggu, tinja penderita mengandung
virus, bakteri, atau kista protozoa yang infeksius. Orang dengan
infeksi yang asimtomatik berperan penting dalam penyebaran banyak
eneteropatogen terutama bila mereka tidak menyadari adanya infeksi,
tidak menjaga kebersihan dan berpindah-pindah dari satu tempat ke
tempat yang lain.
3. Faktor musim
Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. di
daerah tropis, diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim
panas, sedangkan diare karena virus terutama rotavirus puncaknya
terjadi pada musim dingin. didaerah tropic (termasuk Indonesia) diare
yang disebabkan rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun dengan
peningkatan sepanjang musim kemarau, sedangkan diare karena
bakteri terus meningkat pada musim hujan.
4. Epidemi dan pendemi
Vibrio cholera 0.1 dan Shigella dysentriae 1 dapat menyebabkan
epidemic dan pandemic dan mengakibatkan tingginya angka kesakitan
dan kematian pada semua golongan usia. sejak tahun 1961, cholera
yang disebabkan oleh v. cholera 0.1 biotipe eltor telah menyebar ke
negara-negara di afrika, amerika latin, asia, timur tengah, dan
beberapa daerah di amerika utara dan eropa. dalam kurun waktu yang
sama Shigella dysentriae 1 menjadi penyebab wabah yang besar di
amerika tengah dan terakhir di afrika tengah dan asia selatan. Pada
tahun 1992 dikenal strain baru Vibrio cholera 0139 yang
menyebabkan epidemic di Asia dan lebih dari 11 negara mengalami
wabah.

2.3 Penyebab Diare

Pada saat ini, dengan kemajuan dibidang teknik laboratorium telah dapat
diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan
diare pada anak dan bayi. Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya
adalah golongan virus, bakteri dan parasit. dua tipe dasar dari diare akut oleh
karena infeksi adalah non-inflamatory dan inflammatory.
Enteropatogen menimbulkan non-inflamatory diare melalui produksi
enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh
parasit, perlekatan dan/ atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya inflammatoyi
diare biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung
atau memproduksi sitotoksin.
2.4 Diagnosis Diare

1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lama
diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir
dan darah. Bila disertai muntah volume dan frekuensinya. Kencing:
biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8jam terakhir.
Makanan dan minuman yang diberikan selama diare. Adakahh panas
atau penyakit lain yang menyertai seperti: batuk, pilek, otitis media,
campak. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare:
member oralit, memabwa berobat ke puskesmas atau ke rumah sakit
dan obat-obatan yang diberikan serta riwayat imunisasinya.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah.
Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda tambahan lainya:ubun-ubun besar
cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air
mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asiodosis
metabolic. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat
hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan
capillary refill dapat menentukan derjat dehidrasi yang terjadi.
Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara:
objektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan
sesudah diare. Subjektif dengan menggunakan criteria WHO dan
MMWR.
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada
umumnya tidak diperkukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin
diperlukan misalnya penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada
sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan
dehidrasi berat. Contoh: pemeriksaan darah lengkap, kultur urine dan
tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih. Pemeriksaan
laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut:
 darah : darah lengkap, serum elketrolit, analisa gas darah, glukosa
darah, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika
 urine: urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika
 tinja

2.5 Tatalaksana Diare

Terdapat empat pilar penting dalam tatalaksana diare yaitu rehidrasi,


dukungan nutrisi, pemberian obat sesuaiindikasi dan edukasi pada orang tua.
Tujuan pengobatan:
1. Mencegah dehidrasi
2. Mengatasi dehidrasi yang telah ada
3. Mencegah kekurangan nutrisi dengan memberikan makanan selama dan
setelah diare
4. Mengurangi lama dan beratnya diare, serta berulangnya episode diare,
dengan memberikan suplemen zinc
Tujuan pengobatan diatas dapat dicapai dengan cara mengikuti rencana
terapi yang sesuai, seperti yang tertera dibawah ini:
1. Rencana terapi A : penanganan diare di rumah
 Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)
- pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan
tambahan yang utama. Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada
setiap kali pemberian.
- jika anak memeperoleh ASI eksklusif, beri oralit, atau air matang
sebagai tambahan
- jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, beri 1 atau lebih cairan
berikut ini: oralit, cairan makanan(kuah sayur, air tajin) atau air
matang
Anak harus diberi larutan oralit dirumah jika:
- anak telah diobati dengan rencana terapi B atau dalam kunjungan
- anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah berat
Ajari pada ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6
bungkus oralit (200ml) untuk digunakan dirumah. Tunjukan pada ibu
berapa banyak cairan termasuk oralit yang harus diberikan sebagai
tambahan bagi kebutuhan cairanya sehari-hari:
- <2 tahun: 50 sampai 100 ml setiap kali BAB
- >2 tahun : 100 samapai 200 ml setiap kali BAB
Katakan pada ibu
- agar meminumkan sedikit-sedikit tetapi sering dari mangkuk/
cangkir/gelas
- jika anak muntah, tunggu 10 menit. kemudia lanjutkan lagi
dengan lebih lambat.
- lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.
 Beri tablet Zinc
Pada anak berumur 2 bulan keatas, beri tablet zinc selama 10 hari
dengan dosis :
- umur <6 bulan : ½ tablet (10 mg) perhari
- umur >6 bulan : 1 tablet (20 mg) perhari
 Lanjutkan pemeberian makanan
 Kapan harus kembali
2. Rencana terapi B
Penanganan dehidrasi sedang/ ringan dengan oralit. Beri oralit di klinik
sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam.
Jumlah oralit yang diperlukan 75 ml/kgBB. Kemudian setelah 3 jam
ulangi penilaian dan klasifikasikan kemabali derajat dehidrasinya, dan
pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan. Jika ibu
memaksa pulang sebelum pengobatan selesai tunjukan cara menyiapkan
oralit di rumah, tunjukan berapa banyak larutan oralit yang harus
diberikan dirumah untuk menyelesaikan 3 jam pertama. Beri bungkus
oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambah 6 bungkus lagi
sesuai yang dainjurkan dalam rencana terapi A. Jika anak
menginginkan oralit lebih banyak dari pedoman diatas, berikan sesuai
kehilangan cairan yang sedang berlangsung. Untuk anak berumur
kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, beri juga 100-200 ml air
matang selama periode ini. Mulailah member makan segera setelah
anak ingin amkan. Lanjutkan pemberian ASI. Tunjukan pada ibu cara
memberikan larutan oralit. berikan tablet zinc selama 10 hari.
3. Rencana terapi C (penanganan dehidrasi berat dengan cepat)
Beri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit
melalui mulut, sementara infuse disiapkan. Beri 100 ml/kgBB cairan
ringer laktat atau ringer asetat (atau jika tak tersedia, gunakan larutan
NaCl)yang dibagi sebagai berikut.
Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika status hidrasi belum
membaik, beri tetesan intravena lebih cepat. Juga beri oralit (kira-kira
5ml/kgBB/jam) segera setelah anak mau minum, biasanya sesudah 3-4
jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri anak tablet zinc sesuai dosis dan
jadwal yang dianjurkan. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak
sesudah 3 jam (klasifikasikan dehidrasi), kemudian pilih rencana terapi)
untuk melanjutkan penggunaan.
Prinsip pemberian terapi cairan pada gangguan cairan dan elektrolit
ditujukan untuk memberikan pada penderita:
 Kebutuhan akan rumatan (maintenance) dari cairan dan elektrolit
 Mengganti cairan kehilangan yang terjadi
 Mencukupi kehilangan abnormal dari cairan yang sedang
berlangsung.
4. Pengobatan Dietetik
Memuasakan penderita diare (hanya member air teh) sudah tidak
dilakukanik lagi karena akan memperbesar kemungkinan terjadinya
hipoglikemia dan atau KKP. Sebagai pegangan dalam melaksanakan
pengobatan dietetic diapakai singkatan O-B-E-S-E, sebagai singkatan
Oralit, Breast feeding, Early Feeding, Simultaneously with Education.
Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan
setelah sembuh. Tujuanya adalah memberikan makanan kaya nutrient
sebanyak anak mampu menerima. Sebagian besar anak dengan diare
cair, nafsu makanya timbul kembali setelah dehidrasi teratasi.
Meneruskan pemberian makanan akan mempercepat kembalinya fungsi
usus yang normal termasuk kemampuan menerima dan mengabsorbsi
berbagai nutrient, sehingga memburuknya status gizi dapat dicegah atau
paling tidak dikurangi. Sebaliknya, pembatasan makanan akan
menyebabkan penurunan berat badan sehingga diare menjadi lebih lama
dan kembalinya fungsi usus akan lebih lama. Makanan yang diberikan
pada anak diare tergantung kepada umur, makanan yang disukai dan
pola makan sebelum sakit serta budaya setempat. Pada umumnya
makanan yang tepat untuk anak diare sama dengan yang dibutuhkan
dengan anak sehat. Bayi yang minum ASI harus diteruskan sesering
mungkin dan selama anak mau. Peranan ASI selain memberikan nutrisi
yang terbaik, juga terdapat 0,05 SIgA/hari yang berperan memberikan
perlindungan terhadap kuman pathogen. 12Bayi yang tidak minum ASI
harus diberi susu yang biasa diminum paling tidak setiap 3 jam.
Pengenceran susu atau penggunaan susu rendah atau bebas laktosa
mungkin diperlukan untuk sementara bila pemberian susu
menyebabkan diare timbul kembali atau bertambah hebat sehingga
terjadi dehidrasi lagi, atau dibuktikan dengan pemeriksaan terdapat tinja
yang asam (pH<6) dan terdapat bahan yang mereduksi dalam
tinja>0,5%. Setelah diare berhenti, pemberian tetap dilanjutkan selama
2 hari kemudian coba kembali dengan susu atau formula biasanya
diminum secara bertahap selama 2-3 hari.
2.6 Pencegahan Diare

1. Mencegah penyebaran kuman pathogen penyebab diare


Kuman-kuman patoggen penyebab diare umumnya disebarkan secara
fekal oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu
difokuskan pada cara penyebaran ini. Upaya pencegahan diare yang
terbukti efektif meliputi:
a. Pemberian ASI yang benar
b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping
ASI
c. Menggunakan air bersih yang cukup
d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis
buang air besar dan sebelum makan
e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh
anggota keluarga
f. Membuang tinja bayi yang benar
2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh
anak dan dapat juga mengurangi resiko diare antara lain:
a. Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun
b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan member
makan dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status, gizi
anak.
c. Imunisasi campak. Pada balita 1-7% kejadian diare behrunbungan
dengan campak, dan diare yang etrjadi umunya lebih berat dan
lebih lama (susah diobati, cenderung menjadi kronis) karena
adanya kelainan pada epitel usus.
d. Vaksin rotavirus, diberikan untuk meniru respon tubuh seperti
infeksi alamiah, tetapi infeksi pertama oleh vaksin tidak
menimbulkan, manifestasi diare.
BAB III
ANALISA DATA PRIMER

Data primer yang didapatkan dari Puskesmas Bagus yang berada di


Kecamatan “Kampung Canggih” di wilayah Provinsi Jawa Barat adalah:
1. Lima penyakit terbesar di Puskesma Bagus tahun 2015 adalah ISPA, Diare,
Hipertensi, Tukak lambung dan gangguan gusi, periodontal.
2. Gizi buruk terdapat 5 balita dan gizi kurang terdapat 42 balita.
3. Pencapaian SKDN adalah K/S 89,9%; D/S 78,3%; N/D sebesar 75,4%.
4. Kematian ibu pada semester 1 tahun 2014 berjumlah 5 ibu hamil dan
kematian bayi berjumlah 8 bayi.
5. Penyakit menular yang ditemukan pada semester 1 tahun 2015 adalah TBC
sebanyak 18 kasus, Demam Berdarah sebanyak 5 kasus, Penumonia Balita
sebanyak 83 kasus dan diare balita sebanyak 327 kasus.
BAB IV
PENENTUAN AKAR PENYEBAB MASALAH

Diagram 1. Fish bone Diare pada Balita

Lingkungan Genetik

Sanitasi
lingkungan buruk
Sering banjir

Tempat tinggal
padat penduduk

Diare pada
balita
Peralatan masak
BAB dan BAK di tidak bersih Kurangnya promosi
sungai Jumlah SDM kesehatan
kurang
MPASI dari ibu Cakupan wilayah
Cuci pakaian dan tidak benar puskesmas terlalu luas
Kualitas SDM
piring di sungai
kurang
Ibu dan balita tidak
mencuci tangan

Perilaku Pelayanan
Kesehatan
BAB V
PENETAPAN PRIORITAS PENYEBAB MASALAH

Prioritas penyebab masalah ditentukan dengan menggunakan teknik USG

No. Penyebab Masalah


1. Kebiasaan ibu tidak mencuci tangan
2. Tempat MCK masih dilakukan sungai
3. Sosioekonomi rendah
4. Pendidikan rendah
5. Peralatan masak tidak dicuci bersih
6. Pemberian MPASI tidak benar
7. Pemukiman padat penduduk
8. Sanitasi buruk
9. Air minum tidak dimasak dengan baik
10. Pemukiman sering banjir
11. SDM kurang
12. Cakupan wilayah puskesmas terlalu luas

13. Kurangnya promosi kesehatan

MASALAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
U 5 3 2 2 3 4 2 4 4 3 2 2 3
S 5 3 3 3 5 5 5 4 3 4 3 2 4
G 5 3 3 2 3 5 3 5 5 2 4 2 4
TOTAL 125 27 18 12 45 100 30 80 60 24 24 8 48

Berdasarkan teknik USG, didapatkan prioritas penyebab masalah yaitu :


1. Kebiasaan ibu tidak mencuci tangan
2. Pemberian MPASI tidak benar
3. Sanitasi buruk
4. Air minum tidak dimasak dengan baik
5. Peralatan masak tidak dicuci bersih
BAB VI

PEMECAHAN PENYEBAB MASALAH DAN


ALTERNATIFNYA

No. Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah


1. Kebiasaan ibu tidak mencuci Melakukan penyuluhan dan demo
tangan tentang cara cuci tangan yang benar
2. Pemberian MPASI tidak benar Melakukan penyuluhan dan demo
tentang pengolahan MPASI yang
benar
3. Sanitasi buruk Gotong royong dalam memperbaiki
sanitasi lingkungan
4. Air minum tidak dimasak dengan Melakukan penyuluhan dan demo
baik tentang pengolahan air minum
5. Peralatan masak tidak dicuci bersih Melakukan penyuluhan dan demo
tentang membersihkan peralatan
masak
BAB VII
RENCANA KEGIATAN JANGKA PENDEK

No Susunan Kegiatan Kegiatan


1. Rencana kegiatan - Penyuluhan tentang diare (faktor risiko,
gejala, penyebab, preventif)
- Penyuluhan tentang MPASI (faktor risiko,
gejala, penyebab, preventif)
- Demo pembuatan MPASI yang benar
- Demo 6 langkah cuci tangan yang baik
dan benar
- Gotong royong membersihkan lingkungan
(kerjasama dengan lintas sektor)
2. Tujuan kegiatan - Mengurangi angka kejadian diare
- Meningkatkan pengetahuan ibu tentang
diare
- Meningkatkan pengetahuan ibu tentang
pengolahan MPASI yang benar
- Menciptakan lingkungan yang sehat
3. Tempat/lokasi Balai pertemuan
4. Waktu - Penyuluhan dan demo 2x/ minggu
- Gorong royong 1x/minggu
5. Sasaran - Ibu rumah tangga
- Kepala keluarga
6. Target - 95% ibu mengerti tentang diare dan
pengolahan MPASI
- 90% kepala keluarga menerapkan perilaku
dan lingkungan yang bersih dan sehat
7. Metode - Penyuluhan: ppt, brosur, dan pamflet
- Demo: secara langsung (air, sabun,
peralatan makan, MPASI)
- Gotong royong: alat-alat kebersihan
8. Indikator Indikator keberhasilan jika pelaksanaan
kegiatan mencapai target yang ditentukan
9. Metode evaluasi Evaluasi dilakukan tiap bulan
10. Penanggung jawab Dokter puskesmas
11. Anggaran Rp. 20.000.000,-
BAB VIII
RENCANA KEGIATAN JANGKA PANJANG

Rencana kegiatan yang dilakukan dalam jangka panjang adalah melakukan


rencana jangka pendek secara terus menerus dan dilakukan evaluasi di setiap bulannya.
Apabila program berhasil (Ibu sudah terbiasa mencuci tangan dengan baik dan benar,
Pemberian MPASI yang baik dan benar, Perbaikan sanitasi lingkungan, Air minum
yang dikonsumsi dimasak dengan benar terlebih dahulu, mencuci peralatan memasak
dengan bersih).

Apabila program berhasil, maka program akan tetap dilanjutkan. Namun jika
program tidak berhasil, maka akan ditinjau ulang metode yang digunakan dan
mengganti program yang lebih tepat dan dapat diterima oleh masyarakat.
BAB IX
PENUTUP
Masalah utama pada puskesmas Bagus yang berada di Kecamatan “Kampung
Canggih” adalah diare balita sebanyak 327 kasus. Intervensi jangka pendek yang
dilakukan berupa penyuluhan tentang diare dan MPASI (faktor risiko, gejala, penyebab,
preventif), penyuluhan langkah cuci tangan menurut WHO dan penyuluhan pembuatan
MPASI yang benar serta gotong royong memperbaiki sanitasi lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, L.Z. 2015. Tatalaksana Diare Akut. CDK. 42(7): 503-508.

Daldiyono, S.M., et al. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: ”Diare Akut”. Interna
Publishing, Jakarta, Indonesia. hal. 548-556.

Ilie, Gheorghe. 2010. Application of Fishbone Diagram to Determine the Risk of an Event
with Multiple Causes. Management Research and Practice. 2(1): 2-5.

Kementerian Kesehatan. 2011. Situasi Diare di Indonesia. Buletin Jendela Data. 2(2):1-7.

Anda mungkin juga menyukai