Anda di halaman 1dari 14

Landasan Sosial Budaya

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Landasan Pendidikan

Disusun oleh:
1. Rudi Arip Kurniawan(172151053)
2. Silvia Dwi Aprilianti(172151116)
3. Lilis Nur Hafsoh(172151171)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS SILIWANGI
2017

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis telah mampu menyelesaikan makalah berjudul “
Landasan Sosial Budaya”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Landasan Pendidikan.
kami menyadari bahwa selama penulisan makalah ini penulis banyak
mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Satya. selaku dosen mata kuliah Landasan Pendidikan
2. Rekan-rekan seangkatan yang telah memotivasi penulis untuk menyelesaikan
makalah ini;
3. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebut satu per satu.
Semoga Allah swt. memberikan balasan yang berlipat ganda.
Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki
banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik
penulisannya. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi penulis dan bagi pembaca. Aamiin.

Tasikmalaya, 28 September 2017 Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................2
Sosiologi dan Pendidikan.....................................................................................4
B. Unsur-unsur Kebudayaan......................................................................6
Wujud dan komponen Kebudayaan.....................................................................7
Penetrasi kebudayaan...........................................................................................8
Penetrasi kekerasan (penetration violante)..........................................................9
Cara pandang terhadap kebudayaan.....................................................................9
Ilmu dan Budaya............................................................................................10
Implikasi Konsep pendidikan.............................................................................12

2
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup yang diberikan berbagai potensi oleh
Tuhan, setidaknya manusia diberikan panca indera dalam hidupnya. Namun
tentu saja potensi yang dimilikinya harus digunakan semaksimal mungkin
sebagai bekal dalam menjalani hidupnya. Untuk memaksimalkan semua
potensi yang dimiliki oleh kita sebagai manusia, tentunya harus ada sesuatu
yang mengarahkan dan membimbingnya, supaya berjalan dan terarah sesuai
dengan apa yang diharapkan. Mengingat begitu besar dan berharganya potensi
yang dimiliki manusia, maka manusia harus dibekali dengan pendidikan yang
cukup sejak dini. Dikarenakan, pendidikan itu adalah usaha yang disengaja
dan terencana membantu mempersiapkan generasi muda untuk terjun ke
dalam kehidupan masyarakat memberi bekal pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di
masyarakat.
Secara sosiologi, pendidikan adalah sebuah warisan budaya dari generasi
ke generasi, agar kehidupan masyarakat berkelanjutan, dan identitas
masyarakat itu tetap terpelihara. Sosial budaya merupakan bagian hidup
manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan hampir setiap
kegiatan manusia tidak terlepas dari unsur sosial budaya. Dan pada
kenyataannya masyarakat mengalami perubahan sosial yang begitu cepat,
maju dan memperlihatkan gejala desintegratif yang meliputi berbagai sendi
kehidupan dan menjadi masalah, salah satunya dirasakan oleh dunia
pendidikan. Tidak hanya perubahan sosial, budaya pun berpengaruh besar
dalam dunia pendidikan akibat dari pergeseran paradigma pendidikan yaitu
mengubah cara hidup, berkomunikasi, berpikir, dan cara bagaimana mencapai
kesejahteraan. Dengan mengetahui begitu pesatnya arus perkembangan dunia
diharapkan dunia pendidikan dapat merespon hal-hal tersebut secara baik dan
bijak. Sehingga, landasan sosial budaya merupakan landasan yang dapat
memberikan pemahaman tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan
sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu.

B. Rumusan Masalah
A. Apa itu kebudayaan?
B. Bagaimana hubungan pendidikan dan kebudyaan?
C. Apa saja masalah yang terjadi dalam dunia sosial dan budaya kita?

3
BAB II
PEMBAHASAN
Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang
masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat
dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman
mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari
perubahan.Perubahan sosial budaya terjadi karena beberapa faktor, baik
internal maupun eksternal. Faktor internal, antara lain: komunikasi; cara dan
pola pikir masyarakat; perubahan jumlah penduduk; penemuan baru;
terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal seperti bencana alam dan
perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
A. Landasan Sosial Budaya
Setiap kegiatan manusia hampir tidak pernah terlepas dari unsur budaya..
Sosial memacu kepada hubungan antarindvidu, antarmasyarakat dan individu
dengan masyarakat. karena itu, aspek sosial melekat pada diri individu yang perlu
dikembankan dalam perjalanan hidup peserta didik agar menjadi matang.
Sosiologi dan Pendidikan
Sosiologi pendidikan ini membahas sosiologi yang terdapat pada pendidikan.
(Wuradji, 1988 ) menulis bahwa sosiologi pendidikan meliputi :
1. interaksi guru- siswa,
2. dinamika kelompok dikelas dan di organisasi intra sekolah
3. struktur dan fungsi sistem pendidikan
4. sistem- sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan.
Proses sosial dimulai dari interaksi sosial dan dalam proses sosial itu selalu
terjadi interaksi sosial. Interaksi dan proses sosial di dasari oleh faktor- faktor
berikut:
1. imitasi
2. sugesti
3. identifikasi
4. simpati
Untuk memudahkan terjadi sosialisasi dalam pendidikan, maka guru perlu
menciptakan situasi, terutama pada dirinya sendiri, agar faktor- faktor yang

4
mendasari sosialisasi itu muncul pada diri anak- anak. Dalam proses sosial
terdapat interaksi sosial, yaitu suatu hubungan sosial yang dinamis. Interaksi
sosial akan terjadi apabila memenuhi dua syarat sebagai berikut:
1. kontak sosial, yang berlangsung dalam tiga bentuk yaitu. kontak
antarindividu, kontak antara individu dengan kelompok atau sebaliknya
dan kontak antarkelompok
2. komunikasi

Ada sejumlah bentuk interaksi sosial dalam berkomunikasi, yaitu:


1. kerja sama
2. akomodasi
3. asimilasi atau akultirasi
4. persaingan
5. pertikaian
Kelompok sosial berarti himpunan sejumlah orang, paling sedikit dua orang,
yang hidup bersama, karena cita- cita yang sama.ada beberapa persyaratan untuk
terjadinya kelompok sosial, yaitu :
1. setiap anggota memiliki kesadaran sebagai bagian dari kelompok
2. ada interaksi atau hubungan timbal-balik antara anggota
3. mempunyai tujuan yang sama
4. membentuk norma yang mengatur ikatan kelompok
5. terjadi struktur dalam kelompok yang membentuk peranan dan status
sebagai dasar kegiatan dalam kelompok.
Ada dua teori yang dipakai untuk meningkatkan produktifitas kelompok sosial,
yaitu:
1. Teori struktural fungsional, memanfaatkan struktur dan fungsi untuk
meningkatkan prpduktivitas kelompok.
2. Teori konflik, menggunakan prinsip-prinsip pemaksaan dalam melakukan
perbaikan atau perubahan kelompok sosial.

5
A. Kebudayaan dan Pendidikan
Kata “kebudayaan” berasal dari bahasa Sansekerta) : Buddhayah yang

merupakan bentuk jamak kata “buddhi” yang berarti budi atau akal. Adapun istilah
“culture” yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan
berasal dari dari kata latin colere, artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah
tanah atau bertani.

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai,


norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-
lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas
suatu masyarakat.

Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,


yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai
anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi,
kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan


yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam
pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang
bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

A. Unsur-unsur Kebudayaan
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur
kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
alat-alat teknologi
1. sistem ekonomi
2. keluarga
3. kekuasaan politik

6
Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:

1. sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat
untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
2. organisasi ekonomi
3. alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga
adalah lembaga pendidikan utama)
4. organisasi kekuatan (politik)

Tujuh Unsur Kebudayaan yang dianggap sebagai cultural universal :

1. peralatan dan perlengkapan hidup manusia


2. mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi
3. sistem kemasyarakatan
4. bahasa
5. kesenian
6. sistem pengetahuan
7. sistem kepercayaan

Wujud dan komponen Kebudayaan

Wujud
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga:
gagasan, aktivitas, dan artefak.

1. Gagasan (Wujud ideal)

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan


ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang
sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh.

2. Aktivitas (tindakan)

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari


manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan
sistem sosial.

7
3. Artefak (karya)

Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-
benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan.
Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.

Komponen
Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua
komponen utama:

← Kebudayaan material
← Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang
nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-
temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah
liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga
mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion
olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.

← Kebudayaan nonmaterial
← Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan
dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu
atau tarian tradisional.

Penetrasi kebudayaan
Yang dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh
suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi
dengan dua cara:

1. Penetrasi damai (penetration pasifique)


Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi,
Asimilasi, atau Sintesis. Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan

8
sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur
kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur yang
merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan
India. Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan sehingga
membentuk kebudayaan baru. Sedangkan Sintesis adalah bercampurnya
dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan
baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.

Penetrasi kekerasan (penetration violante)


Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak.
Contohnya, masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman
penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan goncangan-
goncangan yang merusak keseimbangan dalam masyarakat.

Cara pandang terhadap kebudayaan

 Kebudayaan sebagai peradaban


 Kebudayaan sebagai "sudut pandang umum"
 Kebudayaan sebagai mekanisme stabilisasi

Fungsi kebudayaan dalam kehidupan manusia :


 Penerus keturunan dan pengasuh anak
 Pengembangan kehidupan berekonomi
 Tranmisi budaya
 Meningkatkan keimanan dan taqwa terhadap tuhan YME
 Pengendalian sosial
 Rekreasi
Ada tiga hal yang menimbulkan perubahan kebudayaan, ialah

 Originasi atau penemuan-penemuan baru.


 Difusi atau percampuran budaya baru dengan budaya lama.
 Reinterpretasi atau modifikasi kebudayaan agar sesuai dengan keadaan
zaman.
Pendidikan dapat mengembangkan kebudayaan melalui ketiga hal tersebut diatas,
karena pendidikan adalah tempat manusia-manusia dibina, ditumbuhkan, dan
dikembangkan potensi-potensinya. Semakin potensi seseorang dikembangkan
semakin mampu ia menciptakan atau mengembangkan kebudayaan.

9
Pendidikan adalah enkulturasi yaitu suatu proses membuat orang kemasukan
budaya, membuat orang berprilaku mengikuti budaya yang memasuki dirinya.

Ilmu dan Budaya

ASAS KEBANGKITAN PERADABAN

Pada awal pagi


Dia mendaki gunung mencari kayu api
Sehingga larut malam
Dia menganyam selipar (daripada jerami padi)
Sambil berjalan
Dia tidak pernah berhenti membaca

Puisi itu mengisahkan seorang pemuda Jepang bernama Kinjiro


Ninomiya yang hidup pada awal abad ke-20. Kegigihannya dalam memburu ilmu
menjadi inspirasi masyarakat Jepang. Oleh pemerintah Jepang, semangat Kinjiro
itu kemudian disebarkan dalam bentuk buku teks moral, tugu peringatan, dan
lagu-lagu. Semangat inilah yang banyak memberi inspirasi masyarakat Jepang
untuk mengejar ilmu pengetahuan dan kemudian tampil sebagai salah satu
peradaban besar. Pada abad-abad ke-19, masyarakat Jepang dikenal sebagai
masyarakat “haus ilmu”.
Budaya itu telah membangkitkan Jepang menjadi kekuatan dunia dalam bidang
sains, teknologi, dan ekonomi yang mengagumkan pada masa-masa berikutnya.
Banyak ilmuwan Barat heran, bagaimana bangsa yang dikalahkan dan
dihancurkan dalam Perang Dunia II itu kini mampu mengalahkan Barat dalam
berbagai bidang. Profesor Ezra Vogel dari Harvard University, merumuskan,
bahwa kejayaan Jepang ialah berkat kepekaan pemimpin, institusi, dan rakyat
Jepang terhadap ilmu dan informasi dan kesungguhan mereka menghimpun dan
menggunakan ilmu untuk faedah mereka.

10
Jepang telah menempatkan ilmu dalam posisi penting sejak Zaman Meiji
(1860-an-1880-an). Pada akhir 1888, dikatakan, terdapat sekitar 30.000 pelajar
yang belajar di 90 buah sekolah swasta di Tokyo. Sekitar 80 persennya berasal
dari luar kota. Pelajar miskin diberi beasiswa. Sebagian mereka bekerja paroh
waktu sebagai pembantu rumah tangga. Namun mereka bangga dan memegang
slogan:
“Jangan menghina kami, kelak kami mungkin menjadi menteri!” Para pelajar
disajikan kisah-kisah kejayaan individu di Barat dan Timur. Contohnya, buku
Yukichi Fukuzawa, berjudul Galakkan Pelajaran pada tahun 1882 terjual 600.000
naskah. Buku ini antara lain menyatakan: “Manusia tidak dilahirkan mulia atau
hina, kaya atau miskin, tetapi dilahirkan sama dengan yang lain. Sesiapa yang
gigih belajar dan menguasai ilmu dengan baik akan menjadi mulia dan kaya,
tetapi mereka yang jahil akan menjadi papa dan hina.”
Paparan menarik tentang budaya ilmu dan kebangkitan bangsa Jepang
ini disajikan dengan ringkas dan padat oleh penulis buku ini. Penulisnya, Prof. Dr.
Wan Mohd. Nor Wan Daud, seorang guru besar di International Institut of Islamic
Thought and Civilization—International Islamic University Malaysia (ISTAC-
IIUM).
Jepang hanya satu contoh, bagaimana bangsa kecil ini mampu bangkit dengan
menjadikan budaya ilmu sebagai asasnya. Bom sekutu yang meluluhlanttakan
beberapa kotanya terbukti tidak mampu menghentikan kebangkitan bangsa ini di
dunia sains dan ilmu pengatahuan.

Fase pelestarian dari kebudayaan itu sangat erat hubungannya dengan pendidikan
karena semua materi yang terkandung dalam suatu kebudayaan diperoleh manusia
melalui proses belajar

11
Implikasi Konsep pendidikan
 Keberadaan sekolah tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sekitarnya,
keduannya saling menunjang.
 Perlu dibentuk badan kerjasama antara sekolah dengan tokoh-tokoh
masyarakat, termasuk wakil-wakil orang tua siswa untuk ikut memajukan
pendidikan.
 Proses sosialisasi anak-anak perlu ditingkatkan
 Dinamika kelompok dimanfaatkan untuk belajar
 Akibat kebudayaan masa kini, ada kemungkinan pergeseran paragdigma
pendidikan yaitu dari sekolah ke masyarakat luas dengan berbagai pengalaman
yang luas.
 Metode belajar ditekankan pada kegiatan anak
 Ujian negara lambat laun diubah menjadi ujian sekolah.

Masalah yang timbul dalam sosial budaya


 anak dapat menggunakan bahasa kasar itu karena pengaruh lingkungan di
sekitar mereka yang terbiasa menggunakan bahasa kasar. Oleh karena itu,
keberfungsian rumah, masyarakat dan sekolah di sini harus mampu
memberikan contoh terkait bahasa yang baik dan ada aturan yang
diterapkan terhadap ketiga sistem tersebut.
 Konflik disharmonisasi yang terjadi dalam keluarga dapat berakibat fatal
bagi perkembangan dan pertumbuhan seorang anak khususnya
dalam prosespembelajaran. Banyak dampak yang dapat
ditimbulkan dalam proses pembelajarankarena dipicu oleh konflik
keluarga. Maka dari itu perlu terciptanya lingkungan keluarg yang nyaman
dan saling peduli satu sama lain
 Berbicara tentang keterbatasan ekonomi orangtua, tentunya terkait dengan
eksistensi dan kontinuitas pendidikan anak. Sebagai gambaran, anak yang
berasal dari latar belakang keluarga ekonomi rendah akan mengalami
depresi mental dan tekanan psikis efek dari ketidakmampuan orangtua
dalam mencukupi setiap kebutuhannya layaknya anak lain. Sang anak
akan merasa terkucilkan dan kerap diolok-
olok teman dan terkadang mendapatkan teguran dari guru terkait dengan
financial

12
KESIMPULAN :
Kehidupan sosial Kultur budaya merupakan komponen penting dalam
membentuk karakter dan perkembangan jiwa belajar anak. Tri pusat
pendidikan, yaitu; keluarga, sekolah dan masyarakat, dalam hal ini berperan
sebagai model dan penentu arah budaya yang akan diperoleh anak dalam proses
pembelajaran. Dengan kata lain,perkembangan fisik dan psikis
anak sangat dipengaruhi oleh ke tiga komunitas lingkungan tersebut.
Dimana Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika didukung dengan kultur
budaya setempat yang sejalan dengan budaya yang dibina oleh sekolah dan
keluarga. Ketiganya memikul tanggungjawab yang sama dan saling
berkesinambungan guna mencapai hasil pembelajaran yang diharapkan

13

Anda mungkin juga menyukai