Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan data organisasi kesehatan dunia (World Health Organization)
tahun 2011, bahwa pada tahun 2025 diperkirakan 1 miliar penduduk dunia
menderita hipertensi (Kompas health, 2013). Berdasarkan data statistik kesehatan
dunia World Health Organization tahun 2012, hipertensi menyumbang 51 persen
kematian akibat stroke dan 45 persen kematian akibat jantung koroner. Hipertensi
yang tidak diobati dapat menyebabkan kebutaan, irama jantung tidak beraturan
dan gagal jantung (Depkes 2013). Angka kematian akibat komplikasi hipertensi
mencapai 9,4 juta per tahunnya (WHO, 2013). Perbandingan penderita hipertensi
di Indonesia adalah satu dari tiga orang di Indonesia mengalami hipertensi, tetapi
mayoritas (76,1%) diantaranya tidak menyadarinya sehingga mereka tidak
berusaha mendapatkan pengobatan (Riskesdas, 2013).
Menurut National Basic Health Survey 2013, prevalensi hipertensi pada
kelompok usia 15-24 tahun adalah 8,7 persen, pada kelompok usia 25-34 tahun
adalah 14,7 persen, 35-44 tahun 24,8 persen, 45-54 tahun 35,6 persen, 55-64
tahun 45,9 persen, 65-74 tahun 57,6 persen, dan lebih dari 75 tahun adalah 63,8
persen. Pra lansia adalah seseorang yang berusia 45-60 tahun. Seiring
bertambahnya usia vaskularisasi pembuluh darah akan menurun maka resiko
terkena hipertensi menjadi lebih besar. Seseorang yang beresiko menderita
hipertensi adalah usia 45 tahun keatas. Oleh karena itu upaya untuk mengurangi
atau mencegah terjadinya hipertensi dapat dilakukan pada usia pra lansia untuk
meminimalisir kejadian hipertensi pada lanjut usia.
Menurut data Riskesdas Provinsi Riau (2013) prevalensi hipertensi yang
diperoleh melalui pengukuran pada penduduk Riau umur ≥ 18 tahun sebesar 20,9
persen; tertinggi di Kepulauan Meranti (27,7%), diikuti Siak (26,7%), Rokan Hilir
(24,9%), dan Indragiri Hilir (22,8%). Prevalensi hipertensi di Riau berdasarkan
wawancara yang terdiagnosis nakes sebesar 6 persen, sedangkan yang
terdiagnosis nakes dan/atau sedang minum obat sebesar 6,1 persen. Prevalensi
stroke berdasarkan wawancara yang terdiagnosis nakes di Riau sebesar 4,2 permil
dan yang terdiagnosis nakes dan/atau gejala sebesar 12,1 permil. Prevalensi stroke
menurut diagnosis nakes paling tinggi ditemukan di Bengkalis (7,7‰), diikuti
Kuantan Singingi (5,9‰), Kota Pekanbaru (5,8‰), dan Kampar (4,2‰).
Sementara prevalensi stroke berdasarkan diagnosis nakes dan/atau gejala tertinggi
terdapat di Kuantan Singingi (10,5‰), diikuti Bengkalis (8,8‰), Kota Pekanbaru
(5,8‰), dan Kampar (5,7‰).
Data Dinkes Kota Pekanbaru menyebutkan untuk kasus penyakit tidak
menular Hipertensi ada diurutan pertama pada tahun 2016 dengan jumlah kasus
35.419 penderit diikuti berturut-turut kunjungan kasus diabetes melitus
15.533 penderita, asthma 3.345 penderita, penyakit jantung koroner 2.811
penderita, penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) 2.050 pendeita, stoke
1.492 penderita, Obesitas 1.136 penderita, cedera akibat kecelakaan lalu
lintas 860 penderita, Penyakit tiroid 821 penderita dan tumor Osteoporosis
700 Penderita.
Perawatan pasien dengan hipertensi dapat dilakukan dengan cara
memodifikasi gaya hidup. Perawatan dengan memodifikasi gaya hidup antara lain
dengan mengkonsumsi makanan yang rendah garam dan rendah lemak, serta
mengkonsumsi buah-buahan yang tinggi kalium. buah-buahan yang mengandung
paling tinggi kalium adalah pisang, sehingga mengkonsumsi pisang baik untuk
menjaga kestabilan tekanan darah (Gunawan, 2011, dalam Astuti, 2012). Pisang
cocok digunakan untuk penderita hipertensi akibat pengerasan pembuluh darah
serta kelebihan berat badan dan kolestrol.Kalium pada pisang berfungsi menjaga
keseimbangan air dalam tubuh, kesehatan jantung, menurunkan tekanan darah
tinggi dan membantu pengiriman O2 kedalam otak (Julianti, 2005).
Pisang adalah buah yang paling populer di seluruh dunia setelah apel dan
jeruk. Indonesia merupakan peringkat ke tujuh produsen pisang di dunia yaitu
sebesar 6,5 juta ton per tahunnya. Selain itu Indonesia juga memenuhi kebutuhan
50% pisang di Asia dengan daerah penyumbang terbanyak adalah Lampung.
Sulawesi selatan adalah salah satu provinsi yang tingkat produksi pisangnya
meningkat tiap tahun yaitu 144.666 pada tahun 2009 dan kemudian meningkat
menjadi 186.782 pada tahun 2014, sedangkan Kabupaten Selayar menduduki
peringkat ke sembilan untuk produksi buah pisang terbanyak di provinsi Sulawesi
Selatan yang produksinya meningkat setiap tahunnya yaitu 331 ton pada tahun
2012 dan meningkat menjadi 517 pada tahun 2013.
(regionalinvestment.bkpm.go.id).
Pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan dua cara yaiu dengan non
farmakologi dan farmakologi. Farmakologi dapat dilakukan dengan memberikan
obat-obat anti hipertensi misalnya diuretik, beta blocker, vasodilator, inhibitor
saraf simpatik, alpha blocker. Pengobatan non farmakologi dapat dilakukan
dengan pola hidup sehat seperti berhenti merokok, penurunan berat badan,
penurunan diet garam, dan pengobatan tradisional (World, 2008). Pengobatan
farmakologi memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan dengan pengobatan non
farmakologi. Tetapi pengobatan farmakologis memiliki efek samping yang lebih
besar dibandingkan pengobatan non farmakologi. Salah satu efek yang
ditimbulkan oleh salah satu obat anti-hipertensi dalam hal ini adalah golongan
diuresis- akan mengakibatkan peningkatan asam urat, glukosa, kolesterol LDL,
rigliserid, menurunkan K + , Mg2+, Na, meningkatkan Ca2+, ruam, dan disfungsi
ereksi (Tierney et al., 2002 dalam Wibowo, 2010).
Ada beberapa pengobatan non farmakologi untuk menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi. Salah satu buah yang dapat digunakan dalam
sebagai terapi non-farmakologi adalah buah pisang emas. Buah pisang merupakan
buah tropis yang menjadi favorit banyak orang. Selain rasanya manis, pisang juga
kaya vitamin dan mineral, bisa dimakan langsung atau diolah menjadi berbagai
hidangan lezat. Buah ini sangat terkenal akan kandungan potasiumnya. Dengan
kadar potasium mencapai 400 mg dalam pisang berukuran sedang, buah ini wajib
dikonsumsi untuk kesehatan jantung (Livestrong, 2013). Buah pisang emas dapat
mempengaruhi tekanan darah, karena kadar kalium yang tinggi dan sodium yang
rendah dalam buah pisang emas merupakan kombinasi yang bagus untuk
mencegah tekanan darah tinggi dan mengurangi risiko stroke (Wijanarko, 2014)
Penelitian tentang Pengaruh Konsumsi Pisang Ambon terhadap Tekanan
Darah Penderita Hipertensi juga sudah dilakukan sebelumnya oleh peneliti
terdahulu dari Yogyakarta dengan hasil penelitian ada perbedaan yang signifikan
tekanan darah sistolik antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dan
sedangkan untuk tekanan darah diastolik antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan. Hal ini sesuai dengan riset di Amerika
yang dilaporkan (Frank et al. 2003 dalam Tryastuti 2012) penderita hipertensi
yang berusia 35-50 tahun yang mengkonsumsi 2 buah pisang setiap hari
mengalami penurunan tekanan darah sampai 10% dalam 1 minggu. Beberapa
komponen penting dalam pisang bersifat sebagai angiotensinconverting enzyme
(ACE) inhibitors. ACE inhibitor pada pisang bekerja dengan cara mengekang aksi
ACE yang memerintahkan pelepasan Angiotensin II. Enzim ini mengatur
pelepasan angiotensin II yang merupakan substansi penyebab meningkatnya
tekanan darah melalui konstraksi pembuluh darah (Megia, Rita dan Seta, 2008).
Penurunan tekanan darah juga terjadi karena dalam pisang mengandung tinggi
kalium yang dapat menyebabkan penurunan tekanan darah. Pisang dikenal
sebagai buah yang tinggi kalium yang dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh
darah dengan cara hiperpolarisasi dari otot polos pembuluh darah. Selain itu
kalium dapat menyebabkan terjadinya peningkatan ekskresi ion Natrium dari
dalam tubuh yang diikuti dengan peninngkatan pengeluaran cairan dari dalam
tubuh sehingga volume darah berkurang. Volume darah yang berkurang
menyebabkan penurunan tekanan darah (Adrian & Dalimartha, 2013).
Berdasarkan latar masalah dan fenomena yang terjadi diatas maka penulis
termotivasi untuk meneliti lebih lanjut tentang pengaruh konsumsi tambahan tiga
buah pisang emas (±140gr/buah) perhari pada menu makan terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi Pra-Lansia di Daerah Payung Sekaki Kota
Pekanbaru Tahun 2018.

Anda mungkin juga menyukai