Wa0017
Wa0017
OLEH:
MITA RAHMADEWI
NPM. 1726040279
PENGERTIAN
- Perdarahan post partum sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam
pertama
- Perdarahan nifas dinamakan sekunder adalah bila terjadi 24 jam atau lebih sesudah
persalinan
- Perdarahan nifas sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah lebih 24 jam post
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB :
1. Endometritis
2. Sub involusi
2. Sisa plasenta
3. Inversion uteri
GEJALA KLINIS
4. Pada palpasi fundus uteri masih dapat diraba lebih besar dari seharusnya
5. Pada VT didapatkan uterus yang membesar, lunak dan dari ostium uteri keluar darah.
SUB INVOLUSIO
Sub involusio adalah kemacetan atau kelambatan involusio yang disertai pemanjangan
periode pengeluaran lokhea dan kadang-kadang oleh perdarahan yang banyak.proses ini dapat
diikuti oleh leukhore yang berlangsung lama dan perdarahan uterus yang tidak teratur atau
berlebihan. uterus akan teraba lebih besar dan lebih lunak daripada keadaan normalnya.
Gejala :
Nyeri tekan perut bawah dan pada uterus, kadang di persulit dengan anemia dan demam.
HEMATOMA NIFAS
Darah dapat mengalir ke dalam jaringan ikat di bawah kulit yang menutupi genitalia
eksterna atau di bawah mukosa vagina hingga terbentuk hematoma vulva dan vagina keadaan
tersebut biasanya terjadi setelah cidera pada pembuluh darah tanpa adanya laserasi jaringan
supervisial , dan dapat dijumpai baik pada persalinan spontan maupun denga operasi.kadang-
kadang baru terjadi kemudian,dan keadaan ini mungkin disebabkan oleh kebocoran pembuluh
darah yang mengalami nekrosis akibat tekanan yang lama. Yang lebih jarang terjadi,
pembuluh darah yang ruptur terletak diatas vasia pelvik dan keadaan tersebut hematoma akan
ter bentuk diatasnya.kadang-kadang oleh perdarahan yang banyak.proses ini dapat diikuti oleh
leukhore yang berlangsung lama dan perdarahan uterus yang tidak teratur atau berlebihan.
uterus akan teraba lebih besar dan lebih lunak daripada keadaan normalnya. selama periode
tertentu puerperium, sebagian besar kasus sub involusi terjadi akibat etiologi setempat ( yang
sudah diketahui ) yaitu retensi fragmen plasenta dan infeksi pelvic.dan lebih lunak daripada
keadaan normalnya. selama periode tertentu puerperium, sebagian besar kasus sub involusi
terjadi akibat etiologi setempat ( yang sudah diketahui ) yaitu retensi fragmen plasenta dan
infeksi pelvic.pembuluh darah yang ruptur terletak diatas vasia pelvik dan keadaan tersebut
hematoma akan ter bentuk diatasnya.kadand-kadang oleh perdarahan yang banyak.proses ini
HEMATOMA VULVA
Khususnya yang terbentuk dengan cepat dapat menyebabkan rasa nyeri mencekam
yang sering menjadi keluhan utama. Hematoma dengan ukuran sedang dapat diserap
nekrosis akibat penekanan sehingga terjadi perdarahan yamg banyak proses ini dapat diikuti
oleh leukhore yang berlangsung lama dan perdarahan uterus yang tidak teratur atau
berlebihan. uterus akan teraba lebih besar dan lebih lunak daripada keadaan normalnya
keadaan ini mungkin disebabkan oleh kebocoran pembuluh darah yang mengalami nekrosis
akibat tekanan yang lama. Yang lebih jarang terjadi, pembuluh darah yang ruptur terletak
diatas vasia pelvik dan keadaan tersebut hematoma akan ter bentuk diatasnya. Hematoma
vulva mudah didiagnosis dengan adanya rasa nyeri perineum yang hebat dan tumbuh inferksi
dapat menghilang karena mengalami nekrosis akibat penekanan sehingga terjadi perdarahan
yamg banyak proses ini dapat diikuti oleh leukhore yang berlangsung lama dan perdarahan
uterus yang tidak teratur atau berlebihan. uterus akan teraba lebih besar dan lebih lunak
SISA PLASENTA
Sisa plasenta dan ketuban yang masih tertinggal dalam rongga rahim dapat
menimbulkan perdarahan postpartum dini atau perdarahan pospartum lambat (biasanya terjadi
dalam 6 – 10 hari pasca persalinan). Pada perdarahan postpartum dini akibat sisa plasenta
ditandai dengan perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta lahir dan kontraksi rahim baik.
Pada perdarahan postpartum lambat gejalanya sama dengan subinvolusi rahim, yaitu
perdarahan yang berulang atau berlangsung terus dan berasal dari rongga rahim. Perdarahan
Penilaian klinis sulit untuk memastikan adanya sisa plasenta, kecuali apabila penolong
persalinan memeriksa kelengkapan plasenta setelah plasenta lahir. Apabila kelahiran plasenta
dilakukan oleh orang lain atau terdapat keraguan akan sisa plasenta, maka untuk memastikan
adanya sisa plasenta ditentukan dengan eksplorasi dengan tangan, kuret atau alat bantu
diagnostik yaitu ultrasonografi. Pada umumnya perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta
lahir dan kontraksi rahim baik dianggap sebagai akibat sisa plasenta yang tertinggal dalam
rongga rahim.
Pengelolaan
1. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Dalam kondisi
2. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif
3. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat
yang menimbulkan hipotensi dan anemia. apabila hal ini dibiarkan berlangsung terus,
pasien akan jatuh dalam keadaan syok. perdarahan postpartum tidak hanya terjadi pada
akan segera menarik perhatian, sehingga cepat ditangani sedangkan perdarahan yang
merembes karena kurang nampak sering kali tidak mendapat perhatian. Perdarahan
yang bersifat merembes bila berlangsung lama akan mengakibatkan kehilangan darah
yang banyak. Untuk menentukan jumlah perdarahan, maka darah yang keluar setelah
vagina dan di dalam uterus. Keadaan ini biasanya diketahui karena adanya kenaikan
pemeriksaan dalam
3. Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan dengan
4. Atasi syok
4. Pasang kateter