BAB 4
PASIR CETAK
A. SUB KOMPETENSI
Penyiapan pasir cetak pada proses pengecoran logam dapat dipahami dan
dijelaskan dengan benar.
C. URAIAN MATERI
1. Syarat Pasir Cetak
Pasir cetak yang baik digunakan untuk membuat cetakan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut (Surdia & Chijiiwa, 1976):
a. Mempunyai sifat mampu bentuk sehingga mudah dalam pembuatan cetakan dan
memiliki kekuatan yang sesuai sehingga tidak rusak jika dipindah-pindah letaknya
dan mampu menahan logam cair saat dituang kedalam rongga cetak.
b. Permeabilitas pasir yang sesuai. Permeabilitas berhubungan erat dengan keadaan
permukaan coran. Permeabilitas menentukan seberapa besar kemampuan pasir
cetak mengalirkan gas-gas dari cetakan atau logam cair mampu dilepaskan
selama penuangan. Permeabilitas yang rendah menyebabkan kulit coran lebih
halus karena gelembung udara terjebak didalam cetakan dan mengahasikan cacat
permukaan pada coran.
c. Distribusi ukuran besar butir pasir sesuai. Hal ini terkait dengan dua hal diatas
agar terpenuhi sifat mampu bentuk yang baik dan mudahnya gas-gas keluar dari
dalam rongga cetakan.
d. Tahan terhadap tingginya suhu logam cair selama penuangan. Pasir dan bahan
pengikat harus tahan suhu tinggi sehingga dinding dalam rongga cetakan tidak
rontok saat penuangan logam cair.
1
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
PASIR CETAK
e. Perbandingan komposisi yang sesuai antara bahan baku pasir dengan bahan
pengikat atau tambah lainnya.
f. Pasir harus dapat digunakan berulang-ulang sehingga lebih ekonomis.
2. Macam Pasir
Pasir cetak yang umum digunakan adalah pasir gunung, pasir pantai, pasir
sungai dan pasir silika (pasir kuarsa) (Surdia & Chijiiwa, 1976). Beberapa dari pasir
tersebut ada yang langsung dapat dipakai tetapi ada yang harus dipecah-pecah dulu
sehingga ukuran butirannya sesuai. Jika kadar tanah liatnya kurang mencukupi
biasanya ditambahkan bahan pengikat seperti bentonit, ter, grafit maupun resin
(furan maupun fenol) sehingga daya ikatnya lebih baik. Pasir gunung yang umumnya
mengandung lempung dan kebanyakan dapat dipakai setelah dicampur air. Pasir
dengan kadar lempung 10-20 % dapat dipakai begitu saja. Pasir dari daerah Juwana,
Pati dan dari daerah Ceper, Klaten adalah contoh pasir yang langsung dapat dipakai.
Pasir pantai diambil dari pantai dan pasir kali diambil dari kali. Pasir pantai, pasir
kali, pasir silika alam, dan pasir silika buatan tidak melekat dengan sendirinya, oleh
karena itu dibutuhkan pengikat untuk mengikat butir-butirnya satu sama lain dan
baru dipakai setelah pencampuran.
2
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
PASIR CETAK
berbutir kristal kurang baik karena ketahanan api dan permeabilitasnya buruk. Pasir
cetak umumnya terdiri atas butiran-butiran dengan ukran berviriasi. Butiran pasir
yang baik adalag sedemikian rupa sehingga dua pertiga dari butir-butir psir dengan
ukuran dari toga mesh berurutan dan sisanya dari ukran mesh berikutnya. Jadi pasir
dengan ukuran butiran beragam adalah lebih baik.
Gambar 4.1. Bentuk butir-butir pasir cetak (Surdia & Chijiiwa, 1976)
b. Bahan tambah
Selain pasir sebagai bahan baku dalam jumlah banyak dibutuhkan (sampai 85 %)
pada pembuatan cetakan, juga dibutuhkan bahan tambah lain (Tiwan, 2010). Tanah
liat/lempung dengan ukuran butir antara 0,005 mm s.d 0,02 mm ditambahkan sebagai
pengikat pasir dengan jumlah maksimum 16%. Bentonit sejenis tanah liat sangat baik
digunakan sebagai pengikat pasir silika mencapai ±10%.
Biasanya campuran pasir cetak ditambah pula bahan pengikat tambahan
seperti; air (1,5 – 8 %) , tetes gula (8 –10 %), dekstrin/kanji (±1%), semen (±10%), resin
(4-7%), dan atau tepung grafit (±1%). Tidak ada ketentuan pasti mengenai komposisi
campuran pasir cetak, dikarenakan banyak variabel lain yang sangat berkaitan satu
dan lainnya.
3
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
PASIR CETAK
tidak mudah pecah. Kadar air di dalam pasir cetak berpengaruh pada permeabilitas
cetakan. Pengaruh kadar air dan kadar lempung pada pasir cetak dapat dilihat pada
Gambar 4.2. Demkian juga pada cetakan pasir dengan pengikat bentonit. Pengaruh
kadar air dan bentonit terhadap kekuatan pasir cetak dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.2. Pengaruh kadar air dan kadar lempung terhadap kekuatan pasir cetak
(Surdia & Chijiiwa, 1976)
Gambar 4.3. Pengaruh kadar air dan bentonit pada kekuatan pasir cetak (Surdia &
Chijiiwa, 1976)
kekuatan pasir cetak saat kering. Pengaruh kadar air dan bahan pengikat terhadap
kekuatan pasir cetak dalam keadaan kering dapat dilihat pada gambar 4.2 dan 4.3.
c. Penguatan oleh udara
Perubahan kekuatan pasir cetak selama pengeringan dari kondisi pasir cetak
basah menjadi kering disebut sifat penguatan oleh udara (Surdia & Chijiiwa, 1976).
Penguatan ini disebabkan oleh penguapan pada permukaan cetakan dan pergerakan
air dalam pasir cetak. Penguapan air pada permukaan akan menaikkan kekerasasn
permukaan yang tergantung komposisi pasir, pemadatan, dan kondisi disekitar
cetakan (suhu udara luar, kelemababan dan sebagainya).
d. Sifat-sifat panas
Karakteristik pasir cetak terhadap suhu tinggi dari cairan logam saat dituangkan
disebut sebagai sifat-sifat panas pasir cetak. Karakteristik ini meliputi: kekuatan panas,
pemuaian pasir dan perubahan bentuk pasir cetak saat dikenai logam cair. Gambar
4.4. memperlihatkan karakteristik pemuaian panas pasir cetak, sedang Gambar 4.5
memeprlihatkan krakterisitik kekuatan tekan panas dan deformasi panas pasir cetak.
Gambar 4.4. karakterisitik pemuaian panas pasir cetak (Surdia & Chijiiwa, 1976)
e. Sifat-sifat sisa
Sifat-sifat sisa pasir cetak berkaitan dengan sifat pasir setelah penuangan. Pasir
cetak yang baik memiliki sifat mampu ambruk yang baik sada saat pembongkaran
5
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
PASIR CETAK
cetakan. Sifat mampu ambruk yang baik ini dibutuhkan agar mudah membersihkan
sisa-sisa pasir cetak dari coran setelah proses penuangan. Kemudahan membersihkan
sisa pasir dari coran menjadikan pasir tidak tercecer kemana-mana sehingga mudah
dikumpulkan dan dapat diaur ulang untuk digunakan lagi.
Gambar 4.5. krakterisitik kekuatan tekan panas dan deformasi panas pasir cetak
(Surdia & Chijiiwa, 1976)
6
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
PASIR CETAK
Logam, 2014). Pasir cetak CO2 proses adalah suatu metode pembuatan pasir cetak
dengan cara mengalirkan gas CO2 pada suatu pasir cetak dengan komposisi tertentu.
Proses pembuatan cetakan dengan cara ini mudah dan tidak memerlukan proses
pengeringan untuk mengeraskannya.
Pasir yang digunakan dalam proses ini adalah pasir silika dengan kadar lempung
rendah. Bahan-bahan tambahnya meliputi: air kaca (water glass) dan gas C02. Kedua
bahan tambah tersebut merupakan reaktan dalam proses pengerasan dan dapat
dicampur dengan gula tetes. Gula tetes adalah salah satu zat organik sampingan dari
proses pembuatan gula, untuk mempermudah pembongkaran cetakan. Komposisi
pasir cetak dalam pembuatan pasir CO2 proses adalah:
1) Pasir silika ±90 %.
2) Air kaca/water glass 3 – 6 % dengan syarat air kaca memilki perbandingan
molekul SiO2 dan Na2O kurang dari 2,5 % dan air yang bebas dibawahs 50 %
serta mempunyai viskositas tendah.
3) Gula tetes ± 4,5 %
Cara pembuatan pasir CO2 proses adalah sebagai berikut:
Campurkan pasir s!lika, air kaca dan gula tetes selama 5 menit. Campuran diisolasi
dari udara luar dalam suatu wadah/bejana. Masukkan olahan pasir ke dalam cetakan
dan padatkan dengan tangan tanpa bantuan alat. Pengerasan cetakan dilakukan
dengan mengalirkan gas CO2. Gambar 4.6 memperlihatkan ilustrasi pembuatan
cetakan pasir CO2 proses.
Gambar 4.6. pembuatan inti pasir dengan CO2 proses (Surdia & Chijiiwa, 1976)
8
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
PASIR CETAK
b. Penyampuran pasir
Kualitas pasir cetak biasanya dijaga dengan cara menyampur pasir sisa dengan
pasir baru. Penyampuran pasir dilakukan dengan mesin penyampur pasir seperti
terlihat pada Gambar 4.8.
Gambar 4.10. Alat pendingin pasir tegak (Surdia & Chijiiwa, 1976)
10
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
DAFTAR PUSTAKA
Bibliography
Wikipedia. (2016, Januari 7). Retrieved Juli 26, 2016, from Wikipedia.org:
https://en.wikipedia.org/wiki/Lost-foam_casting
Amshori, N. C. (2014). Metalurgi. Retrieved Juli 24, 2016, from Pola Pengecoran:
http://nandachoirul.blogspot.co.id/2014/10/proses-pengecoran-bagian-2-pola.html
Callister, Jr., W. D. (2001). Fundamentals of Materials Science adn Engineering. New York: John
Wiley & Sons, Inc.
Logam Ceper. (2014, Agustus 18). Aluminium dalam Pengecoran. Retrieved Juli 19, 2016, from
logamceper.com: http://logamceper.com/aluminium-dalam-pengecoran-logam/
Logam Ceper. (2014, Agustus 18). Pasir cetak dalam Pengecoran Logam. Retrieved April 16, 2016,
from logamceper.com: http://logamceper.com/?s=pasir+cetak+dalam+pengecoran
Logam Ceper. (2014, Agustus 19). Tembaga dalam Pengecoran. Retrieved Juli 19, 2016, from
logamceper.com: http://logamceper.com/tembaga-dalam-pengecoran-logam/
Ngatiman. (2016). Modul Pengecoran Logam Aluminium. Yogyakarta: Pendidikan Teknik Mesin, FT
UNY.
Supendi, V. (2012). Pola. Retrieved Juli 24, 2016, from Jejak Metalurgis:
http://jejakmetalurgis.blogspot.co.id/2012/09/pola.html
Surdia, T., & Chijiiwa, K. (1976). Teknik Pengecoran Logam. Jakarta: PT. PRADNYA PARAMITA.
11
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG