Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAULUAN

Nama Mahasiswa : Pitra Elita,Skep


NIM : 160403080
Tanggal Praktek : 20 januari 2018
Ruang Rawat : Keperawatan RS Bayangkhara
Diagnosa Medis : Diare

1. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih dari 3
kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.

Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya
inflamasi mukosa lambung atau usus.

Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar
satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.

Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali
sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir
sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.

2. Etiologi

a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare,
meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi
parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).

b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan
diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.

c. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),


monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan
penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi
malabsorbsi lemak dan protein.

d. Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis
makanan tertentu.

e. Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).
3. Manifestasi klinis

Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri
perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi
yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau
gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan
cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak
lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini
disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.

Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang
mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi
pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)

Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan
tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur.
Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan
kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.

Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul
oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal
akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.

4. Pemeriksaan Diagnostik

– Pemeriksaan tinja.

– Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan
dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan.

– Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.

– Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara
kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.

5. Penatalaksanaan

Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi pasien diare.
Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration solution (ORS) seperti
oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan
kita dapat melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS
baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.

Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara intravena
merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain perlu diinfus.
Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan
penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam menjaga, takut bertambah
parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan
respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi
pasien kearah yang fatal.

Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila kondisi
stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat diatasi sendiri oleh
tubuh (self-limited disease).

Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia, Entamoeba coli
perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang diberikan dapat
membasmi kuman.

Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik, maka
pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk menentukan penyebab
pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak
membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.

6. Komplikasi

Menurut Broyles (1997) komplikasi diare ialah: dehidrasi, hipokalemia, hipokalsemia, disritmia
jantung (yang disebabkan oleh hipokalemia dan hipokalsemia), hiponatremia,
dan shock hipovolemik.

1. Konsep Asuhan Keperawatan


1. 1. Pengkajian

Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan fisik. Pengkaji data
menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :

1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan.
· Awalan serangan : Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian
timbul diare.
· Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi
gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit
berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan
konsistensi encer.

1. Riwayat kesehatan masa lalu.


Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.

1. Riwayat psikososial keluarga.


Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan
meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari
penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.

1. Kebutuhan dasar.
o Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau
jarang.
o Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat badan
pasien.
o Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan
rasa tidak nyaman.
o Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
o Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi
abdomen.
6. Pemerikasaan fisik.

a. Pemeriksaan psikologis :

keadaan umum tampak lemah, kesadaran

composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.

b. Pemeriksaan sistematik :

· Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan
menurun, anus kemerahan.

· Perkusi : adanya distensi abdomen.

· Palpasi : Turgor kulit kurang elastis

· Auskultasi : terdengarnya bising usus.

c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.

d. Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan
menurun.

e. Pemeriksaan penunjang.
f.Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab
secara kuantitatip dan kualitatif.

1. 2. Diagnosa yang Mungkin Muncul

a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake
terbatas (mual).

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan
peristaltik usus.

c. Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.

d. Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya

e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d pemaparan
informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.

f. Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru

1. 3. Intervensi dan Rasional

Dx.1 Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta
intake terbatas (mual)
Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda dehidrasi

o Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi


Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan

o Pantau intake dan output. yang keluar bersama feses.


o Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan
pengganti.
o Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium Menilai status
hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa
o Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif
o Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui

Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan
peningkatan peristaltik usus.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan berat badan
o Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.
Menurunkan kebutuhan metabolic
o Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai pemberian
makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan Pembatasan diet per oral mungkin
ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi.
Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien memungkinkan.
o Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet Memenuhi kebutuhan nutrisi
klien
o Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi Mengistirahatkan kerja gastrointestinal
dan mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanju

Dx.3 : Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.


Tujuan : Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat lecet pada perirektal

o Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri

o Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase punggung dan
kompres hangat abdomen
o Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian klien dan meningkatkan kemampuan
koping
o Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan perawatan
kulit
o Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi
o Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi
o Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus GI dapat
diberikan sesuai indikasi klinis
o Kaji keluhan nyeri dengan Visual Analog Scale (skala 1-5), perubahan karakteristik nyeri,
petunjuk verbal dan non verbal
o Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya

Dx.4 : Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya.


Tujuan : Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.

o Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang
mekanisme koping yang tepat.
o Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah
o Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang tua klien yang
anaknya mengalami masalah yang sama
o Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya orang yang
mengalami masalah yang demikian
o Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu
klien.
o Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecemasan
Dx.5 : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d
pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
Tujuan : Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta mampu
mendemonstrasikan perawatan anak di rumah.

o Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang penyakit
dan perawatan anaknya.
o Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang
pengetahuan sebelumnya.
o Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan
pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari.
o Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga klien dan
keluarga dalam proses perawatan klien
Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek samping
yang mungkin timbul
o Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam pengobatan.
o Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi
o Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan diri
anaknya

Dx. 6 : Kecemasan anak b.d Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru
Tujuan : Kecemasan anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-tanda kenyamanan

o Anjurkan pada keluarga untuk selalu mengunjungi klien dan berpartisipasi dalam perawatn yang
dilakukan
o Mencegah stres yang berhubungan dengan perpisahan
o Berikan sentuhan dan berbicara pada anak sesering mungkin
o Memberikan rasa nyaman dan mengurangi stress
o Lakukan stimulasi sensory atau terapi bermain sesuai dengan ingkat perkembangan klien
o Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan secara optimum

1. 4. Implementasi
Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah direncanakan
sebelumnya.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada yang
belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian
dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum
teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai.

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Anak Arya

Umur : 4 bulan

Jenis kelamin : laki-laki

Alamat : Kulim Jalan Harapan Raya

Tanggal Masuk: 23 oktober 2010

Diagnosa medis: gastroenteritis

Nama Ayah : Tuan Endang

Umur :35 tahun

Pekerjaan : wiraswasta

Pendidikan : SMA

Suku bangsa : sunda


Alamat : Kulim Jalan Harapan Raya

Nama Ayah : Bu Novi

Umur : 31 tahun

Pekerjaan : wiraswasta

Pendidikan : SMA

Suku bangsa : sunda

Alamat : Kulim Jalan Harapan Raya

1. Keluhan Utama
Alas an masuk dengan keluhan BAB berlendir dan berdarah sudah 4 hari yang lalu. BAB yang
sedikit tapi sering sekitar 7-8 kali perhari.ps. masuk via IGD Rujukan dr. Arya Bunda.
3. Keadaan Umum
Tingkat kesadaran compos mentis, panjang badan 65 cm, BB 6 kg, LILA 35 cm, lingkar
kepala 18 cm, TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46 x/menit, keluhan lain BAB
berlendir dan berdarah serta encer.

4. Riwayat kesehatan
keluhan utama BAB encer, berlendir dan berdarah,sehari bias 7-8 kali. Keluhan sudah
ada 4 hari sebelum pasien masuk RS, factor pencetus adalah alergi susu sapi. Pada riwayat
kesehatan dahulu tidak ada penyakit berat dan tidak ada dioperasi, keluarga tidak ada penyakit
menular atau keturunan.

5. Riwayat Imunisasi
imunisasi belum lengkap, imunisasi yang didapat adalah BCG, DPT, Polio, imunisasi yang
belum didapat adalah Campak, waktu imunisasi adalah sebelum dirawat di RS.
6. Psikososial
hubungan dengan anggota keluarga anak sangat dekat dengan ayah dan ibunya. ps tidak ada
teman sebaya. karakter periang.

7. Riwayat Tumbuh Kembang


motorik halus, motorik kasar, kognitif dan bahasa berkembang dengan baik.

8. Jenis Kebutuhan
a. makanan, pada kondisi sehat nakan teratur, makanan air tajin, 3x/ hari

selama sakit ps tidak diperbolehkan minum susu sapi oleh dokter, intake inadekuat, mengisap
putting susu lemah, ASI diberikan tidak adekuat, ibu jarang menyusui bayinya.

b. cairan, selama sehat ps minum susu teratur, selama sakit masukan oral sebayak 300cc
dan pemasukan parenteral sebanyak 250cc total 550 cc.

c. eliminasi, selama sehat frekuensi BAK 5-6 kali perhari, warna kuning bening bau
khas, jumlah 350- 400 cc/ hari. selama sakit frekuensi 6-7 kali perhari, warna kuning, bau khas,
tidak terpasang kateter, ada tahana waktu BAK, ps tampak mengedan saat BAK. BAB selama
sehat 1 x / hari, konsistensi lembek, mengikuti bentuk kolon. warna dan bau tidak terkaji. waktu
sakit BAB 7-8 x / hari dengan konsistensi encer, tidak mengikuti bentuk kolon, warna kuning
kemerahan, bau amis, jumlah tidak terkaji, ada lendir dan darah, ps tampak mengedan saat BAB
dan meringis, tidak ada pemakaian laksatif.

d. tidur, selama sehat pola tidur teratur, malam 9-10 jam, siang 1,5 jam, jumlah jam tidur
11,5 jam. waktu sakit, pola teratur, malam 9-10 jam, siang 11,5 jam,

e. kebutuha bermain, waktu sehat, jenis permainan tepuk tangan frekuensi sering jika ps
tidak bisa tidur, 16 menit tiap bermain, teman bermain ibu pasien. waktu sakit permainan sama.

9. Pemeriksaan Fisik
a. kepala :

lingkar kepala 37 cm, distribusi rambut hanya dibagian atas saja tekstur rambut halus, warna
hitam, tidak ada lesi, wajah agak pucat.

b. Mata :

mata simetris, palpebra tidak ada pembengkakan, konjungtiva agak pucat, sclera putih,m
ukuran pupil 2 cm, reaksi pupil +/+ kiri dan kanan..

c. Hidung :
hidung simetris, warna sama dengan kulit sekitar, bersih, septumdan konka hidung tidak ada
kelainan, tidak ada sekret dan polip.

d. Telinga:

posis sejajar kiri dan kana, tidak ada secret, membne timpani

tidak ada peradangan, ketajaman penuh. Tidak ada nyri aurikel dan mastoid.

e. Mulut :

simetris, bersih, bibir normal, gigi belum lengkap, tonsil normal.

f. Thorak / dada paru :

bentuk normal chest, simetris, pernafasan dada, gerakan paru simetris, ekspansi dada simetris,
taktil fremitus teraba, sura paru sonor, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.

g. Jantung:

iktus kordis tidak terlihat, precordial fraction rub tidak terlihat, iktus kordis teraba, batas
jantung jelas dan tidak ada pembesaran, suara organ jantung pekak, bunyi jantung S1 dan S2
terdengar, intensitas S1>S2 dan bunyi reguler.Tidak ada bunyi jantung tambahan.
h. Abdomen dan anus :

abdomen bentuk soepel, simetris, warna sama dengan kulit sekitar, tidak ada lesi dan asites.
Bising usus 38 x / menit, bunyi bruit tidak terdengar. Suara abdomen tympani, tidak terdapat
massa dan pembesaran, titik mc burney tidak ada nyeri, tanda peritonitis tidak ada. Palpasi dalam
pada hepar dan limpa tidak terdapat pembesaran dan nyeri. Warna anus merah muda / kemerah-
merahan. terdapat lesi, tidak ada fistula dan hemoroid.

i. Genitalia :

simetris, tidak terpasang kateter dan tidak ada kelainan.

j. Ektremitas dan punggung :

punggung tidak ada lesi, tidak ada nyeri dan kelainan tulang belakang. Ekstremitas simetris,
tidak ada edema dan deformitas tulang. Palpasi tulang dan sendi normal. Kekuatan otot 5. Tidak
ada keterbatasan gerak.

k. Kulit :

lesi tidak ada, kulit lembab, turgor elastisitas, tekstur elastic, tidak ada kemerah merah.

10. Pemeriksaan Neurologis


Reflek fisiologis: babynski +, rooting +, soaking lemah, bayi malas mengisap putting susu
ibunya, reflek meningeal: kejang + tiap sebentar,sekitar 5 detik.

11. Hasil Pemeriksaan Diagnostic


– Pemeriksaan Hb = 9,8 gr% ( 04 Nov. 2010)

– Pemeriksaan Hb = 10,2 gr% ( 05 Nov. 2010)

– Pemeriksaan Hb = 10,7 gr% ( 06 Nov. 2010)

12. Terapi Yang Diberikan


o 02-11-2010 :
Luminal 2 x 15 mg

Oralit 50 mg tiap mencret

Diit ML 700 kkal

IVFD Kaen IIIB 28 tts / i

o 03-11-2010 :
Luminal 2 x 15 mg

Oralit 50 mg tiap mencret

Diit ML 700 kkal

IVFD Kaen IIIB 28 tts / i

o 02-11-2010 :
Luminal 2 x 15 mg

Oralit 50 mg tiap mencret

Diit ML 700 kkal

IVFD Kaen IIIB 28 tts / i

B. Analisa Data
No. Data Fokus Penyebab Masalah

DO:

o BAB encer, berlendir serta berdarah


o KU ps. Lemah
o Bising usus 38x/menit
o BAB 7-8 Perhari
o TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140
x/menit, RR 46 x/menit
DS:
Alergi susu
1. o Keluaga mengatakan BAB encer sapi Diare
sudah 4 hari, jumlah sedikit.

DO:

o Warna anus kemerahan


o Terdapat lesi disekitar anus
o Frekuensi diare 7-8 x/ hari
o Daerah sekitar anus lembab
DS: Kerusakan
ekskresi/BAB integritas
2. o Keluarga mengatakan lesi dibagian sering kulit
anus sudah 2 hari.

Do:

o Bayi tampak malas menyusu kepada


ibunya
o Reflek menyusu lemah
o BB turun = 6,5 kg – 6 kg dalam 3
hari
o KU lemah
o Ps. Hanya minum susu ASI
o Hb: 9,8 gr%
o Wajah bayi agak pucat

DS:

o Ibunya mengataka bahwa jarang Kelemahan Menyusui


menyusui anaknya reflek tidak
3. o Ibunya mengatakan mrnyusui menyusui efektif
anaknya tidak teratur
C. Diagnosa Keperawatan
o Diare b.d Alergi susu sapi
o kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
o Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui

D. Intervensi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

No Diagnosa keperawatan (NOC) (NIC)

Fluid management

o Timbang popok/pembalut
jika diperlukan
o Pertahankan catatan intake
dan output yang akurat
o Monitor status hidrasi
(kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik),
jika diperlukan
o Monitor vital sign
Setelah dilakukan tidakan
o Monitor masukan
Diare b.d Alergi susu keperawatan dalam 5 x 24
sapi makanan / cairan dan
jam eliminasi BAB dan
hitung intake kalori harian
status hidrasi efektif.
Ditandai dengan : o Kolaborasikan pemberian
cairan intravena IV
o Keluaga mengatakan o Monitor status nutrisi
BAB encer sudah 4 hari, Kriteria hasil: o Dorong masukan oral
jumlah sedikit. o Kontrol bising usus
o BAB encer, berlendir o Tidak ada diare o Dorong keluarga untuk
serta berdarah o Konsistensi tidak cair membantu pasien minum
o KU ps. Lemah o Ada ampas susu
o Bising usus 38x/menit o Tidak ada tanda-tanda o Kolaborasi dokter jika
o BAB 7-8 Perhari dehidrasi tanda cairan berlebih
o TTV: Suhu: 36,6 C, Nadio TTV dalam batas normal muncul meburuk
1 140 x/menit, RR 46 o Bising usus dalam batas o Berikan oralit sesuai
x/menit normal indikasi

kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tidakan Skin care


b/d ekskresi/BAB sering keperawatan dalam 5 x 24 § Hindari kerutan padaa
jam membrane mukosa dan tempat tidur
2 DO: kulit kembali efektif
§ Jaga kebersihan kulit
o Warna anus kemerahan agar tetap bersih dan
o Terdapat lesi disekitar kering
anus Kriteria Hasil :
o Frekuensi diare 7-8 x/ § Mobilisasi pasien (ubah
hari v Integritas kulit yang baik posisi pasien) setiap dua
o Daerah sekitar anus bisa dipertahankan (sensasi, jam sekali
lembab elastisitas, temperatur,
DS: hidrasi, pigmentasi) § Monitor kulit akan
adanya kemerahan
Keluarga mengatakan lesi v Tidak ada luka/lesi pada
dibagian anus sudah 2 kulit § Oleskan lotion atau
hari. minyak/baby oil pada
v Perfusi jaringan baik derah yang tertekan
v Menunjukkan § Monitor status nutrisi
pemahaman dalam proses pasien
perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya sedera § Memandikan pasien
berulang dengan sabun dan air
hangat
v Mampu melindungi kulit
dan mempertahankan § Jaga kulit tetap kering
kelembaban kulit dan
perawatan alami

Menyusui tidak efektif


b.d Kelemahan reflek
menyusui d.d: Setelah dilakukan tidakan
keperawatan dalam 7 x 24
Do: jam status nutrisi dan Nutrition Management
menyusui efektif. § Kaji BB setiap hari
o Bayi tampak malas
Kriteria Hasil : § Kaji adanya kelemahan
menyusu kepada ibunya
dan kelasan bayi dalam
o Reflek menyusu lemah
menyusui
o BB turun = 6,5 kg – 6 kg o Adanya peningkatan berat
dalam 3 hari badan sesuai dengan tujuan
o malnutrisi § Kaji kadar Hb
o KU lemah
o Ps. Hanya minum susu o Tidak terjadi penurunan
§ Ajarkan ibu pentingnya
ASI berat badan yang berarti
memberi susu secara
o Ibu mau menyusui anaknya
o Hb: 9,8 gr% teratur
o Wajah bayi agak pucat dengan teratur
o Reflek menyusui anak baik § Kaji adanya pucat
o Hb dalam batas normal
DS: o Bayi tidak lagi malas § Beritahu ibu pentingnya
3 mengisap putting susu ASI bagi bayi
o Ibunya mengatakan o Bayi tidak lagi pucat
bahwa jarang menyusui
anaknya
o Ibunya mengatakan
mrnyusui anaknya tidak
teratur

E. Implementasi dan Evaluasi


Tanggal
No.
/ hari Jam Dx Implementasi Evaluasi Paraf

S: –

O:

– berat
popok 500 gr

– TTV: S:
36,6 C

N:
140x/menit

RR:46
X/menit

09.00 –
IVFD=RL 20
09.10 tts / menit
mikro.
10.00 o Mengukur TTV
o Mengkaji keadaan – Balance
04 umum ps cairan +150
o Memberikan
Nov. 12.00 ml
cairan lewat infus
o Mengukur balance – KU ps
2010 12.30
cairan lemah
o Mengkaji BAB
12.45
o Menimbang popok – BAB
Kamis 13.00 I o Mengukur bising encer, TTD
usus berlendir,
dan berdarah

– Bisisng
usus = 38 x /
menit

A: Diare b.d
Alergi susu
sapi belum
teratasi

P: Intervensi
dilanjutkan

S:


keluaga
mengatakan
ada lesi
dibagian anus

O:


frekuensi diare
7-8 x/ hari


terdapat
kemerahan
disekitar anus

09.00 –
verbeden
09.10 setiap hari

– ps.
Tamapk tenag
04 19.15 setelah
dimandikan
Nov. o Mengkaji adnya lesi dan diberi
o Mengkaji frekuensi lotion
2010 diare setiap 24 jam
o Mengobservasi tanda A: kerusakan
10.00 – tanda kerusakan integritas kulit
integritas kulit b/d
Kamis 12.00 o Memandikan ps ekskresi/BAB
II o Melakukan verbeden sering belum TTD
teratasi

P: Intervensi
dilanjutkan

S:-
O:
– Ps. Alergi
susu sapi

– Diit
diberikan
sesuai
konsultasi ahli
gizi

– BB: 6 kg

– Turgor
kulit jelek


Lingkungan
Mengkaji kekuatan nyaman selama
menusui pada bayi pemberian diit
10.00
§ Menimbang BB – Tidak ada
perubahan
§ Mengkaji turgor pigmen kulit
12.00 kulit
– Hb 9,8
12.10 § Mengkaji adanya gr%
alergi
04 12.15 A: Menyusui
§ Mengkaji tingkat tidak efektif
Nov. 12.30 kerajinan ibu dalam b.d Kelemahan
menyusui bayinya. reflek
2010 menyusui
Memberiakn diit belum teratasi
sesuai indikasi
P : intervensi
Kamis 12.45 § Mengukur Hb dilanjutkan
III TTD

No.
Tanggal Jam Dx Implementasi Evaluasi Paraf
/ hari

S: –

O:

– berat popok 400


gr

– TTV: S: 36,8 C

N: 148 x
/menit

RR:50 x
/menit

– IVFD=RL 20 tts
/ menit mikro.

– Balance cairan
+170 ml

09.00 – KU ps lemah

09.10 – BAB encer,


berlendir, dan
10.00 berdarah

06 o Mengukur TTV – Bisisng usus =


o Mengkaji keadaan 36 x / menit
Nov. 12.00 umum ps
o Memberikan cairan A: Diare b.d Alergi
2010 12.30 lewat infus susu sapi belum
o Mengukur balance teratasi
12.45 cairan
o Mengkaji BAB P=Intervensi
Sabtu 13.00 Io Menimbang popok dilanjutkan TTD
o Mengukur bising usus

09.00 S:

06 09.10 – keluaga
mengatakan masih
Nov. o Mengkaji adnya lesi ada lesi dibagian
o Mengkaji frekuensi anus
2010 19.15 diare setiap 24 jam
o Mengobservasi tanda O:
– tanda kerusakan
integritas kulit – frekuensi
Sabtu o Memandikan ps diare 6-7 x / hari
II o Melakukan verbeden TTD
10.00 – terdapat
kemerahan disekitar
12.00 anus

– verbeden
setiap hari

– ps. Tampak
tenag setelah
dimandikan dan
diberi lotion

A: kerusakan
integritas kulit b/d
ekskresi/BAB sering
belum teratasi

P: Intervensi
dilanjutkan

S:-
O:
– Ps. Alergi susu
sapi

– Diit diberikan
sesuai konsultasi ahli
gizi

10.00 – BB: 6,1 kg

§ mengkaji kekuatan – Turgor kulit


menusui pada bayi jelek
12.00
§ menimbang BB – Lingkungan
12.10 nyaman selama
§ Mengkaji turgor pemberian diit
12.15 kulit
– Tidak ada
12.30 § Mengkaji adanya perubahan pigmen
alergi kulit
06
§ Mengkaji tingkat – Hb 10,2 gr%
Nov. kerajinan ibu dalam
menyusui bayinya. A: Menyusui tidak
2010 12.45 efektif b.d
§ Memberiakn diit Kelemahan reflek
sesuai indikasi menyusui belum
teratasi
Sabtu 13.00 § Mengukur Hb
III P : intervensi TTD
dilanjutkan

Tanggal
No.
/ hari Jam Dx Implementasi Evaluasi Paraf

S: –

O:

– berat popok 350


gr

– TTV: S: 36,5 C

N: 140 x
/menit

RR: 46 x
/menit

– IVFD=RL 20 tts
/ menit mikro.

– Balance cairan
+170 ml

09.00 – KU ps lemah

09.10 – BAB encer,


berlendir, dan
10.00 berdarah

05 o Mengukur TTV – Bising usus = 32


o Mengkaji keadaan x / menit
Nov. 12.00 umum ps
o Memberikan cairan A: Diare b.d Alergi
2010 12.30 lewat infus susu sapi belum
o Mengukur balance teratasi
12.45 cairan
o Mengkaji BAB P=Intervensi
Jumat 13.00 Io Menimbang popok dilanjutkan TTD
o Mengukur bising usus

05 09.00 o Mengkaji adnya lesi S:


o Mengkaji frekuensi
Nov. 09.10 diare setiap 24 jam – keluaga
II o Mengobservasi tanda mengatakan masih TTD
2010 – tanda kerusakan ada lesi dibagian
integritas kulit anus
19.15 o Memandikan ps
o Melakukan verbeden O:
Jumat
– frekuensi
diare 5 x / hari

10.00 – terdapat
kemerahan disekitar
12.00 anus

– verbeden
setiap hari

– ps. Tampak
tenag setelah
dimandikan dan
diberi lotion

A: kerusakan
integritas kulit b/d
ekskresi/BAB sering
belum teratasi

P: Intervensi
dilanjutkan

S:-
O:
10.00 – Ps. Alergi susu
sapi
§ mengkaji kekuatan
menusui pada bayi – Diit diberikan
12.00 sesuai konsultasi ahli
§ menimbang BB gizi
12.10
§ Mengkaji turgor – BB: 6,3 kg
12.15 kulit
– Turgor kulit
12.30 § Mengkaji adanya jelek
alergi
05 – Lingkungan
§ Mengkaji tingkat nyaman selama
Nov. kerajinan ibu dalam pemberian diit
menyusui bayinya.
2010 12.45 – Tidak ada
§ Memberiakn diit perubahan pigmen
sesuai indikasi kulit

Jumat 13.00 § Mengukur Hb – Hb 10,7 gr%


III TTD
A: Menyusui tidak
efektif b.d
Kelemahan reflek
menyusui belum
teratasi

P : intervensi
dilanjutkan

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Sesuai dengan pengkajian teoritis dibandingkan dengan Pengkajian pada Anak Arya dengan Gastroenteritis
maka didapatkan data senajng sebagai berikut :

No. Data Senjang Penyebab Masalah

DO:

o BAB encer, berlendir serta berdarah


o KU ps. Lemah
o Bising usus 38x/menit
o BAB 7-8 Perhari
o TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR
46 x/menit
DS:
Alergi susu
1. o Keluaga mengatakan BAB encer sudah 4 sapi Diare
hari, jumlah sedikit.

DO:

o Warna anus kemerahan


o Terdapat lesi disekitar anus
o Frekuensi diare 7-8 x/ hari
o Daerah sekitar anus lembab
DS: Kerusakan
ekskresi/BAB integritas
2. o Keluarga mengatakan lesi dibagian anus sering kulit
sudah 2 hari.
Do:

o Bayi tampak malas menyusu kepada


ibunya
o Reflek menyusu lemah
o BB turun = 6,5 kg – 6 kg dalam 3 hari
o KU lemah
o Ps. Hanya minum susu ASI
o Hb: 9,8 gr%
o Wajah bayi agak pucat

DS:

o Ibunya mengatakan bahwa jarang Kelemahan


menyusui anaknya reflek Menyusui
3. o Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya menyusui tidak efektif
tidak teratur

Data senjang diatas sesuai dengan pengkajian teoritis yang telah dibuat.

B. Diagnosa Keperawatan
Secara teoritis diagnosa keperawatan yang berkemungkinan muncul pada diare ada 6 diagnosa. Dari
6 diagnosa keperawatan tersebut, hanya 3 diagnosa yang kelompok temukan pada kasus ini. Adapun
diagnosa yang muncul pada anak Arya Yaitu:

1. Diare b.d Alergi susu sapi


Diagnosa ini diangkat karena bayi tersebut diare disebabkan oleh alergi susu sapi.

2. kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering


Diagnosa ini diangkat karena pada anus pasien sudah terdapat lesi dan warnanya merah muda

3. Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui


Diagnosa ini diangkat karena bayi tampak malas menyusui dan menyusui tidak teratur

C. Perencanaan
1. Intervensi Fluid management diangkat diharapkan eliminasi BAB dan status hidrasi bias
efektif

1. Intervensi Skin care diangkat diharapkan membrane mukosa dan kulit kembali efektif
3. Intervensi Nutrition Management diangkat diharapkan status nutrisi dan menyusui efektif.

1. Implementasi
1. Diare b.d Alergi susu sapi
1. Mengukur TTV

2. Mengkaji keadaan umum ps

3. Memberikan cairan lewat infus


4. Mengukur balance cairan

5. Mengkaji BAB

6. Menimbang popok

7. Mengukur bising usus

2. kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering


1. Mengkaji adnya lesi

2. Mengkaji frekuensi diare setiap 24 jam

3. Mengobservasi tanda – tanda kerusakan integritas kulit

4. Memandikan ps

5. Melakukan verbeden

3. Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui


1. mengkaji kekuatan menusui pada bayi

2. menimbang BB

3. Mengkaji turgor kulit

4. Mengkaji adanya alergi

5. Mengkaji tingkat kerajinan ibu dalam menyusui bayinya.

6. Memberiakan diit sesuai indikasi

7. Mengukur Hb

Dalam asuhan keperawatn hanya implementasi diatas saja yang dilaksanakan, ada beberapa
intervensi yang tidak dilakukan karena keterbatasan waktu bagi kelompok untuk mengelola pasien.

E. Evaluasi
Dalam evaluasi ini tidak semua criteria hasil dapat tercapai karena keterbatasan waktu dari
kelompok untuk mengelola asuhan keperawatan pada anak Arya.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penerapan proses keperawatan yang kelompok lakukan pada An. A dengan Gastroenteritis
diruangan Merak I RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dapat ditemukan 3 diagnosa keperawatan yang
muncul yaitu:

o Diare b.d Alergi susu sapi


o kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
o Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui
Setelah Perencanaan keperawatan disusun, dalam pelaksanaan keperawatan, kelompok dapat
melaksanakan semua rencana keperawatan yang telah disusun Dalam melaksanakan tindakan
keperawatan kelompok bekerjasama dengan klien, keluarga, dan perawat ruangan. Selain itu,
implementasi keperawatan tersebut disesuaikan dengan kondisi dan fasilitas ruangan perawatan
klien.

B. Saran
à Bagi Institusi

Diharapkan dapat menambah koleksi bacaan di perpustakaan sehingga mudah dalam pembuatan
tugas.

à Bagi Rumah Sakit

Diharapkan data ini dapat menjadi referensi dalam pembuatan asuhan keperawatan yang mengacu
pada standar SNL (Standard Nursing Language) yang dianjurkan oleh NANDA.

DAFTAR PUSTAKA

A.H. Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI

Ngastiyah, 997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Price & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Ed.4, EGC,
Jakarta

Soetjiningsih 1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta

Soeparman & Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.

Suharyono, 1986, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta

Whaley & Wong, 1995, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition, Clarinda company, USA.
NIC (Nursing Intervention Classification)

NOC (Nursing Outcomes Classification)

NANDA

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


DENGAN DIARE

Oleh

Nama : Merlina Waty Sianturi


Nim : 201221043
Prodi : DIII Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai