Anda di halaman 1dari 3

Nama : Evi Sitompul

NIM : 31S14016

Proses-Proses Pendukung dan Cleaning In Place (CIP) pada


Industri Bioproses
Effect of whey protein concentration on the fouling and cleaning of a heat transfer surface
Adel Fickak, Ali Al-Raisi, Xiao Dong Chen
Pulsed Flow Cleaning of Whey Protein Fouling Layers
Katharina Bode a , Rowan J. Hooper b , William R. Paterson b , D. Ian Wilson b , Wolfgang
Augustin a & Stephan Scholl

PENDAHULUAN
Pembentukan lapisan fouling selama proses pemanasan pada industri susu menjadi masalah utama.
Pemanasan susu terjadi pada sistem penukar panas (heat exchanger). Pembentukan fouling pada
alat ini mengurangi efisiensi termal peralatan. Pabrik industri susu membutuhkan proses
pembersihan yang teratur dan efisiensi di sistem penukar panas.

Protein pada susu mengandung 2,6% dan whey 0,7%, dimana whey protein mengandung β-laktoglobulin
yang dapat terdenaturasi, sehingga ikatan non-kovalen terputus. Ikatan kovalen yang terputus dapat
mengikat protein lain yang tergolong dalam disulfide aktif. Hasil pengikatan kedua protein tersebut biasa
disebut dengan merkaptan. Senyawa ini bersifat toksik jika dikonsumsi, dan dapat menurunkan kualitas
produk susu karena bau yang ditimbulkan tidak sedap.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan optimalisasi proses pembersihan pada sistem penukar panas.
Parameter yabg diperhatikan adalah, pengaruh konsentrasi protein, pengaruh kecepatan putaran pulsating
flow dalam pelarutan fouling, dan pengaruh kecepatan aliran fluida pada proses pembersiha fouling.

PERCOBAAN
Pembersihan lapisan fouling dilakukan dengan proses pembersihan di tempat yang secara umum terdiri
dari:
1. Pembilasan dengan aliran fluida untuk melunakkan lapisan fouling, pada tahap ini air akan berdifusi
pada lapisan.
2. Pembersihan dengan menggunakan detergen atau senyawa kimia. Senyawa kimia yang dialirkan
pada tahap ini adalah NaOH (0,5 wt%). Proses ini bertujuan untuk melarutkan lapisan fouling dari
permukaan sistem penukar panas.
3. Pembilasan dengan aliran fluida kembali, bertujua untuk menghilangkan residu penumpukan
fouling dan senayawa kimia.

Gambar 1menunjukkan kurva proses pembersihan pada sistem penukar panas

Tahap I: pembilasan dengan aliran fluida.


Tahap II: Pembersihan menggunakan senyawa kimia.
Tahap III: Pembilasan untuk mengurangi residu
pembersihan.

1 Aplikasi Industri Teknik Bioproses


Nama : Evi Sitompul
NIM : 31S14016

Pengujian keefektifan dari proses pembersihan fouling pada industri menggunakan tes rig. Pada uji ini
perolehan nilai temperatur pada permukaan permukaan sistem penukar panas menentukan ketahanan
fouling pada sistem penukar panas.

Tangki yang mengandung susu di pompa


menuju filter untuk menyaring kotoran
yang ada pada susu. Preheater dipasang
pada setiap pipa untuk mempertahankan
suhu sampai pada penukar panas. Suhu
dijaga tetap konstan sebesar 70ºC sebelum
masuk ke penukar panas. Temperatur pada
penukar panas di atur pada suhu 85ºC, pada
saat inila fouling terjadi pada bagian dalam
permukaan penukar panas.

Setelah fouling terjadi, tangki kemudian


diisi dengan larutan NaOH (0,5 wt%) ,
temperatur dijaga pada suhu 60ºC. larutan
dipompakan menuju filter dan dipompa
kembali pada penukar panas, pada saat ini
lapisan fouling sudah lunak. Kemudian air pada tangki diisi yang bertujuan untuk membersihkan residu
dari fouling dan senyawa pembesih. Temperatur yang terukur dari larutan maupun cairan pembilas
menentukan laju proses pembersihan dengan ketahanan fouling di sistem penukar panas.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari pengujian rig diatas diperoleh:
1. Fouling runs
Gambar di samping menunjukkan bahwa ketahanan fouling di
sistem penukar panas akan semakin meningkat yang berbanding
lurus dengan peningkatan waktu. Hal ini akan berpengaruh pasa
kinerja dari sistem penukar panas.

Lapisan fouling yang dibersihkan dengan larutan NaOH diberi


parameter penambahan kecepatan laju alir akan teapi tanpa
penambahan pulsating flow. Hasil yang diperoleh:

Tahap I dan II tidak ditunjukkan secara signifikan, dikarenakan


proses pembengkakan larutan protein sangat cepat terjadi. Pada
Gambar 1disamping, pada waktu 20 menit ketahanan lapisan
fouling berbanding lurus dengan laju pembersihan. Yang artinya
pada gambar di atas, lapisan fouling dapat dibersihkan dalam
kondisi optimal. Sedangkan pada Gambar 2, laju pembersihan lebih
cepat dikarenakan laju alir fluida juga mempengaruhi laju
pembersihan. Kenaikan ketahana fouling dikarenakan, pengukuran
temperature disengaja dalam keadaan rendah, agar dapat
dibandingkan pada saat kondis optimal.
Diperoleh bahwa, lapisan fouling dapat mempengaruhi transfer
panas pada saat proses pemanasan berlangsung. Temperatur rendah
yang terukur menunjukkan ketahanan fouling meningkat.

2 Aplikasi Industri Teknik Bioproses


Nama : Evi Sitompul
NIM : 31S14016

2. Pengaruh pulsating flow

Dari gambar diatas diperoleh bahwa laju


pembersihan menggunakan pulsating flow
menunjukkan bahwa laju pembersihan semakin
cepat. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan
pulsating flow dapat mempercepat proses
pembersihan.

3. Pengaruh konsentrasi whey protein terhadap pembentukan fouling

Dari grafik diatas, diperoleh bahwa peningkatan


konsentrasi whey protein dapat memperbesar laju
pembersihan. Hal ini dikarenakan bahwa, semakin
tinggi konsentrasi whey protein pembentukan agregat
akan semakin besar. Bentuk agregat yang besar
memerlukan proses pembersihan yang lebih lama.

KESIMPULAN
1. Proses pembersihan pada sistem penukar panas dapat bekerja dengan efisien jika aliran fluida
dipercepat.
2. Peningkatan konsentrasi protein dapat meningkatkan proses pembentukan agregat fouling lebih
cepat
3. Penggunaan pulsating flow memberikan laju dan waktu pembersihan lebih cepat

3 Aplikasi Industri Teknik Bioproses

Anda mungkin juga menyukai