Anda di halaman 1dari 5

Apakah pekerja keramik sanitasi memiliki gambaran ronsen dada atau uji fungsi paru lebih

buruk dibandingkan pekerja keramik lain?

Abstrak:
Latar belakang: Silikosis merupakan penyakit paru kerja yang banyak terjadi di seluruh dunia.
Belum ada penelitian spesifik yang fokus pada hubungan antara paparan di tempat kerja dan
keparahan klinis pada pasien silikosis. Pada penelitian ini, kami mendeskripsikan dan
membandingkan karakteristik klinis dan riwayat paparan silikosis pekerja keramik dari berbagai
pusat produksi keramik di Taiwan.
Metode: Kami mereview 221 rekam medis pasien yang didiagnosis silikosis di Occupational
Medicine Clinic of Northern Taiwan pada tahun 2002. Kami mengumpulkan data pasien berupa
karakteristik demografi, kebiasan merokok, riwayat bekerja, durasi paparan, dan tahun kerja pertama.
Kami juga menganalisa fungsi paru dan ronsen dada untuk staging silikosis.
Hasil: Jika dibandingkan dengan pekerja keramik lain, pekerja keramik sanitasi memiliki gambaran
X-ray yang lebih buruk (p=0,044), usia lebih tua (p<0,001), durasi kerja lebih lama (p=0,029), dan
lebih sering mulai bekerja sebelum tahun 1975 (p= 0,003).

Pendahuluan
Silikosis adalah kumpulan penyakit paru yang disebabkan inhalasi kristal bebas silika, dan merupakan
penyakit paru kerja yang pertama ditemukan.1-3 Silikosis mempengaruhi lebih dari 80% pekerja yang
menderita penyakit paru kerja di Taiwan sejak 1990, dan saat ini yang paling banyak terkena dampak
adalah pekerja tambang batubara.4 Dikarenakan berkurangnya tambang baru bara beberapa dekade
terakhir, populasi yang berisiko terkena silikosis adalah bekerja pasir, pemotongan batu, konstruksi,
pembuatan kaca, produksi semen, dan industri keramik.5 Walaupun keamanan dalam bekerja dapat
mencegah penyakit ini, silikosis masih menjadi penyakit paru kerja yang tersering di seluruh dunia.6
Epidemiologi dan aspek klinis dari silikosis dan penyakit paru biasanya pada pekerja yang terpapar
silika seperti pada pabrik keramik.3, 7, 8 Sebelumnya, beberapa penelitian fokus pada hubungan
paparan dan respon dan perkiraan risiko,9 dan penelitian lain mengevaluasi perbedaan jenis kelamin
pada pekerja yang terkena silikosis.10-12 Bagaimanapun juga, tidak ada penelitian spesifik yang
membandingkan keparahan silikosis pada konsentrasi debu berbeda berdasarkan klasifikasi produk
dan faktor perancu lainnya.

Industri keramik di Taiwan terlibat dalam produksi produk kebutuhan sehari-hari, sanitasi, struktur,
seni, produk tahan panas, teknis, dan material mentah. Proses pembuatan keramik tradisional
melibatkan penggilingan, pengelompokan, pencampuran, pembentukan, pengeringan, pewarnaan,
pembakaran, dan penyusunan. Risiko terpapar paparan debu selama proses terjadi pada proses
material mentah, penggilingan, pembentukan, pengeringan, pewarnaan, pembakaran, dan
pembuangan limbah. Perbedaan utama antara proses produksi berbagai jenis keramik adalah proses
pembentukannya.

Penelitian yang dilakukan oleh Institute of Occupational Safety and Health di Taiwan, konsentrasi
debu total diukur secara acak pada perusahaan dengan dosimetry dan direct reading devices.13
Hasilnya menunjukkan konsentrasi debu yang dapat terhirup lebih tinggi pada pabrik keramik sanitasi
dibandingkan pabrik keramik lain. Pada klinik rawat jalan, dokter juga menemukan perburukan pada
fungsi paru dan gambaran radiologis pekerja keramik sanitasi dibandingkan pekerja keramik lain.13
Sehingga, pada penelitian saat ini, pasien yang didiagnosa dengan silikosis, apakah pekerja keramik
sanitasi yang berisiko memiliki gambaran ronsen dada atau fungsi paru lebih buruk atau pekerja
keramik lainnya.

Pasien dan metode


Pasien dan tempat

Melalui review Medical Electronic Database, kami mengidentifikasi kelompok pasien yang
didiagnosa menderita silikosis di Occupational and Environmental Medicine Outpatient Clinic pada
tahun 2012. Kebanyakan pasien mengunjungi klinik rawat jalan atas kemauan mereka sendiri, 2%
pasien dirujuk oleh dokter.

Kami mengikutsertakan pasien yang menderita silikosis, berdasarkan kriteria diagnostik [oleh
Occupational Safety and Health Administration, Ministry of Labor, Taiwan; dimodifikasi
berdasarkan anjuran International Labor Organization (ILO)]: riwayat paparan silika yang cukup
untuk mengakibatkan penyakit, ronsen dada yang sesuai dengan ILO category 1; tidak adanya
diagnosis lain yang bisa mengakibatkan kelainan. Paparan debu positif didefinisikan sebagai berikut:
pembuatan keramik, tambang, penggalian, peledakan pasir, tukang batu, pekerja pengecoran.

Uji fungsi paru dilakukan menggunakan spirometri, dan dilakukan pengukuran parameter, seperti
forced vital capacity (FVC), forced expiratory volume selama 1 detik (FEV1), rasio FEV1/FVC, dan
maximum mid expiratory flow (MMEF). Seluruh staging radiografis dilakukan oleh dokter spesialis
penyakit okupasi yang sama sesuai panduan Council of Labor Affairs di Taiwan dan rekomendasi
ILO.15 X-ray tipe 1 di Taiwan setara dengan klasifikasi ILO kategori 1 (dengan subkategori 1/0, 1/1,
1/2), tipe 2 setara dengan ILO kategori 2 (dengan subkategori 2/1, 2/2, 2/3), tipe 3 setara dengan ILO
kategori 3 (dengan subkategori 3/2, 3/3, 3/+), dan tipe 4 diklasifikasikan dengan adanya opasitas
besar.16

Sebagai tambahan, kami mengumpulkan data riwayat paparan kerja, jenis pekerjaan, proses
pengerjaan, durasi paparan, dan lama bekerja. Kami juga mencatat data demografis seperti usia, jenis
kelamin, perilaku berisiko seperti kebiasaan merokok.

Penelitian ini didukung oleh Occupational Labor Protection Program of Northern Taiwan (05-
1020123) oleh Council of Labor Affairs 2013 dan CMRPG3C0011 Chang Gung Memorial Hospital.
Protokol penelitian disetujui oleh Chang Gung Medical Foundation Institutional Review Board (102-
1661B).

Analisis statistik

Untuk mempelajari perbedaan antara jenis pekerjaan dan pola radiologis, maka digunakanlah analisis
deskriptif dengan 4 tahun kalender dari pertama bekerja: <= 1975, 1976-1980, 1981-1985, dan >=
1986. Variabel berkelanjutan kemudian diperiksa dengan t test. Terlebih lagi, variabel data klinis
berkelanjutan dikonversikan ke dalam variabel kategorik dengan nilai cut off yang merujuk pada
praktik klinis, protokol pada penelitian lain, atau referensi labor. Variabel kategorik dianalisa
menggunakan Chi square test. Odd ratio dihitung untuk hubungan antara jenis X-ray dan faktor
perancu. Regresi logistik multivariabel dilakukan untuk penyesuaian faktor perancu.
Seluruh analisis deskriptif diolah menggunakan Stata untuk Windows 13.0. Seluruh test adalah two
tailed, dan nilai p <5% dianggap signifikan secara statistik.

Hasil

Dari 221 peserta yang diikutsertakan, usia rata-rata adalah 61.5 tahun (standar eror= 7.6, Tabel 1) dan
46% adalah laki-laki (n=106). Hampir 20% peserta adalah perokok (19,5%). Lama bekerja rata-rata
adalah 19 tahun (dari 5 sampai 45 tahun), dimana lebih dari 2/5 peserta (42,5%) pernah bekerja pada
pabrik keramik lebih dari 2 dekade. Kebanyakan partisipan (42,1%) memulai pekerjaan pertama
antara 1976 dan 1980. Sebanyak 78,7% peserta, ronsen normal atau gangguan paru ringan (tipe 0-2)
dan sisanya (21,3%) ditemukan gambaran silikosis sedang sampai berat pada basal paru. Secara
keseluruhan, 52,9% peserta menderita penyakit paru restriktif dengan prediksi FVC <80%. Pada
obstruksi saluran nafas, 49,3% memiliki nilai prediksi FEV1< 80%, 25,8% memiliki rasiio FEV/FVC
<75%, dan 29,6% prediksi MMED < 60%.

Jika dibandingkan dengan pekerja keramik lain, pekerja keramik sanitasi rata-rata 6 tahun lebih tua
(rata-rata, 66,7 tahun vs 60,3 tahun; p< 0,001), dan durasi bekerja lebih lama (p= 0,003), dan
kebanyakan dari mereka mulai bekerja pertama kali sebelum 1975 (37,2% vs. 17,4%, p= 0,003; Tabel
1).

Tipe X-ray cenderung memburuk pada pekerja keramik sanitasi (tipe 3 dan tipe 4: 32,6% vs 15.5%,
p= 0,044). Uji fungsi paru menunjukkan perburukan merata pada pekerja keramik sanitasi
dibandingkan pekerja keramik lain, dengan nilai prediksi FVC< 80% (62,8% vs. 50.6%, p = 0.274),
prediksi FEV1<80% (55,8% vs. 47,8%, p = 0,343), FEV1/FVC <75% (34,0% vs 23.6%, p = 0,129),
dan prediksi MMEF < 60% (38,1% vs 27,4%, p = 0,177); bagaimanapun juga, perbedaan tidak
signifikan secara statistik.

Pada model regresi logistik (Tabel 2), faktor risiko yang berhubungan dengan tipe X-ray (3 atau 4)
seperti: usia lebih tua (OR= 1,07, p = 0,001), durasi bekerja lebih lama (OR= 1,07, p = 0,001), awal
bekerja sebelum 1975 (OR = 2.72, p = 0,006), dan bekerja pada industri keramik sanitasi
dibandingkan pembuatan keramik lain (OR= 2.12, p = 0,047).

Tipe X-ray 3 atau 4 berhubungan erat dengan penyakit paru restriktif dengan nilai prediksi FVC <
80% (OR = 3,76, p< 0,001), dan penyakit paru obstruktif dengan FEV1<80% (OR= 3,04, p= 0,002),
FEV1/FVC rasio <75% (OR = 3,94, p<0,001), dan MMEF prediksi < 60% (OR= 4,88, p<0,001).

Pada model multivariabel, setelah menyesuaikan dengan umur, durasi bekerja, dan awal paparan debu
sebelum 1975, pekerja keramik sanitasi menunjukkan risiko yang dapat dibandingkan dengan pekerja
keramik lain untuk X-ray tipe 3 atau 4 (adjusted OR = 1,18, p= 0,704; Tabel 2). Faktor risiko lain
yang signifikan secara statistik seperti usia (OR= 1,07, p = 0,010) dan durasi bekerja yang lama (OR
= 1,08, p = 0,003).

Berdasarkan hasil analisis regresi terpisah pada masing-masing parameter fungsi paru, pekerja
keramik sanitasi menunjukan fungsi paru yang mirip dengan pekerja keramik lain setelah
penyesuaian multivariabel (Tabel 3). Bagaimanapun juga, pada model regresi, kami menemukan
bahwa jika dibandingkan dengan pekerja keramik lain, walaupun tidak signifikan secara statistik,
pekerja keramik sanitasi memiliki kecendrungan perburukan pada beberapa aspek: FVC (OR= 1,20,
p= 0,634) dan FEV1 (OR= 1,16, p = 0,699), namun rasio FEV1/FVC (OR= 0,81, p = 0,645) dan
MMEF lebih baik (OR= 0,61, p = 0,275).

Diskusi
Silikosis masih menjadi penyakit paru kerja yang sering terjadi. Di Taiwan, paparan kristal silika
terjadi pada industri keramik. Pada penelitian sebelumnya,17 kami menemukan bahwa silika lebih
banyak ditemukan pada produk keramik sanitasi, dengan konsentrasi debu 2,01 mg/m3 jika
dibandingkan dengan produk porselen lainnya (0,54 mg/m3), penanganan material keramik (0,39
mg/m3), keramik konstruksi (0,33 mg/m3), keramik industri (0,27 mg/m3), porselen seni (0,23
mg/m3). Pada penelitian lain,13 konsentrasi partikel debu produk keramik sanitasi yang bisa terhirup
adalah 1,70 +- 0,74 mg/m3, diikuti dengan porselen makan (0,64 +- 0,14 mg/m3), keramik industri
(0,47 +- 0,19 mg/m3), penanganan material keramik (0,39 +- 0,22 mg/m3), keramik konstruksi (0,38
+- 0,1 mg/m3), dan porselen seni (0,23 mg/m3). Penelitian lain18 di Taiwan menunjukkan bahwa
proses produksi keramik sanitasi jarang yang menggunakan otomatisasi jika dibandingkan dengan
produksi keramik lain, terutama karena bentuk produk yang bervariasi.

Pada penelitian kami, tipe X ray yang lebih buruk (tipe 3 dan 4) dan penurunan fungsi paru ditemukan
pada pekerja keramik sanitasi; bagaimanapun juga, hubungan ini menjadi lemah setelah penyesuaian
dengan faktor perancu. Silikosis sedang hingga berat yang ditemukan pada ronsen dada hanya
signifikan secara statistik apabila dihubungkan dengan usia yang lebih tua dan durasi kerja yang lebih
panjang, hal ini menunjukkan faktor risiko jangka panjang seperti merokok juga bisa berkontribusi
terhadap progresifitas penyakit. Walaupun hubungan antara merokok dan kanker paru, penyakit paru
obstruktif dan restriktif didukung oleh penelitian sebelumnya, 19-21 penelitian baru-baru ini
menunjukkan bahwa efek gabungan dari merokok dan silikosis terhadap kanker paru tidak berubah
dari model tambahan, sehingga tidak ada bukti sinergisitas biologis atau antagonis.22 Namun, perokok
yang terpapar debu silika lebih sering menderita silikosis dibandingkan orang bukan perokok yang
terpapat debu silika.23-26 Pada penelitian kami, kami menemukan di antara pasien silikosis, merokok
bukan faktor yang berkontribusi terhadap perburukan tipe ronsen dada; tidak terdapat efek merokok
dan silika dengan keparahan silikosis.

Pengkategorian tipe X-ray di Taiwan adalah modifikasi dari ILO. Pada penelitian kami, kami
menemukan bahwa tipe X-ray berhubungan dengan fungsi paru, hal ini menkonfirmasi akurasi sistem
klasifikasi yang ada. Terdapat beberapa mekanisme bagaimana silika dapat merusak paru.
Sitotoksisitas dari partikel silika dapat memicu reactive oxygen/nitrogen species, sekresi faktor
proinflamasi, sitokin, kemokin, elastase, dan faktor fibrogenik. Mekanisme ini dapat menginisiasi
perubahan pada jaringan paru sehingga mengakibatkan obstruksi nafas. Terlebih lagi, partikel silika
dapat mengakibatkan jejas sel epitel yang mana hal ini memfasilitasi penetrasi partikel silika ke dalam
dinding saluran nafas kecil dan mengakibatkan fibrosis terlokalisasi. Penyakit restriktif berhubungan
dengan produksi kolagen dan fibroblast growth factor, mengakibatkan fibrosis dinding alveolar, dan
pembentukan nodul silikotik.27

Penelitian sebelumnya menunjukkan orang yang terpapar kuarsa, hubungan signifikan linear terbalik
ditemukan antara tahun paparan dan FEV1 dan rasio FEV1/FVC, terlepas dari karakteristik host.28
Analisis longitudinal FVC dan FEV1 pada penelitian lain menunjukkan penurunan tren berdasarkan
paparan silika setelah penyesuaian dengan berat, tingg, usia, etnis, status merokok, dan paparan silika
lain.29 Pada penelitian ini, selain penyakit paru obstruktif (FEV1/FVC) dan penyakit paru campuran,
gangguan fungsi paru pada pekerja keramik di Taiwan terutama adalah penyakit paru restriktif,
dengan penurunan FVC dan FEV1. Penemuan ini sesuai dengan penelitian sebelumnya di Taiwan.13
Walaupun hasil di Tabel 3 tidak signifikan, kami menemukan pekerja keramik sanitasi memiliki FVC
FEV1 yang lebih buruk dibandingkan pekerja keramik lain, namun rasio FEV1/FVC dan MMEF
yang lebih baik. Hal ini menunjukkan penyakit paru restriktif lebih parah pada pekerja keramik
sanitasi dibandingkan pekerja keramik lain. Konsentrasi dan ukuran partikel yang lebih besar bisa
menjadi alasan utama. FEC1/FVC yang tinggi dapat menjelaskan fakta bahwa fibrosis intersisial
meningkatkan konduksi aliran utara perifer dan recoil paru. Penelitian lebih lanjut dengan sampel
yang lebih besar perlu dilakukan.

Keterbatasan
Karena bentuk penelitian ada retrospektif, kami tidak bisa mendapatkan riwayat pekerjaan dan
quantitas paparan secara rinci, termasuk pengukuran lingkungan, dokumentasi, yang dapat membantu
kami dalam kategorisasi yang lebih baik pada tempat kerja berbeda dan durasi berbeda. Dengan
informasi tersebut, kami dapat dengan langsung mengevaluasi hubungan dan konsentrasi debu dan
silikosis dibandingkan hanya mengevaluasi kategori pekerjaan saja. Membuat kuisioner rinci dapat
membantu penelitian ini. Kedua, pasien pada penelitian ini didapatkan dari klinik rawat jalan rumah
sakit tersier. Bisa saja pasien menderita gejala yang lebih berat, sehingga memunculkan bias pada
penelitian ini. Investigasi berkaitan dengan alat pelindung diri, sistem ventilasi, dan pemeriksaan
kesehatan dapat menjadi dasar modifikasi lingkungan kerja di masa yang akan datang.

Kesimpulan
Produksi keramik adalah salah satu inudstri yang banyak ditemukan di Taiwan. Pada penelitian ini,
kami menemukan bahwa pekerja keramik sanitasi memiliki risiko mirip dengan pekerja keramik lain
jika diperiksa dengan ronsen dada, dan usia tua dan durasi bekerja berhubungan dengan silikosis.

Anda mungkin juga menyukai