Anda di halaman 1dari 27

PENURUNAN TITIK BEKU

I. TUJUAN
1.1 Tujuan Instruksional Umum
Menentukan penurunan titik beku molal, apabila suatu zat terlarut dalam
suatu pelarut.
1.2 Tujuan Instruksional Khusus
Mengetahui pengaruh penambahan solute (naftalen) terhadap penurunan titik
beku solvent (benzena)
II. DASAR TEORI
2.1 Sifat Koligatif Larutan
Sifat koligatif larutan yaitu sifat-sifat fisis yang hanya hanya ditentukan oleh
partikel zat terlarut, yang tidak tergantung pada jenis zat terlarut. Ada empat
jenis sifat koligatif larutan yaitu :
1. Penurunan tekanan uap ( P )
2. Penurunan titik beku (Tf)
3. Kenaikan titik didih (Tb)
4. Tekanan Osmotik ()
Larutan-larutan yang menagandung jumlah partikel zat terlarut yang sama
akan memperlihatkan harga P, Tf, Tb, dan  yang sama,meskipun jenis
zat yang dilarutkan pada masing-masing larutan itu berbeda. Makin banyak
jumlah partikel zat terlarut, makin besar pula harga P, Tf, Tb, dan .
1. Penurunan Tekanan Uap (P)
Larutan terdiri dari pelarut A dan zat terlarut B, tekanan uap zat terlarut
diabaikan karena sangat kecil. Apabila larutan encer berlaku hukum
Roult.
P  X A .P 0
karena Xa = 1-Xb, maka
P  (1  X B ).P 0
P 0  P  X B .P 0
Keterangan : P0-P :penurunan tekanan uap disebabkan oleh zat terlarut
non volatif
XB : fraksi mol zat terlarut
nB
XB 
na  nB

dimana : nB : jumlah mol terlarut


nA : jumlah mol pelarut.
Pada larutan yang sangat encer digunakan menentukan berat molekul
zat terlarut.
2. Kenaikan Titik Didih (Tb)
Pelarut murni akan mendidih bila tekanan uap jenuh pada permukaan
cairan sama dengan tekanan udara luar untuk system terbuka, tekanan
luar = 760 mm Hg karena zat terlarut non volatif mengurangi tekanan
uap sehingga dapat diharapkan akan terjadi peningkatan titik didih.
Apabila dalam pelarut murni dimasukkan zat terlarut tadi
R.To 2 .BM .m
Tb   m.Kb
1000.H uap

Kb = konstanta kenaikan titik didih


M = molalitas
3. Tekanan Osmotik ()
Tekanan osmotic adalah tekanan luar yang harus dinaikan pada larutan
untuk mencegah mengalirkan molekul-molekul dan pelarut murni
apabila larutan dan pelaut dipisahkan oleh membran semipermiabel.
c
  .R.T
BM
BM : Berat molekul zat terlarut
T : Konsentrasi larutan

4. Penurunan Titik Beku (Tf)


Titik beku larutan adalah temperatur pada saat larutan seimbang dengan
pelarut padanya. Larutan akan membeku lebih rendah dari
pelarutnya.pada tiap saat tekanan uap selalu lebih rendah daripada
pelarut murni. Bila n1 jumlah mol pelarut tiap 100 gram dan m molalitas
zat terlarut maka :
m
n2 
n1  m

untuk larutan encer : m <<< n1 n2m


n1
2
R..T0 m
Tf  .
Hf n1
2
R.T0
Tf  .m
Hf .n1
Tf  Kf .m
R.T0
Kf 
Hf .n

rumus diatas dapat dipakai untuk menetapkan Bm zat terlarut.bila W 2


zat terlarut dengan BM=M2 dilarutkan dalam W1 gram pelarut maka :
W2 1000
m  .
M 2 W1
Tf  Kf .m
W2 1000
Tf  Kf . .
M 2 W1

To : titik beku pelarut murni


T : titik beku larutan
P2 : tekanan uap pelarut padat dan cair pada To
P0 : tekanan uap telarut murni yang membeku terlambat
P : tekanan uap larutan pada temperatur T
Hf : panas peleburan molal
m : molalitas zat terlarut
Kf : konstanta penurunan titik beku
Tf : titik beku pelarut-titik beku larutan
(Reff : Sukardjo, 173-175)
2.2 Bila suatu cairan akan dihasilkan pada suatu bentuk yang disebut titik beku ,
titik beku , titik beku cairan ini akan turun dengan adanya penambahan
solute , Hal ini disebabkan oleh menurunnya tekanan uap parsial solvent ,
sehingga titik bekunya turun , untuk larutan yang encer penurunan titik beku
ini berbanding langsung dengan konsentrasi larutan, titik beku murni ,
padatan dan cairan mepunyai tekanan uap yang sama.

Pelarut murni
larutan
T1 T2
P

atm

gambar kurva penurunan titik beku

Pada gambar terlihat bahwa tekanan uap larutan menjadi sama dengan
tekanan uap pelarut murni pada suatu temperatur adalah dibawah titik beku
pelarut murni , Penurunan titik beku ini berbanding lurus dengan molaritas
Zat terlarut , Penurunan rumus untuk kenaikan titik beku didapatkan dari
persamaan clasius clapeyron sesuai dengan penurunan rumus atas kenaikan
titik didih sehingga didapat :
R.T0 .BM 1.m2
Tf 
1000.Hf
Tf  Kf .m2
W2 1000
Tf  Kf . .
BM 2 W1

Keterangan : TF : Penurunan titik beku larutan


TO : Titik beku pelarut
BM1: Berat molekul pelarut
HP : Panas peleburan molar
M2 : Molatitas zat terlarut
KF : Konstanta penurunan titik beku
W2 : Berat Solute
BM2 : Berat molekul solute
W1 : Berat Solvant
2.3 Pemisahan Larutan Padat dan Pembekuan.
Rumus – rumus untuk penurunan titik beku hanya berlaku bila pada
pembekuan Zat yang pelarut padat . Dalam beberapa hal , misalnya larutan
dalam bensena pada waktu pembekuan zat padatnya berisi zat terlarut dalam
bentuk larutan padat.Dalam hal ini rumusnya harus diubah menjadi :

Tf  Kf .(1  k ) m
fraksi mol zat terlarut dalam zat
K 
fraksi mol zat terlarut dalam laru tan

bila zat padatnya murni berarti K=0, sehingga :


Tf  Kf .m

bila zat padatnya tidak murni, ada 2 kemungkinan :


a. kalau zat padatnya lebih mudah dalam pelarut cair.K < 1 jadi 1-K (+)
disini terjadi penurunan titik beku.
b. Kalau zat padatnya lebih mudah larut dalam pelarut padat K > 1 jadi 1-K
(-) disini terjadi kenaikan titik beku.
(Reff : Sukardjo, 173)
III.ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat yang digunakan
No Nama alat Ukuran Jumlah
1. Beker glass 1000 ml 1
2. Termometer -10-1200C 1
3. Tabung reaksi - 2
4. Gelas ukur 10 ml 1
5. Labu takar 100 ml 1
6. Pipet - 3
7. Sendok penyu - 1
8. Neraca 100 gram 1
9. Pengaduk - 1
10. Stop watch - 1
11. Corong - 1
12. Kertas saring - 5

3.2 Bahan yang di gunakan


a Aquadest
b Naftalena
c CCl4
d Benzena
e Es Batu
3.3 Gambar alat

1 2 3 4 5
6 7 8 9 10

11 12
Keterangan :1. Beker glass
2. Termometer
3. Tabung reaksi
4. Gelas ukur
5. Labu takar
6. Pipet
7. Sendok penyu
8. Neraca
9. Pengaduk
10. Stop watch
11. Corong
12. Kertas Saring
13. Beker glass
14. Termometer
15. Tabung reaksi
16. Gelas ukur
17. Labu takar
18. Pipet
19. Sendok penyu
20. Neraca
21. Pengaduk
22. Stop watch
23. Corong
24. Kertas Saring

3.4 Sifat dan fungsi reagent


Sifat reagent :
1. Aquadest (H2O)
Sifat Fisis : - BM : 18 gr/mol
- BJ : 1 gr/ml
- TD : 1000C
- TL : 00C
- Tidak berwarna
- Tidak berasa
- Tidak berbau
Sifat Kimia :
-
Terbentuk dari ion H+ dan OH-
H+ + OH- H2O
-
Sebagai pelarut yang baik
-
Mengalami hidrolisa
CH3COOC2H5 + H2O CH3COOH + C2H5OH
-
Ikatan molekulnya kovalen dengan hydrogen
(Reff : Winarno, 3-6)
2. CCl4
Sifat Fisis : - BM: 54 gr/mol
- Tidak berwarna/berbau sedap
- TD : 61,20C
- TL : 3,63 K/m
Sifat Kimia : - Merupakan zat pembius yang kuat
- Penggunaanya dapat mengganggu hati
(Reff : Michael Purba,149)

3. Naftalena
Sifat Fisis : - BM:128 gr/mol
- BJ : 1,145 gr/ml
- TD : 217,50C
- TL : 80,20C
- Berbau sedap
- Berbentuk kristal
- Berwarna putih
Sifat Kimia :
- Merupakan zat untuk mengusir ngengat.
- Rumus bangun
H H
C C

H-C C C-H
Atau
H-C C C-H

C C
H H
(Reff : Micael Purba, 69)

4. Benzena (C6H6)
Sifat fisis :
- Non polar
- Tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organic seperti
dietil eter, karbon tetra clorida, atau heksana
- Uap benzena bersifat toksik dan agak karsinogenik

Sifat kimia :
 Tidak dapat dioksidasi larutan KmnO4, seperti alkena
 Pada oksidasi sempurna di hasilkan CO2 dan H2O
 Dapat di adisi oleh zat lain seperti H2 dan Cl2
 Atom H dari benzena dapat di subtitusikan oleh atom/gugus lain
seperti :
a. Nitrasi
H H2SO4 NO2
O + HONO2 O + H2O

Nitro benzena
b. Halogenasi
H Cl
O + Cl2 O + HCl

Kloro benzena
c. Sulfonasi
H SO2OH
O + HOSO2OH O

Asam benzena sulfonat


d. Alkilasi
H AlCl3 R
O + R-Cl O + HCl
(Reff : Hiskia Ahmad, 85)

Fungsi Reagent :
1. Aquadest : sebagai pelarut
2. Naftalena : sebagai zat terlarut (solute)
3. CCl4 : sebagai zat pelarut (solvent)
4. Benzena : sebagai pelarut

IV. CARA KERJA


2. Membuat larutan CCl4 4,69 gr dalam 100 ml aquadest ( CCl4 = 1,595 gr/cm3)
3. Membuat larutan benzena 0,3 N sebanyak 100 ml ( benzen = 0,88 gr/cm3)
4. Mengambil sebanyak 3 ml larutan CCl4 lalu memasukan dalam tabung reaksi
besar
5. Mengambil 10 ml larutan benzena memasukan ke dalam tabung reaksi besar
berisi CCl4
6. Menyiapkan beker glass yang berisi es batu
7. Bersamaan dengan itu memasukan termometer serta menyalakan stop watch
8. Mencari suhu konstan dan mencatat waktu yang di butuhkan untuk mencapai
suhu konstan
9. Setelah suhu konstan dan waktu didapat, mengambil tabung reaksi besar
menambahkan 1 gram naftalena dan ulangi cara 6,7,8
10. Mengulangi cara 6,7,8 untuk percobaan naftalena dengan berat 1,5 gram; 2,5
gram; dan 3 gram
V. HASIL PENGAMATAN
Nama sampel Berat Sampel Titik beku
0
Solvent Solute Solvent Salute T C T0 K
Benzena Naftalena 16,8675 gr 1 gr 6,7 279,7 46
Benzena Naftalena 16,8675 gr 1,5 gr 5,5 278,5 58
Benzena Naftalena 16,8675 gr 2,5 gr 3,7 276,7 60
Benzena Naftalena 16,8675 gr 3 gr 1,7 274,7 83

VI. PERHITUNGAN
1 Mencari solvent (C6 H6 )
N (C6H6) = 0,3 N
 (C6H6) = 0,88 gr/ml
Gr 1000
N  . .ekuivalen
Mr Pel
Gr 1000
0,3  . .1
78 100
Gr  2,340 gram

m
 
v
2,340 gr
0,88 gr / ml 
v
v  2,659l

2 Perhitungan Molalitas
a naftalena 1 gram
gr 1000
m .
Mr pel
1gram 1000ml / l
 .
128 gram / mol 16,8675 l
 0,46molal
b naftalena 1,5 gram
gr 1000
m .
Mr pel
1,5 gram 1000ml / l
 .
128 gram / mol 16,8675 l
 0,69molal

c naftalena 2,5 gram


gr 1000
m .
Mr pel
2,5 gram 1000ml / l
 .
128 gram / mol 16,8675 l
 1,15molal

d naftalena 3 garam
gr 1000
m .
Mr pel
3 gram 1000ml / l
 .
128 gram / mol 16,8675 l
 1,38molal

3 Perhitungan Kf
a. menghitung Tf
- naftalena 1gram
Tf1 = (280,7-279,7) K = 1K
- naftalena 1,5 gram
Tf2= (279,7-278,5) K = 1,2 K
- naftalena 2,5 gram
Tf3 = (278,5-276,7) K = 1,8 K
- naftalena 3,5 gram
Tf4 = (276,7-274,7) K = 2 K

b. menghitung Kf
Tf 0
Kf1 
m1
1K

0,46mol
 2,17 k / mol
Tf1
Kf 2 
m2
1,2 K

0,69mol
 1,73K / mol
Tf 2
Kf 3 
m3
1,8 K

1,15mol
 1,56 K / mol
Tf
Kf 4 
m4
2K

1,38mol
 1,44 K / mol

4 Perhitungan grafik
1. Grafik hubungan molalitas dengan Tf
No Molalitas (x) Tf (y) X2 x.y
1. 0,46 1 0,2116 0,46
2. 0,69 1,2 0,4761 0,828
3. 1,15 1,8 1,3225 2,07
4. 1,38 2 1,9044 2,76
 3,68 6 3,9146 6,118

Persamaan matematis : y = ax + b
(x.y )
x. y 
a n
( x ) 2
x 2 
n
(3,68.6)
6,118 
 4
(3,68) 2
3,9146 
4
0,597

0,529
 1,13
y  ax
b
n
6  1,13.3,68

4
6  4,1584

4
 0,46

Persamaan matematika = y = ax + b
y = 1,13x + 0,46
untuk x1 = 0,46 y1 = (1,13.0,46) + 0,46 = 0,98
x2 = 0,69 y2 = (1,13.0,69) + 0,46 = 1,24
x3 = 1,15 y3 = (1,13.1,15) + 0,46 = 1,75
x4 = 1,38 y4 = (1,13.1,38) + 0,46 = 2,02

Data Grafik
Teori Percobaan
x y x y
0,46 0,98 0,46 1
0,69 1,24 0,69 1,2
1,15 1,75 1,15 1,8
1,38 2,02 1,38 2
% kesalahan hubungan molalitas dengan Tf
0,98  1
y1   100 %  2,04%
0,98

1,24  1,2
y2   100%  3,22%
1,24

1,75  1,8
y3   100%  2,85%
1,75

2,02  2
y4   100%  0,99%
2,02

% kesalahan rata-rata = (2,04+3,22+2,85+0,99)% : 4


= 2,275 %
2. Grafik hubungan waktu dengan Kf
No Waktu (x) Kf (y) x2 x.y
1. 46 2,17 2116 99,82
2. 58 1,73 3364 100,34
3. 60 1,56 3600 93,6
4. 83 1,44 6889 119,52
 247 6,90 15969 413,28

Persamaan matematis = y = ax + b
(x.y )
x. y 
a n
(x) 2
x 
2

n
(247.6,9)
413,28 
 4
(247) 2
15969 
4
413,28  426,075

15969  15252,25
 12,795

716,75
 0,017
 y  a x
b
n
6,9  ( 0,017.247)

4
6,9  4,199

4
 2,77

Data Grafik
Teori Percobaan
X y x y
46 1,988 46 2,17
58 1,784 58 1,79
60 1,75 60 1,56
63 1,359 83 1,44

% kesalahan hubungan waktu dengan Kf


1,988  2,17
y1   100%  9,15%
1,988
1,784  1,73
y2   100%  3,02%
1,784
1,75  1,56
y3   100%  10,85%
1,75
1,359  1,44
y4   100%  5,96%
1,359

% kesalahan rata-rata = (9,15+3,02+10,85+5,96)% : 4


= 7,245 %

VII.PEMBAHASAN
1 Titik beku suatu larutan adalah suhu pada saat tekanan uap cairan atau
larutan itu sama dengan tekanan uap pelarut padat murni . Atau bias juga
dikatakan bahwa titik beku larutan adalah suhu pada saat larutan mulai
membeku.
2 Penurunan titik beku ( A Tf ) adalah selisih antara titik beku pelarut murni
dengan titik beku larutan , Ketika larutan membeku yang membeku
adalah pelarutnya zat terlarut tidak membeku . Dengan demikian larutan
semakin pekat atau semakin banyak solute dalam soluent , maka titik
bekunya juga semakin rendah.
3 Dalam percobaan digunakan es , karena es dapat menurunkan suhu
larutan selain itu es diperlukan karena titik beku solvent dan solute lebih
rendah dan suhu kamar.
4 Pada saat penimbangan reagent harus cepat karena ketepatan penibangan
sangat mempengaruhi harga molalitas dan akhirnya mempengaruhi harga
Kf.
5 Penambahan solute relatif pada pelarut yang murni menyebabkan titik beku
larutan akan turun, karena tekanan uap parsial solvent turun .
6 PembahanGrafik. Dari
Grafik terlihat Tf perhitungan berupa garis lurus / linier dan Tf
percobaan berupa garis yang berbelok / naik turun sehingga didapat harga
% kesalahan sebesar 2,275 %. Dari Grafik terlihat
 Tf perhitungan berupa garis lurus / linier dan Tf percobaan berupa
garis yang berkelok , sehingga didapat % kesalahan sebesar 7,245 % .
Faktor yang mempengaruhi penyimpangan grafik
- Penimbangan solvent pada solute yang dipakai tidak tepat maka
akan mempengaruhi konsentrasi .
- Pengamatan pada penurunan suhu kurang teliti akan pengaruh Tf
- Pembacaan kata termometr yang kurang teliti akan mempengaruhi
hasil pengamatan.
7.7 Penambahan soluttte dan jumlah jumlah solvent semakin berkurang
disebabkan oleh :
a.menempelnya solvent pada dinding tabung reaksi
e menempelnya solvent pada pengaduk
f menempelnya solvent pada termometer
7.8 Besar kecilnya penurunan titik beku bergantung pada :
a.Macam Zat
Solvent memiliki titik beku berbeda – beda akan memberikan harga titik
beku yang beda pula.
b.Jumlah solute dalam solvent
Semakin banyak solute yang terlarut dalam solvent maka semakin rendah
titik bekunya sehingga harga penurunan titik bekunya semakin tinggi .
c.Berat molekul solute
Semakin besar berat molekul solute semakin kecil harga penurunan titik
bekunya.

VIII. KESIMPULAN
1 Titik beku larutan adalah suhu pada saat larutan mulai membeku.
2 Penurunan titik beku adalah selisih antara titik pelarut murni dengan titik
beku larutan.
3 Penentuan titik beku bertujuan untuk mengetahui salah satu sifat kali datif
yang tergantung pada :
- Macam zat
- Jumlah solute
- Berat molekul solute
8.4 Pada pratikum digunakan es karena titik beku solvent dan solute lebih
rendah dari suhu kamar.
8.5 Semakin banyak molalitas maka Tf semakin kecil.
8.6 Semakin besar harga Tf, semakin kecil harga Tf
8.7 Hal-hal yang menyebabkan timbulnya kesalahan dalam praktikum :
- suhu kamar tidak sama
- pengukuran volume solute
- macam zat yang dipakai
- pembacaan skala termometer yang kurang tepat
8.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpangan grafik :
- penimbangan solvent dan solute yang dipakai kurang tepat
- pengamatan pada penurunan suhu yang kurang teliti
- pembacaan skala termometer yang kurang teliti

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Hiskia. 1999. Kimia Untuk SMU. Jakarta : Erlangga

Anonim, 2004. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika. PSD III Teknik Kimia Universitas
Diponegoro.

Perry, R.H. 1985. Perry’s Chemical Engineers Hand Book 6th Edition, Mc. Grow Hill
Book 10. London.

Purba, Michael. 1997. Kimia SMU 2000. Jakarta : PT Bina Aksara.


LAPORAN HASIL PENGAMATAN

Hari / Tgl : Senin , 4 Oktober 2004


Praktikum : Kimia Fisika
Materi : Penurunan Titik Beku
Dosen Pembimbing : Ir. H. Munawar
Asisten : Nopy Purusanti
Kelompok / Kelas : A1 / C
Praktikan : Pungky Ayu Artiani LOC 004 295
Putut Nur Cahyono LOC 004 296
R. Hanindyo A.P LOC 004 297

I. ALAT DAN BAHAN


1.1 Alat yang digunakan
No Nama alat Ukuran Jumlah
1. Beker glass 1000 ml 1
2. Termometer -10-1200C 1
3. Tabung reaksi - 2
4. Gelas ukur 10 ml 1
5. Labu takar 100 ml 1
6. Pipet - 3
7. Sendok penyu - 1
8. Neraca 100 gram 1
9. Pengaduk - 1
10. Stop watch - 1
11. Corong - 1
12. Kertas saring - 5

1.2 Bahan yang di gunakan


a Aquadest
g Naftalena
h CCl4
i Benzena
j Es Batu

II. CARA KERJA


a. Membuat larutan CCl4 4,69 gr dalam 100 ml aquadest ( CCl4 = 1,595 gr/cm3)
b. Membuat larutan benzena 0,3 N sebanyak 100 ml ( benzen = 0,88 gr/cm3)
c. Mengambil sebanyak 3 ml larutan CCl 4 lalu memasukan dalam tabung reaksi
besar
d. Mengambil 10 ml larutan benzena memasukan ke dalam tabung reaksi besar
berisi CCl4
e. Menyiapkan beker glass yang berisi es batu
f. Bersamaan dengan itu memasukan termometer serta menyalakan stop watch
g. Mencari suhu konstan dan mencatat waktu yang di butuhkan untuk mencapai
suhu konstan
h. Setelah suhu konstan dan waktu didapat, mengambil tabung reaksi besar
menambahkan 1 gram naftalena dan ulangi cara 6,7,8
i. Mengulangi cara 6,7,8 untuk percobaan naftalena dengan berat 1,5 gram; 2,5
gram; dan 3 gram

III. HASIL PENGAMATAN


Nama sampel Berat Sampel Titik beku
Solvent Solute Solvent Salute T0C T0 K
Benzena Naftalena 16,8675 gr 1 gr 6,7 279,7 46
Benzena Naftalena 16,8675 gr 1,5 gr 5,5 278,5 58
Benzena Naftalena 16,8675 gr 2,5 gr 3,7 276,7 60
Benzena Naftalena 16,8675 gr 3 gr 1,7 274,7 83

Mengetahui,
Semarang, Nopember 2004
Dosen Pembimbing Asisten

Ir. H. Munawar Nopy Purusanti


NIP. 130 799 704
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA
MATERI :
PENURUNAN TITIK BEKU

Hari / Tgl : Senin, 4 Oktober 2004


Materi : Penurunan Titik Beku
Dosen Pembimbing : Ir. H. Munawar
Asisten : Nopy Purusanti
Kelompok / Kelas : AI / C
Praktikan : Pungky Ayu Artiani LOC 004 295
Putut Nur Cahyono LOC 004 296
R. Hanindyo A P LOC 004 297

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI DIPLOMA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2004
LEMBAR PENGESAHAN

Praktikum : Kimia Fisika


Materi : Penurunan Titik Beku
Hari / Tanggal : Senin, 4 Oktober 2004
Dosen Pembimbing : Ir. H. Munawar
Asisten : Nopy Purusanti
Kelompok / Kelas : AI / C
Praktikan : Pungky Ayu Artiani LOC 004 295
Putut Nur Cahyono LOC 004 296
R. Hanindyo AP LOC 004 297
Jurusan : Program Studi Diploma III Teknik Kimia
Fakultas : Teknik
Universitas : Diponegoro

Laporan praktikum “Kimia Fisika” dengan materi “Penurunan Titik Beku” telah diperiksa
dan disetujui pada : Tanggal ..… Nopember 2004

Mengetahui,
Semarang, Nopember 2004
Dosen Pembimbing Asisten

Ir. H. Munawar Nopy Purusanti


NIP. 130 799 704

Anda mungkin juga menyukai