PEJABAT FUNGSIONAL
PEMERIKSA DOKUMEN
Disusun Oleh:
Disusun Oleh:
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ..…..……………………………………..…………………….. iv
DAFTAR LAMPIRAN ………………..…..…………………………………………. v
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL …………………………………………... vi
PETA KONSEP MODUL …………………………………………………………. vii
MODUL
KEPABEANAN INTERNASIONAL
A. Pendahuluan ………………………………………………………………… 1
1. Deskripsi Singkat ……………………...................................................... 1
2. Prasyarat Kompetensi ………………..................................................... 1
3. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) ........................ 1
4. Relevansi Modul ….…………………………………………..……………. 2
B. KEGIATAN BELAJAR …........................................................................... 3
1. Kegiatan Belajar (KB) 1 ……………...................................................... 3
Organisasi Kepabeanan Internasional
Indikator …………………………………………………………………….. 3
a. Uraian dan contoh .......................................................................... 3
1. World Trade Organizsation …………………………………….. 3
2. World Customs Organization …………………... ...................... 11
b. Latihan 1 …………………………………………………………........ 15
c. Rangkuman ………………………………………………………….. 16
d. Tes Formatif 1 ………………………………………………………… 17
e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ……………………....................... 20
2. Kegiatan Belajar (KB) 2 ……………....................................................... 21
Kesepakatan / Perjanjian Internasional
Indikator …………………………………………………………………….. 21
a. Uraian dan contoh .......................................................................... 21
1. Perjanjian Multilateral ………………………………………….... 21
2. Perjanjian Regional ……………………………………………… 41
3. Perjanjian Bilateral ………………………………………………. 48
4. Implementasi Perjanjian internasional Dalam Kepabeanan
DIKLAT FUNGSIONAL PFPD iii
Indonesia ................................................................................. 55
b. Latihan 2 …….……………………………………………………....... 62
c. Rangkuman …………………………………………………………… 62
d. Tes Formatif 2 ……………………………………………………….. 64
e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ……………………........................ 67
PENUTUP …………………………………………………………………………… 68
TES SUMATIF …………………………............................................................... 69
KUNCI JAWABAN ( TES FORMATIF DAN TES SUMATIF ) ………………….. 76
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………… 78
LAMPIRAN
DIKLAT FUNGSIONAL PFPD iv
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Bacalah dengan cermat dan teliti materi Modul ini, setelah selesai
soal latihan hasilnya belum mencapai enam puluh lima persen, agar membaca
formatif, dan test sumatif, setelah selesai dikerjakan jawaban agar dicocokan
Bila berhasil menjawab dengan benar lebih dari enam puluh lima
persen, dinyatakan cukup berhasil, dalam hal ingin lebih baik lagi hasilnya agar
A
PENDAHULUAN
MODUL
KEPABEANAN INTERNASIONAL
1. Deskripsi Singkat
2. Prasyarat Kompetensi
Untuk dapat mempelajari modul ini dengan baik peserta Diklat harus
sudah menguasai teknik pabean dasar, dan telah lulus Diklat Teknis Substantif
Dasar Kepabeanan dan Cukai.
4. Relevansi Modul
Modul ini berguna bagi peserta diklat disamping untuk bekal dalam bekerja
dilapangan, juga untuk menambah wawasan internasional yang sangat
diperlukan. Hal tersebut karena semakin luasnya aturan internasional dan
cakupan produk yang diatur dalam perdagangan antar negara menuntut
pengetahuan yang memadai dalam mengawasi lalu lintas perdagangan
internasional.
Modul ini juga berguna bagi peserta diklat dalam mempelajari modul atau
mata pelajaran lainnya yang terkait, seperti Modul Teknis Pabean Lanjutan,
Modul Tarif dan Klasifikasi Barang, dan Modul Nilai Pabean.
DIKLAT FUNGSIONAL PFPD 3
B
KEGIATAN
BELAJAR
ORGANISASI
KEPABEANAN INTERNASIONAL
Indikator Keberhasilan :
Setelah mempelajari materi diharapkan siswa mampu :
1) Menjelaskan organisasi, tujuan dan fungsi WTO.
2) Menjelaskan organisasi, tujuan dan fungsi WCO.
3) Menjawab pertanyaan tentang organisasi kepabeanan internasional,
serta tujuan dan fungsinya.
Gambar 1
Peta Dunia
Keterangan:
WTO beranggotakan negara-negara diseluruh dunia.
GATT
tarif bea masuk atas barang impor, pajak ekspor dan pungutan negara
lainnya.
b) Reciprocity
Perundingan antara suatu negara dengan negara lain atau antar
negara akan menghasilkan kesepakatan yang saling menguntungkan
dan saling berbalasan. Penurunan atau penghapusan tarif suatu
negara dilakukan setelah melakukan perundingan dengan negara
negara partner dagangnya. Artinya adalah penurunan atau
penghapusan tarif oleh suatu negara untuk komoditi tertentu hendaklah
dilakukan dengan penurunan atau penghapusan tarif untuk komoditi
yang sama oleh negara-negara lain.
c) Non discrimination
Salah satu prinsip dasar GATT adalah tidak boleh melakukan
diskriminasi. Setiap barang impor yang telah masuk ke pasar domestik
dalam suatu negara hendaklah diperlakukan sama dengan barang
domestik. Barang impor dan barang domestik mempunyai hak yang
sama dalam melakukan persaingan dan tidak boleh dilakukan berbeda
dalam pengenaan pajak.
c) Pada sektor industri, 6.848 pos tarif diikat pada tingkat 40% dan 688
pos tarif diikat kurang dari 40%
d) 504 pos tarif masuk dalam Exclusion List
Gambar 3
WTO Agreement
WTO AGREEMENT
Gambar 4
Logo World Customs Organization
CCC
WCO
Keterangan: CCC berubah namanya menjadi WCO (World
Customs Organization) sejak tahun 1994
WCO AGREEMENT
b. Latihan 1
c. Rangkuman
d. Test Formatif 1
c. WCO;
d. APEC.
a. WTO.
b. WCO
c. GATT.
d. CCC.
KESEPAKATAN/PERJANJIAN
INTERNASIONAL
Indikator Keberhasilan :
Setelah mempelajari materi peserta diklat mampu :
1) Menjelaskan perjanjian-perjanjian internasional dibidang
kepabeanan.
2) Mengelompokan perjanjian-perjanjian multilateral, regional dan
bilateral.
3) Menjawab pertanyaan tentang implementasi perjanjian
internasional dalam kepabeanan Indonesia.
4) Menggunakan dokumen pengangkutan/perdagangan sebagai
dokumen pelengkap pabean.
1) Perjanjian Multilateral
a) Kyoto Convention
Kyoto convention adalah konvensi tentang Penyederhanaan
dan Harmonisasi Prosedur Pabean. Konvensi ini merupakan
instrument harmonisasi customs technique yang meliputi segala
aspek hukum kepabeanan. Konvensi ini disebut sebagai Kyoto
Convention karena penyelenggaraannya dilakukan di kota Kyoto,
Jepang pada tanggal 18 Mei 1973 yang mulai berlaku tahun 1974.
Saudara, pertumbuhan ekonomi dan perdagangan dunia
berdampak menimbulkan konflik dalam penyelesaian formalitas
pabean (prosedur kepabeanan) sehingga WCO menganggap perlu
melakukan revisi atas konvensi tersebut. Revisi atas konvensi
tersebut dilakukan di Brussel pada tanggal 26 Juni tahun 1999 yang
kemudian dikenal sebagai Revised Kyoto Convention.
Gambar 6
ATA Carnet Passport
DIKLAT FUNGSIONAL PFPD 36
Triptiek
Saudara, ada satu lagi jenis dokumen yang digunakan
untuk impor sementara yaitu triptiek. Namun dokumen ini tidak
dikenal dalam Istanbul Convention.
Triptiek berasal dari kata triptych yang artinya tiga lipatan
(tri=three, ptych=fold). Namun istilah ini lebih banyak digunakan
dalam karya seni, seperti lukisan yang dapat dilipat.
Dibidang pabean, dokumen triptiek tersebut adalah
dokumen kepabeanan sejenis dengan ATA Carnet/CPD Carnet.
Bedanya adalah triptiek digunakan berdasarkan perjanjian antara
dua negara (bilateral). Dalam hal ini Indonesia belum melakukan
perjanjian seperti itu.
d) SAFE
SAFE (Framework of Standards to Secure and Facilitate Global
Trade) adalah suatu instrumen internasional yang mengandung
standar-standar yang ditetapkan oleh WCO yang bertujuan untuk
DIKLAT FUNGSIONAL PFPD 37
e) Arusha Declaration
Deklarasi Arusha (The Revised Arusha Declaration) adalah
deklarasi dari CCC/WCO mengenai good governance dan integrity
pada institusi kepabeanan. Deklarasi ini ditujukan untuk mendorong
tata kelola yang baik, dan membebaskan institusi kepabeanan dari
prilaku koruptif.
Deklarasi Arusha diadakan di Arusha, Tanzania pada tanggal 7
Juli 1993 dan kemudian direvisi pada bulan Juni 2003.
Saudara para peserta diklat.
Seperti kita ketahui bahwa institusi kepabeanan di seluruh
dunia mengemban tugas yang penting bagi kepentingan nasional,
seperti mengumpulkan penerimaan negara, perlindungan
masyarakat, fasilitasi perdagangan, dan perlindungan atas keamanan
nasional (protection of national security).
Perilaku koruptif dapat menurunkan customs capacity terhadap
pencapaian tujuan tersebut diatas.
Program integritas kepabeanan (customs integrity programme)
dimaksud dilakukan dengan menerapkan (key factors) hal-hal sebagai
berikut.
i. Leadership and commitment.
Pada tingkat pimpinan harus mempunyai komitmen untuk
melawan korupsi, dan harus terus dipertahankan dalam jangka
panjang.
ii. Regulatory framework.
Peraturan perundang-undangan pabean hendaknya selaras dan
sederhana sehingga mempermudah proses penyelesaian
formalitas kepabeanan. Prosedur hendaknya mengadopsi
kesepakatan-kesepakatan konvensi internasional dan standar-
standar internasional.
DIKLAT FUNGSIONAL PFPD 40
2. Perjanjian Regional
Contoh:
Importir di Indonesia mengimpor barang “X” dari Malaysia. Barang “X”
diproduksi di Malaysia dengan menggunakan bahan baku local content
Malaysia 10% dan 30% berasal dari Thailand. Sedangkan sisanya
(60%) berasal dari luar ASEAN. Atas produk Malaysia tersebut dapat
diterbitkan Form D, dan diberikan preferensi tariff Asean PTA’s.
Gambar 7
Bagan penggunaan form D
ASEAN INDONESIA
COUNTRIES FORM D
Gambar 8
Kesepakatan APEC
APEC
DEKLARASI MANILA
BOGOR ACTION PLAN
Keterangan:
Dalam rangka menyusun suatu program kerja yang konkrit,
negara-negara anggota memperjelas visi dan menyusun langkah-
langkah sebagai suatu tindakan nyata melaui kesepakatan yang
dihasilkannya.
3. Perjanjian Bilateral
Saudara peserta Diklat.
Perjanjian bilateral merupakan kesepakatan yang dibuat antar dua
negara. Perjanjain bilateral mengikat dua pihak negara yang melakukan
kesepakatan. Perjanjian bilateral mengenai tarif dilakukan dengan negara-
negara tertentu seperti Cina, Jepang, India dsb. Beberapa perjanjian
DIKLAT FUNGSIONAL PFPD 49
Gambar 9
Bagan penggunaan Form E
CHINA INDONESIA
FORM E
DIKLAT FUNGSIONAL PFPD 50
Gambar 10
Bagan penggunaan Form AK
KOREA INDONESIA
FORM AK
Gambar 11
Bagan penggunaan Form JIEPA
JAPAN INDONESIA
FORM JIEPA
Gambar 12
Kesepakatan Indonesia-Australia
AUSTRALIA INDONESIA
CUSTOMS APPROVAL
c). Kasus-kasus
1. Preferensi tarif
Dalam PIB diberitahukan jenis dan jumlah barang:
400 cartons Various Rubber Products = 14.400 pcs. Origin:
Malaysia.
Pos tarif BTBMI atas barang tersebut: 4016.99.9000 BM: 10%, PPN:
10%. Importasinya mendapatkan preferensi tarif bea masuk
berdasarkan preferensi tarif Asean PTA’s, sehingga BM menjadi 5%.
Hasil penelitian atas berkas PIB dan dokumen pelengkapnya
kedapatan dokumen pelengkap pabean telah dilampirkan termasuk
surat izin karantina. Namun Surat Keterangan Asal (SKA/Form E)
belum dilampirkan. Persyaratan untuk mendapatkan tarif preferensi
adalah menyerahkan CoO. Oleh karena itu importir diminta
menyerahkan CoO yang diterbitkan oleh institusi terkait di luar
negeri.
Apabila dokumen yang diminta telah disampaikan, PFPD akan
meneliti keabsahan dokumen dan persyaratan impor lainnya; dan
selanjutnya akan menerbitkan SPPB.
4. Larangan pembatasan
Dalam PIB diberitahukan jenis dan jumlah barang:
1 set Dual Flow Dyeing Machine Model: AK-SL250, Made in China.
Jumlah barang: 1 pallet, 1 set, 3,420 Kgs.
Hasil penelitian atas berkas PIB dan dokumen pelengkapnya
kedapatan dokumen pelengkap pabean telah dilampirkan.
Berdasarkan contoh barang yang diajukan kedapatan barang bekas
pakai.
Sesuai ketentuan Departemen Perdagangan impor barang bekas
dilarang. Jika dalam PIB tidak diberitahukan sebagai barang bekas,
barang tersebut menjadi milik negara. Namun jika diberitahukan
sebagai barang bekas pakai, pihak importir diminta menyerahkan
izin terkait dari instansi yang berwenang.
b. Latihan 2
1) Salah satu hasil konvensi WTO adalah PSI (Pre Shipment Inspection).
Apa tujuan dari PSI dan apakah Indonesia melakukan pelaksanaan PSI
atas barang-barang impor?
2) Jika atas suatu komoditi tertentu dikenakan ketentuan larangan dan
pembatasan, apa yang harus dilakukan oleh orang yang akan mengajukan
pemberitahuan pabean impor atau ekspor dalam rangka penyelesaian
kewajiban pabeannya.
3) Salah satu hasil konvensi WCO adalah Kyoto Convention. Jelaskan
tujuan dan isi dari konvensi tersebut, dan bagaimana implementasinya di
Indonesia.
4) Jika seorang turis asing membawa mobilnya ke Indonesia dan berencana
akan menggunakannya selama ia di Indonesia, dan selanjutnya akan di
bawa kembali ke negaranya. Jelaskan prosedur penyelesaian
kepabeanannya di Indonesia dalam hal turis tersebut menyampaikan ATA
Carnet Passport.
5) Malaysia memproduksi barang yang bahan bakunya 20 % berasal dari
Thailand dan 60 % berasal dari Australia. Apakah atas produk yang
dihasilkan Malaysia tersebut dapat diberikan preferensi tarif dalam rangka
Asean PTA’s. Jelaskan tatacara perhitungan local content dimaksud.
Jelaskan tatacara mendapatkan fasilitas tersebut; dan dokumen apa yang
harus disampaikan kepada pabean untuk penyelesaian dokumen
impornya.
c. Rangkuman
d. Test Formatif 2
1. Agreement on Rules of Origin digunakan dalam:
a. Tindakan anti dumping;
b. Safeguard;
c. Preferensi tarif;
d. Jawaban diatas benar semua.
2. Tepung terigu merupakan salah satu komoditi impor yang harus diperiksa
di luar negeri oleh pihak Surveyor. Jika barang tersebut sudah dilakukan
pemeriksaan PSI maka ...
a. Bea dan Cukai tidak boleh melakukan pemeriksaan fisik;
b. Bea dan Cukai boleh melakukan pemeriksaan fisik;
c. Pemeriksaan Bea dan Cukai dilaksanakan bersama dengan
surveyor;
d. Pemeriksaan dilakukan bersama Deperdag.
3. Jika suatu komoditi hasil produksi dalam negeri akan dilindungi maka
atas impor barang sejenis dapat diberlakukan ketentuan:
a. Larangan impor
b. Pembatasan
c. Tataniaga
d. Persyaratan izin impor.
c. Safeguard;
d. Semua jawaban diatas benar.
10. Kyoto Convention berisi Annex Umum dan Annex Khusus. Annex Umum
antara lain meliputi:
a. Definisi, audit, jaminan, teknologi informasi;
b. Kedatangan barang impor, impor, ekspor, kawasan bebas.
c. Definisi, impor, ekspor, jaminan.
d. Audit , TI, Kawasan Bebas (Free Trade Zone)
DIKLAT FUNGSIONAL PFPD 66
12. Customs Convention on the ATA Carnet for the Temporary Admission of
Goods disebut sebagai:
a. Kyoto Convention;
b. Istanbul Convention;
c. Uruguay Convention;
d. Geneve Convention.
13. Negara yang ingin bergabung dalam ATA Carnet Agreement harus
mendaftar ke:
a. IBCC.
b. ICC.
c. NGA
d. KADIN.
15. Barang impor yang berasal dari Korea jika ingin mendapatkan preferensi
tarif bea masuk, harus mengajukan form:
a. Form A.
b. Form C.
c. Form D.
d. Form AK.
DIKLAT FUNGSIONAL PFPD 67
Cocokkan hasil jawaban dengan kunci jawaban yang terdapat di modul ini.
Hitung jawaban Saudara dengan benar. Kemudian gunakan rumus untuk
mengetahui tingkat pemahaman Saudara terhadap materi Kepabeanan
Internasional.
PENUTUP
Semoga sukses.
DIKLAT FUNGSIONAL PFPD 69
TEST SUMATIF
11. Barang-barang tersebut dibawah ini hanya boleh diimpor oleh importir
terdaftar dengan mendapat izin dari Deperdag, sebagai berikut:
a. Petasan, bahan peledak, narkotika, barang pornographi, HP.
b. Gula, beras, tekstil, HP.
c. Barang-barang bekas, narkotika, HP.
d. Petasan, HP, laptop.
13. Untuk membuktikan suatu komoditi berasal dari suatu negara, diterbitkan
...
a. CoO oleh negara produsen.
b. CoO oleh negara pemasok.
c. Form D oleh negara tujuan.
d. Form C oleh negara tujuan.
20. Untuk mendapatkan CoO dalam rangka Asean PTA’s produksi barang
yang bersangkutan harus memenuhi ketentuan local content ...
a. 20%
b. 40%
c. 50%
d. 60%
21. Untuk mendapatkan preferensi tarif atas barang-barang yang berasal dari
China, pada pengajuan PIB disertai CoO form ...
a. IJEPA;
b. ICHINA
c. Form D
d. Form E
d. Camberra.
II. Lingkarilah jawaban B jika benar atau S jika salah dalam pernyataan
dibawah ini.
KUNCI JAWABAN
1. Test Formatif
2. Test Sumatif
DAFTAR PUSTAKA
1. Peraturan Perundang-undangan.
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. 1999. WTO Menuju Perdagangan Masa
Depan.
DIKLAT FUNGSIONAL PFPD 79
3. Publikasi online
___________ ___________
Issued In
(Country)
See Notes Overlep
5. Means of Transport and 6. For official use
route (as far as known) Parential Treatment Given Under ASEAN
COMMON Effective Preferential Tariff Scheme
Departure date
Preferential Treatment Given Under ASEAN
Vessel’s name/Aircraft etc. Industrial Cooperation Scheme
________________________
Signature of authorized signatory of The Importing
Country
5. Item 6. Marks 7. Number and type 8. Origin 9. Cross weight 10. Number and
Number and of packages, criterion (see or other date of invoices
numbers description of goods notes overleaf) quantity and
on (including quantity value (FOB)
packages where appropriate
DIKLAT FUNGSIONAL PFPD 81
and HS number of
the importing
Country).
12. Certification
11. Declaration by the exporter
It is hereby certified on the basis of control carried out,
The undersigned hereby declares that the Declaration by the exporter is correct.
that the above details and
statement correct : that all the
goods were produced in
(Country)
(Importing Country)
FORM E
Issued In
(Country)
Se Notes Overlep
9. Means of Transport and route (as far as 10. For official use
known) Parential Treatment Given Under
ASEAN-CHINA
Departure date Free Trade Area Prefrential Tariff
The undersigned hereby declares that the It is hereby certified on the basis of control
above details and statement correct : that all carried out, that the Declaration by the
the goods were produced in exporter is correct.
CHINA
(Country)