1. Karakteristik subyek
Subyek dalam penelitian kali ini adalah penderita katarak yang melakukan
ini mengguanakan data rekam medis yang diambil pada periode januari 2012 -
desember 2014 .Berdasarkan data yang diambil selama tiga tahun diperoleh sampel
kelompok katarak dengan diabetes mellitus dan 30 pasien kelompok katarak tanpa
diabetes mellitus. Pada penelitian ini dilihat perbedaan tajam penglihatan pasca
operasi facoemulsifikasi pada pasien katarak dengan diabetes mellitus dan katarak
<40 1 1,7 %
40-60 23 38,3 %
>60 36 60%
perempuan 36 60%
jumlah 60 100%
kanan 31 51,6 %
Kiri 29 48, 3 %
jumlah 60 100,0 %
Tabel diatas menunjukan bahwa dari hasil diagnosis lebih banyak mata kanan
Pada penelitian ini, disajikan data tajam penglihatan sebelum dan sesudah
operasi fakoemulsifikasi pada pasien katarak dengan diabetes mellitus dan katarak
DM NDM
Kriteria Pre-op Post-op Pre-op Post-op
Baik 2 24 2 28
Sedang 3 2 14 2
Buruk 25 4 14 0
Total 30 30 30 30
post
pre-opDMDM 30 30 36,20 0,000
15,620 0,010
Tabel 6. Hasil analisis perbedaan tajam penglihatan sebelum dan sesudah fakoemulsifikasi
post NDM
post-op DM 30pada30
katarak 24,80
dengan DM
0,2543
totalanalisis perbedaan
Tabel 7. Hasil 60 tajam penglihatan sebelum dan sesudah fakoemulsifikasi
pada katarak tanpa DM
Pada tabel diatas, sig 0,000 dengan mean pre-op (15,620) dan post – op
(0,2543)
Pada tabel diatas, sig 0,000 (<0,05) dengan mean pre-op (0,8360) dan post – op
(0,0953).
B. Pembahasan
dapatkan hasil penderita terbanyak pada kelompok umur lebih dari 60 tahun
sebanyak 36 pasien (60 %), kemudian kelompok umur 40-60 tahun sebanyak 23
pasien (38,3 %) dan kelompok umur <40 tahun sebanyak 1 pasien (1,7 %). Pada
penderita katarak memiliki sebaran terbanyak pada usia lebih dari 40 tahun dan akan
usia lebih dari 70 tahun ( Mo’otapu., et al. 2015 ). Sembilan puluh persen pasien
diabetes mellitus merupakan diabetes mellitus tipe 2, yang sering terjadi pada usia
diatas 30 tahun dan semakin meningkat pada usia lebih dari 45 tahun seiring mulai
terjadinya degenerasi sel – sel tubuh secara fisiologis dan begitu beresiko DM untuk
angka mortalitas maupun morbilitas pada kelompok usia tersebut ( Martono, 2014)
sebanyak 36 pasien (60%) dan laki – laki sebanyak 24 pasien (40%). Pada penelitian
Gowri L Khantan., dkk (2010) mencari hubungan pemberian estrogen eksogen, faktor
reproduksi wanita dan kejadian jangka panjang dengan katarak. Hasil penelitian
tersebut tidak memliki hubungan yang signifikan. Namun, pada penelitian lain
menjelaskan bahwa perempuan mempunyai resiko menderita lebih banyak dari pada
laki- laki. Hal ini disebebkan karena penurunan produksi estrogen pada ovarium.
Penurunan estrogen ini mengubah testosterone adrenal dan androstenedion
menjadi 17β estradiol dan estron yang terjadi pada jaringan adiposa. Perubahan ini
pengeluaran insulin sel beta pancreas, dan kerja insulin sehingga penurunan estrogen
Pada tabel 5 data karakteristik mata subyek dari 60 penderita katarak yang
diteliti, telah didapatkan hasil diagnosis 31 mata kanan menderita katarak dengan
persentase 51,6 % sedangkan sisanya 29 pasien terjadi pada mata kiri dengan
persentase sebanyak 48,3 %. Tidak ada penelitian yang mencari hubungan katarak
dengan hasil diagnosis mata kanan maupun mata kiri. Namun, Hasil diatas sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh nungki., (2014) dimana mata kanan lebih
sesudah operasi fakoemulsifikasi pada pasien katarak dengan DM. Hasil analisis data
tersebut menjelaskan bahwa nilai rata – rata tajam penglihatan sebelum operasi
operasi diperoleh nilai rata – rata tajam penglihatan sebesar 0,2543. Hal tersebut
sesudah operasi. Nilai rata- rata yang menurun menunjukan bahwa terjadi perbaikan
nilai tajam penglihatan sebelum dan sesudah operasi fakoemulsifikasi pada pasien
katarak dengan DM dengan nilai sig 0,000 ( < 0,05 ) yang menunjukukan bahwa nilai
perubahan tersebut signifikan. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Fong, dkk. (2010) yang menjelaskan bahwa terdapat perubahan tajam
dengan DM.
operasi fakoemulsifikasi pada pasien katarak tanpa diabetes mellitus. Nilai rata-rata
setelah operasi fakoemulsifikasi nilai rata – rata tajam penglihatan pada pasien
katarak tanpa diabetes mellitus berubah menjadi 0,0953. Dengan nilai sig sebesar
0,000 (<0,05). Hal tersebut menunjukan adanya Perubahan yang signifikan pada nilai
tajam penglihatan sebelum dan sesudah operasi fakoemulsifikasi. Hal tersebut sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh fong dkk 2014 yang juga meneliti nilai tajam
penglihatan pada pasien katarak tanpa diabetes. Dari penelitian tersebut didapatkan
Pada tabel ke 8 didapatkan hasil mean rank dari uji Wilcoxon untuk
katarak dengan DM dan tanpa DM. Nilai mean rank pada pasien katarak dengan
diabetes mellitus diperoleh sebanyak 36,20. Sedangkan, pada pasien katarak tanpa
DM diperoleh nilai mean rank sebanyak 24,80. Semakin rendah nilai mean rank
menunjukan bahwa semakin baik nilai tajam penglihatan. pada tabel diatas diperoleh
nilai sig 0,010 (<0,05 ) yang menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
pada nilai tajam penglihatan sesudah operasi fakoemulsifikasi pada pasien katarak
dengan diabetes mellitus dan tanpa diabetes mellitus. Beberapa penelitian
mempunyai nilai yang lebih baik dari pada katarak dengan DM. hal tersebut di
BAB V
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian penelitian dan pembahasan dapat diambil
B. SARAN
Saran yang bisa di ambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :