Anda di halaman 1dari 12

RINGKASAN MATA KULIAH

TEORI AKUNTANSI
“Pilihan Kebijakan Akuntansi oleh Manajemen : Teori Keagenan”
SAP 12
Dosen Pengampu : Dr. I Gusti Ngurah Agung Suaryana, S.E., M.Si.

OLEH:
KELOMPOK 12

Ni Putu Pradnyawati 1506305027 (06)


Ni Ketut Modi Pitriani 1506305039 (07)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2017
1. Pengertian Agency Theory

Agency theory (teori keagenan) mengasumsikan bahwa semua individu


bertindak untuk kepentingannya sendiri. Pemegang saham diasumsikan hanya
bertindak terhadap hasil keuangan perusahaan sebagai peningkat investasi,
sedangkan agen diasumsikan sebagai penerima kepuasan yang berupa kompensasi
keuangan beserta syarat-syaratnya.
Watts & Zimmerman (1990) menyatakan bahwa laporan keuangan sebagai
angka-angka akuntansi yang diharapkan dapat meminimalkan konflik diantara
pihak-pihak yang berkepentingan. Manajemen laba pada akuisisi dapat ditelusuri
dari pengembangan agency theory yang mencoba menjelaskan bagaimana pihak-
pihak yang terlibat dalam perusahaan akan bersikap karena pada dasarnya mereka
memiliki kepentingan yang berbeda-beda.
Menurut Anthony dan Govindrajan (2005), teori keagenan merupakan
suatu hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Prinsipal mempekerjakan
agen untuk melakukan tugas dan kepentingan principal kepada agen. Pada
perusahaan yang modalnya terdiri atas saham, pemegang saham bertindak sebagai
principal, dan CEO (Chief Executive Officer) sebagai agen mereka. Pemegang
saham mempekerjakan CEO untuk bertindak sesuai dengan kepentingan principal
(Praditia, 2010). Teori agensi diasumsikan kepentingan dari tiap-tiap individu
sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent.
Tujuan dari teori agensi adalah
1) Meningkatkan kemampuan individu (baik prinsipal maupun agen) dalam
mengevaluasi lingkungan dimana keputusan harus diambil (The belief
revision role).
2) Mengevaluasi hasil dari keputusan yang telah diambil guna
mempermudah pengalokasian hasil antara prinsipal dan agen sesuai
dengan kontrak kerja (The performance evaluation role).
Secara garis besar teori agensi dikelompokkan menjadi dua
(Eisenhardt,1989), yaitu
1) Positve agent research, memfokuskan pada identifikasi situasi dimana
agen dan prinsipal mempunyai tujuan yang bertentangan dan mekanisme
pengendalian yang terbatas hanya menjaga perilaku self serving agen.
1
Secara ekslusif, kelompok ini hanya memperhatikan konflik tujuan antara
pemilik (stockholder) dengan manajer.
2) Principal agent research memfokuskan pada kontrak optimal antara
perilaku dan hasilnya, secara garis besar penekanan pada
hubungan principal dan agent. Principal-agent research mengungkapkan
bahwa hubungan agent-principal dapat diaplikasikan secara lebih luas,
misalnya untuk menggambarkan hubungan pekerja dan pemberi
kerja, lawyer dengan kliennya, auditordengan auditee.
Teori agensi tidak dapat dilepaskan dari kedua belah pihak diatas, baik
prinsipal maupun agen merupakan pelaku utama dan keduanya
mempunyai bargaining position masing-masing dalam menempatkan posisi,
peran dan kedudukannya. Prinsipal sebagai pemilik modal memiliki akses pada
informasi internal perusahaan sedangkan agen sebagai pelaku dalam praktek
operasional perusahaan mempunyai informasi tentang operasi dan kinerja
perusahaan secara riil dan menyeluruh. Posisi, fungsi, situasi, tujuan, kepentingan
dan latar belakang prinsipal dan agen yang berbeda dan saling bertolak belakang
tersebut akan menimbulkan pertentangan dengan saling tarik menarik kepentingan
(conflict of interest) dan pengaruh antara satu sama lain. Berkaitan dengan
auditing, baik prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang yang memiliki
rasionalitas ekonomi, dimana setiap tindakan yang dilakukan termotivasi oleh
kepentingan pribadi atau akan memenuhi kepentingannya terlebih dahulu sebelum
memenuhi kepentingan orang lain. Teori keagenan mengatakan sulit untuk
mempercayai bahwa manajemen (agent) akan selalu bertindak berdasarkan
kepentingan pemegang saham (principal), sehingga diperlukan monitoring dari
pemegang saham (Copeland dan Weston,1992:20). Shareholder atau prinsipal
mempekerjakan agen untuk melaksanakan tugas termasuk pengambilan keputusan
ekonomik, dalam lingkungan yang tidak pasti seperti perusahaan dalam
kondisi financial distress. Agen sebagai seorang manajer akan mengambil
keputusan untuk melakukan berbagai strategi guna mempertahankan
kelangsungan usaha perusahaan. Disisi lain agen merupakan pihak yang diberikan
kewenangan oleh prinsipal berkewajiban mempertanggungjawabkan apa yang
telah diamanahkan kepadanya. Teori keagenan menyatakan bahwa dalam

2
pengelolaan perusahaan selalu ada konflik kepentingan (Brigham dan
Gapenski,1996) antara (1) manajer dan pemilik perusahaan (2) Manajer dan
bawahannya, (3) Pemilik perusahaan dan kreditor.
Oleh karena itu, dibutuhkan adanya pihak yang melakukan proses
pemantauan dan pemeriksaan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh pihak-pihak
tersebut diatas. Aktivitas pihak-pihak tersebut, dinilai lewat kinerja keuangannya
yang tercermin dalam laporan keuangan. Lebih lanjut dalam agency
theory, pemilik perusahaan membutuhkan auditor untuk memverifikasi informasi
yang diberikan manajemen kepada pihak perusahaan. Sebaliknya, manajemen
memerlukan auditor untuk memberikan legitimasi atas kinerja yang mereka
lakukan (dalam bentuk laporan keuangan), sehingga mereka layak mendapatkan
insentif atas kinerja tersebut. Disisi lain, kreditor membutuhkan auditor untuk
memastikan bahwa uang yang mereka kucurkan untuk membiayai kegiatan
perusahaan, benar-benar digunakan sesuai dengan persetujuan yang ada, sehingga
kreditor bisa menerima bunga atas pinjaman yang diberikan.
Pengawasan atau monitoring yang dilakukan oleh pihak independen
memerlukan biaya atau monitoring cost dalam bentuk biaya audit, yang
merupakan salah satu dari agency cost (Jensen dan Meckling, 1976). Biaya
pengawasan (monitoring cost) merupakan biaya untuk mengawasi
perilaku agent apakah agent telah bertindak sesuai kepentingan
principal dengan melaporkan secara akurat semua aktivitas yang telah ditugaskan
kepada manajer. Uraian tersebut diatas memberi makna bahwa auditor merupakan
pihak yang dianggap dapat menjembatani kepentingan pihak pemegang saham
(principal) dengan pihak manajer (agent) dalam mengelola keuangan perusahaan
(Setiawan, 2006) termasuk menilai kelayakan strategi manajemen dalam upaya
untuk mengatasi kesulitan keuangan perusahaan. Auditor independen melakukan
fungsi pengawasan atau monitoring atas pekerjaan manajer melalui sebuah sarana
yaitu laporan keuangan, sehingga auditor akan melakukan proses audit terhadap
kewajaran laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan modal dan laporan arus kas termasuk catatan atas laporan keuangan
yang kemudian akan memberikan pendapat atas pekerjaan auditnya dalam bentuk
opini audit. Auditor independen melakukan pengawasan atau monitoring karena

3
manajer berkeinginan untuk menyajikan laporan keuangan agar tampak lebih baik
dari kondisi senyatanya (Cosserat, 1999). Sejalan dengan pendekatan audit top
down holistic, auditor berkewajiban untuk mengevaluasi resiko bisnis klien
(Boynton, 2002). Perusahaan yang mengalami financial distress memiliki resiko
bisnis yang lebih besar. Oleh karena itu, auditor akan mempertimbangkan rencana
dan tindakan stratejik yang dilakukan manajemen, khususnya rencana manajemen
yang terlalu optimistik (Hackenbrack dan Nelson, 1996).
Pengguna laporan keuangan akan mengambil keputusan ekonomi atas
dasar laporan keuangan auditan. Oleh karena itu, opini tentang kemampuan
perusahaan untuk melanjutkan usahanya merupakan informasi penting bagi
pengguna laporan keuangan. Opini going concern, yang secara jelas menyebutkan
adanya keraguan auditor akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan
usahanya merupakan signal bahwa perusahaan sedang menghadapi masalah going
concern, seperti masalah kesulitan keuangan.

2. Konsep Teori Keagenan

Konsep agency theory sendiri merupakan suatu hubungan antara


principal sebagai pemilik atau pemegang saham dengan manajemen yang
bertindak sebagai agen. Principal merupakan pihak yang memberikan mandat
kepada agen untuk bertindak atas nama principal, sedangkan agen merupakan
pihak yang diberi amanat oleh principal untuk menjalankan perusahaan.
Pengaplikasian agency theory dapat terwujud dalam sebuah kontrak kerja
yang mengatur proporsi hak dan kewajiban dari masing-masing pihak dengan
tetap memperhitungkan manfaat secara keseluruhan. Kontrak kerja menjadi
optimal apabila dalam pelaksanaan kontrak terdapat fairness (mencapai
keadilan) antara principal dan agen yang memperlihatkan pelaksanaan
kewajiban yang optimal oleh agen dan pemberian insentif imbalan khusus
yang memuaskan dari principal ke agen.
Eisenhard (1989) menyatakan bahwa teori keagenan dilandasi oleh 3
asumsi yaitu:
a. Asumsi tentang sifat manusia. Asumsi tentang manusia yang
memiliki sifat mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki
4
keterbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan tidak
menyukai resiko (risk aversion).
b. Asumsi tentang keorganisasian. Asumsi tentang adanya konflik
antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria produktivitas,
serta adanya Asymmetric Information (AI) antara prinsipal dengan
agen.
c. Asumsi tentang informasi. Asumsi tentang informasi yang
dipandang sebagai barang komoditi yang dapat
diperjualbelikan.

Principal sebagai pemilik modal memiliki hak atas akses terhadap


informasi internal perusahaan, sedangkan agen yang bertugas menjalankan
operasional perusahaan memiliki informasi terhadap kegiatan operasi dan
kinerja perusahaan secara riil dan menyeluruh, namun agen tidak memiliki
wewenang mutlak dalam pengambilan keputusan dikarenakan pengambilan
keputusan merupakan wewenang dari principal selaku pemilik perusahaan.

3. Agency theory dalam Praktik Akuntansi dan Aplikasinya pada


Pengelolaan Perusahaan

Teori keagenan berperan penting terhadap akuntansi dalam


menyediakan informasi setelah terjadinya suatu kejadian. Peran tersebut
seringkali diasosiasikan dengan peran pengurusan (stewardship) akuntansi,
dimana seorang agen melaporkan kejadian-kejadian di masa lalu kepada
prinsipal.
Dalam memotivasi agen prinsipal perlu merancang suatu kontrak
sehingga dapat mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam
kontrak keagenan. Kontrak dikatakan efisien apabila memenuhi faktor
berikut:

a. Agen dan prinsipal memiliki informasi dengan kualitas dan


jumlah yang sama sehingga tidak terdapat informasi tersembunyi
yang dapat digunakan untuk kepentingan pribadi.

5
b. Risiko yang dipikul agen berkaitan dengan imbal jasanya yang
kecil, artinya agen mempunyai kepastian yang tinggi mengenai
imbalan yang diterimanya.

Namun pada kenyataannya, informasi simetris itu tidak pernah terjadi,


karena manajer berada di dalam perusahaan sehingga manajer mempunyai
banyak informasi mengenai perusahaan, sedangkan prinsipal sangat jarang
atau bahkan tidak pernah datang ke perusahaan sehingga informasi yang
diperoleh sangat sedikit. Akibatnya kontrak efisien tersebut tidak pernah
terlaksana sehingga hubungan agen dan prinsipal selalu dilandasi oleh
asimetri informasi.

3.1 Konflik antara pemegang saham dengan kreditur


Pihak kreditur memiliki klaim atas sebagian dari arus kas perusahaan
yang berkaitan dengan pembayaran bunga dan pokok utang. Klaim atas aset
perusahaan terjadi ketika perusahaan mengalami kebangkrutan. Ketika hal ini
terjadi, perusahaan harus segera mengambil keputusan apakah akan
melikuidasi perusahaan dengan menjual seluruh aset atau melakukan
reorganisasi dengan tujuan mempertahankan pekerjaannya. Keputusan yang
dambil manajer akan berdampak terhadap pemegang saham atau kreditur atau
kedua belah pihak. Kreditur pada umumnya menghendaki likuidasi
perusahaan sehingga mereka dapat segera menarik dananya. Disisi lain,
manajemen tentunya menginginkan perusahaan tetap eksis sehingga memilih
mereorganisasi perusahaan.

3.2 Konflik antara pemegang saham dengan pihak manajemen

Konflik kepentingan antara prinsipal dengan agen dapat terjadi karena


adanya kelebihan aliran kas (excess cash flow). Kelebihan arus kas tersebut
cenderung diinvestasikan untuk hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan
kegiatan utama perusahaan. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan
kepentingan karena pemegang saham lebih menyukai investasi yang berisiko
tinggi namun menghasilkan return tinggi, sementara manajemen lebih
memilih investasi dengan risiko yang lebih rendah.

6
Agency theory menunjukkan manajer akan berusaha untuk
memaksimalkan utilitasnya dengan mengorbankan para pemegang saham
perusahaan. Agen memiliki kemampuan untuk beroperasi sendiri dan
mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan perusahaan. Hal ini
disebabkan oleh informasi yang bersifat asimetris.

4. Masalah Keagenan

Masalah keagenan potensial terjadi apabila bagian kepemilikan


manajer atas saham perusahaan kurang dari seratus persen (Masdupi, 2005).
Dengan proporsi kepemilikan yang hanya sebagian dari perusahaan membuat
manajer cenderung bertindak untuk kepentingan pribadi dan bukan untuk
memaksimumkan perusahaan, sehingga nantinya akan menyebabkan biaya
keagenan (agency cost). Hampir mustahil sebuah perusahaan memiliki zero
agency cost yang dapat menjamin manajer dalam mengambil keputusan yang
optimal dari pandangan shareholders akibat adanya perbedaan kepentingan
diantara mereka. Terkadang untuk mencapai kepentingannya, manajemen
dapat bertindak menggunakan akuntansi sebagai alat untuk melakukan
rekayasa.
Menurut Jensen dan Meckling (1976), permasalahan keagenan dibagi
menjadi dua, yaitu:

a. Moral Hazard yaitu permasalahan yang muncul jika agen tidak


melaksanakan hal-hal yang telah disepakati bersama dalam
kontrak kerja.
b. Adverse Selection yaitu keadaan dimana principal tidak dapat
mengetahui apakah keputusan yang diambil oleh agen benar-
benar didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya atau dari
kelalaian tugas.

5. Cara Untuk Mengatasi Masalah Keagenan

Pada suatu keadaan yang ekstrim, manajer perusahaan dapat bertindak


sepenuhnya berdasarkan perubahan harga saham sehingga mengakibatkan
biaya agen menjadi rendah karena manajer memiliki insentif besar untuk
7
memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham, dalam keadaan ini menyewa
manajer berbakat di bawah ikatan kontrak dapat mengakibatkan pendapatan
perusahaan akan dipengaruhi oleh peristiwa ekonomi yang tidak berada di
bawah kendali manajerial.
Didalam memotivasi manajer dan pemegang saham agar berperilaku
untuk memajukan tujuan perusahaan, Burdett dapat memberikan rekomendasi
kepada dewan direksi berupa:

a. Penilaian terhadap kinerja manajer dibuat dengan kontrak yang


jelas sehingga agen termotivasi untuk bekerja dengan kepentingan
terbaik principal.
b. Principal memberikan pilihan rencana insentif jangka pendek dan
jangka panjang sedangkan agen diberikan keleluasan dengan
batasan yang menguntungkan kepentingan para pemegang saham.

Untuk mencegah terjadinya konflik dapat dilakukan beberapa cara


berikut:

a. Menyusun standar yang jelas mengenai jabatan fungsional


maupun struktural ataupun posisi tertentu yang dianggap strategis
dan kritis serta diiringi dengan sosialisasi dan implementasi tanpa
ada pengecualian yang tidak masuk akal.
b. Diadakan tes kompetensi dan kemampuan untuk mencapai suatu
jabatan tertentu dengan adil dan terbuka.
c. Akuntabilitas dan transparansi dalam setiap proses bisnis agar
memungkinkan monitoring dari setiap pihak sehingga adanya
penyimpangan dapat diketahui dan diberikan sanksi tanpa
kompromi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Praditia, Okta Rezika. 2010. Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate


Governance terhadap Manajemen Laba dan Nilai Perusahaan pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
Tahun 2005-2008. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Semarang

Sukartha, I Made. 2007.” Pengaruh Manajemen Laba, Kepemilikan Manajerial,


dan Ukuran Perusahaan Pada Kesejahteraan Pemegang Saham Perusahaan
Target Akuisisi”. Disertasi Untuk Memperoleh derajat Doktor dalam Ilmu
Ekonomi, Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta

Scott, William R. 2012. Financial Accounting Theory Sixth Edition. Pearson.

https://www.scribd.com/doc/269711099/Makalah-Teori-Keagenan

9
Lampiran:

“REKAYASA LAPORAN KEUANGAN PT BANK LIPPO TBK 2002-2003”

Di tengah upaya pemulihan kepercayaan terhadap dunia perbankan dan


perekonomian nasional, kita dikejutkan oleh skandal keuangan yang dilakukan
Bank Lippo Tbk. Salah satu bank peserta rekapitalisai itu memberikan laporan
berbeda ke publik dan manajemen BEJ. Dalam laporan keuangan per 30
September 2002 yang disampaikan ke publik pada 28 November 2002 disebutkan
total aktiva perseroan Rp 24 triliun dan laba bersih Rp 98 miliar. Namun dalam
laporan ke BEJ pada 27 Desember 2002 total aktiva perusahaan berubah menjadi
Rp 22,8 triliun rupiah (turun Rp 1,2 triliun) dan perusahaan merugi bersih Rp1,3
triliun.

Perbedaan laporan keuangan itu segera memunculkan kontroversi dan


polemik. Manajemen beralasan perbedaan itu terjadi karena ada penurunan aset
yang diambil alih atau foreclosed asset dari Rp 2,393 triliun menjadi Rp 1,420
triliun.Akibatnya pada keseluruhan neraca terjadi penurunan tingkat kecukupan
modal atau capital adequacy ratio (CAR) dari 24,77 menjadi 4,23%. Namun
beberapa pihak menduga perbedaan laporan keuangan terjadi karena ada
manipulasi yang dilakukan manajemen.

Dugaan itu beralasan karena agunan yang dijadikan aset berasal dari
kelompok Lippo. Yakni, PT Bukit Sentul Tbk, PT Lippo Karawaci Tbk, PT Lippo
Cikarang Tbk, PT Lippo Securities Tbk, PT Hotel Prapatan Tbk, dan PT Panin
Insurance Tbk. BankLippo diduga juga melanggar di pasar modal berupa
perdagangan memanfaatkan informasi dari orang dalam (insider trading). Praktisi
pasar modal Lin Che Wei mengatakan, selama 40 hari perdagangan bursa mulai 4
November 2002 sampai 10 Januari 2003 terjadi anomali dalam transaksi saham
Bank Lippo (LPBN). Itu diduga dilakukan perusahaan sekuritas yang berafiliasi
dengan Lippo Group serta beberapa perusahaan sekuritas lain yang mempunyai
kedekatan dengan kelompok tersebut.

Keanehan terjadi karena satu menit menjelang penutupan pasar (pukul


15.59) sejumlah perusahaan sekuritas melakukan transaksi saham Bank Lippo

10
dengan volume hanya satu atau dua lot dengan harga selalu lebih rendah daripada
rata-rata harga pada hari itu. Akibatnya, hampir setiap hari harga saham bank itu
turun.

11

Anda mungkin juga menyukai