Anda di halaman 1dari 40

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

(RKS)

PEMBANGUNAN PLAZA PUSAT JAJANAN/KULINER

BAB I
UMUM

Pasal 1
a Pendahuluan

1. Pejabat Pembuat Komitmen :


Pejabat Pembuat Komitmen Satuan Kerja Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Lombok Tengah, Tahun Anggaran 2018.
2. Lokasi Pekerjaan : Kabupaten Lombok Tengah
3. Jenis Pekerjaan : Pembangunan 8 Unit Plaza Pusat Jajanan/Kuliner di Desa Aik
Bual
4. Sumber Dana :
Pembiayaan untuk pelaksanaan pekerjaan ini adalah berasal dari APBD
Kabupaten Lombok Tengah T.A. 2018 dengan DIPA :
 Nomor :
 Tanggal :
5. Kontrak Pekerjaan
Kontrak pelaksanaan pekerjaan adalah berpedoman pada Peraturan Presiden
No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah beserta
lampiran-lampiran serta perubahan-perubahannya dan dilaksanakan dengan
biaya yang telah ditetapkan untuk pekerjaan tersebut.

Pasal 2
Dasar Hukum

1. Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang jasa konstruksi;


2. Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2000 tentang usaha dan peran masyarakat
dalam konstruksi;
3. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang penyelenggaraan jasa
konstruksi;
4. Peraturan Presiden RI. No.54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2000 tentang penyelenggaraan pembinaan
jasa konstruksi.
6. Standart Industri Indonesia
7. Peraturan Beton Indonesia (SK SNI T-15-1992-03)
8. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PPKI-Ni/1961)
9. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI-1983).
10.Peraturan Instalasi Listrik (PUIL-1977) dan Ketetapan PLN
11.Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PBUI-1982)
12.Peraturan Cat Indonesia N-4
13.Pedoman Plumbing Indonesia Th. 1979 dan PAM

1
14.Peraturan Direktorat Jenderal Perawatan Departemen Tenaga Kerja tentang
penggunaan tenaga, keselamatan dan kesehatan kerja.

Pasal 3
Definisi

1. Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan pengadaan barang/jasa


yang dibiayai dengan APBN/APBD, baik yang dilaksanakan secara swakelola
maupun oleh penyedia barang/jasa.
2. Instansi pemerintah adalah Departemen, Lembaga Pemerintah Non
departemen, Sekretariat Lembaga Tertinggi Negara, Lembaga tinggi Negara,
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan instansi Pemerintah lainnya.
3. Pengguna barang/jasa adalah kepala kantor/satuan kerja/pemimpin
proyek/pemimpin bagian proyek/pengguna anggaran Daerah/pejabat yang
disamakan sebagai pemilik pekerjaan yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan pengadaan barang/jasa dalam lingkungan unit kerja/proyek
tertentu.
4. Penyedia barang/jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang
kegiatan usahanya menyediakan barang/layanan jasa.
5. Kepala kantor / satuan kerja adalah pejabat struktural departemen/lembaga
yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang
dibiayai dari dana anggaran belanja rutin APBN.
6. Pejabat Pembuat Komitmen adalah pejabat yang diangkat oleh Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran/Dewan Gubernur Bank
Indonesia/Pemimpin Badan Hukum Milik Negara/Direksi Badan Usaha Milik
Negara/Badan Usaha Milik Daerah sebagai pemilik pekerjaan, yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa.
7. Pantia pengadaan adalah tim yang diangkat oleh pengguna barang/jasa untuk
melaksanakan penunjukkan penyedia barang/jasa.
8. Barang adalah benda dalam berbagai bentuk dan uraian, yang meliputi bahan
baku, barang setengah jadi, barang jadi/peralatan, yang spesifikasinya
ditetapkan oleh pengguna barang / jasa.
9. Jasa Pemborongan adalah layanan pekerjaan pelaksanaan konstruksi atau
wujud fisik lainnya yang perencaanan teknis dan spesifikasinya ditetapkan
pengguna barang / jasa dan proses serta pelaksanaanya diawasi oleh
pengguna barang/jasa.
10.Jasa Konsultansi adalah layanan jasa keahlian profesional dalam berbagai
bidang yang meliputi jasa perencanaan konstruksi, jasa pengawasan
konstruksi, dan jasa pelayanan profesi lainnya, dalam rangka mencapai
sasaran tertentu yang keluarannya berbentuk piranti lunak yang disusun
secara sistematis berdasarkan kerangka acuan kerja yang ditetapkan pengguna
jasa.
8. Jasa Lainnya adalah Segala pekerjaan dan atau penyediaan jasa selain jasa
Konsultansi, jasa pemborongan dan pemasokan barang.

2
9. Dokumen pengadaan adalah dokumen yang disiapkan oleh panitia/pejabat
pengadaan sebagai pedoman dalam proses pembuatan dan penyampaian
penawaran oleh calon penyedia barang/jasa serta pedoman evaluasi
penawaran oleh panitia/pejabat pengadaan.
10.Kontrak adalah perikatan antara pengguna barang/jasa dengan penyedia
barang/jasa dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa.
11.Dokumen Kontrak adalah perikatan tertulis beserta lampirannya yang memuat
persyaratan dan ketentuan yang harus dipenuhi oleh para pihak.
12.Produksi dalam negeri adalah berbagai jenis barang/jasa yg dibuat/dihasilkan
didalam negeri.
13.Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi
kriteria yang ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang
Usaha Kecil, termasuk Koperasi skala usaha kecil.
14.Surat Jaminan adalah jaminan tertulis yg dikeluarkan oleh bank umum/
lembaga keuangan lainnya yang diberikan oleh penyedia barang/jasa kepada
pengguna barang/jasa untuk menjamin terpenuhinya persyaratan/kewajiban
penyedia barang/jasa.
15.Kemitraan adalah kerjasama usaha antara penyedia barang/jasa dalam negeri
maupun dengan luar negeri yang masing-masing pihak mempunyai hak,
kewajiban dan tanggung jawab yang jelas, berdasarkan kesepakatan bersama
yang dituangkan dalam perjanjian tertulis.

Pasal 4
Dokumen Pengadaan dan Calon Rekanan

1. Dokumen Pengadaan
a. Yang dimaksud sebagai dokumen pengadaan adalah :
 Undangan pengadaan barang/jasa;
 Pedoman Prakualifikasi ;
 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat, terdiri dari :
(1) Petunjuk Umum
(2) Administrasi Pelaksanaan
(3) Spesifikasi Teknik
 Gambar Kerja;
 Syarat-syarat Umum Kontrak;
 Syarat-syarat khusus kontrak;
 Daftar kuantitas dan harga;
 Bentuk surat penawaran;
 Bentuk Kontrak;
b. Apabila terdapat perbedaan ukuran-ukuran diantara gambar dan RKS, maka
yang dianggap berlaku adalah penjelasan/keputusan-keputusan didalam
penjelasan pekerjaan/ Aanwijzing atau keputusan Pengawas
Pekerjaan/Direksi.
c. Gambar-gambar detail pokok disediakan oleh Perencana/Pemberi Tugas,
tetapi pelaksanaan pekerjaan bila diperlukan, maka Pemborong wajib
membuat gambar-gambar konstruksi untuk melengkapi gambar yg sudah
ada, agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilaksanakan dengan sempurna dan

3
senantiasa harus mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas
Pekerjaan/Direksi sebelum dilaksanakan.

2. Calon Rekanan.
a. Calon Rekanan adalah rekanan/kontraktor yang memenuhi kualifikasi serta
diundang oleh panitia Penunjukan Langsung untuk mengajukan penawaran.
b. Calon Rekanan dianggap telah menguasai sepenuhnya hal ikhwal yang
dimaksud dalam Dokumen Pengadaan setelah diadakan penjelasan
pekerjaan (Aanwijzing).
c. Calon Rekanan sebaiknya memeriksa dan meneliti lokasi pekerjaan dan
mengetahui serta menguasai sepenuhnya kondisi fisik medan, luas dan
macam pekerjaan, bahan-bahan yang diperlukan, perlengkapan yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 5
Pemberian Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)

1. Penjelasan pekerjaan atau Aanwijzing akan dilaksanakan oleh panitia


pengadaan pada,
 Hari :
 Tanggal :
 Jam :
 Tempat :
2. Peninjauan untuk mengikuti penjelasan dilapangan adalah menjadi
tanggung jawab dan atas biaya calon rekanan sendiri.
3. Pertanyaan dari calon rekanan dan jawaban dari panitia pengadaan dan
keterangan dari panitia pengadaan maupun perubahan lain yg terjadi saat
peninjauan lapangan harus dituangkan dalam BAP penjelasan.
4. Bila terjadi perubahan yang penting yang perlu ditampung pada BAP diatas
maka panitia pengadaan harus membuat addendum Dokumen Pengadaan yang
menjadi satu kesatuan dengan Dokumen Pengadaan.

Pasal 6
Penyampaian Dokumen Penawaran

1. Penyampaian Dokumen Penawaran akan diselenggarakan pada :


 Hari :
 Tanggal :
 Jam :
 Tempat :
2. Keterangan-keterangan yang harus disertakan dalam dokumen penawaran
adalah :
a. Kelengkapan Persyaratan Administrasi :
(1) Surat Penawaran dibuat diatas kertas berkop perusahaan, bermaterai
Rp. 6000, bertanggal, ditandatangani oleh yang berwenang, dan
distempel perusahaan

4
(2) Surat Pernyataan Telah Meninjau Lapangan dibuat diatas kertas berkop
perusahaan, bermaterai Rp. 6000, bertanggal, ditandatangani oleh
yang berwenang, dan distempel perusahaan.
(3) Surat Pernyataan Kesanggupan Melaksanakan Pekerjaan Pelaksanaan
dan Tunduk kepada PERPRES No. 54 Tahun 2010 beserta
perubahannya dibuat diatas kertas berkop perusahaan, bermaterai Rp.
6000, bertanggal, ditandatangani oleh yang berwenang, dan distempel
perusahaan.
(4) Surat Pernyataan Sanggup Membayar Astek dan Galian C, dibuat
diatas kertas berkop perusahaan, bermaterai Rp. 6000, bertanggal,
ditandatangani oleh yang berwenang, dan distempel perusahaan
(5) Jaminan Penawaran
(6) Surat Kuasa bermaterai Rp. 6000,- (jika dikuasakan)
b. Persyaratan - persyaratan Teknis :
(1) Metode Pelaksanaan pada proyek ini (bila diperlukan)
(2) Jadwal waktu (Time Schedule) Barchat
(3) Daftar Peralatan yang dipergunakan pada pekerjaan ini
(4) Daftar personil yang akan ditempatkan pada pekerjaan ini
(5) Pengalaman Perusahaan 4 tahun terakhir.
(6) Struktur organisasi Pelaksanaan pada pekerjaan ini
c. Kelengkapan Persyaratan Biaya :
(1) Surat Penawaran Biaya yang mencantumkan masa berlakunya
penawaran, dibuat diatas kertas berkop perusahaan bermaterai Rp.
6000,- (enam ribu rupiah) bertanggal, ditandatangani oleh pemimpin
perusahaan/kuasa usaha yang namanya tercantum dalam akte
pendirian perusahaan dan perubahannya dan distempel perusahaan.
(2) Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya
(3) Rencana Anggaran Biaya
(4) Analisa Harga Satuan
(5) Daftar Harga Upah dan Bahan
2. Dokumen penawaran dibuat dalam rangkap 3 (tiga) yaitu 1 (satu) asli + 2
(dua) Copy dan masing-masing set harus dijilid dengan baik serta diberi tanda
“ASLI” untuk dokumen asli dan tanda “COPY” untuk dokumen copy.

Pasal 7
Evaluasi Dokumen Penawaran

1. Evaluasi Administrasi
Evaluasi administrasi dilakukan dengan mengevaluasi kelengkapan, keabsahan
dan pemenuhan persyaratan administrasi :
a. Kelengkapan dokumen penawaran yang disyaratkan dalam dokumen
pengadaan.
b. Surat Penawaran
Surat penawaran dinyatakan memenuhi persyaratan administrasi apabila :
(1) Ditandatangani oleh Pemimpin/Direktur Utama atau penerima kuasa
dari Direktur Utama yang nama penerima kuasanya tercantum dalam
akte pendirian atau perubahannya, atau kepala cabang perusahaan
yang diangkat oleh kantor pusat yang dibuktikan dengan dokumen
otentik, atau pejabat yang menurut perjanjian kerjasama adalah yang
berhak mewakili perusahaan yang bekerjasama;

5
(2) Jangka waktu berlakunya surat penawaran tidak kurang dari waktu
yang ditetapkan dalam dokumen pengadaan;
(3) Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yang ditawarkan tidak melebihi
jangka waktu yang ditetapkan dalam dokumen pengadaan;
(4) Bermaterai cukup dan bertanggal;
(5) Isi surat penawaran sesuai yang disyaratkan;
(6) Tidak terdapat persyaratan tambahan kecuali ralat.
c. Surat Kuasa
Harus ditandatangani oleh penerima kuasa dari Direktur Utama yang nama
penerima kuasanya tercantum dalam akte pendirian atau perubahannya,
atau kepala cabang perusahaan yang diangkat oleh kantor pusat yang
dibuktikan dengan dokumen otentik, atau pejabat yang menurut perjanjian
kerjasama adalah yang berhak mewakili perusahaan yang bekerjasama.
d. Daftar Kuantitas dan Harga
Daftar kuantitas dan harga setiap jenis/item pekerjaan harus diisi dengan
lengkap, kecuali ditentukan lain dalam dokumen pengadaan. Harga satuan
yang tidak diisi oleh penyedia jasa tidak akan dibayar, tetapi harus
dilaksanakan dan dianggap termasuk dalam harga satuan mata
pembayaran lainnya dalam daftar kuantitas dan harga yang ditawarkan.
e. Analisa Harga Satuan Mata Pembayaran Utama
Analisa harga satuan mata pembayaran utama harus lengkap sesuai
dipersyaratkan dalam dokumen pengadaan.
f. Kelengkapan Lampiran Penawaran

2. Evaluasi Teknis
Evaluasi teknis meliputi :
 Proposal Teknis (Metoda pelaksanaan)
 Jadwal waktu pelaksanaan
 Jenis, kapasitas, komposisi dan jumlah peralatan
 Spesifikasi teknis
 Personil inti
 Syarat teknis lainnya
a. Proposal Teknis (Metoda Pelaksanaan)
(1) Dimaksudkan untuk menilai kecakapan Kontraktor dalam memahami
lingkup pekerjaan yang tertera dalam Gambar Kerja dan RKS.
(2) Sub unsur yang dinilai antara lain : Pemahaman Pekerjaan yang akan
dilaksanakan yang tercantum dalam RKS, penilaian terutama meliputi :
pengertian terhadap tujuan proyek, lingkup pekerjaan yang akan
dilaksanakan (aspek-aspek utama yang diindikasikan dalam Gambar
Kerja dan RKS) dan pengenalan lapangan.
(3) Metode Pelaksanaan, yang dinilai terutama meliputi ketepatan
menganalisa masalah dan langkah pemecahan yang diusulkan dengan
tetap mengacu kepada persyaratan Gambar dan RKS, konsistensi
antara metode pelaksanaan dengan rencana kerja, jadwal penggunaan
tenaga kerja, jadwal penggunaan bahan dan penggunaan peralatan
serta struktur organisasi yang diajukan, apresiasi dan inovasi
tanggapan terhadap Gambar dan RKS khususnya percepatan
pelaksanaan yang menggambarkan bahwa proyek dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.
b. Peralatan perusahaan
Penilaian dilakukan dengan membandingkan peralatan yang diminta
dengan peralatan yang diusulkan untuk melaksanakan pekerjaan dengan

6
memperhatikan jenis komposisi, serta jumlah alat yang telah diminta
didalam Bestek.
Unsur yang dinilai adalah :
Kesesuaian komposisi yang diajukan dengan jumlah alat yang diminta
dalam bestek serta memiliki bukti kepemilikan atau bukti sewa.
c. Kualifikasi Personil Perusahaan
Penilaian dilakukan atas Personil yang diusulkan untuk melaksanakan
pekerjaan dengan memperhatikan jenis keahlian, pengalaman serta jumlah
tenaga yang telah diminta didalam Bestek.
Unsur-unsur yang dinilai adalah :
Kesesuaian tingkat pendidikan yang dibuktikan dengan copy ijasah & SKT
untuk tenaga teknis dan ijasah untuk tenaga administrasi, serta memiliki
pengalaman dan keahlian dibidangnya.

3. Evaluasi Kewajaran Harga


Unsur-unsur yang perlu diteliti dan dinilai dalam evaluasi kewajaran harga
adalah hal-hal yang pokok dan penting meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Evaluasi Harga Penawaran
Penawaran dinyatakan memenuhi persyaratan apabila harga penawaran
tidak melebihi pagu anggaran.
b. Evaluasi Kewajaran Harga.
(1) Total harga yang ditawarlkan secara keseluruhan (Kontrak Lum sump)
dan atau bagian unsur-unsurnya
(2) Jika terdapat perbedaan penulisan angka dengan huruf maka yang
menentukan adalah nilai dalam huruf.
(3) Dalam evaluasi harga penawaran dapat dilakukan :
 Klarifikasi bilamana terdapat harga satuan jenis pekerjaan yang
timpang.
 Klarifikasi dalam hal penawaran komponen dalam negeri terlalu
tertinggi dibandingkan dengan HPS

Pasal 8
Pembuatan Berita Acara Evaluasi Dokumen Penawaran

Panitia pengadaan membuat kesimpulan dari evaluasi Penawaran berupa


Berita Acara Evaluasi Pembukaan Dokumen Penawaran. Berita Acara tersebut
harus memuat hal-hal sebagai berikut :
1. Methoda evaluasi yang digunakan;
2. Unsur-unsur yang dievaluasi;
3. Tanggal dibuat berita acara;
4. Perlu tidaknya dilakukan klarifikasi dan negosiasi harga.

Pasal 9
Penetapan Penyedia Barang/Jasa

Berdasarkan berita acara hasil evaluasi, klarifikasi dan negosiasi, panitia


pengadaan mengusulkan calon penyedia barang/jasa kepada pengguna
barang/jasa atau pejabat yang berwenang menetapkan penyedia barang/jasa

Pasal 10
Penunjukan Penyedia Barang/Jasa

7
Berdasarkan surat penetapan dari pejabat yang berwenang, panitia pengadaan
mengumumkan di papan pengumuman resmi untuk penerangan umum atas
penetapan penyedia barang/jasa yang ditunjuk dan kemudian pengguna
barang/jasa menerbitkan surat penunjukan penyedia barang/jasa (SPPBJ) kepada
calon rekanan yang ditunjuk.

Pasal 11
Pengaduan Masyarakat

Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan apabila dalam proses penunjukan


langsung dipandang tidak transparan, tidak adil, dan terdapat indikasi KKN.

Pasal 12
Penandatanganan Kontrak

Setelah penunjukan penyedia barang/jasa, pengguna barang/jasa menyiapkan


penandatanganan kontrak pelaksanaan pekerjaan

8
BAB II
ADMINISTRASI PELAKSANAAN

Pasal 13
Surat Perjanjian Pemborongan Pekerjaan

Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, Berita Acara Pemasukan dan Pembukaan


Dokumen Penawaran, Berita Acara Evaluasi Pembukaan Dokumen Penawaran dan
Berita Acara Negosiasi serta dokumen pangadaan merupakan dasar dan bagian
yang tidak terpisahkan dari perjanjian/ kontrak yang akan ditanda tangani.
Prosedur pembuatan kontrak meliputi tahapan- tahapan sebagai berikut :
1. Penanda tanganan kontrak dilakukan selambat-lambatnya 14 (empat belas)
hari kerja setelah diterbitkannya surat keputusan penunjukan penyedia
barang/jasa.
2. Sebelum penanda-tanganan kontrak, hendaknya terlebih dahulu dilakukan hal-
hal sebagai berikut :
a. Meneliti dengan cermat mengenai kebenaran konsep kontrak baik dari segi
bahasa, isi/substansinya maupun redaksi angka-angka dan hurufnya.
b. Dalam dokumen kontrak tidak memuat hal-hal yang bertentangan dengan
ketentuan yang berlaku.
c. Adanya pengaturan bila terjadi hal-hal yang diluar dugaan.
d. Menelti dengan cermat lampiran-lampiran yang menjadi bagian dokumen
kontrak.

Pasal 14
Jadwal Waktu Pekerjaan

1. Untuk melaksanakan pekerjaan ini jangka waktu yang diberikan adalah …........
(.……………………………....) hari kalender terhitung sejak dikeluarkannya Surat
Perintah Kerja Pekerjaan Pelaksanaan sampai jangka waktu bilamana
pekerjaan telah diselesaikan oleh Pemborong dengan sempurna. Pekerjaan
dapat diserahkan kepada Pemberi Tugas setelah :
 Dilakukan Pemeriksaan pekerjaan oleh Pemborong dengan Pemberi Tugas
dan dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Bersama.
 Pemborong memperbaiki pekerjaan yang dinilai belum sempurna.
 Dibuat Berita Acara Serah Terima Pekerjaan untuk Pertama kalinya.
2. Untuk keperluan pengawasan maka sebelum pekerjaan dimulai Pemborong
harus menunjukan rencana kerja dan jadwal waktu pelaksanaan yang
terperinci dan jelas. Dapat dilakukan dengan curve S atau cukup Barchart.
3. Jangka waktu masa pemeliharaan selama 180 (seratus delapan puluh) hari
kalender, terhitung sejak Penyerahan Pertama pekerjaan pelaksanaan.
Pemborong harus memperbaiki segala kekurangan atau kerusakan yang terjadi
dalam masa pemeliharaan karena ketidak sempurnaan bahan atau
pelaksanaan, hingga memuaskan Pemberi Tugas.
4. Apabila Pemborong dalam jangka waktu yang telah ditetapkan belum
melakukan perbaikan yang diperlukan, maka Pemberi Tugas berhak melakukan
perbaikan pekerjaan tersebut sendiri, dan akan menunjuk Pihak lain atas
biaya yang dibebankan kepada Pemborong.
5. Setelah jangka waktu pemeliharaan berakhir, pekerjaan diserahkan untuk
kedua kalinya yang dituangkan dalam berita Acara Serah Terima Pekerjaan
Kedua.

9
Pasal 15
Sistem Kontrak

Sistem kontrak pelaksanaan adalah Kontrak Lump Sum dengan ketentuan bahwa
acuan yang mengikat dalam pelaksanaan adalah Gambar Kerja, Rencana Kerja dan
Syarat-syarat serta Lampiran Risalah Aanwijzing.

Pasal 16
Peraturan Pemerintah

Pemberi Tugas menganggap bahwa Pemborong telah mengetahui seluruhnya dan


mengenal sepenuhnya tentang hukum dan Peraturan Pemerintah sehubungan
dengan pelaksanaan dan Pemborong harus bertanggung jawab untuk menjalankan
semua kewajiban yang ditentukan dalam peraturan tersebut, baik Peraturan
Pemerintah Pusat atau Daerah.

Pasal 17
Pengawas Lapangan (Konsultan Pengawas)

1. Berdasarkan pendelegasian wewenang secara tertulis dari Pemberi Tugas,


Pengawas Lapangan (Konsultan Pengawas) bertugas untuk mengawasi
pelaksanaan pekerjaan, termasuk menguji serta memeriksa mutu dan jumlah
semua bahan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan, dan kecakapan
pekerja dalam melaksanakan pekerjaan.
2. Pengawas Lapangan tidak berwenang untuk :
a. Membebaskan Kontraktor dari kewajiban yang ditentukan dalam Kontrak
b. Membuat perintah perubahan pekerjaan.
c. Memerintahkan dilakukannya sesuatu pekerjaan yang mengakibatkan
keterlambatan atau pembayaran tambah.
Kecuali apabila untuk hal-hal tsb. Pemberi Tugas untuk sementara waktu
mendelegasikan sebagian wewenangnya secara tertulis kepada Pengawas
Lapangan, dan mengirimkan tembusan secara tertulis tentang pendelegasian
wewenang ini kepada Kontraktor.
3. Tidak ditolaknya pelaksanaan suatu pekerjaan atau penggunaan suatu bahan,
yang tidak memenuhi Syarat-syarat Kontrak, oleh Pengawas Lapangan, tidak
mengurangi kekuasaan Direksi Pelaksana untuk tidak menyetujui pekerjaan
atau bahan itu, dan untuk memerintahkan pembongkarannya.
4. Perintah, persetujuan, dan penolakan secara tertulis yang diberikan oleh
Pengawas Lapangan kepada Kontraktor, berdasarkan adanya pendelegasian
wewenang Direksi Pelaksana kepada Pengawas Lapangan, akan mengikat
Kontraktor dan Pemberi Tugas, sebagaimana apabila perintah, persetujuan dan
penolakan tersebut diberikan oleh Direksi Pelaksana.
5. Apabila Kontraktor merasa tidak puas terhadap Keputusan Pengawas Lapangan
maka ia berhak mengajukan persoalannya kepada Direksi Pelaksana, dan
meminta untuk meninjau kembali atau merubah keputusan Pengawas
Lapangan tersebut.

Pasal 18

10
Ruang Lingkup (Scope) Kontrak

Kecuali apabila secara khusus ditentukan lain dalam Kontrak, maka Kontrak ini
meliputi seluruh pelaksanaan pekerjaan, menyelesaikan dan pemeliharaan hasil,
pekerjaan, penyediaan bahan-bahan, peralatan dan tenaga-tenaga pelaksana
pekerjaan, untuk sementara atau untuk selama pelaksanaan seluruh pekerjaan
berjalan, semuanya dijalankan sesuai dan menuruti syarat-syarat yang
ditentukan dalam kontrak dan Dokumen Lampiran Kontrak.

Pasal 19
Dokumen Lampiran Kontrak

1. Ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Kontrak dan Dokumen Lampiran


Kontrak, harus dianggap sebagai penjelasan timbal balik satu terhadap yang
lainnya dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Kontrak dan
mengikat kedua belah pihak sebagaimana bila ketentuan-ketentuan dalam
Dokumen Lampiran Kontrak itu dicantumkan secara lengkap dalam kontrak.
2. Apabila Kontraktor mendapatkan hal-hal yang tidak jelas dalam ketentuan
Kontrak dan Dokumen Lampiran Kontrak, maka ia berkewajiban untuk
menanyakan hal tersebut secara tertulis kepada Direksi Pelaksana, yang
kemudian akan memberikan penjelasan dan petunjuk mengenai hal itu kepada
Kontraktor. Segala akibat yang timbul karena kelalaian Kontraktor
melaksanakan kewajiban tersebut, akan menjadi tanggungan/dibebankan pada
Kontraktor.
3. Selama pelaksanaan pekerjaan berjalan, Direksi Pelaksana tetap mempunyai
wewenang untuk memberikan gambar-gambar & perintah serta petunjuk-
petunjuk untuk pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor berkewajiban untuk
melaksanakan perintah dan petunjuk tersebut yang akan mengikat kedua
belah pihak.

Pasal 20
Kewajiban-kewajiban untuk kontraktor

1. Apabila Pemberi Tugas telah menunjuk Kontraktor yang akan melaksanakan


pekerjaan, maka Kontraktor yang bersangkutan Harus bersedia menanda
tangani persetujuan Kontrak yang dipersiapkan dan dibuat atas biaya
Kontraktor, sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan dalam Dokumen
Pengadaan, dengan perubahan-perubahan yang dianggap perlu atas
persetujuan kedua belah pihak.
2. Segera setelah Kontraktor ditunjuk oleh Pemberi Tugas sebagai pelaksana
pekerjaan, maka ia harus secepatnya mengirim secara tertulis kepada Direksi
Pelaksana :
a. Jadwal waktu dan urutan prosedur pelaksanaan pekerjaan dan metode yang
akan digunakan dalam melaksanakan pekerjaan, untuk kemudian
dibicarakan untuk disetujui oleh Direksi Pelaksana.
b. Keterangan lengkap tentang struktur organisasi dan daftar personalia yang
akan memimpin & melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan pada
Kontraktor, untuk diketahui dan disetujui oleh Direksi Pelaksana.
3. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor sudah benar-benar mengetahui
keadaan dan sifat-sifat Pekerjaan di daerah kerja, cuaca serta hal-hal lain yang
mungkin akan mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan dan
memperhitungkan akibatnya.

11
4. Sebelum memulai pekerjaannya, Kontraktor harus mengetahui dan
menentukan Tinggi Titik Duga Induk di Lapangan, sesuai dengan ketentuan
yang dinyatakan dalam Kontrak atau Dokumen Lampiran Kontrak, atau secara
khusus ditentukan oleh Direksi Pelaksana.
5. Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan cara yang sebaik mungkin,
menggunakan tenaga-tenaga ahli dan pekerja-pekerja yang terampil, serta
menggunakan peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut.
6. Pelaksana Kontraktor harus selalu ada di daerah kerja dan memimpin serta
mengawasi langsung pekerjaan yang dilaksanakan. Pelaksana Kontraktor
dalam melaksanakan tugasnya harus dibantu oleh pegawai-pegawai
kontraktor yang ahli mampu dan cakap melaksanakan pekerjaan-pekerjaan
yang ditugaskan kepada mereka.
7. Pelaksana Kontraktor harus siap setiap waktu untuk menerima petunjuk dan
perintah Direksi Pelaksana, dan segera melaksanakan petunjuk dan perintah
tersebut.
8. Kontraktor harus mengadakan peraturan untuk menjamin keamanan dan
perlindungan bagi pegawainya, pekerjanya dan barang-barang hak miliknya,
dan di mana dipandang perlu oleh Direksi Pelaksana dapat diminta untuk
menyediakan lampu-lampu penerangan, pemagaran dan penjagaan keamanan
serta perlindungan bagi hak milik dan kepentingan pihak lain.
9. Kontraktor bertanggung jawab atas dimulainya pekerjaan pematokan,
penentuan titik-titik dan penarikan garis-garis ketinggian sebagai referansi,
ketetapan letak ketinggian dimensi dan alignment dari semua kegiatan yang
harus dikerjakan. Kontraktor harus melindungi patok-patok, titik-titik dan garis-
garis referansi ketinggian dan alignment tersebut, dari kemungkinan
perubahan letak dan kerusakan.
10. Semua kegiatan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan dan
pekerjaan pembantu, harus dilaksanakan Kontraktor sedemikian rupa sehingga
tidak menimbulkan gangguan terhadap kepentingan umum dan apabila
gangguan yang sedemikian tak dapat dihindarkan, Kontraktor harus
membebaskan Pemberi Tugas dari segala tuntutan (claim) yang timbul akibat
gangguan tersebut, jika terjadi jam lembur Kontraktor harus menanggung
biaya lembur pengawas.

Pasal 21
Penyerahan Pekerjaan Kepada Pihak Ke 3 (Sub Kontraktor)

1. Tanpa persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas, Kontraktor tidak diperkenankan


menyerahkan pelaksanaan sebagian atau seluruh pekerjaannya kepada Pihak
Ke tiga.
2. Jika Pemberi Tugas telah memberikan persetujuan tertulis kepada Kontraktor
mengenai hal tersebut dalam ayat 01 di atas, maka hal ini tidak membebaskan
Kontraktor dari kewajiban dan tanggung jawabnya yang tercantum dalam
Kontrak dan Dokumen Lampiran Kontrak. Kontraktor tetap bertanggung jawab

12
penuh atas pelaksanaan dan hasil pekerjaan yang dilakukan oleh Pihak Ketiga
tersebut.

Pasal 22
Mutu Bahan dan Pekerjaan

Semua bahan yang digunakan dan seluruh hasil pekerjaan harus dapat memenuhi
syarat-syarat yang ditetapkan dalam Kontrak dan Dokumen Lampiran Kontrak.
Seluruh pelaksanaan harus dikerjakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
tercantum dalam Kontrak dan Dokumen Lampiran Kontrak, serta perintah dan
petunjuk Direksi Pelaksana yang disampaikan selama pelaksanaan pekerjaan.
Pekerjaan dan penggunaan bahan-bahan tersebut

Pasal 23
Laporan Kontraktor

1. Untuk kepentingan pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan,


seluruh aktivitas kegiatan pekerjaaan dilapangan dicatat dalam buku harian
sebagai laporan harian pekerjaan berupa rencana dan realisasi pekerjaan
harian.
2. Laporan harian berisi :
a. Kuantitas dan macam bahan yang berada dilapangan .
b. Penempatan tenaga kerja untuk tiap macam tugasnya .
c. Jumlah, jenis dan kondisi peralatan .
d. Kuantitas jenis pekerjaan yang dilaksanakan.
e. Keadaan cuaca termasuk hujan, banjir dan peristiwa alam lainnya yang
berpengaruh terhadap kelancaran pekerjaan.
f. Catatan-catatan lain yang berkenaan dengan pelaksanaan.
3. Laporan harian yang dibuat oleh penyedia barang/jasa bilamana perlu
diperiksa oleh konsultan,dan disetujui oleh penguna barang/jasa.
4. Laporan mingguan yang dibuat setiap minggu yang terdiri dari rangkuman
laporan harian dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan dalam periode satu
minggu, serta hal-hal penting yang perlu ditonjolkan.
5. Untuk merekam kegiatan pelaksanaan proyek, pengguna barang/jasa
membuat foto-foto dokumentasi pelaksanaan pekerjaan dilapangan dalam
rangkap 3 (tiga), terutama pada saat pengambilan termin.

Pasal 24
Pengawasan Pekerjaan

1. Kontraktor harus memberi ijin dan fasilitas jalan masuk kepada Pemberi
Tugas, Direksi Pelaksana dan yang mendapat wewenang tertulis dari mereka,
untuk memasuki tempat daerah kerja dan tempat-tempat lainnya yang ada
hubungannya dengan pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor.
2. Kontraktor harus memberikan kesempatan sepenuhnya kepada Direksi
Pelaksana untuk melakukan pemeriksaan dan mengadakan pengukuran hasil
pekerjaan yang telah atau sedang dikerjakan.
3. Direksi Pelaksana mempunyai wewenang memerintahkan Kontraktor secara
tertulis untuk :
a. Memindahkan dari Daerah Kerja semua bahan-bahan yang tidak sesuai
dengan syarat-syarat dan ketentuan dalam Kontrak dan Dokumen Lampiran
Kontrak.

13
b. Mengganti bahan-bahan tersebut dengan bahan-bahan yang memenuhi
syarat-syarat dalam Kontrak dan Dokumen Lampiran Kontrak.
c. Membongkar dan melaksanakan kembali sesuai dengan syarat-syarat dan
Dokumen Lampiran Kontrak, sesuatu pekerjaan yang bahan-bahannya,
cara pelaksanaannya, dan hasilnya tidak memenuhi syarat-syarat kontrak
dan Dokumen Lampiran Kontrak. Semua hal tersebut di atas tanggungan
yang dipikul oleh Kontraktor tanpa hak untuk menuntut (claim) tambahan
biaya.
d. Direksi Pelaksana mempunyai wewenang untuk memerintahkan
penundaan dimulainya pelaksanaan suatu tahap pekerjaan, apabila tahap
pekerjaan sebelumnya yg mendahului, belum selesai diperiksa dan
diterima oleh Direksi Pelaksana.
e. Semua akibat yang disebabkan adanya penundaan seperti ini, sepenuhnya
menjadi tanggungan Kontraktor, tanpa hak menuntut (claim) tambahan
biaya.
f. Kontraktor wajib memperhatikan dan mengindahkan peringatan yang
diberikan baik lisan maupun tertulis oleh Direksi Pelaksana, dan Kontraktor
wajib segera melakukan tindakan untuk memperbaiki hal-hal yang
diutarakan dalam peringatan Direksi Pelaksana tersebut.
g. Kontraktor berhak untuk meminta kepada Direksi Pelaksana agar
mengadakan pemeriksaan mutu hasil pelaksanaan suatu tahap pekerjaan,
dan Direksi Pelaksana setelah adanya permintaan tertulis untuk itu,
segera harus mengadakan pemeriksaan yang diminta.

Pasal 25
Perintah Perubahan Pekerjaan (Variation Order)

1. Direksi Pelaksana berhak mengeluarkan dan Kontraktor wajib melaksanakan


Perintah Perubahan Pekerjaan, tanpa dianggap melanggar ketentuan-ketentuan
yang tercantum dalam Kontrak.
2. Perintah Perubahan Pekerjaan secara tertulis dapat dikeluarkan oleh Direksi
Pelaksana untuk mewajibkan Kontraktor :
a. Menambah dan mengurangi besarnya volume pekerjaan yang tercantum
dalam kontrak.
b. Merubah sifat, mutu dan jenis bahan serta pelaksanaan pekerjaan.
c. Melaksanakan pekerjaan tambahan lainnya yang diperlukan guna
penyelesaian pekerjaan pokok.
3. Kontraktor tidak diperkenankan mengajukan tuntutan (claim) tambahan
biaya karena adanya perintah pekerjaan tersebut di atas, kecuali apabila hal
tersebut mengakibatkan yang secara kumulatip dapat dipertanggung
jawabkan sesuai dengan Perpres No.54 tahun 2010 dan aturan perubahannya.
4. Besarnya biaya perubahan pekerjaan tersebut akan dihitung dengan
menggunakan keterangan yang dicantumkan dalam Daftar Harga Satuan
Bahan, Upah dan Pekerjaan yang diajukan dalam Dokumen Penawaran, sebagai
dasar perhitungan.

Pasal 26
Pemberitahuan

Pemberitahuan kepada masing-masing Kontraktor, Pemberi Tugas dan Direksi


Pelaksana, harus dibuat secara tertulis dalam bahasa Indonesia, dan disampaikan
kepada pihak yang berkepentingan dengan membuat tanda terima.

14
Pasal 27
Daerah Kerja

Kontraktor harus mengadakan Daerah Kerja yang luasnya didasarkan kepada


kebutuhan pekerjaan, atau sesuai dengan peraturan khusus yang dilakukan oleh
Direksi Pelaksana.

Pasal 28
Jalan Masuk Dan Fasilitas Di Daerah Kerja

1. Kontraktor harus mengusahakan pengadaan fasilitas jalan masuk ke dalam


Daerah Kerja dan menanggung biaya yang diperlukan untuk itu.
2. Kontraktor harus sejauh mungkin mengusahakan dihindarinya kerusakan pada
fasilitas jalan masuk yang disebabkan oleh lalu lintas angkutan barang
Kontraktor, dengan jalan mengatur trayek kendaraan yang digunakan serta
membatasi dan membagi bahan muatan sedemikian rupa, sehingga tidak
menimbulkan kerusakan pada fasilitas jalan masuk tersebut.
3. Biaya yang diperlukan untuk merawat dan memperbaiki fasilitas jalan masuk,
yang rusak karena penggunaan oleh Kontraktor, harus ditanggung oleh
Kontraktor, tanpa hak untuk mengajukan tuntutan (claim) tambahan biaya.
4. Kontraktor harus mengadakan segala fasilitas dan akomodasi yang cukup bagi
pelaksanaan pekerjaan di daerah kerja.
5. Kontraktor harus memberikan kesempatan secukupnya kepada Kontraktor dan
Badan Hukum lain yang dipekerjakan oleh Pemberi Tugas untuk bekerja di
dalam atau dekat daerah kerja.
6. Kontraktor harus setiap waktu menjaga kebersihan daerah kerja,
mengusahakan agar pekerjaan yang harus dilakukannya tidak terganggu oleh
adanya puing-puing, kotoran-kotoran atau alat-alat yang diperlukan.

Pasal 29
Ganti Rugi Karena Kelalaian Dan Keterlambatan

1. Apabila jangka waktu pelaksanaan yang ditetapkan dilampaui, maka


Pemborong dikenakan denda sebesar 1 °/oo (satu per mil) dari harga borongan
untuk tiap hari keterlambatan dan setinggi-tingginya sebesar 5 % dari harga
borongan.
2. Keterlambatan yang disebabkan oleh keadaan force Majour tidak dikenakan
denda.

Pasal 30
Penyelesaian Pekerjaan

1. Setelah penerima pemberitahuan tertulis oleh Kontraktor & setelah seluruh


pekerjaannya telah selesai dilaksanakan, maka Direksi Pelaksana harus
segera mengadakan pemeriksaan bersama Kontraktor, dan kemudian Direksi
Pelaksana harus membuat pernyataan tertulis apakah hasil pekerjaan tersebut
dapat diterima atau tidak/belum dapat diterima.
2. Apabila Direksi Pelaksana menyatakan secara tertulis bahwa hasil pekerjaan
Kontraktor belum dapat diterima, maka Direksi Pelaksana harus menyatakan
hal-hal yg harus diperbaiki/ disempurnakan oleh Kontraktor, dan Kontraktor

15
berkewajiban untuk segera melaksanakan perbaikan penyempurnaan sampai
diterima oleh Direksi Pelaksana.
3. Apabila Direksi Pelaksana menyatakan secara tertulis bahwa hasil pekerjaan
Kontraktor dapat diterima dan telah memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan
dalam Kontrak, maka oleh Direksi Pelaksana harus segera dibuat Berita Acara
Penyerahan Pertama, yang ditanda tangani oleh Pemberi Tugas dan Kontraktor
dan disertai dengan syarat-syarat pemeliharaan pekerjaan tersebut yang harus
dipenuhi oleh Kontraktor.

Pasal 31
Pemeliharaan Dan Penyerahan Hasil Pekerjaan

1. Setelah Kontraktor menanda tangani Berita Acara Penyerahan Pertama, maka


Kontraktor berkewajiban untuk melakukan pemeliharaan terhadap hasil
pekerjaan, selama jangka waktu 180 (seratus delapan puluh) hari kalender
berturut-turut. Terhitung sejak ditanda tangani Berita Acara Penyerahan
Pertama tersebut.
2. Selama masa pemeliharaan, Kontraktor wajib melaksanakan segala perbaikan
pada hasil pekerjaannya, yang disebabkan oleh penggunaan bahan-bahan
dan/atau cara-cara pelaksanaan pekerjaan yang tidak memenuhi syarat-syarat
Kontrak, setelah menerima permintaan tertulis dari Direksi Pelaksana.
3. Permintaan untuk melaksanakan perbaikan yg dilaksanakan oleh Direksi
Pelaksana selama Masa Pemeliharaan seperti dinyatakan dalam ayat 1 di atas,
harus dilaksanakan oleh Kontraktor hingga selesai, walaupun masa
penyelesaian ini mungkin melewati batas waktu pemeliharaan seperti yang
dinyatakan dalam ayat 1 tersebut.
4. Pekerjaan perbaikan seperti yang dinyatakan dalam ayat 2 dan ayat 3 diatas,
harus dilaksanakan dengan biaya Kontraktor, tanpa hak untuk mengajukan
tuntutan (claim) tambahan biaya.
5. Selama Masa Pemeliharaan, Direksi Pelaksana masih berhak untuk
mengeluarkan Perintah Perubahan Pekerjaan, dan Kontraktor wajib
melaksanakan perintah tersebut, sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
dimuat dalam pasal 25 dari Administrasi Pelaksanaan ini.
6. Segera setelah Masa Pemeliharaan selesai, dan setelah semua permintaan
perbaikan telah dilaksanakan dan hasilnya dapat diterima oleh Direksi
Pelaksana, serta memenuhi Syarat-syarat Kontrak, maka Direksi Pelaksana
harus membuat Berita Acara Penyerahan Kedua, yang ditanda tangani oleh
Kontraktor dan Pemberi Tugas.
7. Penanda tanganan Berita Acara Penyerahan Kedua tersebut tidak berarti
membebaskan Kontraktor dan Pemberi Tugas dari tanggung jawabnya untuk
memenuhi kewajiban-kewajiban masing-masing seperti yang ditentukan dalam
Kontrak, yang masih belum dilaksanakan.

Pasal 32
Hak Pemberi Tugas Untuk Memutuskan

1. Pemberi Tugas mempunyai hak untuk memutuskan Kontrak, segala biaya


yang diakibatkan oleh pemutusan Kontrak ini, akan menjadi beban Kontraktor,
apabila :

16
a. Kontraktor tanpa alasan yang dapat diterima Direksi Pelaksana lalai dan
gagal untuk memulai pekerjaannya dalam waktu 14 (empat belas) hari
kalender berturut-turut terhitung sejak dikeluarkannya Surat Perintah Kerja.
b. Kontraktor tanpa alasan yang dapat diterima Direksi, lalai dan gagal untuk
menyelesaikan suatu tahapan pekerjaan dalam waktu 14 (empat belas)
hari kalender berturut-turut terhitung sejak batas waktu terakhir bagi
penyelesaian tahapan pekerjaan tersebut. Demikian pula keterlambatan
seperti yang tsb di atas pada waktu terakhir bagi penyelesaian seluruh
pekerjaan tersebut, sebagaimana yang ditentukan dalam Rencana Kerja dan
jadwal waktu penyelesaian pekerjaan yang telah disetujui bersama.
c. Kontraktor dinyatakan bangkrut dan tidak dapat lagi memenuhi
kewajibannya terhadap para kreditornya, atau menyatakan dirinya dalam
keadaan likwidasi (tetapi bukan likwidasi untuk mengadakan peleburan
atau pembangunan kembali).
d. Kontraktor tanpa ijin tertulis dari Pemberi Tugas, menyerahkan sebagian
atau seluruh pekerjaannya kepada PIHAK KETIGA (Sub Kontraktor).
e. Kontraktor dengan sengaja melalaikan dan tidak mengindahkan petunjuk-
petunjuk dan peringatan-peringatan Direksi Pelaksana sehingga merugikan
pihak Pemberi Pekerjaan.
f. Kontraktor dinyatakan bersalah karena melakukan sejumlah pelanggaran
terhadap Ketentuan- ketentuan dan Syarat-syarat Kontrak.
2. Apabila Pemberi Tugas memutuskan Kontrak sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang tercantum dalam ayat 1 di atas, maka Pemberi Tugas berhak
untuk menguangkan Garansi Bank yang dimilikinya untuk jaminan
pelaksanaan pekerjaan dan memiliki uang jaminan pelaksanaan tersebut,
serta berhak menunjuk perusahaan lain sebagai Kontraktor pengganti yang
ditugaskan untuk melanjutkan pekerjaan dan Pemberi Tugas dapat membayar
kepada Kontraktor yang bersangkutan sesuai bobot prestasi pekerjaannya.
Kontraktor Pengganti dapat melanjutkan sisa prestasi pekerjaan sesuai
dengan Perjanjian Kerja.
3. Setelah adanya pemutusan Kontrak dan penguasaan oleh Pemberi Tugas
seperti yang ditentukan dalam ayat 1 dan 2 di atas, maka Pemberi Tugas hanya
berkewajiban untuk membayar kepada Kontraktor, jumlah uang (setelah
dikurangi dgn jumlah uang yang telah dibayarkan dalam cicilan pembayaran
sebelumnya) yang menurut Direksi Pelaksana layak diterima oleh Kontraktor
sebagai pembayaran terhadap pekerjaan yang dapat diselesaikan
pelaksanaannya sesuai dan memenuhi Syarat-syarat Kontrak, terhadap bahan-
bahan yang memenuhi syarat-syarat kontrak dan telah dikuasai oleh Pemberi
Tugas.
4. Semua tagihan kepada Kontraktor dari Pihak Ke tiga sehubungan dengan
pelaksanaan pekerjaannya, setelah adanya pemutusan Kontrak tersebut dalam
ayat 1 di atas, tetap menjadi tanggung jawab dan kewajiban Kontraktor untuk
membayarnya.

Pasal 33
Penundaan Pekerjaan Dan Force Majeur

1. Kontraktor dapat dibebaskan dari kewajiban untuk menyelesaikan


pekerjaannya dalam waktu yang ditentukan dalam Syarat-syarat Kontrak,

17
apabila ada permintaan tertulis dari Direksi Pelaksana untuk menunda
pekerjaan, atau apabila terjadi keadaan Kahar//Force Majeur.
2. Batas waktu penyelesaian pekerjaan seperti yang dinyatakan dalam Syarat-
syarat Kontrak, hanya dapat diperpanjang karena adanya permintaan tertulis
seperti yang ditentukan dalam ayat 1 di atas, selama waktu yang sama
panjang dengan waktu penundaan pekerjaan yang diminta sesuai dengan
ketentuan ayat 1 tersebut.
3. Bilamana ada permintaan tertulis dari Direksi Pelaksana untuk menunda
pekerjaan, maka Kontraktor selama waktu penundaan pekerjaan tersebut wajib
melindungi dan menjaga pekerjaan, bahan-bahan, alat-alat dan perlengkapan
serta segala fasilitas yang terdapat dalam Daerah Kerja, sesuai dengan
petunjuk Direksi Pelaksana.
4. Biaya tambahan berupa upah, gaji, depresiasi, pemeliharaan peralatan dan
biaya overhead yg dikeluarkan oleh Kontraktor karena adanya permintaan
tertulis untuk menunda pekerjaan seperti ditentukan dlm ayat 1 di atas, akan
dibayar oleh Pemberi Tugas setelah adanya permintaan tertulis untuk itu yg
diajukan oleh Kontraktor, setelah disetujui jumlahnya oleh Direksi.
5. Hal-hal dianggap Keadaan Kahar/Force Majeur dalam Kontrak ini ialah :
a. Yang dimaksud keadaan Kahar adalah suatu keadaan yang terjadi diluar
kehendak para pihak sehingga pekerjaan/jasa yang telah ditentukan dalam
kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi.
b. Keadaan kahar ini tidak termasuk hal-hal yg merugikan yang disebabkan
oleh perbuatan atau kelalaian para pihak:
c. Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh karena
terjadinya keadaan kahar tidak dapat dikenai sanksi:
d. Siapa yang menanggung kerugian akibat terjadinya keadaan kahar,
diserahkan pada kesepakatan para pihak:
6. Apabila terjadi Force Majeur, maka Pemberi Tugas harus membebaskan
Kontraktor dari tuntutan ganti rugi yang ditimbulkan karenanya.
7. Apabila Kontraktor diminta untuk memperbaiki hasil pekerjaan yang rusak
karena terjadinya Force Majeur maka Pemberi Tugas harus membayar biaya
tambahan untuk itu, setelah adanya permintaan tertulis dari Kontraktor yang
disetujui oleh Direksi.

Pasal 34
Tuntutan (Claim) Tambahan Biaya

1. Tuntutan (claim) tambahan biaya oleh Kontraktor hanya diperbolehkan


apabila terjadi :
a. Perubahan pekerjaan berdasarkan adanya Perintah Perubahan Pekerjaan
yang dikeluarkan secara tertulis oleh Direksi Pelaksana, sesuai ketentuan
pasal 25 dari Administrasi Pelaksanaan ini.
b. Penundaan pekerjaan berdasarkan adanya permintaan penundaan
pekerjaan secara tertulis dari Direksi Pelaksana, sesuai dengan ketentuan
pasal 26 dari Administrasi Pelalaksanaan ini.
c. Permintaan tertulis dari Direksi Pelaksana kepada Kontraktor untuk
memperbaiki hasil pekerjaan yang rusak karena terjadi Force Majeur,
sesuai dengan ketentuan-ketentuan pasal 33 dari Administrasi
Pelaksanaan ini.
2. Besarnya biaya tambahan yang dituntut harus dimintakan persetujuan
Direksi Pelaksana, & dihitung berdasarkan keterangan yang dicantumkan dlm

18
Daftar Harga Satuan Pekerjaan, Bahan dan Upah, yang diajukan oleh Kontraktor
dalam Dokumen Penawaran.
3. Tidak diperkenankan untuk mengajukan tuntutan tambahan biaya untuk
volume pekerjaan yang dinyatakan dalam Daftar Perincian Pekerjaan dan
Biaya (Bill Of Quantities) yang tercantum di dalam Lampiran RKS ini, karena
untuk hal seperti itu Kontraktor telah diberi kesempatan pada saat
diselenggarakannya Rapat Penjelasan (AANWIJZING) untuk mengajukan Volume
Pekerjaan (BILL OF QUANTITIES) menurut hasil perhitungannya masing-masing
apabila terdapat perbedaan yang berarti bila dibandingkan dengan tabel BILL
OF QUANTITIES pada Lampiran Dokumen Pengadaan ini. Usul perubahan
volume pekerjaan tersebut akan di pertimbangkan oleh Konsultan, jumlah
mana yang dipakai sesuai dengan pasal 20 ayat 4 dan pasal 20 ayat 10 pada
Administrasi Pelaksanaan ini. Segala akibat penambahan biaya karena
kelalaian Kontraktor untuk memperhitungkan hal tersebut di atas, akan
menjadi beban tanggungan Kontraktor tanpa adanya hak untuk mengajukan
tuntutan (claim) tambahan biaya.

Pasal 35
Tenaga Kerja

1. Kontraktor berkewajiban dan bertanggung jawab sepenuhnya untuk


menyerahkan dan mengatur pengerahan tenaga kerja yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaannya.
2. Kontraktor berkewajiban dan bertanggung jawab sepenuhnya untuk
mengadakan dan mengatur fasilitas bagi tenaga yang dikerahkannya (seperti :
Kesehatan, Keamanan dll), sesuai dgn peraturan-peraturan dan Undang-undang
yang berlaku tentang hal-hal tersebut.
3. Kontraktor harus mengambil tindakan-tindakan pencegahan yang perlu, dan
berusaha dengan yang sebaik-baiknya untuk menjaga dan mengatur agar
jangan sampai timbul kerusakan atau kejadian pelanggaran hukum oleh atau di
antara para pekerjanya, serta menjaga dan mengatur keamanan untuk
melindungi para pekerja dan barang milik yang berada didalam atau disekitar
daerah kerja.

19
BAB III
SPESIFIKASI TEKNIK

A. SYARAT-SYARAT TEKNIS UMUM


PELAKSANAAN DAN PENYELESAIAN PEKERJAAN

PASAL 36
PERATURAN TEKNIS

Untuk melaksanakan pekerjaan ini digunakan lembar - lembar ketentuan-


ketentuan dan peraturan-peraturan seperti tercantum dibawah ini
termasuk segala perubahan - perubahannya hingga kini ialah :
15.Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang jasa konstruksi;
16.Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2000 tentang usaha dan peran
masyarakat dalam konstruksi;
17.Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang penyelenggaraan
jasa konstruksi;
18.Peraturan Presiden RI.``No.54 tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.
19.Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2000 tentang penyelenggaraan
pembinaan jasa konstruksi.
20.Standart Industri Indonesia
21.Peraturan Beton Indonesia (SK SNI T-15-1992-03)
22.Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PPKI-Ni/1961)
23.Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI-1983).
24.Peraturan Instalasi Listrik (PUIL-1977) dan Ketetapan PLN
25.Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PBUI-1982)
26.Peraturan Cat Indonesia N-4
27.Pedoman Plumbing Indonesia Th. 1979 dan PAM
28.Peraturan Direktorat Jenderal Perawatan Departemen Tenaga Kerja
tentang penggunaan tenaga, keselamatan dan kesehatan kerja.

PASAL 37
URAIAN / PENJELASAN UMUM TENTANG TATA TERTIB PELAKSANAAN

a. Sebelum mulai pekerjaan, pemborong diwajibkan mempelajari


dengan seksama gambar kerja dan RKS, pelaksanaan beserta Berita
Acara penjelasan pekerjaan.
b. Pemborong diwajibkan melaporkan kepada Direksi pekerjaan setiap
ada perbedaan ukuran diantara gambar-gambar, perbedaan antara
gambar kerja dan RKS untuk mendapat keputusan.
Tidak dibenarkan bagi pemborong memperbaiki sendiri perbedaan
tersebut diatas.
Akibat-akibat dari kelalaian pemborong dalam hal ini sepenuhnya
menjadi tanggung jawab pemborong.
c. Daerah kerja akan diserahkan kepada pemborong (selama
pelaksanaan) dalam keadaan seperti diwaktu pemberian kerja dan
dianggap bahwa pemborong mengetahui benar mengenai :
1. Letak bangunan yang akan dibangun.

20
2. Batas-batas persil/kaveling.
3. Keadaan Kontur tanah.
d. Pemborong wajib menyerahkan hasil pekerjaannya hingga selesai
dan lengkap yaitu membuat, memasang serta memesan maupun
menyediakan bahan-bahan bangunan, alat-alat kerja, pengangkutan
dan membayar upah kerja serta lain-lain yang bersangkutan dengan
pelaksanaan.
e. Pemborong wajib menyediakan sekurang-kurangnya 1 (satu)
salinan gambar dan RKS ditempat pekerjaan untuk dapat digunakan
setiap saat oleh Direksi pekerjaan.
f. Setiap pekerjaan yang akan dimulai pelaksanaannya maupun yang
sedang dilaksanakan, pemborong diwajibkan berhubungan dengan
Direksi Pekerjaan, untuk ikut menyaksikan sejauh tidak ditentukan
lain, untuk mendapatkan pengesahan/persetujuannya.
g. Setiap usul perubahan dari pemborong ataupun persetujuan
pengesahan dari Direksi pekerjaan dianggap berlaku, sah serta
mengikat jika dilakukan secara tertulis.
h. Atas perintah Direksi pekerjaan kepada pemborong dapat
dimintakan membuat gambar-gambar penjelasan dan perincian
bagian-bagian khusus, semuanya atas beban pemborong.
Gambar tersebut setelah disetujui oleh Direksi pekerjaan secara
tertulis menjadi gambar pelengkap dari gambar-gambar pelaksanaan.
i. Semua bahan yang akan digunakan untuk melaksanakan pekerjaan
proyek ini harus benar-benar baru dan diteliti mengenai mutu, ukuran
dan lain-lain yang disesuaikan standart/peraturan yang dipergunakan
di dalam RKS ini. Semua bahan-bahan tersebut diatas harus mendapat
pengesahan/ persetujuan dari Direksi pekerjaan sebelum dimulai
pekerjaannya.
j. Semua barang-barang yang tidak berguna selama pelaksanaan
pembangunan harus dikeluarkan dari lapangan pekerjaan.
k. Pengawasan terus menerus terhadap penyelesaian / perapihan
harus dilakukan oleh tenaga-tenaga dari pihak pemborong yang benar-
benar ahli.
l. Cara-cara menimbun bahan-bahan material dilapangan maupun di
gudang harus memenuhi syarat teknis dan dapat dipertanggung
jawabkan.

PASAL 38
JADWAL

Paling lambat 2 (dua) minggu setelah dinyatakan sebagai pemenang


pelelangan, pemborong diharuskan mengajukan ;
a. Jadwal waktu (time Schedule) pelaksanaan secara terperinci yang
digambarkan secara panah (network planning) dan program balik
(barchat).
b. Jadwal Pengadaan tenaga kerja
c. Jadwal pengadaan bahan material
d. Struktur organisasi pelaksana lapangan
Bagan-bagan yang disebutkan diatas (a) sampai (d) harus mendapatkan
persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebagai dasar/patokan pemborong
dalam melaksanakan pekerjaan dan pemborong wajib mengikutinya.

21
PASAL 39
PEIL DAN PENGUKURAN

a. Pemborong wajib memberitahukan kepada Direksi pekerjaan


bagian pekerjaan yang akan dimulai, untuk dicek terlebih dahulu
ketetapan-ketetapan peil-peil dan ukuran-ukurannya.
b. Pemborong diwajibkan mencocokkan ukuran-ukuran satu sama
lainnya dalam tiap pekerjaan, dan melapor secara tertulis kepada
Direksi Pekerjaan jika ada perselisihan/perbedaan-perbedaan ukuran
untuk diberi keputusan.
Tidak dibenarkan pemborong membetulkan sendiri kekeliruan tersebut,
tanpa persetujuan Direksi.
c. Pemborong bertanggung jawab atas tepatnya pekerjaan
selanjutnya, maka ketetapan peil-peil dan ukuran-ukuran yang
ditetapkan dalam gambar kerja.
d. Mengingat kesalahan selalu akan mempengaruhi bagian pekerjaan
selanjutnya, maka ketetapan peil dan ukuran tersebut mutlak perlu
diperhatikan.
Kelalaian pemborong dalam hal ini akan ditolerir dan Direksi pekerjaan
berhak untuk Membongkar pekerjaan atas biaya pemborong.

PASAL 40.
PEMAKAIAN UKURAN

a. Pemborong tetap bertanggung jawab dalam menepati semua


ketentuan yang tercantum dalam Rencana Kerja & Syarat-syarat serta
gambar-gambar berikut tambahan dan perubahannya.
b. Pemborong wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran
keseluruhan maupun bagian-bagiannya dan memberitahukan Direksi
pekerjaan tentang setiap perbedaan yang ditemukan didalam RKS dan
gambar-gambar maupun dalam pelaksanaan, pemborong dapat
membetulkan kesalahan gambar dan melaksanakan pekerjaan setelah
ada persetujuan secara tertulis oleh Direksi.
c. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan
didalam hal apapun menjadi tanggung jawab pemborong.

PASAL 41
KANTOR DIREKSI, PEMBORONG DAN GUDANG (APABILA DIPERLUKAN)

a. Pemborong harus menyediakan kantor Direksi pekerjaan yang


dilengkapi dengan ruang rapat, ruang direksi lengkap, serta fasilitas
kamar mandi/WC. Perlengkapan personil antara lain topi pengaman
dan alat-alat ukur lengkap.
b. Untuk menyimpan bahan-bahan bangunan pemborong harus
membuat gudang.
c. Pembuatan kantor pemborong juga menyediakan perlengkapan

22
seperti kantor Direksi pekerjaan serta fasilitas kebutuhan air untuk
keperluan sehari-hari.
d. Pemborong harus menyediakan sarana alat tulis menulis seperti buku
harian untuk catatan-catatan, teguran, saran dan petunjuk dalam
pelaksanaan berupa buku tamu, buku direksi/pengawas.
Jenis laporan/catatan yang harus dibuat adalah :
1). Laporan Harian, yang terdiri dari :
- Catatan kemajuan fisik setiap hari;
- Catatan mengenai cuaca setiap hari;
- Catatan bahan-bahan yang diterima maupun ditolak oleh
pengawas lapangan;
- Catatan sipil tenaga kerja yang masuk (bekerja) pada setiap
hari;
- Catatan-catatan mengenai kejadian-kejadian lainnya yang
memerlukan pencatatan lebih lanjut.
2). Laporan Mingguan;
3). Buku tamu/Direksi;
4). Buku pengawas lapangan.

PASAL 42
PAGAR SEMENTARA (APABILA DIPERLUKAN)

Kontraktor harus membuat pagar sementara yang sifatnya melindungi dan menutupi lokasi
yang akan dibangun dengan persyaratan kualitas sebagai berikut :
a. Bahan dari seng dengan rangka kayu dicat sementara
b. Tinggi pagar minimum 2,1 m
c. Ruang gerak selama pelaksanaan dalam lokasi berpagar harus cukup leluasa untuk
lancarnya pekerjaan.
d. Pada tahap selanjutnya Kontraktor harus menyediakan/ memasang pengaman secukupnya
disekeliling konstruksi bangunan untuk mencegah jatuhnya bahan – bahan bangunan dari
atas yang membahayakan baik pekerja maupun aktivitas lain disekitar bangunan.

PASAL 43
PAPAN NAMA PROYEK
Kontraktor wajib membuat atau memasang papan nama proyek di bagian depan halaman
proyek sehingga mudah dilihat umum. Ukuran dan redaksi papan nama tersebut 90 x 150 cm
dipotong dengan tiang setinggi 250 cm atau sesuai dengan petunjuk Pemerintah Daerah
setempat. Kontraktor tidak diijinkan menempatkan atau memasang reklame dalam bentuk
apapun di halaman dan disekitar proyek tanpa ijin dari Pemberi Tugas

PASAL 44
KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN

a. Selama berlangsungnya pembangunan pekerjaan fisik di proyek,


kebersihan halaman dan lingkungan terutama jalan-jalan sekitar
proyek, kantor, gudang los kerja tetap bersih dan material bangunan.
b. Penimbunan bahan-bahan material yang ada dalam gudang
maupun berada di halaman bebas harus diatur sedemikian rupa agar

23
tidak menganggu kelancaran dan keamanan pekerjaan juga
memudahkan jalannya pemeriksaan dan penelitian bahan-bahan oleh
Direksi.
c. Pemborong wajib membuat urinoir dan WC untuk pekerja.

PASAL 45
ALAT-ALAT KERJA DAN ALAT-ALAT PEMBANTU

a. Pemborong harus menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk


melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan secara sempurna dan
efisien, misalnya : dump truck, pick up, pompa air, mesin-mesin dan
alat-alat lain yang diperlukan.
b. Disamping harus menyediakan alat-alat yang diperlukan pada butir (a)
dalam pasal ini, pemborong harus menyediakan tenda-tenda untuk
bekerja pada waktu hujan/panas dan perlengkapan penerangan.

PASAL 46
PEMBANGKIT TENAGA DAN SUMBER AIR

a. Setiap pembangkit tenaga sementara untuk penerangan pekerjaan,


harus diadakan oleh pemborong, termasuk pemasangan sementara
kabel-kabel, meteran serta pembersihan kembali pada waktu
pekerjaan selesai.
b. Air untuk keperluan pekerjaan harus diadakan dan bila
memungkinkan didapatkan sumber air yang sudah ada dilokasi
pekerjaan.
c. Pemborong tidak diperbolehkan memakai, menyambung listrik dan
air ataupun lainnya tanpa seijin tertulis dari Direksi Pekerjaan.

PASAL 47
IKLAN

Pemborong tidak diijinkan memasang iklan dalam bentuk apapun


dilapangan kerja ataupun yang berdekatan dengan lokasi proyek tanpa
seijin Direksi Pekerjaan.

PASAL 48
JALAN MASUK DAN JALAN KELUAR

a. Pemakaian jalan masuk ketempat pekerjaan menjadi tanggung


jawab pihak pemborong dengan kebutuhan proyek tersebut.
b. Pemborong diwajibkan membersihkan kembali jalan masuk pada
waktu penyelesaian, dan memperbaiki segala kerusakan operasi
pelaksanaan pekerjaan dan menjadi beban pemborong.

PASAL 49
PERLINDUNGAN TERHADAP BANGUNAN LAMA DAN MILIK UMUM

a. Selama masa pelaksanaan pekerjaan, pemborong bertanggung jawab

24
penuh atas kerusakan akibat operasi pelaksanaan pekerjaan terhadap
bangunan yang ada, utilitas, jalan, saluran dan lain-lain yang ada
dilapangan pekerjaan dan lingkungan sekitarnya.
b. Pemborong juga bertanggung jawab atas gangguan dan pemindahan
perlengkapan umum, seperti saluran umum, seperti saluran air, listrik,
Telpon yang terjadi dilapangan akibat berlangsungnya operasi
pekerjaan, segala biaya untuk perbaikan kembali menjadi tanggung
jawab pemborong.

PASAL 50
PENGAWASAN

a. Pemborong harus mengadakan fasilitas-fasilitas untuk menguji,


memeriksa setiap bagian pekerjaan dan bahan serta peralatan yang
diperlukan.
b. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari
Pengawasan
Direksi pekerjaan, jika diperlukan untuk dibuka sebagian/seluruhnya
menjadi tanggung jawab pemborong.
c. Jika pemborong akan melaksanakan pekerjaan diluar jam kerja
(lembur) hingga pengawasan, maka harus meminta permohonan
untuk pelaksanaan pekerjaan dan segala biaya ditanggung
pemborong.
d. Wewenang Direksi pekerjaan dalam memberikan keputusan terbatas
dalam soal-soal yang jelas tercantum/dimasukkan dalam gambar-
gambar, RKS dan risalah penjelasan, penyimpangan lainnya harus ada
seijin pemilik proyek.

PASAL 51
PEMERIKSAAN DAN PENYEDIAAN BAHAN DAN BARANG

a. Bila dalam RKS disebutkan nama dan pabrik pembuatan dari suatu
bahan dan barang, maka ini dimaksudkan untuk menunjukkan
standart minimal/kualitas bahan dan barang yang digunakan.
b. Setiap bahan dan barang yang akan digunakan harus disampaikan
Direksi pekerjaan, untuk mendapatkan persetujuan dan penyampaian
barang/material sebelum pekerjaan dilaksanakan.
c. Usulan penggunaan nama, pabrik dan pembuatan barang
material, harus mendapatkan rekomendasi dari Direksi pekerjaan
berdasarkan petunjuk dalam RKS serta gambar-gambar dan risalah
penjelasan.
d. Contoh bahan dan barang disimpan Direksi pekerjaan untuk
dijadikan dasar penolakan bila bahan dan barang yang dipakai tidak
sesuai dengan contoh baik kualitas maupun sifat.
e. Pemborong dalam menawarkan harga penawaran, harus sudah
termasuk biaya pengujian bahan dan barang.

PASAL 52
RKS DAN GAMBAR KERJA

a. Gambar-gambar detail merupakan bagian-bagian yang tidak


terpisahkan pada RKS ini.

25
b. Perbedaan-perbedaan gambar dengan RKS pemborong diwajibkan
mengajukan pernyataan tertulis, mentaati dan mengikuti keputusan
Direksi pekerjaan.
c. Ukuran-ukuran yang terdapat dalam gambar yang terbesar dan
terakhir yang berlaku, ukuran dengan angka adalah yang harus
diukuti daripada ukuran skala gambar.
d. RKS, Daftar Volume Pekerjaan (BQ), gambar serta Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan adalah bagian yang saling melengkapi,
didalamnya bersifat mengikat.

PASAL 53
PENJELASAN PERBEDAAN GAMBAR

Bila ada perbedaan ukuran atau penjelasan atau tidak sesuai antara
gambar yang berlainan bidang / jenisnya maka dapat dipakai pedoman
sebagai berikut:
o gambar kerja arsitektural dengan gambar struktural/
mechanical/electrical yang dipakai sebagai pegangan secara
fungsional adalah gambar arsitektural, sedang mengenai jenis dan
kualitas bahan yang dipakai adalah gambar
struktural/mechanical/electrical.

PASAL 54
GAMBAR YANG BERUBAH DARI RENCANA

a. Gambar-gambar hanya dapat berubah dengan perintah tertulis


pemilik proyek berdasarkan pertimbangan Direksi pekerjaan.
b. Perubahan rancangan harus digambar pemborong dengan jelas dan
memperlihatkan perbedaan - perbedaannya dengan dasar perintah
pemilik proyek, dan diserahkan rangkap dengan berikut kalkirnya
untuk diperiksa dan disetujui.

PASAL 55
PENYERAHAN PERTAMA

a. Semua bangunan sementara harus dibongkar,


b. Tiap bagian pekerjaan harus dalam keadaan baik, bersih dan utuh
tanpa cacat.
c. Semua bagian yang bergerak harus dijaga kelancarannya, misalnya
daun pintu pagar, dll.
d. Semua instalasi harus dapat berfungsi secara baik.
e. Membersihkan dan membuang sisa-sisa bahan, sampah serta
material lainnya yang tidak berguna.
f. Pemborong wajib menyerahkan ke pemilik proyek berupa :
 Gambar as built drawing dan perubahannya;
 Buku petunjuk sistem pemeliharaan untuk masin-
mesin/peralatan-peralatan terpasang (Maintenance Hand Book);
 Photo Album;

B. PELAKSANAAN DAN PENYELESAIAN PEKERJAAN

26
PASAL 56
LINGKUP PEKERJAAN

Pembangunan Tempat Ibadah secara umum meliputi pekerjaan standar maupun non
standar yang terdiri dari :
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Tanah
c. Pekerjaan Beton
d. Pekerjaan Kap Kuda-Kuda, Atap & Listplank
e. Pekerjaan Pasangan dan Plesteran
f. Pekerjaan Lantai dan Plafond
g. Pekerjaan Pengecatan/Finishing
h. Pekerjaan Instalasi Listrik
i. Pekerjaan Instalasi Air & Sanitair
j. Pekerjaan yang jelas terkait langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa dipisahkan
dengan pekerjaan utama sesuai dengan gambar dan RKS.
Sarana Bekerja :
Untuk kelancaran pekerjaan kontraktor harus menyediakan :
Tenaga kerja/tenaga ahli yang cukup memadai sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
Alat-alat Bantu, alat-alat pengangkut dan alat alat lain yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan.
Bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang akan dilaksanakan tepat pada waktunya.
Cara Pelaksanaan :
Pekerjaan yang harus dilaksanakan dengan penuh keahlian sesuai dengan ketentuan-ketentuan
dalam Rencana Kerja & Syarat-Syarat (RKS), Gambar Rencana, Berita Acara Penjelasan serta
mengikuti petunjuk Direksi.

PASAL 57
PERSIAPAN

1. Sebelum dilakukan penggalian, lokasi yang akan dibangun harus dibersihkan dahulu dari
bekas akar-akar pohon maupun sampah-sampah yang dapat merusak konstruksi
bangunan.
2. Bouwplank/Profil harus dibuat dengan bahan kayu yang kuat dan lurus selama
pelaksanaan sedang berjalan. Bowplank/Profil yang rusak segera diperbaiki, serta
permukaan papan Bowplank/Profil harus diketam agar permukaan menjadi lurus, dan
tebal papan minimal 2,5 cm dan lebar 20 cm.
3. Penggalian pondasi dapat dilaksanakan setelah Bowplank penandan, ukuran-ukuran pada
patok telah mendapat persetujuan dari Direksi Teknik.

PASAL 58
GALIAN TANAH

1. Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan sekecil mungkin terjadi gangguan terhadap
bahan-bahan di bawah dan diluar batas galian yang ditentukan sebelumnya.
2. Bila bahan tersebut yang nampak keluar diatas garis formasi atau tanah dasar atau
permukaan pondasi adalah lepas-lepas atau lunak atau secara lain tidak cocok dalam
pendapat Direksi Teknik, bahan itu secara keseluruhan harus dipadatkan atau dibuang

27
seluruhnya atau diganti dengan urugan yang cocok seperti diperintahkan Direksi Teknik.
3. Dimana batu, lapisan keras atau bahan tidak dapat dihancurkan lainnya ditemukan berada
di atas garis formasi atau pondasi, bahan tersebut harus digali terus sedalam 20 cm
sampai suatu permukaan yang rata dan halus. Tidak ada runcingan-runcingan batu akan
ditinggalkan menonjol dari permukaan yang nampak keluar dan semua bahan-bahan yang
lepas-lepas harus dibuang.
4. Profil galian yang telah ditetapkan harus dikembalikan dengan pengurugan kembali dan
harus dipadatkan dengan bahan pilihan yang disetujui oleh Direksi Teknik.
5. Sejauh mungkin dan serta diperintahkan oleh Direksi Teknik, Kontraktor harus menjaga
galian tersebut bebas air.

PASAL 59
URUGAN TANAH

1. Urugan tanah yang akan dilaksanakan yaitu urugan tanah untuk perataan site, urugan
tanah dibawah lantai, urugan tanah dibawah pondasi (sesuai Gambar Rencana/Gambar
Kerja).
2. Urugan tanah harus menggunakan tanah urug yang baik dan harus dipadatkan dengan
mengairi sampai jenuh hingga mencapai kepadatan maksimal.
Pelaksanaan Pekerjaan :
a. Penyiapan Lapangan
 Sebelum menempatkan urugan diatas suatu lapangan, semua operasi pemotongan
dan pembersihan termasuk pengisian lubang-lubang disebabkan pembongkaran
akar-akar harus disesuaikan sesuai dengan spesifikasi, daan semua bahan-bahan
yang tidak cocok harus dibuang dari lapangan tersebut seperti diperintahkan
Direksi Teknik.
 Bilamana tingginya timbunan adalah satu meter atau kurang, tempat pondasi
timbunan harus dipadatkan secara menyeluruh (termasuk membuat lepas-lepas,
mengeringkan atau membasahi jika diperlukan) sampai bagian puncak tanah
setebal 15 cm, memenuhi persyaratan kepadatan yang ditetepkan untuk urugan
yang ditetepkan disana.
b. Penimbunan Urugan
 Urugan harus disisipkan sampai permukaan yang telah dibuat dan ditebarkan
dalam lapisan-lapisan yang rata tidak melebihi ketebalan padat 20 cm.
 Urugan tanah harus diangkat secara langsung dari daerah galian bahan ketempat
yang sudah disiapkan dan dihampar (dalam cuaca kering). Penumpukan tanah
pada umumnya tidak diizinkan, khususnya selama musim hujan.
c. Pemadatan urugan
 Segera setelah pemadatan dan penebaran urugan, masing-masing lapisan tanah
harus dipadatkan menyeluruh dengan peralatan pemadatan yang cocok dan
memadai sampai disetujui dan diterima oleh Direksi Teknik.
 Urugan timbunan harus dipadatkan dimulai pada ujung paling luar serta masuk
ketengah dalam satu cara dimana masing-masing bagian menerima desakan
pemadatan yang sama.

PASAL 60
URUGAN PASIR
1. Urugan Pasir yang akan dilaksanakan yaitu urugan pasir dibawah lantai serta urugan
pasir dibawah pondasi (sesuai gambar rencana/gambar kerja).
2. Urugan pasir harus menggunakan pasir urug yang baik dan harus dipadatkan dengan

28
mengairi sampai jenuh hingga mencapai kepadatan maksimal.

PASAL 61
PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI

1. Perekat yang dipergunakan untuk pasangan batu kali adalah campuran 1 PC : 5 Ps.
2. Ukuran minimal batu adalah :
 Tebal minimum = 15 cm
 Lebar minimum = 1,5 x tebal (22,5 cm)
 Panjang minimum = 1,5 x lebar (33,75 cm)
3. Ukuran batu maksimum akan ditentukan oleh Direksi Teknik dengan memperhitungkan
jenis, struktur, lokasi batu dalam stuktur dan persyaratan umum stabilitas dan saling
mengunci.
4. Batu yang dipilih harus bersih, keras tanpa lapisan yang lemah atau retak dan harus
memiliki satu daya tahan (awet).
5. Batu-batu tersebut harus berbentuk datar, biji ataupun datar dan harus dapat dilapisi
seperlunya untuk menjamin saling mengunci yang rapat bila dipasang bersama-sama.
6. Semua galian harus selalu bebas air dan kontraktor harus melengkapi semua bahan-bahan
yang diperlukan, peralatan dan tenaga untuk membuang atau mengalirkan air, termasuk
saluran-saluran sementara pengaliran lintasan air.
7. Batu harus bersih dan dibasahi sepenuhnya sebelum dipasang, diberikan waktu untuk
penyerapan air.
8. Tebal atas adonan untuk masing-masing lapisan pekerjaan batu adalah dalam batas-batas
2 – 5 cm, tetapi harus dipertahankan sampai keperluan minimum untuk menjamin bahwa
semua rongga diantara batu yang telah dipasang telah diisi sepenuhnya.
9. Batu harus diletakan dengan permukaan yang paling panjang mendatar dan permukaan
menonjol masing-masing batu harus diatur sejajar dengan permukaan dinding yang sedang
dibangun.

PASAL 62
PEKERJAAN PASANGAN BATA

1. Bata yang dipakai pada bangunan ini, menggunakan bata yang berkualitas baik, utuh dan
tidak cacat serta bata yang dipakai harus dengan ukuran yang sama.
2. Bata merah sebelum dipasang harus direndam dahulu dalam bak atau drum air, sampai
jenuh yang harus disiapkan dilapangan.
3. Pasangan dinding bata merah dipasang sesuai dengan Gambar Kerja yang sudah ada dan
untuk pasangan tembok bata menggunakan pasangan setengah bata.
4. Perekat yang dipergunakan untuk pasangan bata adalah sebagai berikut :
a. Untuk pasangan tembok bata biasa menggunakan campuraan 1 Pc : 4Ps
b. Untuk pasangan tembok trasram menggunakan campuran 1 Pc : 3 Ps dipasang pada
tempat-tempat yang ditentukan yaitu dari atas sloof (± 20 cm dari atas lantai) dan + 150
cm pada dinding km/wc sesuai dengan Gambar Kerja dan Detail.
5. Hubungan kolom beton dengan pasangaan bata maupun kusen diberi angker dari besi  8
mm dengan jarak maksimal 80 cm.
Bata yang mentah, retak/tidak memenuhi syarat dan tetap terpasang agar dibongkar dan
segera diganti dengan bata yang memenuhi syarat tersebut.

PASAL 63
PEKERJAAN BETON

1. Syarat-syarat Umum dan Peraturan


a. Persyaratan-persyaratan konstuksi beton, istilah-istilah teknik serta syarat-syarat

29
pelaksanaan beton secara umum menjadi satu kesatuan dalam bagian dokumen ini.
b. Kecuali tercantum lain dalam spesifikasi teknis ini maka semua pekerjaan beton harus
sesuai dengan standar dibawah ini :
 SNI No. 03-2847-1992
 Peraturan Muatan Indonesia (PMI 1970)
c. Semua material yang dipergunakan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Direksi sebelum dipergunakan dalam proyek ini, kemudian semua material yang akan
dipergunakan harus sesuai dengan persyaratan yang ada dalam RKS ini.
2. Pekerjaan beton bertulang (non Struktural) pada pekerjaan ini disyaratkan menggunakan
mutu beton Karakteristik (K) 175
3. Pekerjaan beton bertulang (Struktural) pada pekerjaan ini disyaratkan menggunakan mutu
beton Karakteristik (K) 225
4. Pekerjaan beton bertulang pada pekerjaan Rabat Lantai Kerja disyaratkan menggunakan
mutu beton Karakteristik (K) 100
5. Untuk bidang-bidang yang vertikal, ketinggian pengecoran beton yang akan dicor
maksimum 150 cm.
6. Cetakan Beton
a. Cetakan yang dipakai dibuat sedemikiaan rupa sehingga
menghasilkan permukaan beton yang rata dan halus. Untuk itu dipergunakan papan
klas II dengan ketebalan tidak boleh kurang dari 2,5 cm.
b. Sebelum beton dituang, terlebih dahulu konstruksi cetakan
beton diperiksa untuk memastikan kebenaran perletakannya, kokoh, rapat serta bersih
dari segala kotoran permukaan cetakan harus diberi minyak (Form Oil) untuk
mencegah melekatnya beton pada cetakannya.Permukaan cetakan harus dibasahi
sehingga tidak terjadi penyerapan air beton yang baru dituangkan. Cetakan beton dapat
dibongkar dengan persetujuan direksi.
7. Sambungan Beton
a. Pemborong harus membuat schedule tentang letak sambungan cor beton (Construction
Joint).
b. Dalam keadaan mendesak Direksi dapat merubah letak sambungan beton tersebut.
c. Permukaan sambungan beton harus dikasarkan dengan cara mengupas seluruh
permukaan sampai didapatkan permukaan beton yang padat dengan menyemprotkan air
kepermukaan sesudah 2 atau 4 jam sejak beton dituangkan atau boleh menggunakan
cara lain yang disetujui direksi.
d. Sebelum pengecoran dilanjutkan, permukaan beton harus dibasahi dan diberi lapisan
grount sebelum beton dituang. Grount terdiri dari satu bagian semen daan dua bagian
pasir.
e. Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat-tempat lain yang ditentukan
dalam gambar, bentuk sambungan untuk tulangan dinding tegak (vertikal) dan kolom
sedikitnya harus sudah 30 kali diameter batangan dan harus mendapat persetujuan dari
direksi.
8. Pembesian
a. Bahan material dan ukuran batang semua baja tulangan
harus baru dengan mutu baja fy 2400 Mpa sesuai dengan SNI untuk beton dan harus
disetujui oleh Direksi. Diameter tulangan baja beton harus sesuai dengan gambar dan
bila kemudian karena keadaan lapangan harus diadakan penggantian/penyesuaian
diameter terlebih dahulu harus disetujui Direksi.
b. Baja tulangan beton sebelum dipasang harus dibersihkan dari
serpih-serpih, karat, minyak, gemuk dan pelapisan yang akan merusak atau mengurangi
daya rekatnya.
c. Baja tulangan harus dibengkokkan/dibentuk dengan teliti
sesuai dengan bentuk dan ukuran yang tertera pada konstruksi yang diberikan kepada
kontraktor, baja tulangan beton tidak boleh diluruskan atau dibengkokan kembali
dengan cara merusak bahannya.
d. Baja tulangan dengan bengkokan yang tidak ditunjukan

30
dalam gambar tidak boleh dipakai, semua batangan harus dibengkokan dalam keadaan
dingin, Pemasangan dari besi beton hanya dapat diperkenankan bila seluruh cara-cara
pengerjaannya disetujui oleh direksi.
e. Sistim pemasangan, penggunaan besi beton, ketepatan
diameter dalam pembesian ini agar tetap mengikuti gambar yang ada.
9. Pengecoran Beton
a. Semua penulangan harus dimatikan pada kedudukan dan diperiksa terlebih dahulu
oleh Direksi Teknik/Pengawas Lapangan sebelum pengecoran dilakukan.
b. Direksi Teknik/Pengawas Lapangan harus menerima pemberitahuan minimal 2
x 24 jam sebelum pengecoran dilakukan agar pemeriksaan dan persetujuan dapat
diberikan pada waktunya.
c. Beton yang tidak dapat dipakai yang sudah mengeras, kotoran-kotoran dan benda-
benda yang tidak berguna harus dikeluarkan dalam begesting.
d. Pada saat pengecoraan lapisan-lapisan beton ini, secara bersamaan juga
dilaksanakan pemadatan.
e. Sebelum pengecoran dilakukan, semua penulangan, pembesian yang telah
terpasang harus dimintakan persetujuan Direksi.
8. Adukan/Campuran.
Adukan yang dipakai untuk beton ini adalah 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr

PASAL 64
PEKERJAAN ATAP

1. Pekerjaan konstruksi atap terdiri dari rangka atap (gording, usuk dan reng kayu klas kuat
II setara Kempas).
2. Semua kayu yang dipakai harus kering, berumur tua, lurus dan tidak retak, tidak bengkok
serta mempunyai derajat kelembaban kurang dari 15% dan memenuhi persyaratan yang
tercantum dalam PKKI 1971-NI.5.
3. Semua kayu harus terlebih dahulu diawetkan dengan bahan anti rayap (Perendam garam
wolfman).
4. Sebelum kayu dan kayu dipesan untuk dikerjakan terlebih dahulu mengajukan contoh
kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
5. Semua kayu yang dipergunakan untuk konstruksi atap adalah kayu kelas kuat II dengan
ukuran jadi sesuai gambar kerja.
6. Pelaksanaan Pekerjaan :
a. Semua Pekerjaan Kayu yang tampak harus diserut rata dan licin hingga memberikan
penyelesaian yang baik dan sedikit penghalusan.
c. Setiap sambungan konstruksi atap agar diperhatikan adanya pen/joint yang berfungsi
sebagai pengunci.
d. Pekerjaan kayu yang tidak rata, melentur bengkok harus dibongkar dan diperbaiki atas
biaya pemborong.

PASAL 65
PEKERJAAN PENUTUP ATAP

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengangkutan, pengadaan tenaga kerja, alat-alat dan bahan berikut
pemasangan penutup atap dan perlengkapannya.

2. Standar/ Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI) SNI 03-1588-1989

31
3. Prosedur Umum
a.Contoh Bahan
Contoh dan brosur bahan-bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan ini harus
diserahkan lebih dahulu kepada Konsultan Pengawas untuk diperiksa dan disetujui,
sebelum pengadaan bahan-bahan ke lokasi proyek.

b. Gambar Detail Pelaksanaan


Sebelum memulai pelaksanaan, Kontraktor harus membuat dan menyerahkan kepada
Konsultan Pengawas, Gambar detail pelaksanaan yang mencakup ukuran-ukuran, cara
pemasangan, dan detail lain yang diperlukan untuk diperiksa dan disetujui.

c.Pengiriman dan Penyimpanan


Bahan-bahan harus dikirimkan ke lokasi proyek dalam keadaan utuh, baru dan tidak
rusak serta dilengkapi dengan tanda pengenal yang jelas.
Bahan – bahan harus disimpan dalam tempat yang kering dan terlindung dari segala
kerusaka.

4. Bahan – Bahan
Semua bahan –bahan yang tercantum dalam spesifikasi teknis ini harus seluruhnya dalam
keadaan baru berkualitas baik secara telah disetujui konsultan pengawas.

5. Pelaksanaan Pekerjaan
a.Umum
Sebelum pemasangan penutup atap akan dimulai, semua rangka atap, seperti kuda-kuda,
gording harus sudah terpasang dengan baik.
Penutup atap sebelum dibawa ke lapangan, harus terlebih dahulu disesuaikan bentuk
serta ukurannya sesuai dengan yang tertera dalam gambar kerja.
Jarak antar penutup atap harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik pembuatnya.
Sebelum pemasangan dilakukan, kontraktor harus mengajukan gambar shop drawing
yang menggambarkan tentang metode dan cara pemasangannya kepada konsultan
pengawas minimal lima hari sebelum pekerjaan tersebut akan dilaksanakan.

b. Pemasangan
1) Pemasangan penutup atap dan kelengkapannya harus dilaksanakan sesuai petunjuk
pemasangan dari pabrik pembuatan dengan tetap memperhatikan ketentuan dalam
Gambar Kerja.
2) Sebelum pemasangan penutup atap dimulai, semua kerangka atap, seperti kuda-kuda,
gording harus sudah terpasang dengan baik.
3) Pemasangan penutup atap dan kelengkapannya harus dilaksanakan sesuai petunjuk
pemasangan dari pabrik pembuatannya dengan tetap memperhatikan ketentuan dalam
Gambar Kerja.
4) Penutup atap berikut talang-talang (bila ditunjukan dalam Gambar Kerja) harus
dipasang dengan baik, dimulai dari bagian tepi bawah menuju ke atas sesuai
kemiringan atap yang ditunjukan dalam Gambar Kerja.

PASAL 66
PEKERJAAN PLESTERAN

1. Yang termasuk lingkup pekerjaan ini adalah :


 Pelesteran dinding bata
 Pelesteran Trasraam
 Pelesteran/aferking permukaan beton.

32
2. Bahan yang dipakai adalah :
a. Pasir pasang harus bersih, tajam dan harus bebas lumpur tanah liat, kotoran organik dan
bahan yang dapat merusak pelesteran, untuk itu pasir yang akan digunakan terlebih
dahulu diayak lewat ayakan dengan diameter lobang sebesar 10 mm.
b. Semen yang dipakai harus memenuhi persyaratan N.I 8 Type I menurut ASTM dan
memenuhi S 400 standard Portland Cement.
3. Adukan/Campuran.
a. Adukan trasram 1 Pc : 3 Ps dilaksanakan untuk pelesteran dinding yang masuk kedalam
tanah, seluruh pasangan trasram, plint plesteran, aferking permukaan beton dan seluruh
pasangan bata 1 Pc : 3 Ps.
b. Adukan 1 Pc : 5 Ps dilaksanakan untuk pelesteran yang tidak trasram seperti tercantum
diatas.
4. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Sebelum dinding di plester harus dikamprot dulu dengan campuran 1 Pc : 3 Ps dengan
ketebalan  3 mm untuk mendapatkan ikatan yang lebih baik. Kelembaban plesteran
harus dijaga sehingga pengeringan bidang plesteran stabil dan kemudian diperhalus
dengan acian semen.
b. Untuk finishing beton expose, sebelum diperhalus/aferking permukaan beton perlu
dikasarkan/ dikemprot terlebih dahulu dengan campuran 1 Pc : 3 Ps dengan ketebalan
lebih kurang 3 mm untuk mendapatkan ikatan yang lebih baik.
c. Seluruh pekerjaan pelesteran yang tidak lurus, berombak dan retak-retak harus
dibongkar dan diperbaiki, atas biaya pemborong.

PASAL 67
PEKERJAAN PENUTUP LANTAI

1. KETERANGAN
Bagian ini mencakup semua pekerjaan penutup lantai dalam bangunan, seperti yang tercantum
dalam gambar dan RKS, meliputi penyediaan bahan, tenaga dan peralatan untuk pekerjaan ini.

2. BAHAN
a. Keramik yang dipakai ukuran sesuai dengan gambar rencana. Semua bahan buatan dalam
negeri (Produk Asia Tile atau Roman atau setara).
Corak dan warna penutup lantai akan ditetapkan kemudian oleh Konsultan Perencana.

b. Sebelum keramik dibawa ketempat pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan contoh dan
katalog /persyaratan teknis operatif dari pabrik pembuat kepada pengawas untuk memperoleh
persetujuan. Semua keramik yang akan dipakai harus berada dalam kotak aslinya. Keramik
yang akan dipasang harus mulus dan bebas cacat.

3. PELAKSANAAN
a. Pemasangan ubin keramik
Pemasangan keramik lantai sebaiknya pada tahap akhir, untuk menghindari kerusakan akibat
pekerjaan yang belum selesai. Permukaan lantai yang akan dipasang keramik harus bersih,
cukup kering dan rata air. Sebelum dipasang, keramik lantai agar direndam di dalam air
terlebih dahulu. Setiap jalur pemasangan sebaiknya ditarik benang dan rata air. Adukan semen
untuk pemasangan keramik harus penuh, baik permukaan dasar maupun di badan belakang
keramik dinding yang terpasang. Perbandingan adukan dan ketebalan rata- rata yang di
anjurkan adalah semen : pasir = 1 : 6, dengan ketebalan rata-rata 2 – 4 cm. Lebar nat yang
dianjurkan untuk lantai adalah 2 – 3 mm, dengan campuran pengisi nat (Grout) bahan khusus
AM 50.
Bersihkan segera bekas adukan dari permukaan keramik, dapat digunakan bahan pembersih
yang ada dipasar dengan kadar asam tidak lebih dari 5 %, setelah itu segera dibersihkan
dengan air bersih. Karena sifat alamiah dari produk keramik, yang disebabkan proses
pembakaran pada temperatur tinggi, dapat terjadi perbedaan warna dan ukuran untuk ini

33
diperiksa dan pastikan keramik lantai yang akan dipasang mempunyai seri dan golongan
ukuran yang sama.
b. Pemasangan
Pekerjaan ini harus dilakukan dengan serapi-rapinya oleh ahli yang berpengalaman sesuai
dengan petunjuk pabrik bahan yang bersangkutan.

PASAL 68
PEKERJAAN LANGIT – LANGIT

1. KETERANGAN
Pekerjaan ini mencakup pembuatan dan pemasangan langit-langit dengan berbagai bahan penutup
langit-langit sesuai dengan gambar dan RKS, meliputi penyediaan alat, bahan dan tenaga untuk
keperluan pekerjaan ini.

2. BAHAN
a. Bahan yang dipakai pada pekerjaan ini adalah Calsiboard 3,5 mm
b. Rangka plafond menggunakan rangka kayu klas kuat II.

3. PELAKSANAAN
a. Rangka penggantung dipasang berjarak maksimum 120 cm sesuai gambar rancangan sedangkan
untuk rangka pembagi berjarak maksimum 60 cm sesuai brosur dan gambar rancangan
pelaksanaan.
b. Pemasangan paku harus diberi jarak 10 mm (minimal) dan maksimal 16 mm dari pinggir bahan
penutup. Jarak antara paku pada bagian tepi berjarak 20 cm sedangkan pada bagian tengah
penutup langit-langit jarak antara paku adalah 30 cm.
c. Sambungan pada pemasangan penutup langit-langit antara satu dengan lainnya adalah serapat
mungkin tanpa jarak yang pemasangannya dilakukan zig zag.
d. Pemasangan penutup langit-langit harus ditimbang rata air agar mendapatkan permukaan yang
benar rata.
e. List langit-langit dipasang pada setiap permukaan antara dinding dan plafond dengan cara
pemasangan menggunakan paku atau sekrup sedemikian rupa sehingga pangkal paku atau
sekrup dapat masuk ke dalam bahan penutup langit-langit.

PASAL 69
PEKERJAAN PENGECATAN

1. KETERANGAN
Pekerjaan ini mencakup semua pekerjaan yang berhubungan dan seharusnya dilaksanakan dalam
pengecatan dengan bahan-bahan emulsi, enamel, cat dasar, pendempulan, baik yang dilaksanakan
sebagai pekerjaan permulaan, ditengah-tengah dan akhir. Yang dicat adalah semua permukaan
kayu, plesteran tembok dan beton, plafond dan permukaan – permukaan lan yang disebut dalam
gambar dan RKS.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, tenaga dan semua peralatan yang diperlukan untuk
pekerjaan ini.

STANDAR / RUJUKAN
 SNI 2411-2008
 Pt-T-38-2000-C Pekerjaan Pengecatan
 Petunjuk pelaksanan dari pabrik pembuat.

2. BAHAN
a. Umum
a. Cat harus dalam kaleng/kemasan yang masih tertutup patri/segel dan masih jelas
menunjukan nama/merek dagang, nomor formula atau Spesifikasi cat, nomor takaran

34
pabrik, warna, tanggal pembuatan pabrik, petunjuk dari pabrik dan nama pabrik pembuat.
Yang semuanya harus masih absah pada saat pemakaiannnya. Semua bahan harus sesuai
dengan Spesifikasi yang disyaratkan pada daftar cat. Pemakaian bahan-bahan pengering
atau bahan – bahan lainnya tanpa persetujuan pengawas tidak diperbolehkan. Selambat-
lambatnya sebulan sebelum pekerjaan pengecatan dimulai, Kontraktor harus mengajukan
daftar tertulis dari semua bahan yang akan dipakai untuk disetujui oleh Pengawas
Lapangan. Konsultan Pengawas berhak menguji contoh-contoh sebelum memberikan
persetujuan.
Untuk menetapkan suatu standar kualitas, disyaratkan bahwa semua cat yang dipakai harus
berdasarkan /mengambil acuan pada cat-cat hasil produksi setara Mowilex, ICI, atau
DULUX.
b. Cat Dasar
Cat dasar yang digunakan harus sesuai dengan daftar berikut atau setara :
 Water-based sealer untuk permukaan pelesteran , beton, papan gypsum dan panel kalsium
silikat.
 Masonry sealer untuk permukaan pelesteran yang akan menerima cat akhir berbahan dasar
minyak.
 Wood primer sealer untuk permukaan kayu yang akan menerima cat akhir berbahan dasar
minyak.
 Solvent-based anti corrosive zinc chomate untuk permukaan besi/baja.

c. Undercoat
Undercoat digunakan untuk permukaan bidang baru yang belum pernah di cat sebelummnya.

d. Cat Akhir
Cat akhir yang digunakan harus sesuai dengan daftar berikut atau yang setara :
 Emulsion untuk permukaan interior pelesteran, beton, papan gipsum dan panel kalsium
silikat.
 Emulsion khusus untuk permukaan eksterior pelesteran , beton, papan gipsum dan panel
kalsium silikat.
 High quality solvet-based high quality gloss finish untuk permukaan interior pelesteran
dengan cat dasar masonry sealer, kayu dan besi/baja.
 Khusus untuk bagian luar yang tidak terlindung atap dipakai jenis Weathershield.

3. PELAKSANAAN
a. Pelaksanaan Pekerjaan
Pembersihan, Persiapan dan Perawatan Awal Permukaan
Umum
 Semua peralatan gantung dan kunci serta perlengkapan lainnya, permukaan polesan
mesin, pelat, instalasi lampu dan benda-benda sejenisnya yang berhubungan langsung
dengan permukaan yang akan di cat, harus dilepas, ditutupi atau dilindungi, sebelum
persiapan permukaan dan pengecatan dimulai.
 Pengerjaan harus dilakukan oleh orang-orang yang memang ahli dalam bidang tersebut.
 Permukaan yang akan dicat harus bersih sebelum dilakukan persiapan permukaan atau
pelaksanaan pengecatan. Minyak dan lemak harus dihilangkan dengan memakai kain
bersih dan zat pelarut /pembersih yang berkadar racun rendah dan mempunyai titik nyala
diatas 38 OC.
 Pekerjaan pembersihan dan pengecatan harus diatur sedemikian rupa sehingga debu dan
pencemar lain yang berasal dari proses pembersihan tersebut tidak jauh diatas permukaan
cat yang baru dan basah.
1. Permukaan Pelesteran dan Beton
Permukaan pelesteran umumnya hanya boleh dicat sesudah sedikitnya selang waktu 4
(empat minggu) untuk mengering diudara terbuka. Semua pekerjaan pelesteran atau

35
semen yang cacat harus dipotong dengan tepi-tepinya dan ditimbal dengan pelesteran
baru hingga tepi-tepinya bersambung menjadi rata dengan pelesteran sekelilingnya.
Permukaan pelesteran yang akan dicat harus dipersiapkan dengan menghilangkan
bunga garam kering, bubuk besi, kapur, debu, lumpur, lemak, minyak, aspal, adukan
yang berlebihan dan tetesan-tetesan adukan.
Sesaat sebelum pelapisan cat dasar dilakukan, permukaan pelesteran dibasahi secara
menyeluruh dan seragam dengan tidak meninggalkan genangan air. Hal ini dapat
dicapai dengan menyemprotkan air dalam bentuk kabut dengan memberikan selang
waktu dari saat penyemprotan hingga air dapat diserap.

2. Permukaan Kalsiboard
Permukaan kalsiboard harus kering, bebas dari debu, oli atau gemuk dan permukaan
yang cacat telah diperbaiki sebelum pengecatan dimulai.
Kemudian permukaan kalsiboard tersebut harus dilapisi dengan cat dasar khusus
untuk kalsiboard, untuk menutup permukaan yang berpori.
Setelah cat dasar ini mengering dilanjutkan dengan pengecatan sesuai ketentuan
Spesifikasi ini.

3. Permukaan Kayu
Permukaan kayu harus bersih dari minyak, lemak dan serbuk kayu gergajian, sisa
pengamplasan serta kotoran lainnya, sebelum pelapisan cat dimulai.

4. Permukaan Besi
 Besi/Baja Baru
Permukaan besi/baja yang terkena karat lepas dan benda-benda asing lainnya
harus dibersihkan secara mekanis dengan sikat kawat atau penyemprotan
pasir/sand blasting sesuai standar Sa21/2.
Semua debu, kotoran, minyak, gemuk dan sebagainya harus dibersihkan dengan
zat pelarut yang sesuai dan kemudian dilap dengan kain bersih. Sesudah
pembersihan selesai, pelapisan cat dasar pada semua permukaan barang besi/baja
dapat dilakukan sampai mencapai ketebalan yang disyaratkan

 Besi / Baja Dilapis Dasar di Pabrik/ Bengkel


Bahan dasar yang diaplikasikan di pabrik/bengkel harus dari merek yang sama
dengan cat akhir yang akan diaplikasikan dilokasi proyek dan memenuhi ketentuan
dalam Spesifikasi Teknis ini.
Barang besi/baja yang telah dilapis dasar dipabrik/bengkel harus dilindungi
terhadap karat, baik sebelum atau sesudah pemasangan dengan cara segera
merawat permukaan karat yang terdeteksi.
Permukaan harus dibersihkan dengan zat pelarut untuk menghilangkan debu,
kotoran, minyak, gemuk.
Bagian-bagian yang tergores atau berkarat harus dibersihkan dengan sikat kawat
sampai bersih, sesuai standar St 2/Sp-2, dan kemudian dicat kembali (touch-up)
dengan bahan cat yang sama dengan yang telah disetujui sampai mencapai
ketebalan yang disyaratkan.

 Besi / Baja Lapis Seng/ Galvanized


Permukaan besi/baja berlapis seng/galvanized yang akan dilapisi cat warna harus
dikasarkan terlebih dahulu dengan bahan kimia khusus yang diproduksi untuk
maksud tersebut, atau disikat kawat. Bersihkan permukaan dari kotoran-kotoran,
debu dan sisa-sisa pengasaran, sebelum pengaplikasian cat dasar.

a. Selang Waktu Antara Persiapan Permukaan dan Pengecatan.


Permukaan yang sudah dibersihkan, dirawat dan/atau disiapkan untuk di cat harus

36
mendapatkan lapisan pertama atau cat dasar seperti yang disyaratkan, secepat
mungkin setelah persiapan-persiapan di atas selesai. Harus diperhatikan bahwa hal ini
harus dilakukan sebelum terjadi kerusakan pada permukaan yang sudah disiapkan di
atas.

b. Pelaksanaan Pengecatan
Umum
 Permukaan yang sudah dirapikan harus bebas dari aliran punggung cat, tetesan
cat, penonjolan, pelombang, bekas olesan kuas, perbedaan warna dan tekstur.
 Usaha untuk menutupi semua kekurangan tersebut harus sudah sempurna dan
semua lapisan harus diusahakan membentuk lapisan dengan ketebalan yang sama.
 Perhatian khusus harus diberikan pada keseluruhan permukaan, termasuk bagian
tepi, sudut dan ceruk/lekukan, agar bisa memperoleh ketebalan lapisan yang sama
dengan permukaan – permukaan disekitarnya.
 Permukaan besi/baja atau kayu yang terletak bersebelahan dengan permukaan
yang akan menerima cat dengan bahan dasar air, harus telah diberi lapisan cat
dasar terlebih dahulu.

Proses Pengecatan
Harus diberi selang waktu yang cukup di antara pengecatan berikutnya untuk
memberikan kesempatan pengeringan yang sempurna, disesuaikan dengan keadaan
cuaca dan ketentuan dari pabrik pembuat cat dimaksud.
Pengecatan harus dilakukan dengan ketebalan minimal (dalam keadaan cat kering)
sesuai dengan ketentuan berikut:
1. Permukaan Interior Pelesteran, Beton
Cat Dasar : 1 (satu) lapis water-based sealer
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan emulsion

2. Permukaan Eksterior Pelesteran, Beton


Cat Dasar : 1 (satu) lapis water-based sealer
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan emulsion khusus
eksterior/weathersield

3. Permukaan Interior dan Eksterior Pelesteran dengan Cat Akhir Berbahan Dasar
Minyak
Cat Dasar : 1 (satu) lapis masonry sealer
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan high quality solvent-
based high quality gloss finish

4. Permukaan Kayu
Cat Dasar : 1 (satu) lapis wood primer sealer
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan high quality solvent-
based high quality gloss finish

5. Permukaan Besi/ Baja


Cat Dasar : 1 (satu) lapis solvent-based anti
corrosive zinc chromate primer
Undercoat : 1 (satu) lapis undercoat
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan high quality solvent-
based high quality gloss finish

Penyimpanan Pencampuran dan Pengenceran


 Pada saat pengerjaan cat tidak boleh menunjukan tanda-tanda mengeras,
membentuk selaput yang berlebihan dan tanda-tanda kerusakan lainnya.

37
 Cat harus diaduk disaring secara menyeluruh dan juga agar seragam
konsistensinya selama pengecatan.
 Bila disyaratkan oleh keadaan permukaan, suhu, cuaca dan metoda pengecatan,
maka cat boleh diencerkan sesaat sebelum dilakukan pengecatan dengan mentaati
petunjuk yang diberikan pembuat cat dan tidak melebihi jumlah 0,5 liter zat
pengencer yang baik untuk 4 liter cat.
 Pemakaian zat pengencer tidak berarti lepasnya tanggung jawab kontraktor untuk
memperoleh daya tahan cat yang tinggi (mampu menutup warna lapis
dibawahnya).

Metode Pengecatan
 Cat dasar untuk permukaan beton, plesteran, kalsiboard diberikan dengan kuas
dan lapisan berikutnya boleh dengan kuas atau rol.
 Cat dasar untuk permukaan kayu harus diaplikasikan dengan kuas dan lapisan
berikutnya boleh dengan kuas, rol atau semprotan.
 Cat dasar untuk permukaan besi/baja diberikan dengan kuas atau disemprotkan
dan lapisan berikutnya boleh menggunakan semprotan.

c. Pemasangan Kembali barang-barang yang dilepas


Sesudah selesainya pekerjaan pengecatan, maka barang-barang yang dilepas harus
dipasang kembali oleh pekerja yang ahli dalam bidangnya.

PASAL 70
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

1. Lingkup Pekerjaan
Seperti pada gambar rencana, pemborong pekerjaan listrik harus melakukan pengadaan dan
pemasangan instalasi listrik untuk siap digunakan.
Adapun Lingkup Pekerjaan ini meliputi :
1.1. Pembuatan Shop drawing sebelum pekerjaan dilaksanakan.
1.2. Instalasi Penerangan, Stop Kontak termasuk Fixture
1.3. Panel penerangan dan instalasinya.
1.4. Pekerjaan pengecatan dan perapihan
1.5. Pengujian/test/keer dan percobaan
1.6. Pembuatan As built drawing dan segala pekerjaan yang termasuk kedalam pekerjaan ini.

2. Persyaratan Umum
2.1. Pekerjaan ini dilaksanakan oleh Pemborong pekerjaan listrik yang memiliki surat ijin dari PLN
yang masih berlaku.
2.2. Pelaksanaan Pekerjaan Instalasi Listrik ini pada dasarnya harus memenuhi persyaratan yang
dikeluarkan oleh PLN dan Instansi yang berwewenang lainnya (SNI 04-0225-1987 Tentang
Peraturan Umum Instalasi Listrik).
2.3. Pemborong Listrik harus membuat gambar-gambar revisi (As built drawings) dan menyerahkan
ke Direksi dalam rangkap 5 (lima).
3. Bahan/Matrial
3.1. Semua barang yang akan dipasang adalah barang baru dan terlebih dahulu, mengajukan contoh
untuk disetujui Direksi.
3.2. Panel penerangan terbuat dari plat besi tebal 1,0 mm dicat anti karat dan dilengkapi dengan
kunci. Panel penerangan harus ditanahkan (grounding) dengan tahanan 5 Ohm, merk yang
dipakai setaraf Mitsubishi, BBC, MG atau Siemen.
3.3. Kabel Instalasi Listrik.
a. Kabel instalasi Penerangan dan stop kontak dipakai jenis NYA, NYM dan NYY dengan
kualitas setara Kabelindo, Sucoco, kebel metal atau suprin dengan ukuran sesuai dengan
keperluan pada masing-masing fungsi.

38
b. Penyambungan kabel harus menggunakan terminal box dan harus dipasang inbouw untuk
memasang instalasi yang tertanam harus dilengkapi dengan conduit/pipa beng/PVC dengan
diameter 3/8" atau sesuai dengan keperluan. Demikian juga dengan sambungan listrik.
3.4. Saklar dan Stop Kontak
a. Saklar 3 buah dan stop kontak harus dipasang inbouw dengan kualitas setara broco, saklar
dan stop kontak harus mempunyai kapasitas minimum 109 Ampere.
b. Ketinggian pemasangan saklar & stop kontak kurang lebih 150 cm dari muka lantai
kecuali bila stop kontak terpaksa harus dipasang kurang lebih 30 cm dari muka lantai.

PASAL 71
PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITAIR

1. KETERANGAN
Bagian ini mencakup semua pekerjaan sanitair dan yang berhubungan seperti ditunjukkan dalam
gambar, meliputi penyediaan bahan, tenaga, dan alat yang diperlukan.

2. BAHAN
a. Water Closet dan Wastafel
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut :
Bahan porselen, produk dalam negeri (setara TOTO atau American Standart), lengkap dengan
stop kran dan peralatan lain (warna standar).

b. Keran, Floor Drain, dll. (Sekualitas Toto, American Standart)

c. Barang-barang yang akan dipasang harus benar-benar mulus dan tidak cacat sedikitpun.
Kontraktor harus mengajukan contoh-contoh untuk disetujui oleh Pengawas bersama dengan
Konsultan Perencana.

3. PELAKSANAAN
Pemasangan semua peralatan/perlengkapan sanitair harus dilakukan oleh ahli pemasangan barang
sanitair yang berpengalaman. Pengerjaan harus dilakukan dengan hati-hati dan sangat rapi.
a. Semua sambungan harus kedap air dan udara. Bahan penutup sambungan tidak diijinkan. Cat,
vernis dempul dan lainnya tidak diijinkan dipasang pada bidang-bidang pertemuan sambungan
sampai semua sambungan dipasang kuat dan di uji. Semua saluran ekspose ke perlengkapan
sanitasi harus diselesaikan sedemikian sehingga tampak bersih dan rapih dan sesuai ketentuan
Gambar Kerja dan petunjuk pemasangan dari pabrik pembuat.
b. Pemipaan dari perlengkapan sanitasi ke pipa distribusi utama harus dilaksanakan sesuai ketentuan
Spesifikasi Teknis.
c. Sistem penumpu dan penopang harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik pembuat
perlengkapan sanitasi atau sesuai persetujuan Pengawas Lapangan.
d. Pemasangan alat-alat sanitair lain :
Floor drain harus dipasang dengan saringannya, dan dipasang rapih. Semua sela-sela antara floor
drain dengan lantai harus diisi dengan adukan 1 Pc : 2 Ps. Pasangan harus sedemikian sehingga
bidang atas floor drain rata dan sebidang dengan bidang lantai.

PASAL 72
PENUTUP

Apabila didalam RKS/Bestek ini tidak tercantum uraian-uraian dan


ketentuan-ketentuan yang sebenarnya yang termasuk dalam pekerjaan
pemborong maka pekerjaan lain yang belum diatur dalam ketentuan ini
akan ditentukan kemudian, apabila dilakukan perbaikan (Tambah kurang)

39
harus atas persetujuan Direksi/Pemimpin Proyek.

Disetujui : Dibuat Oleh :


Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Konsultan Perencana
CV. BNK CONSULTAN

H.L. MUHAMMAD PUTRIA, S.Pd, M.Pd. ANGGI ARISANDI, ST.


NIP. 19591231 198901 1 057 Direktur

Mengetahui :

A.n. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang


Kabupaten Lombok Tengah
Kepala Bidang Cipta Karya

MUHAMMAD SUPRIADIN, ST
NIP. 19751221 200801 1 013

40

Anda mungkin juga menyukai