Kromatografi Kolom
Kromatografi Kolom
Oleh :
Kelompok 3
A. TUJUAN
Mahasiswa mampu memisahkan campuran kation dengan kromatografi kolom
menggunakan pipet pasteur sebagai pengganti kolom kromatografi.
B. DASAR TEORI
Kromatografi kolom merupakan teknik kromatografi yang paling awal ditemukan.
Ditinjau dari mekanismenya, teknik ini merupakan kromatografi adsorpsi berdasarkan
jenis fasa yang digunakan. Kromatografi kolom dapat digolongkan dalam kromatografi
cair-padat (KCP) kolom terbuka.
Fasa diam berupa diam berupa absorben yang tidak boleh larut dalam fase gerak
dan ukuran partikel fasa diam harus seragam atau homogen. Sebagai fasa diamnya dapat
digunakan alumina, silika gel, arang, pati, tanah diatome, MgCO3 dan CaCO3. Pengisian
fasa diam dalam kolom dapat dilakukan dengan cara kering atau cara basah. Cara basah
dapat dilakukan dengan mengubah terlebih dahulu fasa diam menjadi bubur lumur
(slurry) dengan pelarut air, kemudian baru diisikan ke dalam kolom. Cara kering dapat
dilakukan langsung dengan mengisi adsorben sebagai fasa diam ke dalam kolom, baru
kemudian dibasahi dengan air.
Fasa gerak dapat berupa pelarut tunggal atau campuran pelarut dengan komposisi
tertentu baik yang bersifat polar maupun non polar. Pada umumnya, kromatografi kolom
digunakan untuk pemisahan senyawa organik hasil sintetis atau isolasi bahan alam, tetapi
juga dapat digunakan dalam pemisahan kation dalam campurannya.
b. Pembuatan kolom.
Diambil pipet tetes.
Dimasukkan kapas kedalam pipet tetes sampai 3 cm.
Ditambahkan aquades.
Ditimbang 1 gram alumina.
Dimasukkan alumina kedalam gelas kimia.
Ditambahkan aquades sampai menjadi bubur.
Dimasukkan bubur alumina ke dalam pipet tetes sampai 4 cm.
Dialiri aquades sampai tidak boleh kering.
c. Pemisahan ion-ion
Disiapkan pelat tetes.
Dimasukkan 1 mL sampel B.
Di aliri eluen aquades sampel keluar.
Dihitung waktu retensi setiap 10 tetes fraksi yang keluar.
Dilanjutkan penambahan fasa gerak yaitu HCl 0,1 M, 0,5 M, 2 M, dan 6 M.
Dihitung waktu retensi setiap 10 tetes fraksi yang keluar.
Ditampung larutan yang keluar dari kolom dengan pelat tetes.
Diidentifikasi larutan dengan penambahan larutan NH4SCN untuk sampel
Co(II).
Diidentifikasi larutan dengan penambahan larutan DMG dalam kondisi basa
untuk sampel Ni(II).
Dibuat kurva kromatogram antara nomer fraksi(sumbu x) dengan itensitas
warna (sumbu y).
Hasil pengamatan
Fraksi Waktu eluen (s)
Ni(II) Co(II)
13 43 - -
14 44 - -
15 32 - -
16 01.09 - ++++
17 52 - +++++
18 41 - +
19 44 - +++
20 52 - -
21 54 - -
22 01.05 - -
23 35 - -
24 34 - ++
+ : larutan berwarna coklat
Catatan : Penambahan fraksi dengan larutan DMG dalam kondisi basa
Hasil pengamatan
Fraksi Waktu eluen (s)
Ni(II) Co(II)
25 57 - -
26 37 - -
27 37 - -
28 37 - -
29 37 - -
30 33 - -
31 34 - -
32 40 - -
33 01.03 - -
34 53 - -
35 36 - -
36 46 - -
Catatan : Penambahan fraksi dengan larutan DMG dalam kondisi basa
Penambahan HCl 2 M
Hasil pengamatan
Fraksi Waktu eluen (s)
Ni(II) Co(II)
37 42 - -
38 42 - -
39 42 - -
40 36 - -
41 50 - -
42 40 - -
43 43 - -
44 33 - -
45 39 - -
46 46 - -
47 01.03 - -
48 01.04 - -
Catatan : Penambahan fraksi dengan larutan DMG dalam kondisi basa
Penambahan HCl 6 M
Hasil pengamatan
Fraksi Waktu eluen (s)
Ni (II) Co (II)
49 50 - -
50 42 - -
51 01.00 - -
52 35 - -
53 01.00 - -
54 43 - -
55 53 - -
56 01.03 - -
57 01.07 - -
58 59 - -
59 48 - -
60 55 - -
Catatan : Penambahan fraksi dengan larutan DMG dalam kondisi basa
Daftar Rujukan
Zakia, Neena. 2013. Petunjuk Praktikum Pemisahan Kimia. Malang : Universitas Negeri
Malang.
Lampiran