Anda di halaman 1dari 120

IMPLEMENTASI PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI

PERKOTAAN (P2KP)

(Studi pada Kelurahan Sei Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan,

Sumatera Utara)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun Oleh:

Andika Putra
040903050

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009
Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji hanya bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Allah Yang Maha

Pengasih dan Maha Penyayang. Allah Yang Maha Berkehendak dan Maha Perkasa. Allah

Yang Maha Pencipta. Allah lah yang telah memberikan nikmat islam dan sunnah. Allah

satu-satunya yang wajib diibadahi dengan sesuai sunnah Rasulullah. Kemerdekaan hakiki

adalah dengan penghambaan kepada Allah saja. Kehinaan adalah pengikutan kepada hawa

nafsu dan bisikan setan. Dia menciptakan kita untuk beribadah hanya kepada-Nya dan

mengkufuri thogut. Shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad ibnu Abdillah

Shalallahu ‘alihi Wa Salam, ahli bait, sahabat beliau, dan orang-orang yang mengikuti

beliau dengan baik dan benar sampai hari kiamat.

Penyelesaian skripsi ini telah melibatkan banyak pihak yang sangat membantu dan

berperan penting karena keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Sehingga dalam

kesempatan ini, penulis ingin berterima kasih kepada banyak pihak yang telah membantu

dan membimbing dalam penyelesaian skripsi ini. Tanpa pihak-pihak tersebut mungkin

penulis tidak dapat dengan lancar dan baik menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua ku Bapak Iskandar Yacoub dan Ibu Suhartini yang telah sangat

bersabar membesarkan seorang anak yang belum membuktikan kegunaannya dan cuma

bisa merepotkan. Terima kasih sangat kepada keduanya atas segala kasih sayang,

perhatian, dan kesabarannya.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
2. Terima kasih kepada adik-adikku (Jaka dan Tika), kakakku (Ayu Chandra), buklek

Suratmi, dan pak Yunan atas perhatiannya dan persaudaraannya.

3. Bapak Prof. Dr. Arif Nasution, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Humaizi, MA., selaku Pembantu Dekan I (PD I) Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Prof. DR. Marlon Sihombing, MA., selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Dra. Beti Nasution MSI., selaku sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

7. Bapak Drs. Kariono, MSI., selaku dosen pembimbing.

8. Seluruh staf pengajar dan dosen Departemen Ilmu Administrasi Negara Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan pengetahuan dan pembelajaran kepada penulis

selama kuliah.

9. Seluruh staf pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

yang telah membantu segala urusan administrasi penulis selama kuliah sampai selesai,

khususnya kepada staf Departemen Ilmu Administrasi Negara Kak Mega, yang telah

membantu penulis untuk urusan administrasi di kantor departemen dari mulai masuk

sampai selesai selama penulis kuliah. Kak Emi Triani, yang telah membantu

administrasi di Bagian Pendidikan.

10. Lurah Sei Sikambing B Bapak Rudy Asriandy. S. STP yang telah mengizinkan penulis

melakukan penelitian di Kelurahan Sei Sikambing B.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
11. Fasilitator Kelurahan Bang Abdul Husen yang telah membantu penulis mendapatkan

data-data penelitian.

12. Koordinator Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Ikhlas Persatuan Ibu Zaharawati

yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam

mendapatkan data-data penelitian.

13. Seluruh Ulama Ahli Sunnah wal Jama’ah di seluruh dunia yang sudah wafat maupun

yang masih hidup; Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’I, Imam Ahmad bin

Hambal, Ibnu Hazm, Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim, Muhammad bin Abdul Wahhab,

Ibnu Baaz, Al-Albani, Ibnu Utsaimin, Syaikh Muqbil, Syaikh Rabi’. Terima kasih juga

kepada seluruh ustadz salafi di Indonesia khususnya di Kota Medan; Ustadz Ali Nur,

Ustadz Abu Ihsan, Ustadz Abdul Fattah, Ustadz Faisal, Ustadz Yunus, Ustadz Yulnaidi,

Ustadz Bukhori, dan lainnya.

14. Kawan-kawan seperjuangan, salafiyun di USU terkhusus di Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik USU; Iqbal As-Salafy, Buyamin, Mirza Al-Muwahhid, Jaka Al-Langkaty

(Ibnu Sunny), Tyas As-Salafy, Rizky As-Salafy, Dedek As-Salafy, Jairun As-Salafy,

Irwanto, dan Ibnu Tawakkal. Salafiyun di Fakultas Ekonomi USU; Rahmadi, Novri,

Suheri, Septian, Halim, dan Bang Habibi. Kawan-kawan salafiyun di USU; Bang

Rusdi, Rozy, Roby, Revin, Saiful, dan lainnya dari para aktivis dakwah tauhid dan

sunnah di USU. Teruskan harokah kita di manapun kita ada dan semampu kita.

Tegakkan Tauhid dan Sunnah, Hancurkan Syirik dan Bid’ah.

15. Kawan-kawan anak musholla As-Siyasah FISIP USU; Rais Asy-Syafi’i, Anas, Bang

Jul Bancin, Ismuhar, Haikal, Afwan, Koto, Syahrifin, dan lainnya.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
16. Kawan-kawan KAMMI dan PKS yang ada di FISIP USU; Bang Rajab, Bang Arif,

Bang Cipta Tarwono, Suyadi, Irawan, Saiful, dan lainnya. Agama adalah nasihat dan

persatuan adalah di atas Al-Qur’an dan As-Sunnah ‘ala fahmi salaf.

17. Kawan-kawan Administrasi Negara; Mahfudz, Bukhari Akbar, Chandra, Mandar,

Royan, Arief, Asfar, Rajab, Alex, Stevan, Yusuf, Roni, Frans, dan lainnya.

Untuk semua pihak yang telah terlibat dan membantu dalam penyelesaian skripsi

ini, terima kasih saya sampaikan. Kiranya di lain waktu dan kesempatan, penulis dapat

membantu dan memberikan partisipasi.

Semoga skripsi ini dapat berguna dan memberikan hasil yang memuaskan kepada

semua pihak yang membutuhkan. Segala kekurangan dan kesalahan pada skripsi ini, saya

mohon maaf dan maklum. Kiranya dapat menjadi pembelajaran di lain kesempatan. Terima

kasih.

Medan, 10 Februari 2009

Penulis

(Andika Putra)

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRAKSI

Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP)


(Studi pada Kelurahan Sei Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan)

Skripsi ini disusun oleh:


Nama : Andika Putra
NIM : 040903050
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Dosen Pembimbing : Drs. Kariono, MSI.

Kemiskinan adalah sebuah masalah kompleks yang sudah sangat lama ada dalam
kehidupan manusia. Berbagai teori telah dikemukakan untuk mengatasi masalah
kemiskinan, namun hampir semua teori tersebut kurang menyentuh akar permasalahan,
yaitu pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu P2KP hadir untuk mengentaskan
kemiskinan melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat. Ada dua alasan mengapa
penulis tertarik meneliti tentang P2KP yaitu; kemiskinan adalah masalah yang selalu
menarik dibahas untuk menemukan solusi pemecahannya dan karena P2KP menawarkan
pendekatan baru dalam mengentaskan kemiskinan. Lokasi penelitian ini penulis pilih di
Kelurahan Sei Sikambing B. Dana P2KP yang sudah dialokasikan di kelurahan ini adalah
Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) tahap I.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana proses pengimplementasian
P2KP di lapangan dan apa-apa saja permasalahan-permasalahan yang terjadi di lapangan.
Metodologi penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian deskriptif yang
menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian tentu sangat memerlukan informan,
oleh karena itu penulis memilih Koordinator Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM),
Fasilitator Kelurahan, dan Lurah sebagai informan kunci, dan Ketua Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) sebagai informan biasa.
Setelah melakukan penelitian di lapangan maka penulis berkesimpulan bahwa
pelaksanaan P2KP di Kelurahan Sei Sikambing B berjalan baik dan dapat dikatakan
membawa perubahan yang cukup positif, baik dalam masalah lingkungan dan perihal
keberdayaan masyarakat. Namun meskipun begitu masalah-masalah dan hambatan selalu
akan ada dalam setiap pelaksanaan setiap program. Dalam penelitian ini penulis
menemukan masalah yang cukup menarik perhatian, yaitu adanya lingkungan-lingkungan
yang tidak ikut berperan serta secara aktif dalam memanfaatkan P2KP. Masalah ini lebih
diakibatkan paradigma berpikir masyarakat yang cenderung apatis dan pragmatis dalam
menilai program dari pemerintah. Dan satu-satunya cara mengatasi masalah ini adalah
membuktikan ke masyarakat bahwa P2KP di kelurahan ini dapat dilaksanakan secara baik
dan membawa perubahan positif. Saran penulis dalam pelaksanaan P2KP adalah agar pihak
BKM lebih aktif dan tetap semangat dalam bekerja sehingga mampu membawa masyarakat
ikut berperan aktif dalam usaha mengatasi kemiskinan di masyarakat kelurahan mereka
sendiri.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i

ABSTRAKSI …………………………………………………………………….. v

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. vi

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………….. ix

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………….. x

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………. xi

BAB I. Pendahuluan ……………………………………………………………. 1

1.1. Latar Belakang Masalah …………………………………………………… 1

1.2. Perumusan Masalah ……………………………………………………….. 4

1.3. Tujuan Penelitian ……………………………………….………………….. 5

1.4. Manfaat Penelitian ………………………………….……………………… 5

1.5. Kerangka Teori ……………………………………………………………. 5

1.5.1. Kebijakan Publik…………………………………………………… 6

1.5.2. Implementasi Program... ..…………………………………………..7

1.5.3. Kemiskinan ………………………………………………………… 12

1.5.4. P2KP …………………………………………………………………. 14

1.5.5. Pemberdayaan Masyarakat ……………………………………….. 20

1.5.6. Partisipasi Masyarakat …………………………………………….. 24

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
1.6. Definisi Konsep ………………………………………………………………. 26

1.7. Definisi Operasional ……………………………………………………….. 27

1.8. Sistematika Penulisan ……………………………………………………… 28

BAB II. Metode Penelitian ……………………………………………………... 30

2.1. Bentuk Penelitian ………………………………………………………….. 30

2.2. Lokasi Penelitian …………………………………………………………... 30

2.3. Informan ……………………………………………………........................ 30

2.4. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………………… 31

2.5. Teknik Analisa Data ……………………………………………………….. 31

BAB III. Deskripsi Wilayah …………………………………………………….. 33

3.1. Kelurahan ………………………………………………………………….... 33

3.1.1. Letak Geografis ……………………………………………………... 33

3.1.2. Penduduk ……………………………………………………………. 33

3.1.3. Struktur Organisasi Kelurahan …………………………………… 36

3.2. P2KP …………………………………………………………………………. 37

BAB IV. Penyajian Data ………………………………………………………… 40

4.1. Latar belakang P2KP ……………………………………………………….. 43

4.2. Visi, Misi, Nilai, dan Prinsip P2KP ………………………………………… 46

4.3. Tujuan, sasaran, dan strategi P2KP ………………………………………. 47

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
4.4. Komponen Program dan Bantuan Teknis ………………………………… 49

4.5. Siklus P2KP …………………………………………………………………. 52

4.6. Landasan Hukum P2KP ……………………………………………………. 55

4.7. Alokasi Dana BLM I ………………………………………………………… 56

BAB V. Analisis Data ……………………………………………………………. 62

5.1. Implementasi P2KP …………………………………………………………. 62

5.1.1. Penafsiran Program ………………………………………………… 62

5.1.2. Pengorganisasian ……………………………………………………. 63

5.1.3. Penerapan …………………………………………………………… 68

5.2. Masalah-masalah dan hambatan …………………………………………… 71

5.3. Perubahan-perubahan di masyarakat ……………………………………... 73

BAB VI. Penutup ………………………………………………………………… 75

6.1. Kesimpulan ………………………………………………………………….. 75

6.2. Saran ………………………………………………………………………… 77

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. xii

LAMPIRAN

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL

Halaman

1. Profil Kependudukan Kelurahan Sei Sikambing B 33

2. Kualifikasi Penduduk Berdasarkan Pendidikan 34

3. Kualifikasi Penduduk Berdasarkan Umur 34

4. Kualifikasi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian 35

5. Kualifikasi Penduduk Berdasarkan Agama 35

6. Profil Keanggotaan BKM Ikhlas Persatuan 38

7. Profil Keanggotaan BKM Ikhlas Persatuan 45

8. Alokasi Kegiatan Sosial 57

9. Alokasi Kegiatan Ekonomi 58

10. Alokasi Kegiatan Lingkungan 59

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Persetujuan Judul Skripsi

Lampiran 2 Surat Penunjukan Dosen Pembimbing

Lampiran 3 Jadwal Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi

Lampiran 4 Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal

Lampiran 5 Berita Acara Seminar

Lampiran 6 Surat Izin Balitbang

Lampiran 7 Surat Izin Kecamatan

Lampiran 8 Hasil wawancara dengan informan kunci

Lampiran 9 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2005 tentang Tim

Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

Lampiran 10 Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Selaku Ketua

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Nomor:

23/KEP/MENKO/KESRA/VII/2007 tentang Tim Pengendali Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Lampiran 11 Realisasi Kegiatan Pemanfaatan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)

tahap I

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Papan Informasi Proyek Betonisasi Jalan di Jl. Tempua

Gambar 2. Papan Proyek Betonisasi Jalan di Jl. Gelatik

Gambar 3. Jalan yang telah diaspal di Jl. Tempua

Gambar 4. Jalan yang telah diaspal di Jl. Gelatik

Gambar 5. Jalan yang telah diaspal di Jl. Balam

Gambar 6. Jalan yang telah diaspal di Jl. Belibis

Gambar 7. Jalan yang telah diaspal di Jl. Merak

Gambar 8. Jalan yang telah diaspal di Jl. Kiwi

Gambar 9. Jalan yang telah diaspal di Jl. Kadar

Gambar 10. Jalan yang telah diaspal di Jl. Merpati

Gambar 11. Kantor Kelurahan Sei Sikambing B

Gambar 12. Kantor Sekretariat BKM Ikhlas Persatuan

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masalah kemiskinan adalah salah satu masalah yang telah lama ada. Pada masa lalu

umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam

bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini

mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-

kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern.

Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni kemiskinan

alamiah dan karena buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya

alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan

"buatan" terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian

anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain

yang tersedia, hingga mereka tetap miskin. Maka itulah sebabnya para pakar ekonomi

sering mengkritik kebijakan pembangunan yang sering terfokus pada pertumbuhan

ketimbang pemerataan.

Program-program pengentasan kemiskinan sudah banyak dilaksanakan di berbagai

negara. Di Indonesia program-program penanggulangan kemiskinan sudah banyak pula

dilaksanakan, seperti : pengembangan desa tertinggal, perbaikan kampung, gerakan terpadu

pengentasan kemiskinan. Berbagai program kemiskinan terdahulu dalam kenyataannya

sering menghadapi kondisi yang kurang menguntungkan, misalnya salah sasaran,

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
terciptanya benih-benih fragmentasi sosial, dan melemahkan nilai-nilai kapital sosial yang

ada di masyarakat (gotong royong, musyawarah, keswadayaan dll). Lemahnya nilai-nilai

kapital sosial pada gilirannya juga mendorong pergeseran perubahan perilaku masyarakat

yang semakin jauh dari semangat kemandirian, kebersamaan dan kepedulian untuk

mengatasi persoalannya secara bersama.

Hingga saat ini Bangsa Indonesia belum benar-benar terlepas dari persoalan

kemiskinan sejak krisis berkepanjangan. Oleh karena itu program P2KP hadir untuk

melaksanakan amanah Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) yang menempatkan

penanggulangan kemiskinan sebagai prioritas mendesak untuk segera ditangani. Program

Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan program pemerintah yang

berupaya menanggulangi kemiskinan melalui konsep pemberdayaan masyarakat dan pelaku

pembangunan lokal lainnya, termasuk pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat,

sehingga dapat terbangun sebuah gerakan kemandirian penanggulangan kemiskinan dan

pembangunan berkelanjutan yang bertumpu pada nilai-nilai luhur dan prinsip-prinsip

universal.

P2KP memahami bahwa akar penyebab dari persoalan kemiskinan yang sebenarnya

adalah karena kondisi masyarakat yang belum berdaya dengan indikasi kuat yang

dicerminkan oleh perilaku/sikap/cara pandang masyarakat yang tidak dilandasi pada nilai-

nilai universal kemanusiaan (jujur, dapat dipercaya, ikhlas, dll) dan tidak bertumpu pada

prinsip-prinsip universal kemasyarakatan (transparansi, akuntabilitas, partisipasi,

demokrasi, dll).

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
P2KP sebagai program penanggulangan kemiskinan di perkotaan lebih

mengutamakan pada peningkatan pendapatan masyarakat dengan mendudukan masyarakat

sebagai pelaku utamanya melalui partisipasi aktif. Melalui partisipasi aktif ini dari

masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran tidak hanya berkedudukan menjadi obyek

program, tetapi ikut serta menentukan program yang paling cocok bagi mereka. Mereka

memutuskan, menjalankan, dan mengevaluasi hasil dari pelaksanaan program. Nasib dari

program, apakah akan terus berlanjut atau berhenti, akan tergantung pada tekad dan

komitmen masyarakat sendiri.

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang dimulai pada

tahun 1999, pada awalnya dilaksanakan dalam rangka menanggulangi kemiskinan sebagai

akibat dari krisis ekonomi tahun 1997-1998 dan kemudian berkembang menjadi krisis

multidimensi.

Pada intinya dalam perspektif P2KP, penyebab tingkat pertama terjadinya

kemiskinan adalah individu yang tidak baik dan murni. Apabila orang-orang yang tidak

baik ini mendominasi institusi pengambil keputusan maka institusi itu akan menjadi

institusi yang tidak mampu menerapkan nilai-nilai universal kemanusiaan. Apabila sudah

seperti ini maka kebijakan yang dihasilkan adalah kebijakan yang tidak berpihak atau adil

kepada masyarakat. Kebijakan yang seperti ini mengakibatkan kerusakan pada aspek sosial,

politik, ekonomi, dan lingkungan. Dan hasil dari kerusakan pada keempat aspek ini adalah

kemiskinan.

Dalam pelaksanaan P2KP ada dua tujuan yang hendak dicapai. Tujuan pertama

ialah meningkatkan kesejahteraan masyarakat agar mampu secara mandiri untuk

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
mengembangkan lingkungan permukiman yang berkelanjutan. Tujuan yang kedua adalah

meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan mendorong kelompok peduli untuk

bekerjasama dengan organisasi masyarakat setempat agar tumbuh gerakan bersama untuk

terwujudnya sinergi dalam penanggulangan kemiskinan.

Ada beberapa alasan mengapa Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

(P2KP) menarik untuk dibahas. Pertama, masalah kemiskinan adalah permasalahan global

yang hampir dialami oleh semua Negara di dunia, termasuk di Negara Kesatuan Republik

Indonesia ini. Oleh karena itu, permasalahan kemiskinan adalah permasalahan yang selalu

menarik untuk dikaji guna menemukan solusi penanggulangannya. Alasan kedua mengapa

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan ini menarik untuk dibahas adalah

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dianggap sebagai solusi terbaru

dalam mengentaskan permasalahan kemiskinan setelah program-program pemerintah yang

sebelumnya dianggap kurang atau tidak mampu menekan dengan maksimal angka

kemiskinan di Indonesia.

Penelitian ini akan dilakukan di Kelurahan Sei Sikambing B Kecamatan Medan

Sunggal Kota Medan Propinsi Sumatera Utara. Kelurahan ini dipilih sebagai lokasi

penelitian adalah karena daerah ini adalah salah satu dari kelurahan yang menerima dana

P2KP di Kota Medan. Dana P2KP yang sudah diberikan kepada kelurahan ini adalah

Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) tahap I. Dana BLM I ini dialokasikan untuk

kegiatan tridaya yang mencakup kegiatan sosial, kegiatan ekonomi, dan kegiatan sosial.

1.2.Perumusan Masalah

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Untuk mengarahkan penelitian dan memperlancar data dan fakta ke dalam bentuk

penulisan ilmiah, maka perlu perumusan masalah dengan jelas, sehingga dapat

dipergunakan sebagai bahan kajian dan pedoman arah penelitian. Setiap penelitian dimulai

dengan perumusan masalah, yaitu yang memberikan gambaran ada sesuatu yang perlu di

selesaikan atau dipecahkan dalam arti dicari jawabannya. (Nawawi 1990:42). Berdasarkan

latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka permasalahan yang menjadi

perhatian penulis dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana implementasi P2KP dalam

pemberdayaan masyarakat di Kelurahan Sei Sikambing B, kecamatan Medan Sunggal”?

1.3. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah tentu mempunyai tujuan

tertentu. Adapun tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah

a. Untuk menganalisis bagaimana proses implementasi P2KP di kelurahan Sei

Sikambing B.

b. Untuk mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam implementasi P2KP di

kelurahan Sei Sikambing B.

1.4.Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan agar dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Sebagai kontribusi bagi dunia pendidikan, khususnya dalam hal pengembangan

ilmu pengetahuan.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
b. Sebagai bahan masukan bagi pelengkap referensi maupun bahan pembanding bagi

mahasiswa yang ingin mengadakan penelitian di bidang yang sama.

1.5. Kerangka Teori

Sebagai kerangka teori untuk dapat menjelaskan mengenai pengimplementasian

P2KP dalam memberdayakan masyarakat di Kelurahan Sei Sikambing B Kecamatan

Medan Sunggal maka penulis mengutip beberapa teori para ahli.

Menurut Sugiono (2005:55), kerangka teori merupakan model konseptual tentang

bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai

masalah yang penting. Teori adalah konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil

penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian.

1.5.1. Kebijakan Publik.

Kebijakan (policy) hendaknya dibedakan dengan kebijaksanaan, karena

kebijaksanaan merupakan pengejawantahan aturan yang sudah ditetapkan sesuai situasi dan

kondisi setempat oleh pejabat yang berwenang. Sedangkan publik adalah masyarakat

umum itu sendiri, yang selayaknya diurus, diatur, dan dilayani oleh pemerintah sebagai

administrator, tetapi juga sekaligus kadang-kadang bertindak sebagai penguasa dalam

pengaturan hukum tata negaranya.

Kebijakan publik membahas mengenai soal bagaimana isu-isu dan persoalan-

persoalan publik itu disusun (constructed) dan didefinisikan, dan bagaimana kesemuanya

itu diletakkan dalam agenda kebijakan dan agenda politik.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Menurut Sofyan Effendi (Syafiie, 1999:107) pengetahuan tentang kebijakan publik

adalah pengetahuan tentang sebab-sebab, konsekuensi dan kinerja kebijakan dan program

publik, sedangkan pengetahuan dalam kebijaksanaan publik adalah proses menyediakan

informasi dan pengetahuan untuk para eksekutif, anggota legislatif, lembaga peradilan dan

masyarakat umum yang berguna dalam proses perumusan kebijakan serta yang dapat

meningkatkan kinerja kebijaksanaan.

Proses kebijakan publik merupakan serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan

dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis tersebut nampak dalam

serangkaian kegiatan yang mencakup penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi

kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan.

Menurut Holwet dan M. Ramesh (Subarsono, 2005: 13) berpendapat bahwa proses

kebijakan publik terdiri atas lima tahapan yang adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan agenda, yakni suatu proses agar suatu masalah bisa mendapat perhatian

dari pemerintah.

2. Formulasi kebijakan, yakni proses perumusan pilihan-pilihan kebijakan oleh

pemerintah.

3. Pembuatan kebijakan, yakni proses ketika pemerintah memilih untuk melakukan

suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan.

4. Implementasi kebijakan, yakni proses untuk melaksanakan kebijakan agar mencapai

hasil.

5. Evaluasi kebijakan, yakni proses untuk memonitor dan menilai kinerja atau hasil

kebijakan.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
1.5.2. Implementasi Program.

Dalam setiap perumusan suatu kebijakan (program) selalu diiringi dengan suatu

implementasi. Betapapun baiknya suatu program tanpa implementasi yang benar dan baik

maka tidak akan banyak berarti. Suatu program hanyalah rencana bagus di atas kertas kalau

tidak dapat diimplementasikan dengan baik dan benar. Implementasi bukanlah sekedar

bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam

prosedur rutin melalui saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu implementasi

menyangkut masalah konflik, keputusan, dan siapa yang memperoleh apa dari suatu

kebijakan. Oleh karena itu tidaklah terlalu salah jika dikatakan bahwa implementasi

kebijakan merupakan aspek yang sangat penting dalam seluruh proses kebijakan. Udoji

(Wahab, 1991:45) menyatakan bahwa pelaksanaan (implementasi) kebijakan adalah

sesuatu yang lebih penting dari pada pembuatan kebijaksanaan.

Pressman dan Wildavsky (Hessel Nogi, 2003:17) mengartikan implementasi

sebagai interaksi antara penyusunan tujuan dengan sasaran-sasaran tindakan dalam

mencapai tujuan tersebut atau kemampuan untuk menghubungkan dalam hubungan kausal

antara yang diinginkan dengan cara untuk mencapainya.

Definisi lain tentang implementasi diberikan oleh Lineberry. Menurut Lineberry

(Putra, 2003:81) implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh

pemerintah dan swasta baik secara individu dan kelompok yang diarahkan pada pencapaian

tujuan dan sasaran yang menjadi prioritas dalam keputusan kebijakan.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Mazmanian dan Sabatier (Putra, 2003:84) mengatakan bahwa mengkaji masalah

implementasi kebijakan berarti berusaha memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah

program dinyatakan diberlakukan atau dirumuskan, yakni peristiwa-peristiwa dan kegiatan-

kegiatan yang terjadi setelah proses pengesahan kebijakan, baik yang menyangkut usaha-

usaha mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan dampak nyata pada

masyarakat atau pada kejadian-kejadian tertentu.

Dari beberapa pemahaman yang dikemukakan di atas terlihat dengan jelas bahwa

implementasi merupakan suatu rangkaian aktifitas dalam rangka menghantarkan kebijakan

kepada masyarakat sehingga kebijakan tersebut membawa hasil sebagaimana diharapkan.

Rangkaian kebijakan tersebut mencakup, pertama, persiapan seperangkat peraturan yang

merupakan interpretasi dari kebijakan tersebut. Dari sebuah Undang-Undang muncul

sebuah peraturan pemerintah, maupun peraturan daerah. Kedua, menyiapkan sumber daya

guna menggerakkan kegiatan implementasi termasuk di dalamnya sarana dan prasarana,

sumber daya keuangan, dan tentu saja penetapan siapa yang bertanggungjawab

melaksanakan kebijakan tersebut. Ketiga, adalah bagaimana mengantarkan kebijakan

secara konkrit ke masyarakat. Kelihatannya implementasi merupakan hal yang mudah,

namun kenyataannya sangatlah kompleks.

Untuk mengefektifkan kebijakan yang ditetapkan, maka diperlukan adanya tahap-

tahap implementasi kebijakan. Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn (Wahab,1991:36)

mengemukakan sejumlah tahap implementasi sebagai berikut:

Tahap I:

Terdiri atas kegiatan-kegiatan:

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
1. Menggambarkan rencana suatu program dengan penetapan tujuan secara jelas.

2. Menentukan standar pelaksanaan.

3. Menentukan biaya yang akan digunakan beserta waktu pelaksanaan.

Tahap II:

Merupakan pelaksanaan program dengan mendayagunakan struktur staff, sumber daya,

prosedur, biaya, serta metode.

Tahap III:

Merupakan Kegiatan-kegiatan:

1. Menentukan jadwal.

2. Melakukan pemantauan.

3. Mengadakan pengawasan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan program.

Dengan demikian jika terdapat penyimpangan atau pelanggaran dapat diambil

tindakan yang sesuai dengan segera.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa program merupakan unsur pertama yang

harus ada dalam tercapainya kegiatan implementasi. Program akan menunjang

implementasi karena dalam program tersebut telah dimuat berbagai aspek antara lain:

1. Adanya tujuan yang ingin dicapai.

2. Adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan yang harus diambil dalam mencapai tujuan

tersebut.

3. Adanya peraturan-peraturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui.

4. Adanya perkiraan anggaran yang dibutuhkan.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
5. Adanya strategi anggaran yang dibutuhkan.

Dengan adanya program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan

lebih mudah untuk dioperasionalkan. Lebih lanjut Jones (1991:296), memberikan

pengertian program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan. Unsur kedua yang

harus dipenuhi dalam proses implementasi program yaitu adanya kelompok masyarakat

yang menjadi sasaran program sehingga masyarakat tersebut merasa ikut dilibatkan dan

membaawa hasil dari program yang dijalankan dan adanya perubahan dan peningkatan

dalam kehidupannya. Tanpa memberikan manfaat kepada masyarakat maka boleh

dikatakan program itu talah gagal dilaksanakan. Berhasil tidaknya suatu program

diimplementasikan tergantung dari unsur pelaksanaannya. Maka unsur pelaksana ini

merupakan unsur ketiga.

Jones (Hessel Nogi, 2003:32) menyebutkan apakah suatu program terimplementasi

dengan efektif atau tidak dapat diukur dengan standar penilaian yaitu organisasi,

interpretasi, dan penerapan.

a. Interpretasi.

Interpretasi dimaksudkan sebagai usaha untuk mengerti apa yang dimaksudkan oleh

pembentuk kebijaksanaan dan mengetahui betul apa dan bagaimana tujuan akhir itu harus

diwujudkan. Tahap ini yaitu bagaimana menafsirkan agar program dapat menjadi rencana

dan pengarahan yang tepat dan dapat diterima sehingga dapat dilaksanakan dengan baik.

b. Organisasi.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Pelaksanaan dilakukan dengan pembentukan badan-badan atau unit-unit untuk

menyelenggarakan kegiatan untuk pencapaian tujuan. Hal ini dapat dilihat melalui:

1. Struktur organisasi, yang berkaitan dengan interaksi, hirarki, tujuan, dan sifat-sifat.

2. Sumber daya manusia, yaitu berkaitan dengan kemampuan aparatur dalam

melaksanakan tugas-tugasnya.

3. Sumber dan prasarana, berkaitan dengan fasilitas yang mendukung agar pekerjaan

yang dihasilkan berkualitas dan bermanfaat secara efisien dan efektif.

4. Metode kerja/prosedur kerja, yaitu berhubungan dengan sistem dan prosedur kerja

yang sudah baku sehingga dapat bekerja secara terpadu dan tidak tumpang tindih

serta sudah memahami tugas dan tanggung jawab masing-masing, sehingga

memudahkan untuk melaksanakan tugas masing-masing dengan efektif.

5. Perangkat hukum, yaitu berkaitan dengan suatu undang-undang, peraturan-

peraturan yang mendukung suatu organisasi menjalankan aktivitasnya secara

formal. Dalam hal ini organisasi harus memiliki kekuatan hukum.

6. Anggaran dana.

c. Penerapan.

Penerapan segala keputusan dengan melakukan kegiatan-kegiatan untuk

terealisasinya tujuan dari program.

1.5.3. Kemiskinan

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Berbicara persoalan kemiskinan merupakan fenomena yang bersifat

multidimensional. Pada prinsipnya kemiskinan bukan sekedar fenomena, tetapi merupakan

proses yang tereduksi dari berbagai faktor (Sulistiyani:2004). Kemiskinan menjadi isu

yang sangat sentral dan menjadi fenomena dimana-mana. Selama ini kemiskinan

diasumsikan bahwa orang miskin tidak mampu menolong dirinya sendiri. Kemiskinan

dipandang sebagai gejala rendahnya kesejahteraan.

Kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasikan basis

kekuasaan sosial. Basis kekuasaan sosial meliputi: (a) modal produktif atau asset (tanah,

perumahan, alat produksi, kesehatan), (b) sumber keuangan (pekerjaan, kredit), (c)

organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan bersama

(koperasi, partai politik, organisasi sosial), (d) jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan,

barang, dan jasa, (e) pengetahuan dan keterampilan, dan (f) informasi yang berguna untuk

kemajuan hidup (Friedman dalam Suharto, dkk.,2004:6).

Menurut Tjokrowinoto dalam Sulistiyani (2004) kemiskinan tidak hanya

menyangkut persoalan kesejahteraan semata tetapi kemiskinan menyangkut persoalan

kerentanan, ketidakberdayaan, tertutupnya akses peluang kerja, ketergantungan tinggi, dan

rendahnya akses pasar.

Sebab-sebab kemiskinan di antaranya dapat diuraikan sebagai berikut :

- Perbedaan pemilikan kekayaan.

Sebagian orang memperoleh kekayaan dari hak warisan dengan bentuk piramid

kekayaan dan kekuasaan. Piramid kekayaan dan kekuasaan akan menjadi hak warisan

kepada anak keturunannya. Kelompok orang-orang yang hidup melimpah ruah harta

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
kekayaannya, namun disekitar kehidupan kelompok yang hidup kekayaan yang

melimpah ruah dan kekuasaan disana terdapat kelompok-kelompok rentan, orang-orang

yang lahir hanya membawa teriakan tangis dan pergi hanya dengan meninggalkan

beberapa kenangan buat anak-anaknya. Mereka hanya sedikit memiliki barang-barang

material dan tidak memperoleh pendapatan apa-apa dari akumulasi kekayaan yang

sebenarnya tidak ada.

- Perbedaan dalam kemampuan pribadi.

Perbedaan mental (kemampuan mental dan fisik) yang dimiliki masyarakat. Perbedaan

dalam kemampuan ini disebabkan oleh faktor keturunan yang diwariskan dan dari

lingkungan yang dimiliki oleh seseorang. Bakat selain dipengaruhi gen (bibit) orang

tua, juga dari faktor lingkungan. Dalam hal mencari uang/kekayaan yang terpenting

adalah punya gaya dan modal, ini semua tidak dimiliki oeh setiap orang.

- Perbedaan dalam bidang dan pengalaman.

Faktor kurangnya pendidikan merupakan salah satu rintangan terbesar sepanjang

sejarah, usaha mencapai pemerataan/keseimbangan perbedaan tingkat pendidikan juga

dipengaruhi oleh kepemilikan ekonomi mereka. Bagi orang-orang yang memiliki

ekonomi tidak memperoleh kesempatan untuk melanjutkan pendidikanya pada

pernguruan tinggi.

Kemiskinan menjadi suatu lingkaran setan dari kurangnya pendidikan, tingginya

pengangguran, rendahnya pendapatan, tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup, menjadi

sumber daya yang tidak produktif. Ini diperlukan satu program yang dapat memecahkan

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
lingkaran setan, maka program pemecahan yang dicanangkan harus dapat memecahkan

permasalahan yang sebenarnya dihadapi masyarakat miskin.

1.5.4. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP)

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan

program pemerintah yang secara substansi berupaya dalam penanggulangan kemiskinan

melalui konsep memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya,

termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat, sehingga dapat terbangun

"gerakan kemandirian penanggulangan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan", yang

bertumpu pada nilai-nilai luhur dan prinsip-prinsip universal.

Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya

di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat miskin adalah

tidak memiliki akses ke prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai, dengan

kualitas perumahan dan permukiman yang jauh dibawah standar kelayakan.

Disadari bahwa selama ini banyak pihak lebih melihat persoalan kemiskinan hanya pada

tataran gejala-gejala yang tampak terlihat dari luar atau di tataran permukaan saja, yang

mencakup multidimensi, baik dimensi politik, sosial, ekonomi, aset dan lain-lain. Dalam

kehidupan sehari-hari dimensi-dimensi dari gejala-gejala kemiskinan tersebut muncul

dalam berbagai bentuk, seperti antara lain :

• Dimensi Politik , sering muncul dalam bentuk tidak dimilikinya wadah organisasi

yang mampu memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat miskin, sehingga

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
mereka benar-benar tersingkir dari proses pengambilan keputusan penting yang

menyangkut diri mereka. Akibatnya, mereka juga tidak memiliki akses yang

memadai ke berbagai sumber daya kunci yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan

hidup mereka secara layak, termasuk akses informasi;

• Dimensi Sosial sering muncul dalam bentuk tidak terintegrasikannya warga miskin

ke dalam institusi sosial yang ada,terinternalisasikannya budaya kemiskinan yang

merusak kualitas manusia dan etos kerja mereka, serta pudarnya nilai-nilai kapital

sosial;

• Dimensi Lingkungan sering muncul dalam bentuk sikap, perilaku, dan cara

pandang yang tidak berorientasi pada pembangunan berkelanjutan sehingga

cenderung memutuskan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang kurang menjaga

kelestarian dan perlindungan lingkungan serta permukiman;

• Dimensi Ekonomi muncul dalam bentuk rendahnya penghasilan sehingga tidak

mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sampai batas yang layak; dan

• Dimensi Aset, ditandai dengan rendahnya kepemilikan masyarakat miskin ke

berbagai hal yang mampu menjadi modal hidup mereka, termasuk aset kualitas

sumberdaya manusia (human capital), peralatan kerja, modal dana, hunian atau

perumahan, dan sebagainya.

Karakteristik kemiskinan seperti tersebut di atas dan krisis ekonomi yang terjadi

telah menyadarkan semua pihak bahwa pendekatan dan cara yang dipilih dalam

penanggulangan kemiskinan selama ini perlu diperbaiki, yaitu ke arah pengokohan

kelembagaan masyarakat. Keberdayaan kelembagaan masyarakat ini dibutuhkan dalam


Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
rangka membangun organisasi masyarakat warga yang benar-benar mampu menjadi wadah

perjuangan kaum miskin, yang mandiri dan berkelanjutan dalam menyuarakan aspirasi

serta kebutuhan mereka dan mampu mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang

berkaitan dengan kebijakan publik di tingkat lokal, baik aspek sosial, ekonomi maupun

lingkungan, termasuk perumahan dan permukiman. Penguatan kelembagaan masyarakat

yang dimaksud terutama juga dititikberatkan pada upaya penguatan perannya sebagai motor

penggerak dalam ‘melembagakan' dan ‘membudayakan' kembali nilai-nilai kemanusiaan

serta kemasyarakatan (nilai-nilai dan prinsip-prinsip di P2KP), sebagai nilai-nilai utama

yang melandasi aktivitas penanggulangan kemiskinan oleh masyarakat setempat. Melalui

kelembagaan masyarakat tersebut diharapkan tidak ada lagi kelompok masyarakat yang

masih terjebak pada lingkaran kemiskinan, yang pada gilirannya antara lain diharapkan

juga dapat tercipta lingkungan kota dengan perumahan yang lebih layak huni di dalam

permukiman yang lebih responsif, dan dengan sistem sosial masyarakat yang lebih mandiri

melaksanakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Kepada kelembagaan

masyarakat tersebut yang dibangun oleh dan untuk masyarakat, selanjutnya dipercaya

mengelola dana abadi P2KP secara partisipatif, transparan, dan akuntabel. Dana tersebut

dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membiayai kegiatan-kegiatan penanggulangan

kemiskinan, yang diputuskan oleh masyarakat sendiri melalui rembug warga, baik dalam

bentuk pinjaman bergulir maupun dana waqaf bagi stimulan atas keswadayaan masyarakat

untuk kegiatan yang bermanfaat langsung bagi masyarakat, misalnya perbaikan prasarana

serta sarana dasar perumahan dan permukiman.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Model tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk penyelesaian

persoalan kemiskinan yang bersifat multi dimensional dan struktural, khususnya yang

terkait dengan dimensi-dimensi politik, sosial, dan ekonomi, serta dalam jangka panjang

mampu menyediakan aset yang lebih baik bagi masyarakat miskin dalam meningkatkan

pendapatannya, meningkatkan kualitas perumahan dan permukiman meraka maupun

menyuarakan aspirasinya dalam proses pengambilan keputusan. Untuk mewujudkan hal-hal

tersebut, maka dilakukan proses pemberdayaan masyarakat, yakni dengan kegiatan

pendampingan intensif di tiap kelurahan sasaran. Melalui pendekatan kelembagaan

masyarakat dan penyediaan dana bantuan langsung ke masyarakat kelurahan sasaran, P2KP

cukup mampu mendorong dan memperkuat partisipasi serta kepedulian masyarakat

setempat secara terorganisasi dalam penanggulangan kemiskinan. Artinya, Program

penanggulangan kemiskinan berpotensial sebagai “gerakan masyarakat”, yakni; dari, oleh

dan untuk masyarakat. Oleh karena P2KP ini adalah gerakan kemasyarakatan maka bentuk

sederhana pelaksanaan P2KP dilapangan oleh masyarakat adalah:

1. Masyarakat menentukan menolak atau menerima P2KP.

2. Masyarakat menentukan siapa kelompok sasaran.

3. Masyarakat menentukan rencana bagaimana cara menanggulangi kemiskinan yang

disandang oleh kelompok sasaran.

4. Masyarakat mendapatkan sumber daya untuk berlatih mengimplementasikan

rencana mereka dalam menanggulangi kemiskinan.

5. Masyarakat menentukan siapa dan bagaimana mengelola sumber daya yang

diperolehnya.
Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Bentuk yang lebih kongkrit adalah siklus P2KP yaitu langkah-langkah pelaksanaan

program kemiskinan yang dijabarkan di bawah ini:

1. Sosialisasi substansi P2KP dilakukan secara personal maupun melalui forum-

forum pertemuan warga di tingkat RT, RW, dusun. Sosialisasi juga dilakukan

melalui media komunikasi elektronik, melalui poster, brosur, atau spanduk. Strategi

sosialisasi dilaksanakan mengacu pada hasil pemetaan sosial tim fasilitator.

2. RKM (Rembug Kesiapan Masyarakat) untuk mengkonfirmasikan kembali

apakah masyarakat desa/kelurahan siap menerima atau menolak melaksanakan

P2KP dengan segala konsekuensi partisipasi dan kontribusinya.

3. FGD (Focus Group Discussion) Refleksi Kemiskinan memiliki tujuan utama

mengidentifikasi kriteria, karakteristik, faktor-faktor penyebab kemiskinan dan

menggalang kepedulian untuk warga miskin. Refleksi Kemiskinan merupakan

langkah awal membangun kesadaran kritis masyarakat terhadap kemiskinan.

4. Pemetaan Swadaya, sebagai proses pemetaan dan analisis potensi, masalah dan

kebutuhan masyarakat (need assessment) diklasifikasikan dalam:

a. Prasarana lingkungan (fisik), berkaitan dengan kebutuhan pembangunan

prasarana pemukiman.

b. Ekonomi produktif, berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan pengembangan

usaha kecil ekonomi produktif sektor informal.

c. Pengembangan sosial dan peningkatan sumber daya manusia melalui

pelatihan ketrampilan dan kelompok potensial, di samping pemenuhan

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
kebutuhan warga miskin terhadap bantuan maupun santunan sosial.

Pemetaan swadaya adalah upaya menemukan kondisi nyata dilapangan dari

apa yang sudah direfleksikan sehingga terjadi penajaman dari apa yang

sudah dirumuskan di Refleksi Kemiskinan.

5. Pembentukan BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) sebagai proses

pengorganisasian masyarakat dilaksanakan melalui rembug warga. BKM adalah

lembaga pimpinan kolektif representatif masyarakat kelurahan/desa, wadah

masyarakat untuk bersinergi dan menjadi lembaga kepercayaan milik masyarakat

berdasarkan nilai-nilai universal. Setiap keputusan BKM dilakukan secara kolektif

melalui mekanisme rapat anggota BKM dengan menjunjung tinggi musyawarah

mufakat sebagai norma utama dalam proses pengambilan keputusan. BKM dibentuk

dari, oleh, dan untuk masyarakat, selanjutnya dipercaya untuk memfasilitasi

kebijakan penanggulangan kemiskinan secara demokratis, partisipatif, transparan

dan akuntabel dalam proses penanggulangan kemiskinan partisipatif. BKM

diperankan sebagai motor penggerak dalam melembagakan dan membudayakan

kembali modal sosial berupa nilai-nilai sosial kejujuran, solidaritas sosial, tanggung

jawab sosial, yang berpotensi menjalin jaringan sosial.

6. Perencanaan partispatif diwujudkan dalam proses untuk menyusun PJM

Pronangkis (Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan

Kemiskinan). Penyusunan PJM Pronangkis adalah substansi utama dalam

Perencanaan Pronangkis. PJM Pronangkis dirumuskan berdasarkan data-data

tabulasi potensi dan masalah melalui kegiatan pemetaan swadaya (survey kampung

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
sendiri). PJM Pronangkis selanjutnya dijadikan sebagai acuan pelaksanaan program

penanggulangan kemiskinan di kelurahan setempat. Permasalahan dan potensi yang

dapat diinventarisir dalam PJM Pronangkis diharapkan dapat mendorong

pemecahan masalah berbasis kebutuhan masyarakat.

7. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) terbentuk dan tumbuh bersama

masyarakat. Pembentukannya didasarkan pada data-data kebutuhan masyarakat di

dalam PJM Pronangkis dilengkapi dengan usulan-usulan (proposal) kegiatan yang

diajukan kepada BKM. KSM mengakses dana BLM (Bantuan Langsung

Masyarakat) P2KP melalui kegiatan tridaya. Rencana kegiatan KSM disesuaikan

dengan daftar kebutuhan yang telah tertuang dalam PJM Pronangkis, dan diseleksi

berdasarkan skala prioritas. KSM dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan

perencanaan apabila termasuk dalam kualifikasi dan prioritas yang disetujui melalui

rapat BKM.

1.5.5. Pemberdayaan Masyarakat

Pendekatan pembangunan yang sedang popular pada saat ini adalah pendekatan

pembangunan yang mengutamakan peningkatan keberdayaan manusia/masyarakat yang

disebut pembangunan yang berpusat pada masyarakat (people centered development).

Menurut Korten (2002:110) pembangunan adalah proses dimana anggota-anggota suatu

masyarakat meningkatkan kapasitas perorangan dan institusional mereka untuk

memobilisasi dan mengelola sumberdaya untuk menghasilkan perbaikan-perbaikan yang

berkelanjutan dan merata dalam kualitas hidup sesuai dengan aspirasi mereka sendiri.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Definisi ini menekankan pada proses pembangunan dan fokus utamanya adalah pada

peningkatan kapasitas perorangan dan institusional. Definisi ini mencakup asas keadilan,

berkelanjutan, dan pemerataan. Diakui bahwa masyarakat sendiri yang bisa menentukan

apa yang sebenarnya yang mereka anggap perbaikan dalam kualitas hidup mereka.

Pembangunan sosial merupakan sumber gagasan dari awal konsep pemberdayaan

masyarakat, bermaksud membangun keberdayaan yaitu membangun kemampuan manusia

dalam mengatasi permasalahan hidupnya. Dalam pembangunan sosial ditekankan

pentingnya pemberdayaan masyarakat sebagai upaya mengentaskan kemiskinan. Menurut

Hadiman dan Midgley (Suharto, 2005:5) model pembangunan sosial menekankan

pentingnya pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan kelompok marjinal, yakni

peningkatan taraf hidup masyarakat yang kurang memiliki kemampuan ekonomi secara

berkelanjutan. Hal tersebut dapat dicapai melalui:

1. Menumbuhkembangkan potensi diri (produktivitas masyarakat) yang lemah secara

ekonomi sebagai suatu asset tenaga kerja.

2. Menyediakan dan memberikan pelayanan sosial, khususnya pelayanan kesehatan,

pendidikan dan pelatihan, perumahan, serta pelayanan yang memungkinkan mereka

dapat meningkatkan produktivitas dan partisipasi sosial dalam kehidupan

masyarakatnya.

Pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan dengan cara menumbuhkan potensi

diri dari masyarakat yang lemah ekonomi sebagai suatu aset tenaga kerja, dalam setiap

kegiatannya menggunakan tenaga kerja yang diambil dari masyarakat setempat.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Dasar dari proses pemberdayaan adalah pengalaman dan pengetahuan masyarakat

tentang keberadaannya dan ini berguna untuk mendorong masyarakat agar menjadi lebih

baik, masyarakat dapat meningkatkan taraf hidupnya atau bangkit dari keterpurukan dengan

menggunakan dan mengakses sumber daya yang ada, baik sumber daya alam dan sumber

daya manusianya. Seperti pendapat Hikmat (2001:100) yang menyatakan pemberdayaan

masyarakat tidak hanya mengembangkan potensi ekonomi rakyat, tapi juga peningkatan

harkat martabat, rasa percaya diri, dan harga dirinya, serta terpeliharanya budaya setempat.

Proses pemberdayaan masyarakat ini bertitik tolak untuk memandirikan masyarakat

agar dapat meningkatkan taraf hidupnya, mengoptimalkan sumber daya setempat sebaik

mungkin, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Lebih lanjut, harapan dari

proses pemberdayaan ini adalah terwujudnya masyarakat yang bermartabat. Dalam proses

pemberdayaan perlu juga ditingkatkan kesadaran akan hak dan kewajiban masyarakat,

dengan memegang teguh aturan-aturan mengenai apa yang menjadi hak dan mana yang

bukan, apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan, termasuk

menumbuhkembangkan perilaku yang berbudaya.

Masyarakat sebagai individu tidak boleh pasrah pada keadaan yang dihadapi, atas

dasar pandangan hidup bahwa segala sesuatu merupakan nasib buruk dirinya, karenanya

masyarakat harus didorong untuk dapat bangkit kembali menata kehidupannya setelah

mengalami saat-saat yang sulit dalam hidupnya.

Pemberdayaan adalah suatu proses yang berjalan terus menerus untuk

meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf

hidupnya. Adanya proses perubahan sosial dalam proses pemberdayaan, dari yang pasif

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
akhirnya menjadi lebih aktif dalam menyampaikan aspirasi dan pendapatnya, lebih

semangat untuk merubah nasibnya. Suharto (2005:60) berpendapat bahwa pemberdayaan

adalah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk

memperkuat kekuasaan dan keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk

individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka

pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh perubahan sosial,

yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai kemampuan dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik ekonomi, maupun sosial seperti

memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,

berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas

kehidupannya.

Dalam memberdayakan masyarakat ada serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk

memberdayakan mereka, yang saat ini merupakan kelompok lemah. Proses pemberdayaan

ini dilakukan untuk memberdayakan masyarakat agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya

sehingga harapan kedepannya untuk mengembalikan kepercayaan diri masyarakat, mampu

menyampaikan aspirasinya dan mempunyai mata pencaharian yang merupakan sumber

penghasilan mereka, dapat berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan yang penting adalah

masyarakat menjadi mandiri dalam kehidupannya sehari-harinya.

Membangun dan memberdayakan masyarakat melibatkan proses dan tindakan sosial

dimana penduduk sebuah komunitas mengorganisasikan diri dalam membuat perencanaan

dan tindakan kolektif untuk dapat memecahkan masalah sosial atau memenuhi kebutuhan

sosial sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Menurut Sumodiningrat (1993:131) dalam

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
rangka perencanaan, penentuan kelompok sasaran pemberdayaan masyarakat dapat

dilakukan dengan pendekatan umum dan pendekatan khusus. Dalam pendekatan umum

bantuan dapat saja berupa dana, prasarana, dan sarana diberikan kepada semua daerah dan

semua penduduk secara sama. Sementara pendekatan khusus bantuan diberikan kepada

penduduk atau daerah yang benar-benar memerlukannya. Berdasarkan pendekatan-

pendekatan ini, perencanaan dala pembangunan ditentukan sendiri oleh masyarakat. Syarat

yang harus dipenuhi adalah kelengkapan indikator dan kejelasan mengenai kriteria alokasi

bantuan. Masyarakat harus menjadi pelaku utama dalam pembangunan berpusat pada

rakyat.

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya mempersiapkan masyarakat seiring

dengan upaya memperkuat kelembagaaan masyarakat, agar mampu mewujudkan kemajuan,

kemandirian, dan kesejahteraan. Menurut Hikmat (2001:3) konsep pemberdayaan dalam

wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi,

jaringan kerja, dan keadilan. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya meningkatkan harkat

dan martabat lapisan masyarakat yang sekarang dalam kondisi tidak mampu melepaskan

diri dari perangkap kemiskinan dan ketidakberdayaan.

1.5.6. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental dan emosional individu dalam

situasi kelompok yang mendorongnya memberikan sumbangan terhadap tujuan kelompok

serta membagi tanggung jawab bersama mereka (Yusran 2006:11).

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Definisi ini mengandung tiga gagasan penting. Pertama, partisipasi lebih merupakan

keterlibatan mental maupun emosional ketimbang kegiatan otot semata-mata. Keterlibatan

diri, dari pada sekedar keahlian, merupakan produk ingatan dan emosi. Masyarakat

mengetahui bahwa pemimpin mereka merupakan seorang otorat yang tidak menginginkan

gagasan mereka. Masyarakat tidak melibatkan diri pada jenis situasi seperti ini. Kedua,

mendorong adanya dukungan. Individu diberi kesempatan untuk menciptakan prakarsa dan

kreatifitas demi tujuan kelompok. Dengan cara ini, partisipasi berbeda dengan perizinan,

yang hanya menggunakan kreatifitas dan gagasan pemimpin yang menyodorkan idenya

kepada kelompok demi kebenaran. Partisipasi membutuhkan lebih dari sekedar kebenaran

yang siap diputuskan. Ketiga, mendorong masyarakat untuk menerima tanggung jawab

untuk suatu kegiatan. Karena mereka melibatkan diri dalam kelompok, mereka juga ingin

melihat pekerjaannya berhasil. Partisipasi membantu mereka menjadi warga yang

bertanggung jawab. Individu yang mulai menerima tanggung jawab untuk aktivitas

kelompok, mereka menjadi berminat untuk bekerjasama, karena tahu inilah sarana untuk

menyelesaikan kerja yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan membuat dirinya

bertanggung jawab, ia akan memperoleh rasa kebebasan sebagai seorang individu yang

membuat keputusan sendiri, meskipun dipengaruhi lingkungan kelompoknya.

Partisipasi masyarakat merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh

perorangan maupun secara kelompok atau masyarakat. Untuk menyatukan kepentingan

atau keterikatan mereka terhadap organisasi atau masyarakat yang bergabung dalam rangka

pencapaian tujuan masyarakat tersebut.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Partisipasi masyarakat telah sekian lama diperbincangkan dan didengungkan dalam

berbagai forum dan kesempatan. Intinya adalah agar masyarakat umum ikut serta dengan

pemerintah memberikan bantuan guna meningkatkan, memperlancar, dan menjamin

berhasilnya usaha pembangunan. Maka secara umum partisipasi dapat diartikan sebagai

pengikutsertaan atau pengambilan bagian dalam kegiatan bersama. Seseorang dikatakan

telah berpartisipasi apabila ia telah terlibat secara utuh dalam proses pelaksanaan

pembangunan baik secara fisik maupun mental.

1.6. Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah atau definisi yang dipergunakan untuk menggambarkan

secara abstrak kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial

(Singarimbun:1995:37). Agar memperoleh pembatasan yang jelas dari setiap konsep yang

diteliti, maka penulis mengemukakan definisi konsep sebagai berikut:

a. Implementasi adalah implementasi merupakan suatu rangkaian aktifitas dalam

rangka menghantarkan kebijakan kepada masyarakat sehingga kebijakan tersebut

membawa hasil sebagaimana diharapkan. Rangkaian kebijakan tersebut mencakup,

pertama, persiapan seperangkat peraturan yang merupakan interpretasi dari

kebijakan tersebut. Dari sebuah Undang-Undang muncul sebuah peraturan

pemerintah, maupun peraturan daerah. Kedua, menyiapkan sumber daya guna

menggerakkan kegiatan implementasi termasuk di dalamnya sarana dan prasarana,

sumber daya keuangan, dan tentu saja penetapan siapa yang bertanggungjawab

melaksanakan kebijakan tersebut. Ketiga, adalah bagaimana mengantarkan

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
kebijakan secara konkrit ke masyarakat. Kelihatannya implementasi merupakan hal

yang mudah, namun kenyataannya sangatlah kompleks.

b. P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan) adalah program

pemerintah yang secara substansi berupaya dalam penanggulangan kemiskinan

melalui konsep memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal

lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat, sehingga

dapat terbangun "gerakan kemandirian penanggulangan kemiskinan dan

pembangunan berkelanjutan", yang bertumpu pada nilai-nilai luhur dan prinsip-

prinsip universal.

1.7.Definisi Operasional.

Definisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memeberitahukan

bagaimana cara mengukur suatu variabel sehingga dalam pengukuran ini dapat diketahui

indikator-indikator pendukung apa saja yang diukur dari variabel tersebut

(Singarimbun:1995:46). Suatu definisi operasional merupakan spesialisasi kegiatan

penelitian dalam mengukur variabel. Adapun indikator yang penulis gunakan untuk

deskripsikan implementasi P2KP adalah:

1. Pengorganisasian. Indikatornya adalah:

a. Prosedur kerja yang jelas.

b. Sumber-sumber yang meliputi:

• Sumber Daya Manusia.

• Sumber keuangan.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
• Fasilitas.

c. Komitmen pemerintah.

d. Komunikasi dan koordinasi unit.

2. Interpretasi. Indikatornya meliputi:

c. Latar belakang.

d. Kejelasan tujuan.

e. Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan program

3. Penerapan. Indikatornya adalah:

a. Kejelasan program kerja dalam proses pelaksanaan.

b. Jadwal yang disiplin dalam pelaksanaan program.

1.8. Sistematika Penulisan.

BAB I. Pendahuluan

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, kerangka teori, definisi konsep, definisi operasional, dan sistematika

penulisan.

BAB II. Metode Penelitian

Bab ini secara umum berisikan bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan

sample, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
BAB III. Deskripsi Lokasi penelitian

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian.

BAB IV. Penyajian Data

Bab ini berisikan tentang penyajian data yang diperoleh.

BAB V. Analisa Data

Bab ini berisikan pembahasan terhadap data yang diperoleh melalui interpretasi

data.

BAB VI. Penutup

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran penulis mengenai hasil penelitian yang telah

dilakukan.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
BAB II

METODE PENELITIAN

2.1. Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif

dengan pendekatan kualitatif. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nawawi (1990:64)

bahwa metode deskriptif memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena-

fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat actual,

kemudian menggambarkan fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya

diiringi dengan interpretasi.

Dengan demikian penelitian ini menggambarkan fakta-fakta tentang bagaimana

proses pelaksanaan P2KP di Kelurahan Sei Sikambing B Kecamatan Medan Sunggal.

Lokasi Penelitian

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Lokasi penelitian yang dipilih adalah Kelurahan Sei Sikambing B, Kecamatan

Medan Sunggal, Medan, Sumatera Utara. Daerah ini dipilih karena merupakan salah satu

daerah sasaran P2KP.

Informan

Informan kunci (key informan) dalam penelitian ini adalah Fasilitator Kelurahan,

Koordinator Badan Keswadayaan Masyarakat, dan Lurah. Informan biasa adalah Ketua

Kelompok Swadaya Masyarakat.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua teknik pengumpulan data. Berikut

ini diuraikan kedua teknik pengumpulan data tersebut.

a. Data Primer adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi

penelitian. Data primer dilakukan dengan instrument:

1. Observasi. Observasi adalah teknik yang digunakan untuk mendapatkan fakta-fakta

empiris yang kasat mata dan guna memperoleh dimensi-dimensi baru untuk

pemahaman konteks maupun fenomena yang diteliti yang terlihat di kancah

penelitian.

2. Wawancara. Wawancara digunakan untuk memperoleh data-data yang diperlukan

dalam penelitian ini.

b. Data Sekunder adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui studi kepustakaan

yang terdiri dari:

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
1. Studi kepustakaan, dilakukan dengan cara mempelajari, mendalami, dan mengutip

teori-teori dan konsep-konsep dari sejumlah literature baik buku, jurnal, majalah,

Koran, atau karya tulis lainnya yang relevan dengan topic penelitian.

2. Studi dokumentasi dilakukan dengan memanfaatkan dokumen-dokumen tertulis,

gambar, foto atau benda-benda lainnya yang berkaitan dengan aspek-aspek yang

diteliti.

Teknik Analisa Data

Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisa data yang dipergunakan penulis

adalah teknik analisa kualitatif. Analisa data kualitatif adalah analisa terhadap data yang

diperoleh berdasarkan kemampuan nalar peneliti dalam menghubungkan fakta, data, dan

informasi.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
BAB III

DESKRIPSI WILAYAH

3.1. KELURAHAN.

3.1.1. Letak Geografis

Kelurahan Sei Sikambing B terletak di Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan,

Provinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Kelurahan Sei Sikambing B adalah ± 243 Ha. Batas-

batas wilayah kelurahan Sei Sikambing B adalah sebagai berikut:

• Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Simpang Tanjung.

• Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Rejo.

• Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Sunggal.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
• Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Sei Sikambing D.

3.1.2. Penduduk

Berdasarkan data yang penulis dapat, profil kependudukan Kelurahan Sei

Sikambing B dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1. Profil Kependudukan Kelurahan Sei Sikambing B (Berdasarkan data

monografi Kel. Sei Sikambing B tahun 2008)

No. Uraian Jumlah

1. Jumlah Penduduk 29.552 jiwa

2. Jumlah Penduduk Laki-Laki 15.663 jiwa

3 Jumlah Penduduk Wanita 13.889 jiwa

4. Jumlah KK 7661 KK

5. Jumlah KK miskin 760 KK

6. Jumlah Lingkungan 22 lingkungan

Tabel 2. Tabel Kualifikasi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

1. Drop Out SD 300 orang 1,05 %

2. SD 480 orang 1,62 %

3. SMP 505 orang 1,70 %

4. SMA 1860 orang 6,29 %

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
5. Diploma 8454 orang 28,6 %

6. Sarjana 250 orang 0,84 %

7. Pasca Sarjana 150 orang 0,5 %

Tabel 3. Tabel Kualifikasi Penduduk Berdasarkan Umur

No. Umur Jumlah Persentase

1. <6 Th 2751 1,85 %

2. 6 – 12 Th 3069 10,2 %

3. 13 – 20 Th 4098 13,73 %

4. 21 – 30 Th 4543 15 %

5. 30 – 40 Th 5523 18,5 %

6. >40 Th 13,034 40,9 %

Tabel 4. Tabel Kualifikasi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian.

No. Mata Pencaharian Jumlah

1. PNS, TNI/POLRI 700 orang

2. Swasta 890 orang

3. Wiraswasta 7100 orang

4. Petani 400 orang

5. Nelayan 5 orang

6. Buruh 1500 orang

7. Pengrajin 60 orang

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
8. Pedagang 700 orang

Tabel 5. Tabel Kualifikasi Penduduk Berdasarkan Agama

No. Agama Jumlah Persentase

1. Islam 25.170 orang 85,8 %

2. Kristen 1.470 orang 4,9 %

3. Katolik 902 orang 3,1 %

4. Budha 210 orang 0,02 %

5. Hindu 260 orang 0,08 %

6. Konghuchu - -

3.1.3. Struktur Organisasi Kantor Kelurahan

Kelurahan Sei Sikambing B dipimpin oleh seorang Lurah Bernama Rudi Asriady

yang membawahi beberapa pegawai sebagai berikut:

• Sekretaris lurah : Irwan B. Rangkuti

• Kepala Urusan Pemerintahan : Nasran Hasnun

• Kepala Urusan Ekbang : Hasnan Sembiring

• Kepala Urusan Kesra : Rosita

• Kepala Urusan Umum : Eliana

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Selain itu Kelurahan Sei Sikambing B terdiri atas 22 lingkungan yang masing-

masing dipimpin oleh Kepala Lingkungan yang dibawahi oleh Lurah. Kepala Lingkungan

tersebut adalah:

1. Kepala Lingkungan I : Riswanto

2. Kepala Lingkungan II : Ir. Embran NS. Daim

3. Kepala Lingkungan III : P. Suprianto

4. Kepala Lingkungan IV : Rahmatullah

5. Kepala Lingkungan V : Abdullah Perangin angin

6. Kepala Lingkungan VI : Sugiono

7. Kepala Lingkungan VII : M. Sanip Hasibuan

8. Kepala Lingkungan VIII : Ahmadi

9. Kepala Lingkungan IX : Suparman

10. Kepala Lingkungan X : T. Legiman

11. Kepala Lingkungan XI : Syafrizal Nuh

12. Kepala Lingkungan XII : Surtini

13. Kepala Lingkungan XIII : S. Reno

14. Kepala Lingkungan XIV : Syamsuddin

15. Kepala Lingkungan XV : Basri

16. Kepala Lingkungan XVI : Dhani Rahmat Nasution

17. Kepala Lingkungan XVII : Amir B

18. Kepala Lingkungan XVIII : Suyetno

19. Kepala Lingkungan XIX : Yan Witarsa

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
20. Kepala Lingkungan XX : Suwarti

21. Kepala Lingkungan XXI : Makmur Hutabarat

22. Kepala Lingkungan XXII : Susanti

3.2. P2KP

Dalam usaha mengatasi kemiskinan di daerahnya, Kelurahan Sei Sikambing B

diketahui juga ikut dalam salah satu program penanggulangan kemiskinan yang sedang

berjalan di kota Medan saat ini. Program tersebut adalah P2KP. P2KP sebagai salah satu

program nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia dalam rangka

menanggulangi berbagai persoalan kemiskinan yang terjadi di masyarakat, khususnya bagi

masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan melalui konsep memberdayakan masyarakat

serta pelaku pembangunan lokal lainnya yang mengusung nilai-nilai universal.

Adapun di Kelurahan Sei Sikambing B, yang terlibat dalam program ini tersusun

dalam suatu perangkat organisasi Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). BKM di

Kelurahan Sei Sikambing B bernama BKM IKHLAS PERSATUAN yang dibentuk pada 04

Desember 2007 yang dicatatkan pada Notaris DIRHAMSYAH ARSYAD, SH nomor

59/W/2007 tanggal 04 Desember 2007. Profil keanggotaan BKM IKHLAS PERSATUAN

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 6. Profil Keanggotaan BKM IKHLAS PERSATUAN

Umur Jabatan
No. Nama L/P Alamat Pendidikan Pekerjaan
(thn) (BKM)
1. Zaharawati P 50 Jl.Gelatik SMA Koordinator IRT

Jl.Gatot
2. Habsyah P 54 SMA Pengurus IRT
Subroto
Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
3. Saiyem P 58 Jl.Kiwi SMP Pengurus IRT

4. Saimun L 42 Jl.Elang SMA Pengurus Wiraswasta

5. Sade P 35 Jl.Elang S1 Pengurus IRT

6. Linda P 25 Jl.Elang SMA Pengurus IRT

7. Sujarwanto L 32 Jl.Gelatik S1 Pengurus Wiraswasta

8. Hamidah P 35 Jl.Belibis SMA Pengurus IRT

9. Rusli L 52 Jl.Belibis SMA Pengurus Wiraswasta

10. Askana L 48 Jl.Balam SMP Pengurus Wiraswasta

11. Ida Bulan P 56 Jl.Kiwi SMA Pengurus IRT

12. Nining P 38 Jl.Merak SMA Pengurus IRT

13. Alm. Effendi L 57 Jl.Merpati SMP Pengurus Wiraswasta

Adapun deskripsi yang lebih rinci tentang tugas pokok dan fungsi BKM dan

perangkat BKM adalah sebagai berikut:

1. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM).

BKM adalah dewan pimpinan kolektif masyarakat warga penduduk kelurahan, dan

sebagai lembaga BKM dapat bertindak sebagai representasi masyarakat warga penduduk

kelurahan.

Tugas pokok BKM adalah:

1. Merumuskan kebijakan serta aturan main secara demokratis mengenai hal-hal yang

berhubungan dengan penanggulangan kemiskinan.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
2. Mengorganisasi masyarakat untuk memutuskan visi,misi,rencana strategis dan

pronangkis.

3. Memonitor, mengawasi, dan mengendalikan pelaksanaan keputusan-keputusan yang

diambil.

4. Mendorong proses pembangunan partisipatif.

5. Membuka akses dan kesempatan kepada masyarakat untuk melakukan kontrol

terhadap kebijakan, dan kegiatan Unit Pengelola.

6. Memfasilitasi usulan program penanggulangan kemiskinan untuk diintegrasikan

dengan kebijakan pemerintah kelurahan, kecamatan, dan kota/kabupaten.

7. Mengawal penerapan nilai-nilai kemanusiaan dan prinsip kemasyarakatan.

8. Memfasilitasi jaringan dengan pihak lain.

9. Memverifikasi penilaian yang telah dilaksanakan oleh unit pengelola.

10. Memonitor, memberikan masukan untuk berbagai kebijakan maupun program

pemerintah lokal.

11. Menjamin dan mendorong peran serta berbagai unsur masyarakat.

12. Membangun transparansi.

13. Membangun akuntabilitas.

14. Melakasanakan rapat anggota tahunan.

Fungsi BKM adalah:

1. Pusat penggerak dan pertumbuhan kembali nilai-nilai kemanusiaan,

kemasyarakatan, demokrasi dalam kehidupan nyata masyarakat setempat.

2. Pusat pengembangan aturan (kode etik, kode tata laku, dan sebagainya)

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
3. Pusat pengambilan keputusan yang adil dan demokratis kegiatan penanggulangan

kemiskinan serta pembangunan.

4. Pusat pengendalian dan kontrol sosial terhadap proses pembangunan, utamanya

penanggulangan kemiskinan.

5. Pusat pembangkit dan mediasi aspirasi dan partisipasi masyarakat.

6. Pusat informasi dan komunikasi bagi warga masyarakat kelurahan serta

7. Pusat advokasi integrasi kebutuhan dan program masyarakat dengan kebijakan dan

program pemerintah.

2. Perangkat Organisasi BKM.

a. Unit Pengelola Keuangan (UPK)

• Dipimpin oleh seorang manajer yang dipilih melalui rapat anggota BKM.

• Anggota sesuai kebutuhan.

• Pengawasan pelaksanaan Unit Pengelola oleh BKM.

• Pelayanan Unit Pengelola berorientasi pada masyarakat.

• Tidak diperbolehkan dirangkap oleh BKM.

b. Unit Pengelola Sosial (UPS) & Unit Pengelola Lingkungan (UPL)

• Masing-masing unit pengelola berkedudukan mandiri dalam melaksanakan kegiatan

dan pengelolaan dana.

• Bertanggung jawab kepada BKM.

• Berkewajiban memberi informasi dan laporan perkembangan masing-masing

kegiatan.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
• Memberikan pertanggungjawaban berkala dan pertanggungjawaban akhir.

• Memberikan masukan bagi pertimbangan keputusan BKM.

c. Sekretariat

• Pelaksana operasional dan administrasi kegiatan sehari-hari.

• Maksimum 3 orang, bekerja paruh waktu.

• Tidak diperkenankan dirangkap oleh BKM atau UP.

d. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)

KSM adalah sekumpulan warga, baik laki-laki maupun perempuan yang

menyatukan diri secara sukarela dalam kelompok dikarenakan adanya ikatan pemersatu,

yaitu adanya kepentingan dan kebutuhan yang sama sehingga dalam kelompok tersebut

memiliki kesamaan tujuan yang ingin dicapai bersama dalam mengatasi berbagai

permasalahan kemiskinan yang menyangkut sarana dan prasarana dasar, pengembangan

sumber daya manusia serta pengembangan ekonomi.

Tugas KSM/panitia adalah:

1. Membentuk KSM

2. Membuat kesepakatan/aturan main yang menjadi acuan KSM termasuk susunan

kepengurusan.

3. Menyusun usulan kegiatan/proposal KSM secara rinci dan masuk akal sesuai

dengan aturan.

4. Melaksanakan kegiatan yang sudah diverifikasi oleh BKM.

5. Menggalang kepedulian dengan menumbuhkembangkan swadaya masyarakat.

6. Membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
7. Menjaga dan memelihara keberlangsungan kegiatan.

BAB IV

PENYAJIAN DATA

4.1. Latar Belakang P2KP di Kelurahan Sei Sikambing B

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan program

pemerintah yang secara substansi berupaya dalam penanggulangan kemiskinan melalui

konsep memberdayakanmasyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk

pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat, sehingga dapat terbangun “gerakan

kemandirian penanggulangan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan”, yang

bertumpu pada nilai-nilai luhur dan prinsip-prinsip universal. (Buku Pedoman Umum

P2KP-3, Edisi Oktober 2005)

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang dimulai pada

tahun 1999, pada awalnya dilaksanakan dalam rangka menanggulangi kemiskinan sebagai

akibat krisis ekonomi tahun 1997-1998 dan kemudian berkembang menjadi krisis multi

dimensi. Kemiskinan yang dialami oleh masyarakat Indonesia secara umum dan

masyarakat Kelurahan Si Sikambing B Kecamatan Medan Sunggal secara khusus

belakangan ini merupakan suatu permasalahan yang sangat kompleks, oleh sebab itu untuk

menyelesaikan permasalahan kemiskinan tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri (pihak

tertentu saja), karena masalah kemiskinan merupakan tanggung jawab yaitu masyarakat itu

sendiri, Pemerintah, dan pihak-pihak peduli lainnya. Menurut Abdul Husen (27 thn) selaku

Fasiltator Kelurahan latar belakang dilaksanakannya P2KP di Sumatera Utara adalah

“P2KP dilakukan karena melihat garis kemiskinan di Indonesia khususnya


di Sumatera Utara yang cukup banyak. Oleh karena itu dibutuhkan program-
program yang realisasinya langsung ke masyarakat. Sebenarnya program
kemiskinan itu banyak, Cuma pelakunya adalah pemerintah dan sering
terjadi salah sasaran. P2KP dibentuk supaya sasaran program
penanggulangan kemiskinan tepat.”
(wawancara tanggal 11 Desember 2008)

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Melalui P2KP yang ada di Kelurahan Sei Sikambing B ini pada tahapan siklusnya

dimulai dari Sosialisasi, Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM), Refleksi Kemiskinan (RK),

Pemetaan Swadaya (PS), Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM),

Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM-Pronangkis),

sampai pada Bantuan Langsung Masyarakat (BLM), dan Kelompok Swadaya Masyarakat

(KSM). Pada tahapan Refleksi Kemiskinan (RK) masyarakat membuat Kriteria

Kemiskinan, mencari dan mengenali permasalahan sampai pada penyebab kemiskinan di

Kelurahan Sei Sikambing B. Beberapa penyebab kemiskinan yang terjadi di kelurahan Sei

Sikambing B antara lain adalah:

• Rendahnya pendidikan masyarakat (SDM).

• Kurangnya lapangan pekerjaan.

• Kurangnya keahlian.

• Kurangnya modal untuk berusaha.

Langkah yang ditempuh selanjutnya adalah Pemetaan Swadaya (PS) dimana

masyarakat mulai menggali potensi yang dimiliki masyarakat itu sendiri yang dapat

digunakan untuk menggulangi kemiskinannya dan mulai mendata profil masyarakat miskin

sesuai kriteria yang telah ditetapkan dalam proses Refleksi Kemiskinan (RK).

Pada tahapan pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), masyarakat

melakukan sesuai yang diarahkan oleh Fasilitator Kelurahan sebagai wakil P2KP. Anggota

BKM dipilih langsung oleh masyarakat Sei Sikambing B. Mereka memilih orang-orang

yang selama ini dianggap cukup baik kehidupan sosialnya di masyarakat. Pada akhirnya di

Kelurahan Sei Sikambing B terbentuklah suatu lembaga kemasyarakat yang diberi nama

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
BKM IKHLAS PERSATUAN. BKM IKHLAS PERSATUAN dibentuk pada 04 Desember

2007 yang dicatatkan pada Notaris DIRHAMSYAH ARSYAD, SH nomor 59/W/2007

tanggal 04 Desember 2007. Profil keanggotaan BKM IKHLAS PERSATUAN dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 7. Profil Keanggotaan BKM IKHLAS PERSATUAN

Umur Jabatan
No. Nama L/P Alamat Pendidikan Pekerjaan
(thn) (BKM)
1. Zaharawati P 50 Jl.Gelatik SMA Koordinator IRT

Jl.Gatot
2. Habsyah P 54 SMA Pengurus IRT
Subroto
3. Saiyem P 58 Jl.Kiwi SMP Pengurus IRT

4. Saimun L 42 Jl.Elang SMA Pengurus Wiraswasta

5. Sade P 35 Jl.Elang S1 Pengurus IRT

6. Linda P 25 Jl.Elang SMA Pengurus IRT

7. Sujarwanto L 32 Jl.Gelatik S1 Pengurus Wiraswasta

8. Hamidah P 35 Jl.Belibis SMA Pengurus IRT

9. Rusli L 52 Jl.Belibis SMA Pengurus Wiraswasta

10. Askana L 48 Jl.Balam SMP Pengurus Wiraswasta

11. Ida Bulan P 56 Jl.Kiwi SMA Pengurus IRT

12. Nining P 38 Jl.Merak SMA Pengurus IRT

13. Alm. Effendi L 57 Jl.Merpati SMP Pengurus Wiraswasta

Sumber: BKM IKHLAS PERSATUAN

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Tahap selanjutnya adalah Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan

Kemiskinan (PJM-Pronangkis). Pada tahapan ini masyarakat Kelurahan Sei Sikambing B

mulai belajar untuk merencanakan, mengelola, dan melaksanakan rencana kegiatan sebagai

jawaban dari permasalahan yang diperoleh pada tahap RK dan PS. Penyusunan ini

dilakukan oleh masyarakat dan BKM IKHLAS PERSATUAN dan hasilnya dituangkan

dalam PJM-Pronangkis dengan dasar nilai-nilai universal (ikhlas, jujur, adil, kerelawanan,

dan perduli) dan prinsip kemasyarakatan (demokrasi, partisipasi, transparansi, dan

akuntabilitas, serta desentralisasi) untuk menanggulangi kemiskinan dan mewujudkan

masyarakat yang “madani” di Kelurahan Sei Sikambing B.

Tahapan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) tahap I yang telah dikucurkan ke

Kelurahan Sei Sikambing B sebesar Rp 100.000.000,00 dialokasikan untuk kegiatan

Tridaya (sosial, ekonomi, dan lingkungan) yang pelaksanaannya dilakukan oleh Kelompok

Swadaya Masyarakat yang merupakan panitia pelaksana program yang telah ditetapkan.

4.2. Visi, Misi, Nilai, dan Prinsip P2KP

Sebagai sebuah program yang terintegrasi, P2KP dirancang untuk memiliki Visi,

Misi, Nilai-nilai, dan Prinsip-prinsip agar implementasi dapat dilakukan secara optimal dan

dapat memenuhi harapan dari kebijakan yang telah ditetapkan. Berikut ini adalah

penjabarannya:

• Visi P2KP. Melalui implementasi P2KP dapat diwujudkan masyarakat madani

yang maju, mandiri, dan sejahtera dalam lingkungan permukiman sehat, produktif,

dan lestari.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
• Misi P2KP adalah membangun masyarakat madani yang mampu menjalin

kebersamaan dan sinergi dengan pemerintah maupun kelompok peduli setempat

dalam menanggulangi kemiskinan secara efektif dan mampu mewujudkan

terciptanya lingkungan permukiman yang tertata, sehat, produktif, dan

berkelanjutan.

• Nilai-Nilai P2KP. Nilai-nilai universal kemanusiaan yang harus dilaksanakan

P2KP adalah; jujur, dapat dipercaya, ikhlas/kerelawanan, adil, kesetaraan, dan

kesatuan dalam keragaman.

• Prinsip-Prinsip P2KP. Prinsip-prinsip universal kemasyarakatan yang mengacu

pada tata kepemerintahan yang baik (good governance) yang harus dijunjung tinggi,

ditumbuhkembangkan dan dilestarikan oleh semua pelaku P2KP (masyarakat,

konsultan, maupun pemerintah) dengan menerapkan prinsip-prinsip; partisipasi,

transparansi, akuntabilitas, desentralisasi, dan demokrasi. Prinsip-prinsip Universal

Pembangunan Berkelanjutan (Tridaya) harus merupakan prinsip keseimbangan

pembangunan, yang dalam kasus P2KP diterjemahkan sebagai sosial, ekonomi, dan

lingkungan yang tercakup dalam konsep tridaya sebagai berikut; Perlindungan

Lingkungan (Enviromental Protection), Pengembangan Masyarakat (Social

Development), dan Pengembangan Ekonomi (Economic Development).

4.3. Tujuan, Sasaran, dan Strategi P2KP

Tujuan P2KP adalah:

a. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat agar mampu secara mandiri untuk

mengembangkan lingkungan permukiman yang berkelanjutan.


Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
b. Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan mendorong kelompok peduli untuk

bekerjasama dengan organisasi masyarakat setempat agar tumbuh gerakan bersama

untuk terwujudnya sinergi dalam penanggulangan kemiskinan.

Kelompok sasaran P2KP antara lain adalah:

a. Masyarakat, yaitu seluruh masyarakat kelurahan dengan penerima manfaat langsung

adalah keluarga miskin (sesuai dengan kriteria kemiskinan setempat yang

disepakati).

b. Pemerintah Daerah, yaitu perangkat pemerintah dari tingkat kota/kabupaten,

kecamatan, dan kelurahan.

c. Para pihak lainnya, yaitu seluruh pihak terkait seperti LSM, dunia usaha, perguruan

tinggi/cendikiawan, dan lain-lain.

Lokasi sasaran P2KP adalah:

• P2KP-1 dilaksanakan dari tahun 1999-2004 di 6 propinsi, yang tersebar di wilayah

Pantura Jawa, Kabupaten dan Kota Bandung, D.I.Yogyakarta, Kabupaten dan Kota

Malang, dengan lokasi sasaran 2.621 kelurahan.

• P2KP-2 dilaksanakan dari tahun 2004-2008 di 13 propinsi yang tersebar di Pulau

Kalimantan (kecuali Kalimantan Timur), Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, dan

Pulau Jawa bagian Selatan dengan lokasi sasaran 2.059 kelurahan.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
• P2KP-3 dilaksanakan dari tahun 2005-2011 di 15 propinsi yang tersebar di Pulau

Sumatera, Kalimantan Timur, NTT, Maluku, Maluku Utara, Irian Jaya Barat, dan

Papua dengan lokasi sasaran 1.726 kelurahan.

Strategi pelaksanaan P2KP adalah:

a. Mendorong proses trasnformasi sosial dari masyarakat tidak berdaya/miskin menuju

masyarakat berdaya. Proses ini antara lain:

• Internalisasi nilai-nilai dan prinsip-prinsip universal.

• Penguatan lembaga masyarakat melalui pendekatan pembangunan bertumpu pada

kelompok.

• Pembelajaran penerapan konsep tridaya dalam penanggulangan kemiskinan.

b. Pengembangan kapasitas, yaitu dengan membangun kemampuan masyarakat untuk

menyiapkan rencana-rencana kegiatan dalam kerangka penanggulangan kemiskinan,

melalui upaya mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi maupun kemandirian

masyarakat.

c. Membangun dan memberdayakan kelembagaan lokal (institutional building) untuk

meningkatkan kemampuan kelembagaan lokal masyarakat di kelurahan.

d. Membangun kemitraan (partnership), menjalin sinergi melalui kemitraan antara

masyarakat dengan pelaku pembangunan di daerah, khususnya pemerintah daerah di

tingkat lokal, kelompok-kelompok keahlian dan stakeholder terkait.

4.4. Komponen Program dan Bantuan Teknis

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Pada pelaksanaannya, P2KP berorientasi pada beberapa komponen yang

direalisasikan ke dalam bentuk pelaksanaan pendampingan masyarakat, yaitu:

1. Pengembangan masyarakat. Kegiatan-kegiatan dalam P2KP tidak berorientasi pada

output/produk atau dilandasi prinsip sekedar terlaksana, namun justru memperhatikan

nuansa pembelajaran, dinamika proses, kesadaran kritis, pelembagaan nilai-nilai dan

proses perubahan perilaku/sikap masyarakat.

2. Relawan-relawan masyarakat. Relawan adalah pribadi-pribadi dari warga masyarakat

setempat yang bersedia secara ikhlas mengorbankan sebagian waktu, tenaga, pikiran,

bahkan materi, maupun bentuk pengorbanan lainnya untuk mengabdikan diri bagi

perjuangan memperbaiki taraf hidup dan harkat serta martabat masyarakat miskin serta

kelompok masyarakat rentan (anak yatim piatu, jompo, korban bencana alam).

Keberadaaan relawan untuk membantu masyarakat, terutama warga miskin, agar

mampu melakukan proses pembelajaran dan menjadi motor penggerak bagi tercapainya

kemandirian masyarakat. Relawan mendapat pendampingan serta penguatan kapasitas,

melalui berbagai kegiatan yang diselenggarakan Tim Fasilitator.

3. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). BKM adalah lembaga pimpinan kolektif

representatif masyarakat kelurahan/desa, wadah masyarakat untuk bersinergi dan

menjadi lembaga kepercayaan milik masyarakat berdasarkan nilai-nilai universal.

Setiap keputusan BKM dilakukan secara kolektif melalui mekanisme rapat anggota

BKM dengan menjunjung tinggi musyawarah mufakat sebagai norma utama dalam

seluruh proses pengambilan keputusan.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
4. Perencanaan Partisipatif menyusun Pronangkis. Penyusunan Perencanaan Jangka

Menengah Program Penangggulangan Kemiskinan (PJM-Pronangkis) adalah substansi

utama dalam perencanaan pronangkis. Perencanaan partisipatif dibuat dengan

mempertimbangkan hasil-hasil pemetaan swadaya masyarakat, keterpaduan dengan

rencana dan program kelurahan maupun kebijakan Pemda setempat.

5. Komunitas Belajar Kelurahan (KBK). BKM menjadi motor penggerak dalam

membangun forum pembelajaran dalam bentuk Komunitas Belajar Kelurahan (KBK),

yang dipelopori para relawan setempat. Sebagai wadah melembagakan dan

menumbuhkembangkan proses pembelajaran masyarakat, melalui diskusi-diskusi,

kajian-kajian refleksi, best practice dan tukar pikiran mengenai berbagai persoalan

kemiskinan dan upaya penanggulangannya agar lebih efektif dan berbasis nilai-nilai

universal. Hasil-hasil kajian dari KBK menjadi masukan bagi BKM untuk

meningkatkan kinerjanya dan juga masukan bagi pemerintah kelurahan hingga

pemerintah kota/kabupaten.

6. Forum Komunikasi antar BKM (FKA BKM). Untuk saling menunjang proses belajar

dan fungsi kontrol sosial, BKM juga membangun forum pembelajaran di tingkat

Kecamatan dan Kota/kabupaten dalam bentuk FKA BKM. BKM memegang peranan

strategis sebagai media perencanaan dari bawah (bottom up planning). FKA BKM

tingkat Kabupaten berfungsi penting dalam bersinergi dengan Pemda dalam menyusun

SKPD (strategi penanggulangan kemiskinan daerah).

7. Komponen Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Makna dana stimulan BLM sebagai

media pembelajaran masyarakat untuk membangun kapasitas sosial dan menumbuhkan

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
nilai-nilai dan prinsip-prinsip universal akses bagi masyarakat miskin ke sumber dana

yang dapat langsung digunakan oleh masyarakat miskin untuk upaya-upaya

penanggulangan kemiskinan. Masyarakat miskin mempunyai kesempatan yang sama

untuk belajar bersama dalam melakukan kegiatan di bidang lingkungan, sosial, dan

ekonomi sesuai kebutuhan wilayah masing-masing.

4.5. Siklus P2KP di Kelurahan Sei Sikambing B

P2KP memiliki langkah-langkah pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan

yang dikenal sebagai siklus P2KP, berikut ini penjabarannnya:

1. Sosialisasi substansi P2KP. Langkah ini dilakukan secara personal maupun melalui

forum-forum pertemuan warga di tingkat kelurahan/desa maupun di tingkat RT, RW,

dusun. Sosialisasi juga dilakukan melalui media komunikasi elektronik, diseminasi

melalui poster, brosur spanduk maupun leaflet. Strategi sosialisasi dilaksanakan

mengacu pada hasil pemetaan sosial Tim Fasilitator.

Abdul Husen (27 thn) selaku Fasilitator Kelurahan mengungkapkan bagaimana proses

sosialisasi awal di Kelurahan Sei Sikambing B

“Sosialisasi awal oleh Faskel pastinya. Masyarakat di kelurahan ini


dikumpulkan dengan bantuan Pak Lurah itu tadi. Setelah berkumpul maka
dijelaskan apa itu P2KP. Dengan mengertinya masyarakat tentang P2KP
maka program akan semakin mudah berjalan. Bentuk lain sosialisasi
adalah dalam bentuk media seperti poster dan spanduk.”
(Wawancara tanggal 11 Desember 2008)

Hal yang serupa mengenai pelaksanaan sosialisasi juga dikatakan oleh Zaharawati

selaku Koordinator BKM Ikhlas Persatuan

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
“Sosialisasi sering, masyarakat kumpul, dikasi pengarahan tiap minggu.
Yang melaksanakan sosialisasi adalah Fasilitator Kelurahan.”
(Wawancara tanggal 27 November 2008)

2. RKM (Rembug Kesiapan Masyarakat). Langkah ini dilakukan untuk mengkonfirmasi

kembali, apakah masyarakat desa/kelurahan siap menerima atau menolak melaksanakan

P2KP dengan segala konsekuensi partisipasi dan kontribusinya.

3. Refleksi kemiskinan. Langkah ini tujuan utamanya adalah mengidentifikasi kriteria,

karakteristik, faktor-faktor penyebab kemiskinan dan menggalang kepedulian untuk

warga miskin. Mengenai tahapan ini Ibu Zaharawati menyatakan

“Kita langsung terjun ke lapangan, yang menentukannya adalah


korkot,contoh kriterianya seperti rumah yang terbuat dari papan,
penghasilan di bawah standar, kita terjun langsung ke lingkungan-
lingkungan. Jadi kita melihat sendiri, kita tanya berapa penghasilan
mereka,pekerjaannya apa, nah dari situ kita tau dia miskin atau tidak.”
(wawancara tanggal 27 November 2008)

4. Pemetaan swadaya. Langkah ini sebagai proses pemetaan dan analisis potensi, masalah,

dan kebutuhan masyarakat diklasifikasikan dalam:

• Prasarana lingkungan (fisik), berkaitan dengan kebutuhan pembangunan prasarana

permukiman.

• Ekonomi produktif, berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan pengembangan usaha

kecil ekonomi produktif sektor informal.

• Pengembangan sosial dan peningkatan sumber daya manusia melalui pelatihan

ketrampilan dan kelompok potensial, disamping pemenuhan kebutuhan warga

miskin terhadap bantuan maupun santunan sosial.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
5. Pembentukan BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat). Langkah ini dimaksudkan

sebagai proses pengorganisasian masyarakat yang dilaksanakan melalui rembug warga.

BKM dibentuk dari,oleh, dan untuk masyarakat, selanjutnya dipercaya untuk

memfasilitasi kebijakan penanggulangan kemiskinan secara partispatif, transparan,

akuntabel, dan demokratis dalam proses penanggulangan kemiskinan partisipatif. BKM

diperankan sebagai motor penggerak dalam melembagakan dan membudayakan

kembali modal sosial berupa nilai-nilai sosial kejujuran, solidaritas sosial, tanggung

jawab sosial, yang berpotensi menjalin jaringan sosial.

Proses pemilihan anggota BKM di Kelurahan Sei Sikambing B dikemukakan oleh

Zaharawati selaku Koordinator BKM Ihlas persatuan

“Pemilihan mereka dilakukan dilingkungan masing-masing. Caranya kita


tidak diberitahu secara terbuka dan tidak ada calon, maksudnya tidak ada
kampanye untuk calon aggota BKM. Masyararakat yang diambil
penilaiannya siapa yang mereka anggap cocok untuk duduk di BKM. Jadi
mereka menunjuk. Jadi yang terpilih itu harus bertanggung jawab. Waktu
pemilihan ada 11 lingkungan yang ikut dari 22 lingkungan. Alasan yang
tidak ikut adalah karena mereka menganggap tidak ada manfaatnya dan
Cuma rapat-rapat saja. Jadi terpilihlah dari lingkungan ini dan dibawa ke
kelurahan untuk dipilih lagi diantara calon dari lingkungan lain. Jadi tidak
ada rekayasa. Anggota BKM diangkat dari calon-calon koordinator yang
dipilih tadi.”
(Wawancara tanggal 27 November 2008)

6. Perencanaan partisipatif sebagai wujud dalam proses untuk menyusun PJM-Pronagkis

(perencanaan jangka menengah program penanggulangan kemiskinan). PJM-

Pronangkis dirumuskan berdsarkan data-data tabulasi potensi dan masalah melalui

kegiatan pemetaan swadaya (survey kampung sendiri). PJM-Pronangkis selanjutnya

dijadikan sebagai acuan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di

kelurahan/desa setempat. Permasalahan dan potensi yang telah diinventarisir dalam

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
PJM-Pronagkis diharapkan dapat mendorong pemecahan masalah berbasis kebutuhan

masyarakat.

7. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). KSM terbentuk dan tumbuh bersama

masyarakat. Hal ini seperti apa yang dikatakan oleh Ibu Zaharawati selaku Koordinator

Badan Keswadayaan Masyarakat

“KSM dibentuk oleh masyarakat di lingkungan masing-masing. Mereka


rapat di kelurahan dan kadang-kadang di lingkungan masing-masing.
Anggota KSM juga termasuk pemanfaat dana. Jadi masyarakat lingkungan
yang memilih, kira-kira siapa yang dapat bertanggung jawab untuk
mengelola dana BLM dari lingkungan mereka. Jadi masyarakat lingkungan
itu sendirilah yang memilih. Mereka mengadakan rapat di lingkungan
masing-masing untuk memilih anggota KSM. Intinya masyarakat sendirilah
yang memilih siapa yang dapat mereka percaya untuk mengelola dana BLM.
Kemudian dipillihlah ketua, sekretaris, dan bendahara. Contohnya KSM
pelatihan menjahit ada sebelas orang. Kesebelas orang ini membentuk KSM.
KSM itu cuma tiga orang, ketua, sekretaris, dan bendahara.”
(Wawancara tanggal 27 November 2008)

Pembentukannya didasarkan pada data-data kebutuhan masyarakat di dalam PJM-

Pronangkis dilengkapi dengan usulan-usulan (proposal) kegiatan yang diajukan kepada

BKM. KSM mengakses dana BLM (bantuan langsung masyarakat) P2KP melalui

kegiatan Tridaya (kegiatan sosial, ekonomi, dan lingkungan). Rencana kegiatan KSM

disesuaikan dengan daftar kebutuhan yang telah tertuang dalam PJM-Pronangkis, dan

diseleksi berdasarkan skala prioritas. KSM dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan

perencanaan apabila termasuk dalam kualifikasi dan prioritas yang disetujui melalui

rapat BKM. KSM dalam mendapatkan dana dari BKM harus melalui tahapan-tahapan.

Hal ini seperti apa yang dikemukakan oleh Ibu Zaharawati selaku Koodinator BKM

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
“Untuk betonisasi jalan KSM mengambil dana melalui tiga tahapan, tahap
pertama pencairan dana sebesar 10% yang harus mereka gunakan untuk
membeli bahan-bahan, apabila sudah terbeli maka diberikan lagi 60% untuk
pelaksanaan tahap awal, jika betonisasi sudah setengah jalan atau hampir
siap diberi lagi 30% untuk penyelesaian proyek. Kalau KSM pelatihan-
pelatihan cuma dua kali tehap pencairan dana. Masing-masing tahap 50%.
Jadi KSM tidak langsung diberikan semua uang sekaligus, hal ini gunanya
agar penggunaan dana lebih terarah dan jelas.”
(Wawancara tanggal 27 November 2008)

4.6. Landasan Hukum P2KP

Dasar peraturan perundangan sistem pemerintahan yang digunakan adalah:

• Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

• Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan.

• Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan

Kemiskinan.

• Surat Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 23

Tahun 2007 tentang Tim Pengendali Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat.

Dasar peraturan perundangan sistem perencanaan terkait adalah:

• Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional (SPPN).

Dasar peraturan perundangan sistem keuangan negara adalah:

• Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4286).

• Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah.


Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
4.7. Alokasi Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) tahap I di Kelurahan Sei

Sikambing B.

Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) tahap I yang telah dikucurkan ke Kelurahan

Sei Sikambing B sebesar Rp 100.000.000,00 dialokasikan untuk kegiatan Tridaya (sosial,

ekonomi, dan lingkungan) yang pelaksanaannya dilakukan oleh Kelompok Swadaya

Masyarakat yang merupakan panitia pelaksana program yang telah ditetapkan. Uraian yang

lebih rinci mengenai dana BLM dikemukakan oleh Abdul Husen (27 thn)

“Dana P2KP dari Bank Dunia 50% dan APBN 50%. BLM I, II, III untuk
tahun pertama ada Rp 500.000.000,00. BLM I dananya dari Bank Dunia
yaitu Rp 100.000.000,00. BLM II dananya dari APBD sekitar Rp
250.000.000,00. BLM III dananya dari Bank Dunia sekitar Rp
150.000.000,00.”
(Wawancara tanggal 11 Desember 2008)

Adapun perincian BLM I dikemukakan oleh Zaharawati selaku Koordinator BKM

Ikhlas Persatuan

“Dana BLM berasal dari Bank Dunia dan APBD. Disalurkan ke rekening
BKM yang ada di BANK SUMUT cabang Sei Sikambing B. Jumlah BLM I
100 juta, dibagi untuk tiap kegiatan tridaya. Lingkungan 70%, sosial 10%,
dan ekonomi 20%.”
(Wawancara tanggal 27 November 2008)

• Alokasi Dana BLM 1 untuk Kegiatan Sosial.

Dana BLM I yang dialokasikan untuk kegiatan sosial di Kelurahan Sei Sikambing B

adalah sebesar Rp. 15.150.000,00. Dana ini dibagi menjadi dua yang digunakan untuk

kegiatan santunan jompo dan kegiatan santunan anak kurang mampu. Dalam melaksanakan

kegiatan sosial ini ada dua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang bergerak pada
Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
bidang kegiatan masing-masing yang telah ditetapkan dalam tahap pembentukan KSM oleh

BKM.

Tabel 8. Alokasi Kegiatan Sosial

No. Jenis Kegiatan Nama KSM Jumlah Alokasi Dana Jumlah Pemanfaat

KSM Ikhlas
Santunan Orang Beramal.
1. Rp. 5.150.000,00 103 orang
Jompo Ketua:
Elpina S.Ag
KSM Karya
Santunan Anak Bakti.
2. Rp. 10.000.000,00 100 orang
Kurang Mampu Ketua:
Susanti
TOTAL Rp 15.150.000,00 203 orang
Sumber: Sekretariat BKM Ikhlas Persatuan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa santunan untuk orang jompo adalah sebesar

Rp. 5.150.000,00 yang harus dibagikan kepada 103 orang pemanfaat yang dalam hal ini

adalah orang-orang jompo. Setiap orang jompo mendapatkan santunan sebesar Rp.

50.000,00.

Adapun dana yang dialokasikan untuk kegiatan santunan anak kurang mampu

adalah sejumlah Rp. 10.000.000,00 yang harus dibagikan kepada 100 orang pemanfaat

dana BLM yang dalam hal ini adalah anak yatim piatu. Setiap anak kurang mampu

mendapatkan santunan dana sebesar Rp. 100.000,00.

• Alokasi Dana BLM I untuk Kegiatan Ekonomi

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Dana BLM I yang dialokasikan untuk kegiatan ekonomi adalah sebesar Rp.

34.800.000,00. Ada lima kegiatan yang kesemuanya adalah merupakan kegiatan pelatihan

kemampuan bekerja. Kelima pelatihan tersebut meliputi pelatihan menjahit, mengemudi,

montir, salon, dan reparasi HP. Dalam menjalankan kegiatan pelatihan ini ada lima KSM

yang bergerak untuk menggunakan dana yang telah dialokasikan.

Tabel 9. Alokasi Kegiatan Ekonomi.

Jenis Jumlah Alokasi Jumlah Lama


No. Nama KSM Pelatihan
Kegiatan Dana Pemanfaat
KSM
Anggrek.
Pelatihan 11 peserta
1. Ketua: Rp 7.000.000,00 2 bulan
Menjahit pelatihan
Anna
Novitri Lase
KSM Surya
Pelatihan Makmur. 23 peserta
2. Rp 11.500.000,00 1 bulan
Mengemudi Ketua: pelatihan
Muhari
KSM Buana
Jaya.
Pelatihan 4 peserta
3. Ketua: Rp 2.000.000,00 2 bulan
Montir pelatihan
Dedi
Kurniawan
KSM Nusa
Pelatihan Indah. 11 peserta
4. Rp 11.000.000,00 2 bulan
Salon Ketua: pelatihan
Siti Rahma
KSM Putra
Terampil.
Pelatihan 3 peserta
5. Ketua: Rp 3.300.000,00 1 bulan
Reparasi HP pelatihan
Boy
Pratama
52 peserta
TOTAL Rp 34.800.000,00
pelatihan
Sumber: Sekretariat BKM Ikhlas Persatuan

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
• Alokasi Dana BLM I untuk Kegiatan Lingkungan

Dana BLM I yang dialokasikan untuk kegiatan lingkungan adalah sebesar Rp

48.050.000,00. Fokus dari pelaksanaan kegiatan lingkungan adalah proyek betonisasi jalan.

Dalam tahap ini masih 10 lingkungan yang ikut berpartisipasi dalam proyek ini. Dana yang

diberikan kepada masing-masing lingkungan berbeda-beda sesuai dengan panjang dan lebar

masing-masing jalan yang ada di tiap-tiap lingkungan.

Tabel 10. Alokasi Kegiatan Lingkungan

Jenis Volume Lokasi Jumlah


No. Nama KSM Jumlah Dana
Kegiatan Fisik Lingkungan Pemanfaat
Melati III
Betonisasi
1. Ketua: 14 m³ Jl. Belibis Rp 5.275.000,00 20 kk
Jalan
Ester
Balam
Betonisasi Bersemi
2. 12 m³ Jl. Balam Rp 4.962.000,00 32 kk
Jalan Ketua:
Sopianto
Gelatik
Betonisasi Bestari
3. 19,2 m³ Jl. Gelatik Rp 7.236.000,00 29 kk
Jalan Ketua:
Abdul Azki
Tempua II
Betonisasi
4. Ketua: 8 m³ Jl. Tempua Rp 3.015.000,00 18 kk
Jalan
Sukardi
Balam
Betonisasi Bersatu
5. 4,8 m³ Jl. Balam Rp 1.809.000,00 26 kk
Jalan Ketua:
Sofyan
Merpati
Betonisasi Jaya
6. 9,6 m³ Jl. Merpati Rp 3.618.000,00 30 kk
Jalan Ketua:
Syahrul
Bersama
Betonisasi Ketua:
7. 12 m³ Jl. Kiwi Rp 3.618.000,00 21 kk
Jalan Bechhower
Tobing
Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Melati IV
Betonisasi
8. Ketua: 16 m³ Jl. Belibis Rp 6.029.000,00 16 kk
Jalan
T. Hamzah
Damai
Betonisasi
9. Ketua: 8 m³ Jl. Gelatik Rp 3.116.000,00 27 kk
Jalan
Wahyudi
Amal
Betonisasi
10. Ketua: 8 m³ Jl. Merak Rp 3.015.000,00 20 kk
Jalan
Kasman
Bonsai
Betonisasi
11. Ketua: 4 m³ Jl. Merak Rp 1.357.000,00 30 kk
Jalan
Diah Lestari
Kadar Jaya
Betonisasi
12. Ketua: 14 m³ Jl. Kadar Rp 5.000.000,00 36 kk
Jalan
H. Darsono
TOTAL Rp 48.050.000,00 305 kk
Sumber: Sekretariat BKM Ikhlas Persatuan

Proses pembangunan jalan memakan waktu sekitar dua sampai tiga hari. Dalam

pembangunannya masyarakat ikut bergotong-royong sehingga pembangunan jalan dapat

selesai dalam waktu yang relatif cepat. Masyarakat juga membayar seorang tukang yang

membantu mereka membeton jalan.

BAB V

ANALISIS DATA

5.1. Implementasi P2KP

5.1.1. Penafsiran Program/Interpretasi

Penafsiran program dapat dilihat dari pemahaman tentang P2KP yang merupakan

program pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari sejauh mana para pelaksana program ini

mengerti dan memahami betul tujuan akhir dari program yang dikeluarkan. Sehingga dalam

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
pelaksanaan program ini para pelaksana memiliki arah yang jelas dan mampu

melaksanakan program sesuai dengan tujuan program yang telah ditetapkan.

Dalam pelaksanaan P2KP di Kelurahan Sei Sikambing B yang menjadi pelaksana

adalah Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). Dalam hal ini BKM dari awal tahap

pelaksanaan P2KP selalu didampingi oleh Fasilitator Kelurahan. Dari latar belakang

program P2KP yang telah dipaparkan dapat lebih dipahami tujuan dari dikeluarkannya

program ini serta hasil yang akan diperoleh dari berhasilnya program ini.

Dari hasil wawancara yang dilakukan juga dapat diketahui sejauh mana tingkat

pemahaman para pelaksana P2KP akan tujuan dan prinsip-prinsip P2KP. Pemahaman dari

pihak pelaksana dapat dilihat dari pernyataan Fasilitator Kelurahan yaitu Abdul Husen akan

latar belakang dilaksanakannya P2KP

“P2KP dilakukan karena melihat garis kemiskinan di Indonesia khususnya


Sumatera Utara yang cukup banyak. Oleh karena itu dibutuhkan program-
program yang realisasinya ke masyarakat. Sebenarnya program kemiskinan
itu banyak, Cuma pelakunya adalah pemerintah dan sering salah sasaran.
P2KP dibentuk supaya sasaran program penanggulangan kemiskinan tepat.”
(Wawancara tanggal 11 Desember 2008)

Beliau juga menyatakan apa prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang harus dilakukan dalam

pelaksanaan P2KP

“Nilai-nilai luhur yang jujur, ikhlas, proaktif, dan rasa kebersamaan.”

Dari penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa prinsip dan nilai P2KP telah

diterapkan dilapangan. Para pelaksana dalam hal ini BKM adalah orang-orang yang jujur

dalam melaksanakan P2KP. Hal ini dikuatkan oleh pernyataan Zaharawati selaku

Koordinator BKM

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
“Insya Alloh. Yang saya lihat selama ini mereka para anggota BKM mudah-
mudahan adalah orang-orang yang ikhlas.”
(Wawancara tanggal 27 November 2008)

Pernyataan ini juga dikuatkan oleh perkataan Rudy Asriandy.S.STP sebagai Lurah

di Kelurahan Sei Sikambing B mengenai pelaksanaan P2KP di lapangan

“Sangat transparan dan dalam kegiatannya dapat dipertanggungjawabkan.”


(Wawancara tanggal 24 November 2008)

5.1.2. Pengorganisasian

Untuk melaksanakan suatu program secara maksimal dan sesuai dengan tujuan yang

terkadung maka perlu adanya pembentukan suatu badan yang bertindak sebagai pelaksana

yang juga sekaligus bertanggung jawab dalam pelaksanaan program. Pengorganisasian ini

bukan hanya sekedar menyangkut pembentukan unit/badan tetapi juga metode yang

digunakan dalam penyelenggaraan rangkaian kegiatan yang telah ditetapkan. Dengan

demikian dapat terwujud program yang terstruktur dan terarah, sehingga bantuan dana yang

diberikanpun dapat mengalir tepat pada sasaran. Untuk melaksanakan P2KP di Kelurahan

Sei Sikambing B maka dibentuklah Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). Pembentukan

Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) ini merupakan salah satu tahap dari siklus P2KP.

BKM ini adalah suatu badan kolektif masyarakat yang bertanggung jawab untuk

pelaksanaan P2KP pada tingkat kelurahan. BKM di Kelurahan Sei Sikambing B diberi

nama BKM Ikhlas Persatuan. Ibu Zaharawati selaku Koordinator BKM menceritakan

bagaimana proses pembentukan dan pemilihan anggota BKM

“Pemilihan mereka dilakukan dilingkungan masing-masing. Caranya kita


tidak diberitahu secara terbuka dan tidak ada calon, maksudnya tidak ada
kampanye untuk calon aggota BKM. Masyararakat yang diambil

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
penilaiannya siapa yang mereka anggap cocok untuk duduk di BKM. Jadi
mereka menunjuk. Jadi yang terpilih itu harus bertanggung jawab. Waktu
pemilihan ada 12 lingkungan dari 22 lingkungan. Alasan yang tidak ikut
adalah karena mereka menganggap tidak ada manfaatnya dan cuma rapat-
rapat saja. Jadi terpilihlah dari lingkungan ini dan dibawa ke kelurahan
untuk dipilih lagi diantara calon dari lingkungan lain. Jadi tidak ada
rekayasa. Anggota BKM diangkat dari calon-calon koordinator yang dipilih
tadi.”
(Wawancara tanggal 27 November 2008)

Dari apa yang diceritakan oleh Ibu Zaharawati dapat kita ketahui bahwa

pembentukan dan pemilihan anggota BKM sudah berjalan sesuai dengan apa yang menjadi

prosedur P2KP. Dalam prosedur P2KP anggota-anggota BKM dipilih oleh seluruh utusan-

utusan warga setempat dengan kriteria kualitas sifat kemanusiaan atau track record

perbuatan baiknya. Mekanisme pemilihan tanpa kampanye, tanpa pencalonan, dan

dilakukan secara tertulis serta rahasia.

Anggota –anggota pimpinan kolektif tidak digaji atau menerima imbalan secara

rutin. Kesempatan dan kepercayaan dari masyarakat dari masyarakat merupakan imbalan

yang tidak ternilai harganya untuk dapat berbuat terhadap sesama khususnya kaum miskin

dan tertinggal. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan Koordinator BKM, yaitu Ibu

Zaharawati

“Bekerjalah untuk betul-betul membantu masyarakat. Tunjukkan bahwa kita


betul-betul mau membantu mereka.” (Wawancara tanggal 27 November
2008)

BKM membawahi beberapa unit pengelola. Mengenai unit pengelola Ibu

Zaharawati berkata

“Ada tiga unit. Unit lingkungan, sosial, dan keuangan. Unit lingkungan
diketuai Deni, unit sosial diketuai bu Sondang, dan unit keuangan diketuai
bu Siti. Tiap-tiap bidang mengurus urusannya masing-masing.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
(Wawancara tanggal 27 November 2008)

Dari pernyataan Ibu Zaharawati dapat diketahui bahwa ada tiga unit yang dibawahi

oleh BKM yaitu Unit Pengelola Sosial (UPS), Unit Pengelola Lingkungan (UPL), dan Unit

Pengelola Keuangan (UPK). Setiap unit mengelola urusannnya masing-masing. Dengan

adanya unit-unit pengelola maka prosedur kegiatan P2KP menjadi jelas dan tidak tumpang

tindih. Tanggung jawab masalah sosial ada pada Unit Pengelola Sosial, tanggung jawab

masalah lingkungan ada pada Unit Pengelola Lingkungan, begitu juga tanggung jawab

masalah keuangan ada pada Unit Pengelola Keuangan. Ketiga unit ini pada akhirnya akan

bertanggung jawab kepada Koordinator BKM.

Suatu hal yang sangat penting dalam pelaksanaan P2KP ini adalah sumberdaya

yang terdapat dalam BKM. BKM adalah lembaga kolektif yang menjalankan P2KP di

lingkungan kelurahan. Sumber daya yang harus ada adalah sumber daya manusia,

keuangan, dan fasilitas yang dimiliki dalam bekerja. Mengenai sumber daya manusia,

Abdul Husen selaku Fasilitator Kelurahan menyatakan

“Yang duduk di sini di BKM menurut saya adalah orang-orang yang pantas,
memang dari awal masuknya P2KP agak kacau. Setelah terpilih menjadi
anggota BKM saya lihat kinerja mereka agak bagus. Untuk melakukan team
work mereka betul-betul mampu dan bekerja sesuai tupoksi. Jadi tupoksi ini
berjalan sesuai dengan aturan-aturan yang ada dan Alhamdulillah ketika ada
LPJ masyarakat tidak ada yang komplain karena BKM menjalankan
kegiatan-kegiatannya dengan lancar.”
(Wawancara tanggal 11 Desember 2008)

Dari pernyataan di atas dapat dilihat bahwa anggota BKM yang terpilih adalah

orang-orang yang tepat. Mereka adalah orang-orang yang mampu bekerja dengan baik.

Namun ada beberapa saat sebagian dari mereka tidak aktif mengikuti rapat anggota BKM.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Hal ini dikarenakan mereka adalah orang-orang yang tidak digaji dan juga mempunyai

pekerjaan lain. Hal ini seperti apa yang diutarakan oleh Ibu Zaharawati

“Anggota BKM sekarang yang aktif tidak semua, karena tidak bergaji.
Biarpun tidak tiap rapat ikut tapi minimal mereka datang tiap bulan sekali.
Dan jika ada pelaksanaan dilapangan mereka ikut. Jadwal rapat kita sudah
ada, jadi mana yang mau kerja ayo kerja dan tidak ada yang mengeluh.”
(Wawancara tanggal 27 November 2008)

Selain BKM lembaga lain yang penting adalah Kelompok Swadaya Masyarakat

(KSM). KSM bertindak sebagai panitia pelaksana proyek yang sudah direncanakan. KSM

terdiri dari tiga orang panitia, yaitu ketua, sekretaris, dan bendahara. KSM juga termasuk

pemanfaat dana. Anggota KSM adalah orang-orang yang dipilih dan dipercaya oleh

masyarakat dilingkungan untuk mengelola dana BLM yang dicairkan dari BKM. Dalam

mencairkan dana dari BKM pihak KSM harus melalui tiga tahapan seperti yang diutarakan

oleh Ibu Zaharawati selaku Koordinator BKM

“Untuk betonisasi jalan KSM mengambil dana melalui tiga tahapan, tahap
pertama pencairan dana sebesar 10% yang harus mereka gunakan untuk
membeli bahan-bahan, apabila sudah terbeli maka diberikan lagi 60% untuk
pelaksanaan tahap awal, jika betonisasi sudah setengah jalan atau hampir
siap diberi lagi 30% untuk penyelesaian proyek. Kalau KSM pelatihan-
pelatihan cuma dua kali tehap pencairan dana. Masing-masing tahap 50%.
Jadi KSM tidak langsung diberikan semua uang sekaligus, hal ini gunanya
agar penggunaan dana lebih terarah dan jelas.”

Mengenai jumlah nominal sumber daya keuangan atau BLM tahap I ini Abdul Husen

selaku Fasilitator Kelurahan menyatakan

“Kurang cukup menurut saya. Jumlah KK miskin banyak, sementara untuk


dana sosial saja perorangnya Cuma Rp 100.000,00 sementara KK miskin
masih banyak yang belum terbantu, tapi sebenarnya bukan dana bantuan itu
yang kita harapkan, ini Cuma dana rangsangan saja, yang kita harapkan
adalah perubahan moral masyarakat itu tadi. Kita harus bersyukur juga,

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
dengan adanya program ini masyarakat cukup terbantulah. Kalau keluhan-
keluhan dan masalah-masalah pastilah ada. Masyarakat ini kan tidak pernah
puas, dikasi uang segunung mau minta dua gunung, masyarakat ini seperti
itu, tidak pernah puas. Tetapi masyarakat sudah merasakan sudah cukup
membantu, dan ada proses pembelajaran. Masyarakat mendapatkan dana ini
bukan gampang, ada prosesnya, bukan dipersulit, maksudnya bikin
proposal, dan ini termasuk proses pembelajaran. Ini proses pembelajaran,
baik moral maupun intelektual.”
(Wawancara tanggal 11 Desember 2008)

Meskipun dana yang dikucurkan dianggap kurang memadai, masyarakat sudah

cukup merasa terbantu dan bersyukur seperti apa yang diutarakan oleh Ibu Zaharwati

selaku Koordinator BKM

“Menurut saya sudah cukup. Apa yang diberi dimanfaatkan.”

Adapun mengenai fasilitas pekerjaan, penulis melihat bahwa fasilitas yang ada

kurang maksimal. BKM mempunyai Kantor Sekretariat di Kantor Kelurahan yang

difasilitasi oleh Pak Lurah. Namun hal ini tidak didukung oleh fasilitas lain yang dapat

membantu lebih baik dalam bekerja. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Abdul Husen

selaku Fasilitator Kelurahan

“Kalau fasilitas kurang cukup. Sebenarnya BKM harus punya komputer


supaya program-program ke depan berjalan lebih lancar seperti untuk
administrasi. Segalanya sebenarnya tidak boleh pakai tulis tangan. Printer
juga seharunya ada. Tapi kita jugakan harus melihat dana yang diberikan
oleh P2KP ini bukanlah sangat besar biarpun bermanfaat.”
(Wawancara tanggal 11 Desember 2008)

Namun kekurangan fasilitas tersebut tidaklah menghalangi BKM dalam bekerja. Selama ini

dalam bekerja mereka memakai note book milik Fasilitator Kelurahan yang mereka

gunakan untuk menyimpan data dan mengetik data-data dan laporan pertanggung jawaban.

Dalam berjalannya P2KP di Kelurahan Sei Sikambing B ini didukung juga oleh

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
pihak pemerintah. Dalam penelitian ini penulis dapat melihat peran dari pemerintah, dalam

hal ini adalah pihak kelurahan. Pihak kelurahan selain memberi fasilitas kantor sekretariat

BKM juga menjadi tempat para anggota BKM meminta pengarahan. Hal ini seperti yang

dikatakan oleh Ibu Zaharawati

“Peran kelurahan banyak. Kita selalu meminta arahan dari pak lurah. Kami
juga diberi fasilitas kantor sekretariat.”
(Wawancara tanggal 27 November 2008)

Pernyataan serupa juga dikatakan oleh Abdul Husen

“Kalau dari pemda pasti ada, karena apapun ceritanya mereka harus
menyediakan dana untuk P2KP. Contoh partisipasi mereka seperti pihak
kelurahan. Pak lurah harus memfasilitasi tempat, juga untuk mengumpulkan
masyarakat. Dengan tanpa adanya bantuan dari pak lurah dan kepling maka
program ini tidak berjalan. Dari kecamatan ada PJOK yang menjadi
pengawas.”
(Wawancara tanggal 11 Desember 2008)

5.1.3. Penerapan.

Penerapan adalah mengenai bagaimana mengatarkan rencana-rencana yang

telah ditetapkan bersama dalam bentuk nyata. Hal yang dilihat dalam penelitian ini

adalah bagaimana Dana Bantuan Masyarakat itu teralokasikan dengan baik dan

tepat sasaran. Dana Bantuan Langsung I di Kelurahan Sei Sikambing B berasal dari

Bank Dunia, dan pembagiannya adalah sebagai mana yang diungkapkan oleh Ibu

Zaharawti

“Dana BLM berasal dari Bank Dunia dan APBD. Disalurkan ke rekening
BKM. Jumlah BLM I 100 juta, dibagi untuk tiap kegiatan tridaya.
Lingkungan 70%, sosial 10%, dan ekonomi 20%.”
(Wawancara tanggal 27 November 2008)

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Dana yang BLM I yang disalurkan pada kelurahan Sei Sikambing B adalah Rp

100.000.000,00. Dari tabel-tabel alokasi dana yang penulis cantumkan pada penyajian

data dapat dilihat jumlah konkrit dari pembagian dana BLM I yang dialokasikan untuk

tiga bidang tridaya, yaitu sosial, ekonomi, dan lingkungan. Untuk kegiatan sosial yang

berupa santunan anak kurang mampu dan orang-orang jompo realisasi penggunaan dana

yang sesuai dengan laporan keuangan KSM adalah sebesar Rp 15.150.000,00. Untuk

kegiatan ekonomi dana dipergunakan untuk mengadakan pelatihan-pelatihan seperti;

pelatihan menjahit, pelatihan mengemudi, pelatihan montir, pelatihan salon, dan

pelatihan reparasi HP. Dana untuk kegiatan ekonomi ini sebesar Rp 34.800.000,00 yang

perinciannya dapat dilihat di penyajian data. Adapun dana untuk kegiatan lingkungan

adalah sebesar Rp 48.050.000,00. Dana ini digunakan untuk proyek betonisasi jalan yang

diadakan di 10 lingkungan. Masing-masing lingkungan mendapat dana sesuai dengan

ukuran jalan yang akan dibeton dan perinciannya dapat dilihat di tabel alokasi lingkungan

yang ada di penyajian data.

Jika ketiga dana yang dipakai untuk masing-masing bidang pelaksanaan tersebut

dijumlahkan maka jumlah totalnya adalah sebesar Rp 98.000.000,00 dari total dana BLM

I yang berjumlah Rp 100.000.000,00. Maka akan didapat sisa dana Rp 2.000.000,00.

Setelah penulis menanyakan ke mana alokasi dana sisa itu disalurkan maka Koordinator

BKM mengatakan bahwa dana tersebut digunakan sebagai dana operasional kegiatan

mereka, seperti untuk uang transportasi dan lainnya. Dan hal ini adalah suatu hal yang

dapat dimaklumi menurut penulis.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Dengan kejelasan jumlah alokasi dana tersebut maka panitian pelaksana yang

dalam hal ini adalah KSM melaksanakannya sesuai apa yang telah ditetapkan. Program

dilaksanakan dengan jelas, lancar, dan baik tanpa adanya penyelewengan dana. Dengan

kata lain alokasi dana berjalan dengan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini sesuai

dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Bapak Rudy Asriandy selaku Lurah Sei

Sikambing B

“Program P2KP merupakan program yang sangat jelas, transparan dan tepat
sasaran dalam pelaksanaannya. Sangat transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan.”
(Wawancara tanggal 24 November 2008)

Pernyataan serupa juga diutarakan oleh Fasilitator Kelurahan yaitu Abdul Husen

“Sampai saat ini Alhamdulillah transparan karena bisa


dipertanggungjawabkan. Mulai dari print out Bank kita photo copy dan
ditempelkan di papan informasi di sekretarian dan di tempat-tempat yang
gampang dilihat masyarakat. Misalnya di gang-gang dibuat papan informasi
dan itu menjadi sebuah uji publik. Nama-nama yang mendapat bantuan
ditempelkan di situ, jadi ada tanggapan dari masyarakat, misalnya jika ada
yang dianggap kaya oleh masyarakat maka mereka bisa melapor. Selama ini
ada laporan seperti itu, tapi setelah diinvestigasi itu cuma sentiment saja,
dan tidak ada salah sasaran.”
(Wawancara tanggal 11 Desember 2008)

Dalam pelaksanaannya di lapangan masyarakat menyambut positif dan bersikap

disiplin dalam melaksanakan proyek-proyek P2KP. Hal ini dinyatakan oleh Koordinator

BKM Ibu Zaharawati

“Masyarakat cukup disiplin, mereka benar-benar gotong royong, mereka


sangat bersyukur.”
(Wawancara tanggal 27 November 2008)

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Partisipasi masyarakat dalam kegiatan ini juga cukup maksimal dan sangat

mendukung terlaksananya program ini. Ini sesuai dengan apa yang dilihat oleh Pak Lurah

mengenai partisipasi masyarakat

“Tingkat partisipasi masyarakat terhadap program P2KP ini sangat


mendukung. Baik dari fisik/tenaga atau tanah.”
(Wawancara tanggal 24 November 2008)

Bentuk lain dari partisipasi masyarakat adalah swadaya masyarakat sebagaimana

dikatakan oleh Koordinator BKM

“Selain itu juga ada swadaya masyarakat. Misalnya ada kegiatan mereka
menyumbang makanan dan tenaga. Untuk lingkungan ada tukang yang
dibayar sekedarnya dan dibantu masyarakat.”
(Wawancara tanggal 27 November 2008)

5.2. Masalah-masalah dan hambatan yang timbul.

Dalam setiap pelaksanaan suatu program tentu dapat dipastikan ada masalah-

masalah dan hambatan yang timbul. Di sini penulis akan mencantumkan masalah-masalah

apa saja yang timbul. Ibu Zaharawati selaku Koordinator BKM menyatakan masalah-

masalah apa saja yang timbul dalam pelaksanaan P2KP

“Ada lingkungan-lingkungan yang tidak berpartisipasi. Tapi setelah melihat


BLM I ini berjalan baik masyarakat mulai percaya. Mereka marah kepada
keplingnya karena tidak berperan aktif dalam mengikuti P2KP.”
(Wawancara tanggal 27 November 2008)

Dalam pelaksanaan P2KP tahap pertama ini ada sekitar 11 lingkungan yang ikut

dari 22 lingkungan yang ada di kelurahan Sei Sikambing B. Sosialisasi sudah dilakukan di

setiap kelurahan, namun akibat kepala lingkungan yang tidak kooperatif dalam menanggapi

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
program ini masyarakat di lingkungan tersebut tidak diikut sertakan dalam program ini.

Sikap tidak kooperatif ini digambarkan oleh Ibu Zaharawati seperti berikut ini

“Sebabnya yang pasti karena dia gak perduli sama masyarakat


lingkungannya sendiri, yang gak mau ngomong kayak gini, ‘mana ada tu,
buat capek aja, dulu pun ada kayak gitu, cakap-cakap aja program ini, tapi
kenyataannya gak ada’. Bahkan faskel sendiri sempat berdebat sama yang
ngomong kayak gitu tadi, tapi faskel gak mau kasi tau namanya. Ada
kepling yang bilang, ‘Ngapain susah-susah kasi masyarakat, kasi aja sama
kami, biar kami yang urus’, sementara program ini kan gak boleh pegawai
pemerintah yang megang, harus masyarakat sendiri yang urus. Ada
diundang kepling-kepling ke kelurahan, atau ada juga kepling yang kirim
wakil dari lingkungan dia, pernah kepling yang gak ikut itu di undang, tapi
dia merasa lebih tinggi dari kami, kami gak dianggap, kayak orang gak
berpendidikan dianggap kami ini. Kami dating ke lingkungan nawarkan
bantuan P2KP, masyarakatpun dah mau. Jadi kami suruh bikin proposal,
kalo gak bisa kami Bantu. Waktu dah siap mereka bikin. Kami minta
mereka jumpa kepling untuk minta tanda tangan. Tapi kepling malah suruh
kami yang datang jumpai dia. Masyarakat bilang ke kepling, ‘gak mungkin
orang BKM jumpa bapak minta teken, kan kami yang minta sama BKM,
masa malah BKM jumpai bapak’. Terakhir keplingnya tetap gak mau teken.
Mereka kepling itu juga kadang-kadang fitnah kami. Pernah kami bakar-
bakar ikan malah dituduh pake uang BLM.”
(Wawancara tanggal 27 November 2008)

Permasalahan lain yang timbul adalah seringnya masyarakat menanyakan kapan

BLM tahap I dapat sampai kepada mereka, dengan kata lain mereka menunjukkan sikap

tidak sabar. Dalam hal ini solusinya adalah dilakukan pendekatan dan diberikan

pemahaman bahwa pencairan dana BLM I butuh waktu dan ada proses yang harus

dilakukan terlebih dahulu seperti penyusunan proposal.

Kendala lain yang ada ketika pelaksanaan kegiatan adalah adanya masyarakat yang

protes/keberatan menanyakan mengapa mereka tidak mendapat bantuan dana. Dalam hal

ini pihak BKM memberi penjelasan bahwa masyarakat yang mendapat santunan sesuai

dengan kesepakatan di siklus pemetaan swadaya.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
5.3. Perubahan-perubahan di masyarakat setelah pelaksanaan P2KP tahap I.

Hal sebenarnya yang ingin dicapai dalam P2KP adalah perubahan-perubahan positif

yang menjadikan masyarakat yang berdaya. Hal ini dikemukakan oleh Abdul Husen

sebagai Fasilitator Kelurahan

“Dalam P2KP yang dilakukan adalah pembelajaran. Diberikan kepada


mereka muatan-muatan agar menjadi berdaya. Jadi dalam P2KP bukan
bantuannya yang dilihat tapi perubahan-perubahan yang diharapkan terjadi
di masyarakat. Yang tadinya masyarakat tidak berdaya menjadi berdaya,
tidak jujur menjadi jujur, rasa kebersamaan lebih kuat, rasa partisipasi
menguat, ini harapan kita, sehingga nanti jika ada program pengentasan
kemiskinan lain yang disalurkan pemerintah akan gampang menyalurkan
bantuan, tidak lagi bentuk instant.”
(Wawancara tanggal 11 Desember 2008)

Perubahan-perubahan yang diharapkan di atas sudah dapat dilihat di masyarakat

seperti yang dikatakan oleh Abdul Husen

“Contoh perubahan di masyarakat adalah yang tadinya tidak bisa


membentuk forum diskusi dan berbicara di dalamnya sekarang sudah tidak
seperti itu lagi, sudah mulai kritis, masyarakat sudah bisa melakukan
monitoring dan evaluasi, mereka bisa melihat cara kerja P2KP dan BKM.
Berarti ini menunjukkan adanya perubahan. Tadinya masyarakat apatis dan
memiliki mindset yang tidak baik terhadap program pemerintah, dan sejak
P2KP ini dilaksanakan maka sudut pandang masyarakat sudah mulai
berubah, mereka sudah lebih bersikap positif karena mereka menganggap
P2KP ini adalah program yang bisa membuat mereka lebih baik.”
(Wawancara tanggal 11 Desember 2008)

Meskipun menurut penulis dana BLM I masih kurang cukup banyak, tapi penulis

melihat masyarakat sudah sangat bersyukur bisa merasakan manfaat dari pengalokasian

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
dana BLM I ini. Bapak Abdul Azki selaku ketua KSM Gelatik Bestari yaitu salah satu

KSM dalam proyek betonisasi jalan berkata

“Alhamdulillah, kami masyarakat lingkungan ini sangat senang mendapat


bantuan dari BKM, jalan dilingkungan kami ini sudah sangat jelek, dari dulu
gak pernah di aspal, mau kami aspal pun gak ada duit. Sekarang jalan kami
ini sudah bagus, ini akan kami jaga seterusnya agar kondisi jalan ini tetap
baik karena kami sendirilah masyarakat sini yang membangunnya, gotong
royong, jadi ini hasil kerja kami bersama.”
(Wawancara tanggal 23 Desember 2008)

Pernyataan lain diberikan oleh Muhari selaku Ketua KSM Surya Makmur yang

merupakan salah satu KSM dalam bidang pelatihan, yaitu pelatihan mengemudi

“Ya, saya sudah bisa menyetir, kawan-kawan yang lain juga seperti itu, saya
sendiri mungkin mau cari kerja yang sesuai dengan apa yang saya dapatkan
ini, mau kerja jadi sopir angkot, saya ada saudara yang bisa usahakan, yang
penting saya sudah bisa bawa mobil lah.”
(Wawancara tanggal 24 Desember 2008)

Penulis pribadi melihat perubahan-perubahan dalam bentuk fisik seperti jalan-jalan

yang sudah di aspal. Masyarakat sekitar merasa sangat bersyukur dan merasakan

manfaatnya. Mereka menjadi merasa bertanggung jawab, hal ini karena merekalah yang

membangun jalan tersebut. Jadi penulis melihat ada semacam perasaan sama-sama

memiliki di antara masyarakat terhadap jalan-jalan yang sudah di aspal. Sedangkan bagi

masyarakat yang sudah mendapat pelatihan mereka sangat merasakan manfaatnya.

Kepercayaan diri mereka telah lebih meningkat setelah sebelumnya mereka merasa sangat

tidak produktif. Mereka-mereka yang sudah punya keahlian mempunyai rencana untuk

meminjam dana bergulir yang menjadi prioritas pelaksanaan P2KP tahap BLM II nantinya.

Diantara mereka ada yang berkeinginan untuk meminjam dana untuk membuka usaha

sesuai keahlian yang sudah ia miliki, seperti yang diutarakan oleh Anna Novitri Lase selaku

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
ketua KSM Anggrek yang merupakan salah satu KSM yang bergerak dalam bidang

pelatihan, yaitu pelatihan menjahit

“Saya rencana mau sama kawan-kawan di sini mau buka usaha tukang jahit.
Minjam nanti kalo BLM II keluar, ya gabung juga lah sama uang dari kita
juga. Sayang punya keahlian gak dimanfaatkan, apalagi sekarang cari kerja
susah minta ampun, syukur juga lah ada P2KP di sini.”
(Wawancara tanggal 24 Desember 2008)
BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan

mengenai P2KP.

1. Masalah kemiskinan adalah sebuah permasalahan yang sangat kompleks dan telah

sangat lama ada dan dicari berbagai usaha untuk mengentaskannya. Usaha-usaha

pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan selama ini dianggap belum menyentuh

akar penyebab kemiskinan itu sendiri, yaitu keberdayaan masyarakat sebagai makhluk

sosial. Oleh sebab itulah timbul program pengentasan kemiskinan yang dinamakan

P2KP. P2KP sendiri merupakan salah satu dari banyak program yang dibawahi oleh

PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat). Dalam P2KP yang sangat

diharapkan adalah perubahan-perubahan positif yang terjadi di masyarakat itu sendiri.

Dana P2KP dianggap hanyalah sebagai sarana dalam memberdayakan masyarakat. Hal

ini bertujuan agar masyarakat tidak hanya bergantung dari bantuan pemerintah, namun

juga dengan bantuan pemerintah tersebut mereka bisa menjadikan diri mereka sendiri

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
berdaya. Hal ini seperti perumpamaan yang pernah penulis dengar, “Jangan beri ikan

kepada masyarakat, tetapi beri pancing agar mereka mencari ikan sendiri.”

2. P2KP di Kelurahan Sei Sikambing B sudah berjalan cukup baik dan terlaksana sesuai

alur siklus P2KP. Dana BLM yang sudah diberikan kepada masyarakat P2KP adalah

dana BLM I. Dana ini berasal dari Bank Dunia. Dana BLM I ini sudah dialokasikan

sesuai perencanaan yang dibuat bersama oleh masyarakat untuk mengentaskan

kemiskinan di kelurahan Sei Sikambing B. Dana BLM I ini penggunaannya lebih

diprioritaskan untuk kegiatan lingkungan, hal ini dikarenakan kondisi lingkungan yang

memang cukup buruk.

3. P2KP di Kelurahan Sei Sikambing B dilaksanakan oleh BKM yang selalu didampingi

oleh Fasilitator Kelurahan. Anggota BKM adalah orang-orang yang memang tepat

untuk melaksanakan P2KP di kelurahan mereka. Penulis tidak menjumpai adanya

ketidakjujuran dan sikap tidak bertanggung jawab yang dilakukan oleh anggota BKM.

Semua dana dicatat dengan transparan dan jelas.

4. Sikap masyarakat terhadap P2KP di Kelurahan Sei Sikambing B terbagi dua. Sebagian

besar masyarakat menyambut positif kegiatan ini dan sebagian lagi bersikap apatis.

Namun setelah BLM I berhasil berjalan dengan baik maka masyarakat yang bersikap

apatis tadi akhirnya mulai percaya dan berharap akan dapat ikut berpartisipasi dalam

pengalokasian dana BLM selanjutnya.

5. Peran pemerintah daerah dalam hal ini penulis lihat masih terbatas pada peran pihak

Kelurahan. Meskipun demikian hal ini penulis anggap cukup dapat dimaklumi karena

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
BLM I ini masih dianggap sebagai proses awal dari pembelajaran masyarakat itu

sendiri. Pihak Kelurahan sendiri sudah berperan dan berpartisipasi dengan cukup aktif.

6. Penulis mendapati ada beberapa permasalahan yang dijumpai dalam pelaksanaan P2KP

di Kelurahan Sei Sikambing B. Namun masalah-masalah itu dapat diatasi dengan sikap

kepala dingin pihak BKM. Hal ini sekali lagi menunjukkan sikap profesionalitas pihak

BKM.

7. Dapat diketahui adanya perubahan-perubahan yang cukup positif dari pola sikap

masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan P2KP. Mereka merasa punya

kemampuan dan lebih mampu berpikir positif.

6.2. Saran.

Melihat dari pelaksanaan P2KP di Kelurahan Sei Sikambing B, ada beberapa saran

yang penulis anggap perlu untuk dipertimbangkan:

1. Perlunya peningkatan sarana dan prasarana yang mendukung berjalannya P2KP di

Kelurahan Sei Sikambing B.

2. Perlunya meningkatkan pemahaman masyarakat akan sikap positif masyarakat sehingga

mereka akan lebih aktif berpartisipasi dalam kegiatan, hal ini dilakukan dapat dilakukan

oleh pihak BKM yang dibantu oleh masyarakat yang telah merasakan keberhasilan

implementasi BLM tahap I.

3. Perlunya peningkatan peran Pemda dalam pelaksanaan P2KP di Kelurahan Sei

Sikambing B.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
4. Perlunya sikap komitmen yang lebih tinggi dari anggota BKM dalam menjalankan

tugas kemasyarakatan.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU:
Abdul Wahab, Solichin. Analisis Kebijakan: dari formulasi ke implementasi kebijakan
Negara. Jakarta: Bumi Aksara, 1991.

Buku Pedoman Umum P2KP-3, Edisi Oktober 2005

Hikmat, Harry. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung, Humaniora Utama


Press,2001.

Jones, Charles O. Pengantar Kebijakan Publik. Jakarta, PT. Raja Hrasindo Persada, 1991.

Korten, C. David. Menuju Abad Ke-21: Tindakan Sukarela dan Agenda Global. Jakarta,
Yayasan obor Indonesia, 2002.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, yogyakarta, Universitas Gajah Mada
Press, 1990

Putra, Fadillah. Paradigma Kritis dalam Studi Kebijakan Publik. Yogyakarta, Pustaka
Pelajar, 2003.

Singarimbun, Masri. Metode Penelitian Survey. Jakarta, LP3ES, 1995.

Subarsono,AG. Analisa Kebijakan Publik. Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005.

Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, Bandung, C.V. Alfabeta, 2005

Suharto, Edi. Analisis Kebijakan Publik: Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan
Kebijakan Sosial. Bandung, Alfabeta, 2005.

Suharto, Edi. dkk., Kemiskinan dan Keberfungsian Sosial: Studi Kasus Rumah Tangga
Miskin di Indonesia, Bandung: STKSPress, 2004.

Sulistyani, Ambar Teguh, “Penyaluran Kemitraan Dan Model-Model Pemberdayaan”,


Gava Media, Yogyakarta,2004.

Sumodiningrat, Gunawan. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial.


Jakarta, Gramedia, 1999.

Syafiie, Inu Kencana., Tandjung, Djamaludin., Modeong, Suparadan., Ilmu Administrasi


Publik. Jakarta, Rineka Cipta, 1999.

Tangkilisan, Hessel Nogi S. Kebijakan Publik yang Membumi. Yogyakarta, YPAPI dan
Lukman Offset, 2003.
Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Tangkilisan, Hessel Nogi S. Implementasi Kebijakan Publik: Transformasi Pikiran
George Edwards. Yogyakarta, YPAPI, 2003.

Yusran, Andi. Kelembagaan Partisipasi Kewenangan. Suska Press, Riau, 2006.

INTERNET:
http://www.pu.go.id/publik/P2KP/Des/memahami99.htm
www.p2kp.org
www.pemkomedan.go.id
www.pnpm.org

HASIL WAWANCARA

Hasil Wawancara dengan Abdul Husen (27 thn) selaku Fasilitator Kelurahan.

Wawancara tanggal 11 Desember 2008

A. Penafsiran.

• Menurut bapak apakah latar belakang dilaksanakannya P2KP?

Jawab:

P2KP dilakukan karena melihat garis kemiskinan di Indonesia khususnya Sumatera

Utara yang cukup banyak. Oleh karena itu dibutuhkan program-program yang
Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
realisasinya ke masyarakat. Sebenarnya program kemiskinan itu banyak, Cuma

pelakunya adalah pemerintah dan sering salah sasaran. P2KP dibentuk supaya

sasaran program penanggulangan kemiskinan tepat.

• Menurut bapak prinsip-prinsip apa saja yang harus dipegang dalam pelaksanaan

P2KP?

Jawab:

Nilai-nilai luhur yang jujur, ikhlas, proaktif, dan rasa kebersamaan.

B. Pengorganisasian.

• Apakah pelaksanaan P2KP di kelurahan ini memiliki program kerja yang jelas?

Jawab:

Menurut hemat saya sudah sangat jelas, karena mulai dari persiapan administrasi

masyarakat sudah diajari cara membuat proposal. BKM membuat rencana anggaran

biaya, dan setiap pembelian sekecil apapun itu harus ada bonnya. Inilah letak

transparansi itu tadi, atau tertib administrasi. Yang memberi penjelasan untuk hal-

hal itu tadi adalah saya sebagai fasilitator kelurahan dan dilakukan ketika sosialisasi

awal. Tapi setelah adanya BKM pihak masyarakat jika ingin bertanya, maka

bertanya kepada pihak BKM saja dan BKM bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan masyarakat. Tapi ketika ada pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa

dijawab oleh BKM maka tidak ada salahnya saya harus turun untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan dan keluhan-keluhan masyarakat ini.

• Apakah sumber daya yang ada baik SDM, keuangan, dan fasilitas cukup

mendukung terlaksananya P2KP dengan baik?

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Jawab:

Menurut saya sudah cukup baik.

• Menurut bapak apakah anggota BKM yang terpilih adalah orang-orang yang tepat

dan berkomitmen tinggi untuk berperan dengan maksimal dalam pelaksanaan

P2KP?

Jawab:

Yang duduk di sini di BKM menurut saya adalah orang-orang yang pantas, memang

dari awal masuknya P2KP agak kacau. Setelah terpilih menjadi anggota BKM saya

lihat kinerja mereka agak bagus. Untuk melakukan team work mereka betul-betul

mampu dan bekerja sesuai tupoksi. Jadi tupoksi ini berjalan sesuai dengan aturan-

aturan yang ada dan Alhamdulillah ketika ada LPJ masyarakat tidak ada yang

komplain karena BKM menjalankan kegiatan-kegiatannya dengan lancar.

• Bagaimana dengan fasilitas yang tersedia di BKM, apakah sudah cukup baik?

Jawab:

Kalau fasilitas kurang cukup. Sebenarnya BKM harus punya computer supaya

program-program ke depan berjalan lebih lancer seperti untuk administrasi.

Segalanya sebenarnya tidak boleh pakai tulis tangan. Printer juga seharunya ada.

Tapi kita jugakan harus melihat dana yang diberikan oleh P2KP ini bukanlah

sangat besar biarpun bermanfaat. Makanya diharapkan BKM bisa melakukan

channeling, misalnya ke perusahaan-perusahaan untuk menawarkan program-

program ini, swasta maupun BUMN. Dan arah ke sana sudah ada, kita kemarin

sudah berbicara dengan pihak jamsostek, jadi mereka ada program juga untuk

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
pemberdayaan masyarakat sekitar 2,5 % atau 2%, itulah yang ingin kita ambil, jadi

untuk sementara masih pada tahap lobi-lobi saja.

• Darimana dana Bantuan Langsung Masyarakat ini berasal?

Jawab:

Dana P2KP dari Bank Dunia 50% dan APBN 50%. BLM I, II, III untuk tahap

pertama ada Rp 500.000.000,00. BLM I dananya dari Bank Dunia yaitu Rp

100.000.000,00. BLM II dananya dari APBD sekitar Rp 250.000.000,00. BLM III

dananya dari Bank Dunia sekitar Rp 150.000.000,00.

• Apakah menurut bapak dana yang didapat sudah mencukupi untuk melaksanakan

P2KP dengan efektif?

Jawab:

Kurang cukup menurut saya. Jumlah KK miskin banyak, sementara untuk dana

social saja perorangnya Cuma Rp 100.000,00 sementara KK miskin masih banyak

yang belum terbantu, tapi sebenarnya bukan dana bantuan itu yang kita harapkan,

ini Cuma dana rangsangan saja, yang kita harapkan dalaha perubahan moral

masyarakat itu tadi. Kita harus bersyukur juga, dengan adanya program ini

masyarakat cukup terbantulah. Kalau keluhan-keluhan dan masalah-masalah

pastilah ada. Masyarakat ini kan tidak pernah puas, dikasi uang segunung mau

minta dua gunung, masyarakat ini seperti itu, tidak pernah puas. Tetapi masyarakat

sudah merasakan sudah cukup membantu, dan ada proses pembelajaran. Masyrakat

mendapatkan dana ini bukan gampang, ada prosesnya, bukan dipersulit, maksudnya

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
bikin proposal, dan ini termasuk proses pembelajaran. Ini proses pembelajaran, baik

moral maupun intelektual.

• Manakah di antara bidang pelaksanaan yang mendapat perhatian lebih besar dalam

berjalannya P2KP di sini?

Jawab:

Lingkungan lebih banyak, soalnya dikelurahan ini kalau hujan sering banjir, gang-

gang juga belum dibeton jalannya.

• Bagaimana bapak melihat komitmen pemerintah daerah dalam pelaksanaan P2KP di

kelurahan ini dan bagaimana bentuk komitmennya?

Jawab:

Kalau dari pemda pasti ada, karena apapun ceritanya mereka harus menyediakan

dana untuk P2KP. Contoh partisipasi mereka seperti pihak kelurahan. Pak lurah

harus memfasilitasi tempat, juga untuk mengumpulkan masyarakat. Dengan tanpa

adanya bantuan dari pak lurah dan kepling maka program ini tidak berjalan. Dari

kecamatan ada PJOK.

C. Penerapan

• Apakah pernah diadakan sosialisasi tentang P2KP kepada masyarakat dan siapakah

yang mensosialisasikannya?

Jawab:

Sosialisasi awal oleh faskel pastinya. Masyarakat di kelurahan ini dikumpulkan

dengan bantuan pak lurah itu tadi. Setelah berkumpul maka dijelaskan apa itu

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
P2KP. Dengan mengertinya masyarakat tentang P2KP maka program akan semakin

mudah berjalan. Bentuk lain sosialisasi adalah dalam bentuk media seperti poster

dan spanduk.

• Apakah menurut bapak P2KP di kelurahan ini dilaksanakan secara transparan dan

dapat dipertanggungjawabkan?

Jawab:

Sampai saat ini Alhamdulillah transparan karena bisa dipertanggungjawabkan.

Mulai dari print out Bank kita photo copy dan ditempelkan di papan informasi di

sekretarian dan di tempat-tempat yang gampang dilihat masyarakat. Misalnya di

gang-gang dibuat papan informasi dan itu menjadi sebuah uji publik. Nama-nama

yang mendapat bantuan ditempelkan di situ, jadi ada tanggapan dari masyarakat,

misalnya jika ada yang dianggap kaya oleh masyarakat maka mereka bisa melapor.

Selama ini ada laporan seperti itu, tapi setelah diinvestigasi itu cuma sentiment saja,

dan tidak ada salah sasaran.

• Bagaimana bapak melihat partisipasi masyarakat di kelurahan ini?

Jawab:

Saya nilai cukup maksimal. Meskipun tanggapan negatif selalu ada. Cuma

bagaimana yang penting program ini dilakukan dengan benar sesuai aturan-aturan

yang ada di P2KP. Contoh tanggapan sinis masyarakat biasanya berupa ucapan-

ucapan seperti “apa tuh P2KP, cuma rapat-rapat saja”. Hal itu lebih karena

masyarakat sudah terbiasa dengan bantuan-bantuan instant dan cara berpikir mereka

yang agak pragmatis. Dalam P2KP yang dilakukan adalah pembelajaran. Diberikan

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
kepada mereka muatan-muatan agar menjadi berdaya. Jadi dalam P2KP bukan

bantuannya yang dilihat tapi perubahan-perubahan yang diharapkan terjadi di

masyarakat. Yang tadinya masyarakat tidak berdaya menjadi berdaya, tidak jujur

menjadi jujur, rasa kebersamaan lebih kuat, rasa partisipasi menguat, ini harapan

kita, sehingga nanti jika ada program pengentasan kemiskinan lain yang disalurkan

pemerintah akan gampang menyalurkan bantuan, tidak lagi bentuk instant. Contoh

perubahan di masyarakat adalah yang tadinya tidak bisa membentuk forum diskusi

dan berbicara di dalamnya sekarang sudah tidak seperti itu lagi, sudah mulai kritis,

masyarakat sudah bisa melakukan monitoring dan evaluasi, mereka bisa melihat

cara kerja P2KP dan BKM. Berarti ini menunjukkan adanya perubahan. Tadinya

masyarakat apatis dan memiliki mindset yang tidak baik terhadap program

pemerintah, dan sejak P2KP ini dilaksanakan maka sudut pandang masyarakat

sudah mulai berubah, mereka sudah lebih bersikap positif karena mereka

menganggap P2KP ini adalah program yang bisa membuat mereka lebih baik.

• Apa saja kendala-kendala yang bapak lihat dalam pelaksanaan P2KP di kelurahan

ini?

Jawab:

Kendalanya dari BKM tidak ada. Dari masyarakat ada, untuk mengisi proposal itu

masyarakat itu malas. Tapi itu bisa diatasi oleh BKM.

• Apakah menurut bapak P2KP sudah memberi perubahan yang positif di kelurahan

ini?

Jawab:

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Perubahan di sini sudah terlihat, baik moral maupun intelektual. Maka ketika mau

BLM II mereka mulai berebut karena sudah melihat hasil BLM I.

• Apa saran bapak mengenai pelaksanaan P2KP di sini?

Jawab:

Saran saya untuk BKM adalah tetap bekerja dan konsisten dan jangan luntur

semangat juang. Masyarakat teruslah mendukung program ini dan berpikir positif.

Hasil wawancara dengan Ibu Zaharawati selaku Koordinator Badan Keswadayaan

Masyarakat (BKM).

Wawancara tanggal 27 November 2008.


Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
A. Penafsiran.

• Menurut ibu apa latar belakang dilaksanakannya P2KP di kelurahan ini?

Jawab:

Untuk pemberantasan kemiskinan.

• Apa kriteria kemiskinan yang disepakati, siapa yang menetapkannya, dan

bagaimana cara menetapkannya.

Jawab:

Kita langsung terjun ke lapangan, yang menentukannya adalah korkot,contoh

kriterianya seperti rumah yang terbuat dari papan, penghasilan di bawah standar,

kita terjun langsung ke lingkungan-lingkungan. Jadi kita melihat sendiri, kita Tanya

berapa penghasilan mereka,pekerjaannya apa, nah dari situ kita tau dia miskin atau

tidak.

B. Pengorganisasian.

• Menurut ibu apakah pelaksanaan P2KP ini sudah memiliki prosedur yang jelas?

Jawab:

Jelas, ditangani oleh masing-masing bidang. Tanggung jawab masalah sosial ada di

UPS, dananya adalah dana hibah, tidak dikembalikan karena bukan berupa

pinjaman. Ekonomi tahap pertama adalah pelatihan-pelatihan, kalau lingkungan

untuk betonisasi jalan. Selain itu juga ada swadaya masyarakat. Misalnya ada

kegiatan mereka menyumbang makanan dan tenaga. Untuk lingkungan ada tukang

yang dibayar sekedarnya dan dibantu masyarakat.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
• Menurut ibu apakah anggota BKM yang terpilih adalah orang-orang yang tepat dan

berkomitmen tinggi untuk berperan dengan maksimal dalam pelaksanaan P2KP?

Jawab:

Insya Alloh. Yang saya lihat selama ini mereka mudah-mudahan adalah orang-

orang yang ikhlas. Pemilihan mereka dilakukan dilingkungan masing-masing.

Caranya kita tidak diberitahu secara terbuka dan tidak ada calon, maksudnya tidak

ada kampanye untuk calon aggota BKM. Masyararakat yang diambil penilaiannya

siapa yang mereka anggap cocok untuk duduk di BKM. Jadi mereka menunjuk. Jadi

yang terpilih itu harus bertanggung jawab. Waktu pemilihan ada 12 lingkungan dari

22 lingkungan. Alasan yang tidak ikut adalah karena mereka menganggap tidak ada

manfaatnya dan Cuma rapat-rapat saja. Jadi terpilihlah dari lingkungan ini dan

dibawa ke kelurahan untuk dipilih lagi diantara calon dari lingkungan lain. Jadi

tidak ada rekayasa. Anggota BKM diangkat dari calon-calon koordinator yang

dipilih tadi. Anggota BKM sekarang yang aktif tidak semua, karena tidak bergaji.

Biarpun tidak tiap rapat ikut tapi minimal mereka datang tiap bulan sekali. Dan jika

ada pelaksanaan dilapangan mereka ikut. Jadwal rapat kita sudah ada, jadi mana

yang mau kerja ayo kerja dan tidak ada yang mengeluh.

• Bagaimana proses pembentukan KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat)? Dan

apakah anggota KSM juga termasuk pemanfaat dana?

Jawab:

KSM dibentuk oleh masyarakat di lingkungan masing-masing. Mereka rapat di

kelurahan dan kadang-kadang di lingkungan masing-masing. Anggota KSM juga

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
termasuk pemanfaat dana. Jadi masyarakat lingkungan yang memilih, kira-kira

siapa yang dapat bertanggung jawab untuk mengelola dana BLM dari lingkungan

mereka. Jadi masyarakat lingkungan itu sendirilah yang memilih. Mereka

mengadakan rapat di lingkungan masing-masing untuk memilih anggota KSM.

Intinya masyarakat sendirilah yang memilih siapa yang dapat mereka percaya untuk

mengelola dana BLM. Kemudian dipillihlah ketua, sekretaris, dan bendahara.

Contohnya KSM pelatihan menjahit ada sebelas orang. Kesebelas orang ini

membentuk KSM. KSM itu cuma tiga orang, ketua, sekretaris, dan bendahara.

• Dari mana dana BLM untuk pelaksanaan P2KP ini didapat dan berapa jumlahnya?

Jawab:

Dana BLM berasal dari Bank Dunia dan APBD. Disalurkan ke rekening BKM yang

ada di BANK SUMUT cabang Sei Sikambing B. Jumlah BLM I 100 juta, dibagi

untuk tiap kegiatan tridaya. Lingkungan 70%, sosial 10%, dan ekonomi 20%.

• Apakah menurut ibu dana yang didapat sudah mencukupi untuk melaksanakan

P2KP dengan efektif?

Jawab:

Menurut saya sudah cukup. Apa yang diberi dimanfaatkan.

• Siapakah yang memfasilitasi terbentuknya BKM dan berjalannya kinerja BKM?

Jawab:

Yang memilih masyarakat dan yang memfasilitasi faskel.

• Ada berapa jumlah unit pelaksana yang dibawahi BKM?

Jawab:

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Ada tiga unit. Unit lingkungan, sosial, dan keuangan. Unit lingkungan diketuai

Deni, unit sosial diketuai bu Sondang, dan unit keuangan diketuai bu Siti.

• Bagaimana ibu melihat komitmen pemerintah daerah dalam pelaksanaan P2KP di

kelurahan ini?

Jawab:

Komitmen mereka ada. Mereka memantau dan kami harus bertanggung jawab

kepada mereka juga. Mereka datang setiap selesai kegiatan. Kalau dari kecamatan

adan PJOK.

• Bagaimana komunikasi dan koordinasi antara BKM dengan unit-unit pelaksana dan

antara unit pelaksana sendiri?

Jawab:

Tiap-tiap bidang mengurus urusannya masing-masing. LPJ dibikin oleh tiap-tiap

KSM dan terakhir dirangkum oleh faskel dan dikirim ke KORKOT, kemudian

mereka turun memantau apa yang sudah dilakukan.

• Bagaimana dengan peran pihak kelurahan dalam pelaksanaan P2KP?

Jawab:

Peran kelurahan banyak. Kita selalu meminta arahan dari pak lurah. Kami juga

diberi fasilitas kantor sekretariat.

C. Penerapan.

• Apakah pernah diadakan sosialisasi tentang P2KP kepada masyarakat dan siapakah

yang mensosialisasikannya?

Jawab:

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Sering, masyarakat kumpul, dikasi pengarahan hampir tiap minggu. Yang

melaksanakan sosialisasi adalah faskel.

• Apakah menurut ibu pelaksanaan P2KP ini memiliki program kerja yang jelas?

Jawab:

Program kerja jelas dan kami berani mempertanggungjawabkannya.

• Apakah jika rapat BKM, KSM juga diikutkan?

Jawab:

Jika BKM rapat anggota KSM juga diundang. Kalau gak bisa datang semuanya

ketuanya aja pun jadi. Umpamanya ada yang harus mereka ketahui. Ini agar mereka

juga bisa menyampaikan informasi kepada masyarakat.

• Bagaimana prosedur pencairan dana dari BKM kepada KSM?

Jawab:

Untuk betonisasi jalan KSM mengambil dana melalui tiga tahapan, tahap pertama

pencairan dana sebesar 10% yang harus mereka gunakan untuk membeli bahan-

bahan, apabila sudah terbeli maka diberikan lagi 60% untuk pelaksanaan tahap

awal, jika betonisasi sudah setengah jalan atau hampir siap diberi lagi 30% untuk

penyelesaian proyek. Kalau KSM pelatihan-pelatihan cuma dua kali tehap pencairan

dana. Masing-masing tahap 50%. Jadi KSM tidak langsung diberikan semua uang

sekaligus, hal ini gunanya agar penggunaan dana lebih terarah dan jelas.

• Apakah lulusan pelatihan punya sertifikat?

Jawab:

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Sertifikat mereka dapat, kalau pelatihan menjahit pesertanya dapat sertifikat dari

tempat menjahitnya, begitu juga pelatihan yang lain. Tapi ada juga peserta yang

belum mengambil sertifikat yang ada sama BKM. Ada yang udah pergi dan kerja.

• Bagaimana dengan partisipasi masyarakat terhadap jalannya P2KP di kelurahan ini?

Jawab:

Gimana ya, sambutan mereka bagus, dan sangat mendukung. Sebelum memulai

semuanya kita mendata siapa-siapa saja yang kurang mampu dan tidak ada KKN.

Gak ada istilah saudara saya yang duluan dapat.

• Bagaimana kedisplinan masyarakat dalam melaksanakan P2KP ini?

Jawab:

Masyarakat cukup disiplin, mereka benar-benar gotong royong, mereka sangat

bersyukur.

• Apakah menurut sepengetahuan ibu P2KP di kelurahan ini dilaksanakan secara

transparan dan dapat dipertanggung jawabkan?

Jawab:

Insya Alloh transparan, contohnya saja untuk pembangunan lingkungan harus

dicatat segala pengeluaran dan ada papan proyek yang harus ada sebelum betonisasi

jalan agar masyarakat tau bakal ada betonisasi jalan. Jadi berapa dana P2KP

masyarakat harus tau, sehingga masyarakat sendiri tidak bisa melakukan

penyimpangan. Kalau untuk pelatihan salon juga ada hal yang seperti itu. Dan untuk

kegiatan sosial diadakan di kantor kelurahan baik santunan anak kurang mampu dan

jompo. Untuk anak kurang mampu berupa tas dan buku, sedangkan jompo diberikan

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
sembako. Acara itu dihadiri lurah dan PJOK dari kecamatan. Jadi mereka

menyaksikan pelaksanaan itu. Laporan keuangan ada di sekretariat, ada sekretaris

yang tugasnya mencatat pendanaan, dan itu diperiksa oleh utusan dari KORKOT I.

• Bagaimana bentuk pertanggung jawaban pihak BKM kepada pemerintah daerah dan

masyarakat?

Jawab:

Waktu LPJ masyarakat dikumpulkan di kelurahan. Ada camat, lurah. Kami

melaporkan apa-apa saja kegiatan yang kita lakukan dan berapa dana yang

dihabiskan untuk itu. Kalo ke masyarakat ada selebaran berisi LPJ singkat, itu cuma

1 lembar saja.

• Apa saja kendala-kendala yang ibu lihat dalam pelaksanaan P2KP di sini?

Jawab:

Ada lingkungan-lingkungan yang tidak berpartisipasi. Tapi setelah melihat BLM I

ini berjalan baik masyarakat mulai percaya. Mereka marah kepada keplingnya

karena tidak berperan aktif dalam mengikuti P2KP.

• Sepengetahuan ibu apa sebab kepling-kepling itu tidak ikut berpartisipasi?

Jawab:

Sebabnya yang pasti karena dia gak perduli sama masyarakat lingkungannya

sendiri, yang gak mau ngomong kayak gini, ‘mana ada tu, buat capek aja, dulu pun

ada kayak gitu, cakap-cakap aja program ini, tapi kenyataannya gak ada’. Bahkan

faskel sendiri sempat berdebat sama yang ngomong kayak gitu tadi, tapi faskel gak

mau kasi tau namanya. Ada kepling yang bilang, ‘Ngapain susah-susah kasi

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
masyarakat, kasi aja sama kami, biar kami yang urus’, sementara program ini kan

gak boleh pegawai pemerintah yang megang, harus masyarakat sendiri yang urus.

Ada diundang kepling-kepling ke kelurahan, atau ada juga kepling yang kirim wakil

dari lingkungan dia, pernah kepling yang gak ikut itu di undang, tapi dia merasa

lebih tinggi dari kami, kami gak dianggap, kayak orang gak berpendidikan dianggap

kami ini. Kami dating ke lingkungan nawarkan bantuan P2KP, masyarakatpun dah

mau. Jadi kami suruh bikin proposal, kalo gak bisa kami Bantu. Waktu dah siap

mereka bikin. Kami minta mereka jumpa kepling untuk minta tanda tangan. Tapi

kepling malah suruh kami yang datang jumpai dia. Masyarakat bilang ke kepling,

‘gak mungkin orang BKM jumpa bapak minta teken, kan kami yang minta sama

BKM, masa malah BKM jumpai bapak’. Terakhir keplingnya tetap gak mau teken.

Mereka kepling itu juga kadang-kadang fitnah kami. Pernah kami bakar-bakar ikan

malah dituduh pake uang BLM.

• Apa menurut ibu P2KP sudah membawa perubahan di kelurahan ini?

Jawab:

Masyarakat semakin percaya kepada program P2KP. Yang sudah punya skill

mungkin bisa pinjam dana bergulir pada BLM II untuk membuka usaha sendiri.

• Apa saran ibu mengenai pelaksanaan P2KP di sini?

Jawab:

Bekerjalah untuk betul-betul membantu masyarakat. Tunjukkan bahwa kita betul-

betul mau membantu mereka.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Hasil wawancara dengan Bapak Rudy Asriandy selaku Lurah di Kelurahan Sei

Sikambing B.

Wawancara tanggal 24 November 2008.

Penafsiran

• Menurut bapak apa latar belakng dilaksanakannya P2KP di kelurahan ini?

Jawab:

Latar belakangnya adalah kemiskinan yang sangat kompleks, baik dari segi budaya,

ekonomi, dan lingkungan.

• Menurut bapak apa-apa saja nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang harus dipegang

dalam P2KP ini?

Jawab:

Banyak, seperti kejujuran, ikhlas, kebersamaan, demokrasi, dan tanggung jawab.

• Apakah menurut bapak P2KP dalam pelaksanaannya di kelurahan ini sudah

menerapkan prinsip-prinsip tersebut?

Jawab:

Sudah, menurut saya P2KP di sini dilaksanakan secara transparan dan tanggung

jawab. LPJ nya ada sama saya. Bahkan waktu pembacaan LPJ saya, camat, dan

masyarakat juga diundang.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Pengorganisasian

• Apakah menurut bapak program P2KP ini jelas dalam pelaksanaannya?

Jawab:

Menurut saya P2KP dalam pelaksanaanya sudah memiliki program yang jelas dan

baik. Saya sudah melihat sendiri rancangan kegiatan mereka, dan bagi saya itu

cukup jelas.

• Apa fungsi kelurahan dalam pelaksanaan P2KP di Kelurahan ini?

Jawab:

Fungsinya ya untuk mendukung terlaksananya P2KP di sini. Baik SDM dan fasilitas

saya rasa sudah cukup baik.

• Apa bentuk komitmen pemerintah kelurahan terhadap berjalannya P2KP di sini?

Jawab:

Bentuk komitmennya adalah bahwa pemerintah serius mendukung program ini dan

contoh bentuk komitmennya adalah menyediakan kantor untuk dijadikan secretariat

oleh BKM, mengajak warga jika ada pertemuan P2KP.

Penerapan

• Apakah sebelumnya pihak kelurahan sudah mendapat sosialisasi tentang P2KP/

Jawab:

Sudah pernah. Yang mensosialisasikannya dari pihak pemerintah kota, kecamatan,

dan P2KP sendiri. Isinya adalah penjelasan mengenai P2KP ini.

• Bagaimana bapak menilai kedisiplinan masyarakat dalam melaksanakan P2KP?

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Jawab:

Menurut saya masyarakat sudah cukup baik disiplinnya, Cuma perlu ditingkatkan

lagi. Tapi saya liat cukup baik lah.

• Kendala apa yang bapak lihat dalam pelaksanaan P2KP di sini?

Jawab:

Kendala ada. Contohnya yang saya liat ada masyarakat yang juga mengeluh tentang

dana BLM, kenapa belum cair, tapi saya konfirmasi lagi ke BKM ternyata memang

belum bisa turun karena proposalnya belum siap.

• Apakah menurut bapak P2KP sudah memberikan perubahan yang positif di

kelurahan ini?

Jawab:

Menurut saya sudah memberikan perubahan yang cukup positif. Seperti jalan-jalan

yang sudah dibeton dan diberikannya bantuan kepada orang-orang yang kurang

mampu.

• Apa saran bapak kepada pelaksana P2KP di kelurahan ini?

Jawab:

Saran saya semoga anggarannya ditambah lagi, masih kurang menurut saya. Dan

kalau bisa ada honor untuk petugas P2KP agar mereka lebih semangat dalam

bekerja sehingga tujuan P2KP terlaksana dengan baik.

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Papan Informasi Proyek Betonisasi Jalan di Jl. Tempua

Gambar 2. Papan Proyek Betonisasi Jalan di Jl.Gelatik

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 3. Jalan yang telah diaspal di Jl. Tempua

Gambar 4. Jalan yang telah diaspal di Jl.Gelatik


Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 5. Jalan yang telah diaspal di Jl.Balam

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 6. Jalan yang telah diaspal di Jl.Belibis

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 7. Jalan yang telah diaspal di Jl. Merak

Gambar 8. Jalan yang telah diaspal di Jl. Kiwi

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 9. Jalan yang telah diaspal di Jl. Kadar.

Gambar 10. Jalan yang telah diaspal di Jl. Merpati

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 11. Kantor Kelurahan Sei Sikambing B

Gambar 12. Kantor Sekretariat BKM Ikhlas Persatuan

Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009
Andika Putra : Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Sei
Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara), 2009.
USU Repository © 2009

Anda mungkin juga menyukai