TINJAUAN KEPUSTAKAAN
5
6
Sebenarnya beton pracetak tidak berbeda dengan beton biasa, hanya metode
pabrikasinya yang menjadikan beton pracetak ini berbeda. Alasan penggunaan beton
pracetak ini dianggap lebih ekonomis antara lain : mengurangi biaya pemakaian
bekisting, mereduksi biaya upah pekerja karena jumlah pekerja relatif lebih sedikit,
mereduksi durasi pelaksanaan proyek sehingga overhead yang dikeluarkan menjadi
lebih kecil (Ervianto, 2006:7). Selain itu, menurut Ervianto, bekerja di permukaan
tanah jauh lebih mudah dan lebih aman untuk dilakukan, seperti persiapan cetakan,
pengecoran, perapian permukaan, perawatan dan penggunaan bekisting yang dapat
berulang kali.
Sistem beton pracetak sendiri berdasarkan proses pelaksanaan di lapangan
dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu beton pracetak “partial precast” dan beton
pracetak “full precast”. Proses pembuatan/produksi komponen beton pracetak untuk
kedua sistem tersebut dapat dilakukan di pabrik/plant atau di lapangan/cast in place.
pracetak tahan gempa untuk rumah susun sederhana bertingkat tinggi sehingga dapat
turut mendukung program yang sedang berlangsung saat itu. Secara teknis, pada
tahun yang sama sistem pracetak juga dikembangkan agar mampu diterapkan pada
bangunan tinggi dan dapat pula diterapkan tidak hanya pada struktur bangunan saja,
namun ke arah arsitektur bangunan.
Penerapan sistem pracetak ini pun terbukti handal diterapkan di lapangan
dalam mendukung pembangunan rumah susun dan rumah sederhana yang dapat
mengatasi berbagai permasalahan teknis di lapangan dan telah menghasilkan puluhan
sistem pracetak yang telah dipatenkan dan diterapkan secara aktif sampai ke daerah
terpencil. Sampai saat ini telah muncul lebih dari 30 sistem pracetak di Indonesia
yang dapat diterapkan baik untuk bangunan bertingkat sedang sampai tinggi.
Adapun penerapan sistem pracetak di Indonesia dari tahun 1979-2006 antara
lain : Rusunawa Cengkareng, Rusunawa Tanjung Piayu Batam, Rusunawa Otorita
Batam di Muka Kuning, Rusunawa Pemda DKI di Marunda, Rusunawa Medan,
Rusunawa Tanjung Balai, Rusunawa Mukakuning Batam, Rusunawa Cingised
Bandung, Rusunawa Nunukan Kal-Tim, Rusunawa Undip Semarang. Sejak tahun
1979-2008 telah dibangun rusunawa yang menggunakan sistem pracetak sebanyak
240 blok atau 24.244 unit. Dengan kata lain, sekitar 75% dari seluruh rusuna yang
dibangun di Indonesia 99% dari jumlah rusuna yang dibangun di Indonesia selama 4
tahun terakhir telah memanfaatkan teknologi pracetak.
Sistem pracetak yang digunakan pada penelitian ini adalah Sistem DPI. Setiap
komponen pracetak untuk bangunan bertingkat yang terdiri dari komponen kolom,
balok, dan pelat ini dihubungkan satu dengan yang lainnya dengan menggunakan
sebuah sistem sambungan tertentu. Untuk setiap sistem pracetak memiliki beberapa
perbedaan pada bagian sambungannya atau cara rangkai di sambungan/joint yang
berbeda. Model sambungan yang ada antara lain dengan menggunakan baut,
pengelasan, angkur besi, angkur strand, mechanical joint, dll. Penggunaan/pemilihan
sambungan ini tentunya dipilih berdasarkan kriteria kekuatan dan kemudahan dalam
pelaksanaan. Namun, keseluruhan dari sistem pracetak ini memiliki mutu/kekuatan
yang tidak jauh berbeda.
Menurut Ervianto, hal-hal yang perlu diperhatikan pada tahap produksi yaitu
penentuan prioritas, komponen yang akan lebih dahulu dipabrikasi tentu
harus disesuaikan dengan rencana kerja dan metode kerja yang direncanakan.
Oleh karena itu, dibutuhkan koordinasi antara pabrikator dan instalator untuk
mencapai kesesuaian pemilihan komponen yang harus diproduksi terlebih
dahulu. Selain itu, area produksi juga harus tertata dengan baik dan perlu
diperhatikan pula proses pengecoran, perawatan beton, dan penyimpanan
komponen beton pracetak.
3. Tahap Pascaproduksi
Tahap ini terdiri dari :
a. Tahap penanganan (Handling)
Handling adalah pemindahan komponen precast dari moulding
(bekisting) sampai pada tahap pemasangan. Selama proses handling
perlu diperhitungkan kekuatan elemen pracetak dari berbagai macam
cara handling yang ada dan alat bantu handling yang digunakan
sehingga komponen pracetak aman dan tidak rusak.
22
cukup untuk pengerasan beton. Sambungan yang cocok untuk metode ini
adalah in-situ concrete joint.
Gambar 2.24 Menyiapkan Bekisting untuk Grouting Pertemuan Kolom dan Balok
31
1. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan pada saat kabel crane mulai dipegang/diambil oleh pekerja untuk
dikaitkan pada beton pracetak sampai pekerja memberi tanda kepada operator
crane untuk mulai memindahkan. Tahap ini dikenal dengan proses pengaitan.
2. Perpindahan
Pekerjaan pada saat crane mulai mengangkat lalu memindahkan beton sampai
dengan beton pracetak ditangkap/dipegang dengan posisi yang baik oleh para
pekerja/tukang yang telah bersiap di atas untuk melakukan proses install.
Tahap ini dikenal dengan proses distribusi (pemindahan komponen) dimana
proses ini terjadi pemindahan komponen dari stocking area ke lokasi
pemasangan.
35
3. Install/Erection
Pekerjaan pemasangan beton pracetak dimulai dari posisi yang telah benar
sampai dengan beton terpasang termasuk juga pemasangan tiang-tiang
support sampai kabel crane dilepas. Tahap ini dikenal pula dengan proses
passing.
4. Waktu Kembali
Proses perpindahan pada saat kabel crane dilepas sampai dengan posisi siap
untuk digunakan kembali pada pekerjaan persiapan/kembali ke stocking area.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan ilmu statistika yang mempelajari cara-cara
pengumpulan, penyusunan, dan penyajian data dalam penelitian. Kegiatan
yang termasuk dalam kategori ini antara lain kegiatan pengumpulan data,
pengelompokkan data, penentuan nilai dan fungsi statistik, pembuatan grafik,
diagram, dan gambar. Tujuan utama dari statistik deskriptif adalah
memudahkan orang untuk membaca data dan memahami maksudnya.
2. Statistik Inferensi/Induktif
Statistik inferensi/induktif merupakan ilmu statistika yang mempelajari cara-
cara penarikan suatu kesimpulan dari suatu populasi tertentu berdasarkan
sebagian data (sampel) yang dikumpulkan. Tindakan inferensi tersebut
misalnya melakukan perkiraan, peramalan, pengambilan keputusan, dan
sebagainya.
Apabila menggunakan nilai 1 sigma, maka taraf eror yang ditoleransi adalah
1 - 68,26 % yaitu 31,74 % ; menggunakan nilai 2 sigma, maka taraf eror yang
ditoleransi adalah 1 - 95,44 % yaitu 4,56 %; dan menggunakan nilai 3 sigma, maka
taraf eror yang ditoleransi adalah 1 – 99,74 % yaitu 0,26 %.
- Klik OK.
- Tampak gambar sebagai berikut :
Descriptive Output
Mean 25,4567
Standard Error 3,05398
Median 28,3667
Mode #N/A
Standard Deviation 6,82891
Sample Variance 46,634
Kurtosis -3,1663
Skewness -0,4762
Range 13,6
Minimum 17,8167
Maximum 31,4167
Sum 127,283
Count 5
Confidence Level(95,0%) 8,47921
Gambar 2.38 Output Descriptive Statistics
2.11 Indeks
Menurut SNI 7832:2012 (Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton
pracetak untuk konstruksi bangunan gedung), arti indeks adalah faktor
pengali/koefisien sebagai dasar perhitungan biaya bahan dan upah kerja. Di dalam
SNI, indeks dibagi menjadi 2 yaitu indeks bahan dan upah kerja. Indeks bahan adalah
indeks kuantum yang menunjukkan kebutuhan bahan bangunan untuk setiap satuan
42
jenis pekerjaan. Sedangkan, indeks tenaga kerja adalah indeks kuantum yang
menunjukkan kebutuhan waktu untuk mengerjakan setiap satuan jenis pekerjaan.
Berdasarkan SNI 7832:2012 (Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan
beton pracetak untuk konstruksi bangunan gedung), terdapat persyaratan dalam
perhitungannya :
1. Persyaratan Umum
Persyaratan umum dalam perhitungan harga satuan :
- Perhitungan harga satuan pekerjaan berlaku untuk seluruh Indonesia,
berdasarkan harga bahan dan upah kerja sesuai dengan kondisi
setempat.
- Spesifikasi dan cara pengerjaan setiap jenis pekerjaan disesuaikan
dengan standar spesifikasi teknis pekerjaan yang telah dibakukan.
2. Persyaratan Teknis
Persyaratan umum dalam perhitungan harga satuan pekerjaan :
- Pelaksanaan perhitungan satuan pekerjaan harus didasarkan kepada
gambar teknis dan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).
- Perhitungan indeks bahan telah ditambahkan toleransi sebesar (5 s.d.
20) %, dimana di dalamnya termasuk angka susut, yang besarnya
tergantung dari jenis bahan dan komposisi adukan.
- Digunakan pada pekerjaan ereksi sampai dengan 5 lantai.
- Bekisting menggunakan kayu dan phenol film.
- Untuk analisa biaya beton yang tercantum di dalam SNI 7394:2008,
analisanya dapat disesuaikan dengan kondisi material setempat.
- Untuk analisa biaya beton yang tidak tercantum di dalam SNI
7394:2008, harus mengacu pada hasil rancangan campuran beton.
- Tenaga kerja harus mempunyai sertifikasi keterampilan di bidang
pracetak.
- Tenaga pelaksana pada Pasal 1 e) (tercantum dalam SNI 7832 : 2012)
yang dimiliki oleh perusahaan pemegang lisensi pracetak.
Jam kerja efektif untuk para pekerja diperhitungkan 5 jam per-hari.