Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF

TERHADAP NYERI MENSTRUASI PADA REMAJA


DI ASRAMA PUTRI STIKES SANTO BORROMEUS

Lesta Livolina Simamora *


Friska Sinaga**
Claudia Olivia ***

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kejadian nyeri menstruasi pada remaja di Asrama Putri STIKes
Santo Borromeus, dimana terdapat 51 remaja yang menyatakan mengalami nyeri menstruasi dan
43 remaja mengatakan hanya tiduran saat nyeri menyerang. Tujuan dari penelitian adalah untuk
mengetahui pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap perubahan intensitas nyeri
menstruasi pada remaja di Asrama Putri STIKes Santo Borromeus. Relaksasi otot progresif
merupakan keterampilan yang dapat dipelajari dan digunakan untuk mengurangi atau
menghilangkan ketegangan dan mengalami rasa nyaman, sedangkan nyeri menstruasi adalah nyeri
yang bersifat kram dan berpusat pada perut bagian bawah. Metode yang digunakan adalah
kuantitatif, desain pre eksperimen dengan pendekatan one-group pretest posttest. Teknik sampling
menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel yang memenuhi syarat 20 orang remaja.
Instrumen penelitian menggunakan The Bourbonnais Pain Assessment Tool. Hasil penelitian
sebanyak 18 remaja (90%) menyatakan nyeri sedang sebelum dilakukan relaksasi otot progresif
dan 12 remaja (60%) menyatakan nyeri ringan setelah dilakukan teknik relaksasi otot progresif.
Uji statistik menggunakan Uji Wilcoxon dengan p-value = 0,000 (≤ α) sehingga disimpulkan ada
pengaruh sebelum dan sesudah dilakukannya teknik relaksasi otot progresif terhadap nyeri
menstruasi. Kegiatan olahraga dapat ditingkatkan menjadi 3 kali/minggu oleh remaja yang tinggal
Asrama Putri STIKes Santo Borromeus.

Kata kunci : menstruasi, nyeri, relaksasi

A. LATAR BELAKANG

Individu membutuhkan rasa nyaman. tersebut menjalar ke belakang serta ke


Ketidaknyamanan memiliki subjektivitas bagian paha sebelah dalam.
yang sama dengan nyeri. Kolcaba (1992)
mendefinisikan kenyamanan dengan cara Nyeri menstruasi terbagi menjadi nyeri
yang konsisten pada pengalaman subjektif menstruasi primer dan nyeri menstruasi
klien. Kolcaba mendefinisikan kenyamanan sekunder. Nyeri menstruasi primer biasanya
sebagai suatu keadaan telah terpenuhi terkait dengan siklus ovulasi. Penyebab
kebutuhan dasar manusia (Perry & Potter, utamanya tidak sepenuhnya dipahami, tetapi
2006). Salah satu kondisi yang PGs dan Leukotrien (LTs) yang mungkin
menyebabkan ketidaknyamanan adalah terlibat dalam menghasilkan gejala ( Ress, et
nyeri. al, 2005). Masuknya prostaglandin dan
metabolitnya ke dalam sirkulasi sistemik
Nyeri merupakan suatu kondisi yang terjadi selama 48 jam pertama menstruasi
dapat menganggu aktivitas sehari-hari. Nyeri (Kaplan, 2006).
merupakan suatu sensasi ketidaknyamanan
yang bersifat individual. (Asmadi, 2008). Ernawati, Tri Hartiti, dan Idris Hadi,
Nyeri menstruasi merupakan sensasi nyeri dalam jurnalnya mendukung pernyataan
yang biasanya bersifat kram dan berpusat Anurogo (2008) mengenai studi
pada perut bagian bawah yang terasa epidemologi pada populasi remaja (usia 12-
sebelum atau selama menstruasi, terkadang 17 tahun) di Amerika Serikat yang dilakukan
hingga menganggu aktivitas. Serangan nyeri oleh Klein dan Litt, dimana dilaporkan
menstruasi spasmodik ini berbentuk spasme angka kejadian nyeri menstruasi mencapai
dengan nyeri bersifat kolik yang akut pada 59,7% yang terdiri dari, 12% nyeri berat,
abdomen bagian bawah, dan kadang nyeri 37% nyeri sedang, dan 49% nyeri ringan.
Studi yang dilaporkan Klein dan Litt ini

1
menyatakan bahwa nyeri menstruasi Nyeri menstruasi merupakan nyeri haid
menyebabkan 14 % remaja sering tidak yang biasanya bersifat kram dan berpusat
masuk sekolah. pada perut bagian bawah yang terasa
sebelum atau selama menstruasi, terkadang
Studi Epidemologi yang dilakukan oleh hingga menganggu aktivitas. Selanjutnya,
Eman M. Mohamed pada tahun 2012 di dalam jurnal Ernawati, Tri Hartiti, dan Idris
Kota Assut, Mesir, ditemukan bahwa Hadi menyebutkan definisi nyeri menstruasi
sebanyak 76,1% remaja mengalami nyeri menurut Widjanarko, 2006 sebagai sensasi
menstruasi yang terdiri dari 26,6% nyeri tidak nyaman, bahkan karena timbulnya
ringan, 32,0% nyeri sedang, dan 41,4% nyeri nyeri dapat menganggu aktivitas dan
berat. Angka kejadian nyeri menstruasi di memaksa penderita untuk istirahat dan
Indonesia tahun 2011 pada remaja usia 14- meninggalkan pekerjaan atau aktivitas
19 tahun menurut penelitian yang dilakukan rutinnya selama beberapa jam atau beberapa
oleh Mahmudiono sebesar 54,89%. (Frenita hari.
Sophia, Sori Muda, Jemadi, 2013)
2. Pembagian Klinis Nyeri Menstruasi
Smeltzer (2002) mengemukakan bahwa a. Ringan : berlangsung beberapa
relaksasi otot skeletal dipercaya dapat saat dan dapat melanjutkan kerja
menurunkan intensitas nyeri dengan cara sehari-hari
merilekskan bagian otot tegang yang b. Sedang : diperlukan obat
menunjang nyeri. Relaksasi progresif penghilang rasa nyeri, tanpa perlu
merupakan suatu cara dari teknik relaksasi meninggalkan pekerjaannya.
yang menggabungkan dari latihan napas c. Berat : perlu istirahat beberapa
dalam & serangkaian seri kontraksi dan hari dan dapat disertai, sakit kepala,
relaksasi otot tertentu. O’Donohue dan kemeng pinggang, diare, dan rasa
Fisher (2012) menyebutkan bahwa Relaksasi tertekan (Manuaba, 2001)
Progresif efektif untuk kondisi medis seperti
keengganan kemoterapi, sakit kepala, 3. Etiologi Nyeri Menstruasi
imunokompetensi pada orang tua, nyeri Penyebab terjadinya nyeri menstruasi
menstruasi spasmodik, dan nyeri pinggang. primer adalah adanya penonjolan aktivasi
Teknik relaksasi progresif merupakan suatu kinerja dari prostaglandin F2α (PGF2α) yang
latihan untuk membantu meringankan timbul akibat gangguan keseimbangan
ketidaknyamanan menstruasi melalui antara prostaglandin-prostaglandin E2
peningkatan vasodilatasi dan penurunan (PGE2) dan F2α (PGF2α) dengan
iskemia berikutnya pada endometrium. Hal prostasiklin (PGI2) yang disintesis oleh sel-
ini juga melepaskan opiat endogen yang sel endometrium uteri. Penonjolan aktivasi
menekan prostaglandin. ini akan menyebabkan iskemia pada sel-sel
miometrium uteri dan peningkatan
Studi pendahuluan yang dilakukan di kontraksi dari rahimnya secara keseluruhan
Asrama Putri STIKes Santo Borromeus pada (Hendrik, 2006).
51 remaja akhir antara rentang umur 18-21
tahun, didapati bahwa dari 51 remaja, 4. Remaja
semuanya mengatakan pernah mengalami Remaja merupakan masa peralihan dari
nyeri saat menstruasi dan diantaranya ada masa anak meningkat ke masa remaja
20 orang yang mengatakan selalu nyeri (Gunarsa & Gunarsa, 2001).
setiap kali menstruasi. Tindakan yang Masa remaja merupakan masa transisi
dilakukan untuk mengatasi nyeri saat nyeri perkembangan antara masa kanak-kanak
terjadi bermacam-macam, sebanyak 43 dan masa dewasa yang pada umumnya
remaja mengatakan hanya tiduran saat nyeri dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan
menyerang, oleh karena itu peneliti tertarik berakhir pada usia akhir belasan tahun atau
untuk meneliti mengenai pengaruh relaksasi awal dua puluhan tahun (Papalia dan Olds,
progresif yang dapat dilakukan secara 2001).
mandiri terhadap nyeri menstruasi pada
remaja akhir di Asrama Putri STIKes Santo 5. Relaksasi Otot Progresif
Borromeus. Relaksasi otot bertujuan agar badan
dapat rileks. Relaksasi ini dilakukan dengan
B. TINJAUAN PUSTAKA. mencoba merasakan otot-otot saat tegang
dan kaku, dengan cara mengencangkan otot-
1. Nyeri Menstruasi

2
otot badan; serta mencoba merasakan otot Normal)
kendor dengan cara mengendorkan otot-otot. > 13 tahun 5 25 %
Relaksasi progresif adalah suatu (Menarche
keterampilan yang dapat dipelajari dan Terlambat)
digunakan untuk mengurangi atau
menghilangkan ketegangan dan mengalami Aktivitas n Presentase
rasa nyaman tanpa bergantung pada Olahraga (Responden)
hal/subjek di luar dirinya. Menurut jacobson, < 12 kali 20 100 %
ketegangan ada hubungannya dengan > 12 kali 0 0%
mengecilnya serabut otot-otot, sedangkan Total 20 100 %
lawan dari ketegangan adalah tidak adanya Total 20 100 %
kontraksi-kontraksi (Soesmalijah Soewondo,
2012). Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa
sebagian besar responden mengalami
C. METODE PENELITIAN. menarche di usia 12 – 13 tahun (60%).
Metode penelitian merupakan suatu
cara untuk mendapatkan suatu kebenaran Tabel 4.2
ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu Karakteristik responden berdasarkan
masalah yang pada dasarnya menggunakan aktivitas olahraga dalam satu bulan
metode ilimiah. (Notoatmodjo, 2005) (n = 20 orang)
Metode penelitian yang digunakan adalah
metode kuantitatif dengan desain penelitian Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan bahwa
Pre Eksperimen One Group Pretest- seluruhnya dari responden melakukan
Posttest Design dimana pada penelitian ini aktivitas olahraga kurang dari 12 kali
dilakukan pretest sebelum adanya perlakuan (100%) dalam satu bulan.
dan posttes setelah perlakuan.
Teknik sampling merupakan teknik Tabel 4.3
dalam pengambilan sampel (Sugiyono, Distribusi frekuensi tingkat nyeri
2013). Penelitian ini menggunakan teknik menstruasi pada remaja sebelum
non probability atau non-random sampling. dilakukannya teknik relaksasi otot
Teknik sampel non probability yang progresif (n = 20 orang)
digunakan adalah purposive sampling,
dimana teknik ini dilakukan dengan Tingkat n Presentase
menentukan sampel dengan pertimbangan Nyeri (Responden)
tertentu . Penelitian ini menggunakan 20 Nyeri 2 10 %
responden sebagai sampel penelitian. Ringan
Analisa bivariat merupakan analisa Nyeri 18 90 %
yang dilakukan terhadap dua variabel yang Sedang
diduga berhubungan atau berkorelasi Total 20 100 %
(Notoatmodjo, 2005). Penelitian ini
menggunakan uji Wilcoxon dikarenakan
data berbentuk ordinal, non parametrik, dan Pada tabel 4.3 dapat dilihat hampir
berdistribusi tidak normal. seluruhnya remaja mengalami nyeri
menstruasi sedang (90%).

D. HASIL PENELITIAN DAN Tabel 4.4


PEMBAHASAN. Distribusi frekuensi tingkat nyeri
menstruasi pada remaja setelah
Tabel 4.1 dilakukannya teknik relaksasi otot
Karakteristik responden berdasarkan progresif (n = 20 orang)
usia menarche (n = 20 orang)
Usia n Presentase Tingkat n Presentase
Menarche (Responden) Nyeri (Responden)
< 12 tahun 3 15 % Tidak 4 20 %
(Menarche Nyeri
Dini) Nyeri 12 60 %
12 – 13 12 60 % Ringan
tahun Nyeri 4 20 %
(Menarche Sedang

3
Total 20 100 % (2009), frekuensi latihan atau olahraga yang
baik sedikitnya dengan frekuensi 3-5 kali
dalam seminggu yang berarti minimal 12
Pada tabel 4.4 dapat dilihat sebagin besar hingga 20 kali dalam satu bulan.
menyatakan nyeri ringan (60 %) setelah Dilihat dari karakteristik responden
dilakukannya teknik relaksasi otot progresif berdasarkan kegiatan olahraga didapatkan
pada remaja akhir di Asrama Putri STIKes bahwa seluruhnya (100%) dari responden
Santo Borromeus menyatakan bahwa aktivitas olahraga
Tabel 4.5 dilakukan kurang dari 12 kali dalam sebulan.
Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test Hal ini menjadikan olahraga sebagai salah
sebelum dan sesudah dilakukan teknik satu faktor yang sangat mempengaruhi dari
relaksasi otot progresif kejadian nyeri menstruasi primer.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan
Pengukuran Min Max Mean SD P-value bahwa sebelum dilakukannya teknik relaksasi
0,30 otot progresif didapatkan ada 2 (10 %) orang
Pre Test 2 3 2,90 remaja yang mengalami nyeri menstruasi
8
0.000 ringan dan 18 (90 %) orang remaja yang
0,64
Post Test 1 3 2,00 mengalami nyeri menstruasi sedang.
9
Kejadian nyeri menstruasi ini akan
meningkat dengan kurangnya aktivitas
Tabel 4.5 menunjukan hasil
olahraga, sehingga ketika terjadi nyeri
pengujian secara statistik didapatkan P-value
menstruasi oksigen tidak dapat tersalurkan
= 0,000, dibandingkan dengan nilai
ke pembuluh-pembuluh darah di organ
koefisien alpha (α) = 0,05 maka P-value ≤
reproduksi yang saat itu terjadi vasokontriksi
α. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ho
sehingga mengakibatkan timbulnya rasa
ditolak dan Ha diterima yang menunjukkan
nyeri, tetapi olahraga yang teratur akan dapat
bahwa ada pengaruh antara teknik relaksasi
menyediakan oksigen hampir 2 kali lipat per
otot progresif terhadap nyeri menstruasi
menit sehingga oksigen tersalurkan ke
pada remaja di Asrama Putri STIKes Santo
pembuluh darah yang mengalami
Borromeus.
vasokontriksi. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya penurunan nyeri menstruasi
Pembahasan
(Tjokronegoro, 2004 dalam Ninik Fajaryati,
1. Skala nyeri menstruasi pretest
2010).
Pada penelitian ini, ditemukan ada
Saat melakukan olahraga atau senam,
sebanyak 3 responden (15%) yang
tubuh akan menghasilkan endorphin.
mengalami menarche dini, 12 responden
Endorphin dihasilkan di otak dan susunan
(60%) yang mengalami menarch di usia
syaraf tulang belakang. Hormon Endorphin
normal, dan 5 responden (25%) yang
ini dapat berfungsi sebagai obat penenang
mengalami menarch terlambat. Penyebaran
alami yang diproduksi otak sehingga
intensitas nyeri pretest dan postest yang
menimbulkan rasa nyaman. Kadar endorphin
dirasakan responden yang mengalami
yang dihasilkan dalam darah dapat meningkat
menarche dini, menarche normal, maupun
empat hingga lima kali karena aktivitas
menarche terlambat tidak memiliki
olahraga, sehingga semakin banyak
perbedaan yang signifikan. Penelitian ini juga
melakukan senam atau olahraga maka akan
menunjukkan bahwa responden yang
semakin tinggi kadar endorphin yang
sebagian besar mengalami menarche normal
dihasilkan dan ditangkap oleh reseptor di
masih mengalami nyeri menstruasi dimana
dalam hipotalamus dan sistem limbik yang
menunjukkan bahwa usia menarche dari
berfungsi untuk mengatur emosi. Peningkatan
responden tidak mempengaruhi secara
kadar endorphin dalam darah terbukti
signifikan dari kejadian nyeri menstruasi.
berhubungan erat dengan penurunan rasa
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
nyeri, peningkatan daya ingat, memperbaiki
dilakukan oleh Andi Nurul Rifqah Utami,
nafsu makan, kemampuan seksual, tekanan
Jumriani Ansar, dan Dian Sidik yang
darah dan pernapasan ( Harry, 2007 dalam
menyatakan bahwa umur menarche pada
Achmad Suparto, 2011). Sehingga aktivitas
remaja tidak mempengaruhi dari kejadian
latihan dan olahraga ini sangat efektif
nyeri menstruasi pada remaja.
digunakan untuk mengurangi masalah nyeri
Penelitian ini memperlihatkan data
terutama nyeri menstruasi.
distribusi frekuensi dari aktivitas olahraga
Dari hasil penelitian, kejadian nyeri
yang dilakukan oleh responden dalam satu
menstruasi lebih sedikit terjadi pada
bulan. Menurut Proverawati dan Misaroh

4
olahragawati dibandingkan wanita yang Sensasi nyeri yang dirasakan responden saat
tidak melakukan olahraga atau senam malam hari akan semakin kuat dikarenakan
(Sumudarsono, 1998 dalam Achmad Suparto, oleh aktivitas saat malam hari lebih sedikit
2011). Hasil penelitian ini tidak sesuai dibandingkan saat siang hari. Karena
dengan hasil penelitian dari Ninik Fajaryati kurangnya aktivitas yang dilakukan pada
yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan malam hari dan kegiatan olahraga yang
antara kebiasaan olahraga dengan kejadian responden lakukan kurang dari 12 kali dalam
nyeri menstruasi primer. satu bulan, hal ini dapat menyebabkan
produksi dari hormon endorphin berkurang.
2. Skala nyeri menstruasi posttest Kegiatan belajar di kampus ataupun
Setelah dilakukannya teknik relaksasi secara mandiri yang dilakukan responden
otot progresif didapatkan ada 4 (20%) orang sekitar 8 jam/hari dan responden menyatakan
remaja yang menyatakan tidak nyeri, 12 dan tiap mata ajar tugas yang diberikan pun
(60%) orang remaja menyatakan nyeri ringan, cukup banyak. Hal ini dapat menjadi salah
dan 4 (20 %) orang remaja menyatakan nyeri satu penyebab stress yang merupakan salah
sedang. satu dari faktor pencetus dari nyeri
Pada penelitian ini memperlihatkan menstruasi. Menurut Alkaf (2002) dalam
perubahan tingkat nyeri yang dialami remaja. Indriana Bill Resti (2014) stress merupakan
Perubahan tingkat nyeri terjadi pada seluruh reaksi tubuh akibat permasalahan kehidupan
dari responden. Dilihat dari hasil penelitian yang menimpa diri seseorang yang
yang membandingkan antara tingkat nyeri menimbulkan gangguan faal pada tubuh.
sebelum dilakukannya teknik relaksasi otot Aktivitas rutin harian yang dilakukan
progresif dan tingkat nyeri setelah responden juga dapat memunculkan perasaan
dilakukannya teknik relaksasi otot progresif jenuh yang semakin mendukung dari stress
didapati bahwa perubahan terjadi dari 2 yang dirasakan responden. Responden
hingga 3 tingkatan nyeri menggunakan skala menyatakan bahwa tidak pernah melakukan
nyeri Bourbonnais. Hasil penelitian suatu teknik relaksasi untuk mengatasi dari
menunjukkan ada 11 orang remaja yang kejenuhan dan stress yang dirasakan. Pada
mengalami perubahan tingkat nyeri penelitian ini, responden diajak untuk dapat
menstruasi hingga 3 tingkatan dengan secara mandiri melakukan teknik relaksasi
menggunakan skala nyeri Bourbonnais progresif yang juga merupakan salah satu dari
setelah dilakukannya teknik relaksasi otot manajemen stress.
progresif dan ada 9 orang remaja yang
mengalami perubahan tingkat nyeri hingga 2 3. Pengaruh relaksasi otot progresif
tingkatan dengan menggunakan skala nyeri terhadap nyeri menstruasi
yang sama. Hasil perhitungan statistik
Perubahan intensitas nyeri yang menggunakan uji wilxocon menunjukkan
dirasakan oleh responden selain karena bahwa P-value 0,000 dimana P-value ≤ α
produksi dari opiat endogen yang meningkat, (koefisien alpha (α) = 0,05), hal ini
juga dapat disebabkan oleh distraksi karena menunjukkan bahwa ada pengaruh antara
responden harus berfokus pada setiap gerakan sebelum dilakukannya teknik relaksasi otot
yang dilakukan sehingga mengalihkan progresif dengan setelah dilakukannya
perhatian responden dari nyeri yang teknik relaksasi otot progresif pada remaja
dirasakan dan kemudian menurunkan akhir di Asrama Putri STIKes Santo
persepsi nyeri yang dirasakan responden. Borromeus.
Rasa nyaman mulai dirasakan saat responden Nyeri menstruasi merupakan sensasi
melakukan gerakan ke-12. Gerakan ke-12 ini nyeri. Rasa nyeri sering digambarkan
merupakan sutu relaksasi pernapasan yang sebagai nyeri kram pada abdomen bagian
dilakukan untuk mengatasi dari nyeri yang bawah yang terjadi selama haid, terkadang
dirasakan. hingga menggangu aktivitas. Terdapat dua
Pada saat dilakukannya teknik relaksasi kategori nyeri menstruasi yaitu primer dan
progresif ini, didapati 3 orang remaja yang sekunder. Nyeri menstruasi primer
mengalami nyeri menstruasi saat tengah disebabkan produksi prostaglandin
malam. Intensitas nyeri yang dirasakan ke-3 endometrium yang lebih besar sehingga
responden tersebut berada pada skala nyeri menyebabkan kontraksi uterus, iskemia
sedang. Responden yang mengalami nyeri uterus, dan nyeri pelvis. Prostaglandin yang
menstruasi saat malam hari menyatakan berlebihan terlepas dari sel-sel endometrium
bahwa skala nyeri menstruasi yang dirasakan uterus adalah prostaglandin F2 alfa.
oleh responden berkurang hingga 2 tingkatan. Prostaglandin F2 alfa adalah suatu

5
perangsang kuat kontraksi otot polos
miometrium dan kontriksi pembuluh darah Simpulan
uterus. Hal ini memperparah hipoksia uterus Hasil pembahasan mengenai
yang secara normal terjadi pada haid, pengaruh teknik relaksasi otot progresif
sehingga timbul rasa nyeri yang hebat terhadap nyeri menstruasi pada remaja akhir
(Corwin, 2008). di Asrama Putri STIKes Santo Borromeus
Teknik relaksasi progresif merupakan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
suatu latihan untuk membantu meringankan antara teknik relaksasi otot progresif
ketidaknyamanan menstruasi melalui terhadap nyeri menstruasi pada remaja akhir
peningkatan vasodilatasi penurunan iskemia di Asrama Putri STIKes Santo Borromeus.
berikutnya pada endometrium. Hal ini juga Sebelum dilakukannya teknik
melepaskan opiat endogen yang menekan relaksasi otot progresif sebanyak 18 (90%)
prostaglandin ( O’Donohue dan Fisher, remaja menyatakan nyeri sedang dan 2
2012). Smeltzer (2002) mengemukakan (10%) remaja menyatakan nyeri ringan,
bahwa relaksasi otot skeletal dipercaya dapat sedangkan setelah dilakukannya teknik
menurunkan intensitas nyeri dengan cara relaksasi otot progresif sebanyak 12 (60%)
merilekskan bagian otot tegang yang remaja menyatakan nyeri ringan, 4 (20%)
menunjang nyeri. remaja menyatakan tidak nyeri, dan 4 (20%)
Pernapasan dan Relaksasi otot remaja lainnya menyatakan nyeri sedang.
progresif telah terbukti memiliki potensi Hal ini dibuktikan dengan hasil uji statistik
untuk meningkatkan kontrol nyeri akut ( dimana P-value = 0,000, dibandingkan
Heffline, 1990 dalam Rakel & Faass, 2006). dengan nilai koefisien alpha (α) = 0,05 maka
Pada jurnal Wahyuni dan Farid Rahman P-value ≤ α.
menunjukkan bahwa penambahan teknik
relaksasi progresif pada terapi latihan Saran
terhadap penurunan nyeri post sectio
caesarea memiliki pengaruh yang Berdasarkan dari hasil penelitian
signifikan. Hasil uji statistik menunjukkan yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil
ada perbedaan pengaruh penambahan teknik bahwa teknik relaksasi otot progresif
relaksasi otot progresif pada terapi latihan memiliki pengaruh yang baik dalam
dan terapi latihan terhadap penurunan nyeri mengatasi nyeri menstruasi pada remaja
post sectio caesarea, dimana penurunan akhir di Asrama Putri STIKes Santo
nyeri lebih banyak terjadi pada kelompok Borromeus. Ada baiknya jika teknik
perlakuan dibanding pada kelompok kontrol relaksasi otot progresif ini terus dilatih
dengan hasil p-value = 0,00. secara berkala agar responden semakin bisa
Relaksasi progresif ini merupakan membedakan antara kondisi tegang dan
suatu cara dari teknik relaksasi yang rileks yang dirasakan.
menggabungkan dari latihan napas dalam Adapun saran yang dapat diberikan peneliti
dan serangkaian seri kontraksi dan relaksasi yaitu :
otot tertentu. Hasil penelitian Ernawati, Tri 1. Saran bagi Asrama Putri STIKes
Hartiti dan Idris Hadi (2010) menyebutkan Santo Borromeus
bahwa teknik relaksasi napas dalam Asrama Putri Stikes Santo
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Borromeus dapat mengadakan
nyeri menstruasi, dimana didapatkan olahraga bersama minimal 3 kali
sebelum dilakukan relaksasi napas dalam dalam satu minggu.
ada sekitar 62 % yang mnegalami nyeri 2. Saran bagi responden
menstruasi sedang dan setelahnya didapati Responden yang bertempat
70% yang mengalami nyeri ringan. Rasa tinggal di Asrama Putri STIKes
nyaman yang dirasakan responden Santo Borromeus dapat
dikarenakan oleh produksi dari hormon menerapkan relaksasi otot progresif
endorphin dalam darah yang meningkat, ini sebagai teknik untuk
dimana akan menghambat dari ujung-ujung mengurangi intensitas nyeri yang
saraf nyeri yang ada di uterus sehingga dirasakan saat menstruasi.
mencegah stimulus nyeri untuk masuk ke 3. Saran bagi peneliti berikutnya
medula spinalis hingga akhirnya sampai ke Peneliti berikutnya dapat
kortek serebri dan menginterpretasikan melanjutkan penelitian ini dengan
kualitas nyeri. desain quasi experimental, dimana
digunakan nya kelompok kontrol
E. SIMPULAN DAN SARAN dan kelompok intervensi.

6
(http://journal.lib.unair.ac.id/index.php
/IJPH/article/download/771/770,
F. DAFTAR PUSTAKA diperoleh 29 Januari 2014)

Andi Nurul Rifqah Utami, Jumriani Ansar, O’donohue, William & Jane E. Fisher. 2012.
& Dian Sidik. 2012. Faktor Yang Cognitive behavior therapy core
Berhubungan Dengan Kejadian principles for practice. New Jersey :
Dismenore Pada Remaja Putri di John Wiley & Sons
SMAN 1 Kahu Kabupaten Bone
(http://repository.unhas.ac.id/bitstream/ O’Mathuna, Donal & Walter L. Larimore.
handle/123456789/5523/jurnal.pdf?seq 2006. Alternative Medicine. Grand
uence=1, diperoleh 17 Juni 2014) Rapids : Zondervan

Asmadi. 2008. Konsep dasar keperawatan. Perry, Hockenberry. 2014. Maternal child
Jakarta : EGC nursing care. 5th Ed. Canada : Elsevier
Mosby
______. 2008. Teknik prosedural konsep &
aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta Potter & Perry. 2006. Buku Ajar
: Salemba Medika Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, Praktikn Vol. 2 Ed. 4. Jakarta:
Ernawati, Tri Hartiti, dan Idris Hadi. EGC
2010.Terapi Relaksasi Terhadap Nyeri
Dismenore Pada Mahasiswi Puji, Istiqomah. 2009. Efektivitas Senam
Universitas Muhammadiyah Semarang. Dismenore Dalam Mengurangi
(http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/ps Dismenore Pada Remaja Putri Di
n12012010/article/view/54/28, SMUN 5 Semarang.
diperoleh 17 Januari 2014) (http://core.kmi.open.ac.uk/download/p
df/11709709.pdF, diperoleh 22 Juni
Fajaryati, Ninik. 2010. Hubungan 2014 )
Kebiasaan Olahraga Dengan
Dismenore Primer Remaja Putri Di Sophia, Frenita, Sori Muda, & Jemadi.
SMPN 2 Mirit Kebumen. 2013. Faktor-Faktor Yang
(http://s3.amazonaws.com/academia.ed Berhubungan Dengan Disminore Pada
u.documents/33150611/dismenorhea- Siswi SMK Negeri 10 Medan.
libre.pdf?AWSAccessKeyId=AKIAJ56 (http://jurnal.usu.ac.id/index.php/gkre/a
TQJRTWSMTNPEA&Expires=14031 rticle/download/4060/1894, diperoleh
41270&Signature=6FLmf5GAxFEQl4 17 Januari 2014)
K4ItOvIHiWmV0%3D, diperoleh 19
Juni 2014) Suparto, Achmad . 2011. Efektivitas Senam
Dismenore Dalam Mengurangi
Hendrik. 2006. Problema Haid, Tinjauan Dismenore Pada Remaja Putri
Syariat Islam & Medis. Jakarta : Tiga (http://penjaskesrek.fkip.uns.ac.id/wp-
Serangkai content/uploads/2012/04/ultimate.pdf ,
diperoleh 23 Juni 2014)
Kaplan, Peter. 2006. Neurologic disease in
women. 2th Ed. New York : Demos
Medical Publishing

Morgan & Hamilton. 2009. Obsetri &


Ginekologi Paduan Praktis. Edisi 2.
Jakarta : EGC

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi


Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta

Novia, Ika & Nunik Puspitasari. 2006.


Faktor Risiko Yang Mempengaruhi
Kejadian Dismenore Primer

Anda mungkin juga menyukai