Anda di halaman 1dari 7

Sejarah Penggunaan Beton Bertulang

Pada 16 Juli 1867, Joseph Monier memperoleh paten di Paris atas penemuannya berupa beton
bertulang. Monier membuat bak taman dan pot dengan menggunakan jaring kawat besi, dan
dipamerkan di Paris pada tahun 1867. Pada 1873, monier memperoleh paten untuk tangki dan
jembatan beton bertulang, dan empat tahun kemudian mendapat paten pula untuk balok dan
kolom dari beton bertulang. Selanjutnya setelah tahun 1877 telah banyak dilakukan penelitian
tentang beton bertulang

Keuntungan dan Kerugian Beton Bertulang


Keuntungan:
1. Kuat tekan tinggi
2. Lebih tahan terhadap api
3. Membentuk struktur yang sangat kaku
4. Umur layan yang panjang
5. Untuk tipe struktur seperti, bendungan, pilar jembatan, pondasi, beton bertulang
merupakan pilihan yang paling ekonomis
6. Dapat dicetak dalam berbagai bentuk
7. Tidak terlalu dibutuhkan tenaga kerja berketerampilan tinggi
8. Biaya perawatan yang lebih rendah

Kerugian:
1. Kuat tarik yang rendah
2. Diperlukan mix design dan perawatan yang cukup
3. Biaya pembuatan cetakan yang cukup tinggi
4. Ukuran penampang yang lebih besar
5. Adanya retakan akibat susut dan beban yang bekerja

Elemen Struktur Beton Bertulang


Beberapa jenis elemen pada struktur beton bertulang
1. Pelat lantai
2. Balok
3. Kolom
4. Rangka
5. Dinding
6. Pondasi
Beban yang bekerja pada struktur beton bertulang
1. Beban mati
2. Beban hidup
3. Beban angin
4. Beban gempa

Sifat Mekanik Beton


Kuat Tekan
Kuat tekan beton f’c didasarkan atas pengujian beton pada umur 28 hari dengan benda uji
silinder dengan ukuran tinggi 300 mm dan diameter 150 mm atau silinder dengan ukuran tinggi
200 mm dan diameter 100 mm.
Pada benda uji silinder pola keruntuhan yang terjadi dapat berupa pola splitting untuk beton
normal seperti pada gambar a atau pola geser seperti pada gambar b atau pola geser dan
splitting seperti pada Gambar c, pola kedua dan ketiga ini biasanya terjadi pada beton mutu
tinggi.
Gambar 8.3. Pola Keruntuhan Benda Uji Silinder

Benda uji standar mempunyai rasio tinggi terhadap diameter sebesar 2. Namun apabila rasio
antara tinggi dengan diameter tidak sama dengan 2 maka kuat tekannya harus dikoreksi. Hal
seperti ini dapat terjadi pada pengujian benda uji dari test cores

Kuat tekan silinder untuk beton normal rata-rata 0,83 kali kuat tekan kubus, namun angka
sebenarnya tergantung dari mutu beton yang diuji. Semangkin tinggi kuat tekan beton maka
rasio kuat tekan silinder terhadap kubus akan mendekati satu. Pengaruh ukuran benda uji (size
effect) terhadap kuat tekan beton pada beton mutu tinggi sangat kecil dibandingkan dengan
beton normal.

Kuat tekan uniaksial benda uji silinder/kubus dihitung dengan rumus sebagai berikut:

P
=
A

dengan  = kuat tekan silinder/kubus

P = beban yang dipikul pada saat runtuh

A = luas penampang silinder/kubus


Pengujian Kuat Tarik

Kuat Tarik Lentur

Pengujian kuat tarik beton dilakukan dengan dua cara yaitu tarik lentur dan splitting. Pengujian
kuat tarik lentur dilakukan terhadap balok diatas dua perletakan dan dibebani dengan dua
beban terpusat yang simetris seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8.5. Pada serat bawah
antara dua titik pembebanan akan terjadi kuat tarik maksimum yang merata. Pada pengujian
kuat tarik lentur balok, benda uji yang digunakan berukuran 150 mm x 150 mm x 500 mm
dibebani dengan kecepatan pembebanan antara 0,0143 Mpa/detik sampai 0,020 Mpa/detik.

Kuat tarik lentur beton dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Pl
fr =
bd 2

dengan fr = kuat tarik lentur


P = beban pada saat runtuh
l = panjang bentang
b = lebar balok
d = tinggi balok
P

l/3 l/3 l/3 b

Gambar Pengujian Kuat Tarik Lentur Balok


Kuat Tarik Belah (Splitting Test)

Pengujian kuat tarik splitting menggunakan benda uji silinder dengan ukuran yang sama dengan
pengujian kuat tekan dengan sumbu benda uji berada diantara dua pelat mesin uji seperti
ditunjukkan pada Gambar Selanjutnya benda uji dibebani sampai terbelah, untuk mencegah
terjadinya tegangan lokal pada sisi pembebanan maka disisipkan potongan triplek antara benda
uji dengan pelat. Kecapatan pembebanan pada pengujian ini sebesar 0,02 Mpa sampai 0,04
MPa per detik.

Kuat tarik splitting beton dihitung dengan rumus sebagai berikut:

2P
ft =
ld

dengan ft = kuat tarik splitting


P = beban pada saat runtuh
l = panjang benda uji
d = diameter benda uji

Pengujian Kuat Tarik Belah


Pengujian modulus elastisitas beton dilakukan dengan menekan benda uji. Kurva hubungan tegangan
regangan pada beton mulai dari titik awal O sampai akhir berbentuk lengkung, sehingga tidak jelas
dimana batas proporsional bahan. Umumnya pada beton batas proporsional bahan ditentukan 40 % dari
nilai tegangan hancur, sebab sampai tegangan 40 % kurva masih dapat dianggap lurus. Regangan hancur
pada beton umumnya sebesar 0,3 % nilai ini jauh lebih kecil dengan nilai regangan pada baja pada saat
putus yaitu sebesar kira-kira 20 %, sehingga beton dikatakan material getas

Tegangan

 0,003
o

Regangan

Gambar 4.4. Hubungan Tegangan Regangan Beton

Rumus modulus elastisitas beton

Ec = 0,043. 𝑤 1,5 √𝑓′𝑐

dengan w adalah berat jenis beton yang berkisar antara 1500-2500 kg/m3
Untuk beton normal, pada umumnya nilai modulus elastisitas dapat diambil sebagai berikut:

Ec = 4700√𝑓′𝑐

Anda mungkin juga menyukai