Anda di halaman 1dari 63

TEKNOLOGI SIPIL Volume 01 Nomor 1

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Mei 2017


ISSN : 2252-7613

Dewan Redaksi :

Penanggung Jawab
Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik Sipil)

Pemimpin Redaksi
Akhmad Taufiq, ST, MT

Wakil Pemimpin Redaksi


Rusfina Widayati, ST, MSc

Mitra Bestari / Reviewer


Prof. Dr- ing. Ir. Herman Parung, M.Eng (Universitas Hasanuddin)
parungherman@yahoo.co.id
Dr. Erniati, ST, MT (Universitas Fajar)
erni_nurzaman@yahoo.com
Dr. Tamrin, ST, MT (Universitas Mulawarman)
fts_tamrin@yahoo.com
Dr. Abdul Haris, ST, MT (Universitas Mulawarman)
oowaais@yahoo.com
Dr. Ery Budiman, ST, MT (Universitas Mulawarman)
eri_budiman@yahoo.com

Penyunting
Triana Sharly P. Arifin, ST, MSc

Administrator
Aspiah, SE

Alamat Redaksi

Program Studi Teknik Sipil


Fakultas Teknik Universitas Mulawarman
Kampus Gunung Kelua, Jalan Sambaliung No. 9 Samarinda 75119
Laman : http://sipil.ft.unmul.ac.id, Email : tekniksipil@ft.unmul.ac.id
Telp. (0541) 736834, Fax (0541) 749315

ii
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Editorial

Redaksi Jurnal Teknologi Sipil dalam edisi ke-1 volume 1 ini secara khusus mengucapkan terima
kasih kepada Prodi Teknik Sipil dan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman yang telah
memberikan dukungannya atas penerbitan Edisi Perdana Jurnal Teknologi Sipil. Pada
kesempatan ini pula redaksi mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah mendukung kemajuan Jurnal Teknologi Sipil. Khususnya Kepada Alm. Bapak
Akhmad Taufiq yang telah mendorong untuk terbitnya edisi perdana ini.

Diharapkan seluruh penulis makalah akan tetap setia dan konsisten dalam mempublikasikan
hasil-hasil penelitian terbaru. Selain itu kami berusaha agar lingkup edar Jurnal Teknologi Sipil
dapat semakin meluas yang pada akhirnya juga akan memacu peningkatan kualitas dari Jurnal
Teknologi Sipil.

Akhir kata, redaksi mengucapkan terima kasih atas segala bentuk kontribusi serta kritik dan
saran yang telah diberikan oleh seluruh pendukung setia jurnal ini.

Wassalam

Redaksi

iii
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Daftar Isi

Tamrin
Kajian Harga Jual Rumah Dalam Bisnis Perumahan Di Kota Samarinda ……………….….….. 1

Fachriza Noor Abdi1, Masayu Widiastuti2 , Heri Sutanto 3, S.M. Fahreza N 4


Aplikasi Serat Logam Limbah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Beton Beragregat Lokal
…………………………………………………………………………………………………………………………………………. 7

Dwi Novi Wulansari1, Milla Dwi Astari2


Analisis Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jakarta Light Rail Transit
(Jakarta LRT) …………………………………………………………………………………………………………………………….. 13

Andina Prima Putri1, Iman Satiyarno2, Suprapto Siswosukarto3


Analisis Balok Geser Kastella Menggunakan Metode Analisis Penampang dan Metode
Layer
………………………………………………………………………………………………………………………………………… 21

Rahman Satrio Prasojo


Analisa Tanggap Struktur Gedung Tinggi Terhadap Beban Gempa Statik dan Gempa Dinamil
dengan Permodelan 3 Derajat Kebebasan dan 6 Derajat Kebebasan
………………………………………………………………………………………………………………………………………… 26

Aldhi Givvari S.1, Rusfina Widayati2, Akhmad Taufiq3


Perencanaan Sirkuit Balap Motor Road Race Berstandar Nasional Di Samarinda ……… 32

Abdul Haris
Pentingnya Analisis Mekanisme Keruntuhan Pada Semua Tahapan dan Aspek Kegiatan
Konstruksi Beresiko Tinggi ………………………………………………………………………………………….. 41

Hary Christady Hardiyatmo


Metode Vacuum Preloading sebagai Salah Satu Alternatif Solusi Pembangunan Timbunan
Diatas Tanah Lunak …………………….………………………………………………………………………………… 47

iv
KAJIAN HARGA JUAL RUMAH DALAM BISNIS PERUMAHAN
DI KOTA SAMARINDA

Tamrin1
Teknik Sipil Universitas Mulawarman Samarinda,
Jl. Sambaliung No.9 Kampus Gunung Kelua, Samarinda 75119. Telp:0541-736834, Fax:0541-749315
e-mail: fts_tamrin@yahoo.com

ABSTRAK

Bisnis properti di Kota Samarinda pada lima tahun terakhir ini terlihat berkembang dengan pesat, hal ini
ditunjukkan dengan semakin banyaknya perumahan baru, baik itu perumahan yang memiliki type kelas
menengah ataupun kelas atas, hal tersebut dikarenakan semakin banyaknya investor yang berminat
untuk menanamkan modalnya di bisnis ini, karena tidak dapat dipungkiri, bahwa bisnis Perumahan ini
memiliki potensi keuntungan yang sangat menjanjikan yang dapat diperoleh oleh investor. Hal yang harus
diperhatikan saat investor menanamkan modalnya adalah informasi mengenai tingkat suku bunga bank
serta aturannya dan yang terakhir investor harus dapat menghitung dan memprediksi berapa
keuntungan nilai uang bersih yang diperoleh dengan menanamkan modal selama waktu tertentu.
Berdasarkan perhitungan yang dikukan, pelaku usaha jasa perumahan dapat memperoleh keuntungan
bersih hingga 100% jika yang perumahan yang dibangunnya laku di saat selesai pekerjaan.

Kata Kunci : Harga Jual, Perumahan,

ABSTRACT

Property business in Samarinda Town has been developed since five year ago, this thing addressed with new
housing enhacement has build in Samarinda city, including the medium type and exclusive type. It is caused
by the acreasing number of investor that interested to expand their business, so this time the property
business gives a good profit. Before start to invest in property busines, the investor have to get information
about bank interest, procedure contract with bank and profit company until project finish. Based from the
calculate, the property investor can gain a profit until 100%, if the house project sold quickly.

Keywords: Price, Housing complex,

1. Pendahuluan Untuk menanamkan modal atau berinvestasi


ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
Pertumbuhan bisnis properti bangunan Penanam modal harus mengerti dan paham
khususnya hunian perumahan dikota Samarinda terlebih dahulu mengenai besaran nilai uang
pada Lima tahun terakhir ini mulai terlihat, yang dibutuhkan untuk biaya Perencanaan,
dapat ditunjukkan dengan semakin banyaknya Pengawasan, Pelaksanaan, sistem marketing,
Perumahan Perumahan baru,baik itu Biaya pengelolaan dan Perawatan, setelah itu
Perumahan yang memiliki type kelas menengah investor juga harus mengetahui dan
ataupun kelas atas yang berkembang dengan menetapkan berapa lama waktu untuk
sangat signifikan, Hal ini dikarenakan semakin penanaman modal, investor atau penanam
banyaknya minat investor untuk menanamkan modal juga diusahakan harus mencari informasi
modalnya di bisnis ini, tidak dapat dipungkiri mengenai tingkat suku bunga KPR dan aturan
karena bisnis Perumahan ini memiliki potensi perbankan mengenai perkreditan sebagai modal
keuntungan yang sangat menjanjikan yang pertimbangan sebelum menanamkan modalnya
dapat diperoleh oleh investor yang kebisnis ini, yang terakhir investor harus dapat
menanamkan modalnya dibidang Bisnis menghitung dan memprediksi berapa
Perumahan ini. keuntungan nilai uang bersih yang diperoleh

1
dengan menanamkan modal selama waktu Teknik (Engineering) adalah Profesi dimana
tertentu. pengetahuan matematis dan sains yang
diperoleh dari studi, pengalaman, dan praktek
Beberapa hal yang sudah dijelaskan dibagian
diaplikasikan dengan pertimbangan nalar untuk
atas, Merupakan hal-hal yang apabila tidak
mengembangkan berbagai cara penggunaan
diperhitungkan dan ditetapkan terlebih dahulu
bahan dan kekuatan alam secara Ekonomis dan
akan dapat berakibat kerugian kerugian bagi
kemanfaatan bagi umat manusia. Definisi
investor seperti kerugian waktu,tenaga,dan
Tersebut memberi penekanan ilmu teknik itu
yang lebih terpenting adalah kerugian biaya
bersifat aplikasi.
yang sudah dikeluarkan (tidak akan
mendapatkan keuntungan laba bersih),kerugian Menurut E Paul Degarmo, William G.Silivan,
itu biasanya diakibatkan oleh beberapa hal, james Bontadelli, dalam buku buku Engineering
diantaranya : tidak sesuainya nilai uang yang Economy tenth Edition (Ekonomi Teknik) dalam
diinvestasikan pada saat sekarang dan versi bahasa Indonesia, Bidang Studi Ekonomi
keuntungan yang didapat oleh investor pada Teknik berurusan dengan evaluasi sistematis
tahun yang akan datang dengan lama waktu terhadap manfaat dan biaya dari proyek-proyek
pinjaman dan bunga yang telah disesuaikan yang melibatkan rancangan dan analisis
dengan aturan perbankan, Kerugian nilai uang keteknikan. Dengan kata lain, Ekonomi Teknik
yang diakibatkan oleh tidak sesuainya angsuran Mengkuantifikasi manfaat-manfaat dan biaya-
pinjaman/kredit yang diberikan perbankan biaya sehubungan dengan suatu proyek
dengan keuntungan nilai uang yang diperoleh keteknikan untuk menentukan apakah proyek-
dari Bisnis Perumahan tersebut selama waktu proyek ini menghasilkan (atau menghemat)
tertentu, Kerugian nilai uang yang diperoleh cukup banyak uang untuk membenarkan
Karena tidak adanya kemampuan membeli unit investasi modal. Dengan demikian, Ekonomi
rumah dari konsumen sebagai akibat dari Teknik memerlukan penggabungan Analisis
mahalnya harga jual unit rumah tersebut. Teknik dan kelayakan Ekonomis untuk
menetapkan arah tindakan terbaik yang harus
Untuk mencapai kondisi berinvestasi dibisnis
diambil untuk berbagai skenario Keteknikan.
Perumahan yang ideal dikota Samarinda, Maka
melalui saat ini saya mencoba mengkaji melalui Menurut Drs.M.Giatman,MSIE, Yang ditulis
Aspek Ekonomi trhadaap harga jual dalam buku berjudul Ekonomi Teknik pada
dasarnya adalah suatu ilmu Pengetahuan yang
menjelaskan bagaimana metode menilai suatu
2. Tinjauan Pustaka desain teknis direncanakan juga layak
Ekonomis/ Menguntungkan untuk
2.1. Pendekatan Ekonomi Keteknikan direalisasikan.
Menurut Gerald Thuesen, W.J Fabrycky dalam Biaya (cost) adalah semua pengorbanan yang
buku yang ditulisnya berjudul Ekonomi Teknik dibutuhkan dalam rangka mencapai suatu
Jilid 1, Aktivitas Ilmu Teknik mengenai analisis tujuan yang diukur dengan nilai uang.
dan desain tidak berakhir begitu saja. Ada
sarana untuk memuaskan keinginan manusia. Pengeluaran (expance) adalah biasanya yang
Jadi Ilmu Teknik memiliki dua hal yang harus berkaitan dengan sejumlah uang yang
diperhatikan :Bahan dan kekuatan Alam, dan dikeluarkan atau dibayarkan dalam rangka
kebutuhan Manusia karena kendala mendapatkan sesuatu hasil yang diharapkan.
sumberdaya, Ilmu Teknik harus terkait erat Cashflow adalah tata aliran uang masuk dan
dengan Ilmu Ekonomi. Penting sekali proposal uang keluar per periode waktu pada suatu
ilmu teknik dievaluasi dalam hitungan nilai perusahaan dalam suatu investasi secara umum,
manfaat dan biaya sebelum dijalankan. Cashflow akan terdiri dari empat komponen
Tujuan utama Ekonomi Teknik adalah utama, yaitu :
menyiapkan para Insinyur agar menguasai 1. Investasi
hakekat dua lingkungan aplikasi ilmu Teknik 2. Operasional Cash
Secara Efektif. 3. Maintenance Cost
4. Benefit/manfaat
Menurut Dewan Akreditasi ilmu Teknik Dan
Teknologi dalam dalam buku yang berjudul Menurut Mulyadi dalam tulisan buku yang
Ekonomi Teknik jilid I, Telah mengambil definisi berjudul Sistem Perencanaan dan Pengendalian
sebagai berikut : Manajemen, Organisasi adalah Kumpulan orang
yang memiliki kompotensi berbeda, yang

2
membangun saling ketergantungan diantara bank sering menggunakan perhitungan dengan
mereka untuk mewujudkan tujuan bersama rumus tertentu. Dalam Perhitungan tersebut
yang ingin diwujudkan oleh organisasi adalah dikenal adanya hubungan dan beberapa istilah,
penciptaan kekayaan, oleh karena itu organisasi yaitu Sebagai Berikut :
dapat dikatakan sebagai institusi penciptaan
kekayaan.
Organisasi harus melakukan tiga kegiatan
Utama berikut ini :
P
1. Mendesain Produk dan jasa yang sesuai
dengan kebutuhan Customer
2. Memproduksi barang dan jasa tersebut

A /P , i% , n
F /P i% , n
dengan Cost Efectif.

P /A
,n
3. Memasarkan produk dan jasa tersebut

, i%
, i%
secara efektif kepada Customer.

,
P /F

,n
Sistem perencanaan dan pengendalian
manajemen adalah suatu system yang
digunakan untuk merencanakan sasaran masa
depan yang hendak dicapai oleh organisasi, A/F, i%, n
Merencanakan kegiatan untuk mencapai A F/A, i%, n A
sasaran tersebut, serta mengimplementasikan
dan memantau pelaksanaan rencana yang telah Gambar 1. Penghubung antara P, F, dan A
ditetapkan, Dari definisi tersebut terdapat tiga
kesimpulan berikut : Keterangan :
1. Perencanaan Masa depan yang hendak I : Tingkat suku bunga
dicapai N : Jangka Waktu
2. Perencanaan kegiatan utama mencapai P : Present Value (nilai sekarang)
sasaran. F : Future Value (nilai yang akan datang)
3. Pengimplementasian dan pemantauan A : Anuity ( Pembagian seri merata dari
pelaksanaan Rencana. suatu Pembayaran)
Menurut Kuiper (1971) Dalam buku yang ditulis Adapun jenis-jenis perhitungan yang sering
Robert J. Kodoatie yang berjudul Ekonomi digunakan sebagai dasar analisis ekonomi
Teknik, Yaitu bahwa analisis Ekonomi Teknik Teknik dalam Proyek Perumahan adalah sebagai
pada suatu Proyek Pembangunan akan berikut :
mengarahkan penentuan dalam menentukan 1. Future Value (F), Diketahui P, i%,n
pilihan terbaik dari beberapa alternatif hasil Rumus ini biasa digunakan untuk
perencanan yang dipilih. Penentuan alternative mengetahui nilai uang pada waktu n yang
mempuntayi bentuk yang bermacam-macam. akan datang apabila diketahui besarnya uang
Alternatif ini dapat berupa perbandingan biaya pada saat ini.
dari beberapa pilihan yang direkomendasikan, F = P (1+i)n
dapat pula melibatkan unsur resiko yang (1+i)n = Faktor jumlah berganda.
mungkin terjadi, Disamping itu, Selalu 2. Present Value (P), diketahui F,i%,n
membandingkan dengan berbagai macam biaya, = Digunakan untuk mengetahui
Analisis Ekonomi juga dapat dikembangkan ( )
berdasarkan asas manfaat dari proyek itu. nilai uang pada saat sekarang, dari jumlah
yang akan datang.
Menurut Sastra M, Endi Marlina yang ditulisnya 3. Annuity (A), diketahui F, i%,n
dalam buku berjudul Perencanaan dan Untuk mengetahui besarnya Annuity (A) dari
Pengembangan Perumahan, Cost and Benefit suatu nilai yang akan datang
Analisis atau analisis manfaat dan biaya
memegang peranan yang sangat penting karena =
( )
merupakan bagian kegiatan dari evaluasi proyek
tersebut bias ditentukan apakah proyek 4. Annuity ( A ), diketahui P, i%, n
( )
tersebut merupakan suatu proyek yang layak = Digunakan untuk mengetahui
( )
dilaksanakan atau tidak.
A, deketahu P, i%,n
Dalam Melakukan perhitungan saat melayani
para pengguna jasa perbankan (nasabah KPR)

3
5. =
( )
Future Value (F), Diketahui A, data berdasarkan teori-teori yang relevan,
menganalisis dan menginterprestasikan
i%,
hasil pengolahan dengan data-data alat
6. Present Value (P) diketahui A, i%, n
analisis yang sesuai, menyimpulkan hasil
(1 + ) − 1
= sampai membuat laporan hasil penelitian
(1 + ) tersebut.
3. Tahap Evaluasi
2.2. Definisi Studi Kelayakan Bisnis Ada tiga macam Evaluasi. Pertama,
Investasi mengevaluasi usulan proyek yang didirikan
; Kedua mengevaluasi proyek yang sedang
Studi adalah usaha sadar untuk mempelajari, dibangun; dan Ketiga, Mengevaluasi proyek
memilih, menyelidiki, membaca, menganalisis, yang sudah berjalan secara rutin.
menanyakan, merenungkan, membandingkan,
memikirkan atau merefleksikan secara 4. Tahap pengurutan usulan yang layak
mendalam serta seksama. Tentang suatu hal Yaitu terdapat lebih dari satu usulan usaha
yang menjadi objek pengamatan. bisnis yang dianggap layak dan terdapat
ketrbatasan-keterbasan yang dimiliki
Kelayakan berasal dari kata layak,yang berarti manajemen untuk merealisasikan semua
segala sesuatu dari objek pengamatan yang rencana bisnis tersebut, misalnya
bersifat wajar, benar, dapat diterima, dapat keterbatasan-keterbatasan dana, maka
diperoleh, dapat diselesaikan, dapat dicapai, perlu dilakukan pemilihan-pemilihan
dapat dikerjakan, atau dapat memberikan rencana bisnis yang dianggap paling penting
kepuasan atau kenikmatan pada sipengamat direalisasikan.
atau sipermerhati.
5. Tahap rencana pelaksanaan
3. Methode Penelitian. Setelah mencari bisnis untuk direalisasikan,
perlu dibuat rencana kerja pelaksaan
Tahapan Studi Bisnis dilakukan sebagai berikut : pembangunan proyek, Mulai dari
1. Penemuan Ide menentukan jenis pekerjaaan, waktu yang
Produk yang akan dibuat haruslah dibutuhkan untuk tiap-tiap jenis pekerjaan,
berpotensi laku untuk dijual dan jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksanaan,
menguntungkan, Oleh karena itu, Penelitian ketersediaan dana, dan sumberdaya lain,
terhadap kebutuhan pasar dan jenis produk kesiapan manajemen, dan lain-lain.
dari proyek harus dilakukan. Penelitian 6. Tahap Pelaksanaan
jenis produk dapat dilakukan dengan Setelah semua persiapan yang harus
kriteria-kriteria bahwa suatu produk dibuat dikerjakan selesai disiapkan, tahap
untuk memenuhi kebutuhan pasar yang berikutnya adalah merealisasikan
masih belum dipenuhi, memenuhi pembangunan proyek tersebut. Kegiatan ini
kebutuhan manusia tapi produk tersebut membutuhkan manajemen proyek.
belum ada, dan untuk mengganti produk
yang sudah ada dengan produk lain yang 7. Identifikasi Permintaan Perumahan
mempunyai nilai lebih. Terkait dengan perwujudan rumah sebagai
pemenuhan terhadap kebutuhan tempat
2. Tahap Penelitian tingggal lebih spesifik lagi, terdapat istilah
Setelah ketiga ide proyek dipilih,selanjutnya permintaan dan perumahan dengan variasi
dilakukan penelitian yang lebih mendalam kondisi sosial, ekonomi serta budaya
dengan memakai metode ilmiah. Memulai seseorang.
dengan mengumpulkan data, lalu mengolah

4
4. Pembahasan

Gambar 3 Lokasi Rencana Perumahan

Yang harus dilakukan adalah proses


pembangunan unit Perumahan pada kawasan
Perancangan dan perhitungan serta analisa
Perumahan Grand Mahkota, Serta laba yang
biaya yang dibutuhkan untuk membangun
dapat diperoleh pada masing-masing jenis Tipe
masing masing tipe Unit yang akan dipilih untuk
unit hunian tersebut. Untuk lebih jelasnya Model
dibangun dan kemudian dipasarkan, untuk
desain Perancangan dan analisa biaya yang
memudahkan Pada proses perancangan dan
dibutuhkan untuk pembangunan dapat dilihat
perhitungan serta analisa ini, Tipe Perumahan
pada Tabel berikut ini:
ini dibagi atas Tiga kelompok (Cluster),
diantaranya: Cluster Raflesia(Untuk Tipe Hal yang harus diperhitungkan adalah sebagai
Bangunan 96), Cluster Anggrek (untuk Tipe berikut :
Bangunan 45), dan terakhir Cluster Melati ( 1. Fasilitas
untuk Tipe Bangunan 36), sehingga diharapkan = Bangunan Sekolah
dengan pengelompokkan dan pembagian = Pekerjaan Fasilitas Jalan
tersebut dapat memudahkan dalam melakukan = Pekerjaan Fasilitas PDAM
Perancangan, perhitungan dan Analisa Biaya = Fasilitas Listrik termasuk teravo
yang diperlukan untuk pelaksanaan = Fasilitas Taman

5
2. Biaya Rumah
= Struktur 5. Kesimpulan dan Saran
= Arrsitektur
= Mekanikal Eletrikal 5.1. Kesimpulan
Dari hasi seluruh hitungan diatas maka Dari hasil pembahasn diatas maka dapat
diperoleh harga dasar rumah sbb disimpulkan sbb:
1. Pengembang mempunyai keuntungan yang
Harga Type 36 sangat besar jika rumah yang dibangun laku
tepat waktu, sehingga beban bunga bank
Harga dasar Rumah 106.316.940.20 dapat tertekan
IMB 3% 3.279.508.21 2. Harga rumah yang dijual oleh depelover
PPN 10% 10.9311.694.02 adalah harga total, termasuk seluruh fasilitas
Jumlah 112.596.443.41 yang dibangun oleh pengembang.
Dibulatkan 112.600.000.00 3. Semakin besar type rumah maka akan
semakin besar biaya fasilitas yang
Harga Type 45 dibebankan sehinggan harga jualnya semakin
besar.
Harga dasar Rumah 112.474.492.12
IMB 3% 3.374.234.75 5.2. Saran
PPN 10% 11.247.449.21
Jumlah 115.848.726.88 1. Agar rumah dapat laku tepat waktu maka
Dibulatkan 115.900.000.00 pemilihan lokasi perumahan menjadi factor
yang sangat menentukan
Harga Type 96
DAFTAR PUSTAKA
Harga dasar Rumah 163.852.784.23
1. Adiyono, 2006, Menghitung konstruksi Beton,
IMB 3% 4.915.583.53
Griya Kreasi, Jakarta
PPN 10% 16.385.278.42
2. Departemen Pekerjaan Umum, 1987,
Jumlah 168.768.376.75 Petunjuk Perencanaan Kawasan Perumahan
Dibulatkan 170.000.000.00 Kota, Yayasan Badan Penerbit PU, Jakarta
3. H.Kerzner, Liman Soeharto, 1995, Manajemen
Hasil survai harga jual rumah di pengembang Proyek, Erlangga, Jakarta
samarida sebagai berikut : 4. Angus J Macdonald, 2000, Struktur &
Type Luas tanah Harga Arsitektur Edisi ke dua, Erlangga, Jakarta.
5. Drs.G.Bie Weking, 1993, Perancangan Rumah
36 90 238.000.000
Tinggal, PT Aksara Media, Jakarta.
45 120 371.000.000
6. Kamaruddin Ahmad, S.E, 1996, Dasar-dasar
96 200 693.000.000
Manajemen Investasi, Rineka Cipta,
Palembang.
7. Drs.Abdul Halim,MM, AK, 2005, Analisis
Investasi, Salemba Empat, Malang.
8. Husein Umar, 2003, Studi Kelayakan Bisnis
Edisi 2, PT GramediaPustaka Utama, Jakarta.
9. Suparno sastra. M, Endi Marlin, 2005,
Perencanaan dan Pengembangan Perumahan,
Andi, Yogyakarata.
10. Gerald J.Thuesen, W.J Fabriycky, 2001,
Dari hasil perbandingan diatas diketahui bahwa Ekonomi Teknik Jilid 1, Prenhalindo, Jakarta.
margin yang diambil oleh pengembang berada 11. E.Paul De Garmo, William G.Sullivan, James A
antara 100% sampai dengan 120% BontadelliElin M Wicks, 2005, Ekonomi
Margin itu berupa : Teknik Versi Indonesia, Andi, Yogyakarata.
1. Bunga Bank 12. Drs.M.Giatman, MSIE,2005, Ekonomi Teknik,
2. Biaya operasional Kantor Pengembang PT.Rajagrafindo Persada, Jakarta.
3. Keuntungan Pengembang

6
APLIKASI SERAT LOGAM LIMBAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN
MUTU BETON BERAGREGAT LOKAL

Fachriza Noor Abdi1, Masayu Widiastuti2, Heri Sutanto3, S.M. Fahreza N4


Teknik Sipil Universitas Mulawarman Samarinda
Jalan Sambaliung No. 9 Kampus Gunung Kelua, Samarinda 75119. Telp: 0541-736834, Fax: 0541-749315
e-mail: fnabdi@yahoo.com

ABSTRAK

Beton merupakan salah satu bahan yang umum digunakan untuk konstruksi bangunan. Beton dengan
kualitas baik sangat mendukung struktur bangunan teknik sipil serta dapat menghasilkan bangunan yang
lebih kuat dan kokoh sehingga aspek keselamatan lebih terjamin. Salah satu usaha untuk meningkatkan
dan memperbaiki kinerja beton adalah dengan menambah bahan tambah pada campuran beton. Misalnya
dengan menambahkan serat logam limbah kaleng. Penambahan serat logam limbah kaleng diharapkan
dapat memberikan kontribusi positif terhadap beton yaitu dengan menambah kemampuan tarik serat
pada beton sehingga dapat meningkatkan kuat tekan beton. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
seberapa banyak pengaruh penambahan serat logam limbah kaleng terhadap kuat tekan dan mengetahui
kadar optimum serat logam limbah kaleng terhadap campuran beton. Pengujian kuat tekan menggunakan
total 36 sampel terdiri dari beton normal dan 5 variasi kadar serat logam limbah kaleng mulai dari 2,3%;
2,4%; 2,5%; 2,6%; 2,7%. Dimana sebanyak 3 buah sampel untuk masing – masing uji sampel. Perancangan
campuran menggunakan metode standar SK SNI T-15-1990-03. Semua sampel dibuat dengan
menggunakan cetakan kubus dengan dimensi 150 mm x 150 mm x 150 mm. Pengujian akan dilakukan
pada umur 14 dan 28 hari. Berdasarkan analisis data dari hasil pengujian kuat tekan, nilai untuk masing –
masing beton normal dan variasi serat logam 2,3%; 2,4%; 2,5%; 2,6%; 2,7% berturut – turut pada umur
14 hari adalah 16,230Mpa; 19,589 Mpa; 19,044 Mpa; 18,806 Mpa; 18,297 dan 19,595 Mpa. Nilai kuat
tekan pada umur 28 hari adalah 19,522 Mpa; 21,075 Mpa; 26,981 Mpa; 24,201 Mpa; 21,792 dan 21,075
Mpa. Dengan kuat tekan maksimum yaitu 24,77805 Mpa pada kadar optimum 2,4628%.

Kata Kunci : Beton, Bahan Tambah, Serat Logam Limbah Kaleng, Kuat Tekan.

ABSTRACT

Concrete is one of the common material used for building construction. A good quality concrete support for
building structure, and give building strength and firness, this it gives safety and security for the building.
One of the way to increase and improve the concrete is admixture added to concrete mixed. The canned waste
metal fibers is added in this research. The addition of canned waste metal fibers is expected to have positive
correlation with concrete compressive strength by gave adhession to concrete mixed. The research aim is to
know how much the effect which of addition canned waste metal fibers to concrete compressive strength and
the optimum level canned waste metal fibers additon to concrete mixed. The compressive strength test
conducted in this research, it is used 36 samples consist of a normal concrete and 4 variety of canned waste
metal fibers content such 2,3%; 2,4%; 2,5%; 2,6%; 2,7%, with 3 samples for each sample test. The mix design
using SK SNI T-15-1990-03 standard method. And all of the samples will be made by using cube mold with
dimension of 150 mm x 150 mm x 150 mm. The test took 14 and 28 days. Based on data analysis of the
compressive strength test result, shows for each a normal concrete and canned waste metal fibers variety
2,3%; 2,4%; 2,5%; 2,6%; 2,7% on 14 day in a row was 16,230Mpa; 19,589 Mpa; 19,044 Mpa; 18,806 Mpa;
18,297 MPa and 19,595 Mpa. The compressive strength at 28 day was 19,522 Mpa; 21,075 Mpa; 26,981 Mpa;
24,201 Mpa; 21,792 MPa and 21,075 Mpa. With the increase in the maximum compressive strength is
24,77805 Mpa at the optimum level of 2,4628%.

Key Words : Concrete, Admixture, Canned Waste Metal Fibers, Compressive Strength

1. Pendahuluan peningkatan, hal ini tidak lepas dari tuntutan


dan kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas
Teknologi beton dalam bidang konstruksi di infrastruktur yang semakin maju, seperti
Indonesia terus menerus mengalami

7
jembatan, bangunan gedung bertingkat tinggi, energi, kita juga dapat menggunakan bahan
dan fasilitas lainnya. Hal ini mendorong adanya tambah dalam campuran beton yang dapat
kebutuhan akan teknologi konstruksi yang tepat menghemat biaya dan bahan, misalnya
guna baik secara teknis maupun jika ditinjau pemanfaatan limbah logam.
dari sisi ekonomis. Banyak kajian dan penelitian
Limbah logam merupakan bahan limbah dari
yang dilakukan untuk mendapat spesifikasi
bekas kaleng tempat susu, minuman, cat, limbah
konstruksi yang kuat dan hemat, tidak terkecuali
bubut dan lain lain yang banyak di jumpai di
pada beton yang merupakan komponen yang
daerah Samarinda. Limbah kaleng dapat diubah
hampir selalu digunakan pada setiap konstruksi.
menjadi serat kaleng yang merupakan bahan
Beton digunakan sebagai struktur dalam serat yang dibuat dari kaleng bekas yang di
konstruksi teknik sipil, dapat dimanfaatkan modifikasi menjadi serat-serat kecil dengan
untuk banyak hal. Dalam teknik sipil struktur ukuran tertentu dan dapat di jadikan salah satu
beton digunakan untuk bangunan pondasi, alternatif untuk meningkatkan kualitas beton.
kolom, balok, pelat atau pelat cangkang. Dalam Penambahan serat secara normal akan
teknik sipil hidro, beton digunakan untuk memperbaiki kekuatan fisik beton. Tergantung
bangunan air seperti : bendungan, saluran, dan pada faktor seperti semen-air, kualitas pasir, air
drainase perkotaan. Beton juga digunakan dalam dan agregat.
teknik sipil transportasi untuk pekerjaan rigid
pavement (lapis keras permukaan yang kaku), 1.1 Rumusan Masalah
saluran samping, gorong-gorong, dan lainnya.
Adapun rumusan-rumusan masalah dalam
Jadi beton hampir digunakan dalam semua
penelitian ini adalah sebagai berikut :
aspek ilmu teknik sipil. Artinya, semua struktur
1. Seberapa besar pengaruh penambahan
dalam teknik sipil akan menggunakan beton
bahan tambah limbah kaleng ini terhadap
minimal dalam pekerjaan pondasi.
kuat tekan beton dengan agregat halus pasir
Struktur beton dapat didefinisikan sebagai mahakam dan agregat kasar koral palu.
bangunan beton yang terletak di atas tanah yang 2. Seberapa besar komposisi optimum bahan
menggunakan tulangan atau tidak menggunakan tambah kaleng ini pada campuran beton.
tulangan. Struktur beton sangat dipengaruhi 3. Perubahan kekuatan tekan beton
oleh komposisi dan kualitas bahan-bahan berhubungan dengan jumlah presentase (%)
pencampur beton, yang dibatasi oleh penambahan limbah kaleng ini pada
kemampuan kuat tekan beton seperti yang campuran beton.
tercantum dalam perencanaan. Hal tersebut
Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada
bergantung pada kemampuan daya dukung
:
tanah (supported by soil), kemampuan struktur
a. Kuat tekan yang direncanakan adalah K-
yang lain atau kemampuan struktur atasnya
250.
(vertical support).
b. Penggunaan bahan tambah kaleng dengan
Pada umumnya beton terbentuk dari tiga bahan ukuran 1 × 30 mm2.
campuran utama yaitu semen, agregat, dan air. c. Menggunakan metode SKSNI T-15-1990-03
Terkadang adapula pemberian bahan tambah dan PBI 1970.
atau bahan pengganti yang diperlukan pada d. Pengujian beton normal dilakukan pada
campuran beton untuk mengubah sifat-sifat dari umur beton 14 dan 28 hari dan masing-
beton tersebut. Beberapa penelitian yang masing terdiri dari 3 buah benda uji.
dilakukan oleh peneliti beton terdahulu e. Pengujian beton yang menggunakan kaleng
menghasilkan bahwa beton yang menggunakan dilakukan pada umur beton 14 dan 28 hari
agregat lokal (pasir mahakam) tidak dapat dan masing-masing terdiri dari 3 buah
mencapai kekuatan tekan yang direncanakan. benda uji. Dengan persentase penambahan
serat logam kaleng limbah sebanyak 2,3%,
Di Indonesia bahan tambahan telah banyak
2,4%, 2,5%, 2,6% dan 2,7% dari berat
digunakan, manfaat dari bahan tambahan
semen.
tersebut perlu dibuktikan dengan menggunakan
f. Benda uji yang digunakan berbentuk kubus
bahan agregat dan jenis semen yang sama
ukuran 15x15x15 cm3 sebanyak 36 buah
dengan bahan yang dipakai di lapangan. Bahan
benda uji, terdiri dari 30 buah benda uji
tambah digunakan untuk memodifikasi sifat dan
pada umur 14 dan 28 hari, dan 3 buah
karakteristik dari beton misalnya untuk
benda uji untuk beton normal.
meningkatkan kekuatan tekan beton,
g. Material yang di gunakan : Semen Tonasa,
memperbaiki kinerja workability atau untuk
Koral Palu, Pasir Mahakam dan serat logam
tujuan lain yaitu penghematan energi. Namun
dari Kaleng.
selain memperbaiki kinerja dan penghematan

8
2. Tinjauan Pustaka silinder dengn diameter 150 mm dan
tinggi 300 mm (Mpa).
Pada umumnya beton terbentuk dari tiga bahan f’c : Kekuatan tarik dari hasil uji belah
campuran utama yaitu semen, agregat, dan air. silinder beton (Mpa).
Terkadang adapula pemberian bahan tambah f’cr : Kekuatan tekan beton rata-rata yang
atau bahan pengganti yang diperlukan pada dibutuhkan, sebagai dasar pemilihan
campuran beton untuk mengubah sifat-sifat dari perancangan campuran beton (Mpa).
beton tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh S : Deviasi standar (s) (Mpa).
peneliti beton terdahulu menghasilkan suatu
kontradiksi. Untuk menghasilkan beton dengan Departemen Pekerjaan Umum dalam Pedoman
kekuatan tekan tinggi, penggunaan air atau Beton 1989, LPMB 1991 Pasal 4.1.2.1
faktor air terhadap semen haruslah kecil, memberikan hubungan kuat tekan didasarkan
sayangnya hal tersebut akan menyebabkan pada hasil uji kuat tekan silinder. Jika
kesulitan dalam pengerjaan. Kini dengan menggunakan kuat tekan dengan hasil uji kubus
kemajuan teknologi, hal tersebut tidak lagi bersisi 150 mm, maka hasilnya harus dikonversi
menjadi masalah setelah ditemukannya bahan menggunakan persamaan: dalam persamaan
tambah atau bahan ganti untuk campuran beton. (2.1).

  f 
f 'ck  0,76  0,2.Log ck  f ck
  15  ....................…...(2.1)

Beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan


tekan betonada empat bagian utama yang
mempengaruhi mutu dari kekuatan tekan beton
tersebut, yaitu :
1. Proporsi bahan – bahan penyusunnya
2. Metode pencampuran
3. Perawatan
Gambar 2.1 Proses terjadinya beton 4. Keadaan pada saat pengecoran
dilaksanakan, yang terutama dipengaruhi
Proses awal terjadinya beton adalah pasta oleh lingkungan setempat.
semen yaitu proses hidrasi antara air dengan
semen, selanjutnya jika ditambahkan dengan Semen merupakan bahan campuran yang secara
agregat halus menjadi mortar dan jika kimiawi aktif setelah berhubungan dengan air.
ditambahkan dengan agregat kasar menjadi Agregat tidak memainkan peranan yang penting
beton. Penambahan material lain akan dalam reaksi kimia tersebut, tetapi berfungsi
membedakan jenis beton, misalnya yang sebagai bahan pengisi mineral yang dapat
ditambahkan adalah tulangan baja akan mencegah perubahan-perubahan volume beton
terbentuk beton bertulang. Proses terjadinya setelah pengadukan selesai dan memperbaiki
beton dapat dilihat pada Gambar 2.1. keawetan beton yang dihasilkan (Mulyono,
2005).
Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu
dari sebuah struktur. Jadi semakin tinggi tingkat Kandungan agregat dalam campuran beton
kekuatan struktur yang dikehendaki, maka biasanya sangat tinggi. Berdasarkan pengalaman,
semakin tinggi pula mutu beton yang dihasilkan. komposisi agregat tersebut berkisar 60% - 70%
Kuat tekan beton yang diisyaratkan fc adalah dari berat campuran beton. Walaupun fungsinya
kuat tekan beton yang ditetapkan oleh hanya sebagai pengisi, tetapi karena
perencana struktur (benda uji berbentuk komposisinya yang cukup besar, agregat ini pun
silinder diameter 150 mm dan tinggi 300 mm), menjadi penting. Karena itu perlu dipelajari
dipakai dalam perencanaan struktur beton, karakteristik agregat yang akan menentukan
dinyatakan dalam Mega Paskal atau Mpa (SK sifat mortar atau beton yang akan dihasilkan
SNI-T-15-1991-03). (Mulyono, 2005:65).
Kekuatan tekan beton dinotasikan sebagai Air diperlukan pada pembuatan beton untuk
berikut (PB, 1989 : 16). memicu proses kimiawi semen, membasahi
f’c : Kekuatan tekan beton yang disyaratkan agregat dan memberikan kemudahan
(Mpa). dalamngerjaan beton. Air yang dapat
f’ck : Kekuatan tekan beton yang didapatkan diminumumumnya dapat digunakan sebagai
dari hasil uji kubus 150 mm atau dari campuran beton. Air yang mengandung
senyawa-senyawa berbahaya, yang tercemar

9
garam, minyak, gula, atau bahan kimia lainnya,
bila dipakai dalam campuran beton akan
menurunkan kualitas beton, bahkan dapat
mengubah sifat-sifat beton yang dihasilkan.

2.1 Bahan Tambah

Admixture adalah bahan-bahan yang


ditambahkan kedalam campuran beton pada
saat atau selama pencampuran berlangsung.
Fungsi dari bahan ini adalah untuk mengubah Gambar. 2.2 Limbah Logam (Kaleng Minuman).
sifat-sifat dari beton agar menjadi lebih cocok
untuk pekerjaan tertentu, atau untuk Aluminium bertindak sebagai konduktor yang
menghemat biaya. sangat baik listrik dan panas, tetapi non-
magnetik. Ketika aluminium terkena udara,
Di Indonesia bahan tambah telah banyak lapisan tipis aluminium oksida terbentuk pada
dipergunakan. Manfaat dari bahan tambah ini permukaan logam. Hal ini untuk mencegah
perlu dibuktikan dengan menggunakan bahan korosi dan berkarat.
agregat dan jenis semen yang sama dengan
Karakteristik penting lainnya dari aluminium
bahan yang akan dipakai di lapangan.
termasuk kepadatan rendah (yang hanya sekitar
Penambahan bahan tambah dalam sebuah tiga kali lipat dari air), daktilitas (yang
campuran beton atau mortar tidak mengubah memungkinkan untuk ditarik ke dalam kawat),
komposisi yang besar dari bahan yang lainnya, dan kelenturan (yang berarti dapat dengan
karena penggunaan bahan tambah ini cenderung mudah dibentuk menjadi lembaran tipis).
merupakan bahan pengganti atau subtitusi dari
dalam campuran beton itu sendiri. Karena 3. Metodologi Penelitian
tujuannya memperbaiki atau mengubah sifat Pelaksanaan penelitian dilakukan di
dan karakteristik tertentu dari beton atau Laboratorium Rekayasa Sipil Fakultas Teknik
mortar yang akan dihasilkan, maka Universitas Mulawarman dengan tahapan
kecenderungan perubahan komposisi dalam sebagai berikut:
berat volume tidak terasa scara langsung 1. Persiapan bahan meliputi pemotongan
dibandingkan dengan komposisi awal beton kaleng limbah menjadi serat logam dan
tanpa bahan tambah. persiapan bahan penyusun beton.
2. Pemeriksaan material bahan penyusun
Penambahan biaya mungkin baru terasa efeknya
beton.
pada saat pengadaan bahan tambah tersebut
3. Perancangan campuran beton.
yang meliputi biaya transportasi,
4. Pembuatan benda uji, meliputi pencampuran,
penempatannya di lapangan dan biaya
pengadukan, uji kelecakan campuran dengan
penyelesaian akhir beton tersebut. Jadi
pengujian slump, percetakan serta
pertimbangan biaya diluar dari biaya yang
perawatannya.
langsung tetap menjadi perhatian dalam aspek
5. Pengujian kuat tekan.
ekonominya.
Bahan penyusun beton yang digunakan adalah:
2.2 Kaleng 1. Semen Portland Tipe I merk Tonasa
2. Agregat Kasar Palu
Kaleng adalah lembaran baja yang disalut timah.
3. Agregat Halus Pasir Tenggarong
Bagi orang awam, kaleng sering diartikan
4. Air
sebagai tempat penyimpanan atau wadah yang
5. Serat Logam dari Kaleng Limbah.
terbuat dari logam dan digunakan untuk
mengemas makanan, minuman atau produk lain. Bahan tambah yang digunakan adalah serat
Dalam pengertian ini, kaleng juga termasuk logam ukuran 1x30 mm2.
wadah yang terbuat dari aluminium. Dalam
kondisi standar aluminium adalah logam yang Pembuatan sampel beton dilakukan sesuai
cukup lembut, kuat, dan ringan. Warnanya abu dengan metode standar SK SNI T-15-1990-03.
keperakan. Aluminium murni adalah unsur yang Sampel beton dibuat dengan menggunakan
sangat reaktif dan jarang ditemukan di Bumi cetakan kubus dimensi 150 mm x 150 mm x 150
dalam bentuk bebas. mm, sebanyak 3 sampel setiap pengujian.
Digunakan 5 variasi kadar serat logam yang
digunakan yaitu 2,3%, 2,4%, 2,5%, 2,6% dan

10
2,7%. Sebagai pembanding dibuat pula sampel Dari hasil pengujian kuat tekan pada tabel 4.3,
beton normal. Pengujian akan dilakukan pada diperoleh hasil bahwa nilai kuat tekan beton
umur 14 dan 28 hari. dengan penambahan serat logam limbah kaleng
memiliki nilai kuat tekan yang belum mencapai
4. Pembahasan Dan Analisis kuat tekan beton yang direncanakan yaitu
sebesar 20,75 MPa seperti yang terlihat pada
Pengujian kuat tekan beton dilakukan dengan gambar 4.2.
menggunakan mesin uji tekan pada umur 14 dan
28 hari. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat Tabel 4.4 Hasil kuat tekan beton dengan penam-
pada grafik berikut. bahan serat logam limbah kaleng umur 28 hari
Variasi Limbah Kode Kuat Tekan Kuat Tekan Rata- Standar Faktor f'c = f'cr - (S x
Kaleng Kubus (f'c) (MPa) rata (f'cr) (MPa) xi - x rata-rata (xi - x rata-rata)2 Jumlah Deviasi Pengali k)
(∑)
(%) Beton xi x rata-rata (S) (k) (MPa)
N4 18,63 -1,25 1,57
0 N5 20,21 19,88 0,33 0,11 2,53 0,92 0,39 19,522
N6 20,80 0,92 0,85
A4 20,80 -0,40 0,16
2,3 A5 21,20 21,20 0,00 0,00 0,32 0,32 0,39 21,075
A6 21,60 0,40 0,16
B4 27,44 0,13 0,02
2,4 B5 26,22 27,31 -1,08 1,17 2,09 0,84 0,39 26,981
B6 28,26 0,95 0,90
C4 25,82 1,01 1,01
2,5 C5 26,02 24,81 1,21 1,46 7,38 1,57 0,39 24,201
C6 22,60 -2,21 4,90
D4 22,00 0,13 0,02
2,6 D5 22,00 21,87 0,13 0,02 0,11 0,19 0,39 21,792
D6 21,60 -0,27 0,07
D4 20,80 -0,40 0,16
2,7 D5 21,20 21,20 0,00 0,00 0,32 0,32 0,39 21,075
D6 21,60 0,40 0,16

Gambar 4.1 Grafik kuat tekan beton normal

dapat dilihat pada gambar 4.1 bahwa pada umur


14 hari dan pada umur 28 hari benda uji beton
normal tanpa penambahan serat logam limbah
kaleng tidak mencapai kekuatan tekan beton
yang direncanakan yaitu sebesar 20,75 MPa.

Tabel 4.3 Hasil kuat tekan beton dengan penam-


bahan serat logam limbah kaleng umur 14 hari
Variasi Limbah Kode Kuat Tekan Kuat Tekan Rata- Standar Faktor f'c = f'cr - (S x
Kaleng Kubus (f'c) (MPa) rata (f'cr) (MPa) xi - x rata-rata (xi - x rata-rata)2 Jumlah Deviasi Pengali k)
(∑)

Gambar 4.3 Grafik nilai kuat tekan beton dengan


(%) Beton xi x rata-rata (S) (k) (MPa)
N1 16,48 0,00 0,00
0 N2 17,26 16,48 0,78 0,61 1,21 0,64 0,39 16,230 penambahan serat logam limbah kaleng umur 28 hari
N3 15,70 -0,78 0,60
A1 18,83 -1,05 1,11

Dari hasil pengujian kuat tekan pada tabel 4.4,


2,3 A2 20,41 19,88 0,53 0,28 1,67 0,75 0,39 19,589
A3 20,41 0,53 0,28

diperoleh hasil bahwa nilai kuat tekan beton


B1 18,04 -1,45 2,09
2,4 B2 20,80 19,49 1,32 1,74 3,84 1,13 0,39 19,044

dengan penambahan serat logam limbah kaleng


B3 19,61 0,13 0,02
C1 19,81 0,79 0,62

sebesar 2,4% memiliki nilai kuat tekan yang


2,5 C2 18,63 19,02 -0,39 0,16 0,93 0,56 0,39 18,806
C3 18,63 -0,39 0,16

lebih tinggi diantara persentase penambahan


D1 18,04 -0,46 0,21
2,6 D2 18,24 18,50 -0,26 0,07 0,80 0,52 0,39 18,297

serat logam lainnya seperti yang terlihat pada


D3 19,22 0,72 0,52
D1 19,81 -0,07 0,00

gambar 4.3 yaitu dengan nilai 26,981 Mpa.


2,7 D2 20,80 19,88 0,92 0,85 1,59 0,73 0,39 19,595
D3 19,02 -0,86 0,73

Gambar 4.4 Grafik perbandingan nilai kuat tekan


Gambar 4.2 Grafik nilai kuat tekan beton dengan beton dengan penambahan serat logam limbah
penambahan serat logam limbah kaleeng umur 14 hari kaleng umur 14 dan 28 hari

11
Dari hasil pengujian seperti yang terlihat pada DAFTAR PUSTAKA
grafik di atas, menunjukkan bahwa nilai kuat
tekan beton yang dihasilkan telah mencapai nilai Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian
kuat tekan yang direncanakan yaitu 20,75 MPa. Dan Pengembangan PU, Standar Nasional
Penambahan serat logam limbah kaleng sebesar Indonesia, Metode Pengujian Tentang Analisis
2,4% pada umur 28 hari memiliki nilai kuat Saringan Agregat Kasar dan Halus. SNI 03-1968-
tekan tertinggi diantara persentase penambahan 1990.
serat logam lainnya seperti yang terlihat pada Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian
gambar 4.4 yaitu 26,981 Mpa. Dan Pengembangan PU, Standar Nasional
Berdasarkan data hasil kuat tekan beton dengan Indonesia, Metode Pengujian Berat Jenis dan
penambahan serat logam limbah kaleng pada Penyerapan Air Agregat Halus. SNI 03-1970-
umur 28 hari diperoleh grafik polynomial seperti 1990.
pada gambar 4.4 dengan persamaan garis Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian
= −0,7966 + 5,7801 + 14,293. Dari Dan Pengembangan PU, Standar Nasional
persamaan garis tersebut dapat dicari nilai Indonesia, Metode Pengujian Berat Jenis dan
kadar optimum serat logam limbah kaleng Penyerapan Air Agregat Kasar. SNI 03-1969-
tersebut. 1990.
Jadi, kadar optimum dari penambahan serat Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian
logam limbah kaleng pada campuran beton yaitu Dan Pengembangan PU, Standar Nasional
2,4628% dengan nilai kuat tekan beton sebesar Indonesia, Metode Pengujian Kadar Air Agregat.
24,77805 Mpa. SNI 03-1971-1990.
Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian
5. Kesimpulan
Dan Pengembangan PU, Standar Nasional
1. Penambahan limbah serat logam dari kaleng Indonesia, Metode Pengujian Slump. SNI 03-
minuman hingga pada kadar tertentu pada 1972-1990.
campuran beton dengan agregat halus pasir
Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian
2. Mahakam dan agregat kasar Palu
Dan Pengembangan PU, Standar Nasional
mengakibatkan peningkatan kuat tekan.
Indonesia, Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.
Setelah mencapai nilai kuat tekan beton
SNI 03-1974-1990.
maksimum, penambahan limbah serat
logam dari kaleng minuman selanjutnya Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian
mengakibatkan penurunan nilai kuat tekan Dan Pengembangan PU, Standar Nasional
beton. Indonesia, Metode Pengujian Keausan Agregat
3. Kadar optimum penambahan limbah serat Mesin Abrasi Los Angeles. SNI 03-2417-1991.
logam dari kaleng minuman pada campuran
Mulyono, Tri., 2004, TEKNOLOGI BETON, Edisi II,
beton dengan agregat halus pasir Mahakam
Yogyakarta: Andi
dan agregat kasar Palu adalah 2,4628%
dengan kuat tekan 24,77805 Mpa. Nugraha, P., dan Antoni., 2007, TEKNOLOGI
4. Pengaruh penambahan limbah serat logam BETON (dari Material, Pembuatan, ke Beton
dari kaleng minuman menunjukkan Kinerja Tinggi), Yogyakarta: Andi
perubahan kuat tekan antara beton normal
Rahmadiyanto, C., Samekto, W., 2005,
dengan beton yang telah di tambahi dengan
TEKNOLOGI BETON, Yogyakarta: Kanisius
persentase bahan tambah limbah kaleng
2.3% , 2,4%, 2,5%, 2,6% dan 2,7%. Dimana Sunggono, K., 1995, Teknik Sipil, Bandung: Nova
kuat tekan yang dihasilkan dari
penambahan bahan tambah lebih tinggi dari
beton normal yang direncanakan.

12
ANALISIS ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP)
PENGGUNA JAKARTA LIGHT RAIL TRANSIT (JAKARTA LRT)

Dwi Novi Wulansari1, Milla Dwi Astari2


1Program Studi Teknik Sipil, Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, Jl. Sunter Permai Raya, Jakarta
Email: nop_phi13@yahoo.com
2Program Studi Teknik Sipil, Universitas Yapis Papua, Jl. DR. Sam Ratulangi No. 11 Dock V, Jayapura

Email: mdwiastari@gmail.com

ABSTRAK

Salah satu bentuk usaha Pemerintah untuk meningkatkan pelayanan angkutan umum adalah dengan
membangun Jakarta Light Rail Transit (Jakarta LRT). Tarif Jakarta LRT merupakan salah satu kebijakan
perlu dikaji agar penyediaan layanan angkutan sesuai kemampuan beli masyarakat dengan tetap
memperhatikan kelangsungan hidup dan pengembangan usaha Jakarta LRT. Tujuan penelitian ini adalah
menentukan besaran tarif Jakarta LRT yang mempertimbangkan kemampuan membayar (Ability to Pay,
ATP) dan kesediaan membayar (Willingness to Pay, WTP) calon pengguna (user). Pada penelitian ini
analisis nilai ATP menggunakan metode biaya perjalanan (Travel Cost Method, TCM) dan nilai WTP
menggunakan pendekatan Discrete Choice Analysis dengan model logit binomial. Pengguna moda yang
ditinjau adalah pengguna sepeda motor, mobil (pribadi), bus Transjakarta dan KRL-Commuter
Jabodetabek. Hasil analisis keempat pengguna moda yang ditinjau menunjukkan bahwa nilai WTP lebih
kecil daripada nilai ATP, hal ini menunjukan bahwa kesediaan membayar pengguna moda lebih kecil
daripada kemampuan membayarnya. Selain itu, nilai WTP sepeda motor lebih kecil daripada nilai WTP
mobil, bus dan KRL. Sehingga WTP sepeda motor dapat dijadikan batasan tertinggi tarif Jakarta LRT.

Kata Kunci : Kemampuan Membayar, Kemauan Membayar, Tarif

ABSTRACT

One of the Government's efforts to improve public transport services is to build Jakarta Light Rail Transit
(Jakarta LRT). The Jakarta LRT tariff is one of the policies that need to be studied in order to provide
transportation service in accordance with the purchasing ability of the community while maintaining the
survival and development of the Jakarta LRT business. The purpose of this research is to determine the tariff
of Jakarta LRT which consider Ability to Pay (ATP) and Willingness to Pay (WTP) from potential users. In this
research, ATP value analysis using Travel Cost Method (TCM) and WTP value using Discrete Choice Analysis
approach with binomial logit model. Users of the modes reviewed are users of motorcycles, cars, Transjakarta
buses and KRL-Commuter Jabodetabek. The analysis of the four users reviewed indicates that the WTP value
is less than the ATP value, indicating that the willingness to pay users is less than the ability to pay. In
addition, the WTP value of motorcycles is smaller than the WTP value of cars, buses and KRLs. So the value of
WTP motorcycles can be used as the highest limit of Jakarta LRT tariff.

Keywords: Ability To Pay, Willingness To Pay, Tariff

1. Pendahuluan tersebut ibarat sebuah alat transportasi yang


diperuntukan bagi masyarakat yang memang
Salah satu indikator penujang efisiensi kegiatan tidak memiliki alternatif pilihan (captive)
ekonomi adalah kondisi pelayanan transportasi sehingga harus menanggung seluruh akibat yang
yang baik dengan kapasitas yang mencukupi. timbul dari pengoperasian angkutan umum.
Akan tetapi, saat ini penggunaan moda Kendaraan yang tidak layak, resiko kecelakaan,
transportasi umum di Indonesia dirasakan waktu tunggu yang lama, berdesak-desakan,
masih belum mampu memfasilitasi pergerakan tindakan premanisme sampai dengan tindakan
yang terjadi secara efisien. Angkutan umum kriminal dan polusi adalah beberapa

13
permasalahan sehari-hari yang harus dihadapi sisi yang lain dapat berarti alat untuk
oleh sebagian besar masyarakat pengguna mendorong masyarakat menggunakan
angkutan umum. kendaraan umum dan mengurangi penggunaan
kendaraan pribadi dan sisi lain dapat digunakan
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan
untuk mengarahkan perkembangan wilayah dan
tersebut perlu peran aktif dari pihak-pihak yang
kota (Warpani, 2002). Kebijakan tarif perlu
terkait sebagai stakeholders dalam dalam
dilakukan karena tidak semua kalangan
penyelenggaraan angkutan umum. Salah satu
memiliki persepsi yang sama mengenai
bentuk usaha Pemerintah untuk meningkatkan
penentuan tarif dan belum tentu semua
pelayanan angkutan umum adalah dengan
golongan masyarakat akan mampu menjangkau
membangun Jakarta Light Rail Transit (Jakarta
tarif yang akan ditetapkan. Menurut Suprijadi
LRT). Jakarta Light Rail Transit (Jakarta LRT)
(1991) dalam Warpani (2002), kebijakan tarif
sebagai sistem Mass Transit dengan kereta api
yang berlaku di Indonesia mengacu pada
ringan (LRT) direncanakan akan dibangun di
pendekatan berikut :
DKI Jakarta, dan akan menghubungkan DKI
1. Pendekatan penyedia jasa
Jakarta dengan kota-kota disekitarnya seperti
2. Pendekatan pengguna jasa
Bekasi dan Bogor. Pembangunan LRT ini lebih
3. Pendekatan pemerintah
mudah terintegrasi dengan moda lainnya,
seperti MRT dan KRL.
2.2. Konsep Ability To Pay (ATP)
Dalam rangka mendukung pembangunan LRT,
Ability To Pay (ATP) adalah kemampuan
diperlukan beberapa kebijakan perlu
seseorang untuk membayar jasa pelayanan yang
diperhatikan, termasuk penentuan tarif yang
diterimanya berdasarkan penghasilan yang
akan diberlakukan. Tarif LRT haruslah
dianggap ideal. Analisis ATP dapat dilakukan
terjangkau oleh masyarakat, dalam artian
dengan pendekatan metode valuasi ekonomi
penyediaan layanan angkutan sesuai dengan
(economic valuation method). Salah satu metode
tingkat daya beli masyarakat dengan tetap
yang digunakan dalam menganalisa nilai ATP
memperhatikan kelangsungan hidup dan
yaitu metode biaya perjalanan (Travel Cost
pengembangan usaha layanan jasa angkutan
Method, TCM). Metode TCM mengasumsikan
tersebut. Dari uraian diatas, penulis mencoba
bahwa demand perjalanan menuju lokasi
untuk menganalisis tarif LRT dengan
tertentu tergantung pada biaya perjalanan,
pendekatan metode Ability To Pay (ATP) dan
pendapatan, karakteristik situs, harga pengganti,
Willingness To Pay (WTP) berdasarkan perilaku
dan lainnya. Biaya perjalanan tersebut dapat
perjalanan dari sisi calon pengguna (user) LRT.
berbeda dari suatu lokasi dengan lokasi lainnya
tergantung jaraknya, dimana biaya yang rendah
2. Tinjauan Pustaka untuk orang-orang di dekat lokasi dan biaya
yang tinggi bagi orang yang tinggal lebih jauh.
2.1. Tarif Metode TCM dilakukan dengan teknik survei
Menurut Warpani (2002), Tarif adalah harga revealed preference.
jasa angkutan yang harus dibayar oleh pengguna Berdasarkan metode TCM, besaran ATP dapat
jasa, baik melalui mekanisme perjanjian sewa dianalisa dengan asumsi bahwa setiap keluarga
menyewa, tawar menawar maupun ketetapan akan selalu mengalokasikan sebagian dari
pemerintah. Tarif yang ideal adalah tarif yang pendapatannya untuk kebutuhan akan aktivitas
serendah mungkin, namun masih tetap pergerakan, pendekatan tersebut disebut juga
menghasilkan penerimaan yang jauh lebih besar dengan metode household budget, (Dwi
dari biaya operasi sehingga menghasilkan laba Novirani, 2007), yaitu:
yang layak bagi pengusaha. Tarif jasa angkutan
dipengaruhi oleh lima faktor utama berikut ini:
1. Kelangsungan hidup dan pengembangan . .
ATP = ............................................................. (1)
usaha jasa angkutan.
2. Daya beli masyarakat pada umumnya.
3. Tingkat bunga modal. Dimana :
4. Jangka waktu pengembalian modal. Irs : Total pendapatan responden per bulan
5. Biaya masyarakat (social cost) yang (Rp/Kel/Bulan),
ditimbulkan karena operasi jasa angkutan. Pp : Persentase pendapatan untuk
Kebijakan tarif dapat dipandang sebagai transportasi per bulan dari total
kebijakan multisisi, dimana satu sisi dapat pendapatan keluarga,
dipandang sebagai alat pengendali lalu lintas,

14
Pt : Persentase untuk angkutan dari antara Jakarta LRT dan moda eksisting (sepeda
pendapatan transportasi keluarga per motor/ mobil/ bus/ KRL). Dengan dua alternatif
bulan, moda maka persamaan tersebut dapat ditulis
Trs : Total panjang perjalanan keluarga per sebagai berikut.
bulan per trip (Trip/Kel/Bulan).
= .......................................... (2)
Selain metode valuasi ekonomi, analisis ATP juga
dapat dilakukan dengan pendekatan normatif dan
yang mendasari teori perpajakan (Musgrave.
1975). Prinsip ATP ini sejalan dengan = 1− ....................................................... (3)
kemampuan ekonomi wajib pajak, yang berarti
bahwa untuk proyek publik, orang yang mampu dimana:
untuk membayar lebih harus membayar lebih. PLRT adalah probabilitas untuk Jakarta LRT.
Prinsip ATP tersebut biasanya disebut PModa adalah probabilitas untuk moda eksisting,
pengorbanan marjinal yang sama (equal yaitu: sepeda motor / mobil / bus / KRL.
marginal sacrifice principle).
2.4. Teknik Survey
2.3. Konsep Willingness To Pay (WTP)
Ketika kita melakukan suatu penelitian, secara
Willingness To Pay (WTP) adalah kesediaan tradisional kita mengamati atau menanyakan
pengguna untuk mengeluarkan imbalan atas jasa apa yang sebenarnya individu lakukan. Dalam
yang diperolehnya. Salah satu metode yang data tersebut karena perilaku individu yang
digunakan dalam menganalisa nilai WTP yaitu sebenarnya diketahui, yang biasanya
Discrete Choice Analysis. Discrete Choice Analysis diasumsikan bahwa informasi yang dapat
merupakan pendekatan langsung yang cukup dipercaya dan dapat diperoleh dari kuesioner
sederhana untuk memprediksi pilihan di pasar retrospektif, data ini disebut data preferensi
diberikan oleh teori pilihan diskrit (discrete terungkap (Revealed Preference, RP). Di sisi lain,
choice), teori ini diformulasikan untuk analisis dalam suatu kuesioner atau wawancara survei
ekonomi oleh McFadden (1974). kita bertanya, "Jika Anda menghadapi situasi
tertentu, apa yang akan Anda lakukan?" Dalam
Dasar konseptual untuk analisis McFadden pada
data ini karena reaksi yang diberikan oleh
analisis ekonomi didasarkan pada gagasan
responden bukan merupakan perilaku yang
utilitas acak Thurstone (1927). Dengan
sebenarnya, tetapi hanya pernyataan preferensi,
mengasumsikan bahwa individu membuat
data tersebut disebut data Stated Preference
pilihan yang dapat memaksimalkan utilitas
(SP).
mereka, dimana utilitas tersebut merujuk pada
perilaku dan persepsi. Struktur utilitas dihitung
berdasarkan pada seperangkat pilihan (choice 3. Metode Penelitian
set). Dimana setiap pilihan sepenuhnya
3.1. Metode Pengumpulan Data
dijelaskan didalam atribut-atributnya.
Responden akan disajikan alternatif yang Pengumpulan data meliputi dua jenis data, yaitu
berbeda dan kemudian mereka akan data sekunder dan data primer. Data sekunder
menunjukkan pilihannya. dan primer yang telah didapatkan kemudian
Berdasarkan teori utilitas acak, utilitas pada diolah agar dapat digunakan sebagai data
individu i memberikan beberapa alternatif, masukan dalam proses analisis selanjutnya. Data
dapat digambarkan sebagai: Ui = Vi + ei, dimana sekunder dalam penelitian ini diperoleh dengan
notasi Ui adalah utilitas dari alternatif i, Vi mendatangi beberapa instansi terkait untuk
adalah komponen sistematis dari utilitas, dan i meminta sejumlah dokumentasi data yang
adalah komponen random. Harga termasuk berkaitan dengan pelaksanaan penelitian. Data
sebagai atribut dari profil produk dan tingkat sekunder yang dibutuhkan meliputi:
mencakup rentang harga yang mungkin dan 1. Data penelitian model pemilihan moda.
bermakna. Probabilitas pilihan untuk alternatif 2. Data rencana pengembangan LRT Jakarta,
khusus i dari satu set pilihan tertentu dapat antara lain tarif, rute dan waktu tempuh
dijelaskan oleh model logit binomial atau model LRT.
logit multinomial. 3. Data moda transportasi eksisting (sepeda
motor, mobil, bus dan KRL), antara lain
Nilai WTP penelitian ini menggunakan model tarif, rute dan waktu tempuh moda.
logit binomial, dimana perilaku pemilihan moda
angkutan penumpang yang akan diamati adalah

15
Sedangkan pengumpulan data primer didapat N Persentase (%)
dari survei kuesioner responden. Kuesioner Data
o S.Motor Mobil Bus KRL
tersebut terdiri dari :
 Bagian 1 berisikan data karakteristik 2 Usia
responden,
Bagian ini berisikan informasi sosio- a < 17 tahun 4,12 8,33 3,33 1,57
ekonomi responden, antara lain mengenai b 17 - 20 tahun 16,87 27,38 22,67 27,56
jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, rata- c 21 - 30 tahun 41,98 25,00 30,67 35,43
rata total pendapatan dan alokasi biaya d 31 - 40 tahun 25,10 27,38 30,00 18,90
transportasi per-bulannya. e 41 - 50 tahun 9,47 7,14 6,00 8,66
 Bagian 2 berisikan data karakteristik f > 50 tahun 2,47 4,76 7,33 7,87
perjalanan responden,
Bagian ini berisikan informasi perjalanan 3 Jenis Pekerjaan
responden, antara lain mengenai frekuensi
a Pelajar/
perjalanan sehari-hari, tujuan perjalanan, Mahasiswa
28,40 38,10 31,33 41,73
pemilihan moda, biaya dan waktu tempuh b Pegawai
moda, serta daerah asal responden. Negeri Sipil 6,58 10,71 9,33 7,09
(PNS)
c Karyawan
3.2. Analisis Data (BUMN/ 41,15 32,14 29,33 36,22
Swasta)
Analisis ATP menggunakan metode TCM dimana d Wiraswata/
besaran ATP dapat dianalisa dengan asumsi 22,63 16,67 19,33 8,66
Pengusaha
bahwa setiap keluarga akan selalu e TNI/POLRI 0,00 1,19 1,33 0,00
mengalokasikan sebagian dari pendapatannya f Pensiunan 0,00 0,00 0,67 1,57
untuk kebutuhan akan aktivitas pergerakan, g Ibu Rumah
1,23 1,19 8,67 4,72
pendekatan tersebut disebut juga dengan Tangga
metode household budget. Tingkat
4
Pendapatan
Analisis WTP dilakukan dengan menggunakan
a ≤ Rp 1.000.000 20,58 22,62 28,00 32,28
pendekatan Discrete Choice Analysis dengan
model logit binomial. Berdasarkan laporan b Rp 1.000.001 -
13,17 20,24 20,00 17,32
2.000.000
penelitian Dwi Novi W. (2017) didapat c Rp 2.000.001 -
hubungan antara nilai utilitas Jakarta LRT dan 20,99 10,71 21,33 14,96
3.000.000
moda eksisting (sepeda motor, mobil, bus dan d Rp 3.000.001 -
23,87 14,29 18,00 18,11
KRL) dengan nilai probabilitas pemilihan antara 4.000.000
e Rp 4.000.001 -
kedua moda yang digambarkan kedalam grafik 5.000.000
10,29 9,52 5,33 7,09
pemilihan moda. Dari grafik pemilihan moda f Rp 5.000.001 -
7,00 8,33 4,00 5,51
tersebut dapat diketahui nilai WTP pengguna 6.000.000
Jakarta LRT, dimana probabilitas 0,5 g Rp 6.000.001 -
1,65 3,57 2,00 1,57
7.000.000
menunjukkan nilai WTP. h Rp 7.000.001 -
1,65 3,57 0,67 1,57
8.000.000
4. Pembahasan dan Analisis i
> Rp 8.000.000 0,82 7,14 0,67 1,57

4.1. Pengolahan Data Biaya Transportasi


5
per Bulan
Dari kuesioner yang telah disebar, diperoleh 604 a ≤ Rp 50.000 8,23 14,29 8,00 7,09
jawaban yang memenuhi syarat. Data-data b Rp 50.001 -
5,76 3,57 10,00 6,30
responden penumpang dapat dilihat pada tabel 100.000
karakteristik dari responden untuk masing- c Rp 100.001 -
18,11 11,90 28,00 15,75
150.000
masing jenis moda, yaitu sebagai berikut. d Rp 150.001 -
14,40 9,52 14,67 12,60
200.000
Tabel 1. Karakteristik Responden e Rp 200.001 -
11,93 5,95 10,67 11,81
250.000
N Persentase (%) f Rp 250.001 -
Data 13,99 10,71 8,00 15,75
o 300.000
S.Motor Mobil Bus KRL g Rp 300.001 -
5,35 9,52 6,00 9,45
1 Jenis Kelamin 350.000
h Rp 350.001 -
a Laki-Laki 68,31 47,62 43,33 55,12 5,76 13,10 4,67 5,51
400.000
b Perempuan 31,69 52,38 56,67 44,88 i 16,46 21,43 10,00 15,75
> Rp 400.000

16
Tabel 2. Karakteristik Pejalanan Responden Fre- %
No. Interval kuens % Kumulati
N Persentase (%)
Data i f
o S.Motor Mobil Bus KRL - 20.000
1 Pengguna Moda 40,23 13,91 24,83 21,03 Rp 20.001
5 0 0,00 100,00
2 Frekuensi Perjalanan - 25.000
a
1 - 14 kali per
16,05 25,00 30,67 19,69 Rp 25.001
Bulan 6 0 0,00 100,00
- 30.000
15 - 28 kali per
b 42,80 34,52 31,33 42,52 Rp 30.001
Bulan 7 0 0,00 100,00
29 - 42 kali per - 35.000
c 27,57 26,19 21,33 23,62
Bulan Rp 35.001
43 - 56 kali per 8 0 0,00 100,00
d
Bulan
7,00 7,14 6,00 5,51 - 40.000
> 56 kali per ≥ Rp
e 6,58 7,14 10,67 8,66 9 0 0,00 100,00
Bulan 40.001
Jumlah 100,0
3 Tujuan Perjalanan 243
Responden 0
Bekerja / Rata-rata ATP Rp 9.537
a 69,14 51,19 48,67 45,67
Berdagang
b Sekolah / Kuliah 25,93 35,71 30,67 41,73
Pada tabel diatas terlihat bahwa rentang nilai
c Belanja harian 0,82 2,38 4,67 1,57
ATP responden untuk pengguna sepeda motor
Rekreasi /
d 4,12 10,71 16,00 11,02 yang paling besar berkisar antara Rp. 5.001 –
Berobat
10.000 dengan persentase 54,32%. Jika nilai ATP
4 Waktu Tempuh tersebut dirata-ratakan maka didapat nilai ATP
a 10,29 8,33 8,67 7,09
rata-rata sebesar Rp. 9.537.
1 - 15 menit
b 16 - 30 menit 28,40 20,24 24,00 17,32 Tabel 2. Nilai ATP pengguna mobil
c 31 - 45 menit 14,81 16,67 11,33 9,45
Fre-
d 46 - 60 menit 24,69 23,81 18,67 18,90 N %
Interval kuens %
e 61 - 75 menit 3,29 2,38 2,00 0,79 o. Kumulatif
i
f 76 - 90 menit 8,64 14,29 14,00 17,32
1 ≤ Rp 5.000 17 20,24 20,24
g > 90 menit 9,88 14,29 21,33 29,13 Rp 5.001 -
2 30 35,71 55,95
5
Daerah Asal 10.000
Perjalanan Rp 10.001
3 16 19,05 75,00
a Jakarta Pusat 9,47 21,43 10,67 10,24 - 15.000
b Jakarta Selatan 12,76 7,14 15,33 3,94 Rp 15.001
4 14 16,67 91,67
c Jakarta Timur 18,11 10,71 8,00 3,15 - 20.000
d Jakarta Barat 12,76 9,52 15,33 11,02 Rp 20.001
5 2 2,38 94,05
e 7,82 7,14 7,33 5,51 - 25.000
Jakarta Utara
Rp 25.001
f Lainnya 39,09 44,05 43,33 66,14 6 0 0,00 94,05
- 30.000
Rp 30.001
7 1 1,19 95,24
4.2. Analisis Ability To Pay (ATP) - 35.000
Rp 35.001
Tabel berikut ini menampilkan nilai ATP untuk 8 0 0,00 95,24
- 40.000
setiap pengguna moda yang ditinjau.
≥ Rp
9 4 4,76 100,00
40.001
Tabel 1. Nilai ATP pengguna sepeda motor
Jumlah 100,0
84
Fre- % Responden 0
No. Interval kuens % Kumulati Rata-rata ATP Rp 14.494
i f
1 ≤ Rp 5.000 48 19,75 19,75 Pada tabel diatas terlihat bahwa rentang nilai
Rp 5.001 - ATP responden untuk pengguna mobil yang
2 132 54,32 74,07
10.000 paling besar berkisar antara Rp. 5.001 – 10.000
Rp 10.001 dengan persentase 35,71%. Jika nilai ATP
3 45 18,52 92,59
- 15.000
4 Rp 15.001 18 7,41 100,00

17
tersebut dirata-ratakan maka didapat nilai ATP Fre- %
rata-rata sebesar Rp. 14.494. No. Interval kuens % Kumulati
i f
Tabel 3. Nilai ATP pengguna bus ≥ Rp
9 0 0,00 100,00
40.001
Fre- % Jumlah 100,0
127
No. Interval kuens % Kumulati Responden 0
i f Rata-rata ATP Rp 9.764
1 ≤ Rp 5.000 37 24,67 24,67
Rp 5.001 - Pada tabel diatas terlihat bahwa rentang nilai
2 64 42,67 67,33
10.000 ATP responden untuk pengguna KRL yang paling
Rp 10.001 besar berkisar antara Rp. 5.001 – 10.000 dengan
3 31 20,67 88,00
- 15.000
persentase 51,18%. Jika nilai ATP tersebut
Rp 15.001
4 15 10,00 98,00 dirata-ratakan maka didapat nilai ATP rata-rata
- 20.000
Rp 20.001 sebesar Rp. 9.764.
5 2 1,33 99,33
- 25.000
Rp 25.001 4.3. Analisis Willingness To Pay (WTP)
6 0 0,00 99,33
- 30.000 Pendekatan analisis WTP menggunakan Discrete
Rp 30.001 Choice Analysis dengan model logit binomial
7 1 0,67 100,00
- 35.000 selisih. Berdasarkan laporan penelitian Dwi Novi
Rp 35.001 Wulansari, 2017, didapat grafik sensitivitas
8 0 0,00 100,00
- 40.000 model terhadap perubahan tarif. Dari grafik
≥ Rp tersebut dapat diketahui perubahan nilai
9 0 0,00 100,00
40.001 probabilitas pemilihan Jakarta LRT seandainya
Jumlah 100,0 dilakukan perubahan nilai atribut tarif secara
150
Responden 0 gradual.
Rata-rata ATP Rp 9.883

Pada tabel diatas terlihat bahwa rentang nilai


ATP responden untuk pengguna bus yang paling
besar berkisar antara Rp. 5.001 – 10.000 dengan
persentase 42,67%. Jika nilai ATP tersebut
dirata-ratakan maka didapat nilai ATP rata-rata
sebesar Rp. 9.883.

Tabel 4. Nilai ATP pengguna KRL

Fre- %
No. Interval kuens % Kumulati
i f Gambar 1. Grafik probabilitas pemilihan LRT
1 ≤ Rp 5.000 25 19,69 19,69
Dari grafik diatas dapat diketahui kemiringan
Rp 5.001 -
2 65 51,18 70,87 garis menunjukkan arah negatif, yaitu
10.000
menyatakan bahwa semakin besar tarif Jakarta
Rp 10.001 LRT maka akan semakin memperkecil
3 26 20,47 91,34
- 15.000 probabilitas memilih Jakarta LRT. Grafik
Rp 15.001 tersebut juga memiliki kemiringan yang cukup
4 11 8,66 100,00
- 20.000 tajam (curam). Hal ini berarti jika terjadi sedikit
Rp 20.001 perubahan pada atribut tarif dalam model
5 0 0,00 100,00
- 25.000 pemilihan maka akan menyebabkan adanya
Rp 25.001 perubahan yang besar pada probabilitas
6 0 0,00 100,00
- 30.000 pemilihan moda. Tabel berikut menampilkan
Rp 30.001 nilai WTP yang merupakan nilai selisih tarif
7 0 0,00 100,00
- 35.000 yang kemudian ditransformasikan menjadi nilai
Rp 35.001 tarif Jakarta LRT pada probabilitas pemilihan
8 0 0,00 100,00
- 40.000 kereta api bandara sebesar 0,5.

18
Tabel 5. Nilai WTP penumpang 5. Kesimpulan dan Saran
No. Moda WTP 5.1. Kesimpulan
1 Sepeda Motor Rp 8.000
Berdasarkan hasil kajian Ability to Pay (ATP) dan
2 Mobil Rp 12.000 Willingness to Pay (WTP) untuk Jakarta LRT,
3 Bus Rp 9.500 maka dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
4 KRL Rp 8.500
1. Hasil analisis keempat pengguna moda
yang ditinjau menunjukkan bahwa nilai
Pada tabel diatas terlihat bahwa nilai WTP untuk WTP lebih kecil daripada nilai ATP, hal ini
model pemilihan moda Jakarta LRT – Sepeda menunjukkan bahwa kesediaan membayar
Motor memiliki nilai WTP yang lebih kecil pengguna moda lebih kecil daripada
daripada model pemilihan moda mobil, bus dan kemampuan membayarnya.
KRL. Hal ini berarti pengguna moda sepeda 2. Dari keempat pengguna moda, dapat dilihat
motor memiliki kesediaan membayar tarif nilai WTP terendah adalah nilai WTP
Jakarta LRT yang lebih rendah daripada pengguna sepeda motor. Hal ini berarti
pengguna moda mobil, bus dan KRL. pengguna moda sepeda motor memiliki
kesediaan membayar tarif Jakarta LRT yang
4.4. Analisis Penentuan Tarif Jakarta LRT lebih rendah daripada pengguna moda
Nilai ATP-WTP penumpang ditampilkan pada mobil, bus dan KRL.
diagram ATP-WTP untuk setiap pengguna moda 3. Dari keempat pengguna moda yang
yang ditinjau, sebagai berikut. ditinjau, dapat dilihat tiga pengguna moda
(sepeda motor, bus dan KRL) memiliki nilai
ATP yang berada dibawah indikasi tarif
Rp. 15.000
Jakarta LRT, yaitu sebesar Rp 9.537-9.883.
Hal ini berarti pengguna moda sepeda
ATP Mobil : Rp. 14.494
motor, bus dan KRL memiliki kemampuan
membayar tarif Jakarta LRT yang lebih
rendah daripada indikasi tarif.
WTP Mobil : Rp. 12.000 Tarif LRT : Rp. 12.000* 4. Selain itu, dari keempat pengguna moda
yang ditinjau, dapat dilihat juga tiga
pengguna moda (sepeda motor, bus dan
Rp. 10.000 KRL) memiliki nilai WTP yang berada
ATP Bus : Rp. 9.883
WTP Bus: Rp. 9.500 ATP KRL : Rp. 9.764 dibawah indikasi tarif Jakarta LRT, yaitu
ATP S.Motor : Rp. 9.537 sebesar Rp 8.000-9.500. Hal ini berarti
WTP KRL: Rp. 8.500
pengguna moda sepeda motor, bus dan KRL
WTP S.Motor: Rp. 8.000
memiliki kesediaan membayar tarif Jakarta
LRT yang lebih rendah daripada indikasi
tarif.
5. Jika tarif Jakarta ditetapkan sesuai indikasi
Rp. 5.000 tarif maka diperlukan dukungan
pemerintah dalam bentuk subsidi
(langsung atau silang), sehingga didapat
nilai tarif yang besarnya sama dengan nilai
ATP responden.
* Indikasi Tarif Jakarta LRT
6. Sedangkan untuk menaikkan nilai WTP
(Sumber: www.kompas.com)
agar sesuai indikasi tarif maka diperlukan
dukungan pemerintah / operator dalam
Rp. 0 bentuk penyediaan layanan Jakarta LRT
yang lebih baik dan menarik pengguna
Gambar 2 Diagram Nilai ATP-WTP moda.

19
5.2. Saran Paratransit in Bandung, Indonesia. Journal
of Public Transportation, Vol. 12, No.2.
Beberapa saran yang dapat dikembangkan dari
3. Novirani, Dwi (2007), Kajian Tarif
penelitian ini adalah sebagai berikut.
Terhadap Vehicle Operation Cost serta
1. ATP-WTP merupakan fungsi dari
Willingness to Pay Penumpang, Tesis
kemampuan dan kesediaan membayar,
Magister, Rekayasa Transportasi, Institut
sehingga nilai tarif yang diberlakukan
Teknologi Bandung.
sedapat mungkin tidak melebihi nilai ATP-
4. Permain, D. and Swanson, J. (1991), Stated
WTP kelompok masyarakat sasaran.
Preference Techniques : A Guide to Practice,
2. Untuk preferensi tarif Jakarta LRT
Steer Davies Gleave and Haque Consulting
berdasarkan analisis yang telah dilakukan,
Group, London.
3. nilai WTP pengguna sepeda motor dapat
5. SANKO, Nobuhiro. (2001). Guidelines for
dijadikan batasan tertinggi tarif Jakarta LRT
Stated Preference Experiment Design.
karena nilai WTP tersebut mencakup WTP
6. Warpani, Suwardjoko P. (2002).
semua kelompok masyarakat sasaran, yaitu
Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan
pengguna moda sepeda motor, mobil, bus
Jalan, Penerbit ITB.
dan KRL.
7. Wulansari, Dwi N. (2017). Laporan
Penelitian Analisis Pemilihan Moda Antara
Jakarta LRT Dengan Kendaraan Pribadi
DAFTAR PUSTAKA Menggunakan Model Pemilihan Diskrit.
1. Ben-Akiva, M. and Steven R. Lerman (1985), Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.
Discrete Choice Analysis : Theory and 8. Wulansari, Dwi N. (2017). Laporan
Application To Travel Demand, Cambridge, Penelitian Mode Choice Analysis Using
MA:MIT Press. Discrete Choice Models From Transport
2. Joewono, Tri Basuki. (2009). Exploring the Users (Case Study : Jakarta LRT, Indonesia).
Willingness and Ability to Pay for Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.

20
ANALISIS BALOK GESER KASTELLA MENGGUNAKAN
METODE ANALISIS PENAMPANG DAN METODE LAYER

Andina Prima Putri1, Iman Satiyarno2, Suprapto Siswosukarto3


1)Universitas17 Agustus 1945 Jakarta Sunter Agung, Tanjung Priok Andinap.putri@gmail.com
2)Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika No. 2, Sleman Yogyakarta, Indonesia
3)Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika No. 2, Sleman Yogyakarta, Indonesia

ABSTRAK

Balok Kastella merupakan pengembangan dari profil IWF (I Wide Flange). Dalam proses pembuatannya
profil IWF dibelah menjadi dua bagian, hal ini dimaksudkan agar tinggi balok kastella dapat disesuaikan
dengan tinggi yang sudah didesain. Balok kastella memiliki keunggulan dalam hal peningkatan kapasitas
momen, sekaligus dapat mengatasi permasalahan yang ditimbulkan pada balok kastella yaitu berupa web
buckling dan penurunan kapasitas geser. Penelitian ini bertujuan untuk mencari kapasitas geser, kapasitas
beban leleh dan kapasitas beban ultimit serta pola keruntuhan yang terjadi pada benda uji ini. Penelitian
ini dilakukan dengan 1 buah benda uji, yaitu balok kastella dengan penyambung diagonal tulangan baja
D22 dan komposit mortar dengan dimensi 275x75x7x5 mm. Panjang bentang profil IWF untuk pengujian
ini sebesar 780 mm. Pengujian ini memakai tumpuan sendi dan rol. Beban yang diaplikasikan pada balok
adalah beban dua titik yang bekerja pada arah tegak lurus bidang balok, dimana posisi titik pembebanan
adalah 1/3 dan 2/3 dari panjang total benda uji. Benda uji ini akan dianalisis menggunakan analisis
penampang. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode analisis penampang dan metode layer
didapatkan pola keruntuhan yang terjadi adalah pola keruntuhan geser. Dengan menggunakan metode
layer didapatkan kapasitas beban leleh adala sebesar 494,06 kN sedangkan kapasitas beban ultimit
sebesar 580,99 kN. Dengan menggunakan metode analisis tampang didapatkan kapasitas beban leleh
sebesar 402,90 kN sampai dengan 512,45 kN sedangkan untuk kapasitas beban ultimit adalah sebesar
567,15 kN sanpai dengan 842,52 kN.

Kata Kunci : Balok Kastella, Balok Geser, Analisis Penampang.

ABSTRACT

Castella beam is a development of IWF (I Wide Flange) profile, which is made by splitting the IWF profile
along its span into two pieces equally, with the intention to get a proper height as the height that had been
designed. Castella beam have excellency in moment capacity increament, and resolving usual problem that
occurs in Castella Beam at once, which is web buckling and shear capacity decreament. This research is
intended to analyze shear capacity, yield capacity, and ultimate load capacity alongside with the failure
pattern which occurring in the specimen. This research was done with 1 specimen, that is castella beam with
reinforcement D22 as diagonal bracing and composite mortar with dimension of 275x75x7x5 mm. The span
of IWF profile is 780 mm. The test using hinge and roll support. The load which is applied to the beam are two
joint loads which perpendicular to the beam. The joint loads positioned at 1/3 and 2/3 of beam span length.
The specimen would be analyzed using section analysis. Based on calculation using section analysis method
and layer method, failure pattern that occurs in the specimen are shear failure pattern. Yield capacity result
obtained using layer method is 494,06 kN and ultimate load capacity is 580,99 kN. Yield capacity obtained
using section analysis method are range from 402.90 kN to 512,45 kN and ultimate load capacity result are
range from 567.15 kN to 842,52 kN.

Keyword : Castella Beam, Shear Beam, Section Analysis.

21
1. Pendahuluan 4. Mengurangi terjadinya tekuk pada pangaku
diagonal.
Balok Kastella merupakan balok yang
ditingktakan dari profil IWF dengan tujuan
memperbesar momen inersia untuk 2. Tinjauan Pustaka
memperoleh kapasitas lentur yang lebih besar 2.1. Kapasitas Momen balok Kastella Sebagai
dari profil IWF standart. Pada umumnya balok Profil
kastella dibuat dari profil IWF dengan cara
membelah profil scara zig – zag seoanjang Kapasitas momen balok castellated sebagai
sumbu balok, sehingga didapat dua potongan profil dapat ditentukan dengan persamaan
profil yang selanjutnya kedua potongan profil ini berikut:
disusun kembali / disatukan dengan cara dilas, Pada kondisi leleh:
dengan demikian diperoleh profil baru yang
= × ×
lebih tinggi dari profil standart (Blodget, 1982)
[1]. Penggunaan profil IWF (I Wide Flange) Pada kondisi plastis:
sebagai komponen struktur pendukung beban = × ×
mulai umum digunakan. Salah satu upaya yang dengan :
dilakukan untuk menghemat biaya konstruksi = Momenyield (Nmm)
dan memperoleh desain konstruksi yang
= Momen plastis (Nmm)
ekonomis adalah dengan meminimalisasi bahan
pada balok profil IWF yang dilakukan dengan = Luas sayap profil (mm²)
menambah tinggi balok melalui pembuatan = Tegangan leleh baja (N/mm2)
balok yang dibelah menjadi dua bagian pada = Tegangan ultimit baja (N/mm2)
badan, yang dikenal dengan balok castellated. = Tegangan ultimit baja (N/mm²)
Bukaan pada balok castellated ini dapat berupa
= Tinggi efektif (mm)
bukaan lingkaran, elips, heksagonal, segi empat
dan penyambung diagonal.
2.2. Kapasitas Geser Penampang
Castellated beam dengan bentuk bukaan
heksagonal, lingkaran, persegi dan penyambung Kapasitas geser penampang dapat ditentukan
diagonal mempunyai beberapa kekurangan, dengan persamaan berikut:
diantaranya yaitu penambahan tinggi yang 1. Kapasitas geser badan / web (Vs):
terbatas, proses pemotongan perlu dilakukan = ×ℎ×
dengan lebih teliti, terjadi masalah tekuk, dengan :
mekanisme kegagalan yang terjadi didominasi = Kuat geser bagian badan (N)
oleh mekanisme vierendeel karena = Tebal badan balok castellated (mm)
berkurangnya kekakuan pada flens dan terjadi ℎ = Tinggi penampang (mm)
buckling pada penyambung diagonal. = Tegangan leleh balok castellated
Penenelitian ini menggunakan castellated beam (N/mm²)
modifikasi dengan penyambung tulangan baja 2. Kapasitas geser mortar (Vc):
agar dapat meninimalisir kelemahan yang = × × ×
terjadi pada castellated beam dengan bentuk
dengan :
bukaan heksagonal, lingkaran, persegi,
= Kuat geser pada mortar (N)
penyambung diagonal dan mendapatkan
= Kuat tekan mortar (N/mm²)
kelebihan antara lain:
= Lebar penampang (mm)
1. Pemotongan profil dilakukan secara lurus
= Tinggi efektif penampang mortar
tepat ditengah badan profil sepanjang
bentang. (mm)
2. Dapat memiliki tinggi yang tidak terbatas,
tetapi tentunya juga harus 2.3. Balok Baja Katella
mempertimbangkan kekurangan-
kekurangan yang ada pada balok baja Balok baja kastella merupakan balok yang
castellated modifikasi tersebut. ditingkatkan dari profil IWF dengan tujuan
3. Terjadinya mekanisme vierendeel dapat memperbesar momen inersia untuk memperoleh
diminimalisasi karena tinggi stem balok kapasitas lentur yang lebih besar dari profil IWF
mencapai 0,5 h. standar. Pada umumnya balok kastella dibuat dari

22
profil IWF dengan cara membelah profil secara zig-zag a. Membuat layer atau lapisan pada
sepanjang sumbu balok, sehingga didapat dua penampang
potongan profil yang selanjutnya kedua potongan b. Setiap lapis mempunyai tegangan dan
profil ini disusun kembali/disatukan dengan cara dilas, regangan yang sama (berdasarkan diagram
dengan demikian diperoleh profil baru yang lebih tegangan dan regangannya)
tinggi dari profil standar (Blodgett, 1982). c. Coba suatu nilai kedalaman garis netral (c)
d. Tentukan nilai regangan di suatu lapis
Menurut Kerdal dan Nethercot yang dikutip
e. Tentukan tegangan di setiap lapis
Bradley (2003), menjelaskan bahwa dalam
f. Tentukan regangan di setiap lapis
mendesain suatu balok kastella dengan
g. Menghitung gaya di setiap lapis (Cc, Cs dan
menggunakan struktur balok. Untuk
Ts)
menganalisis dengan baik dan mengerti secara
h. Menghitung komponen gaya tekan C
penuh mengenai balok kastella adalah dengan
(C=Cc+Cs)
melihat secara individual setiap komponen pada
i. Menghitung komponen gaya tarik T (T=Ts)
balok kastella. Ketika selesai maka balok
j. Mengontrol kesetimbangan gaya tarik dan
kemudian dapat difungsikan dengan baik dan
tekan dengan mencoba variasi nilai garis
mencapai kekuatan yang sesuai dengan desain.
netral (C=T)
Peningkatan rasio tinggi dan tebal badan profil k. Menghitung momen, M=Ʃ(Ciyi+Tiyi)
(dg/tw) dapat meningkatkan kemampuan
dukung lentur, namun disisi lain menyebabkan 3. Metode Penelitian
badan profil balok kastella menjadi lebih
3.1. Benda Uji
langsing sehingga peristiwa tekuk pada badan
akibat geser vertikal dan tekuk akibat kolom Benda uji utama terdiri dari satu buah benda
pada penampang T akibat momen lentur perlu yaitu balok kastella dengan penyambung
diwaspadai (Tamboli, 1997) sedangkan diagonal tulangan baja D22 dan komposit
banyaknya lubang pada badan akan mortar dengan dimensi 275x75x7x5 mm.
mempengaruhi jenis keruntuhannya (Blodgett, Panjang bentang profil IWF untuk pengujian ini
1982). sebesar 780 mm. Pengujian ini memakai
tumpuan sendi dan rol. Beban yang
2.4. Metode Layer diaplikasikan pada balok adalah beban dua titik
yang bekerja pada arah tegak lurus bidang balok,
Menurut Park dan Paulay (1975) analisis dengan dimana posisi titik pembebanan adalah 1/3 dan
menggunakan metode diskrit elemen atau 2/3 dari panjang total benda uji.
metode pias (layer) dapat digunakan untuk
menentukan kapasitas lentur penampang balok Tabel 1. Benda Uji Utama
beton bertulang berdasarkan diagram tegangan- Tumpuan ke
regangan dari bahan-bahan penyusunnya. L h bw tf tw titik
Metode pias (layer) dilakukan dengan cara (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) pembebanan
membagi penampang balok beton bertulang (mm)
menjadi sejumlah pias, kemudian
mengasumsikan nilai kedalaman garis netral. 910 275 75 7 5 260
Jika regangan pada satu titik diketahui maka
regangan pada tiap pias dapat dihitung.
Berdasarkan nilai regangan yang telah dihitung
untuk masing-masing pias maka dapat dihitung
juga nilai tegangan dan gaya yang bekerja.
Prosedur dilakukan dengan mengasumsikan
nilai kedalaman garis netral sampai tercapai
keseimbangan gaya.

Menurut Satyarno (2012), Perhitungan dalam


metode layer memiki beberapa tahapan, yaitu :

23
4. Pembahasan dan Analisa
4.1 Perhitungan Kapasitas Momen Balok
Penampang
Kapasitas momen balok kastella modifikasi
komposit dihitung berdasarkan beberapa
kondisi meliputi perhitungan kapasitas saat
kondisi crack, kondisi leleh dan kondisi ultimit.
Perhitungan pada kondisi crack dilakukan
dengan memperhitungkan pengaruh dari profil
Gambar 1. Benda Uji Utama IWF. Hasil perhitungan kapasitas momen balok
castellated modifikasi komposit disajikan dalam
Tabel 3.
Material – material benda uji memiliki
spesifikasi sebagai berikut : Tabel 3. Hasil Perhitungan Teoritis Kapasitas
Momen Balok Castellated Modifikasi Komposit
Tabel 2. Spesifikasi Benda Uji Mortar
Kapasitas Momen
Jenis Pengujian Jumlah Keterangan
No Kondisi Penampang
Silinder (kN)
Kuat Tekan
3 buah (d=150 mm,
Mortar 1 Crack 64,84
h=300 mm)
Kuat Tarik Baja 2 Yield 402,90 s/d 512,45
3 buah Panjang 50 mm
IWF
Kuat Tarik Baja 3 Ultimit 567,15 s/d 842,52
2 buah Panjang 50 mm
Siku
Kuat Tarik 4.2 Perhitungan Kapasitas Geser Balok
3 buah Panjang 50 mm
Tulangan D 22 Penampang
Material
Daerah Merapi, Perhitungan kapasitas momen balok kastella
Properties -
Yogyakarta
Agregat Halus modifikasi komposit meliputi perhitungan
kapasitas geser pengaku dan kapasitas geser
3.2. Analisis Benda Uji mortar. Setelah didapatkan kapasitas geser
Untuk menganalisis benda uji pertama kali yang pengaku dan kapasitas geser tulangan akan
dilakukan adalah menguji propertis bahan dijumlahkan dan hasilnya akan dibandingkan
benda uji. Setelah itu dilakukan analisis dengan beban lentur yang didapatkan untuk
penampang untuk mengetahui keruntuhan yang membuktikan kegagalan yang terjadi, apakah
terjadi, kapasitas geser, kapasistas beban leleh gagal geser atau gagal lentur. Hasil perhitungan
serta kapasitas beban ultimit. Berikut adalah kapasitas momen balok kastella modifikasi
system pembebanan untuk perhitungan komposit disajikan dalam Tabel 4.
kapasitas beban menggunakan metode analisis Tabel 4. Hasil perhitungan teoritis kapasitas
penampang.
geser balok castellated modifikasi komposit
mortar

Kapasitas Geser
Perhitungan
(kN)
Kapasitas Geser Mortar 149,64
Kapasitas Geser Pengaku 286,53

Gambar 2. Skema Pembebanan Kapasitas Geser Penampang


436,17
Komposit

24
4.3. Metode Layer bahwa keruntuhan yang terjadi adalah pola
keruntuhan geser.
Perhitungan dengan menggunakan metode layer
2. Berdasarkan hasil analisis penampang
dilakukan dengan cara mencari besarnya nilai didapatkan hasil kapasita beban leleh adalah
kedalaman garis netral sehingga nilai sebesar 402,90 kN sampai dengan 512,45
kesetimbangan gaya yang terjadi antara daerah kN. Sedangan untuk kapasitas beban ultimit
tekan dan tarik pada penampang balok menjadi adalah sebesar 567,15 kN sampai dengan
sama besar atau seimbang 842,52 kN.
3. Berdasarkan hasil perhitungan metode layer
didapatkan kasitas beban leleh sebesar
Tabel 5. Hasil perhitungan teoritis kapasitas
494,06 kN sedangan kapasitas beban ultimit
geser balok castellated modifikasi komposit sebesar 580,99 kN.
mortar dengan metode layer
5.2. Saran
Perhitungan Kapasitas Kapasitas
Balok Castellated Penelitian ini tentunya masih memerlukan
Momen (kNm) Beban (kN)
Modifikasi kajian lebih lanjut, sehingga beberapa saran
Komposit Mortar My Mp Py PP yang dapat diberikan sebagai masukan untuk
penelitian yang lebih lanjut adalah sebagai
Metode Layer 64,22 75,52 494,06 580,99
berikut :
1. Diperlukan metode tambahan untuk
4.4. Prediksi Keruntuhan Berdasarkan Tipe memperkuat hasil perhitungan.
Pembebanan 2. Diperlukan pembuktian hasil dengan
pengujian dilaboratorium.
Prediksi keruntuhan didasarkan pada hasil
perhitungan kapasitas pembebanan geser dan
kapasistas pembebanan lentur. DAFTAR PUSTAKA
1. Bradley, T. P., 2003, “Stability of Castellated
k (hasil analisis numerik Beams During Erection”, Thesis submitted
Plentur = 557.87
N metode layer/pias) to the Faculty of the Virginia Polytechnic
Institute and State University, Blacksburg
V
Pgeser = 2 * 2. Blodgett, O., 1982, Design of Welded
r
Structures, in Wide-Flange Beams, The
= 2 * 65.00 James F Lincoln Arc Welding Foundation,
k Ohio
= 130.01 3. Boyer, J.P., 1964, Castellated Beams-New
N
Developments, AISC National Engineering
= 130.01 + 46.977
Conference, Omaha, Nebraska
k 4. Park and Paulay, 1974, Reinforced Concrete
= 176.98
N Structures, University Of Canterbury, New
Plentur < Pgeser Zealand
5. Satyarno, I., 2012, Mekanika Plastis, Bahan
557.8 Kuliah Fakultas Teknik Sipil Universitas
kN > 176.98 kN OK…!
7 Gadjah Mada.
Berdasarkan hasil perhitungan diatas tiper 6. Setiawan, A., 2008, Perencanaan Struktur
keruntuhan yang terjadi adalah tipe keruntuhan Baja dengan Metode LRFD (berdasarkan SNI
geser. 03-1729-2002), Erlangga., Jakarta.
7. Satyarno. 1995. Hand Out Mekanika Plastis.,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
5. Kesimpulan dan Saran 8. Salmon, CG., Struktur Baja Desain Dan
Perilaku., Jilid 1 dan 2, Gramedia, Jakarta.
5.1. Kesimpulan 9. Tjokrodimudjo, K., 2007, Teknologi Beton,
Biro Penerbit Teknik Sipil UGM, Yogyakarta
Dari hasil penelitian diatas didapatka 10. Timoshenko., 1985, Mechanics of Materials,
kesimpulan sebagai berikut : Wadsworth, Inc., Ledds
1. Berdasarkan hasil perhitungan analisis 11. Tamboli, A. R., 1997, Steel Design
penampang dan metode layer didapatkan Handbook, Mc Graw-Hill, New York.

25
ANALISA TANGGAP STRUKTUR GEDUNG TINGGI
TERHADAP BEBAN GEMPA STATIK DAN GEMPA DINAMIK
DENGAN PEMODELAN 3 DERAJAT KEBEBASAN DAN 6 DERAJAT KEBEBASAN

Rahman Satrio Prasojo


Teknik Sipil Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Jl. Sunter Permai Raya, Jakarta 14350. Telp: 021-64715666, Fax: 021-6410287
e-mail: prasojo.uta45@gmail.com

ABSTRAK

Perencanaan terhadap pembebanan gempa, baik gempa statik maupun gempa dinamik pada struktur
gedung adalah syarat wajib yang harus dipenuhi dalam proses perencanaan struktur. Keandalan suatu
sistem struktur terhadap beban gempa dapat dilihat dari perilaku tanggap strukturnya. Parameter yang
dapat dilihat antara lain, frekuensi natural (ωn), periode getar (T), serta deformasi struktur (δ).
Keruntuhan akibat pembebanan gempa pada umumnya berupa keruntuhan geser, dimana deformasi yang
ditimbulkan berupa translasi (perpindahan), pada kasus tertentu, dapat pula terjadi perpindahan rotasi
baik rotasi lokal elemen maupun rotasi global struktur. Dari kondisi diatas, dengan mempertimbangkan
gaya gempa yang dominan menimbulkan perpindahan sebidang maka analisa struktur dapat
disederhanakan dengan hanya meninjau derajat kebebsan yang berpotensi untuk bergerak.Berdasarkan
hasil analisa yang telah dilakukan, periode, frekuensi natural, serta deformasi struktur yang diperoleh dari
hasil analisis plane frame (3 derajat kebebasan aktif) menghasilkan nilai yang lebih besar jika
dibandingkan dengan struktur yang dianalisis sebagai space frame (6 derajat kebebasan aktif).

Kata Kunci : Derajat Kebebasan Struktur, Plane Frame, Space Frame

ABSTRACT

Design of earthquake loading, both static and dynamic earthquakes on the structure of the building is a
mandatory requirement that must be met in the process of structural planning. The reliability of a structural
system to the earthquake load can be seen from the responsiveness of its structure. Parameters that can be
seen include, natural frequency (ωn), vibration period (T), and structural deformation (δ).
From the above conditions, taking into consideration the dominant earthquake force caused the
displacement of the plot then the structure analysis can be simplified by just reviewing the degree of potency
that has the potential to move. Based on the result of the analysis, period natural, frequency, and the
structural deformation obtained from the plane frame analysis (3 degrees of freedom actived) have greater
value when compared to the structure analyzed as the frame space (6 degrees of freedom actived).

Keywords: Degree of Freedom Structures, Plane Frame, Space Frame

1. Pendahuluan terjadi perpindahan rotasi baik rotasi lokal


elemen maupun rotasi global struktur.
Perencanaan struktur terhadap pembebanan
gempa, baik gempa statik maupun gempa Berdasarkan analisa diatas, dengan
dinamik pada struktur gedung adalah syarat mempertimbangkan gaya gempa yang dominan
wajib yang harus dipenuhi dalam proses menimbulkan perpindahan sebidang maka
perencanaan struktur. Keandalan suatu sistem analisa struktur dapat disederhanakan dengan
struktur terhadap beban gempa dapat dilihat hanya meninjau derajat kebebsan yang
dari perilaku tanggap strukturnya. Parameter berpotensi untuk bergerak.
yang dapat dilihat antara lain, frekuensi natural Pada struktur dengan ketidakberaturan bentuk
(ωn), periode getar (T), serta deformasi struktur yang tinggi, serta dengan penyebaran kekakuan
(δ). struktur yang tidak seimbang, dapat memicu
Keruntuhan akibat pembebanan gempa pada terjadinya torsi baik lokal maupun global. Oleh
umumnya berupa keruntuhan geser, dimana sebab itu, dalam perencanaan dinamik struktur
deformasi yang ditimbulkan berupa translasi harus mempertimbangkan hal tersebut.
(perpindahan), pada kasus tertentu, dapat pula

26
2. Tinjauan Pustaka Spektrum elastik adalah suatu spektrum respons
spektrum yang didasarkan atas respon elastik
2.5. Gempa Statik suatu struktur, sedangkan spektrum inelastik
Berdasarkan SNI 1726-2012, beban geser dasar adalah respon spektrum yang discale down dari
nominal statik ekivalen (V) yang terjadi di spektrum elastik dengan nilai daktilitas tertentu.
tingkat dasar dapat dihitung berdasarkan
persamaan : 3. Metode Penelitian
A. Perhitungan Beban Gempa
= ...……………………………….(2.1)
Perhitungan beban gempa meliputi perhitungan
Dengan : beban gempa statik ekuivalen, menggunakan
C1 = Nilai faktor respons gempa yang parameter berat struktur, serta perhitungan
didapat dari spektrum respons beban gempa dinamik dengan respons spektrum
gempa rencana untuk waktu getar menggunakan peta zonasi wilayah gempa untuk
alami fundamental dari struktur memperoleh parameter percepatan gempa pada
gedung permukaan tanah.
Wt = Berat total gedung
I = Faktor keutamaan gedung B. Pemodelan Struktur
R = Faktor reduksi gempa
Pemodelan struktur terbagi dalam 3 tahap,
V = Gaya geser dasar rencana
antara lain :
1. Pemodelan Geometri Struktur, meliputi
Distribusi gempa pada tiap tingkat dihitung
pemodelan properti penampang elemen
menggunakan persamaan berikut :
kolom, balok, serta plat lantai.
2. Pemodelan Material Elemen Struktur,
= ...……...…………………….(2.2)
∑ meliputi pemodelan material properti beton,
serta baja tulangan.
Dengan : 3. Pemodelan Beban gempa, meliputi beban
Fi = Beban gempa per tingkat gempa statik ekuivalen, serta beban gempa
Wi = Berat struktur pada tingkat ke-i dinamik dengan respons spektrum.
Zi = Ketinggian tingkat dari dasar bangunan
n = Jumlah tingkat C. Analisa Struktur
V = Gaya geser dasar rencana
Tahapan analisa struktur dilakukan dengan 2
metode analisis, yaitu dengan menganalisis
Periode natural Ta dihitung dengan persamaan :
struktur sebagai plane frame (3DOF) dan space
frame (6DOF). Output dari analisis ini berupa
= 0.0466 ……………………………(2.3) parameter frekuensi getar (ωn), periode getar
(T), serta deformasi struktur (δ).
Dengan :
Ta = Periode getar natural (s)
H = Ketinggian struktur 4. Pembahasan dan Analisa
4.1 Pemodelan Struktur
Koefisien seismik Cs dapat dihitung dengan
persamaan : Parameter pemodelan geometri struktur
ditampilkan pada tabel berikut :
= ……………………………………(2.4)
Tabel 1. Parameter Pemodelan Geometri Struktur
CS = Koefisien respons seismik
Jumlah Grid Tiap Sumbu
SD1 = Ground motion parameter
X Y Z
8 5 11
2.2. Respons Spektrum Panjang Bentang Tiap Sumbu (m)
Spektrum percepatan akan berhubungan dengan X Y Z
gaya geser maksimum yang bekerja pada dasar 5 5 4
struktur. Terdapat dua macam respons Properti Penampang (m)
spektrum yang ada yaitu respons spektrum Balok Kolom
elastik dan respons spektrum inelastik. b h b h
0.4 0.5 0.8 0.8

27
Pelat Lantai (tebal dalam satuan m) B. Perhitungan Beban Statik Ekuivalen
t1 t2 Beban statik ekuivalen dibagi menjadi 2 arah,
0.18 0.15 terhadap sumbu struktur, yaitu arah Utara-
Selatan (U-S) dan arah Barat-Timur (B-T).
Parameter pemodelan material elemen struktur
ditampilkan pada tabel berikut : 1. Arah Utara-Selatan
Tabel 4. Gaya Lateral dan Gaya Geser per Lantai
Tabel 2. Parameter Pemodelan Material Elemen
arah Utara-Selatan
Struktur

Parameter Nilai Tinggi dari


lantai Berat Lateral
Momen Geser
Modulus Elastistas Beton (Ec) 25000MPa Lantai
dasar zx lantai
wxzx k(kN-
Fx
Vx (kN-
(m) wx (kN-
Mutu Beton (f’c) 27.5 Mpa (kn)
m)
m)
m)

Modulus Elastistas Baja (Es) 200000MPa Zx


(m)
Zxk
(m)
Kuat Leleh Baja (f’y) 344 MPa Atap 40 62.4 6301.8 393302.7 1356.7 1356.7
9 36 55.5 8034.6 445605.8 1537.1 2893.8
8 32 48.6 8034.6 390507.6 1347.1 4240.9
7 28 41.8 8034.6 336235.8 1159.9 5400.8
6 24 35.2 8034.6 282894.0 975.8 6376.6
5 20 28.7 8034.6 230618.1 795.5 7172.1
4 16 22.4 8034.6 179595.9 619.5 7791.6
3 12 16.2 8034.6 130104.0 448.8 8240.4
2 8 10.3 8034.6 82596.8 284.9 8525.4
1 4 4.7 9263.4 43796.2 151.1 8676.4
∑ 79842 2515257.1 8676.4 60674.8

2. Arah Barat-Timur
Tabel 5. Gaya Lateral dan Gaya Geser per Lantai
arah Barat-Timur

Tinggi dari
lantai dasar zx Berat Momen Lateral Geser
Lantai (m) lantai wxzx k(kN- Fx (kN- Vx (kN-
wx (kn) m) m) m)

Zx Zxk
(m) (m)
Atap 40 171.4 6301.8 1080205.4 874.1 874.1
9 36 148.0 8034.6 1189044.4 962.1 1836.2
8 32 125.6 8034.6 1008943.5 816.4 2652.6
7 28 104.2 8034.6 837525.8 677.7 3330.3
6 24 84.1 8034.6 675526.2 546.6 3876.9
Gambar 2. 3D View Struktur 5 20 65.2 8034.6 523872.3 423.9 4300.8
4 16 47.8 8034.6 383783.5 310.5 4611.4
3 12 32.0 8034.6 256957.7 207.9 4819.3
2 8 18.2 8034.6 145984.2 118.1 4937.4
4.2 Beban Gempa Dengan Statik Ekuivalen 1 4 6.9 9263.4 64022.3 51.8 4989.2
∑ 79842 6165865.4 4989.2 36228.2

A. Berat Struktur
3. Proporsi Beban Gempa Statik Tiap Grid
Rekapitulasi berat struktur sebagai berikut :
Proporsi Beban Pada Arah Utara-Selatan
Tabel 3. Berat Struktur
Tabel 6. Proporsi Gaya Lateral per Grid arah Utara-
Lantai Ketinggian(Zi) Berat Strukur (Wi) Selatan

Atap 40 6301.8 Grid


Eleme
Dimensi
(m)
Luas I
∑I
Proporsi
n (m2) (m4) (%)
9 36 8034.6 B H
A 0.8 0.8 0.64 0.027
8 32 8034.6 B 0.8 0.8 0.64 0.027
7 28 8034.6 C 0.8 0.8 0.64 0.027
D 0.8 0.8 0.64 0.027 0.21
6 24 8034.6 1
E 0.8 0.8 0.64 0.027 8
20
F 0.8 0.8 0.64 0.027
5 20 8034.6 G 0.8 0.8 0.64 0.027
4 16 8034.6 H 0.8 0.8 0.64 0.027
A 0.8 0.8 0.64 0.027
3 12 8034.6 B 0.8 0.8 0.64 0.027
2 8 8034.6 C
D
0.8
0.8
0.8
0.8
0.64
0.64
0.027
0.027 0.21
1 4 9263.4 2 E 0.8 0.8 0.64 0.027 8
20
F 0.8 0.8 0.64 0.027
∑ 79842 G 0.8 0.8 0.64 0.027
H 0.8 0.8 0.64 0.027

28
A 0.8 0.8 0.64 0.027
B 0.8 0.8 0.64 0.027 0.027
1 0.8 0.8 0.64
C 0.8 0.8 0.64 0.027 3
D 0.8 0.8 0.64 0.027 0.21 0.027
3 20 2 0.8 0.8 0.64
E 0.8 0.8 0.64 0.027 8 3
F 0.8 0.8 0.64 0.027 0.027 0.13
E 3 0.8 0.8 0.64 12.5
G 0.8 0.8 0.64 0.027 3 7
H 0.8 0.8 0.64 0.027 0.027
4 0.8 0.8 0.64
A 0.8 0.8 0.64 0.027 3
0.027
B 0.8 0.8 0.64 0.027 5 0.8 0.8 0.64
3
C 0.8 0.8 0.64 0.027 0.027
1 0.8 0.8 0.64
0.21 3
4 D 0.8 0.8 0.64 0.027 20
8 0.027
E 0.8 0.8 0.64 0.027 2 0.8 0.8 0.64
3
F 0.8 0.8 0.64 0.027
0.027 0.13
G 0.8 0.8 0.64 0.027 F 3 0.8 0.8 0.64 12.5
3 7
H 0.8 0.8 0.64 0.027
0.027
A 0.8 0.8 0.64 0.027 4 0.8 0.8 0.64
3
B 0.8 0.8 0.64 0.027 0.027
C 0.8 0.8 0.64 0.027 5 0.8 0.8 0.64
3
D 0.8 0.8 0.64 0.027 0.21 0.027
5 20 1 0.8 0.8 0.64
E 0.8 0.8 0.64 0.027 8 3
F 0.8 0.8 0.64 0.027 0.027
G 0.8 0.8 0.64 0.027 2 0.8 0.8 0.64
3
H 0.8 0.8 0.64 0.027 0.027 0.13
1.09 G 3 0.8 0.8 0.64 12.5
∑ 100 3 7
2 0.027
4 0.8 0.8 0.64
3
0.027
5 0.8 0.8 0.64
3
Proporsi Beban Pada Arah Barat-Timur 1 0.8 0.8 0.64
0.027
3
0.027
Tabel 7. Proporsi Gaya Lateral per Grid arah Barat- 2 0.8 0.8 0.64
3
Timur H 3 0.8 0.8 0.64
0.027 0.13
12.5
3 7
Dimensi 0.027
4 0.8 0.8 0.64
Gri Elem (m) Luas Proporsi 3
I (m4) ∑I 0.027
d en (m2) (%) 5 0.8 0.8 0.64
B H 3
0.027 1.09
1 0.8 0.8 0.64 ∑ 100
3 2
0.027
2 0.8 0.8 0.64
3
0.027 0.13
A 3 0.8 0.8 0.64 12.5
3 7
0.027
4 0.8 0.8 0.64
3
0.027
5 0.8 0.8 0.64
3
0.027
1 0.8 0.8 0.64
3
0.027
2 0.8 0.8 0.64
3
0.027 0.13
B 3 0.8 0.8 0.64 12.5
3 7
0.027
4 0.8 0.8 0.64
3
0.027
5 0.8 0.8 0.64
3
0.027
1 0.8 0.8 0.64
3
0.027
2 0.8 0.8 0.64
3
0.027 0.13
C 3 0.8 0.8 0.64 12.5
3 7
0.027
4 0.8 0.8 0.64
3
0.027
5 0.8 0.8 0.64
3
0.027
1 0.8 0.8 0.64
3
0.027
2 0.8 0.8 0.64
3
0.027 0.13
D 3 0.8 0.8 0.64 12.5
3 7
0.027
4 0.8 0.8 0.64
3
0.027
5 0.8 0.8 0.64
3

29
Pemodelan beban gempa pada struktur ditampilkan pada gambar berikut.

Gambar 3. Pemodelan Beban Statik Ekuivalen

4.3 Beban Gempa Dengan Respon Spektrum Percepatan Grafitasi (m/s2) 9.81
PGA (g) 0.353
Kriteria respons spektrum desain elastis sebagai Ss (g) 0.664
berikut : S1 (g) 0.293
SDs (g) 0.562
Tabel 8. Parameter Respon Spektrum Desain
SD1 (g) 0.354
Parameter Nilai T0 (s) 0.126
Kondisi Tanah Sedang (SD) TS (s) 0.63
Keutamaan Gedung (I) 1
Faktor Modifikasi Respons (R) 5.5
4.4 Hasil Analisis

Dari Parameter di atas dapat diperoleh respons Parameter dinamik yang ditinjau dalam
spektrum function seperti pada Gambar 4. penelitian ini adalah periode getar struktur (T),
frekuensi natural struktur (ωn), serta deformasi
struktur (δ) pada lantai paling atas (top story)
dimana simpangan maksimum struktur terjadi.
Hasil analisa disajikan dalam tabulasi sebagai
Respon Spektra berikut :
0.60
Tabel 9. Komparasi Hasil Analisis 3DOF dan 6DOF
Koefisien Gempa (C)

0.50

0.40
Metode Parameter Statik Ekuivalen Respons Spektrum
0.30
T (s) 1.247905 1.247905
0.20
3DOF F (Hz) 0.80134 0.80134
0.10
δ (m) 0.305689 0.376784
0.00 T (s) 1.289258 1.289258
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
6DOF F (Hz) 0.77564 0.77564
T (Detik) δ (m) 0.305729 0.37678

Gambar 4. Respons Spektrum Function

30
Pola deformasi akibat pembebanan gempa dapat 2. Perlu dilakukan kajian tanggap struktur
dilihat pada gambar berikut : dengan penambahan dinding geser sebagai
elemen struktur pemikul beban geser akibat
gempa.
3. Untuk struktur dengan tingkat
ketidakteraturan geometri struktur yang
tinggi, perlu dilakukan kajian dengan konsep
balance stiffness terhadap sebaran kekakuan
dari elemen-elemen strukturnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Nasution, Amrinsyah., 2009, Analisa dan


Desain Struktur Beton Bertulang. Bandung,
Penerbit ITB.
2. Imran, I & Hendrik, F., 2014, Perencanaan
Lanjut Struktur Beton Bertulang. Bandung,
Penerbit ITB.
3. Chopra, A. K., 1980, Dynamics of Structures
A Primer. Berkeley.
4. Clough, R.W., Penzien, J., Ginting, D., 1997,
Dinamika Struktur, Jakarta, Erlangga.
Gambar 5. Pola Deformasi Lateral Struktur
5. Standar Nasional Indonesia, SNI 03-2847-
Akibat Beban Gempa
2013, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
Untuk Bangunan gedung.
6. Standar Nasional Indonesia, SNI 03-1726-
5. Kesimpulan dan Saran 2012, Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Bangunan gedung dan Non
5.1. Kesimpulan
Gedung.
Parameter tanggap struktur dari hasil penelitian 7. Wantalangie, Revie OF, Jorry D. Pangouw,
ini dapat disimpulkan : and Reky S. Windah. "Analisa Statik Dan
1. Periode getar (T), frekuensi natural (ωn), Dinamik Gedung Bertingkat Banyak Akibat
serta deformasi struktur (δ) yang diperoleh Gempa Berdasarkan Sni 1726-2012 Dengan
dari hasil analisis plane frame (3 derajat Variasi Jumlah Tingkat." Jurnal Sipil
kebebasan aktif) menghasilkan nilai yang Statik 4.8 (2016).
lebih besar jika dibandingkan dengan 8. Cornelis, Remigildus, Wilhelmus
struktur yang dianalisis sebagai space frame Bunganaen, and Bonaventura Haryanto
(6 derajat kebebasan aktif). Umbu Tay. "Analisis Perbandingan Gaya
2. Derajat kebebasan struktur mempengaruhi Geser Tingkat, Gaya Geser Dasar,
perilaku suatu struktur dalam merespon Perpindahan Tingkat Dan Simpangan Antar
beban gempa. Tingkat Akibat Beban Gempa
Berdasarkan." Jurnal Teknik Sipil 3.2
5.2. Saran (2014): 205-216.
9. Tarigan, Matahari. "Perbandingan Respon
1. Untuk analisa perilaku struktur yang lebih Struktur Beraturan dan Ketidakberaturan
lengkap, analisis dapat dilanjutkan sampai Horizontal Sudut Dalam Akibat Gempa
pada tahap pemodelan static nonlinear dengan Menggunakan Analisis Statik
dengan push over analysis untuk melihat pola Ekivalen dan Time History." Jurnal Teknik
keruntuhan dari masing-masing metode Sipil USU 3.1 (2014).
analisis dengan plane frame dan space frame.

31
PERENCANAAN SIRKUIT BALAP MOTOR ROAD RACE
BERSTANDAR NASIONAL DI SAMARINDA

Aldhi Givvari S.1, Rusfina Widayati2, Akhmad Taufiq3


Teknik Sipil Universitas Mulawarman Samarinda
Jl.Sambaliung No.9 Kampus Gunung Kelua, Samarinda 75119. Telp: 0541-736834, Fax: 0541-749315
e-mail: aldhimio@gmail.com, rusfinawy@gmail.com

ABSTRAK

Kata balap, seperti yang kita ketahui adalah tentang aktivitas balap dan pemacu kecepatan di antara para
pembalap. Tipe-tipe balap motor tersebut adalah Road Race, Motor Cross, Drag Bike, Grass Track, Free
Style. Balap motor pada umumnya dikenal sebagai olahraga yang berbahaya, tetapi dinikmati sebagai
hiburan yang menarik. Untuk meningkatkan balap motor di Indonesia pada umumnya, dan di Samarinda
pada khususnya, tempat untuk berlatih para pembalap berpontensi, maka dari itu perlu dibangun fasilitas
olahraga yang pantas dengan standar nasional di Samarinda. Dari sudut pandang perencanaan fasilitas
pengembangan potensi motor road race denga standar nasional di Samarinda, fasilitas ini juga dapat
menjadi sarana rekreasi dan hiburan untuk pengguna fasilitas. Prinsip dasar perencanaan termasuk
rencana analisis tapak, bangunan dan lintasan. Konsep perencanaan termasuk dalam desain awal rencana
bangunan utama, paddock, tribun VIP dan ekonomi serta fasilitas pendukung lainnya.

Kata Kunci : Sirkuit, Balap, Samarinda.

ABSTRACT

The race word, aswe known is about racing activities and speeding among the riders. The motor race’s type
are road race, motor cross, drag bike, grass track, and free style.
The motor race in general known as a dangerous sport, but considerd as quite an exicitis entertainment to
increase the grown of motor race in indonesia in general and specially in samarinda. The needed of the place
to conduct training and exercising for the prospective racers, then it need to be built a great sport fasilities
with national standar in samarinda.This objective to design a facilities developed motor race, with national
standard in samarinda, also this facilities could be as recreational entertaining place for the users.The basic
planning principles include site planning, building analysis and track. The concept planning include
preliminary main building planning, paddock, VIP and economy tribun and supporting facilities.

Keywords: Circuit, Racing, Samarinda.

1. Pendahuluan pusat pengembangan otomotif di Kalimantan


Timur di bawah naungan PENGDA IMI KALTIM.
Balap merupakan salah satu cabang olahraga
otomotif di Indonesia. Seiring dengan kemajuan Samarinda sendiri sebagai salah satu kota
teknologi mesin yang digunakan, memberikan terbesar di Indonesia termasuk salah satu kota
dampak positif terhadap perkembangan yang penduduknya memiliki animo besar
teknologi dunia otomotif pada industri otomotif terhadap olahraga otomotif khususnya roda 2
nasional. (dua). Ini dapat dilihat dari tiap event yang
digelar di kota ini selalu mendapatkan sambutan
Pada masa sekarang khususnya di daerah kota yang positif.
Samarinda jenis olahraga otomotif telah
memasyarakat dan cukup digemari dikalangan Tujuan dari perencanaan ini adalah untuk
remaja dan dewasa, otomotif bukan lagi sebagai merencanakan keberadaan sarana fisik yang
hobi melainkan sudah menjadi gaya hidup masa berupa sirkuit permanen dan fasilitas
kini khususnya dikalangan remaja. Samarinda penunjangnya di kota Samarinda dan menjadi
sebagai ibukota provinsi dan pusat salah satu tempat diadakannya lomba balap
pemerintahan Kalimantan Timur, juga sebagai motor untuk tingkat nasional di Samarinda dan

32
merencanakan kawasan sirkuit yang aman dan operasional sirkuit dan ruang hospitality yang
nyaman bagi pelaku kegiatannya sendiri. berfungsi untuk menjamu para tamu atau relasi
dari tim-tim balap atau perusahaan pendukung.
Dalam dunia otomotif khususnya roda dua ini,
a. Lokasi
bidang olahraga yang biasa dilakukan adalah
Bangunan pit terletak di antara pit-lane
adu kecepatan (racing). Berasal dari kata race,
(lintasan untuk keluar-masuk pit) dan area
yang mengacu pada kamus Inggris - Indonesia
paddock.
memiliki pengertian berlomba dengan,
b. Besaran ruang
membalap, mengebut, menjalankan cepat-cepat.
Menurut FIA, bangunan pit memiliki besaran
Sedangkan racing berarti perlombaan balap total minimal 1400 m2 (lantai dasar), yang
dengan menggunakan kendaraan bermotor terdiri dari beberapa pit box atau pit garasi
dalam suatu trek sirkuit berupa lintasan atau dengan minimal panjang 6 m dan lebar 5 m.
jalan yang telah ditentukan dengan kriteria c. Perlengkapan bangunan
tertentu. Bangunan pit khususnya pit box atau pit garasi
memiliki persyaratan bangunan yaitu :
Olahraga bermotor ini mempunyai standar-
 Keamanan
standar teknis yang berbeda-beda, dikarenakan
Tiap pit box harus memiliki penahan atau
jenis balapan maupun kendaraan dan sirkuit
dinding untuk mencegah hubungan
yang digunakan memiliki perbedaan. Olahraga
langsung dengan pit box lainnya. Namun
Road Race, Motor Cross dan Drag Bike ini
partisi tersebut dapat dibuka untuk
memiliki perbedaan mendasar pada karakter
digunakan oleh tim yang menyewa lebih
lintasan. Perbedaan tersebut yaitu:
dari satu pit box. Setiap pit box juga harus
Tabel. 2.1 Perbedaan Road Race, Motor Cross, dan
mampu mengamankan elemen-elemen
yang ada di dalamnya, serta terlindung dari
Drag Bike angin, hujan dan bebas dari masuknya air
Road Race Motor Drag ke dalam pit.
Cross Bike  Kelistrikan dan pencahayaan
1. Trek/ a. Aspal a. Tanah, a. Aspal Tiap 50 m2 dari beberapa boks harus
Sirkui halus tanah halus dilengkapi paling sedikit 6 saluran listrik.
t b. Naik berpasir, b. Datar Tiap saluran paling sedikit 16 Ampere.
turun lumpur c. Lurus Semua pit box dan pit garasi harus
cenderun b. Bergelo tanpa
mempunyai penerangan min 500 lux, dan
g datar mbang, beloka
c. Memutar naik n juga dilengkapi dengan kabel untuk
dan turun dihubungkan dengan timekeeping dan
banyak curam, sinyal televisi.
tikungan terdapat  Air Drainase
landai jumpinga Setiap pit box harus memiliki akses untuk
n air dan drainase yang baik.
c. Memutar  Saluran Kompresor Udara
, banyak
Setiap pit box harus dilengkapi dengan
tikungan
tajam saluran kompresor udara.
2. Lebar 6-10 Meter 6-15 Meter 8,5  Pencegah Kebakaran
trek Meter Setiap pit box harus dilengkapi dengan alat
Sumber: ikatan motor indonesia pemadam kebakaran, seperti Extinguisher.
 Fasilitas lain yang terdapat pada bangunan
Menurut FIA sebuah sirkuit permanen
pit antara lain ruang pers, parc ferme,
berstandar internasional harus mempunyai
podium juara, ruang hospitality dan ruang
fasilitas sirkuit sebagai berikut :
pengelola.
1. Bangunan Pit d. Ruang Pers (press room)
Lokasi disarankan berada di atas lantai dasar
Pit Building atau bangunan pit merupakan
dengan maksud agarmemiliki pandangan yang
bangunan utama sirkuit yang terdiri dari
maksimal ke garis start-finish maupun pit lane.
beberapa pit box atau pit garasi pada lantai
Ruangan ini harus dilengkapi dengan
pertama yang digunakan untuk persiapan tim
penghangat atau pendingin ruangan. Ruang
balap dan kendaraannya sebelum dan saat
pers juga dilengkapi dengan ruang untuk
membalap, juga saat terjadi kerusakan,
pengelola pers, internet, informasi tim,
pengisian bahan bakar atau pit stop, sedangkan
reception desk, TV monitor, video recorder, alat
lantai kedua biasanya digunakan untuk kantor
fotokopi, ruang pelayanan dan laboratorium

33
fotografer, instalasi untuk komentator TV dan bangunan pit, yang biasanya berada di ujung
sambungan telepon dan komunikasi. bangunan pit.
e. Podium Juara b. Peralatan dan Perlengkapan
Letak podium harus dapat terlihat dari tribun RCT harus dilengkapi dengan :
utama dan terlindungi saat penyerahan trofi  sistem komunikasi dalam sirkuit yang
juara dengan menggunakan semacam garis dihubungkan dengan pos-pos pengamatan,
pembatas yang bersifat sementara terhadap pos-pos darurat utama, dan pelayanan
posisi podium untuk memberikan ruang yang jaringan yang lain (misal ke ruang pers yang
maksimal bagi fotografer. Jarak antara mimbar berada di pit).
dengan garis terluar podium minimal 120 cm  sebuah telepon yang dihubungkan dengan
untuk sirkulasi. Lantai podium harus tertutup jaringan telepon kota.
dengan karpet biru tua atau hijau. Letak  jaringan interkom yang dihubungkan
podium juara disarankan berdekatan dengan dengan offisial yang berada di trek.
ruang pers karena setelah acara penyerahan  sebuah pemancar dan penerima radio untuk
trofi dilanjutkan dengan wawancara di ruang komunikasi dengan kendaraan dan pos-pos
pers. (internal network).
f. Parc ferme  sebuah jaringan mikrofon yang
Merupakan ruangan yang bersifat sementara dihubungkan dengan bangunan pit dan
yang digunakan untuk parkir kendaraan juara, paddock serta ke sistem untuk publik.
biasanya terletak di bawah-depan podium  TV monitor dan sistem panel pengatur
juara. Area ini harus tertutup pagar temporer (switching systems)
dan hanya memiliki sebuah pintu masuk. Area  Closed Circuit Television (CCT)
ini menurut standar FIM minimal memiliki  Fasilitas pemanas atau pendingin ruangan.
luas sebesar 300 m2. Fasilitas ruang lain yang berhubungan dengan
g. Ruang hospitality Race Control Tower adalah :
Merupakan ruangan yang berfungsi untuk
 Pos Pencatat waktu (timekeeping post) dan
menjamu para tamu atau relasi dari tim-tim hasil lomba (result office)
balap atau perusahaan pendukung. Ruangan Lokasi ini harus memungkinkan bagi
ini terletak di atas pit garasi, sehingga
petugasnya untuk mendapatkan hasil
didapatkan pandangan yang baik ke arah garis pengamatan yang sebaik mungkin.
startfinish dan pit lane. Ruangan ini juga dapat Sedangkan pos hasil lomba dapat diletakkan
disewakan kepada umum tergantung dari
di dekat pos pencatat waktu, namun tetap
konsep perencanaan pengelola sirkuit. terpisah dan dapat memuat minimal
h. Ruang Pengelola beberapa mesin ketik dan mesin fotokopi.
Ruang pengelola terletak di bangunan pit
 Ruang ofisial (official’s room)
dengan maksud agar pengelolaan sirkuit dapat
Ruang juri berlokasi di dekat atau berada di
berjalan maksimal dan dapat berhubungan
race control, di mana ruangan ini dapat
dengan ruang-ruang lain selama perlombaan.
diakses bagi pembalap yang ingin bertanya
atau bahkan protes terhadap keputusan
2. Menara Kontrol Balap (Race Control
hasil lomba. Ruangan ini disebut dengan FIM
Tower)
and FIA steward room. Ruangan ini
Menara kontrol balap (RCT) merupakan pusat disyaratkan dilengkapi dengan pendingin
kendali, pengawasan, dan pengaturan balap. udara dan sebuah meja dengan 12 kursi.
Dalam ruangan ini terdapat ruang untuk para  Ruang delegasi FIA atau FIM
offisial lomba (Stewards of Meeting) beserta Menurut FIA dalam buku tahunannya,
anggotanya yang digunakan selama perlombaan. Yearbook of Automobile Sport, 2000,
a. Lokasi disebutkan bahwa FIA mengangkat
Menurut FIA dalam buku tahunannya, delegasinya untuk kepentingan selama
Yearbook of Automobile Sport, Appendix H, perlombaan, sebagai berikut :
1999, bahwa race control berupa sebuah 1.) Delegasi keamanan (Safety Delegate)
bangunan yang terleta berdekatan dengan 2.) Delegasi medis (Medical Delegate)
garis start dan memiliki akses khusus ke trek 3.) Delegasi Teknik (Technical Delegate)
dan pit lane. Area bangunan ini hanya boleh 4.) Delegasi Pers (Press Delegate)
digunakan oleh panitia lomba, agar dapat 5.) Perwakilan Presiden FIA (a
mendapatkan pandangan yang maksimal ke representative of the President of the FIA)
seluruh trek dan pit lane. Race control 6.) Pengamat (an observer)
hendaknya diletakkan satu garis lurus dengan 7.) Penasihat stewards (a stewards advisor)

34
3. Pusat Kesehatan (Medical Centre) penonton yang berada di sepanjang lintasan,
maka lintasan harus diberi pengaman atau
Fasilitas ini mencakup sebuah klinik atau rumah
penahan (barriers).
sakit kecil yang berfungsi mirip dengan instalasi
gawat darurat pada rumah sakit umumnya, yang Pada dasarnya penahan digunakan untuk
siap terhadap segala kemungkinan kecelakaan menghilangkan energi yang terbawa kendaraan
yang menimpa pembalap, marshall atau sebelum menabrak penahan. Energi tersebut
pengawas. Medical Centre harus dilengkapi harus dihilangkan tanpa memberi mobil beban
peralatan medis canggih, minimal instalasi yang bisa menyebabkan struktur pelindung
operasi dan penanganan luka bakar. Juga pembalap (safety cell) rusak dan mencederai
dilengkapi dengan helikopter, ambulan dan pembalap, atau memberi beban pada pembalap
beberapa unit kendaraan penolong. akibat perlambatan yang menyebabkan luka
dalam atau membuatnya menghantam safety
4. Tribun Utama (Grandstand) cell, terutama bagian kepala.
Tribun utama termasuk dalam fasilitas untuk Tiap penahan memiliki karakter yang berbeda
umum. Fasilitas tersebut haruslah sesuai dengan tergantung dari karakter lintasan. Sistem
peraturan setempat mengenai peraturan penahan (barriers) terbagi menjadi dua macam,
bangunan yang mencakup peraturan tentang yaitu penahan untuk lintasan lurus dan penahan
keramaian, tempat parkir, pertolongan pertama, untuk belokan.
pemadam dan pencegah kebakaran.
Tribun utama pada umumnya mencakup
2. Metodologi Penelitian
instalasi sebagai berikut : Pelaksanaan penelitian dilakukan studi lapangan
 Tribun, baik VIP maupun festival, tertutup dan dengan tahapan sebagai berikut :
tidak tertutup.
 Ruang yang memadai untuk parkir. Analisis Tapak:
 Restoran/kafe. 1. Sketsa lokasi
 Fasilitas Umum (Public Convience Facilities), 2. Pengenalan lingkungan
antara lain toko suvenir, klinik kecil, tempat 3. Pengamatan lingkungan
ibadah, lavatory yang memadai, dan lain
sebagainya. Studi Kasus:
1. Sirkuit balap baru
Menurut Standar SNI 03-3647-1994, SKB Men.
PU dan Menpora tentang Tata Cara Perencanaan 2. Sirkuit balap di Indonesia
Teknik Bangunan Gedung Olahraga, disebutkan 3. Sirkuit balap dengan konsep modern
bahwa tempat duduk penonton memiliki
besaran sebagai berikut : 3. Analisis Dan Pembahasan
 VIP, panjang min x lebar min = 0,8 m x 0,5 m;
Pada proyek ini, Road Race Circuit merupakan
panjang max x lebar max = 0,9 m x 0,6 m.
sebuah tempat yang memadukan olahraga, area
 Biasa, panjang min x lebar min = 0,8 m x 0,4 m;
komersil dan exhibition. Untuk itu perlu di
panjang max x lebar max = 0,9 m x 0,5 m.
lakukan pemilihan lokasi yang tepat untuk
Sedangkan ketentuan untuk toilet penonton mendukung fasilitas tersebut.
dengan perbandingan penonton wanita dan pria
A. Analisis Kondisi Tapak dan Lingkungan
adalah 1 : 4, yang penempatannya dipisahkan.
Fasilitas yang dibutuhkan minimal dilengkapi Kriteria Pemilihan Site
dengan : Area site yang dipilih merupakan daerah yang
 Jumlah kakus jongkok untuk pria dibutuhkan strategis, sesuai dengan kriteria site yang di
minimal 1 buah kakus untuk 200 penonton butuhkan. Site yang dipilih berada di pinggir
pria dan 1 buah untuk 100 penonton wanita. kawasan kota Samarinda, tetapi mudah
 Jumlah bak cuci tangan yang dilengkapi dijangkau dari pusat kota Samarinda. Provinsi
dengan cermin, dibutuhkan minimal 1 buah Kalimantan Timur memiliki beberapa daerah
untuk 200 penonton pria dan 1 buah untuk yang dikembangkan secara bersamaan yaitu
200 penonton wanita. Samarinda, Balikpapan, Tenggarong dan
 Jumlah peturasan yang dibutuhkan minimal 1 Bontang. Jarak tempuh antara keempat kota ini
buah untuk 100 penonton pria. tidak terlalu jauh, maka sering terjadi interaksi
baik dalam hal perdagangan, kegiatan industri,
Untuk keamanan dan keselamatan bagi
kegiatan pariwisata, kegiatan pertambangan,
pembalap, pengawas, offisial tim, maupun
maupun laju kegiatan pertanian dan perikanan.

35
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota 2. Kawasan Kota Lama di Kecamatan
Samarinda Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Samarinda Seberang.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Samarinda c. kawasan strategis dari sudut kepentingan
Tahun 2014-2034, BAB V rencana lingkungan meliputi:
pengembangan kawasan strategis kota di 1. Kawasan Kebun Raya Samarinda terletak
Samarinda pada pasal 49 Kawasan Strategis di Kecamatan Samarinda Utara;
Kota (KSK) meliputi : 2. Kawasan Tepian Sungai di sepanjang
a. kawasan strategis dari sudut kepentingan sungai Kota Samarinda.
pertumbuhan ekonomi meliputi:
Lokasi lahan terletak pada Jl.APT. Pranoto (Kec.
1. Kawasan industri di Kecamatan Palaran.
Samarinda Sebrang). Lihat pada Gambar
2. Kawasan perdagangan Citra Niaga di
dibawah. Batas-batas pada sisi utara dan barat
Kecamatan Samarinda Kota.
berbatasan dengan perumahan, pada sisi selatan
3. Kawasan perdagangan dan jasa skala
dan timur berbatasan dengan lahan kosong.
kota di Kecamatan Sambutan.
Lahan tersebut merupakan lahan kosong.
b. kawasan strategis dari sudut kepentingan
sosial budaya meliputi :
1. Kawasan Pariwisata Budaya Desa
Pampang terletak di Kecamatan
Samarinda Utara.

Loka
si

Gambar 3.1 Lokasi site


Gambar 3.2 Foto eksisting lokasi

36
Lokasi : Jln. APT. Pranoto – Kec. 6. Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang
Samarinda Sebrang 7. Luasan Lahan Bangunan
Koordinat Site : 0º 31’ 43,9” S - 117º 07’ 51,8” 8. Luasan Parkiran
E
Luas Tapak : ± 360000 m2 ( 36 Ha)
Topografi Tapak : Berkontur cenderung datar C. Konsep Perencanaan
sebagian landai
Sikuit Balap ini memiliki tujuan utama sebagai
Jalan Utama Site : Jln. APT. Pranoto
tempat penyelenggaraan kejuaraan balap tingkat
Batas Tapak :
nasional. Selain itu Sirkuit Balap ini diharapkan
Sebelah Utara : Berhadapan jalan utama
mampu mendorong prestasi olahraga otomotif
Site
di Samarinda maupun di Indonesia. Sirkuit ini
Sebelah Selatan : Lahan Kosong
juga merupakan sarana hiburan bagi masyarakat
Sebelah Barat : Lahan Kosong dan
pecinta olahraga otomotif untuk menyaksikan
Perumahan
kejuaraan balap secara langsung.
Sebelah Timur : Berhadapan jalan utama
site D. Konsep Tapak
Konsep tapak didesain cukup sedehana dan
B. Analisis Fungsional tidak memiliki konsep tertentu, hanya saja lebih
mengutamakan akses kenyamanan dan
Analisis berikut mencakup analisis kegiatan para
keamanan bagi pengunjung dan pembalap yang
pelaku, kebutuhan ruang pelaku besaran ruang
berada didalamnya. Pada pengolahan tapak ini
pelaku dan luasan parkir pelaku.
didesain dengan penataan sirkulasi dan
1. Analisis Kegiatan Pembalap dan Kru penataan massa bangunan yang lebih
2. Analisis Kegiatan Pengunjung mengutamakan kenyamanan dan tetap
3. Analisis Kegiatan Offisial Pertandingan mengikuti nilai – nilai estetika pada pola
4. Analisis Kegiatan Pengelola sirkulasi dan penataan massa bangunannya.
5. Analisis Kebutuhan Fasilitas Bangunan

E. Konsep Sirkulasi

Gambar 3.3 Zonasi Sirkuit

37
F. Konsep Lintasan
Konsep lintasan sendiri diambil dari analogi Pesut Mahakam yang merupakan simbol dari kota Samarinda,
kemudian didesain dengan prinsip stilisasi menyerupai bentuk tersebut.

Gambar 3.4 Transformasi Bentuk Lintasan

1. Bentuk Lintasan
Berikut data – data teknis lintasan :
Untuk jenis – jenis tikungan dalam lintasan
Panjang Lintasan : 1,318 Km ≈ 1318 m
dapat dilihat pada gambar berikut :
Lebar Lintasan : 8 – 10 m
a. Home Straight (Lintasan lurus panjang)
Arah Start – Finish : Berlawanan arah jarum jam
b. Slow Moving (Tikungan lambat)
Jumlah Tikungan : 16 Tikungan ( 7 tikungan
c. Fast Moving (Tikungan cepat)
kanan dan 9 tikungan kiri)
d. Tikungan Kombinasi (Tikungan kombinasi)
Lintasan lurus :
e. Hair Pin (Tikungan 180º atau tusuk konde)
T1-T2 = 28.986 m, T2-T3 = 25.869 m
Chicane (Tikungan kiri kanan dengan jarak
T3-T4 = 35.996 m, T4-T5 = 118.446 m
f. yang rapat)
T5-T6 = 18.034 m, T6-T7 = 26.233 m
g. Gravel Bed (Area pasir)
T7-T8 = 12.52 m, T8-T9 =
h. Turn Bank (Pembatas Lintasan)
38.834 m
T9-T10 = 16.535 m, T10-T11 = 32.312 m
T11-T12 = 102.689 m, T12-T13 = 62.288 m
T13-T14 = 63.777 m, T14-T15 = 89.573 m
T15-T16 = 105.629 m, T16-T1 = 123.094 m
(Start)

Gambar 3.6 Jenis Tikungan Lintasan

Gambar 3.5 Bentuk Teknis Lintasan

38
2. Sistem Pengaman Lintasan Koordinat : 0º 31’ 43,9” S - 117º 07’
51,8” E
Pada sistem pengaman lintasan terbagi dua yaitu
Sebelah Utara : Berhadapan langsung
lintasan lurus dan belokan. Untuk lintasan lurus
pada jalan APT. Pranoto
menggunakan guard rail sedangkan disetiap
Sebelah Selatan : Lahan kosong
belokan disediakan gravel bed untuk menahan
Sebelah Barat : Lahan kosong dan
laju pembalap yang keluar lintasan. Lihat
Perumahan
gambar berikut.
Sebelah Timur : Berhadapan langsung
pada jalan APT. Pranoto
b. Luas Lahan Kawasan Sirkuit yaitu : ± 36 Ha
≈ 360000 m2.
c. Data – data teknis lintasan sirkuit :
Panjang lintasan : 1,318 Km ≈ 1318 m
Lebar lintasan : 8 – 10 m
Jumlah Tikungan : 16 Tikungan (7
tikungan kanan dan 9
tikungan kiri)
Arah start – finish : Berlawanan arah jarum
jam
Lintasan lurus :
T1-T2 = 28.986 m, T2-T3 = 25.869 m
Gambar 3.7 Pengaman Lintasan T3-T4 = 35.996 m, T4-T5 = 118.446 m
T5-T6 = 18.034 m, T6-T7 = 26.233 m
3. Lapis Perkerasan Lentur T7-T8 = 12.52 m, T8-T9 = 38.834 m
Secara umum untuk sirkuit balap road race T9-T10 = 16.535 m, T10-T11 = 32.31 m
menggunakan lapis perkerasan lentur, sehingga T11-T12 = 102.689 m,T12-T13 = 62.28 m
pada rencana sirkuit ini menggunakan lapis T13-T14 = 63.777 m, T14-T15 = 89.57 m
perkerasan lentur. Berikut gambar lapis T15-T16 = 105.629 m,T16-T1 = 123.09 m
perkerasan lentur. (Start)
d. Fasilitas-fasilitas sirkuit meliputi :
 Bangunan Fasilitas Sirkuit
 Bangunan Pit (kantor pengelola,
paddock, menara kontrol balap, pusat
kesehatan).
 Tribun Vip dan biasa.
 Bangunan Servis.
 Fasilitas Pelengkap Sirkuit
 Gerbang sirkuit
 Sculpture
 Jalan akses masuk sirkuit
 Pagar pembatas kawasan sirkuit
 Pengaman lintasan sirkuit (pagar
Gambar 3.8 Lapis Perkerasan Lentur pengaman penonton dan guard rail)
4. Kesimpulan dan Saran  Jalan layanan
 Gravel bed
a. Kesimpulan  Lintasan pit
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil  Area pit
perencanaan sirkuit ini adalah sebagai berikut :  Area parkir (pembalap, penonton dan
1. Hasil dari merencanakan keberadaan sarana pengelola)
fisik yang berupa sirkuit permanen dan 2. Dengan adanya fasilitas penunjang pada
fasilitas penunjangnya di kota Samarinda perencanaan ini maka kawasan sirkuit ini
dan menjadi salah satu tempat diadakannya memiliki aspek aman dan nyaman bagi
lomba balap motor untuk tingkat nasional di pelaku kegiatan sendiri.
Samarinda, adalah :
a. Data Lokasi Sirkuit.
Lokasi Sirkuit : Berada di jalan APT.
Pranoto Kec. Samarinda
Sebrang

39
b. Saran 6. Saodang, Hamirhan, 2010. Kontruksi Jalan
Raya Cetakan Ke III. Penerbit Nova: Nova.
Dari semua kesimpulan diatas, penulis dapat
memberikan saran-saran dalam perencanaan
Jurnal
sirkuit balap motor berstandar nasional, antara
1. Amri, 2014. Perencanaandan Perancangan
lain:
Bangunan Pagelaran Seni dan Budaya Betawi
1. Pada perencanaan sirkuit hal pertama yang
di Kawasan Ancol - Jakarta Utara. Institut
harus di perhatikan yaitu standar teknis
Teknologi Nasional. Bandung.
lintasan dari regulasi tahun terbaru.
2. Burhan, Endi. Program Perencanaandan
2. Pada perencanaan sirkuit berkarakter lain
Perancangan Gor Basket di Kampus UNDIP
juga memiliki standar teknis sendiri,
Tembalang. Semarang.
sebaiknya untuk perencanaan selanjutnnya
3. Christiyanto, Setyo. Sirkuit dan Pusat
dapat mengambil perencanaan tersebut.
Pelatihan Balap Motor. Universitas Atma Jaya.
Yogyakarta
DAFTAR PUSTAKA 4. Fajri, Fahrushy Alwari, 2014. Drag Race
Buku Circuit. Universitas Sumatra Utara.
1. Departemen Pekerjaan Umum, 1994. Tata
Cara Pekerjaan Teknik Bangunan Gedung Non Buku
Olahraga, SNI 03-3647-1994. Penerbit Diakses 16 juni 2015 22:00 WITA
Yayasan LPMB : Bandung.
1. https://otomaxonline.wordpress.com
2. Direktur Jendral Perhubungan Darat, 1996.
2. http://cuma1.com/2015/03/12/profil-
Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas
sirkuit-motogp-musim-2015/
Parkir. Departemen Perhubungan: Jakarta.
Diakses 21 agustus 2015 00:35 WITA
3. Dosen Teknik Unmul, 2011. Panduan
Skripsi/Tugas Akhir, Seminar, Dan Praktek 3. http://yamaha-kaltim.co.id/kaltim-
Kerja Lapangan. Fakultas Teknik Universitas juara-umum-yamaha-rajai-semua-
Mulawarman: Samarinda. kelas/
4. Peraturan Nasional, 2014. Peraturan Diakses 10 September 2015 01:46 WITA
Olahraga Kendaraan Bermotor. Edisi 2014. 4. http://www.skyscrapercity.com/showt
Ikatan Motor Indonesia. hread.php?t=528620&page=4
5. Perda, 2014. Rencana Tata Ruang Wilayah 5. http://www.sapos.co.id/berita/detail/R
Kota Samarinda Tahun 2014-2034, No2. Kota ubrik/16/57058
Samarinda.

40
PENTINGNYA ANALISIS MEKANISME KERUNTUHAN
PADA SEMUA TAHAPAN DAN ASPEK KEGIATAN KONTRUKSI BERESIKO TINGGI

Abdul Haris1
Teknik Sipil Universitas Mulawarman Samarinda
Jl. Sambaliung No.9 Kampus Gunung Kelua, Samarinda 75119. Telp: 0541-736834, Fax: 0541-749315
e-mail: oowaais@yahoo.com

ABSTRAK

Keruntuhan getas pada struktur-struktur yang beresiko tinggi perlu diantisipasi secara sistemik lebih
serius lagi. Kebutuhan infrastruktur dan sarana prasarana lainnya terus tumbuh baik dari segi kulaitas
mauapun kuantitas. Dibutuhkan lebih banyak lagi struktur-struktur yang beresiko tinggi sepeti
jembatan-jembatan bentang panjang dengan kabel dan gantung maupun kontruksi baja serta jembatan-
jembatan yang melayang di atas kota yang sibuk. Bangunan-banguna vital didaerah rawan gempa dan
juga dengan kondisi tanah tidak stabil.
Sejumlah keruntuhan konstruksi beresiko tinggi seperti jembatan bentang panjang dan juga gedung
ditelusuri. Dari hasil penelusuran, ditemukan banyak ketidakpastian perilaku struktur yang perlu
dicermati. Pendekatan probablistik perlu diadopsi lebih luas sedemikian analisis mekanisme keruntuhan
struktur dibutuhkan dalam proses perencana atau bahkan pada saat program disiapkan. Analisis
mekanisme keruntuhan yang dilakukan sejak dari tahapan program akan memberikan informasi untuk
langkah-langkah yang akan diambil dalam rangka mereduksi probabilitas keruntuhan getas. Analisis
mekanisme keruntuhan juga akan memberikan informasi terkait metode konstruksi dan juga untuk
tahapan pemeliharaan dan perbaikan.

Kata Kunci : Resiko tinggi, pendekatan probabilistik, hirarki keruntuhan, mekanisme keruntuhan
, elemen fuse, daktail

1. Pendahuluan masa konstruksi atau terjangan bencana alam


seperti banjir, gempa dengan atau tanpa
Tulisan ini dilatarbelakangi terutama oleh tsunami. Jarang sekali terjadi keruntuhan
keruntuhan Jembatan Kutai Kertanegara (Kukar) struktur jembatan pada saat lalu lintas masih
pada 2011 yang lalu. Keruntuhan katastropik beroperasi normal.
Jembatan Kukar ini dapat disebutkan sebagai
keruntuhan terburuk dalam sejarah konstruksi Walaupun sudah muncul atau sedang
jembatan di Indonesia Disamping itu masih dikembangkan beberapa teori yang berusaha
banyak kejadian keruntuhan-keruntuhan menjelaskan penyebab keruntuhan keruntuhan
struktur di seluruh Indonesia yang bahkan tidak tersebut di atas, tulisan ini tidak dimaksudkan
dilatarbelakangi oleh kejadian extra ordinary untuk memaparkan atau menambahkan teori-
seperti gempa, serangan angin badai, teori baru seputar sebab-sebab keruntuhan.
pembebananan sangat berlebihan atau Ulasan pada tulisan ini ditujukan pada langkah-
pencuriaan elemen bangunan. langkah startegis yang perlu diusulkan dalam
rangka menghindari keruntuhan getas struktur
Dari prespektif rekayasa struktur keruntuhan yang membahayakan keselamatan jiwa manusia
tersebut diatas memiliki mekanisme keruntuhan di masa yang akan datang. Selaras dengan
yang bersifat getas (brittle) atau dengan bahasa perkembangan peradaban, keselamatan jiwa
yang lebih sederhana terjadi mendadak tanpa manusia menjadi pertimbangan utama dari
diawali oleh tanda-tanda keruntuhan yang teknologi konstruksi mulai dari tahapan
signifikan. Korban jiwa selalu mengikuti penyusunan program, perencanaan, konstruksi
keruntuhan konstruksi jenis ini.Hanggar runtuh sampai tahap penggunaan sekaligus
tanpa menunjukkan tanda-tanda yang signifikan, pemeliharaan. Terlebih fakta yang ditemukan di
misalnya dalam bentuk deformasi beberapa semua belahan bumi, tetap ada probabilitas
elemen struktur yang berlebihan sebelum walau sekecil apapun bahwa suatu struktur
keruntuhan terjadi. Demikian halnya dengan dimanapun dapat mengalami rusak berat atau
keruntuhan jembatan Kukar. Dari rekaman bahkan runtuh. Kalau akhirnya suatu struktur
keruntuhan jembatan-jembatan di Indonesia tidak dapat diantisipasi sehingga runtuh, paling
pada umumnya terjadi akibat kelalaian pada

41
tidak jiwa manusia manusia dapat di selamatkan perencana dalam menyikapi probabilitas
semaksimal mungkin. keruntuhan struktur. Melalui pendekatan
probabilistik seorang atau tim insinyur menjadi
2. Filosofi Pendekatan Probabilisitik lebih waspada (aware) bahwa tetap terdapat
probabilitas walaupun sekecil apapun, gaya-gaya
Pendekatan keamanan struktur sejak yang bekerja selama masa layan struktur
standarisasi atau kodifikasi perencanaan mulai melampaui kapasitas atau tahanan elemen
diaplikasikan sekitar satu abad yang lalu struktur yang didisain. Oleh karena itu struktur
awalnya didominasi oleh pendekatan yang yang beresiko tinggi dapat saja mengalami
bersifat determi-nistik. Kekuatan struktur keruntuhan getas sehingga perlu dipertimbang-
direduksi sedemikain rupa dengan faktor kan dari tahapan paling awal dari suatu kegiatan
keamanan (sebagai bilangan pembagi dan konstruksi. Kalaupun akhirnya keruntuhan tidak
bernilai lebih dari satu) untuk memastikan dapat sepenuhnya dicegah dengan teknologi
struktur tetap aman sepanjang masa layannya. yang ada, setidaknya diusahakan tidak terjadi
Pendekatan ini juga mengasumsikan bahwa keruntuhan dengan mekanisme getas.
struktur bersifat steady state (tidak berubah
sepanjang masa layan yang direncanakan). Keruntuhan dengan mekanisme daktail menjadi
Pendekatan ini bukan tidak tepat, terutama jika salah satu target perencanaan disamping target
diterapkan pada struktur-struktur yang relatif perencanaan yang umum seperti kekuatan,
dapat dipahami dan telah banyak dibangun stabilitas dan kelayanan (serviceability). Dengan
sekaligus digunakan serta diasumsikan relatif pendekatan probabilistik ini simulasi
tidak menerima gaya-gaya ekstrim pada saat mekanisme keruntuhan struktur justru menjadi
kejadian extra ordinary. bagian dari pekerjaan perencanaan.
Pengertian gaya-gaya ekstrim adalah gaya yang Khusus untuk perencanaan struktur antisipasi
bekerja melampaui batas kapasitas normalnya, gempa, konsep ini telah dikodifikasi dalam Code
dalam istilah yang lebih teknis adalah atau standart dengan terperinci. Simulasi
melampaui batas dalam rentang perilaku mekanisme keruntuhan dapat dilakukan dengan
elastisnya. Potensi gaya-gaya ekstrim pada pilihan-pilihan metode tergantung dari
tulisan ini tidak terbatas pada gaya-gaya yang kompleksitas dan resiko struktur. Mulai dari
bekerja akibat bencana alam semata seperti yang rumit sampai dalam prosedur yang telah
gempa, angin badaidan longsor tetapi jugagaya- disederhanakan sedemikin rupa sehingga dapat
gaya yang tidak terduga dari fenomena yang dilakukan oleh insinyur pemula.
belum sepenuhnya dipahami oleh perencana
pada suatu wilayah, akibat kelalaian dalam 3
2
penggunaan dan pemeliharaan atau bahkan dari
gangguan pencurian elemen struktur.
Gaya-gaya horisontal akibat gempa adalah
contoh gaya-gaya ekstrim akibat bencana 1
alam.Kalaupun dicoba mengakomodasi gaya-
gaya ekstrim dengan pendekatan deterministik (a)
ini maka hasilnya struktur menjadi tidak
ekonomis dan tetap mengandung spekulasi yang
tinggi.
1 3

Konsep perencanaan dengan pendekatan


probabilistik adalah hasil eksplorasi ilmuwan 2
teknik sipil/rekayasa struktur untuk
mendapatkan metode yang lebih rasional yang
berusaha mengkuantifikasikan probabilitas (b)
gaya-gaya yang bekerja disatu sisi dan kapasitas-
kapasitas elemen struktur disisi lainnya. Pada
Gambarelemen1. struktur
Contoh yang daktail seperti
sederhana baja
hirarki
Terlebih bila dikaitkan dengan kemungkinan karbon, kondisi diatas batas elastis belum
keruntuhan struktur portal akibat gaya lateraltentu
bekerjanya gaya-gaya ekstrim akibat bencana mengakibatkan
dari gempa : (a). struktur
getas (b).runtuh
daktailsesaat beban
alam seperti gempa, banjir, badai kebakaran yang bekerja melampaui kapasitas elastisnya.
hebat dan lain-lain. Fakta ini menginspirasi para insinyur untuk
mengembangkan konsep desain kapasitas yang
Konsep dari pendekatan probabilistik pada memanfaatkan sifat daktail material. Tujuan dari
subtansinya mempunyai implikasi yang luas desain kapasitas adalah menghasilkan struktur
karena merubah paradigma para insinyur yang mempunyai mekanisme keruntuhan yang

42
daktail sehingga pada saat gaya-gaya ekstrim pendekatan yang dipilih, dalam hal ini
bekerja struktur tidak segera runtuh (collapse) pendekatan probabilistik. Dengan mengadopsi
walau elemen-elemen struktur penyokong pendekatan di atas sepenuhnya, analisis perlu
konstruksi rusak berat. Elemen material yang lebih antisipativ lagi dengan memperluas
daktail tetap dapat berdeformasi walaupun analisis sampai kepada analisis mekanisme
kapasitasnyapada beberapa bagian tereduksi keruntuhannya.
hebat sehingga dapat mendistribusikan gaya-
Sebagai contoh, jembatan panjang adalah
gaya yang bekerja pada bagian-bagian lainnya
stuktur yang dapat dikatagorikan sebagai
pada elemen yang masih bugar. Konsep di atas
beresiko tinggi pada aspek perencanaan, metode
berkembang sejalan dengan tantangan yang
konstruksi bahkan pada tahap pemeliharaannya.
makin besar pada usaha untuk mendapatkan
Struktur ini mempunyai perilaku dinamik yang
struktuir yang aman saat gempa kuat terjadi.
membutuhkan tinjauan lebih dalam serta
Konsep ini menjadi filosofi disain bangunan
metode kontruksi dengan prosedur yang lebih
tahan gempa (seismic resistant buliding)
ketat selaras dengan bentang bebas struktur ini
beberapa dekade terakhir ini.
yang sangat lebar.
Gambar 1 menunjukkan hasil dari analisis
Mengulangi lagi pernyataan pada tulisan ini,
mekanisme keruntuhan yang memunjukkan
analisis mekanisme keruntuhan perlu dilakukan
hiraki keruntuhan. Gambar 1-a menunjukkan
pada setiap tahapan proses konstruksi, mulai
mekanisme keruntuhan struktur portal yang
dari tahapan paling hulu yaitu pada tataran
getas. Keruntuhan dimulai pada elemen kolom
program pada pemberi tugas, tahapan
akan membawa struktur padamekanisme
perencanaan, tahapan konstruksi dan yang tidak
keruntuhan yang getas. Gambar 1-b
kalah pentingya tahapan pemeliharaan.
menunjukkan mekanisme keruntuhan struktur
portal yang daktail dimana kerusakan dimulai
pada elemen balok. Dengan membuat
Kabe-kabel vertikal : 2
komponene ujung-ujung balok menjadi daktail
maka struktur secara keseluruhan akan Kabel utama : 1
Klem : 1
berperilaku daktail atau memeiliki mekanisme
keruntuhan yang daktail.
Dalam setiap struktur yang daktail terdapat
Elemen2 gelagar : 2
elemen yang bertindak sebagai fuse yang
berfungsi mendisipasi energi pada saat gaya- Blok angkur : 1 Pondasi & pylon : 1
gaya ekstrim bekerja. Elemen fuse ini yang perlu
dibuat daktail atau mempunyai kurva histerisis
yang gemuk. Tanpa elemen-elemen fuses ini Gambar 2. Contoh hirarki keruntuhan
analisis mekanisme keruntuhan menjadi sederhana struktur jembatan gantung
kehilangan subtansinya.

3. Analisis Mekanisme Keruntuhan


pada Semua Tahapan Mekanisme keruntuhan Jembatan Kukar
misalnya bersifat sangat getas. Terjadi saat
Belajar dari kejadian keruntuhan dua struktur pekerjaan pemeliharaan yang tidak mempunyai
yang beresiko tinggi di atas (Jembatan Kukar) back up analisis. Karena tidak mempuynai
maka perlu evaluasi konseptual dan pengetahuan lengkap mengenai perilaku
komprehensiv terhadap proses perencanaan struktur maka langkah-langkah perbaikan yang
yang berimpilkasi pada seluruh proses kegiatan dilakukan menjadi fatal. Asumsi-asumsi yang
konsruksi beresiko tinggi. Fakta proses digunakan berdasarkan kondisi steady state
keruntuhan struktur Jembatan Kukar yang yang merujuk kepada jembatan rangka pada
mendadak menyiratkan adanya lack of umumnya jelas bertolak belakang dengan
knowledge dari disain yang ada sehingga terjadi perilaku struktur jembatan gantung.
keruntuhan getas yang banyak memakan korban Gambar 2 menunjukkan bahwa elemen-elemen
jiwa. Meminjam terminologi disain struktur struktur dengan nomor hirarki ke-1 tidak
antisipasi gempa, struktur boleh saja rusak diperkenankan untuk mengalami kegagalan
tetapi tidak langsung collpase (runtuh) ketika terlebih dahulu jika gaya-gaya ekstrim bekerja
gaya ekstrim (gaya akibat gempa kuat) karena karena sebab apapun. Selanjutnya elemen-
membahayakan keselamatan jiwa manusia. elemen dengan no hirarki ke 2 dapat mengalami
Konsep ini bertumpu secara filosofis pada kegagalan lokal sepanjang dapat dijaga

43
kegagalannya tidak serentak atau dapat persyratan detailing yang terkait penggunanan
terlokalisir. Elemen-elemen gelagar dapat saja parameter-parameter di atas. Perlu digaris-
dianggap sebagai elemen yang menempati bawahi disini, parameter-parameter tersebut di
hirarki ke 3. Elemen-elemen ini dapat saja atas diperoleh dari rekaman perilaku struktur
ditugasi sebagai fuse karena material baja pada pada saat gempa di negara-negara refrensi SNI
dasarnya adalah material yang daktai sepanjang terutama Amerika Serikat. Analisis mekanisme
sambungan-sambungan anatara elemen juga keruntuhan merupakan usaha untuk
bersifat daktai atau diatur jauh lebih kuat darai memberikan konfirmasi analisis berdasarkan
lemene-elemen tersebut. metode yang rasional.
Pada tahapan paling hulu atau tahapan program Dari usaha-usaha untuk melakukan analisis
pengadaan suatu konstruksi, pemilihan tipe mekanisme keruntuhan inilah muncul beragam
suatu konstruksi membutuhkan informasi yang model sendi plastis. Idealnya analisis dilakukan
jelas bagaimana resiko-resiko yang ada yang selaras dengan gaya-gaya ekstrim yang bekerja
berkaitan dengan pemilihan tipe-tipe yang yang banyak dalam bentuk dinamik dan siklik.
terkait dengan struktur. Perlu disusun Walaupun demikina, karena para insinyur fokus
katagorisasi perlakuan struktur pada semua pada nilai-nilai maksimum maka analisisi
tahapan yang berhubungan dengan resiko. disederhanakan menjadi statis dan inkremental
Semakin besar resiko struktur semakin ketat atau yang dikenal dengan Pushover. Dengan
persyaratan yang harus diterapkan disemua mengasumsikan beberapa bagian sendi-sendi
tahapan selanjutnya (perencanaan, pelaksanaan plastis, nilai daktilitas struktur dapat diperoleh
dan pemeliharaan). dari analisis Pushover.
Katagorisasi berfungsi memilah-milah level Untuk kasus-kasus khusus yang sering tidak
resiko suatu konstruksi sehingga energi yang diatur dalam standar, pertimbangan atau
digunakan pada sistem manajemen resiko supervisi ahli menjadi sangat menentukan.
menjadi efektif dan effisien. Katagorisasi pada Dalam standar yang ada, kasus-kasus khusus
tahapan awal menjadi titik tolak dari yang tidak dapat disederhanakan untuk
manajemen resiko yang menata semua resiko pendekatan yang bersifat umum terdapat
pada semua tahapan. Penataan resiko tentu saja klausul yang merujuk pertimbangan ahli atau
seyogyanya proporsional dengan level dokumen-dokumen hasil penelitianyang terkait.
probabilitas resiko yang ada. Contoh sederhana Untuk kasus-kasus struktur yang memerlukan
dari konsep katagorisasi telah diterapkan secara teknologi tinggi yang umumnya juga beresiko
terbatas di lingkungan Pemda DKI dengan tinggi petimbangan ahli juga meliputi
membentuk Tim Penasehat Keamanan pemaparan resiko-resiko sedetail mungkin
Bangunan (TPKB) yang tugasnya memberi kepada pemberi tugas baik pemerintah, swasta
pertimbangan kepada dinas teknis terkait untuk da n masyarakat pada tahapan yang paling awal
konstruksi high rise building yang beresiko tinggi atau tahapan program. Kalaupun pemberi tugas
dan tersebar di banyak tempat di ibu kota. berketetapan untuk membangun konstruksi
beresiko tinggi, analisis mekanisme keruntuhan
Pada tahapan perencanaan, standar
harus dilakukan pada setiap tahapan
perencanaan yang dikeluarkan otoritas
selanjutnya dengan persyaratan dan prosedur
memegang peranan yang penting. Berkaitan
yang lebih ketat sejalan dengan resiko yang
dengan struktur beresiko tinggi untuk kasus
dipikul.
Indonesia, baru standar perencanaan struktur
Dari paparan di awal di atas, perencanaan
antisipasi gempa yang sudah mempunyai
konstruksi beresiko tinggi sudah seharusnya
sejarah kodifikasi yang lumayan panjang
menggunakan pendekatan probabilitas. Analisis
walaupun masih terkonsentrasi pada struktur
mekanisme keruntuhan menjadi konsekuensi
bangunan gedung. Dari pengamatan penulis,
logis dari pendekatan ini. Dari tahapan
penggunaaan Standar Nasional Indonesia (SNI)
perencanaan yang stategis inilah skenario-
untuk gempapun masih terkonsentrasi di kota-
skenario pembebanan yang paling mugkin
kota besar saja, itupun masih banyak ditemukan
disimulasikan mekanisme keruntuhannya
misleading atau bahkan dengan konsep yang
dengan terlebih dahulu mendefinisikan lemen-
keliru dalam penggunaanya.
elemen yang bertindak sebagai fuse.. Simulasi
Bangunan-banguna tinggi di DKI diwajibkan juga harus meninjau degradasi integritas
merujuk kepada SNI gempa yang sudah struktur selama masa layannya. Dengan
mengadopsi analisis mekanisme keruntuhan. mengadopsi pendekaatan pada standar struktur
Dalam SNI gempa, analisis mekanisme antisipasi gempa, analisis mekanisme
keruntuhan telah disederhanakan dalam bentuk keruntuhan dapat diadopsi dan dimodifikasikan
faktor modifikasi R, Ω dan Cd dibarengi dengan menjadi pilihan-pilihan metode analisis selaras

44
dengan kompleksitas struktur dan level 1. Konstruksi beresiko tinggi terutama terkait
resikonya. dengan perilaku strukturnya yang tidak
mudah diprediksi. Umumnya adalah perilaku
Untuk kasus jembatan gantung misalnya, salah
dinamik dari struktur. Disamping itu
satu skenario pembebanan adalah beban
konstruksi beresiko tinggi umumnya
berlebih yang dapat disimulasikan mengikuti
dibangun dengan biaya gigantik dan waktu
pola Pushover. Untuk simulasi awal, elemen-
yang relatif lama tetapi memagang peranan
elemen gelagar dapat dianggap sebagai fuse
sangat vital sebagai sarana ataupun
dengan mengasumsikan sambungan mempunya
prasarana.
perilaku daktail.
2. Sejalan dengan muncul ketidakpastian
Hasil simulasi akan memberikan informasi perilaku struktur maka porsi pendekatan
penting bagi pemberi tugas untuk memilih jenis probabilistik perlu mendapat porsi yang
struktur. Jika struktur beresiko tinggi ini tetap lebih besar dalam analisis dengan target
dipilih maka simulasi yang lebih lengkap dapat utama adalah keselamatan jiwa pengguna.
dilakukan pada tahapan selanjutnya yaitu Analisis mekanisme keruntuhan perlu
tahapan perencanaan, konstruksi dan dijejaki dan dikodifikasi, termasuk metode
pengunaan/pemeliharaaan dalam rangka penyederhanaannya. Simulasi-simulasi
meminimalisir resiko-resiko. mekanisme keruntuhan sebagai bagian dari
Skenario pembebanan pada tahapan analisis mekanisme keruntuhan dilakukan
perencanaan menggunakan model struktur yang berdasarkan sekenario-skenaro pembebanan
utuh. Skenario pembebanan pada tahapan maupun degradasi struktur.
konstruksi menggunakan model-model struktur 3. Dari analisis mekanisme keruntuhan dapat
parsial sesyaui dengan metode konstruksi yang dikembangkan usaha-usaha yang dapat
dipilih. Pembebanan gaya-gaya ekstrim juga bisa mereduksi probabilitas keruntuhan getas
berbeda. antara struktur yang lebih daktai sedemikian
keruntuhan getas dapat dihindari. Usaha-
Jembatan Kukar runtuh saat kegiatan dalam
usaha tersebut adalah :
rangka pemeliharaan. Dari informasi yang
a. Mengembangkan daktilitas struktur
diperoleh, jembatan mengalami perubahan
dengan mengatur elemen-elemen yang
konfigurasi geometri dan juga degradasi
bertugas mendisipasi energi.
struktur yang tidak terpantau. Fakta ini
b. Mereduksi ketidakpastian perilaku
menunjukkan bahwa model struktur pada
dinamisnya
tahapan perencanaan harus dimodifikasi sesuai
c. Merubah jenis struktur
informasi tambahan dari lapangan untuk
4. Analisis mekanisme keruntuhan juga menjadi
simulasi mekanisme keruntuhan pada sauatu
informasi awal untuk pengembangan
langkah-langkah perbaikan. Beban-beban
perangkat pendisipasi energi dalam rangka
ekstrim dan degradasi-degradasi yang mungkin
meninglatkan daktilitas struktur yang
perlu diperhitungkan dalam model simulasi.
merupakan kunci utama untuk menghindari
Analisis mekanisme keruntuhan dapat juga keruntuhan getas yang berpotensi sangat
digunakan untuk mengembangkan sistem besar memamkan korban jiwa.
disipasi energi yang efektif terutama untuk
mengantisipasi gaya-gaya ekstrim yang bekerja. 5.2. Saran
Selain gaya-gaya dari luar, degradasi struktur
juga dapat memicu termobilisasinya gaya-gaya 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang
ekstrim. Elemen-elemen fuse seperti sendi-sendi lebih luas berikut inventarisasi konstruksi
plastis, link atau dalam bentuk instrumen beresiko tinggi di seluruh Indonesia untuk
lainnya dapat dikembangkan dari kebutuhan mendapat gambaran yang lebih menyeluruh.
pendisipasian energi yang diperoelh dari 2. Analisis-analisis mekanisme keruntuhan
simulasi-simulasi mekanisme keruntuhan. perlu dimasukkan sebagai prasyarat
konstruksi menggunakan kombinasi dari
pengujian-pengujian dan analisis rasional
5. Kesimpulan dan Saran yang telaha diterima umum maupu dapat
dipertanggung jawabkan. .
5.1. Kesimpulan 3. Penyederhanaan analisis dapat dilakukan
sepanjang dapat diterima secara umum atau
Setelah melakukan pendalaman yang bersifat dipertanggung jawabkan secara rasional.
konseptual maka dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut ini.

45
DAFTAR PUSTAKA Proceedings of The 6th Civil Engineering
Conference in Asia Region (CECAR-6).
1.
Choi, Dong-Ho., Simplified analysis method
for towers of four-span suspension bridges.
3. Vaza, Herry.,dan Suhendra, Idwan, 2002,
Inovasi Teknik Konstruksi Dalam
Optimalisasi Pembangunan Jembatan
Proceedings of The 6th Civil Engineering Mahakam-2 Prosiding konferensi regional
Conference in Asia Region (CECAR-6) teknik jalan ke-6 di Denpasar 18-19 Juli
2. Mangkusubroto, Sindur, P., 2013, Collapse 2002.
of Analysisi of Mahakam II Bridge

46
METODE VACUUM PRELOADING SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF SOLUSI
PEMBANGUNAN TIMBUNAN DI ATAS TANAH LUNAK

Hary Christady Hardiyatmo


Guru Besar Departement Teknik Sipil dan Lingkungan
Fakultas Teknik - Universitas Gadjah Mada – Yogyakarta
email: harychristady@yahoo.com

ABSTRAK
Banyak bangunan infrastruktur transportasi dibangun pada tanah lunak yang tebal, sehingga masalah
penurunan yang berlebihan menjadi penting dan harus dicari solusinya. Pada lokasi tersebut, sebelum
dilakukan pembangunan infrastruktur, umumnya dilakukan lebih dulu perbaikan tanah guna menjamin
stabilitas jangka pendek maupun jangka panjangnya. Cara-cara perbaikan tanah yang yang lazim
dilakukan dapat berupa pembongkaran dan penggantian, prapembebanan, drainase vertikal, injeksi,
stabilisasi tanah, perkuatan tanah dan lain-lainnya. Salah satu alternatif cara perbaikan tanah yang sering
digunakan dalam pembangunan timbunan pada tanah lunak adalah drainase vertikal. Dalam
perkembangannya, pada waktu sekarang ini, drainase vertikal konvensional dikombinasikan dengan
prapembebanan vakum. Beberapa keuntungan dapat diperoleh dari cara ini, antara lain tinggi timbunan
sebagai preload dapat direduksi dan masalah ketidakstabilan lereng timbunan saat pembangunan dapat
diminimalkan. Keberhasilan pemakaian metode vakum ini bergantung banyak faktor, seperti: kebocoran
sistem membran, adanya lensa-lensa tanah lolos air di dalam zona tanah yang ditangani. Makalah ini
menyajikan state-of-the art dari berbagai hal yang menyangkut teori dan aplikasi metode prapembanan
vakum bila digunakan dalam perbaikan tanah lunak.

Kata-kata kunci : timbunan, tanah lunak, drainase vertikal, metode vakum

A. Pendahuluan konsolidasi menjadi lebih cepat oleh pengaruh


kecepatan aliran rembesan air ke arah radial
Perbaikan tanah lunak dengan drainase vertikal
yang lebih cepat akibat tekanan vakum. Tekanan
pracetak (Prefabricated Vertical Drain, PVD)
air pori negatif (isapan) yang tersebar di
merupakan salah satu cara yang paling banyak
sepanjang drainase vertikal dan lapisan pasir di
digunakan. Pemasangan PVD ke dalam tanah
permukaan tanah, mempercepat proses
mereduksi lintasan drainase, sehingga
konsolidasi, mereduksi perpindahan tanah ke
mempercepat konsolidasi. Masalahnya adalah
arah lateral, dan menaikkan tegangan efektif.
bila timbunan yang dibangun cukup tinggi,
sehingga problem stabilitas lereng menjadi hal Keuntungan dari cara tersebut, tinggi timbunan
yang paling menentukan. Untuk memecahkan dan gerakan lateral tanah dapat direduksi,
masalah ini, maka aplikasi konsolidasi vakum sehingga problem ketidakstabilan lereng dapat
yang dikombinasikan dengan drainase vertikal dikurangi. Pada lempung lunak yang tebal di
dan pra-pembebanan (preloading) dipandang mana timbunan relatif tinggi tidak dapat
lebih efisien (Chu et al., 2000; Indraratna, 2010; dibangun tanpa menyebabkan gangguan
Mesri dan Khan, 2012). Metode prapembebanan stabilitas (gerakan lateral tanah besar), aplikasi
vakum (vacuum preloading) ini awalnya kombinasi drainase vertikal dengan tekanan
diusulkan oleh Kjellman (1952). vakum sering lebih ekonomis. Dalam beberapa
proyek, penghematan biaya perbaikan tanah
Seperti halnya pada penggunaan drainase
dengan menggunakan metode vacuum
vertikal PVD konvensional, perbaikan tanah
preloading ini dapat mencapai 30%.
dengan konsolidasi vakum dikombinasikan
dengan drainase vertikal ini juga bertujuan
untuk mempercepat konsolidasi selama masa
konstruksi, sehingga ketika bangunan sudah
selesai dibangun, penurunan sudah sangat kecil.
Kelebihan dari percepatan konsolidasi dengan
metode vacuum preloading dengan PVD,

47
B. Vacuum Preloading dan drainase pasir (sand drain). Untuk
konsolidasi vakum, PVD lebih banyak digunakan
1) Sistem Konsolidasi Vakum pada waktu sekarang.
Gambar skematis sistem konsolidasi vakum yang Hubungan antara outlet untuk drainase
diteliti oleh Masse et al. (2001) diperlihatkan horisontal dengan beberapa peralatan harus
dalam Gambar 1. dibuat terhubung dengan baik ke membran.
Dalam kasus ini, sistem terdiri dari rangkaian Untuk melindungi membran dari gangguan luar,
drainase vertikal dan horisontal, di mana lapisan pasir halus diurugkan di atas membran
hubungan secara hidrolik terjadi melalui lapisan tersebut. Membran digelar dan segala sesuatu
pasir, dan membran kedap air HDPE tebal yang bisa mengakibatkan bocoran pada
sekitar 1 mm menutup sistem tersebut. Drainase membran ketika pompa vakum bekerja harus
horisontal berdiameter 50 mm, sedang drainase ditangani lebih dulu.
vertikal (wick drain) berdiameter 34 mm. Pompa vakum dihidupkan dan sambungan-
Drainase vertikal maupun horisontal terhubung sambungan antar lembaran membran dicek
dengan tepi saluran keliling dan tertutup oleh terhadap bocoran. Isapan pompa vakum yang
sistem membran. Saluran keliling diisi air atau bekerja dalam lapisan pasir di bawah membran
larutan bentonite untuk menjaga penutupan akan tersalur ke bawah melalui pipa vertikal.
yang sempurna dari membran di bagian tepi Pompa isap (vakum) menghasilkan tekanan
zona yang akan di vakum. Pompa vakum negatif (relatif terhadap tekanan atmosfer) di
terhubung dengan sistem peralatan yang akan dalam zona tanah yang lolos air di bawah
membuang air ke saluran tepi. Dalam kondisi membran penutup, dan di sepanjang kedalaman
tertentu, untuk menjaga agar sistem membran tanah yang dipasang drainase vertikal PVD.
tidak bocor dibutuhkan sistem dinding
pemotong (cut-off-wall). Tekanan vakum yang diterapkan bisa sampai 90
kPa, walaupun dalam praktek tekanan vakum
yang sering digunakan hanya sekitar 80 kPa
(Chu et al., 2008). Setelah tekanan vakum
bekerja sepenuhnya, di atas membran
dihamparkan tanah urug, dengan sebelumnya
diletakkan lapisan pasir halus lebih dulu guna
melindungi membran dari tusukan-tusukan yang
bisa membuat membran tersebut sobek atau
berlubang. Setelah itu, urugan tanah untuk
timbunan dihamparkan di atas lapisan pasir
halus tersebut (Kelly dan Wong, 2009).

2) Sistem Drainase Permukaan


Sistem drainase permukaan terdiri dari lapisan
pasir dan sistem pipa kolektor yang berlubang-
Gambar 1. Skema konsolidasi vakum dengan penutup lubang dengan/tanpa drainase horisonal yang
membran di permukaan (Masse et al., 2001). saling berhubungan. Sistem drainase ini
dipendam di dalam lapisan pasir. Drainase
Pelaksanaan pekerjaan sistem vakum tersebut horisontal menghubungkan puncak drainase
dimulai dengan menghamparkan lapisan pasir vertikal menuju ke pipa vakum utama.
kasar, yang selain berfungsi sebagai landasan Bergantung pada faktor-faktor seperti:
kerja (platform), juga sebagai lapisan drain permeabilitas pasir, jarak PVD, dan beban lalu-
(selimut pasir/sand blanket). Setelah itu, lintas di atasnya, tebal lapisan pasir umumnya
dipasang drainase vertikal (PVD) yang diikuti 0,50 sampai 80 cm. Lapisan pasir kadang-kadang
dengan pemasangan drainase horisontal serta dibuat lebih tebal bila sekaligus difungsikan
alat-alat pelengkap yang lain. PVD dapat sebagai landasan kerja dari alat-alat berat yang
dipasang dengan pola susunan segitiga sama sisi akan bekerja di atasnya. Tipe-tipe drainase
atau bujur sangkar. Berbagai tipe drainase horisontal dapat berupa pipa PVC atau PVD
vertikal telah digunakan, seperti: drainase board drain.
vertikal pracetak (Prefabricated Vertical Drain,
PVD), pipa-pipa drainase dari pipa vakum
Menard (Menard vacuum transmission pipe, VIP)

48
3) Cara Mengisolasi Area Vakum
Kekedapan terhadap bocoran udara dari sistem Tekanan
vakum sangat berpengaruh pada aplikasi atmosfer

tekanan vakum dan efisiensi dari seluruh sistem. ±100 kPa Tekanan tanah

Cara yang sering dilakukan, yaitu dengan Muka air tanah


menggunakan membran PVC (2-3 lapisan) untuk
menutup seluruh area yang ditangani dengan

(m)
rapat. Di China, telah dikembangkan dengan

am
dal
Ke

an
Tegangan total

hanya menggunakan satu lapis membran untuk Tekanan air sebelum divakum

area seluas 100.000 m2 (Dam et al., 2006). Untuk


menjaga kerusakan membran, geotekstil
dihamparkan lebih dulu di permukaan tanah
sebelum permukaannya ditutup membran. Tekanan air pori Tegangan efektif

Untuk kesempurnaan penutupan, tepi membran


dikunci dengan galian parit keliling yang
a) Sebelum konsolidasi vakum
kedalamannya 0,50 m lebih bawah dari muka air
tanah dan diiisi dengan larutan kedap air
Tekanan
(larutan bentonite polyacrolyte, larutan atmosfer
campuran lempung, atau galian tanah ±100 kPa Tekanan tanah
lempungan di tempat). Dalam praktek, banyak Muka air tanah
cara yang dilakuan untuk membuat agar area
yang divakum menjadi sistem yang betul-betul Tegangan efektif
(m)

tertutup. Bila didekat permukaan tanah terdapat


Ke
da

an
m
la

lapisan tanah lolos air (tanah granuler), cara Tegangan total

yang umum digunakan agar sistem vakum Tegangan efektif awal


merupakan zona yang tertutup adalah dengan
membangun dinding pemotong (cut-off-wall).
Tegangan efektif setelah selesai divakum

4) Sistem Pompa Vakum


Untuk pompa vakum, biasanya digunakan Tekanan air pori sebelum divakum
pompa yang mempunyai efisiensi tinggi. Pompa
Tekanan udara
ini dilengkapi dengan pompa pembuang yang
berguna untuk mengeluarkan air bercampur Tekanan air pori setelah selesai divakum
udara yang mengalir lewat sistem pipa-pipa dan
b) Saat berjalannya konsolidasi vakum
drain (Gambar 1). Di China, umumnya pompa
vakum digantikan dengan Jet Pump diamater 48 Gambar 2. Perkembangan tekanan tanah, air pori
mm (7,5 kW), dengan pompa air sentrifugal dan tekanan udara, sebelum dan selama proses
3HA-9. Alat ini mampu menghasilkan tekanan konsolidasi vakum (CUR, 1996).
vakum sampai 90 kPa. Pada sistem Menard,
sistem vakum terdiri dari pompa vakum yang Dalam analisis geoteknik, tekanan atmosfer
dirancang khusus yang dapat menyedot udara sering diabaikan atau dianggap nol dalam
dan air (Dam et al., 2006). hitungan tegangannya. Akan tetapi, dalam teori
konsolidasi vakum, tekanan atmosfer perlu
C. Mekanisme Vacuum Preloading dipertimbangkan. Saat tekanan vakum
diaplikasikan, tegangan vertikal tetap sama,
Diagram yang menunjukkan mekanisme selama akan tetapi tekanan pori berkurang. Besarnya
proses vacuum preloading digambarkan oleh kenaikan tegangan efektif sama dengan tekanan
CUR (1996), seperti yang ditunjukkan dalam isapan dari pompa vakum dikalikan dengan nilai
Gambar 2. Gambar 2a menjelaskan sebelum efisiensi. Umumnya, efisiensi pompa vakum
dikerjakan tekanan vakum, sedang Gambar 2b berkisar antara 70 – 80% dari tekanan atmosfer
saat dikerjakan tekanan vakum. Ketika terjadi (Chu el al, 2008).
proses konsolidasi vakum, bekerja tekanan pori
Pada vacuum preloading dikombinasikan dengan
negatif yang diikuti oleh bertambahnya tegangan
beban timbunan di atasnya, tekanan air pori
efektif, sedang tegangan total tetap konstan.
yang timbul adalah kelebihan tekanan air pori
akibat beban timbunan ditambah tekanan air
pori negatif akibat tekanan isap dari pompa

49
vakum). Dengan demikian tekanan air pori yang Perbandingan antara metode vakum yang
timbul menjadi lebih kecil dibandingkan dengan dikombinasikan dengan timbunan dan PVD,
tekanan air pori akibat beban timbunannya dengan preloading konvensional (yaitu
sendiri. timbunan dengan PVD saja) adalah sebagai
berikut (Indraratna at al., 2005):
D. PERBANDINGAN METODE VAKUM
DENGAN PVD KONVENSIONAL 1. Tekanan efektif pada saat bekerjanya
Perbedaan proses konsolidasi konvensional dan tekanan vakum bertambah secara
konsolidasi vakum, yang dijelaskan dalam dalam isotropik yang diikuti dengan gerakan
Gambar 3 (Indraratna et al., 2005c). Gambar 3a lateral ke dalam (ke arah timbunan).
Pengaruh dari hal ini risiko terhadap
menunjukkan hubungan tegangan, kelebihan
kegagalan geser tanah dapat
tekanan air pori, dan tegangan efektif pada
diminimumkan (bahkan pada timbunan
konsolidasi konvensional (yaitu dengan
yang tinggi). Gerakan ke dalam dari tanah
menggunakan PVD dan timbunan saja), sedang
di bawah timbunan ini harus dipantau
Gambar 3b menunjukkan hal yang sama, namun
guna menghindari timbulnya tegangan
pada timbunan plus PVD tersebut, ditambahkan
tarik yang berlebihan. Jadi, metode
tekanan vakum dengan tinggi timbunan yang
vacuum preloading ini juga mengurangi
dikurangi. resiko kegagalan stabilitas lereng.
Tekanan/tegangan (kPa) Tekanan/tegangan (kPa) 2. Tinggi energi vakum dapat menyebar
+ + sampai kedalaman tanah yang dalam
Tekanan akibat timbunan melalui sistem PVD. Isapan vakum
p
Tekanan akibat timbunan menyebar melebihi ujung drain dan batas
p
dari zona PVD.
0 0 3. Volume timbunan dapat dikurangi untuk
Waktu -po Waktu
Tekanan vakum (negatif) mencapai derajat konsolidasi yang sama.
- - Jadi, bila dibandingkan dengan preloading
konvensional, vaccum preloading
Kelebihan tekanan Kelebihan tekanan
mengurangi biaya angkutan tanah urug
air pori (kPa) air pori (kPa)
sampai ke lokasi timbunan.
+ Kelebihan tekanan pori +
maksimum Kelebihan tekanan pori 4. Karena tinggi timbunan dapat dikurangi
maksimum (sehingga tekanan ke tanah berkurang),
p
maka kelebihan tekanan pori maksimum
0 0 yang timbul akan lebih kecil dibandingkan
Waktu Waktu
dengan preloading konvensional (lihat
- Gambar 3b).
5. Dengan tekanan vakum yang diterapkan,
Tegangan efektif (kPa) Tegangan efektif (kPa) kondisi ketidak- jenuhan tanah di daerah
antarmuka (interface) antara tanah dan
drain dapat dikompensasikan.
+ + 6. Dengan konsolidasi vakum, tekanan
kekang yang bekerja pada elemen tanah
menjadi terdiri dari 2 bagian: (a) tekanan
0 0 vakum dan (b) tekanan tanah lateral.
waktu waktu

- -
E. TEORI KONSOLIDASI VAKUM
Prinsip model analitik untuk dari sistem vakum
ditunjukkan dalam Gambar 4 (Indraratna,
(a) Konsolidasi konvensional (b) loealisasi konsolidasi vakum
2009). Dalam gambar ini ditunjukkan pula zona
pengotoran (smear zone) dan pengaruh tahanan
Gambar 3. Perbedaan proses konsolidasi konvensional sumur (well resistance). Penyelesaian umum
dan konsolidasi vakum (Indraratna et al;2005c). dalam memperlihatkan pengaruh kelebihan

50
tekanan air pori, penurunan, dan derajat
konsolidasi dijabarkan dengan menggunakan
Prapembebanan Beban terbagi rata (p)
persamaan transformasi Laplace.
Vakum (-po)
Membran kedap air

L Lapisan lolos air

Lapisan kedap air

(a) Kombinasi beban terbagi rata dan vakum

Prapembebanan

Vakum (-po) Membran kedap air

L Lapisan lolos air

Lapisan kedap air

Gambar 4. Skema sistem membran dalam 1 unit (b) Tekanan vakum saja
drainase vertikal (Indraratna, 2009).

Mengadopsi dari teori konsolidasi satu dimensi Beban terbagi rata (p)
dari Terzaghi, Mohamedelhassan dan Shang
(2002) mengembangkan teori konsolidasi
vaccum. Mekanisme gabungan dari konsolidasi Membran kedap air
vakum dan beban terbagi rata dari timbunan
(Gambar 5a), dianggap sebagai superposisi dari L Lapisan lolos air
kondisi pada Gambar 5b dan 5c.
Derajat konsolidasi rata-rata pada kombinasi Lapisan kedap air
tekanan vakum dan beban preloading
dinyatakan oleh persamaan: (c) Beban terbagi rata saja

(a)= (b) + (c)


= 1− ∑ (1)

= (2) Gambar 5. Asumsi pembebanan yang digunakan


dalam analisis vacuum preloading (Mohamedelhassan
dan Shang, 2002).
dengan,
Ketika tekanan vakum diaplikasikan di lapangan
Tvc = factor waktu gabungan dari vakum dan melalui PVD, tekanan vakum berkurang dengan
beban preloading bertambahnya kedalaman, karena itu
efisiensinya menjadi berkurang (Indraratna et
Cvc = koefisien konsolidasi gabungan dari
al., 2004). Selain itu, berkembangnya isapan
vakum dan beban preloading vakum dalam PVD bergantung pada panjang dan
tipe PVD (sifat inti dan filternya).
Indraratna et al. (2005a) mengusulkan
persamaan konsolidasi radial yang didasarkan
pada hasil uji laboratorium yang terkait dengan
pola distribusi tekanan vakum, seperti yang

51
ditunjukkan dala Gambar 6. Dari pengujian ini dw = diameter drain = 2rw
disimpulkan bahwa efisiensi PVD bergantung s = ds/dw
pada besar dan distribusi tekanan vakum. Dalam ds= diameter zona terganggu =2rs
memperhitungkan kehilangan tekanan vakum,
maka tekanannya dianggap berbentuk
trapesium di sepanjang PVD. Dengan asumsi F. Perancangan PVD Dengan Vacuum
distribusi tekanan vakum berbentuk trapesium, Preloading
rasio kelebihan tekanan pori rata-rata (Ru = p/ uo Prosedur untuk menentukan jarak drain (PVD)
) dari silinder drainase radial dengan yang diusulkan Rujikiatkamjorn dan Indraratna
memperhatikan tekanan vakum dapat (2008) adalah sebagai berikut:
dinyatakan oleh persamaan:
1) Tentukan profil lapisan tanah dan sifat-
sifatnya dan selanjutnya tentukan kedalaman
PVD dan waktu konsolidasi yang diinginkan.
2) Asumsikan derajat konsolidasi (Ut) yang
dibutuhkan untuk beban timbunan saja.
3) Untuk aplikasi tekanan vakum, tentukan
tekanan vakum rata-rata (po), beban terbagi
rata rancangan (design surcharge, ), dan
tekanan beban terbagi rata timbunan
(surcharge fill pressure, p). Kemudian
tentukan derajat konsolidasi yang
dibutuhkan dari persamaan:

. = (
(5)
∆ )

4) Dari data koefisien konsolidasi vertikal (Cv),


waktu konsolidasi (t) dan panjang PVD (L),
tentukan u* dengan menggunakan Gambar 7
atau menggunakan persamaan:
Gambar 6. Distribusi tekanan vakum dalam arah vertikal
∗ =∑ − (6)
dianggap berbentuk trapesium (Indraratna et al., 2005a). ( )

5) Tentukan ukuran PVD dan hitung diameter


= 1+
( )
− −
( )
(3) ekivalennya:

( )
= (7)
= In + In(s) − 0,75 + (2 − ) 1− (4)
( ⁄) 6) Tentukan Th’ dari persamaan:

= (8)
Dengan :
po = tekanan vakum di puncak drain 7) Hitunglah, untuk beban timbunan saja (tanpa
k1 = rasio antara vakum di puncak dan dasar drain vakum):
uo = kelebihan tekan pori awal
z = kedalamam =− (9a)
L = panjang ekivalen drain ∗
qw = kapasitas debit drainase
kh = koefisien permeabilitas horizontal tanah dalam Atau, bila dengan tekanan vacuum dan beban
zona tak terganggu timbunan:
ks = koefisien permeabilitas horizontal tanah
dalam zona tak terganggu (smear zone) =− (9b)
,
Th = faktor waktu ∗
Z = kedalaman
L = Panjang ekivalen drain
N = de /dw
D = diameter ekivalen silinder tanah

52
Berikut ini disajikan contoh cara perancangan
prapembebanan vakum dengan mengacu
metode Rujikiatkomjorn dan Indraratna (2007).
Timbunan di bangun pada tanah lunak dengan
Ch = 2,45 m2/tahun, Cv = 1 m2/tahun, kh/ks = 4,5,
s = ds/dw = 3. Diinginkan Ut = 90%, panjang PVD,
L = 25 m, dw = 35 mm. Beban rancangan
maksimum (maximum design surcharge), = 120
kPa, tekanan akibat beban timbunan p = 60 kPa,
tekanan vakum po = -60 kPa (isapan). Hitung
jarak PVD untuk waktu 12 bulan dan 18 bulan.
Bila digunakan tekanan vakum yang lebih besar,
Gambar 7. Hubungan antara Tv dan u* yaitu 90 kPa selama 12 bulan, berapa jarak PVD-
(Rujikiatkomjorn dan Indraratna, 2007). nya. Dalam hitungan, tahanan sumur diabaikan.

Penyelesaian dilakukan sebagai berikut:


Untuk waktu konsolidasi t = 12 bulan = 1 tahun
(drainase tunggal atau drainase ke atas saja
dengan panjang lintasan drainase Ht = H, di
mana H = tebal lapisan lempung yang
diperhitungkan, yaitu sama dengan panjang
drainase vertikal (L). Faktor waktu untuk PVD
saja:
1 × 1
= + = 0,0016
25

Persamaan 5):


, = = × , = ,
+∆ +

Gambar 8. Penentuan nilai ∂ yang didasarkan pada Hitung u* dengan menggunakan Gambar 7 atau
Persamaan (10) (Rujikiatkomjom dan Indraratna, 2007). Persamaan (6), diperoleh u* = 0,91.

8) Tentukan diameter dan permeabilitas zona Dari Persamaan (8), untuk Ch = 2,45 m2/tahun,
terganggu. Hitung dengan menggunakan t = 1 tahun, dan dw = 35 mm = 0,035 m:
Gambar 8 atau menggunakan persamaan:
2,45 × 1
= = 2000
= −1 ( ) (10) 0,035

Untuk kasus dengan tekanan vakum dan beban


9) Hitung n dengan menggunakan persamaan:
timbunan, maka digunakan Persamaan (9b) :
( )
= (11) 8 8 × 2000
= =− ,
= 7245
,
dengan, ∗ ,

= 0,3938 − (9,505 10 ) ,
+ 0,03714 ,
(12a)
Dari Gambar 8 atau dengan menggunakan
= 0.4203 + (1,456 10 ) − 0,5233 ,
(12b)
Persamaan (10), untuk s = 3, kh/ks = 4,5,
diperoleh :
10) Hitung zona pengaruh drain, D = ndw
11) Pilihlah pola letak pemasangan drainase
= −1 ( ) = (4,5 − 1) (3) = 3,85
vertikal (PVD) dan tentukan jaraknya,
dengan persamaan:
S = D/1,05 (susunan segitiga sama sisi) atau
S = D/1,13 (susunan bujursangkar).

53
Dengan menggunakan Persamaan (12a) dan Dengan menggunakan Persamaan (11):
(12b)
( ) { , × ( , )}
= 0,3938 − 9,505 × 10 × 3,85 ,
+ 0,03714 × 3,85 ,
= 0,4595 = = = 39,6

= 0,4203 + 1,456 × 10 × 3,85 − 0,5233 × 3,85 ,


= 0,5849 Dihitung, D = ndw = 39,6 x 0,035 = 1,39 m
Dengan menggunakan Persamaan (11): Untuk waktu konsolidasi timbunan t = 1,5 tahun
( ) { , × ( , )} dan derajat konsolidasi Ut = 90%, jarak drainase
= = = 33,09
vertikal (PVD), S = 1,39/1,05 = 1,32 m (untuk
Dihitung, D = ndw = 33,09 x 0,035 = 1,16 m susunan segitiga sama sisi) dan S = 0,986/1,13 =
1,23 m (untuk susunan bujursangkar).
Untuk waktu konsolidasi timbunan t = 1 tahun
dan derajat konsolidasi Ut = 90%, diperoleh G. Kesimpulan
jarak drainase vertikal (PVD), S = 1,16/1,05 = 1. Untuk mencapai kecepatan penurunan yang
1,1 m (untuk susunan segitiga sama sisi) dan sama, tekanan vakum dapat mereduksi tinggi
S = 1,16/1,13 = 1,03 m (untuk susunan timbunan yang dibutuhkan. Jadi, sistem
bujursangkar). vakum dapat mereduksi tinggi timbunan.
2. Gerakan lateral tanah di bawah timbunan
b). Untuk waktu konsolidasi t = 18 bulan, = 1,5
tahun dapat dikendalikan oleh PVD yang
dikombinasikan dengan tekanan vakum.
× ,
3. Efektifitas dari sistem vakum bergantung
, pada :
(a) Kesempurnaan penutupan permukaan
Persamaan (5): dengan membran penutup
(b) Kesempurnaan penutupan di bagian tepi
∆ 120 dari membran dengan permukaan tanah
= = × 0,9 = 0,9 { ( )}
.
+∆ 60 + 60 (c) Kondisi tanah dan lokasi kedalaman
muka air tanah.
Hitung u* dengan menggunakan Tv = 0,0024.
DAFTAR PUSTAKA
Dari Gambar 7 atau Persamaan (6), diperoleh
u* = 0,94. Choa, V.(1989), Drains and Vacuum Preloading
Untuk Ch = 2,45 m2/tahun, t = 1,5 tahun, dan dw = Pilot Test, Proceeding of the 12th
0,035 m: International Conference on Soil
Mechanics and Foundation Engineering,
2,45 × 1,5 Rio dr Janeiro, Brazil, Taylor and Francis
= × 3000
0,00035 Group, UK, pp.1347-1350.

Dari Persamaan (8), dengan derajat konsolidasi Chu, J., Yan, S.W., and Yang, H. (2000), Soil
Ut = 90% = 0,90: Improvement by The Vacuum Preloading
Method for an Oil Staorage Station,
8 ′ 8.3000 Geotechnique, 50(6), pp.625-632.
=− =− ,
= 10710
.
In
∗ , Chu, J. and Yan, S.W. (2005), Application of
Vacuum Preloading Method in Soil
Dari Gambar 8 atau dengan menggunakan Improvement Project. Case Histories
persamaan (10) : Book, Edited by Indraratna, B. And Chu, J.
Elsevier, London, Vol.3: 91-118.
= − 1 In(s) = (4,5 − 1)In3 = 3,85 {sama soal (a)}
Chu, J., Yan, S.W. and Indraratna (2005), Vacuum
Preloading Techniques – Recent
Nilai dan sama dengan soal (a), yaitu: Development and Applications, In
Proceedings of ASCE GeoConggress:
= 0,4595 Geosustainability and Geohazard
Mitigations, New Orleans, ASCE, Reston,
=- 0,5849 VA, USA, pp.586-595.

54
CUR, (1996), Building in Soft Soils, AA Balkema. Worldwide Practice and The Latest
Rotterdam, Brookfield. Improvement in japan,www.ad-hzm. co.jp
/trr/ hazama /2006/ pdf.
Dam, L.T.K., Sadanbata and Kimura, M. (2006),
Vacuum Consolidation Method –
Robinson, R.G., Indraratna, B., and
Griffin, H. and O’Kelly, B.C.(2013), Ground Rujikiatkamjorn, C.(2012), Final State of
Improvement by Vacuum Consolidation – a Soil Under Vacuum Preloading, Canadian
Heotechnical Jurnal, 49(6), pp.729-739
Review, Proceeding of Institution of Civil
Engineer, ICE Publishing. Rujikiatkomjorn, C. and Indraratna, B., (2007),
Analytical Solutions and Design Curves for
Indraratna, B., Rujikiatkomjorn. C., vacuum-assited Consolidation with both
Balasubramaniam, A.S. and and Horizontal Drainage, Canadian
Wijeyakulasuriya, V. (2005c), Prediction Heotechnical Jurnal, 44(2), pp.188-200
and Observations of Soft Clay Fondations
Saowapakpiboon, J., Bergado, D.T., Voottipruex,
Stabilized with Geosynthetic drain Vacuum P., Lam, L.G. and Nakakuma, K. (2011),
Surcharge. Ground Improvement – Case PVD Improvement Combined with
Histories Book, Edited by Indraratna, B. Surchange and Vacuum Preloading
And Chu, J. Elsevier, London, Vol.3: 199- including simulation, Geotextilea and
230. Geomembranes, 29(1), pp.74-82

Indraratna, B. (2010), Recent Advances The


Application of Vertcal Drains and Vacuum
Preloading in Soft Soil Stabilization,
Australian Geomechanics Journal, 45(2),
pp.1-43.

Kelly, R.B. and Wong, P.K. (2009), An


Embankment Constructed Using Vacuum
Consolidation, Australian Geomechanics,
Vol. 44, June 2009, pp.55-64.

Kjellman, W. (1952), Consolidation of Clay Soil by


Mean of Atmospheric Pressure, Proceeding
of a Conf. Soil Stabilization, Massachusetts
Institute of Technology, Boston, pp.258-
263.

Masse, F., Spaulding, C.A., Wong, I.C and


Varaksin, S. (2001), Vacuum
Consolidation: A Review of 12 Years of
Successful Development, Proceeding of
2001: A Geo-Odyssey (Brandon, T.L. (ed.).
Virginia Polytechnic Institute and State
University, Backsburg, Virginia, USA, pp.1-
23.

Mesri, G. And Khan, A.Q. (2012), Ground


Improvement Using Vacuum Loading
together with Vertical Drain, Journal of
Geotechnical and Geoenvironmental
Engineering, 138(6), pp.680-689.

Mohamedelhassan, E. and Shang, J.Q. (2002),


Vacuum and Surcharge Combined One
Dimensional Consolidation of Clay Soils,
Canadian Geotechnical Journal, 39(5);
pp.1126-1138.

55
DAFTAR PENULIS
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
VOLUME 1 NOMOR 1 TAHUN 2017

Abdul Haris, Universitas Mulawarman Samarinda

Aldhi Givvari S., Universitas Mulawarman Samarinda

Akhmad Taufiq, Universitas Mulawarman Samarinda

Andina Prima Putri, Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

Dwi Novi Wulansari, Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

Fachriza Noor Abdi, Universitas Mulawarman Samarinda

Hary Christady Hardiyatmo, Universitas Gadjah Mada

Heri Sutanto, Universitas Mulawarman Samarinda

Iman Satiyarno, Universitas Gadjah Mada

Masayu Widiastuti, Universitas Mulawarman Samarinda

Milla Dwi Astari, Universitas Yapis Papua

Rahman Satrio Prasojo, Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

Rusfina Widayati, Universitas Mulawarman Samarinda

S.M. Fahreza N, Universitas Mulawarman Samarinda

Suprapto Siswosukarto, Universitas Gadjah Mada

Tamrin, Universitas Mulawarman Samarinda

v
UCAPAN TERIMA KASIH KEPADA MITRA BESTARI/REVIEWER
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Volume 01 Nomor 1 Mei 2017

Herman Parung, Universitas Hasanuddin


Erniati, Universitas Fajar
Tamrin, Universitas Mulawarman
Abdul Haris, Universitas Mulawarman
Ery Budiman, Universitas Mulawarman

vi
Informasi Berlangganan

Apabila Saudara berkeinginan mendapatkan Jurnal Teknologi Sipil secara berkala setiap tahun, yaitu
2 (dua) kali penerbitan, maka :
Jurnal Teknologi Sipil – Unmul terbit 2 (dua) kali dalam setahun (Mei dan November)
Biaya sebesar Rp. 150.000,00 per eksemplar (sudah termasuk biaya pengiriman) dibayar sekaligus per
tahun
Edisi back issue (terbitan lama) tersedia dengan harga Rp. 75.000,00 per eksemplar atau Rp. 300.000,00
per bundle berisi 4 edisi (harga tidak termasuk biaya pengiriman, persediaan terbatas).
Biaya pengiriman per bundel :
 Rp. 35.000,00 untuk Kalimantan Timur
 Rp. 55.000,00 untuk luar Kalimantan Timur
Mengisi Formulir Berlangganan di bawah ini dengan jelas.
Kirimkan Formulir dan Biaya Berlangganan ke alamat :
Redaksi JURNAL TEKNOLOGI SIPIL – UNMUL
Program Studi Teknik Sipil, Gedung IV Lantai 1 Fakultas Teknik
Jalan Sambaliung No. 9 Kampus Gn. Kelua, Samarinda – 75119, Kalimantan Timur
Telp./Fax : (0541) 736834 / 749315, Website : sipil.ft.unmul.ac.id, email : tekniksipil@ft.unmul.ac.id
Pembayaran dapat dilakukan melalui Pos/Biro Pengiriman/Cek dan dianggap sah bila telah diuangkan.
Pembayaran melalui Bank dapat dialamatkan ke :
BNI 46 Cabang Unmul
a.n.
No. Rekening :

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Mohon dikirimkan Jurnal Teknologi Sipil sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun, untuk selama
……… (………………….) tahun, Sejak Vol………….. No……………. Tahun……..……. Kepada :
Nama : ………………………………………………………………………………………………..
Alamat : ………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………...… Kode Pos : ……………………
Telp/Faks : …………………………………………………………………………………...
Kiriman sebesar :
Rp. …………………………………………… untuk sejumlah ………………. Eksemplar
Rp. …………………………………………… untuk biaya pengiriman
Melalui : Pos/Biro Pengiriman/Bank/Langsung

vii Form ini dapat di fotokopi


Form ini dapat di fotokopi
viii

Anda mungkin juga menyukai