Anda di halaman 1dari 27

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia,
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam
membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010). Secara sederhana, pengetahuan
adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan
harapan-harapan (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh
seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan
diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu
yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. (Notoatmodjo, 2010).
2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo
(2010) mempunyai 6 tingkat, yakni :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Contoh, dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein
pada anak balita.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.
Contoh, menyimpulkan meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan
aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan menggunakan
rumus statistik dalam menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah
kesehatan dari kasus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan
masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut,
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah
ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek.evaluasi dilakukan dengan menggunakan
kriteria sendiri atau kriteria yang telah ada.
3. Kriteria Pengetahuan
Pengetahuan dapat dikategorikan menjadi:
Penilaian-penilaian didasarkan pada suatu kriteria yang di tentukan sendiri atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara
anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi. Menurut Nursalam 2008
kriteria untuk menilai dari tingkatan pengetahuan menggunakan nilai:
1) Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100%
2) Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75%
3) Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai ≤ 56%
(Nursalam, 2008).
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
a. Faktor Internal menurut Notoatmodjo (2010) :
1) Keyakinan
Biasanya keyakinan di peroleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu. Pengetahuan ini bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik
keyakinan itu positif maupun negatif.
2) Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung minat yang cukup dari
seseorang sangatlah mungkin seseorang tersebut akan berperilaku sesuai dengan
apa yang diharapkan.
3) Umur
Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup:
a) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai
dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah
pengetahuannya.
b) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua
karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan
bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada
beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan
umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun
cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia (Hardy, M dan Heyer, S.
1995).
b. Faktor External menurut Notoatmodjo (2010), antara lain :
1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan
di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup (Notoatmodjo, 2003 ).
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi
maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain
maupun dari media massa, semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak
pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. (Mantra, IB.1994).
2) Informasi
Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang. Bila seseorang benyak memperoleh informasi maka mereka
cendrung mempunyai pengetahuan yang lebih luas (Notoadmodjo, 2003).
3) Pengalaman
Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan
dan ketrampilan profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat
mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi
dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata
dalam bidang keperawatan ( Jones & Beck, 1996).
4) Kebudayaan / Lingkungan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pengetahuan kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk
selalu menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin berpengaruh dalam
pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.
5) Pekerjaan
Pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari arinya
makin cocok jenis pekerjaan yang diemban., makin tinggi pula tingkat kepuasan
yang diperoleh (Hurlock,2006).
6) Tempat Tinggal
Tempat tinggal adalah tempat menetap responden sehari-hari. Pengetahuan
seseorang akan lebih baik jika berada di perkotaan dari pada di pedesaan karena di
perkotaan akan meluasnya kesempatan untuk melibatkan diri dalam kegiatan sosial
maka wawasan sosial makin kuat, di perkotaan mudah mendapatkan informasi
(Hurlock, 2002).
5. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden
(Notoatmodjo,2010).
6. Cara Memperoleh Pengetahuan
Untuk mendapatkan pengetahuan yang benar pada dasarnya terdapat 2 (dua) cara
pokok yang dapat dilakukan oleh manusia. Pertama adalah mendasarkan diri pada rasio
dan kedua mendasarkan diri pada pengalaman. Sumber pengetahuan selain dapat
diperoleh melalui rasio dan pengalaman juga melalui intuisi dan wahyu. Intuisi adalah
kegiatan berfikir untuk mendapatkan pengetahuan tanpa melalui proses penalaran
tertentu, contohnya: seseorang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu masalah
tiba-tiba saja menemukan jawaban atas permasalahan tersebut. Wahyu merupakan
pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini didasarkan
kepada kepercayaan (Notoatmodjo,2010)

B. Tumbuh Kembang
1. Pengertian TumbuhKembang
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda,
tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Sedangkan pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan
perkembangan perdefinisi adalah sebagai berikut:
a. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh dalam
arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel
tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel (IDAI, 2002, dikutip oleh
Nursalam2008:32).
b. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan
sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya
yang terorganisasi (IDAI,2002,dikutipolehNursalam2008:33).
Meskipun pertumbuhan dan perkembangan mempunyai arti yang berbeda,
namun keduanya saling mempengaruhi dan berjalan secara bersamaan. Pertambahan
ukuran fisik akan disertai dengan pertambahan kemampuan anak (Nursalam,2008).
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
Pola tumbuh kembang secara normal antara anak yang satu dengan yang lainnya
pada akhirnya tidak selalu sama, karena dipengaruhi oleh interaksi banyak factor
(Nursalam, 2008). Menurut Soetjiningsih (2002), faktor yang mempengaruhi tumbuh
kembang dapat di kelompokkan menjadi dua,yaitu factor internal dan faktor eksternal.
a. FaktorDalam(Internal)
1) Genetika
Faktor genetik akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan kematangan
tulang, alat seksual, serta saraf, sehingga merupakan modal dasar dalam mencapai
hasil akhir proses tumbuh kembang, yaitu:
a) Perbedaan ras,etnis,atau bangsa
b) Keluarga
c) Umur
d) Jenis Kelamin
e) Kelainan Kromosom
2) Pengaruh hormone
Pengaruh hormone sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat janin berumur 4
bulan. Pada saat itu, terjadi pertumbuhan yang cepat. Hormon yang berpengaruh
terutama adalah hormon pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar
pituitary. Selain itu, kelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang
berguna untuk metabolism serta maturasi tulang, gigi, dan otak.
b. Faktor eksternal (lingkungan)
Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh di kelompokkan menjadi tiga
yaitu pranatal,kelahiran,dan pascanatal.
1) Faktor prenatal (selamakehamilan), meliputi:
a) Gizi, nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin, terutama selama
trimester akhir kehamilan.
b) Mekanis, posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat menyebabkan
kelainan congenital misalnya club foot.
c) Toksin/zatkimia,radiasi iv. Kelainan endokrin
d) Infeksi TORCH atau penyakit menular seksual
e) Kelainan imunologi
f) Psikologis ibu
2) Faktorkelahiran
Riwayat kelahiran dengan vakum ekstraksi atau forcep dapat menyebabkan
traum kepala pada bayi sehingga beresiko terjadinya kerusakan jaringan otak.
3) Faktor pasca natal
Seperti halnya pada masa prenatal, factor yang berpengaruh terhadap tumbuh
kembang anak adalah gizi, penyakit kronis/kelainan kongenital, lingkungan fisik
dan kimia, psikologis, endokrin, sosio ekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi,
dan obat-obatan.
3. Ciri-Ciri Tumbuh Kembang Anak Yang Normal
Tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi sampai dewasa itu
mempunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu:
a. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai
maturitas/dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.
b. Dalam periode tertentu terdapat adanya masa percepatan atau masa perlambatan,
serta laju tumbuh kembnag yang berlainan diantara organ-organ.
c. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatannya
berbeda antar anak satu dengan lainnya.
d. Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan saraf.
e. Aktifitas seluruh tubuh diganti response individu yang khas.
f. Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.
g. Refleks primitive seperti reflex memegang dan berjalan akan menghilang sebelum
gerakan volunteer tercapai. (Soetjiningsih,1995).
h. Perubahan proporsi tubuh yang saat diamati pada masa bayi dan dewasa.
i. Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru yang ditandai dengan
lepasnya gigi susu dan timbulnya gigi permanen, hilangnya reflex primitive pada
masa bayi, timbulnya tanda seks sekunder dan perubahan lainnya.
j. Kecepatan pertumbuhan tidak teratur yang ditandai dengana danya masa-masa
tertentu, yaitu masa pranatal, bayi, dan adolesensi, dimana terjadi pertumbuhan
cepat dan masa prasekolah dan masa sekolah, dimana pertumbuhan berlangsung
lambat (Soetjiningsih,2002,dikutipolehNursalam2008:32-33)
4. Tahap-Tahap Tumbuh Kembang Anak
Pada dasarnya manusia dalam kehidupannya mengalami berbagai tahapan
tumbuh kembang dan setiap tahap mempunyai ciri tertentu. Tahapan tumbuh kembang
yang paling memerlukan perhatian adalah pada masa anak-anak (Nursalam,2008).
Menurut Nursalam (2008), ada beberapa tahapan tumbuh kembang pada
masa anak-anak. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Masa Pranatal
Kehidupan bayi pada masa prenatal dikelompokkan menjadi dua periode yaitu:
1) Masa embrio yang dimulai sejak konsepsi sampai kehamilan 8 minggu.
Ovum yang telah dibuahi akan datang dengan cepat menjadi suatu
organisme yang berdeferensiasi secara pesat untuk membentuk berbagai
sistem organ tubuh.
2) Masa fetus yang dimulai sejak kehamilan 9 minggu sampai masa
kelahiran.Masa fetus terbagi menjadi dua. Yang pertama adalah masa fetus
dini (usia 9 minggu sampai trimester dua), dimana terjadi percepatan
pertumbuhan dan pembentukan manusia sempurna serta alat tubuh mulai
berfungsi. Yang kedua adalah masa fetus lanjut (trimester akhir) yang
ditandai dengan pertumbuhan tetap yang berlangsung cepat disertai dengan
perkembangan fungsi-fungsi.
b. Masa Neonatal
Masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta
mulai berfungsinya organ-organ tubuh. Saat lahir, berat badan normal dari bayi yang
sehat berkisar antara 2500- 4000 gram, panjang badan berkisar 50 cm dan berat otak
sekitar 350 gram. Selama 10 hari pertama biasanya terdapat penurunan berat badan
sekitar 10% dari berat badan lahir, kemudian berat badan bayi akan berangsur-
angsur mengalami kenaikan.
Masa neonatal ini, refleks-refleks primitif yang bersifat fisiologi sakan muncul.
Diantaranya adalah reflex moro, yaitu reflex merangkul, yang akan hilang pada usia
3-5 bulan, refleks menghisap (sucking refleks); refleks menoleh (rooting refleks);
reflex mempertahankan posisi leher/kepala (tonic kneck refleks); reflex memegang
(palmar graps refleks) yangakanmenghilang padausia 6-8tahun.Refleks-refleks
tersebut terjadi secara simetris dan akan menghilang seiring dengan bertambahnya
usia. Fungsi pendengaran dan penglihatan juga mulai berkembang.

c. Masa bayi 1-12 bulan


Pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara cepat. Pada umur 5 bulan berat
badan anak sudah 2 kali lipat berat badan lahir, sementara pada umur 1 tahun berat
badannya sudah menjadi 3 kali lipat. Sedangkan untuk panjang badan, pada umur 1
tahun sudah menjadi satu setengah kali panjang badan saat lahir. Pertambahan
lingkar kepala juga pesat. Pada 6 bulan pertama, pertumbuhan lingkar kepala sudah
mencapai 50%. Oleh karena itu, diperlukan pemberian gizi yang baik, yaitu dengan
memperhatikan prinsip menu gizi seimbang. Pada tiga bulan pertama, anak
berusaha mengelola koordinasi bola mata untuk mengikuti suatu obyek,
membedakan seseorang dengan benda, senyum naluri dan bersuara.
Terpenuhinya rasa aman dan kasih saying yang cukup mendukung perkembangan
yang optimal pada masa ini. Pada posisi telungkup, anak berusaha mengangkat
kepala. Jika tidur telentang, anak lebih menyukai sikap memiringkan kepala ke
samping. Pada tiga bulan kedua, anak mampu mengangkat kepala dan menoleh ke
kiri-kanan saat telungkup. Setelah usia lima bulan anak mampu membalikkan badan
dari posisi telentang ketelungkup dan sebaliknya, berusaha meraih benda-benda di
sekitarnya untuk dimasukkan ke mulut. Anak mampu tertawa lepas pada suasana
yang menyenangkan, misalnya diajak bercanda, sebaliknya akan menangis pada
suasana yang tidak menyenangkan. Pada enam bulan kedua, anak mulai bergerak
memutar pada posisi telungkup untuk menjangkau benda-benda di sekitarnya.
Sekitar usia sembilan bulan, anak bergerak merayap atau merangkak dan
mampu duduk sendiri tanpa bantuan. Apabila dibantu berdiri, anak berusaha untuk
melangkah sambil berpegangan. Koordinasi jari telunjuk dan ibu jari lebih sempurna
sehingga anak dapat mengambil benda dengan menjepitnya. Kehadiran orang asing
akan membuatnya cemas (strangeranxiety), demikian juga perpisahan dengan
ibunya. Anak suka sekali bermain“ci-luk-ba”.
Pada usia 9 bulan-1 tahun, anak mampu melambaikan tangan, bermain bola,
memukul-mukul mainan dan memberikan benda yang dipegang bila diminta.
Berdasarkan teory psikososial (Erikson), anak berada pada tahap percaya dan tidak
percaya, sehingga lingkungan dalam hal ini orang tua yang memberikan perhatian
dan kasih sayang yang cukup, akan menumbuhkan rasa percaya diri anak.
Sedangkan menurut teori psikoseksual (Sigmund Freud), anak berada pada fase
oral, sehingga segala sesuatu yang dipegangnya cenderung di masukkan ke dalam
mulut. Oleh karena itu, orang tua harus memperhatikan keamanan dan kebersihan
makanan maupun permainan anaknya. Masa ini merupakan perkembangan interaksi
yang menjadi dasar persiapaan untuk menjadi anak yang lebih mandiri.
Kegagalan untuk memperoleh perkembangan interaksi yang positif dapat
menyebabkan terjadinya kelainan emosional dan sosialisasi pada masa mendatang.
Oleh karena itu diperlukan hubungan yang mesra antara ibu (orangtua) dan anak.
d. Masa Balita (1-3 tahun)
Pada masa ini, pertumbuhan fisik anak relative lebih lambat dibandingkan
dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Anak
sering mengalami penurunan nafsu makan dan anak mulai belajar jalan. Pada
mulanya, anak berdiri tegak dan kaku, kemudian berjalan dengan berpegangan.
Sekitar usia 16 bulan, anak mulai belajar berlari dan menaiki tangga, tetapi masih
kelihatan kaku. Oleh karena itu anak perlu diawasi, karena dalam beraktivitas anak
tidak memperhatikan bahaya.
Pada masa ini, anak bersifat egosentris yaitu mempunyai sifat keakuan yang kuat
sehingga segala sesuatu yang disukainya dianggap sebagai miliknya. Apabila anak
menginginkan mainan kepunyaan temannya, sering ia akan merebutnya karena
dianggap miliknya. Menurut teori Erikson, anak berada pada fase mandiri dan
malu/ragu-ragu. Hal ini terlihat dengan berkembangnya kemampuan anak, yaitu
dengan belajar untuk makan atau berpakaian sendiri. Apabila orang tua tidak
mendukung upaya anak untuk belajar mandiri, maka hal ini dapat menimbulkan rasa
malu/rasa ragu akan kemampuannya, misalnya orang tua yang selalu memanjakan
anak dan mencela aktivitas yang telah dilakukan oleh anak. Pada masa ini, sudah
sampai waktunya anak dilatih untuk buang air besar atau buang air kecil pada
tempatnya (toilettraining. Anak juga dapat menunjuk beberapa bagian tubuhnya,
menyusun 2 kata, dan mengulang kata-kata baru.
Pada masa ini, anak perlu dibimbing dengan akrab, penuh kasih sayang, tetapi
juga tegas, sehingga anak tidak mengalami kebingungan. Jika orangtua mengenal
kebutuhan anak, maka anak akan berkembang perasaan otonominya sehingga anak
dapat mengendalikan otot-otot dan rangsangan lingkungan.
e. Masa Pra sekolah akhir (3-5 tahun)
Pada masa ini, pertumbuhan gigi susu sudah lengkap. Pertumbuhan fisik relative
pelan, naik turun tangga sudah dapat dilakukan sendiri. Demikian pula halnya
dengan berdiri satu kaki secara bergantian atau melompat. Anak mulai
berkembang superegonya (suara hati), yaitu merasa bersalah bila ada tindakannya
yang keliru.
Menurut teori Erikson, pada usia tersebut anak berada pada fase inisiatif dan rasa
bersalah. Pada masa ini, anak berkembang rasa ingin tahu (courius) dan daya
imaginasinya, sehingga anak banyak bertanya mengenai segala sesuatu di
sekelilingnya yang tidak diketahuinya.Sedangkan menurut teori Sigmund Freud,
anak berada pada fase phalik, dimana anak mulai mengenal perbedaan jenis kelamin
perempuan dan laki-laki. Anak juga mengidentifikasikan figure atau perilaku
orangtua sehingga mempunyai kecenderungan meniru tingkah laku orang dewasa di
sekitarnya. Anak juga mulai mengenal cita-cita, belajar menggambar, menulis
mengenal angka serta bentuk/warna benda (Soetjiningsih,2002 dikutip oleh
Nursalam 2008 : 39).
5. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
a. Deteksi Pertumbuhan dan standar normalnya
Menurut Nursalam (2008) parameter untuk pertumbuhan yang sering digunakan
dalam pedoman deteksi tumbuh kembang anak balita adalah:
1) Ukuran antropometri
a) Berat badan
Pedoman perkiraan berat badan menurut Behrman (1992) dikutip oleh
Nursalam (2008), yaitu:
(1) Berat badan lahir rata-rata: 3,25kg
(2) Berat badan usia 3-12 bulan, menggunakan rumus: [Umur (bulan)
+9]/2=[n+9]/2
(3) Berat badan usia 1- 6 tahun, menggunakan rumus: [Umur (tahun)×2]+8=
2n+8
Keterangan: n adalah usia anak.
b) Tinggi badan
Seperti halnya berat badan, tinggi badan juga dapat diperkirakan berdasarkan
rumus dari Behrman(1992) dikutip oleh Nursalam (2008),yaitu:
(1) Perkiraan panjang lahir: 50 cm
(2) Perkiraan panjang badan usia 1 tahun= 1,5 × panjang badan lahir
(3) Perkiraan tinggi badan usia 2-12 tahun
= (umur×6) + 77 = 6n + 77
Keterangan : n adalah usia anak dalam tahun, bila usia lebih 6 bulan
dibulatkan keatas, bila usia anak 6 bulan atau kurang dihilangkan.
Untuk penilaian berat badan menggunakan KMS yang telah di lampirkan.
c) Lingkar kepala
Secara normal, pertambahan ukuran lingkar pada setiap tahap relative
konstan dan tidak dipengaruhi oleh factor ras, bangsa, dan letak geografis. Saat
lahir, ukuran lingkar kepala normalnya adalah 34 - 35cm. Kemudian akan
bertambah sebesar ± 0,5cm/bulan pada bulan pertama atau menjadi± 44 cm.
Pada 6 bulan pertama ini, pertumbuhan kepala paling cepat dibandingkan pada
tahap berikutnya, kemudian tahun- tahun pertama lingkar kepala bertambah
tidak lebih dari 5 cm per tahun, setelah itu sampai usia 18 tahun lingkar kepala
hanya bertambah ± 10 cm.
Pengukuran lingkar kepala lebih sulit untuk dilakukan bila dibandingkan
dengan ukuran antropometri lainnya dan jarang dilakukan pada balita,
kecuali apabila ada kecurigaan akan pertumbuhan yang tidak normal. Namun
alat yang dibutuhkan cukup sederhana, yaitu dengan pita pengukuran
(meteran).
d) Lingkar lengan atas (Lila)
Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak
dan otot yang tidak terpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dan berguna untuk
menilai keadaan gizi dan pertumbuhan anak prasekolah. Keuntungan dari
pengukuran lingkar lengan atas adalah murah, mudah, alatnya bisa dibuat
sendiri,dan siapa saja yang melakukannya. Namun, kadang – kadang hasil
pengukuran kurang akurat karena sukar untuk mengukur lila tanpa menekan
jaringan. Pada praktiknya, pengukuran lila jarang digunakan kecuali ada
gangguan pertumbuhan atau gangguan gizi yang berat, sehingga pengukuran
lila hanya efektif pada usia dibawah 3 tahun (usia pra sekolah).
e) Lipatan kulit
Tebalnya lipatan kulit pada daerah triceps dan subskapular merupakan
refleksi pertumbuhan jaringan lemak dibawah kulit yang mencerminkan
kecukupan energi. Apabila anak mengalami defisiensi kalori, maka lipatan kulit
menipis, lipatan tersebut akan menebal bila anak kelebihan energi.
2) Keseluruhan fisik
Berkaitan dengan pertumbuhan, hal-hal yang dapat diamati dari pemeriksaan
fisik adalah:
a) Keseluruhan fisik
Dilihat bentuk tubuh, perbandingan kepala, tubuh dan anggota gerak,ada
tidaknya edema, anemia, dan ada tanda gangguan lainnya.
b) Jaringan otot
Dapat dilihat dengan cubitan tebal pada lengan atas, pantat, dan paha untuk
mengetahui lemak subcutan.
c) Jaringan lemak
Diperiksa dengan cubitan tipis pada kulit dibawah triceps dan subskapular.
d) Rambut
Perlu diperiksa pertumbuhannya, tebal/tipisnya rambut, serta apakah akar
rambut mudah dicabut atau tidak.
e) Gigi geligi
Perlu diperhatikan kapan tanggal dan erupsi gigi susu atau gigi permanen.
3) Pemeriksaan laboratorium dan radiologis
Pemeriksaan laboratorium dan radiologis baru dilakukan di klinik apabila
terdapat gejala atau tanda akan adanya suatu gangguan/ penyakit, misalnya anemia
atau pertumbuhan fisik yang tidak normal. Pemeriksaan laboratorium yang sering
adalah pemeriksaan darah untuk kadar Hb, serum protein (albumin dan globulin),
dan hormon pertumbuhan. Pemeriksaan radiologis dilakukan terutama untuk
menilai umur biologis, yaitu umur tulang (bone age). Biasanya, hal tersebut
dilakukan bila ada kecurigaan akan adanya gangguan pertumbuhan. Bagian tulang
yang biasanya dirontgen adalah tulang radius sebelah kiri.
b. Deteksi Perkembangan
Menurut Frankerburg (1981) yang dikutip oleh Soetjiningsih (1995) dikutip
Nursalam (2008), terdapat empat aspek perkembangan anak balita, yaitu:
1) Kepribadian / tingkah laku social (personal social), yaitu aspek yang
berhubungan dengan kemampuan untuk mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungan.
2) Motorik halus (fine motor adaptive), yaitu aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan gerakan
yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan otot-otot kecil, memerlukan
koordinasi yang tepat, serta tidak memerlukan banyak tenaga, misalnya
memasukkan manik-manik ke dalam botol, menempel dan menggunting.
3) Motorik kasar (gross motor), yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan
dan sikap tubuh yang melibatkan sebagian besar tubuh karena dilakukan oleh
otot-otot yang lebih besar sehingga memerlukan cukup tenaga, misalnya
berjalan dan berlari.
4) Bahasa (language) ,yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk
memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara secara
spontan. Pada masa bayi, kemampuan bahasa bersifat pasif, sehingga
pernyataan akan perasaan atau keinginan dilakukan melalui tangisan atau
gerakan. Semakin bertambahnya usia, anak akan menggunakan bahasa aktif,
yaitu dengan berbicara.
Aspek-aspek perkembangan tersebut merupakan modifikasi dari tes/skrining
perkembangan yang ditemukan oleh Frankerburg, yang dikenal dengan Denver
Development Screening Test (DDST), yaitu salah satu test atau metode skrining
yang sering digunakan untuk menilai perkembangan anak mulai usia 1 bulan
sampai 6 tahun. Perkembangan yang dinilai meliputi perkembangan personal
sosial, motorik halus, motorik kasar dan bahasa pada anak (Nursalam dkk,
2008).
Pada buku petunjuk program BKB (Bina Keluarga dan Balita) perkembangan
balita dibagi menjadi 7 aspek perkembangan, yaitu perkembangan:
1) Tingkah laku sosial
2) Menolong diri sendiri
3) Intelektual
4) Gerakan motorik halus
5) Komunikasi pasif
6) Komunikasi aktif
7) Gerakan motorik kasar
Banyak “milestone” perkembangan anak yang penting dalam mengetahui
taraf perkembangan seorang anak (yang dimaksud dengan “milestone”
perkembangan adalah tingkat perkembangan yang harus dicapai anak pada umur
tertentu), misalnya:
1) 4-6 minggu:
- Tersenyum spontan,
- Dapat mengeluarkan suara
- 1-2 minggu kemudian
2) 12-16 minggu:
- Menegakkan kepala,
- Tengkurap sendiri menoleh kearah suara
- Memegang benda yangditaruh ditangannya
3) 20minggu:
- meraihbendayangdidekatkankepadanya
4) 26minggu:
- Dapatmemindahkanbendadarisatutangan ke tangan lainnya.
- Duduk, dengan bantuan kedua tangannya keDepan.
- Makanbiskuitsendiri.
5) 9-10bulan :
- Menunjukdenganjaritelunjuk.
- Memegangbendadenganibujaridantelunjuk.
- Merangkak
- Bersuarada…da…
6) 13bulan :
- berjalantanpabantuan
- mengucapkankata-kata Tunggal
Denganmengetahuiberbagai“milestone”,makadapat
diketahuiapakahseoranganakperkembangannyaterlambat ataukahmasihdalambatas-
batasnormal.Kalauadakecurigaan
dapatdilakukantesskrining(deteksidini)danintervensidiniagar
tumbuhkembanganakdapatlebihoptimal,antaralaindengan
DDST(DenverDevelopmentScreeningTest)yaitumeliputi:
1) Motorikkasar
 Berdiri padasatukaki selama1 detik
 Lompatditempat
 Naiksepedaroda3(tiga)
 Lompatanlebar
 Berdiripadasatukakiselama5detik
2) Motorikhalus
 Mencoretsendiri
 Menatadari4kubus
 Menatadari8kubus

 Menirugarisvertikaldalambatas30 0
 Mengeluarkanmanik-manikdaribotolsendiri
 Mengeluarkanmanik-manikdaribotoldengancontoh
 Mengikutimembuat+
 MengikutimembuatO
 Menirujembatan
 Membedakangarispanjang(3dari3atau5dari6).
3) Personalsosial
 Memakaibaju
 Mencucidanmenyekatangandenganlap
 Mudah dipisahkandariibu
 Bermaindengananaklain
 Mengancingbaju
 Memakaibajudenganpengawasan
 Memakaibajutanpabantuan
Berdasarkanbuku PedomanDeteksi Tumbuh Kembang yang disusun oleh
Departemen Kesehatan RI, tes perkembangan yang dapat dilakukan adalah Kuesioner
Pra Skrining Perkembangan (KPSP), Kuesioner Perilaku Anak Prasekolah (KPAP),
Tes Daya Lihat dan tes kesehatan mata(TDL), serta Tes Daya Dengar anak (TDD)
(DepkesRI,2004).
6. Masalah-Masalah Tumbuh Kembang Anak
Dalam buku Pedoman Pembinaan Perkembangan Anak Di Keluarga yang disusun
oleh Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, masalah-masalah/gangguan pada masa kecil
atau kelainan yang dibawa sejak lahir sering mengakibatkan hambatan pada
perkembangan anak (Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, 1992). Masalah tumbuh
kembang yang sering timbul:
a. Gangguanpertumbuhanfisik
Untuk mengetahui masalah tumbuh kembang fisik pada anak, perlu pemantauan
yang kontinue. Dengan pemantauan berat badan, tinggi badan, lingkar kepala,
umur tulang dan pertumbuhan gigi,maka dapat diketahui adanya suatu kelainan
tumbuh kembang fisik seorang anak seperti : obesitas atau kelainanhormonal,
perawakanpendekakibatkelainanendokrin dan kurang gizi, pertumbuhan/erupsi
gigi terlambat yang di sebabkan oleh hipotiroid, hipoparatiroid, keturunan dan
idiopatik serta gangguan pengelihatan dan pendengaran.
b. Gangguan perkembangan motorik
Perkembangan motorik yang lambat dapat di sebabkan oleh :
a) Faktor keturunan
b) Faktor lingkungan
c) Faktor kepribadian
d) Retardasi mental
e) Kelainan tonus otot
f) Obesitas
g) Penyakit neuromuscular
h) Buta
c. Gangguan perkembangan bahasa
Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat diakibatkan berbagai faktor
yaitu adanya faktor genetik, gangguan pendengaran, intelegensi rendah,
kurangnya interaksi anak dengan lingkungan,maturasi yang terlambat, factor
keluarga, kembar, psikosis, gangguan lateralisasi, masalah-masalah yang
berhubungan dengan disleksia dan afasia.
d. Gangguan fungsi vegetatif
a) Gangguan makan
b) Gangguan fungsieliminasi
c) Gangguan tidur
d) Gangguan kebiasaan
e) Kecemasan
Kecemasan pada umumnya merupakan bagian dari
perkembangan.Tetapi bila kecemasan ini berlebihan sehingga mempunyai efek
terhadap interaksi sosial dan perkembangan anak, maka merupakan hal yang
patologis yang memerlukan suatu intervensi.
e. Gangguan suasana hati(mooddisorders)
Gangguan tersebut antara lain adalah major depression yang ditandai dengan
disforia, kehilangan minat, sukar tidur,sukar konsentrasi,dan nafsu makan yang
terganggu.
f. Bunuh diri dan percobaan bunuh diri
Bunuh diri sering merupakan penyelesaian masalah psikologi dan lingkungan
bagi remaja.
g. Gangguan kepribadian yang terpecah (disruptive behaviouraldisorders)
Kelainan ini mungkin sebagai akibat dari frustasi dan kemarahan.
h. Gangguan perilaku seksual
Gangguan perilaku seksual antara lain trans seksualism, transventism, dan
homoseksual.
i. Gangguan perkembangan pervasive dan psikosis pada anak
Meliputi autisme (gangguan komunikasi verbal dan nonverbal, gangguan
perilakudan interaksisosial), Asperger (gangguan interaksi sosial, perilaku yang
terbatas dan diulang-ulang), childhood disintegrative disorder (demensiaheller),
dan kelainan Rett (kelainan x-linked dominan pada anak perempuan).
j. Disfungsineurodevelopmentalpadaanakusiasekolah
Disfungsi susunan saraf pusat sering disertai dengan kemampuan akademik yang
di bawah normal, kelainan perilaku dan masalah dalam interaksi sosial.
k. Kelainan saraf dan psikiatrik akibat dari trauma otak
Trauma otak meningkatkan resiko gangguan intelektual maupun
psikiatris,terutama bila trauma berat.
l. Penyakit psikosomatik
Konflik psikologik yang dapat memberikan gejala somatik disebut
psikosomatik. Contohnya adalah kelainan konversi, hipokondriasis ,sindrom
Munchausenby proxy, reflex sympathetic dystrophy (Soetjiningsihdkk,2002).
7. Stimulasi tumbuh kembang
Stimulasi adalah perangsangan yang datang dari lingkungan di luar individu anak
(seotjiningsih,1995 dikutip oleh Nursalam,2008). Anak yang lebih banyak mendapat
stimulasi cenderung lebih cepat berkembang. Stimulasi juga berfungsi sebagai penguat
(reinforcement) memberikan stimulasi yang berulang dan terus-menerus pada setiap
aspek perkembangan anak berarti telah memberikan kesempatan anak untuk tumbuh dan
berkembang secara optimal.
Menurut Moersintowarti (2002) dikutip oleh Nursalam (2008:75), srimulasi
adalah perangsangan dan latihan-latihan terhadap kepandaian anak yang dating dari
lingkungan di luar anak. Stimulasi ini dapat di lakukan oleh orang tua,anggota keluarga,
atau orang dewasa lain di sekitar anak.
Adapun cara menstimulasi tumbuh kembang berdasarkan usia adalah :
a. Masa Bayi (0-1 tahun)
Stimulus yang di berikan pada anak seharusnya sudah di mulai sejak dalam
kandungan, misalnya, dengan bisikan, sentuhan pada perut ibu, gizi ibu yang
mencukupi, dan menghindari pemicu stres yang mempengaruhi psikologis ibu
(Nursalam 2005).
Setelah lahir, stimulus langsung di lakukan pada bayi. Pada tahun pertama
kehidupan, stimulus di berikan untuk perkembangan sensori motor, meskipun pada
tahun-tahun berikutnya stimulus ini tetap harus di berikan. Stimulus yang di berikan
melalui aktivitas bermain bertujuan untuk :
1. Melatih dan mengevaluasi reflek-reflek fisiologis.
2. Melatih koordinasi antara mata dan tangan serta mata dan telinga.
3. Melatih untuk mencari objek yang tidak kelihatan.
4. Melatih sumber asal suara
5. Melatih kepekaan perabaan.
Tabel berikut ini menjelaskan mengenai bentuk stimulus yang di perlukan selama
bulan demi bulan pada masa bayi karena pada tahun pertama kehidupan tumbuh
kembang anak berlangsung lebih cepat di bandingkan dengan tahapan-tahapan pada
tabel berikutnya.
Table 2.1 Bentuk – Bentuk Stimulasi
Usia Stimulasi visual Stimulasi Stimulasi Stimulasi
auditif taktik kinetic

0-3 - Objek warna -mengajak -membelai, - berjalan-jalan


bulan terang di atas bicara menyisir,
tempat tidur menyelimuti
-mendengarkan
music lonceng -bermain air
4-6 - Menonton tv -mengajak - Berdiri pada
bulan ,main warna bicara paha orang tua
terang yang
dapat di -panggil -membantu
pegang namanya tengkurap,
duduk

7-9 - Menonton tv, -panggil -mengenal -membantu


bulan mainan warna namanya berbagai tengkurap di
terang yang tekstur lantai
dapat di -ajari
pegang memanggil -bermain air -latih berdiri
- Bermain orang tuanya
cilikba -permainan
-memberi tahu tarik dorong
yang sedang di
lakukan

10-12 -ajak ketempat - suara binatang -merasakan -permainan


bulan ramai hangat/dingin tarik dorong
-menyebut
-kenalkan bagian tubuh -memegang -bersepeda
gambar makanan
sendiri

Sumber : Nursalam (2008)


b. Masa balita (2-3 tahun)
Pada masa ini, anak cenderung untuk melekat pada satu macam mainan yang
dapat di perlukan sesuka anak tersebut.
1. Mengembangkan keterampilan bahasa
2. Melatih motorik halus dan kasar.
3. Mengembangkan kecerdasan (mengenal warna,berhitung)
4. Melatih daya imajinasi.
5. Menyalurkan perasaan anak.
Alat permainan yang di anjurkan bagi anak pada masa ini, misalnya, lilin yang
dapat di bentuk, alat untuk menggambar,puzzle sederhana,manik-manik, dan alat-alat
rumah tangga. Pada masa ini, keakuan anak sangat menonjol (egosentris) dan anak
belum memahami makna dari memiliki, sehingga anak sering berebut mainan karena
masing-masing menganggap bahwa main itu adalah miliknya.
Berdasarkan isi bermain, permainan anak pada masa ini tergolong dalam
permainan untuk suatu keterampilan (skil play) karena anak mulai berkembang fase
otonomi (kemandirian) dan independennya (kebebasan). Berdasarkan karakteristik
bermain, permainan pada masa ini termasuk permainan dengan bermain bersama
teman tanpa interaksi (parallel play). Pada masa ini, anak kelihatan ingin berteman
tetapi kemampuan sosialnya belum memadai. Yang perlu di perhatikan adalah bahwa
anak bermain secara spontan dan bebas serta dapat berhenti sesukanya. Koordinasi
motorik masih kurang sehingga sering merusak mainnya.
c. Masa prasekolah akhir (4-5 tahun)
Pada masa ini, inisiatif anak mulai berkembang dan anak ingin mengetahui lebih
banyak lagi mengenai hal-hal di sekitarnya. Anak mulai berfantasi dan mempelajari
model keluarga atau bermain peran, seperti peran guru, ibu, dan lain-lain. Dengan
demikian, isi bermain anak lebih banyak mengguanakan simbol-simbol dalam
permainan atau yang sering di sebut dengan permainan peran (dramatic role play).
Permainan yang meningkatkan keterampilan (skill play) juga masih berkembang pada
masa ini.
Berdasarkan karakteristik social, anak mulai bermain bersama teman-temannya,
tetapi tidak ada tujuan kelompok (associative play). Dalam hal ini anak berinteraksi
dengan saling meminjam alat permainan. Seiring dengan bertambahnya usia, anak
mulai bermain bersama dengan tujuan yang di tetapkan, misalnya tujuan kompetisi.
Karakteristik permainan seperti ini di sebut dengan permainan dengan kerja sama
(cooperative play).
Alat permainan yang di anjurkan, misalnya, buku, majalah, alat tulis/krayon,
balok, dan aktivitas berenang. Dalam bermain, anak hendaknya memiliki teman. Dan
pada masa ini, bermain mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Mengembangkan kemampuan berbahasa, berhitung, serta menyamakan dan
membedakan.
2. Merangsang daya imajinasi
3. Menumbuhkan sportivitas,kreativitas,dan kepercayaan diri.
4. Memperkenalkan ilmu pengetahuan, suasana gotong royong, dan kompetisi.
5. Mengembangkan koordinasi motorik, sosialisasi, dan kemampuan untuk
mengendalikan emosi.
8. DDST (Denver Developmen Screening Test)
a. Pengertian
DDST adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan
anak, test ini bukanlah test diagnostik atau test IQ.
Menurut Soetjiningsih 1995 merupakan :
 Test yang mudah dan cepat (15-20) menit dapat dapat di andalkan dan mempunyai
validasi yang tinggi.
 Test yang secara efektif dapat mengidentifikasi antara 85-100 persen bayi dan anak-
anak prasekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan, dan pada “follow
up” selanjutnya ternyata 89 persen dari kelompok DDST abnormal mengalami
kegagalan di sekolah 5-6 tahun kemudian.
Menurut Frankernburg dan Borowitz (1986) DST tidak hanya mengidentifikasi
lebih dari separo dengan kelainan bicara. Dan Frankernburg melakukan revisi dan
standarisasi kembali DDST dan juga perkembangan pada sektor bahasa ditambah,
yang kemudian hasil revisi dari DDST dinamakan Denver II.
b. Aspek perkembangan yang dinilai
Terdiri dari 105 tugas perkembangan pada DDST dan DDST-R, yang kemudian
pada Denver II dilakukan revisi dan restandarisasi dari DDST sehingga terdapat 125
tugas perkembangan.
Perbedaan lainnya adalah pada Denver II terdapat :
1) Peningkatan 85 persen pada sektor bahasa
2) Pemeriksaan untuk artikulasi bahasa
3) Skala umur yang baru
4) Kategori yang baru untuk interprestasi pada kelainan yang ringan
5) Skala penilaian tingkah laku
6) Materi training yang berbeda. Semua pada petunjuk pelaksanaan hanya 28 point,
pada Denver II menjadi 31 poin.
c. Tugas perkembangan
Semua tugas perkembangan itu di susun berdasarkan urutan perkembangan dan di
atur dalam 4 kelompok besar yang di sebut sektor perkembangan meliputi :
1) Prilaku sosial ( personal sosial )
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungan.
2) Gerakan motorik halus ( Fine Motor Adaptive)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan
otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
3) Bahasa ( language )
Kemampuan yang memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan
berbicara spontan.
4) Gerakan motorik kasar ( Gross Motor )
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
d. Alat yang digunakan
1) Alat peraga
Benang wol, manik-manik, kubus warna merah, kuning, hijau, biru, permainan
anak, botol kecil, bola tenis, bel kecil, kertas dan pensil.
2) Lembar formulir DDST
3) Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap :
a) Tahap pertama : secara priodik di lakukan pada semua anak yang berusia 1,2 dan
3 tahun.
b) Tahap kedua : dilakukan pada mereka yang di curigai adanya hambatan
perkembangan pada tahap pertama. Kemudian di lanjutkan dengan evaluasi
diagnostic yang lengkap.
e. Penilaian
Dari buku tumbuh kembang anak, seotjiningsih ( 1995 ) tentang bagaimana
melakukan penilaian, apakah lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak
mendapat kesempatan untuk melakukan tugas (No Opportunity = N.O). kemudian
ditarik garis kronologis yang memotong garis horizontal tugas perkembangan pada
formulir DDST. Selain itu di hitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan
berapa yang F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil test diklasifikasikan dalam :
normal, abnormal, meragukan (questionable) dan tidak dapat di test (untesable)
(soetjiningsih, 1995).
1) Abnormal
a) Bila didapat 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor/lebih
b) Bila dalam satu sektor atau lebih di dapatakan 2 atau lebih keterlambatan PLUS
1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada
yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
2) Meragukan
a) Bila ada satu sektor didapatkan 2 keterlamabatan atau lebih
b) Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatakan 1 keterlambatan dan pada sektor yang
sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan denagn garis vertikal
usia. Tidak dapat di test .
c) Apabila penolakan yang menyebabkan hasil test menjadi abnormal atau
meragukan.
3) Tidak dapat di test
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil test menjadi abnormal atau
meragukan.
4) Normal
Dalam pelaksanaan skrining dengan DDST ini, umur anak perlu di tetapkan
terlebih dahulu, dengan menggunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12
bulan untuk 1 tahun. Bila dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari di bulatkan
ke bawah dan sama dengan atau lebih dari 15 hari di bulatkan ke atas. Perhitungan
umur adalah sebagai berikut misalnya budi lahir pada tanggal 23 Mei 2010 dari
kehamilan yang cukup bulan dan test di lakukan pada tanggal 5 Oktober 2012,
maka perhitungannya sebagai berikut :
- 2012-10-5 (saat test dilakukan)
- 2010-5-23 (saat budi lahir)
Umur budi 2-5-12 = 2 tahun 4 bulan 12 hari, karena 12 hari adalah lebih
kecil dari 15 hari maka, di bulatkan kebawah sehingga umur budi adalah 2 tahun 4
bulan. Kemudian garis umur di tarik vertikal pada lembar DDST yang memotong
kotak-kotak tugas perkembangan pada ke-4 sektor.
Tugas-tugas yang terletak di sebelah kiri itu, pada umumnya telah dapat di
kerjakan oleh anak-anak seusia budi, (2 tahun 4 bulan). Apabila budi gagal
mengerjakan tugas tersebut (F), maka berarti suatu keterlambatan pada tugas
tersebut. Bila tugas-tugas yang gagal dikerjakan itu terletak dalam kotak yang
terpotong oleh garis vertikal umur, maka ini bukan suatu keterlambatan, karena
pada control lebih lanjut masih mungkin terdapat perkembangan lagi. Begitu pula
pada kotak-kotak di sebelah kana garis umur.
Panjang ujung kotak sebelah kiri terdapat kode-kode R dan nomor. Kalau
terdapat kode R maka tugas perkembangan cukup di tanyakan pada orangtuanya,
sedangkan bila terdapat kode nomor maka tugas perkembangan di test sesuai
petunjuk di balik formulir (soetjiningsih, 1995).

C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep – konsep yang ingin diamati
atau diukur melalui penelitian – penelitian yang akan dilakukan. (Notoatmodjo, 2010)
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model sistem yang
terdiri dari unsur-unsur input, proses dan output atau hasil, seperti bagan di bawah ini:

Input
Proses Output
Faktor yang
mempengaruhi mengidentifikasi Kategori
Pengetahuan Ibu Pengetahuan:
Faktor Internal:
tentang
- Baik
--Umur gangguan
Minat - Cukup
--IQ (Intelegency
Keyakinan tumbuh kembang
- Kurang
Quotient)
(Agama). pada balita.
- Keyakinan
(Agama).
Faktor Eksternal:

- Pendidikan Keterangan :
- - Informasi
Pekerjaan
- Informasi
- Sumber Informasi
- Sumber Informasi
- Sosial Budaya
- Sosial Budaya
: Yang diteliti

: Yang tidak diteliti

(Modifikasi Nursalam 2011)

a. Tabel Definisi Operasional


Definisi operasiaonal adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari suatu
yang didefinisikan ( Nursalam, 2011 ).

Table 3.1 Definisi operasional

No Variable Definisi Alat ukur Skala Kriteria


Penelitian operasional data

1. Tingkat Segala sesuatu yang Questioner Ordinal a. Baik :


pengetahu diketahui dan . 76% - 100%
an ibu dipahami oleh ibu
b. Cukup :
tentang tentang gangguan 56% - 75%
gangguan tumbuh kembang c. Kurang :
tumbuh pada balita seperti : 0% - 55%
kembang
- Gangguan
pada balita
pertumbuhan fisik
berupa Berat badan
dan tinggi badan
- Gangguan
perkembangan
motorik, sensorik,
sosial dan bahasa

Anda mungkin juga menyukai