Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KONSEP DASAR TERJADINYA PENYAKIT


Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat

Oleh :
LIA NOPITA SARI
NIM 02901710

DOSEN PEMBIMBING: FIRMAN HAYADI, M. Kes

YAYASAN SEKUNDANG BENGKULU SELATAN


AKADEMI KEBIDANAN
Jl. Datuk Nazir Nomor : 02 Telp & Fax (0739) 21218 Kode Pos 38511
Email: Akbid@yahoo.com
Website: www.akbid.com

BAB I
PENDAHULUAN

0
A. Latar Belakang
Penyakit merupakan salah satu gangguan kehidupan manusia yang telah
dikenal orang sejak dahulu. Pada mulanya, konsep terjadinya didasarkan pada
adanya gangguan makhluk halus atau karena kemurkaan dari yang maha pencipta
hingga saat ini, masih banyak kelompok masyarakat di negara berkembang yang
menganut konsep tersebut. Di lain pihak masih ada gangguan kesehatan/penyakit
yang belum jelas penyebabnya, maupun proses kejadian.
Pada tahap berikutnya, Hipocrates telah mengembangkan teori bahwa
timbulnya penyakit disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang meliputi air,
udara, tanah, cuaca, dan lain sebagainya. Namun demikian dalam teori tidak
dijelaskan bagaimana kedudukan manusia dalam interaksi tersebut, serta tidak
dijelaskan faktor lingkungan bagaimana yang dapat menimbulkan penyakit.
Pada kehidupan masyarakat Cina dikenal pula teori terjadinya penyakit
yang timbul karena adanya gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh manusia
(teori humoral). Dalam teori ini dikatakan bahwa dalam tubuh manusia ada empat
macam cairan, yaitu cairan putih, kuning, merah, dan hitam. Bila terjadi gangguan
keseimbangan pada jenis cairan mana yang bersifat dominan. Hingga saat ini,
teori tersebut masih merupakan dasar dalam sistem pengobatan Cina tradisional.
Kemudian berkembang teori terjadinya penyakit karena sisa-sisa makhluk
hidup yang mengalami pembusukan, sehingga meninggalkan pengotoran udara
dan lingkungan sekitarnya. Teori ini berkembang terutama pada abad pertengahan
dan pada waktu itu lebih mengarah pada kebersihan lingkungan terhadap sisa-sisa
peninggalan makhluk hidup.
Contoh pengaruh teori tersebut adalah timbulnya penyakit malaria yang
dikira karena sisa-sisa pembusukan binatang dan tumbuhan yang ada di rawa-
rawa (malaria artinya daerah yang jelek) dan masih ada masyarakat yang tetap
menganut teori ini. Akhirnya pada abad-abad selanjutnya, terjadi perubahan yang
cukup besar dalam konsep terjadinya penyakit, dengan didapatkannya mikroskop,
sehingga konsep penyebab penyakit beralih ke jasad renik.
Perkembangan selanjutnya mengantar para ahli ke arah hormonal yang
semakin berkembang. Pada saat itu, orang mulai optimis dalam menghadapi

1
berbagai penyakit dengan antibiotika, sistem imunitas, dan lain sebagainya.
Ternyata setelah penyakit menular mulai dapat diatasi pada negara-negara maju,
muncullah masalah berbagai penyakit menahun/tidak menular yang unsur dan
faktor penyebabnya sangat berkaitan erat dengan faal/fungsi tubuh, mutasi dan
sifat resistensi tubuh, dan pada umumnya terdiri dari berbagai faktor yang saling
kait mengait.
Keadaan ini sangat erat hubungannya dengan berbagai pengamatan
epidemiologi terhadap gangguan kesehatan. Dan pada saat ini, teori tentang faktor
penyebab penyakit tidak dapat dipisahkan dengan berbagai faktor yang berperan
dalam proses kejadian penyakit yang dikembangkan melalui teori ekologi ling-
kungan yang didasarkan pada konsep bahwa manusia berinteraksi dengan
berbagai faktor penyebab dalam lingkungan tertentu dan pada keadaan tertentu
akan menimbulkan penyakit yang tertentu pula.

B. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui faktor Agent timbulnya penyakit.
2. Untuk mengetahui faktor host timbulnya penyakit.
3. Untuk mengetahui faktor environment timbulnya penyakit.
4. Untuk mengetahui fort of entry and exit timbulnya penyakit.
5. Untuk mengetahui pencegahan timbulnya penyakit.
6. Untuk mengetahui pemberantasan timbulnya penyakit.
7. Untuk mengetahui pengobatan/ penatalaksanaan timbulnya penyakit.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Faktor Agent Timbulnya Penyakit.


Faktor yang menyebabkan penyakit atau masalah kesehatan
 Gizi: kurang gizi, vitamin, mineral, kelebihan gizi
 Kimia: pengawet, pewarna, asbes, cobalt, racun, antigen
 Fisik: radiasi, trauma, suara, getaran
 Biologis: amoeba, bakteri, jamur, riketsia, virus, plasmodium, cacing

Karakteristik Agent

2
 Infektivitas: kesanggupan agent untuk beradaptasi sendiri terhadap lingkungan
Host untuk mampu tinggal, hidup dan berkembang biak dalam jaringan Host
 Patogenesitas: kesanggupan agent untuk menimbulkan reaksi patologis
(penyakit) pada Host setelah infeksi
 Virulensi: kesanggupan agent untuk menghasilkan reaksi patologis berat yang
menyebabkan kematian
 Toksisitas: kesanggupan agent untuk memproduksi toksin yang merusak
jaringan Host
 Invasivitas: kesanggupan agent untuk penetrasi dan menyebar kedalam jaringan
Host
 Antigenisitas: kesanggupan agent merangsang reaksi imunologis Host
(membentuk antibodi)

B. Faktor Host Timbulnya Penyakit.


Adalah faktor yang melekat pada Host
 Genetik: DM, asma, hipertensi
 Umur: osteoporosis, campak, polio, ca servix, ca mammae
 Jenis kelamin: ca servik, BPH, ca paru
 Suku/ras/warna kulit: negro lebih kuat dari kulit putih
 Fisiologis: kelelahan, kehamilan, pubertas, stres, kurang gizi
 Imunologis: ASI, imunisasi, sakit
 Perilaku: gaya hidup, personal higienis, HAM, rekreasi, merokok, napza

Karakteristik Host
 Resistensi: kemampuan Host untuk bertahan hidup terhadap infeksi (agent)
 Imunitas: kemampuan Host mengembangkan sistem kekebalan tubuh, baik
didapat maupun alamiah
 Infectiousness: potensi Host yg terinfeksi untuk menularkan penyakit yang
diderita kepada orang lain

C. Faktor Environment Timbulnya Penyakit.


 Faktor lingkungan yang mempengaruhi Host dan Agent
 Fisik: iklim (kemarau dan hujan), geografis (pantai dan pegunungan),
demografis (kota dan desa)
 Biologis: flora dan fauna

3
 Sosial: migrasi/urbanisasi, lingkungan kerja, perumahan, bencana alam,
perang, banjir

Karakteristik Environment
 Topografi: situasi lokasi tertentu (letak/posisi/peta), baik alamiah maupun
buatan manusia, yang mempengaruhi terjadinya dan penyebaran penyakit
tertentu (danau, sungai, hutan, sawah)
 Geografis: keadaan yang berhubungan dengan permukaan bumi (struktur
geologi, iklim, penduduk, flora, fauna) yang mempengaruhi terjadinya dan
penyebaran penyakit tertentu (tanah pasir atau tanah liat)
D. Fort Of Entry And Exit Timbulnya Penyakit.
1. Portal of entry: pintu masuknya Agent kedalam Host contoh: oral, kulit, nafas,
kemih
2. Portal of exit: pintu keluarnya Agent dari Host contoh: nafas, anal, darah,
cairan tubuh
3. Transmisi: vektornya apa
4. Bagaimana preventifnya?
Misalnya :
a. Cuci tangan sebelum makan
b. Menolong partus memakai sarung tangan
c. Jangan meludah sembarang tempat

4
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pencegahan Timbulnya Penyakit.


5 Level Prevention (5 Tingkat Pencegahan)
1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
Pada tingkat ini dilakukan tindakan umum untuk menjaga
keseimbangan proses bibit penyakit-pejamu-lingkungan, sehingga dapat
menguntungkan manusia dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh dan
memperbaiki lingkungan. Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat.
Contoh :
a. Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun kuantitas)
b. Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan air
bersih, pembuangan sampah, pembuangan tinja dan limbah.
c. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Misalnya untuk kalangan
menengah ke atas di negara berkembang terhadap resiko jantung koroner.
d. Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu.
e. Kesempatan memperoleh hiburan demi perkembangan mental dan sosial.
f. Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab.
g. Rekreasi atau hiburan untuk perkembangan mental dan sosial

2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu (general


and specific protection)
Merupakan tindakan yang masih dimaksudkan untuk mencegah
penyakit, menghentikan proses interaksi bibit penyakit-pejamu-lingkungan
dalam tahap prepatogenesis, tetapi sudah terarah pada penyakit tertentu.
Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat tetapi memiliki risiko
terkena penyakit tertentu.

Contoh :

5
a. Memberikan immunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah
penyakit dengan adanya kegiatan Pekan Imunisasi Nasional (PIN )
b. Isolasi terhadap penderita penyakit menular, misalnya yang terkena flu
burung ditempatkan di ruang isolasi.
c. Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat umum maupun tempat
kerja dengan menggunakan alat perlindungan diri.
d. Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-
bahan racun maupun alergi.
e. Pengendalian sumber-sumber pencemaran, misalnya dengan kegiatan
jumsih “ jum’at bersih “ untuk mebersihkan sungai atau selokan bersama –
sama.
f. Penggunaan kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS

3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (early
diagnosis and prompt treatment)
Merupakan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan
melakukan penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat.
Contoh :
a. Pada ibu hamil yang sudah terdapat tanda – tanda anemia diberikan tablet
Fe dan dianjurkan untuk makan makanan yang mengandung zat besi
b. Mencari penderita dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan . Misalnya
pemeriksaan darah, rontgent paru.
c. Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit
menular (contact person) untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul dapat
segera diberikan pengobatan.
d. Melaksanakan skrining untuk mendeteksi dini kanker

4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)

6
Merupakan tindakan penatalaksanaan terapi yang adekuat pada pasien
dengan penyakit yang telah lanjut untuk mencegah penyakit menjadi lebih
berat, menyembuhkan pasien, serta mengurangi kemungkinan terjadinya
kecacatan yang akan timbul.
Contoh :
a. Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan tak
terjadi komplikasi, misalnya menggunakan tongkat untuk kaki yang cacat
b. Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan dengan cara tidak
melakukan gerakan – gerakan yang berat atau gerakan yang dipaksakan
pada kaki yang cacat.
c. Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan
pengobatan dan perawatan yang lebih intensif.

5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)


Merupakan tindakan yang dimaksudkan untuk mengembalikan pasien
ke masyarakat agar mereka dapat hidup dan bekerja secara wajar, atau agar
tidak menjadi beban orang lain.
Contoh :
a. Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan
masyarakat. Misalnya, lembaga untuk rehabilitasi mantan PSK, mantan
pemakai NAPZA dan lain-lain.
b. Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan
memberikan dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk
bertahan. Misalnya dengan tidak mengucilkan mantan PSK di lingkungan
masyarakat tempat ia tinggal.
c. Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita
yang telah cacat mampu mempertahankan diri.
d. Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan
seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit.

7
B. Pemberantasan Timbulnya Penyakit.
Kegiatan pokok pemberantasan penyakit terdiri dari pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko, peningkatan imunisasi, penemuan dan tatalaksana
penderita, peningkatan surveilens epidemiologi dan penanggulangan wabah, serta
peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan
pemberantasan penyakit.
1. Pencegahan dan Penanggulangan Faktor Risiko
Selain pasien yang telah terinfeksi penyakit, masyarakat yang memiliki
risiko tinggi juga perlu diperhatikan, karena masyarakat yang memiliki risiko
tinggi bisa memiliki risiko kapan saja terkena penyakit. Pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko terdiri atas:
a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-
undangan, dan kebijakan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
dan diseminasinya
b. Menyiapkan materi dan menyusun rencana kebutuhan untuk pencegahan
dan penanggulangan faktor resiko
c. Menyediakan kebutuhan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
sebagai stimulam
d. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman
pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
e. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melakukan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
f. Melakukan bimbingan, pemantauan dan evaluasi kegiatan pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko
g. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi
dan konsultasi teknis pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
h. Melakukan kajian program pencegahan dan penanggulangan faktor risiko

8
i. Membina dan mengembangkan UPT dalam pencegahn dan
penanggulangan faktor risiko.
j. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
pencegahan dan pemberantasan penyakit.
2. Peningkatan imunisasi
Imunisasi sangat penting untuk mencegah dan melindungi seseorang
terjangkit penyakit, ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas
dalam hal peningkatan imunisasi yaitu:
a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-
undangan, dan kebijakan peningkatan imunisasi, dan diseminasinya
b. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan
imunisasi
c. Menyediakan kebutuhan peningkatan imunisasi sebagai stimulan yang
ditujukan terutama untuk masyarakat miskin dan kawasan khusus sesuai
dengan skala prioritas
d. Menyiapkan materi dan menyusun rancagan juklak juklak/juknis/protap
program imunisasi
e. Menyiapkan dan mendistribusikan sarana dan prasarana imunisasi
f. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melaksanakan program imunisasi
g. Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan imunisasi
h. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi
dan konsultasi teknis peningkatan imunisasi
i. Melakukan kajian upaya peningkatan imunisasi
j. Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan imunisasi
k. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
imunisasi

3. Penemuan dan tatalaksana penderita

9
Selain kunjungan penderita ke puskesmas, puskesmas harus berperan
aktif dalam penemuan dan kunjungan terhadap penderita. Penemuan dan
tatalaksana penderita terdiri atas upaya bimbingan, pemantauan, dan evaluasi
kegiatan penemuan dan tatalaksana penderita, serta meningkatkan
kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan program
penemuan dan tatalaksana penderita. Di dalam upaya penemuan dan
tatalaksana penderita dibutuhkan kerjasama antara masyarakat dan puskesmas
untuk saling bekerjasama sehingga dapat memabangun status kesehatan pada
masyarakat yang optimal dengan pemberantasan penyakit, sebagai contoh
seperti kasus TBC yang membutuhkan peran penting puskesmas. Apabila
pasien berhenti dalam masa pengobatan akibat halangan tertentu atau lalainya
pasien dalam kunjungan ke puskesmas untuk kontrol, maka puskesmas harus
aktif mengunjungi rumah penderita, sebab apabila pasien tersebut berhenti
minum obat, maka upaya pemberantasan TBC dikatakan gagal dan pasien
harus mengulang tahap pengobatan mulai dari awal. Serta apabila pasien
terus-terusan memberhentikan pengobatan di tengah-tangah masa pengobatan,
maka akan terjadi resistensi dan hal ini dapat menyebabkan kemungkinan
penyebaran penyakit semakin besar. Itulah sebabnya, puskesmas terdekat
harus mengunjungi rumah pasien agar dapat menjangkau pasien dan
menyukseskan upaya p2m. Kegiatan pokok dalam upaya ini yaitu:
a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan
perundangundangan, dan kebijakan penemuan dan tatalaksana penderita
dan diseminasinya
b. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan penemuan dan
tatalaksana penderita
c. Menyediakan kebutuhan penemuan dan tatalaksana penderita sebagai
stimulan
d. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman
program penemuan dan tatalaksana penderita

10
e. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melaksanakan program penemuan dan tatalaksana penderita
f. Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan penemuan dan
tatalaksana penderita
g. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi
dan konsultasi teknis penemuan dan tatalaksana penderita
h. Melakukan kajian upaya penemuan dan tatalaksana penderita
i. Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya penemuan dan
tatalaksana penderita
j. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
penemuan dan tatalaksana penderita.
4. Peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah
Surveilans epidemilogi penyakit juga merupakan salah satu upaya
pemberantasan penyakit yang penting, karena dengan surveilans epidemiologi
penyakit, puskesmas dapat mengetahui penyebaran dan hubungannya dengan
faktor risiko, surveilans epidemiologi ini dapat mendukung pemberantasan
penyakit dari data yang didapat oleh puskesmas itu sendiri.
Surveilans merupakan kegiatan analisis secara sistematis dan terus
menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang
mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-
masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan
secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan
penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program. Jadi,
surveilans epidemiologi penyakit merupakan kegiatan analisis secara
sistematis dan terus-menerus terhadao penyakit yang terjadi di suatu wilayah
tertentu agar dapat melakukan tindakan penanggulangaan penyakit secara
efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan
penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.
Tujuan surveilans epidemiologi penyakit yaitu:

11
5. Peningkatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit
Setelah upaya-upaya yang telah dijelaskan di atas tadi, Puskesmas juga
memiliki upaya untuk meningkatkan komunikasi, informasi, dan Edukasi
untuk oencegan dan pemberantasan penyakit di suatu wilayah kerjanya.
Upaya ini bisa dilakukan dengan pengembangan media promosi kesehatan
dan teknologi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE); pengembangan
upaya kesehatan bersumber masyarakat, (seperti pos pelayanan terpadu,
pondok bersalin desa, usaha kesehatan sekolah dan generasi muda, Saka
Bhakti Husada; serta peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
Media promosi kesehatan terhadap masyarakat perlu ditingkatkan terutama
promosi tentang penyakit, cara penularan dan cara pencegahan agar
masyarakat bisa mengerti secara luas apa saja penyakit itu, bagaimana cara
mencegahnya dan bagaimana cara mengobatinya.
Selain itu puskesmas juga bertugas untuk mengajak masyarakat
berperan aktif dalam pengembangan upaya kesehatan misalnya pos pelayanan
terpadu dan usaha kesehatan lain. Selain promosi kesehatan, komunikasi dan
informasi seputar penyakit untuk masyarakat juga merupakan upaya
puskesmas dalam pemberantasan penyakit. Informasi yang diberikan terhadap
puskesmas seperti penyuluhan harus dibuat semenarik mungkin agar
masyarakat tertarik terhadap acara yang diadakan. Semisal, penyuluhan
HIV/AIDS pada siswa SMP/SMA untuk pencegahan penyakit seksual pada
kalangan muda yang sekarang sedang marak terjadi. Banyak siswa SMP yang
masih belum mengerti apa itu penyakit HIV/AIDS dan bagaimana cara
penularannya sehingga di Indonesia penyebaran HIV/AIDS sangatlah cepat.
Selain pemberian informasi, pembentukan karakter dan moral terhadap
kalangan muda juga sangat penting untuk membentuk moral dan karakter
yang baik sebagai dasar pembentukan negara untuk berkembang. Meskipun
moral merupakan faktor tidak langsung terhadap penyebaran penyakit

12
terutama penyakit melalui hubungan seksual, namun pembentukan moral
sangat penting diberikan kepada generasi muda untuk tujuan pencegahan
penularan penyakit hubungan seksual. Selain itu, pembentukan moral dan
karakter bisa mendukung pembangunan negara yang berimbas kepada tingkat
dan status kesehatan bangsa.
Upaya selain promosi yaitu pemberdayaan masyarakat melalui pos
kesehatan pada puskesmas yang bersumberdayakan masyarakat. Pos
kesehatan ini tetap dikelola oleh puskesmas meskipun yang melaksanakan
orang-orang yang ingin berpartisipasi di dalamnya dengan dibimbing oleh
dokter atau bidan setempat. Dengan adanya pos kesehatan yang
bersumberdayakan masyarakat, maka secara otomatis pengetahuan
masyakarakat akan bertambah. Kegiatan pokok dari peningkatan komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit yaitu:

C. Pengobatan/ Penatalaksanaan Timbulnya Penyakit.


Dalam proses pengobatan terkandung keputusan ilmiah yang dilandasi oleh
pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan intervensi pengobatan yang
memberi manfaat maksimal dan resiko sekecil mungkin bagi pasien. Hal tersebut
dapat dicapai dengan melakukan pengobatan yang rasional. Sehingga sasaran dari
pengobatan dasar adalah :
1. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan atau keperawatan karena ketidakmampuan
merawat dirinya sendiri oleh sesuatu hal dan sebab, maka akan dapat
mempengaruih anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun
sosial.

2. Keluarga

13
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat. Terdiri atas kepala
keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu
rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu
dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau
beberapa anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan atau keperawatan,
maka akan berpengaruh terhadap anggota-anggota keluarga yang lain dan
keluarga-keluarga yang ada di sekitarnya

Target Pengobatan
Pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat dilakukan memlalui beberapa
tahapan yang mencakup dalam proses perawatan dengan menggunakan
pendekatan pemecahan masalah (problem solving approach) yang dinamis dalam
memperbaiki dan memelihara kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan
mesyarakat sampai ke tahap optimum melalui suatu pendekatan yang sistematis
untuk mengenal masalah kesehatan dan perawatan serta membantu memenuhi
kebutuhan-kebutuhan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Target dari pengobatan dasar adalah memberikan pelayanan kesehatan pada
masyarakat sesuai dengan program pemerintah dalam keputusan menteri
kesehatan republik Indonesia nomor : 296/menkes/sk/iii/2008 tentang pedoman
pengobatan dasar.
Untuk melaksanakan praktek perawatan kesehatan masyarakat dengan
berhasil guna dan berdaya guna, diperlukan berbagai strategi yang ditempuh,
terutama yang menyangkut tenaga, pengelolaan dan partisipasi masyarakat secara
aktif melalui pengetahuan dan keterampilan, kemampuan manajemen, kerja sama
lintas program dan lintas sektoral, dan membantu masyarakat mulai dari tahap
indikasi masalah perencanaan, pelaksanaan dan penilaian, serta pembinaan
keluarga binaan atau masyarakat binaan dan mengadakan kordinasi.

BAB IV

14
PENUTUP

A. Kesimpulan
Telah diketahui bahwa untuk dapat memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan, mencegah, dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan
masyarakat perlulah disediakan dan diselenggarakan pelayanan kesehatan
masyarakat (public health services) yang sebaik-baiknya.
Untuk dapat menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tersebut, banyak yang harus diperhatikan. Yang paling penting adalah pelayanan
masyarakat yang dimaksud harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Namun
sekalipun terdapat kesesuaian yang seperti ini telah menjadi kesepakatan semua
pihak, namun dalam praktek sehari-hari tidaklah mudah dalam menyediakan dan
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dimaksud.
Untuk mengatasinya, telah diperoleh semacam kesepakatan bahwa
perumusan kebutuhan kesehatan dapat dilakukan jika diketahui masalah
kesehatan dimasyarakat. Dengan kesepakatan yang seperti ini diupayakanlah
menemukan masalah kesehatan yang ada dimasyarakat tersebut. Demikianlah,
berpedoman pada kesepakatan yang seperti ini, dilakukan berbagai upaya untuk
menemukan serta merumuskan masalah kesehatan dimasyarakat. Upaya tersebut
dikaitkan dengan menentukan frekuensi, penyebaran serta faktor-faktor yang
mempengaruhi frekuansi dan penyebaran disuatu masalah kesehatan dimasyarakat
tercakup dalam suatu cabang ilmu khusus yang disebut dengan nama
Epidemiologi.
Subjek dan objek epidemiologi adalah tentang masalah kesehatan. Ditinjau
dari sudut epidemiologi, pemahaman tentang masalah kesehatan berupa penyakit
amatlah penting. Karena sebenarnya berbagai masalah kesehatan yang bukan
penyakit hanya akan mempunyai arti apabila ada hubungannya dengan soal
penyakit. Apabila suatu masalah kesehatan tidak sangkut pautnya dengan soal
penyakit., maka pada lazimnya masalah kesehatan tersebut tidak terlalu
diperioritaskan penanggulangannya.

15
Demikianlah karena pentingnya soal penyakit ini, maka perlulah dipahami
dengan sebaik-baiknya hal ikhwal yang berkaitan dengan penyakit tersebut.

B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat memberikan sumbangan informasi yang luas
berkaitan dengan konsep dasar ilmu penyakit bagi Mahasiswi Akademi
Kebidanan Manna.

16
DAFTAR PUSTAKA

Noor, 1997, Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta, PT. Rineka Cipta.

Bustan, 2000, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Jakarta, PT. Rineka Cipta.

Bustan, 2002, Pengantar Epidemiologi, Jakarta, PT. Rineka Cipta.

Notoatmojo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip Prinsip Dasar, Jakarta, PT.
Rineka Cipta.

Vaughan, Morrow, 1993, Panduan Epidemiologi Bagi Pengelolaan Kesehatan


Kabupaten, Bandung, ITB.

17
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Penulis

i 18
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tujuan ....................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI .................................................................................. 3


A. Faktor Agent Timbulnya Penyakit ...................................................... 3
B. Faktor Host Timbulnya Penyakit ........................................................ 3
C. Faktor Environment Timbulnya Penyakit ........................................... 4
D. Fort Of Entry And Exit Timbulnya Penyakit ...................................... 5
E. Pencegahan Timbulnya Penyakit ........................................................ 6
F. Pemberantasan Timbulnya Penyakit ................................................... 9
G. Pengobatan/ Penatalaksanaan Timbulnya Penyakit ............................ 14

BAB III PENUTUP ................................................................................................. 16


A. Kesimpulan ......................................................................................... 16
B. Saran ................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

ii
19

Anda mungkin juga menyukai