Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Resusitasi


Resusitasi jantung paru (RJP) adalah upaya mengembalikan fungsi nafas dan atau
sirkulasi yang berhenti oleh berbagai sebab dan boleh membantu memulihkan
kembali kedua-dua fungsi jantung dan paru ke keadaan normal.
(http://www.scribd.com/doc/79280894/resusitasi-jantung-paru-anestesi).
Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan gawat darurat akibat kegagalan
sirkulasi dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah
kematian biologis (http://thefuturisticlovers.wordpress.com/2012/03/18/kgd-i-resusitasi-
jantung-paru-pada-bayi-anak-dan-dewasa/).
CPR / RJP-Resusitasi Jantung Paru pada orang dewasa terbaru adalah 30 kompresi
pada jantung
CPR (Cardio pulmonary Resucitation)/RJP (Resusitasi Jantung – Paru) adalah hal
yang penting diketahui tenaga kesehatan, termasuk perawat dalam menyelamatan
pasien kegawat daruratan di RS ataupun di luar RS.
CPR/RJP merupakan tehnik dasar untuk safe and rescue jika terdapat korban yang
mengalami henti jantung mendadak (cardiac arrest) atau henti napas (misalnya :
near drowning). RJP dilakukan dengan 2 prinsip bantuan napas mulut ke mulut
(mouth-to-mouth rescue breathing) dan kompresi jantung (chest compression),
sampai pasien respon positif atau bantuan ambulance datang.
Apa yang terjadi saat jantung berhenti berdenyut ??

**4 menit pertama jantung gagal memompakan darah terutama ke otak, maka akan
mengalami kekurang suplai gula darah (utamanya) dan oksigen – otak mengalami
iskemia.
**Lewat dari itu selama 10 menit akan menyebabkan kematian sel otak yang
irreversible.(WAKTU KRITIS)

2.2 Langkah-Langkah Resusitasi pada orang dewasa


A. Tujuan
• Mengembalikan fungsi pernafasan atau sirkulasi pada henti nafas (respiratory
arrest) atau henti jantung (cardiac arrest) pada orang dimana fungsi tersebut gagal
total oleh suatu sebab yang memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya bila
kedua fungsi tersebut bekerja kembali.

• Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi (nafas).


• Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkukasi (fungsi jantung) dan ventilasi
(fungsi pernafasan/paru) pada pasien/korban yang mengalami henti jantung atau
henti nafas melalui Cardio Pulmonary Resuciation (CPR) atau Resusitasi Jantung
Paru (RJP).

B. Peralatan
Tidak menggunakan alat-alat.

C. Persiapan Pasien.
• Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan.
• Posisi pasien diatur terlentang datar.
• Baju bagian atas pasien di buka.
D. Cara Resusitasi
kita Lakukan Prinsip ABC !!!!
A (Airway) – Jalan napas B (Breathing) – Napasnya C (Circulation) – Denyut nadi
Apa yang dilakukan di A – AIRWAY ???
Periksa jalan napas korban dengan cara :
Membuka mulut korban dengan 2 jari, lihat apakah ada benda asing, lidah yang drop
atau darah. Kemudian taruh tangan penolong diatas jidat dan bawah dagu korban
dan dongakkan kepalanya, hiperfleksi – (Head tilt chin lift), kalau kita curiga ada
fraktur servikal maka pakai model jaw trust. Dan buka jalan napas
Selanjutnya B – BREATHING ???
Cek napas korban selama 10 detik dengan : Look – Feel – Listen (Letakkan pipi
penolong di depan mulut korban, sambil rasakan dan lihat ke arah dada pasien
apakah naik – turun (ekspansinya ada).
Kalau tidak ada napas – berikan mouth to mouth ventilation dengan cara tutup
hidung korban dan berikan napas dua kali dengan jarak antaranya 5 detik, lakukan
sampai terlihat rongga dada pasien ekspansi/naik. Ingat posisi pasien masih
hiperfleksi (head till chin lift). Setelah itu kita periksa denyut nadi di arteri karotis
sebelah kanan – kiri dekat jakun ( 2- 3 jari) selama 10 detik – rasakan.

Setelah itu C – CIRCULATION ???


Kalau ada denyut nadi, korban hanya henti napas maka lanjutkan Pulmonary
Recusitation dengan berikan napas mulut ke mulut sampai 1 menit (berarti 12 kali),
sampai napas OK (satu siklus).
Kalau denyut nadi tidak ada maka lakukan kompresi jantung (CPR-cardiac
pulmonary resucitation) dengan letakkan ujung telapak tangan di kunci dengan
telapak tangan yang lain di tulang dada (sternum) bisa sejajar/segaris antara putting
payudara atau 3 jari diatas tulang muda di bawah sternum (prosessus xypoid),
letakkan kedua bahu anda sejajar dan lakukan kompresi jantung.

Kompresi dilakukan dengan kedalaman 4 – 5 cm dengan 30 kompresi (dulu 15, yang


terbaru 30 kompresi). Mau 1 atau 2 penolong semua 30 kompresi per siklus. Ini
dilakukan selama 4 siklus (kurang lebih 1 menit menjadi 100 kompresi).
Setelah 4 siklus tadi, cek kembali denyut nadi karotis sampai bantuan Ambulance
datang, atau ada respon pasien, atau pasien terlihat mati biologis – tanda-tanda
rigor mortis.
Kenapa meningkatkan Kompresi Dada menjadi 30 x persiklus ???
• Memberikan kesempatan jantung berdenyut lebih cepat, kalau terlalu banyak
ventilasi ada fase silence
• Mengurangi ITP (Intra Thoracik Pressure) – Tekanan Dalam Rongga Dada karena
ventilasi untuk mencegah regurgitasi /aspirasi
• Sebenarnya dengan mengkompresi jantung, secara tidak langsung memberikan
ekspirasi napas
Kalau ada DC shock atau Automated External Defibrillator (AED), bisa diberikan
kejut jantung sebanyak 200 joule, namun pada VF/VT. Sedangkan kalau henti
jantung pukul saja rongga dada dengan model cardiac thumb.
E. Dokumentasi
• Mencatat respon pasien.
• Mencatat reaksi pasien pada saat resusitasi jantung paru.

Melakukan RJP yang baik bukan jaminan penderita akan selamat, tetapi ada hal-hal
yang dapat dipantau untuk menentukan keberhasilan tindakan maupun pemulihan
sistem pada korban diantaranya:
• Saat melakukan pijatan jantung luar suruh seseorang menilai nadi karotis, bila ada
denyut maka berarti tekanan kita cukup baik.
• Gerakan dada terlihat naik turun dengan baik pada saat memberikan bantuan
pernafasan.
• Reaksi pupil / manik mata mungkin akan kembali normal.
• Warna kulit korban akan berangsur-angsur membaik.
• Korban mungkin akan menunjukkan refleks menelan dan bergerak.
• Nadi akan berdenyut kembali.
Keputusan untuk Mengakhiri Upaya Resusitasi
Dalam keadaan darurat, resusitasi dapat diakhiri bila terdapat salah satu dari berikut
ini:
1. Telah timbul kembali sirkulasi dan ventilasi spontan yang efektif.
2. Ada orang lain yang mengambil alih tanggung jawab.
3. Penolong terlalu capai sehingga tidak sanggup meneruskan resusitasi.
4. Pasien dinyatakan mati.
5. Setelah dimulai resusitasi, ternyata kemudian diketahui bahwa pasien berada
dalam stadium terminal suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau hampir
dipastikan bahwa fungsi serebral tidak akan pulih, yaitu sesudah ½ – 1 jam terbukti
tidak ada nadi pada normotermia tanpa RJP.
Pasien dinyatakan mati bila:
1. Telah terbukti terjadi kematian batang otak.
Petunjuk terjadinya kematian otak adalah pasien tidak sadar, tidak ada pernapasan
spontan dan refleks muntah, serta terdapat dilatasi pupil yang menetap selama 15-
30 menit atau lebih, kecuali pada pasien hipotermik, di bawah efek barbiturat, atau
dalam anestesi umum
2. Fungsi spontan pernapasan dan jantung telah berhenti secara pasti/ireversibel.
Mati jantung ditandai oleh tidak adanya aktivitas listrik jantung (asistol) selama paling
sedikit 30 menit walaupun dilakukan upaya RJP dan terapi obat yang optimal. Tanda
kematian jantung adalah titik akhir yang lebih baik untuk membuat keputusan
mengakhiri upaya resusitasi.
Indikasi Resusitasi
1. Henti napas (apnu)
Henti napas dapat disebabkan oleh sumbatan jalan napas atau akibat depresi
pernapasan, baik di sentral maupun perifer. Bila terjadi henti napas primer, jantung
dapat terus memompa darah selama beberapa menit selama ada sisa oksigen di
dalam paru yang beredar ke otak dan organ vital lain. Penanganan dini pada pasien
dengan henti napas atau sumbatan jalan napas dapat mencegah henti jantung.
Sumbatan jalan napas dapat dikenali dengan cara berikut ini:
a. Sumbatan jalan napas total
o Aliran udara di mulut atau hidung tidak dapat didengar atau dirasakan.
o Pada gerakan napas spontan terlihat retraksi supraklavikula dan sela iga serta
tidak ada pengembangan dada pada inspirasi.
o Adanya kesulitan inflasi paru dalam usaha memberikan ventilasi buatan.
o Pada bayi, sering ditemui pernapasan paradoksal.
b. Sumbatan jalan napas parsial
o Terdengar suara napas tambahan, yaitu bunyi dengkur (snoring) yang
menandakan sumbatan parsial hipofaring yang disebabkan oleh adanya jaringan
lunak, misalnya jatuhnya dasar lidah, hipertrofi tonsil, dsb. Bunyi lengking (crow¬ing)
yang menandakan laringospasme; bunyi kumur (gargling) yang menandakan adanya
benda asing berupa cairan; dan bunyi bengek (wheezing) yang menandakan
terdapat sumbatan jalan. napas bawah setelah bronkiolus respiratorius.
o Dapat juga disertai retraksi.
Gejala akibat sumbatan jalan napas yang segera dapat diketahui dari keadaan klinis:
o Hiperkarbia, yaitu penunman kesadaran. Dipastikan dengan peninggian PCO2
arteri.
o Hipoksemia, yaitu takikardia, gelisah, berkeringat, atau sianosis. Pada hipoksemia,
terjadinya sianosis tergantung Hb reduksi >5 g% akan terjadi sianosis. Keadaan
hipoksemia dipastikan dengan penurunan PO2 arteri.

2. Henti jantung (cardiac arrest)


Bila terjadi henti jantung primer, oksigen tidak beredar dan oksigen yang tersisa
dalam organ vital akan habis dalam beberapa detik.
Henti jantung dapat disebabkan oleh faktor intrinsik atau ekstrinsik. Faktor intrinsik
berupa penyakit kardiovaskular seperti asistol, fibrilasi ventrikel, dan disosiasi
elektromekanik. Faktor ekstrinsik adalah kekurangan oksigen akut (henti napas
sentral/perifer, sumbatan jalan napas, dan inhalasi asap); kelebihan dosis obat
(digitalis, kuinidin, antidepresan trisiklik, propoksifen, adrenalin, dan isoprenalin);
gangguan asam basal elektrolit (hipo/hiperkalemia, hipo/hipermagnesia,
hiperkalsemia, dan asidosis); kecelakaan (syok listrik, tenggelam, dan cedera kilat
petir); refleks vagal; anestesi dan pembedahan; terapi dan tindakan diagnostik
medis; dan syok (hipovolemik, neurogenik, toksik, dan anafilaktik).
Tanda-tanda henti jantung adalah sebagai berikut:
o Hilangnya kesadaran dalam waktu 10-20 detik setelah henti jantung.
o Henti napas (apnu) atau megap-megap (gasping) yang muncul setelah 15-30 detik
henti jantung.
o Terlihat seperti mati (death like appearance) dengan warna kulit pucat sampai
kelabu.
o Pupil dilatasi dalam waktu 45 detik setelah henti jantung.
o Tidak teraba denyut arteri besar, yaitu arteri femoralis dan karotis pada orang
dewasa atau brakialis pada bayi dan anak kecil. Tanda ini muncul segera setelah
henti jantung.
Resusitasi harus dilakukan pada infark jantung kecil yaiig mengakibatkan kematian
listrik, serangan Adams-Stokes, hipoksia akut, keracunan dan kelebihan dosis
obat¬-obatan, sengatan listrik, refleks vagal, tenggelam, dan kecelakaan-kecelakaan
lain yang masih memberikan peluang hidup.
Kontra Indikasi Resusitasi:
1. Kematian normal yang biasa terjadi pada penyakit akut atau kronis yang berat.
Pada keadaan ini denyut jantung dan nadi berhenti pertama kali pada suatu saat.
2. Stadium terminal suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan lagi.
3. Bila hampir dapat dipastikan bahwa fungsi serebral tidak akan pulih, yaitu setelah
½ – 1 jam terbukti tidak ada nadi pada normotermia tanpa RJP
2.3 Bahaya atau Komplikasi pada Resusitasi
• Fraktur iga dan sternum sering terjadi terutama pada orang tua, RJP
tetapditeruskan walaupun terasa ada fraktur iga. Fraktur mungkin terjadi bila posisi
tangan salah.
• Pneumothorax.
• Hemothorax.
• Kontusio paru.
• Laserasi hati dan limpa, posisi tangan yang terlalu rendah akan menekan procesus
xipoideus ke arah hepar/limpa.
• Emboli lemak.
• Muntah dan aspirasi.
• Distensi lambung.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Resusitasi jantung paru (RJP) adalah metode untuk mengembalikan fungsi
pernapasan dan sirkulasi pada pasien yang mengalami henti napas dan henti
jantung yang tidak diharapkan mati pada saat itu. Metode ini merupakan kombinasi
pernapasan buatan dan bantuan sirkulasi yang bertujuan mencukupi kebutuhan
oksigen otak dan substrat lain sementara jantung dan paru tidak berfungsi.

3.2 Saran
Resusitasi jantung paru-paru adalah tindakan pertolongan pertama pada orang yang
mengalami henti napas karena sebab-sebab tertentu. RJP bertujuan untuk
membuka kembali jalan napas yang menyempit atau tertutup sama sekali. RJP
sangat dibutuhkan bagi orang yang henti napas tiba-tiba. Maka dari itu Resusitasi
Jantung Paru ini sangat bermanfaat untuk dipelajari.

DAFTAR PUSTAKA

CPR / RJP-Resusitasi Jantung Paru pada orang dewasa terbaru dengan 30


kompresi.(http://nurse-stock.blogspot.com/2007/08/cpr-rjp-resusitasi-jantung-paru-
pada.html). (Online: 16-02-2014)
Resusitasi Jantung Paru-paru. (http://id.wikipedia.org/wiki/Resusitasi_jantung_paru-
paru). (Online: 16-02-2014)
Prosedur Resusitasi Jantung Paru (RJP).
(http://nurbaetisabani.blogspot.com/2013/07/prosedur-pemasangan-endo-tracheal-tube.html)
CPR / RJP-Resusitasi Jantung Paru pada orang dewasa terbaru dengan 30
kompresi.
(http://ery2.wordpress.com/2008/03/19/cpr-rjp-resusitasi-jantung-paru-pada-orang-dewasa-
terbaru-dengan-30-kompresi/). (Online: 16-02-2014)
Resusitasi Jantung Paru. (http://wikimed.blogbeken.com/category/ilmu-
anestesi/resusitasi-jantung-paru). (Online: 16-02-2014)
Pertolongan Pertama Resusitasi Jantung Paru.
(https://www.google.com/search?q=resusitasi+jantung+paru+pada+dewasa&ie=utf-
8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a). (Online: 16-2014)

Anda mungkin juga menyukai