Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

TRAUMA ABDOMEN

Diajukan dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat


Darurat (KGD)

Disusun Oleh :
Kelompok 7
1. Indriani
2. Irma Safitri
3. Ni Made Ratna Sari
4. Bq. Yayang Sholiha
5. Dina Aria

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MATARAM


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN PROGRAM B
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya,
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi
mahasiswa/i Keperawatan maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Keperawatan
Gawat Darurat dengan judul “Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Trauma
Abdomen”. Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan
membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Amin.

Mataram, Februari 2018

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI .................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 2
C. Tujuan.................................................................................................... 2
BAB II KONSEP DASAR TRAUMA ABDOMEN
A. Pengertian…………………………………………………………….. 3
B. Penyebab ……………………………………..……………………… 3
C. Anatomi dan Fisiologi Abdomen …………..………………………… 4
D. Patofisiologi ……………………..…… ……………………………... 5
E. Klasifikasi…………………………………………………………….. 7
F. Manifestasi klinis …………………………………………………….. 8
G. Komplikasi …………………………………….…………………….. 9
H. Pemeriksaan Diagnostik ……………………………………………… 9
I. Penatalaksanaan ………………………….…………………………... 10
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ………………………………………………………….… 13
B. Diagnosa Keperawatan ……………………………………………… 15
C. Intervensi Keperawatan ……………………………………………… 16
D. Implementasi …………………..……………………………………. 21
E. Evaluasi …………………………………………..………………… 21
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...….................................................................................... 22
B. Saran…………………......................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA……………………………………......…………… 23
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam era Modernisasi kemajuan dibidang tekhnologi trasnportasi dan
semakin berkembangnya mobilitas manusia berkendaraan di jalan raya,
menyebabkan kecelakaan yang terjadi semakin meningkat serta angka
kematian semakin tinggi. Salah satu kematian akibat kecelakaan adalah
diakibatkan trauma abdomen. Kecelakaan laulintas merupakan penyebab
kematian 75 % trauma tumpul abdomen, sedangkan penyebab lainnya adalah
penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari tempat ketinggian,
sedangkan akibat dari penganiayaan ini disebabkan oleh karena senjata tajam
dan peluru. Oleh karena hal tersebut diatas akan mengakibatkan kerusakan
dan menimbulkan robekan dari organ – organ dalam rongga abdomen atau
mengakibatkan penumpukan darah dalam rongga abdomen yang berakibat
kematian. Di Rumah Sakit data kejadian trauma abdomen masih cukup tinggi.
Dalam kasus ini “ Waktu adalah nyawa ” dimana dibutuhkan suatu
penanganan yang professional yaitu cepat, tepat, cermat dan akurat, baik di
tempat kejadian ( pre hospital ), transportasi sampai tindakan definitif di
rumah sakit.
Tindakan definitif dengan jalan pembedahan sangatlah penting
dilakukan, oleh karena itu dibutuhkan kerja sama antara pasien, keluarga
pihak dokter maupun perawat sebagai mitra kerja ataupun merupakan Team
Work dalam melaksanakan tindakan pembedahan sekaligus memberikan
Asuhan Keperawatan. Perawat merupakan ujung tombak dan berperan aktif
dalam memberikan pelayanan membantu klien mengatasi permasalahan yang
dirasakan baik dari aspek psikologis maupun aspek fisiologi secara
komprehensif. Mengingat kurangnya pengetahuan dan pengertian klien
maupun keluarga tentang penyakit atau sebab dan akibat dari trauma dan
alasan tindakan therapy pembedahan yang dilakukan, oleh karena itu
sangatlah diperlukan informasi yang adequat. Dengan demikian klien dan
keluarga akan kooperatif dan tingkat kecemasan berkurang.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep teori trauma abdomen?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan (pengkajian, diagnose, intervensi,
implementasi dan evaluasi) pada kegawatdaruratan trauma abdomen?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan memahami konsep teori trauma abdomen
2. Untuk dapat mengetahui, memahami dan menerapkan konsep asuhan
keperawatan (pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi dan evaluasi)
pada kegawatdaruratan trauma abdomen
BAB II
KONSEP DASAR TRAUMA ABDOMEN

A. PENGERTIAN
Trauma adalah cedera atau kerugian psikologis atau emosional
(Dorland, 2002).
Trauma abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga
abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga
abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga
(lambung, usus halus, usus besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan
mengakibatkan ruptur abdomen. (Temuh Ilmiah Perawat Bedah Indonesia, 13
Juli 2000).
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja
(Smeltzer, 2001).
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen
yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan
metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ
(Sjamsuhidayat, 1997).

B. PENYEBAB
Menurut sjamsuhidayat, penyebab trauma abdomen adalah, sebagai berikut :
1. Penyebab trauma penetrasi
a. Luka akibat terkena tembakan
b. Luka akibat tikaman benda tajam
c. Luka akibat tusukan
2. Penyebab trauma non-penetrasi
a. Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
b. Hancur (tertabrak mobil)
c. Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
d. Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga
C. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Abdomen ialah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuk lonjong dan
meluas dari atas diafragma sampai pelvis dibawah. Rongga abdomen
dilukiskan menjadi dua bagian – abdomen yang sebenarnya, yaitu rongga
sebelah atas dan yang lebih besar, dan pelvis yaitu rongga sebelah bawah dan
kecil.
Batasan – batasan abdomen :
Di atas : diafragma,
Di bawah : pintu masuk panggul dari panggul besar.
Di depan : otot – otot abdominal, tulang –tulang illiaka dan iga – iga
sebelah bawah.
Di belakang : tulang punggung, dan otot psoas dan quadratrus
lumborum.

Isi Abdomen. Sebagaian besar dari saluran pencernaan, yaitu lambung, usus
halus, dan usus besar. Hati menempati bagian atas, terletak di bawah
diafragma, dan menutupi lambung dan bagian pertama usus halus. Kandung
empedu terletak dibawah hati. Pankreas terletak dibelakang lambung, dan
limpa terletak dibagian ujung pancreas. Ginjal dan kelenjar suprarenal berada
diatas dinding posterior abdomen. Ureter berjalan melalui abdomen dari
ginjal. Aorta abdominalis, vena kava inferior, reseptakulum khili dan
sebagaian dari saluran torasika terletak didalam abdomen.
Pembuluh limfe dan kelenjar limfe, urat saraf, peritoneum dan lemak
juga dijumpai dalam rongga ini.

D. PATOFISIOLOGI
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat
kecelakaan lalulintas, penganiayaan, kecelakaan olah raga dan terjatuh dari
ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor
– faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang
terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk
menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan
pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal
ini juga karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh juga penting.
Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh.
Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang
sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk
aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung
pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada
seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan.
Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah
posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi
cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme :
1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh
gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang
letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ
padat maupun organ berongga.
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan
vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
3. Terjadi gaya akselerasi – deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan
gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler.
PATHWAY

Trauma
(kecelakaan)

Penetrasi & Non-Penetrasi

Terjadi perforasi lapisan abdomen
(kontusio, laserasi, jejas, hematom)

Menekan saraf peritonitis

Terjadi perdarahan jar.lunak dan rongga abdomen → syok hipovolemik dan Nyeri

Motilitas usus

Disfungsi usus → Resiko infeksi

Refluks usus output cairan berlebih

Gangguan cairan Nutrisi kurang dari


dan eloktrolit kebutuhan tubuh

Kelemahan fisik

Gangguan mobilitas fisik

(Sumber : Mansjoer,2001)
E. KLASIFIKASI
1. Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
a. Kontusio dinding abdomen
Disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak
terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau
penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat
menyerupai tumor.
b. Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga
abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ
abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga
terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal
berbagai organ.
2. Trauma pada isi abdomen
Menurut Suddarth & Brunner (2002) terdiri dari:
a. Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera
pada dinding abdomen.
b. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli
bedah.
c. Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri
diafragma, atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi.
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Pada trauma non-penetrasi (tumpul) biasanya terdapat adanya:
a. Jejas atau ruftur dibagian dalam abdomen
b. Terjadi perdarahan intra abdominal.
c. Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga
fungsi usus tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis
dengan gejala mual, muntah, dan BAB hitam (melena).
d. Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah
trauma.
e. Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada
dinding abdomen.
2. Pada trauma penetrasi biasanya terdapat:
a. Terdapat luka robekan pada abdomen.
b. Luka tusuk sampai menembus abdomen.
c. Penanganan yang kurang tepat biasanya memperbanyak
perdarahan/memperparah keadaan.
d. Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam
andomen.
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu :
1. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat
timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan
nyeri lepas.
2. Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang
disebabkan oleh iritasi.
3. Cairan atau udara dibawah diafragma
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada
saat pasien dalam posisi rekumben.
4. Mual dan muntah
5. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah) yang disebabkan oleh
kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi.
G. KOMPLIKASI

Menurut Smeltzer (2001), komplikasi segera yang dapat terjadi pada pasien
dengan trauma abdomen adalah hemoragi, syok, dan cedera. Sedangkan
komplikasi jangka panjangnya adalah infeksi.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Musliha, 2010, pemeriksaan diagnostik untuk trauma abdomen,
yaitu:
1. Foto thoraks: Untuk melihat adanya trauma pada thorax.
2. Pemeriksaan darah rutin
3. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas
retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran
usus.
4. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri.
Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran
urogenital.
5. IVP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan
trauma pada ginjal.
6. Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga
perut.
7. Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan
disangsikan adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.

Menurut Musliha (2011), pemeriksaan khusus untuk trauma abdomen, yaitu:


1. Abdominal paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan
adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari 100.000
eritrosit/mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum
setelah dimasukkan 100–200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit,
merupakan indikasi untuk laparotomi.
2. Pemeriksaan laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber
penyebabnya.
3. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi.

I. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan Awal Trauma Abdomen
Menurut Musliha (2010), Penilaian Awal yang dilakukan adalah ABC jika
ada indikasi, jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan.
a. Airway
Membuka jalan nafas penggunakan menggunakan teknik head tilt chin
lift atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah
benda asing yang mengakibatkan tertutupnya jalan nafas. Muntahan,
makanan, darah atau benda asing lainnya.
b. Breathing
Memeriksa pernapasan dengan cara “lihat, dengar, rasakan’,
selanjutnya pemeriksaan status respirasi klien.
c. Circulation
Jika pernafasan pasien cepat dan tidak adekuat, maka berikan bantuan
pernafasan.
Untuk penangan awal trauma abdomen, dilihat dari trauma non-penetrasi
dan trauma penetrasi, yaitu:
a. Penanganan awal trauma non-penetrasi
1) Stop makanan dan minuman
2) Imobilisasi
3) Kirim ke rumah sakit
4) Diagnostic Peritoneal Lavage
b. Penanganan awal trauma penetrasi
1) Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan tidak boleh dicabut kecuali
oleh tim medis.
2) Lilitkan pisau untuk emfiksasi agar tidak memperparah luka
3) Bila usus atau orga lain keluar maka organ tersebut tidak boleh
dimasukkan, maka organ tersebut dibalut dengan kain bersih atau
kasa steril.
4) Imobilisasi pasien
5) Tidak makan dan minum
6) Bila luka terbuka, balut dengan menekan
7) Kirim pasien ke rumah sakit
2. Penanganan di Rumah Sakit
a. Trauma Penetrasi
1) Skrinnig pemeriksaan rongten
Foto thoraks tegak berguna untuk kemungkinan hemo atau
pneumothoraks. Rontgen abdomen untuk menentukan jalan luka
atau adanya udara retroperitoneum
2) IVP atau Urogram Excretory dan CT scan
Ini dilakukan untuk mengetahui jenis cedera ginjal yang ada
3) Uretrografi
Dilakukan untuk mengetahui adanya rupture uretra
4) Sistografi
Ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya cedera pada
kandung kencing, contohnya pada fraktur pelvis dan trauma non
penetrasi.
b. Trauma non-penetrasi
1) Pengambilan contoh darah dan urine
2) Darah digunakan untuk pemeriksaan lab rutin dan pemeriksaan
darah lkhusus seperti darah lengkap, potassium, glukosa, amylase.
3) Pemeriksaan Rongent
4) Pemeriksaan rontgen servikal lateral, thoraks anteroposterior dan
pelvis adalah pemeriksaan yang harus dilakukan pada penderita
dengan multitrauma , mungkin berguna untuk mengetahui udara
ekstraluminal di retroperitoneum atau udara bebas dibawah
diagfragma, yang keduanya memerlukan laparotomi.
5) Study kontras urologi dan Gastrointestinal
6) Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon
ascendens atau descendens dan dubur.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Primary survey
a. Airway: Memastikan kepatenan jalan napas tanpa adanya sumbatan atau
obstruksi,
b. Breathing: memastikan irama napas normal atau cepat, pola napas
teratur, tidak ada dyspnea, tidak ada napas cuping hidung, dan suara
napas vesikuler,
c. Circulation: nadi lemah/ tidak teraba, cepat >100x/mt, tekanan darah
dibawah normal bila terjadi syok, pucat oleh karena perdarahan, sianosis,
kaji jumlah perdarahan dan lokasi, capillary refill >2 detik apabila ada
perdarahan. Penurunan kesadaran.
d. Disability: kaji tingkat kesadaran sesuai GCS, respon pupil anisokor
apabila adanya diskontinuitas saraf yang berdampak pada medulla
spinalis.
e. Exposure/Environment: fraktur terbuka di femur dekstra, luka laserasi
pada wajah dan tangan, memar pada abdomen, perut semakin menegang.
2. Secondary survey
a. Fokus Asesment
1) Kepala
Wajah, kulit kepala dan tulang tengkorak, mata, telinga, dan mulut.
Temuan yang dianggap kritis:
- Pupil tidak simetris, midriasis tidak ada respon terhadap cahaya?
- Patah tulang tengkorak (depresi/non depresi, terbuka/tertutup)?
- Robekan/laserasi pada kulit kepala?
- Darah, muntahan atau kotoran di dalam mulut?
- Cairan serebrospinal di telinga atau di hidung?
- Battle sign dan racoon eyes?
2) Leher: lihat bagian depan, trachea, vena jugularis, otot-otot leher
bagian belakang.. Temuan yang dianggap kritis: Distensi vena
jugularis, deviasi trakea atau tugging, emfisema kulit
3) Dada: Lihat tampilan fisik, tulang rusuk, penggunaan otot-otot
asesoris, pergerakan dada, suara paru. Temuan yang dianggap kritis:
Luka terbuka, sucking chest wound, Flail chest dengan gerakan dada
paradoksikal, suara paru hilang atau melemah, gerakan dada sangat
lemah dengan pola napas yang tidak adekuat (disertai dengan
penggunaaan otot-otot asesoris).
4) Abdomen: Memar pada abdomen dan tampak semakin tegang,
lakukan auskultasi dan palpasi dan perkusi pada abdomen. Temuan
yang dianggap kritis ditekuannya penurunan bising usus, nyeri tekan
pada abdomen bunyi dullness.
5) Pelvis: Daerah pubik, Stabilitas pelvis, Krepitasi dan nyeri tekan.
Temuan yang dianggap kritis: Pelvis yang lunak, nyeri tekan dan
tidak stabil serta pembengkakan di daerah pubik
6) Extremitas: ditemukan fraktur terbuka di femur dextra da luka
laserasi pada tangan. Anggota gerak atas dan bawah, denyut nadi,
fungsi motorik, fungsi sensorik. Temuan yang dianggap kritis: Nyeri,
melemah atau menghilangnya denyut nadi, menurun atau
menghilangnya fungsi sensorik dan motorik.
7) Pemeriksaan tanda-tanda vital yang meliputi suhu, nadi, pernafasan
dan tekanan darah.
8) Pemeriksaan status kesadaran dengan penilaian GCS (Glasgow
Coma Scale): terjadi penurunan kesadaran pada pasien.
b. AMPLE
Allergy, Medication, Past Medical History, Last Meal, Event
c. Pemeriksaan fisik difokuskan pada daerah abdomen:
1) Inspeksi: Fraktur terbuka di femur dekstra, luka laserasi pada wajah
dan tangan, memar pada abdomen, perut semakin menegang.
2) Auskultasi: Bising usus
3) Perkusi: Bunyi redup bila ada hemoperitoneum.
4) Palpasi: kekauan dan spasme pada perut karena akumulasi darah atau
cairan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan
2. Nyeri akut berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi
abdomen.
3. Kerusakan Integritas Jaringan berhubungan dengan faktor mekanik
(tekanan)
4. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya
pertahanan tubuh
5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan
6. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO. DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL
1 Defisit volume cairan dan kriteria hasil: Hypovolemia managemen Hypovolemia managemen
elektrolit berhubungan Fluid Balance : 1. Berikan cairan sesuai dengan yang telah 1. Memenuhi kebutuhan cairan
dengan perdarahan 1. Nadi perifer normal ditentukan pasien sesuai indikasi medis
Batasan karakteristik : 2. Keseimbangan intake dan 2. Observer untuk indikasi dehidrasi 2. Mengetahui dengan segera
 Perubahan status mental output dalam 24 jam (misalnya. Turgor kulit buruk, tertunda apabila terjadi tanda-tanda
 Penurunan TD, nadi, 3. Turgor kulit normal pengisian kapiler, pulsa minggu / thread, dehidrasi pada pasien
suhu 4. Membran mukosa lembab haus berat, membran mukosa kering,
 Penurunan volume nadi 5. Hematokrit normal penurunan output urin, dan hipotensi
 Penurunan turgor kulit 6. Tidak terjadi hipotensi 3. Memonitor status hemodinamik 3. Mengetaui apabila ada
 Penurunan turgor lidah ortostatik perubahan sehingga dapat
 Penurunan haluaran diintervensi dengan segera
urine Blood loss Severity 4. Pertahankan kecepatan aliran infus 4. Mempertahankan pemenuhan
 Penurunan pengisian 1. Hemoglobin dalam rentang intravena stabil cairan pasien tetap adekuat
vena normal (Hb: >/= 10 gr/dl) 5. Mengatur ketersediaan produk darah untuk 5. Menyiapkan pasien untuk
 Membrane mukosa 2. Hematokrit dalam rentang transfuse dilakukan transfuse
kering normal (Ht : 35%-55%) 6. Berikan produk darah (misalnya, trombosit 6. Mengatasi anemia yang
 Kulit kering 3. Kulit dan mukosa tidak pucat dan fresh frozen plasma) sesuai ketentuan dialami pasien akibat proses
 Peningkatan hematokrit 4. Tidak terdapat tanda tanda trauma
 Peningkatan konsentrasi perdarahan 7. Pantau reaksi transfusi darah dengan tepat 7. Memastikan tidak ada reaksi
urine yang merugikan yang terjadi
 Penurunan berat badan pada pasien karena transfusi
tiba-tiba darah
 Haus 8. Pantau adanya tanda dan gejala 8. Memantau pemberian cairan
 Kelemahan overhydration/kelebihan cairan pada pasien agar tidak
berlebih

Bleeding Reduction Bleeding Reduction


1. Monitor tanda-tanda perdarahan 1. Mengetahui karakteristik
perdarahan pasien
2. Observasi keadaan umum pasien 2. Memantau kesadaran dan vital
sign pasien
3. Kolaborasi untuk pemberian terapi 3. Memenuhi kebutuhan cairan
intravena dan tranfusi darah pasien dan menggantikan
kehilangan darah pasien
4. Kolaborasi kontrol Hb, HMT, Retic, status 4. Mengetahui status
Fe hemodinamik pasien
sehingga intervensi yang
dilakukan tepat
5. Pertahankan keakuratan catatan intake dan 5. Memastikan balance cairan
output pasien setiap harinya pasien dalam keadaan
seimbang
Shock Managemen Shock Managemen
1. Mempertahankan patensi jalan napas, 1. Memastikan oksigen dapat
dengan benar didistribusikan dengan baik
2. Memantau nadi oximentry dengan tepat 2. Mengetahui denyut nadi
pasien
3. Berikan terapi oksigen/ventilasi mekanis 3. Membantu pemenuhan
yang sesuai dan benar kebutuhan oksigen pasien

Medication Aministration Medication Administration


1. Pastikan terapi yang diberikan sesuai 1. Memastikan terapi diberikan
prosedur sesuai dengan 6 Benar
Pemberian Obat
2. Monitor efek samping terapi 2. Memantau apakah ada efek
samping yang terjadi setelah
pemberian terapi
3. Monitor tanda-tanda dan gejala 3. Mengetahui apakah pasien
keracunan obat mengalami keracunan obat
yang diberikan
2 Nyeri akut berhubungan Kriteria hasil : Pain Management Pain Management
dengan adanya trauma Pain Control 1. Tentukan lokasi nyeri, karakteristik nyeri, 1. Untuk mengetahui lokasi,
abdomen atau luka penetrasi 1. Pengakuan adanya serangan dan skala nyeri pasien karakteristik dan skala nyeri
abdomen nyeri berkurang pasien sehingga tepat dalam
Batasan karakteristik : 2. Menggunakan langkah- pemberian intervensi
 Dilatasi pupil langkah bantuan non- 2. Mengajarkan menggunakan teknik non 2. Memberikan terapi non
 Melaporkan nyeri secara analgesik farmakologis, (misal: kompres hangat, farmakologis pengontrol nyeri
verbal 3. Melaporkan nyeri terkontrol back massage, guided imagery, relaksasi, pada pasien sehingga
 Gangguan tidur distraksi) sebelum, setelah, dan jika diharapkan nyeri dapat

 Mengekspresikan NOC label: Vital Signs mungkin selama kesakitan sebelum nyeri berkurang tanpa pemberian

perilaku (mis, gelisah, 1. Suhu tubuh dalam rentang terjadi atau meningkat, dan selama obat. Karena nyeri pada

merengek, menangis) normal (36.5-37.5OC) tindakan menghilangkan nyeri trauma abdomen tidak

 Perubahan selera makan 2. Nadi dalam rentang normal dianjurkan untuk

 Perubahan tekanan darah (60- 100 x/menit) menggunakan analgesik


3. RR dalam rentang normal (12- karena dapat mengaburkan
 Perubahan frekwensi
24 x/menit) gejala dan hasil pemeriksaan.
jantung
4. Tekanan systolic dalam Vital Sign Monitoring Vital Sign Monitoring
 Perubahan frekwensi
rentang normal (100-110 1. Pantau status tekanan darah, nadi, 1. Untuk mengetahui perubahan
pernapasan
mmHg) temperatur dan pernapasan status vital sign pasien
 Laporan isyarat
5. Tekanan diastolic dalam 2. Pantau dan laporkan tanda 2. Mengetahui perubahan status
 Diaforesis
rentang normal (55-82mmHg) dan gejala hipotermi dan hipertermi suhu tubuh pasien sehingga
dapat diberikan intervensi
yang tepat
3 Kerusakan Integritas Kriteria hasil : Skin Surveillance Skin Surveillance
Jaringan berhubungan Tissue Integrity: Skin & Mocous 1. Memonitoring kulit di area jejas 1. Memonitor jejas yang dialami
dengan faktor mekanik Membranes pasien
(tekanan) 1. Suhu kulit dalam rentang 2. Memonitoring untuk pencegahan 2. Mencegah perburukan
Batasan karakteristik : normal tekanan atau friksi pada pasien kondisi kulit
 Kerusakan lapisan kulit 2. Perfusi jaringan kembali 3. Memperhatikan warna kulit klien 3. Mengetahui tanda-tanda
 Gangguan permukaan normal iritasi
kulit 3. Tidak terdapat eritema 4. Memperhatikan suhu pada kulit klien 4. Mempertahankan kulit
 Invasi struktur tubuh 4. Tidak terdapat nekrosis dalam suhu yang optimal
(jaringan mati) pada jaringan
yang cedera
D. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997)

E. EVALUASI
Hal – hal yang perlu dievaluasi pada pasien dengan trauma abdomen, yaitu :
1. Tidak ada distensi abdomen
2. Tanda Vital dalam batas normal
3. Nadi dalam batas normal
4. Perdarahan yang terlihat berkurang atau tidak ada.
5. Kesadaran baik
6. Nyeri dapat terkontrol
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Trauma tumpul abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga
abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen,
terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus
halus, usus besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan
ruptur abdomen. Dalam penatalaksanaan trauma abdomen dilakukan mengikuti
pedoman kegawatdaruratan.

B. Saran
Trauma abdomen dapat menyebabkan syok hipovolemik karena adanya
perdarahan yang dapat mengancam jiwa. Dibutuhkan tindakan medis dan
keperawatan yang cepat dan tepat agar kematian dapat dihindari. Perawat harus
selalu mengasah keterampilan dalam penatalaksanaan kegawatdaruratan agar
dapat melaksanakan tugasnya secara professional.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://askepkita.com/tag/nic-noc-kerusakan-integritas-jaringan/
2. http://askepkita.com/kekurangan-volume-cairan-fluid-volume-deficient/
3. https://perawatkitasatu.blogspot.co.id/2017/10/nyeri-akut-nanda-nic-noc.html
4. https://www.academia.edu/28895332/KEPERAWATAN_GAWAT_DARURA
T_TRAUMA_ABDOMEN
5. Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.FKUI : Media
Aesculapius
6. Sjamsuhidayat. 1998. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC
7. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and
Suddarth Ed.8 Vol.3. : Jakarta: EGC.
8. Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai