Anda di halaman 1dari 43

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR LANSIA

1. Pengertian Lansia

Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75

tahun (Potter, 2005). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya

dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi

tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap

kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).

Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan

secara terus-manerus, dan berkesinambungan (Depkes RI, 2001). Menurut Keliat

(1999) dalam Maryam (2008), Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir

perkembangan pada daur kehidupan manusia sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3),

(4) UU No.13 Tahun 1998 Tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah

seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008). Penuaan

adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan dan

terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan

kronologis tertentu (Stanley, 2006).

2. Karakteristik Lansia

Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik

sebagai berikut:

1) Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13 tentang

kesehatan).

1
2) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari

kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif hingga

kondisi maladaptif

3) Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2008).

3. Klasifikasi Lansia

Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia ((Depkes RI, 2003) :

1) Pralansia (prasenilis), Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

2) Lansia, Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

3) Lansia Resiko Tinggi, Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang

berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan

4) Lansia Potensial, Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan

yang dapat menghasilkan barang/jasa

5) Lansia Tidak Potensial, Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga

hidupnya bergantung pada bantuan orang lain

4. Tipe Lansia

Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-macam tipe

usia lanjut. Yang menonjol antara lain:

1) Tipe arif bijaksana, Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan

diri dengan perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman, mempunyai

kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan,

dan menjadi panutan.

2) Tipe mandiri, Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan

baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi

undangan.

2
3) Tipe tidak puas, Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang

proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik

jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar,

mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.

4) Tipe pasrah, Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai

konsep habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki,

pekerjaan apa saja dilakukan.

5) Tipe bingung, Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,

merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2008).

5. Tugas Perkembangan Lansia

Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri

terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada

tahap sebelumnya. Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :

1) Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.

2) Mempersiapkan diri untuk pensiun.

3) Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.

4) Mempersiapkan kehidupan baru.

5) Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai.

6) Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan (Maryam, 2008).

3
B. KONSEP DASAR HIPERTENSI

1. Definisi

Hipertensi juga dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan diastoliknya diatas 90 mmHg.(Smeltzer &

Bare, 2012).

Hipertensi pada lansia didefinisikan dengan tekanan sistolik diatas 160 mmHg atau

tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Fatimah, 2010).

Menurut Djoko santoso (2010) tekanan darah adalah tekanan dimana darah beredar

dalam pembuluh darah. Tekanan ini terus menerus berada dalam pembuluh darah dan

memungkinkan darah mengalir konstan. Tekanan darah dalam tubuh pada dasarnya

merupakan ukuran tekanan atau gaya didalam arteri yang harus seimbang dengan denyut

jantung, melalui denyut jantung darah akan dipompa melalui pembuluh darah kemudian

dibawa keseluruh bagian tubuh. Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan elastisitas

pembuluh darah (Rusdi, 2009).

Menurut tim peneliti dari Universitas Cambridge dan Nottingham Inggris, tekanan

darah dikontrol oleh hormon yang disebut angiotensis (Anna, 2010).Tekanan tertinggi

karena jantung bilik kiri memompa darah ke arteri disebut tekanan sistolik. Tekanan

diastolik adalah tekanan terendah saat jantung beristirahat atau rileks. Tekanan darah

digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik. Pada orang

dewasa tekanan normal berkisar 120/80 mmHg (Santoso, 2010).

Hipertensi berasal dari dua kata yaitu hiper yang berarti tinggi dan tensi yang

artinya tekanan darah. Menurut American Society of Hypertension (ASH), pengertian

hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif,

sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani, 2008).

4
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik yang

intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg atau lebih

tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi. Insiden

hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia (Stockslager,2008).Hipertensi lanjut

usia dibedakan menjadi dua hipertensi dengan peningkatan sistolik dan diastolik

dijumpai pada usia pertengahan hipertensi sistolik pada usia diatas 65 tahun. Tekanan

diastolik meningkat usia sebelum 60 tahun dan menurun sesudah usia 60 tahun tekanan

sistolik meningkat dengan bertambahnya usia (Temu Ilmiah Geriatri

Semarang,2008).Hipertensi menjadi masalah pada usia lanjut karena sering ditemukan

menjadi faktor utama payah jantung dan penyakit koroner. Lebih dari separuh kematian

diatas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan serebrovaskuler. Hipertensi

pada usia lanjut dibedakan atas:

1. Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau

tekanan sistolik sama atau lebih 90 mmHg.

2. Hipertensi sistolik terisolasi tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan

tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg (Nugroho,2008). Dari uraian diatas

disimpulkan bahwa hipertensi lanjut usia dipengaruhi oleh faktor usia.

2. Etiologi

Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan menurut Dr.Iskandar Junaidi, 2010

yaitu :

a. Hipertensi Primer/esensial

Hipertensi esensial merupakan hipertensi yang memiliki beberapa kemungkinan

penyebabnya. Beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah dapat

menyebabkan peningkatan tekanan darah. Hipertensi primer terjadi karena kondisi

5
masyarakat yang memiliki asupan garam cukup tinggi, lebih dari 6,8 gram setiap

hari, serta karena faktor genetik. (terdapat pada kurang lebih 90% dari seluruh

kejadian hipertensi)

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan karena gangguan

pembuluh darah atau organ tubuh tertentu, seperti ginjal, kelenjar adrenalin, dan

aorta. Penyebab hipertensi sekunder sekitar 5-10% berasal dari penyakit ginjal, dan

sekitar 1-2% karena kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil

KB). Penyebab lain yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar

adrenal yang menghasilkan hormon epinerin (adrenalin) atau norepinerin

(noradrenalin).

3. Manifestasi

Terjadi peningkatan tekanan darah kadang merupakan satu-satunya gejala. Gejala

lain yang dirasakan : sakit kepala, kelelahan, sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi

kabur, mata berkunang-kunang, mudah marah, telinga berdengung, sulit tidur, rasa berat

ditengkuk, nyeri di daerah bagian belakang, nyeri di dada, denyut jantung kuat dan cepat,

pusing. Dan akan timbul keluhan lain apabila terjadi komplikasi pada ginjal, otak dan

jantung (Widian, 2009).

4. Patofisiologi

Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik sejalan dengan peningkatan usia

terjadinya penurunan elastisitas dan kemampuan meregang pada arteri besar. Tekanan

aorta meningkat sangat tinggi dengan penambahan volume intravaskuler yang sedikit

menunjukan kekakuan pembuluh darah pada lanjut usia. Secara hemodinamik hipertensi

6
sistolik ditandai penurunan kelenturan pembuluh arteri besar resistensi perifer yang

tinggi pengisian diastolik abnormal dan bertambah masa ventrikel kiri.

Penurunan volume darah dan output jantung disertai kekakuan arteri besar

menyebabkan penurunan tekanan diastolik. Lanjut usia dengan hipertensi sistolik dan

diastolik output jantung, volume intravaskuler, aliran darah keginjal aktivitas plasma

renin yang lebih rendah dan resistensi perifer.

Perubahan aktivitas sistem syaraf simpatik dengan bertambahnya norepinephrin

menyebabkan penurunan tingkat kepekaan sistem reseptor beta adrenergik pada

sehingga berakibat penurunan fungsi relaksasi otot pembuluh darah (Temu Ilmiah

Geriatri , 2008). Lanjut usia mengalami kerusakan struktural dan fungsional pada arteri

besar yang membawa darah dari jantung menyebabkan semakin parahnya pengerasan

pembuluh darah dan tingginya tekanan darah.

7
5. Pathway

umur Jenis kelamin Gaya hidup obesitas

Elastisitas , arteriosklerosis

hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

otak ginjal Pembuluh darah Retina

Resistensi Suplai O2 Vasokonstriksi sistemik koroner Spasme


pembuluh otak pembuluh darah arteriole
darah otak menurun ginjal
vasokonstriksi Iskemi
diplopia
miocard
Blood flow
Nyeri Gangguan sinkop munurun
kepala pola tidur Afterload
meningkat Nyeri dada Resti injuri

Respon RAA
Gangguan
perfusi Penurunan Fatique
jaringan Rangsang curah jantung
aldosteron
Intoleransi
aktifitas
Retensi Na

Kelebihan volume cairan


edema

8
6. Faktor Terjadinya Hipertensi

Menurut Rusdi (2009) faktor dan penyebab terjadinya hipertensi antara lain :

Faktor yang tidak dapat diubah :

1. Faktor Keluarga

Keluarga yang anggotanya mempunyai sejarah tekanan darah tinggi, penyakit

kardiovaskuler atau diabetes, maka biasanya penyakit itu juga akan menurun kepada

anak-anaknya.

2. Jenis kelamin

Pada umumnya laki-laki memiliki kemungkinan lebih besar untuk terserang

hipertensi daripada perempuan. Hipertensi berdasarkan gender ini dapat pula

dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada perempuan sering kali dipicu oleh perilaku

tidak sehat, seperti merokok dan kelebihan berat badan, depresi, dan rendahnya

status pekerjaan. Akan tetapi, pada laki-laki lebih berhubungan dengan pekerjaan

dan pengangguran.

3. Faktor usia

Faktor usia juga pemicu terjadinya hipertensi. Seseorang yang berusia 60 tahun atau

lebih dari itu, juga sangat berpotensi terkena hipertensi. Tekanan sistolik terus

meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus naik sampai usia 55-60

tahun.

Faktor yang dapat diubah :

a. Obesitas

Beberapa penyeledikan telah membuktikan bahwa daya pompa jantung dan

sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi

dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal. Penderita

obesitas beresiko dua sampai enam kali lebih besar untuk terserang hipertensi

9
dibandingkan dengan orang yang berat badan normal. Efek samping obesitas

antara lain : Gangguan pernapasan, keluhan pada tulang, kelainan kulit,

pembengkakan/edema (Iskandar, 2010)

b. Konsumsi garam yang tinggi

Berdasarkan data statistik diketahui bahwa hipertensi jarang diderita oleh suku

bangsa atau penduduk dengan konsumsi garam yang rendah. garam (natrium)

bersifat mengikat air pada saat garam dikonsumsi, maka garam tersebut

mengikat air sehingga air akan terserap masuk ke dalam intravaskuler yang

menyebabkan meningkatnya volume darah. Apabila volume darah meningkat,

kerja jantung akan meningkat dan akibatnya tekanan darah juga meningkat.

Dunia kedokteran juga telah membuktikan bahwa pembatasan konsumsi garam

(natrium) oleh obat diuretik (pelancar kencing) akan menurunkan tekanan darah

lebih lanjut.

c. Merokok

Merokok dapat merangsang system adrenergik dan meningkatkan tekanan

darah. Dan juga dapat menyebabkan terjadinya penyempitan dalam saluran

paru-paru dapat memicu kerja ginjal dan jantung menjadi lebih cepat, sehingga

naiknya tensi darah tidak bisa dihindari (Rusdi, 2009). Zat nikotin yang terdapat

dalam rokok dapat menigkatkan pelepasan epineprin, yang dapat

mengakibatkan terjadinya penyempitan dinding arteri karena kontraksi yang

kuat (Iskandar, 2010).

d. Minum minuman beralkohol

Mengonsumsi alkohol dalam jumlah besar dapat mengganggu dan merusak

fungsi beberapa organ salah satu diantaranya hati. Fungsi hati akan terganggu

sehingga mempengaruhi kinerja atau fungsi jantung ini pada akhirnya

10
menyebabkan hipertensi. Alkohol juga dapat merangsang dilepaskannya

epinefrin atau adrenalin, yang membuat arteri menciut dan menyebabkan

penimbunan air dan natrium.

e. Stres

Hubungan antara stres dan hipertensi terjadi akibat aktivasi saraf simpatis (saraf

yang bekerja pada saat beraktivitas). Aktivitas saraf simpatis yang bekerja

secara aktif dan meningkat juga memicu terjadinya peningkatan tekanan darah

secara tidak menentu.

f. Kurang Olahraga

Kurang olahraga dan bergerak bisa menyebabkan tekanan darah dalam tubuh

meningkat. Olahraga bertujuan untuk memperlancar peredaran darah dan

mempercepat penyebaran impuls urat saraf kebagian tubuh atau sebaliknya

sehingga tubuh senantiasa bugar.

g. Faktor Obat – obatan

Faktor terjadinya hipertensi karena pengaruh obat – obatan pada dasarnya lebih

potensial dialami oleh kaum perempuan, terutama mereka yang mengkonsumsi

obat – obat kontrasepsi oral. Konsumsi kontrasepsi oral (pil) dapat beresiko

terjadinya perubahan metabolism lemak (lipid) darah. Efek ini tergantung jenis

dan dosis hormon dalam kontrasepsi oral bila esterogen maka berefek lebih baik

karena menaikkan kolestrol HDL (Kolesterol baik) dan menurunkan kolesterol

LDL (kolesterol buruk). Progestinnya mempunyai efek berlawanan dengan

esterogen sehingga kejadian tekanan darah tinggi (Santoso, 2010).

11
7. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi Pada Lansia

Menurut Darmojo (2006), faktor yang mempengaruhi hipertensi pada lanjut usia adalah:

1. Renin

Tingginya kadar renin menyebabkan vasokontriksi dan peningkatan volume darah

(akibat meningkatnya retensi garam dan cairan pada ginjal), mengakibatkan

tingginya kadar tekanan darah.

2. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan garam.

Dengan bertambahnya usia semakin sensitif terhadap peningkatan atau penurunan

kadar natrium. Ini menyebabkan penurunan fungsi ginjal dengan penurunan perfusi

ginjal dan laju filtrasi glomerulus.

3. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua akan

meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer yang mengakibatkan hipertensi

sistolik.

4. Perubahan ateromatous

Akibat proses menua menyebabkan disfungsi endotel yang berlanjut

pada pembentukan berbagai sitokin dan substansi kimiawi lain yang kemudian

menyebabkan resorbi natrium di tubulus ginjal, meningkatkan proses sklerosis

pembuluh darah perifer dan keadaan lain berhubungan dengan kenaikan tekanan

darah.

8. Klasifikasi Tekanan Darah

Menurut Nugroho (2008) hipertensi pada lanjut usia dibedakan atas :


1. Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau

tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.

2. Hipertensi sistolik terisolasi : tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan

tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

12
Tabel 1.1 Menurut Sutanto (2010) klasifikasi Tekanan darah manusia adalah sebagai
berikut:
Tekanan Sistolik
Kategori Tekanan Diastolik (mmHg)
(mmHg)
Tensi optimal < 120 mmhg < 80 mmhg
Tensi normal < 130 mmhg < 85 mmhg
Tensi normal tinggi 130 – 139 mmhg 85 – 89 mmhg
Hipertensi ringan 140 – 159 mmhg 90 – 99 mmhg
Hipertensi sedang 160 – 179 mmhg 100 – 109 mmhg
Hipertensi berat 180 – 209 mmhg 110 – 119 mmhg
Hipertensi maligna >210 mmhg >120 mmhg

9. Komplikasi

a. Menyebabkan aterosklersis sehingga mempercepat terjadinya penyakit jantung


iskemik.
b. Gagal jantung
c. System saraf menyebabkan perdarahan intraserebral
d. Ginjal menyebabkan glomerulus atau nekrosis, proteinuria.
e. Gangguan penglihatan
f. Gangguan neurology
g. Gagal jantung
h. Gangguan fungsi ginjal
i. Gangguan serebral
j. Tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara

10. Penatalaksanaan Hipertensi

1. Non Farmakologi

Penatalaksanaan non farmakologis merupakan pengobatan tanpa obat – obatan

yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara ini, perubahan tekanan darah

diupayakan melalui pencegahan dengan menjalani perilaku hidup sehat (Junaedi,

2010) seperti:

1. Menurunkan berat badan sampai batas ideal

2. Mengubah pola makan dan makan makanan seimbang

3. Mengurangi pemakaian garam

13
4. Mengurangi / tidak minum –minuman beralkohol

5. Olahraga yang tidak terlalu berat

6. Berhenti merokok

2. Farmakologi

1. Diuretic

Kerja utama :

a. Penurunan volume darah, aliran darah, ginjal dan curah jantung.

b. Menghambat reabsorbsi natrium dan air dalam ginjal.

c. Bekerja mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan ditubuh

d. berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi ringan

2. Inhibitor Adrenergik

Kerja utama :

a. Memperlambat denyut

b. Menurunkan tekanan darah dengan menurunkan curah jantung

c. Menghasilkan kecepatan jantung yang lebih lambat

d. Menghasilkan tekanan darah yang lebih rendah dan menurunkan tekanan

darah saat berdiri juga saat telentang.

3. Vasodilator

Kerja utama : Menurunkan tekanan perifer namun secara berlawanan

meningkatkan curah jantung dan menurunkan tekanan sistolik dan diastolik

4. Penghambat Enzim Pengubah Angiotensin

Kerja utama :

a. Menghambat konversi angiotensin I menjadi angiotensin II

b. Menurunkan tahanan perifer total

14
5. Antagonis Kalsium

Kerja utama :

a. Menghambat pemasukan ion kalsium ke dalam sel

b. Menurunkan afterload jantung

c. Memperlambat kecepatan hantaran impuls jantung

d. Menurunkan kerja jantung dan konsumsi energy, meningkatkan pengiriman

oksigen ke jantung.

11. Asuhan keperawatan

A. Pengkajian Persistem :
1. Sirkulasi
a. Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup dan
penyakit cerebro vaskuler.
b. Episode palpitasi,perspirasi.
2. Eleminasi : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi
atau riwayat penyakit ginjal masa lalu.
3. Neurosensori :
a. Keluhan pusing.
b. Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan menghilang
secara spontan setelah beberapa jam).
4. Pernapasan
a. Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
b. Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
c. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
d. Riwayat merokok
B. Diagnosa
1) Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
3) Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokontriksi

15
4) Nutrisi , perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan
metabolik
5) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system pendukung yang
tidak adekuat
6) Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau keterbatasan
kognitif.

C. Intervensi dan rasional


I. Diagnosa 1 : Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular
Cerebral
Tujuan Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 X 24 jam,
diharapkan nyeri dapat berkurang.
Intervensi :
1) Mempertahankan tirah baring selama fase akut

Rasional : Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi

2) Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kmepala,

misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang,

redupkan lampu kamar, tekhnik relaksasi.

Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vascular serebral dan yang

memperlambat atau memblok respons simpatis efektif dalam

menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya

3) Hilangkan atau minimalkan aktivitas fase kontriksi yang dapat

meningkatkan sakit kepala, misalnya mengejam saat bab, batuk panjang,

membungkuk

Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan

sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vascular cerebral

II. Diagnosa 2: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum


Tujuan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24
jam, diharapkan klien dapat melakukan aktivitasnya sesuai toleransi.

16
Intervensi:
1) Kaji respon pasien terhadap aktivitas,perhatikan frequency nadi lebih dari
20 kali per menit diatas frequency istirahat : peningkatan tekan darah yang
nyata selama atau sesudah aktivitas ( tekanan sistolik meningkat 40 mmhg
atau tekanan diastolic meningkat 20 mmhg) dispnea atau nyeri dada :
kelemahan dan keletihan yang belebihan : pusing atau pingsan.
Rasional : menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon
fisiologi terhadap stress, aktivitas bila ada merupakan indikator dari
kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
2) Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energy, misalnya
menggunakan kursi saat mandi,duduk saat menyisir rambut atau menyikat
gigi,melakukan aktivitas dengan perlahan.
Rasional : teknik memghemat energy mengurangi penggunaan energy,
juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

III. Diagnosa 3. Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung

berhubungan dengan adanya tahanan pembuluh darah

- Tujuan : Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

Kriteria hasil :

Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti

ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada

keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas

normal.

Haluaran urin 30 ml/ menit

Tanda-tanda vital stabil

17
Intervensi :

a. Pertahankan tirah baring

b. Tinggikan kepala tempat tidur

c. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan

pemantau tekanan arteri jika tersedia

d. Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan

e. Amati adanya hipotensi mendadak

f. Ukur masukan dan pengeluaran

g. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai program

h. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai program

IV. Gangguan pola tidur berhubungan adanya nyeri kepala

Tujuan : Tidak terjadi gangguan pola tidur setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 2 x 24 jam

Kriteria hasil :

Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat 6 – 8 jam per hari

Tampak dapat istirahat dengan cukup

TTV dalam batas normal

Intervensi :

a. Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman

b. Beri kesempatan klien untuk istirahat / tidur

c. Evaluasi tingkat stress

18
d. Monitor keluhan nyeri kepala

e. Lengkapi jadwal tidur secara teratur

f. Berikan makanan kecil (kue bolu, crackers, pudding) sore hari dan / susu
hangat

g. Lakukan masase punggung

h. Putarkan musik yang lembut

i. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi

V. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi

yang diderita klien

Tujuan: Kecemasan hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 1 x 24 Jam

Kriteria hasil :

Klien mengatakan sudah tidak cemas lagi / cemas berkurang

Ekspresi wajah rileks

TTV dalam batas normal

Intervensi :

a. Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku misalnya


kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi
dalam rencana pengobatan

b. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan


konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala,
ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah

c. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan


strategi untuk mengatasinya

d. Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan


partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan

19
e. Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan hidupKaji tingkat
kecemasan klien baik secara verbal maupun non verbal

f. Observasi TTV tiap 4 jam

g. Dengarkan dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan


perasaanya

h. Berikan support mental pada klien

i. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan dukungan pada klien

VI. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

proses penyakit

Tujuan : Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi setelah dilakukan


tindakan ekperawatan selama 1 x 24 jam

Kriteria hasil:

Pasien mengungkapkan pengetahuan akan hipertensi

Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai program

- Intervensi :

a. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur

b. Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress

c. Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan

efek samping atau efek toksik

d. Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan

dokter

e. Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan

dokter : sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah.

20
f. Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil

g. Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat

h. Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai program

i. Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat,

jumlah yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung

kafein, teh serta alcohol

j. Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan

k. Berikan support mental, konseling dan penyuluhan pada keluarga klien

21
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. M DENGAN

”HIPERTENSI”

A. IDENTITAS KLIEN

Nama : Ny. M

Tempat & tanggal lahir : Jayapura, 06 Juli 1972

Umur : 45 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan Terakhir : SMA

Agama : Kristen Protestan

Suku : Papua

Bahasa yang digunakan : Bahasa Daerah Dan Indonesia

Status Perkawinan : Kawin

Pekerjaan : Guru Paud dan Mahasiswi

Alamat : Kampung Sabiab Besar Distrik Kemtuk

Orang yang paling dekat /yang dapat dihubungi: Tn. T

Telp. : 0852 5435 7774

Hubungan dengan lansia : Suami

B. RIWAYAT KELUARGA

1. Susunan anggota keluarga :

HUBUNGAN
NO. NAMA JK PENDIDIKAN PEKERJAAN KETERANGAN
KELUARGA

1. Tn. T L Suami SMA Swasta Masih hidup

22
2. Ny. M P Istri SMA Guru Paud Masih Hidup

3. Ny. A P Anak SMA IRT Masih Hidup

4. Ny. V P Anak SMA IRT Masih Hidup

5. An. M L Anak SMP - Masih Hidup

6. An. S L Anak SD - Masih Hidup

7. An. R P Anak SD - Masih Hidup

2. Genogram :

Ny. M
45 Th
hipertensi

Keterangan:

: Perempuan : Tinggal serumah

: Laki-laki : Penderita/pasien

: laki-laki Meninggal : Perempuan meninggal

23
C. RIWAYAT PEKERJAAN

a. Status pekerjaan saat ini : Guru Paud di kampung Sabiab Besar dan juga Mahasiswi UT

b. Alamat pekerjaan Ny. M yaitu Di PAUD Kampung Sabib Besar

c. Jarak Tempat Ny. M mengajar ± 700 Meter dari rumahnya

d. Alat transportasi Ny. M ke tempat mengajar tidak ada karena dapat ditempuh dengan

berjalan kaki

e. Pekerjaan sebelumnya : Guru Paud

f. Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan thd kebutuhan : Dari Gaji honorer sebagai

Guru Paud, dan Juga hasil dari Jualan di kios

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP

a. Tipe tempat tinggal Ny. M adalah berukuran 12x20m2 dengan bangunan rumah yang

terbuat dari dinding papan dan atap seng.

b. Jumlah kamar rumah Ny. M ada dua kamar

c. Ny.M tidak memiliki tongkat dikamar karena Ny. M masih dapat beraktivitas sendiri

tanpa alat bantu

d. Kondisi tempat tinggal Ny. M cukup baik hanya saja ruang tamu ada 1 ventilasi

meskipun demikian penerangan kedalam rumah sangat kurang karena ventilasi kecil.

Rumah dan lingkungan terlihat kotor, tampak perabotan rumah dan pakaian-pakaian

tidak tertata dengan rapi.

e. Jumlah orang yang tinggal dalam rumah Ny. M ada 4 orang karena ketiga anaknya

tidak lagi tinggal serumah dengannya, anak pertama dan kedua sudah menikah dan

tinggal dengan suaminya dan anak ketiga tinggal di sentani kost. Laki-laki berjumlah

2 orang dan perempuan berjumlah 2 orang.

f. Derajat privasi cukup karena Ny. M memiliki kamar tidur sendiri

24
g. Tetangga terdekat dengan rumah Ny. M adalah Tn. P yang merupakan seorang ketua

RT 02 kampung sabiab besar.

h. No. hp tetangga terdekat Ny. M tidak ada Karena Tn. P tidak memiliki ponsel.

E. RIWAYAT REKREASI

a. Hobi / minat : Membuat kerajinan tangan (Noken)

b. Keanggotaan organisasi : Mengikuti kegiatan di Sekolah Paud, Senat di Kampus

dan juga seorang Ibu Ketua Kader di kampung sabiab Besar

c. Kegiatan keagamaan : Klien mengikuti kegiatan Gerejawi setiap Hari minggu, dan

hari Jumat di kampung Sabiab Besar bersama masyarakat setempat

d. Liburan / perjalanan : Klien tidak pernah melakukan Liburan ke tempat-tempat Yang

jauh dengan alasan Ny. M sangat sibuk Kuliah dan juga mengajar Disekolah PAUD

F. SUMBER / SISTEM PENDUKUNG YANG DIGUNAKAN

a. Klien mengatakan apabila sakit biasanya klien sering membeli obat di warung tanpa

resep dokter

b. Di kampung Sabiab besar tempat tinggal Ny. M hanya ada tenaga perawat dan bidan

tidak ada dokter, namun di puskesmas distrik kemtuk sendiri hanya ada 1 tenaga dokter

c. Jarak puskesmas dari rumah Ny. M adalah 5 KM.

d. Tidak ada klinik di kampung sabiab besar, hanya ada 1 pustu namun pustu tersebut

tidak digunakan lagi saat ini

e. Ny. M mengatakan tidak ada pelayanan kesehatan yang dilakukan di rumahnya

f. Makanan yang dihantarkan tidak ada karena Ny. M masih bias beraktifitas secara

mandiri

25
g. Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga tidak ada hanya saja ketika anggota

keluarga Ny. M sakit, biasanya di kompres dengan air hangat

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN

Ny. M mengatakan kebiasaan ritual yang dilakukan hanya ibadah di keluarga terdekat

H. STATUS KESEHATAN SAAT INI

a. Status kesehatan Ny. M setahun yang lalu adalah hipertensi dan belum pernah dirawat

di Rumah sakit

b. Ny. M tidak memiliki penyakit yang serius 5 tahun yang lalu

c. Keluhan utama :

Ny. M mengeluh sakit kepala, pusing, kaku dan tegang didaerah leher.

Ny. M mengatakan sering makan makanan asin

Provokatif/paliatif : Mudah lelah

Region : dareah tengkuk (leher)

Severity scale : sedang (5)

Timming : kadang-kadang

d. Pengetahuan/pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan:

 Klien mengatakan jika sakit kepala, pusing, kaku dan tegang di daerah leher biasanya

membeli obat di warung dan langsun meminumnya

 Ny. M mengatakan tidak mengetahui obat hipertensi

I. OBAT-OBATAN

Ny. M mengatakan tidak mengonsumsi obat-obat khusus (hipertensi)

26
J. STATUS IMUNISASI

a. Tetanus, difteri : -

b. Influenza : -

c. Pneumothorak : -

Penyakit yang diderita Ny. M adalah Hipertensi

K. ALERGI

Ny. M mengatakan tidak memiliki alergi terhadap obat-obatan dan makanan dan lingkungan

L. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI

a. Indeks katz : A

b. Okaigenasi : Pemenuhan oksigen Ny. M terpenuhi , tidak sesak

c. Cairan dan elektrolit : minum air putih 5 gelas perhari

d. Nutrisi : Ny. M menagatakan saat ini nafsu makannya sudah berkurang, biasanya sehari

makan 3x Sehari dengan porsi yang dihabiskan ½ setiap kali makan berupa nasi dengan

lauk pauk sayur dan buah-buahan, tempe dan tahu.

e. Eliminasi : BAK sering terutama ketika malam hari biasanya 3 kali, BAB 2x sehari

f. Aktivitas : Ny. M mengatakan sehari-hari bekerja sebagai seorang Guru PAUD di

kampung sabiab besar dan juga Ny. M adalah seorang mahasiswi di UT.

g. Istirahat dan tidur : Ny. M mengatakan setiap hari istirahat siang namun jarang karena

Ny. M biasanya d siang hari ke waena untuk kuliah.frekuensi istirahat sehari biasanya

7 jam,tidak ada gangguan istirahat dan tidur.

h. Personal higyene : Ny. M mengatakan biasanya mandi 3x sehari, gosok gigi 2x sehari

dan keramas 3x sehari

i. Seksual : -

27
j. Rekreasi : Ny. M mengatakan tidak pernah melakukan rekreasi ke Luar kota maupun

Dalam kota alasannya karena Ny. M sangat sibuk mengajar di PAUD setiap harinya

dan juga sibuk kuliah sedangkan di hari libur atau hari minggu biasanya Ny. M

mengikuti kegiatan di gereja. Di saat ada waktu senggang Ny. M hanya menghabiskan

waktu menonton TV di rumah bersama keluarga.

k. Psikologis :

 Persepsi klien : Ny. M memahami bahwa penyakit yang dideritanya adalah faktor

usianya sudah tidak muda lagi

 Konsep diri : Ny. M tidak merasa rendah diri dengan kondisinya sekarang yang

semakin tua, bahkan akan tetap bekerja meskipun hanya sebagai Guru Honorer

 Emosi : Ny. M mengatakan jarang marah-marah, selalu tenang dalam bersikap

 Adaptasi : Ny. M mampu beradaptasi dengan keluarganya, tetangga disekitarnya

dan orang-orang yang baru dikenalnya.

 Mekanisme pertahanan diri : bila Ny. M mengalami suatu masalah atau pergumulan

Ny. M selalu berdoa kepada Tuhan dan membicarakan dengan keluarganya.

l. Keadaan umum : Baik

m. Tingkat Kesadaran : compos mentis

n. GCS : E =4 V=5 M=6 (GCS :15)

o. Tanda-tanda vital :

Tekanan darah :110/70 mmHg

Nadi : 84x/menit

Respirasi : 24x/menit

Suhu Badan : 36,8oC

Tinggi badan : 156 cm

BB :50 kg

28
M. PENGKAJIAN PERSISTEM

a. Sistem kardiovaskuler : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya oedem, kadang

berdebar-debar setelah melakukan aktivitas

b. Sistem pernapasan : tidak batuk dan sesak napas

c. Sistem integumen : turgor kulit elastis, belum begitu keriput, tidak ada pigmentasi yang

abnormal

d. Sistem perkemihan : tidak ada keluhan

e. Sistem muskuloskeletal : dapat bergerak bebas, tidak ada kecacatan

f. Sistem endokrin : tidak ada alergi terhadap hawa yang dingin

g. Sistem gastrointestinal : tidak ada gangguan seperti penyakit mag

h. Sistem reproduksi : tidak ada gangguan juga belum menopause

i. Sistem persyarafan : sakit kepala, pusing tidak, ada gangguan tidur

j. Sistem penglihatan : tidak ada gangguan

k. Sistem pengecapan : tidak ada gangguan

l. Sistem penciuman : tidak ada gangguan

N. STATUS KOGNITIF / AFEKTIF / SOSIAL

a. Short Portable Mental Status Questionaire (SPMSQ) =1, artinya fungsi

intelektualnya utuh

b. Mini Mental State Exame (MMSE) : 30

c. Inventaris Depresi Beck : Depresi tidak ada / minimal

d. APGAR Keluarga : 10

O. Data Penunjang

1. Laboratorium : -

2. Radiologi : -

29
ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

1. DS: Peningkatan tekanan Nyeri kepala

 Klien mengatakan : vaskuler serebral

 sakit kepala

 nyeri kepala

 pusing

 kaku dan tegang di daerah

leher

DO:

 Klien tampak :

 Meringis kesakitan

 P : sering makan makanan yang

asin

 Q : seperti di tusuk-tusuk

 R : daerah kepala dan tengkuk

 S : skala 5 (0-10)

 T : setiap 30 menit

 TTV :

 Tekanan darah :110/70 mmHg

 Nadi : 84x/menit

 Respirasi : 24x/menit

 Suhu Badan : 36,8oC

30
2. DS: Kurangnya informasi Kurang pengetahuan

 Klien mengatakan : mengenai penyakit

 Sering makan makanan yang hipertensi

asin

 Jika sakit biasanya klien sering

membeli obat di warung tanpa

resep dokter

 Klien mengatakan tidak

mengetahui obat hipertensi

DO:

 Sering bertanya mengenai makanan

apa yang boleh dimakan untuk

mengurangi hipertensi

 Klien bertanya mengenai

pencegahan agar sakit kepalanya

hilang

 Klien terlihat bingung dan

menggeleng saat ditanya diit yang

baik untuk hipertensi serta saat

ditanya klien tidak bisa mnjawab

3. DS : Resiko malaria pada Ny. M

 Klien mengatakan tidak

menggunakan kelambu saat tidur

31
DO :

 Ventilasi 1

 Penerangan rumah sangat kurang

karena ventilasi kecil

 Rumah dan lingkungan tampak

kotor

 Perabotan rumah dan pakaian-

pakaian tidak tertata dengan rapi

4. DS : Resiko nutrisi kurang dari

 Klien mengatakan kurang nafsu kebutuhan Tubuh

makan

 Klien mengatakan makan

3xsehari dengan porsi yang

dihabiskan ½ porsi setiap kali

makan berupa nasi, sayur, buah-

buahan, tempe dan tahu

DO :

 Nafsu makan klien tampak kurang

 Klien makan hanya ½ porsi saja

dari biasanya

32
DIAGNOSA PRIORITAS KEPERAWATAN

1. Nyeri Kepala
2. Kurang Pengetahuan
3. Resiko malaria pada Ny. M
4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan Tubuh

33
INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Nyeri kepala berhubungan dengan Setelah dilakukan kunjungan 1. Monitor skala nyeri (skala 5) 1. Untuk memudahkan
peningkatan tekanan vaskuler selama 2x selama 30 menit 2. Monitor TTV perawat melakukan
serebral yang ditandai dengan : diharapkan nyeri kepala Ny. M 3. Ajarkan teknik non- intervensi lanjutan
 Klien mengatakan : dapat berkurang atau terkontrol farmakologi untuk 2. Untuk mengetahui
 sakit kepala dengan kriteria hasil : mengurangi nyeri (relaksasi perubahan TTV klien
 nyeri kepala  Klien mengatakan tidak nafas dalam, kompres hangat 3. Mengurangi rasa nyeri
 pusing merasa nyeri kepala lagi dan massase) 4. Aktifitas yang berlebihan

 kaku dan tegang di daerah  Skala nyeri turun menjadi 3 4. Anjurkan pada pasien untuk bisa menyebabkan sakit

leher dari skala 5 menghindari/meminimalkan kepala dan mudah lelah

DO:  Klien tidak tampak aktivitas yang dapat 5. Untuk mengurangi rasa

 Klien tampak : meringis kesakitan lagi meningkatkan sakit nyeri dan mempercepat

 Meringis kesakitan kepala/nyeri proses penyembuhan

 P : sering makan makanan 5. Kolaborasi dengan tim medis

yang asin pemberian analgesik

 Q : seperti di tusuk-tusuk
 R : daerah kepala dan tengkuk
 S : skala 5 (0-10)
 T : setiap 30 menit

34
 TTV :
 Tekanan darah :110/70 mmHg
 Nadi : 84x/menit
 Respirasi : 24x/menit
 Suhu Badan : 36,8oC

2. Setelah dilakukan kunjungan 1. Kontrak waktu dengan klien 1. Untuk memastikan klien
Kurang Pengetahuan Berhubungan
selama 2x selama 30 menit, 2. Kaji pengetahuan klien mempunyai waktu luang
Dengan Kurangnya Informasi
diharapkan klien mengetahui tentang penyakit hipertensi untuk mengetahui kesiapan
Mengenai Penyakit Hipertensi yang
tentang penyakitnya dengan 3. Adakan penyuluhan dengan klien
ditandai dengan :
kriteria hasil : klien dan keluarga mengenai : 2. Identifikasi tingkat
DS:
 Menjelaskan pengertian  Pengertian hipertensi kemampuan klien serta
 Klien mengatakan :
hipertensi secara sederhana  Factor penyebab efesiensi pemberian
 Sering makan makanan yang
 Menyebutkan factor hipertensi pendidikan kesehatan
asin
penyebab  Tanda dan gejala 3. Pemberian informasi yang
 Jika sakit biasanya klien
 Menyebutkan tanda dan  Diet hipertnsi adekuat meningkatkan
sering membeli obat di
gejala  Cara pencegahan pengetahuan klien tentang
warung tanpa resep dokter
 Menyebutkan apa saja yang 4. Pantau respon klien saat penyakitnya
 Klien mengatakan tidak
boleh dan tidak boleh pemberian materi 4. Observasi sikap klien
mengetahui obat hipertensi
dimakan 5. Beri kesempatan klien terhadap pemberian materi
DO:
bertanya

35
 Sering bertanya mengenai  Menjelaskan cara pencegahan 6. Evaluasi kemampuan klien 5. Kesempatan bertanya
makanan apa yang boleh dimakan hipertensi dengan kata- 7. Beri pujian terhadap merupakan peluang untuk
untuk mengurangi hipertensi katanya sendiri kemampuan klien mengeksplore tingkat
 Klien bertanya mengenai 8. Anjurkan klien untuk sering kurang pengetahuan pada
pencegahan agar sakit kepalanya control ke petugas kesehatan klien
hilang 6. Identifikasi keefektifan
 Klien terlihat bingung dan pemberian materi
menggeleng saat ditanya diit yang 7. Reinforcement terhadap
baik untuk hipertensi serta saat kemampuan klien
ditanya klien tidak bisa mnjawab 8. Deteksi dini terhadap resiko
terjadinya serangan ulang

3. Resiko malaria pada Ny. M, yang Setelah dilakukan kunjungan 1. Kaji lingkungan rumah klien 1. Untuk mengetahui resiko
ditandai dengan selama 2x selama 30 menit 2. Kaji kecukupan ventilasi dan penyebab malaria
DS : diharapkan tidak terjadi malaria penerangan di dalam rumah 2. Untuk mengetahui seberapa
 Klien mengatakan tidak pada Ny. M dengan kriteria klien cukup penerangan di dalam
menggunakan kelambu saat hasil : 3. Anjurkan klien menggunakan rumah klien
tidur  Ventilasi cukup dan kelambu saat tidur 3. Agar terhindar dari nyamuk
DO : penerangan rumah cukup malaria

36
 Ventilasi 1  Rumah dan lingkungannya 4. Anjurkan klien untuk selalu 4. Agar lingkungan rumah
 Penerangan rumah sangat 03 februari 2018bersih membersihkan rumah serta bersih dan terhindar dari
kurang karena ventilasi kecil  Perabotan rumah dan menata perabotan rumah dan sarang-sarang nyamuk
 Rumah dan lingkungan tampak pakaian-pakaian tertata pakaian-pakaian malaria
kotor dengan rapi 5. Anjurkan klien untuk selalu 5. Agar klien terhindar dari

 Perabotan rumah dan pakaian-  Klien menggunakan menggunakan lengan panjang gigitan nyamuk penyebab

pakaian tidak tertata dengan kelambu saat tidur dan celana panjang apabila malaria

rapi bepergian di malam hari 6. Agar klien dapat


6. Berikan pendidikan kesehatan mengetahui tentang
tentang penyakit malaria penyakit malaria serta cara
pencegahannyabaik secara
medis maupun non medis
4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan Setelah dilakukan kunjungan 1. Kaji tentang makanan yang 1. Untuk menentukan makanan
tubuh, yang ditandai dengan : selama 2x selama 30 menit, membuat klien alergi yang cocok
diharapkan nutrisi klien lebih 2. Kaji makanan kesukaan klien 2. Mempertimbangkan
baik dari sebelumnya dengan 3. Anjurkan klien untuk makan makanan yang diberikan
DS : kriteria Hasil : makanan yang lunak 3. Untuk melatih lambung
 Klien mengatakan kurang nafsu  Klien dapat menghabiskan 4. Anjurkan klien untuk makan dengan makanan yang lunak
makan makanan dari porsi yang sedikit tapi sering namun 4. Menambah nutrisi serta
 Klien mengatakan makan tersedia dalam keadaan hangat nafsu makan klien
3xsehari dengan porsi yang

37
dihabiskan ½ porsi setiap kali  Klien dapat 5. Kolaborasi dengan ahli gizi 5. Untuk memperbaiki status
makan berupa nasi, sayur, buah- mempertahankan BB dalam dalam menentukan kebutuhan gizi klien
buahan, tempe dan tahu rentang normal sesuai usia kalori dan protein serta
DO : diskusikan dengan dokter
 Nafsu makan klien tampak kebutuhan stimulasi nafsu
kurang makan, dan makanan
 Klien makan hanya ½ porsi saja pelengkap
dari biasanya

38
EVALUASI KEPERAWATAN HARI PETAMA

DIAGNOSA
TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN

03 Nyeri kepala 16.00 1. Memonitor skala nyeri (skala 5) S: Ny. M mengatakan masih merasa nyeri di

februari berhubungan dengan 16.05 2. Memonitor TTV kepala dan tengkuk

2018 peningkatan tekanan 3. Mengajarkan teknik non-farmakologi untuk O: klien tampak meringis kesakitan

vaskuler serebral mengurangi nyeri (relaksasi nafas dalam, Skala nyeri (5)

16.10 kompres hangat dan massase) A: Masalah belum teratasi

4. Menganjurkan pada pasien untuk P: Lanjutkan intervensi 1, 2, 3,4 dan 5


menghindari/meminimalkan aktivitas yang
dapat meningkatkan sakit kepala/nyeri
16.20
5. Melakukan kolaborasi dengan tim medis

pemberian analgesik

39
03 Kurang Pengetahuan 16.30 1. Mengontrak waktu dengan klien S: Ny. M sudah mampu menyebutkan
Berhubungan Dengan 2. Mengkaji pengetahuan klien tentang penyakit
februari pengertian hipertensi, penyebab, tanda dan
Kurangnya Informasi hipertensi
2018 gejala serta pencegahannya
Mengenai Penyakit 3. Mengadakan penyuluhan dengan klien dan
Hipertensi 16.40 keluarga mengenai : Klien juga mengatakan sudah mengurangi
 Pengertian hipertensi makan makanan yang asin
 Factor penyebab hipertensi
O: klien tampak merespon dengan positif
 Tanda dan gejala
 Diet hipertnsi tentang perubahan pola hidupnya

 Cara pencegahan A: Masalah teratasi


4. Memantau respon klien saat pemberian materi
16.45 P: Hentikan intervensi. Motivasi klien untuk
5. Memberi kesempatan klien bertanya
6. Mengevaluasi kemampuan klien tetap diit makan makanan yang asin serta

7. Memberi pujian terhadap kemampuan klien rajin berolahraga


8. Menganjurkan klien untuk sering kontrol ke
16.47
petugas kesehatan

40
03 Resiko malaria pada Ny. 16.50 1. Mengkaji lingkungan rumah klien S = Ny. M mengatakan sudah menggunakan
M 2. Mengkaji kecukupan ventilasi dan penerangan
februari kelambu saat tidur
di dalam rumah klien
2018 17.00 O = Lingkungan Rumah Ny. M sudah terlihat
3. Menganjurkan klien menggunakan kelambu
saat tidur bersih serta perabotan rumah dan pakaian-
4. Menganjurkan klien untuk selalu
17. 10 pakaian telah di tata dengan rapi
membersihkan rumah serta menata perabotan
A = masalah teratasi
rumah dan pakaian-pakaian
17.15 5. Menganjurkan klien untuk selalu P = hentikan intervensi 1, 2, 3, 4, 5 dan 6
menggunakan lengan panjang dan celana
panjang apabila bepergian di malam hari
6. Memberikan pendidikan kesehatan tentang
penyakit malaria
03 Resiko nutrisi kurang 17.30 1. Mengkaji tentang makanan yang membuat S = Ny. M mengatakan nafsu makannya
dari kebutuhan tubuh klien alergi
februari sudah lebih baik dai sebelumnya
2. Mengkaji makanan kesukaan klien
2018 O = Ny. M menghabiskan makanan yang
3. Menganjurkan klien untuk makan makanan
yang lunak disediakan
4. Menganjurkan klien untuk makan sedikit tapi
A = masalah sudah teratasi
sering namun dalam keadaan hangat
P =hentikan intervensi 1, 2, 3 dan 4

41
5. Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi dalam
menentukan kebutuhan kalori dan protein serta
diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi
nafsu makan, dan makanan pelengkap

EVALUASI KEPERAWATAN HARI KEDUA

DIAGNOSA
TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN

05 Nyeri kepala 16.10 1. Memonitor skala nyeri (skala 5) S: Ny. M mengatakan sudah tidak merasa

februari berhubungan dengan 16.25 2. Memonitor TTV nyeri di kepala dan tengkuk

2018 peningkatan tekanan 3. Mengajarkan teknik non-farmakologi untuk O: klien tidak tampak meringis kesakitan

vaskuler serebral mengurangi nyeri (relaksasi nafas dalam, Skala nyeri (3)

16.30 kompres hangat dan massase) A: Masalah teratasi

P: hentikan intervensi 1, 2, 3,4 dan 5

42
4. Menganjurkan pada pasien untuk
menghindari/meminimalkan aktivitas yang
16.40
dapat meningkatkan sakit kepala/nyeri
5. Melakukan kolaborasi dengan tim medis

pemberian analgesik

43

Anda mungkin juga menyukai