Anda di halaman 1dari 13

KARYA TULIS ILMIAH

ASMA BRONKIAL

Disusun Oleh :
dr. Siti Nuriyatus Zahrah, MKM
NIP. 19710915 200212 2 003

PUSKESMAS SEMPAJA SAMARINDA


2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hasil penelitian International Study on Asthma and Alergies inChildhood pada
tahun 2005 menunjukkan, di Indonesia prevalensi gejala penyakit asma melonjak dari
sebesar 4,2 persen menjadi 5,4 persen. Selama 20 tahun terakhir, penyakit ini
cenderung meningkat dengan kasus kematian yang diprediksi akan meningkat sebesar
20 persen hingga 10 tahun mendatang. WHO memperkirakan di tahun 2005 terdapat
255 ribu penderita meninggal dunia karena asma. Insiden penyakit asma dipengaruhi
oleh banyak faktor antara lain : umur pasien, jenis kelamin, bakat alergi, keturunan,
lingkungan dan faktor psikologi. Berbagai masalah yang ditimbulkan pada penyakit
asma tergantung pada usia, pekerjaan dan fungsi klien dalam keluarga tersebut
( Hodder, 2010).
Asma dapat terjadi pada sembarang golongan usia, sekitar setengah kasus terjadi
pada anak-anak dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun. Hampir 17% dari
semua rakyat Amerika mengalami asma dalam suatu kurun waktu tertentu dalam
kehidupan mereka.(Smeltzer, 2002)
Tingginya angka kekambuhan pada penderita asma sering memberikan dampak
pada psikologis dan biologis pasien. Tingkat emosi yang labil dan adanya
kecenderungan untuk menolak saran-saran dalam upaya mengeliminasi perilaku yang
mendukung kesehatannya, merupakan salah satu respon psikologis pasien asma. Pada
serangan asma pasien mengalami 2 keterbatasan fungsi dalam memenuhi segala
kebutuhan dasarnya. Dengan demikian perlu kiranya difikirkan tentang pola asuhan
keperawatan yang mampu memenuhi keterbatasan fungsi tersebut tanpa menambah
beban emosional klien akibat tindakan perawat baik selama serangan, maupun setelah
serangan sehingga klien terhindar dari kekambuhan dan dapat berfungsi secara optimal.
Penyakit asma tidak dapat disembuhkan namun dalam penggunaan obat-obat yang ada
saat ini hanya berfungsi untuk menghilangkan gejala saja. Kontrol yang baik diperlukan
oleh penderita untuk terbebas dari gejala serangan asma dan bias menjalani aktivitas
hidup sehari-hari. Untuk mengontrol gejala asma secara baik maka penderita harus bias
merawat penyakitnya dengan cara mengenali lebih jauh tentang penyakit tersebut
(Sundaru, 2008).

B. TUJUAN PEMBAHASAN
Adapun tujuan penulis dalam menyusun makalah ini yaitu agar mahasiswa mampu
lebih mengetahui masalah penyakit dalam terutama Asma Bronchial seta
pengobatannya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Asma bronkial merupakan penyakit saluran pernapasan obstruktif yangditandai
inflamasi saluran dan spasme akut otot polos bronkiolus. Kondisi inimenyebabkan
produksi mukus yang berlebihan dan menumpuk, penyumbatan aliran udara, dan
penurunan ventilasi alveolus (Corwin, 2009).
Asma terjadi pada individu tertentu yang berespon secara agresif terhadap berbagai
jenis iritan di jalan napas. Faktor risiko untuk salah satu jenis gangguan hiper responsif
ini adalah riwayat asama atau alergi dalam keluarga, yangmengisyaratkan adanya
kecenderungan genetik. Pajanan yang berulang atau terus-menerus terhadap beberapa
rangsangan iritan, kemugkinan pada masa penting perkembangan, juga dapat
meningkatkan risiko penyakit ini. Infeksi pernapasan atas berulang juga dapat memicu
asma awitan dewasa, seperti yang dapat terjadi akibat pajanan okupasional terhadap
debu di lingkungan kerja (Corwin, 2009).

B. ETIOLOGI
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan Asma bronkhial.
1. Faktor predisposisi
Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya
bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika
terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya
juga bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim
hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin
serbuk bunga dan debu.
c. Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang
timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami
stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum
bisa diobati.
d. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti.
e. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas
jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan
serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
selesai aktifitas tersebut.

C. PATOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara.
Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai
berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah
antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi
bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat
pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan
brokhiolus dan bronkhus kecil.
Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat,
alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan
sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis
yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), factor kemotaktik eosinofilik dan
bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal
pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen
bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan
saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi dari pada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa
menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka
sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi
berat terutama selama ekspirasi.
Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan
adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea.
Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama
serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa
menyebabkan barrel chest.
D. LAPORAN KASUS
IDENTITAS DIRI
Nama : Ny.”S”
Umur : 32 Tahun
Jenis Kelamin : Prempuan
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Banyuwangi
Tgl.Pemeriksaan : 29 september 2005
Diagnosa Medis : Asthma Bronchiale

E. ANAMNESA
Autoanamnesis
Keluhan Utama
Sesak napas sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS)

Riwayat Penyakit Sekarang


- Sejak 20 tahun SMRS, pasien mengeluhkan sesak napas. Sesak napas timbul bila
pasien terkena debu, udara dingin dan asap rokok. Sesak terutama timbul pada
malam hari. Sesak napas dirasakan mengganggu aktivitas dan tidur. Pasien
berobat ke puskesmas dan didiagnosa menderita asma
- Sejak 1 hari SMRS pasien mulai mengeluhkan sesak napas dan batuk-batuk.Sesak
napas bertambah bila pasien batuk. Batuk pasien berdahak dengan warna bening
kental. Napas pasien berbunyi “ngik”. Obat pasien habis-Sejak 3 jam SMRS sesak
napas yang dirasakan makin berat. Batuk dirasakan semakin menjadi-jadi. Pasien
dibawa ke IGD RSUD AA dan diberi pengasapan, namun keluhan sesak tidak
berkurang sehingga pasien dirawat inap di Nuri 2.

Riwayat Penyakit Dahulu


- Pasien memiliki riwayat asma dari kecil, sesak napas timbul bila pasien terkena
debu, udara dingin dan asap rokok. Sesak napas dirasakan > 1 kali dalam
seminggu, < 1 kali dalam sehari, dan saat malam hari > 2 kali dalam sebulan
- Pasien tidak memiliki riwayat penyakit jantung
- Pasien memiliki riwayat alergi, seperti alergi udara dingin, debu, makanan laut,
pucuk ubi, kacang panjang, dan makanan yang merangsang seperti cabai

Riwayat Penyakit Keluarga


- Ibu pasien mederita asma
- Anak perempuan pasien menderita asma

Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan


- 2 bulan yang lalu pasien bekerja sebagai cleaning service di sebuahuniversitas
swasta, akan tetapi, karena sesak napas dirasakan semakin hari semakin
memberat, pasien mengundurkan diri dari pekerjaannya dan bekerja sebagai ibu
rumah tangga.
- Riwayat merokok tidak ada

F. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Komposmentis
Keadaan Umum : tampak sakit ringan
Tekanan darah : 170/100 mmHg
Nadi : 75 x/menit
Nafas : 16 x/menit
Suhu : 36.5 C

Pemeriksaan Fisik
Kepala
- Mata: konjungtiva tidak anemis, pupil bulat isokor, diameter 3 mm, refleks
cahaya +/+
- Leher: JVP (Jugularis vena presure) (5-2)cm H2O, pembesaran KGB (kelenjar
getah Bening) (-)
Thoraks
 Paru
- inspeksi: gerakan dada kanan dan kiri simetris
- Palpasi: fremitus kanan dan kiri sama
- Perkusi: sonor pada seluruh lapangan paru
- Auskultasi : ekspirasi memanjang, mengi pada lapangan paru kiri
 Jantung
- Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V 1 jari medial LMCS
- Perkusi : batas jantung kanan : LSD
- batas jantung kiri : ICS V 1 jari medial LMCS
- Auskultasi : suara jantung normal, bunyi tambahan (-)
Abdomen
- Inspeksi : perut cembung, asites (-)
- Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar tidak teraba
- Perkusi : timpani
- Auskultasi : bising usus normal

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai
berikut:
- F Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
- F Bila terdapat komplikasi empisema/ chronic obbstructive pulmonary
disease(COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah.
- F Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gamb
- F aran infiltrate pada paru
- F Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
- F Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada
paru-paru.

2. Pemeriksaan laboratorium
a. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
b. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT (serum glutamic
oxalacetic transaminase) dan LDH (L-lactate Dehydrogenase).
c. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana
menandakan terdapatnya suatu infeksi.

H. DIAGNOSA ASMA BRONCHIAL


Diagnosis asma tidak sulit, terutama bila dijumpai gejala yang klasik seperti sesak
nafas, batuk dan mengi. Adanya riwayat asma sebelumnya, riwayat penyakit alergik
seperti rinitis alergik, dan keluarga yang menderita penyakit alergik, dapat memperkuat
dugaan penyakit asma. Penemuan pada pemerikasaan fisik penderita asma tergantung
dari derajat obstruksi jalan nafas. Ekspirasi memanjang, mengi, hiperinflasi dada,
takikardi, pernapasan cepat sampai sianosis, dari keluhan diatas dapat dijumpai pada
penderita “ASMA BRONCHIAL”.

I. TERAPI DAN TINDAKAN


1. Terapi
a. ASMA AKUT
1) Bila ada sesak berikan : Aminofilin 200 mg 3 X 3-5 mg/kg BB,
selama sesaknya masih ada.
2) Salbutamol merupakan bronkodilator yang sangat poten bekerja
cepat dengan efek samping minimal. Salbutamol : 3 X 0,05-0,1
mg/kg BB
3) Bila ada batuk berikan ekspectoran, Glicseril guaiakolat (GG)
dosis : 3X sehari
4) Bila ada tanda infeksi (demam) berikan antibiotika, amoxilin 500
mg dengan dosis 3 X sehari

b. ASMA BERAT
Bila ada sesak yang berat Adrenalin 0,3 mg-0,5 mg SK, dapat diulang
15-30 menit kemudian, atau Aminofilin bolus 5-6 mg/kg BB IV pelan-
pelan.
1) untuk menghilangkan atau mengurangi peradangan. Dexametason 5
mg IV.
2) Bila ada respon berikan Oksigen : 2-4 lt/menit.

2. Tindakan perawatan
a. Diagnosis Pasti : anamnesis, pemeriksaan fisik, foto thorak,EKG.
b. Berikan O2 2-4 liter/ menit tergantung derajat sesaknya (secara intermiten)
c. Infus D5% 8 tetes/menit, jika bukan payah jantung -> tetesan dapat lebih
cepat
d. Posisi setengah duduk atau berbaring dengan bantal tinggi -> usahakan yang
paling enak buat pasien.
e. Cari penyebab -> tindakan selanjutnya tergantung penyebab.

J. PROGNOSA
Pada umunya bila segera ditangani dengan adekuat prognosa adalah baik. Asma
faktor imunologi (faktor ektrensik) yang muncul semasa kecil prognosanya lebih baik
daripada yang muncul semasa dewasa. Angka kematian meningkat bila tidak ada
fasilitas kesehatan yang memadai, pasien tidak mengenali penyakitnya lebih jauh, dan
penderita tidak pernah mengontrol gejala asma secara baik.
Untuk dapat hidup sehat Kontrol yang baik diperlukan oleh penderita untuk
terbebas dari gejala serangan asma dan bisa menjalani aktivitas hidup sehari-hari.
Untuk mengontrol gejala asma secara baik maka penderita harus bisa merawat
penyakitnya dengan cara mengenali lebih jauh tentang penyakit tersebut
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Asma bronkial merupakan penyakit saluran pernapasan obstruktif yangditandai inflamasi saluran
dan spasme akut otot polos bronkiolus. Kondisi ini menyebabkan produksi mukus yang
berlebihan dan menumpuk, penyumbatan aliran udara, dan penurunan ventilasi alveolus.
Asma dapat terjadi pada sembarang golongan usia, sekitar setengah kasus terjadi pada anak-anak
dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun.
Insiden penyakit asma dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain : umur pasien, jenis kelamin,
bakat alergi, keturunan, lingkungan dan faktor psikologi

B. SARAN

Penyakit asma tidak dapat disembuhkan namun dalam penggunaan obat-obat yang ada saat ini
hanya berfungsi untuk menghilangkan gejala saja. Kontrol yang baik diperlukan oleh penderita
untuk terbebas dari gejala serangan asma dan bisa menjalani aktivitas hidup sehari-hari. Untuk
mengontrol gejala asma secara baik maka penderita harus bisa merawat penyakitnya dengan cara
mengenali lebih jauh tentang penyakit tersebut
DAFTAR PUSTAKA

Rick Hodder. Management Of Acute Asthma In Adultin The Emergency Department : Non
Ventylatory Management . 2010

DapusCorwin, Elizabeth J. 2009. Buku saku patofisiologi. Jakarta : EGC Tanjung, Dudut. 2003.
Asuhan keperawatan Asma bronkial. UniversitasSumatra Utara

Brunner & Suddart (2002) “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah”, Jakarta : AGC.

Capernito, Lyinda J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis. EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai