Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikofarmaka
Psikofarmaka adalah obat-obatan yang digunakan untuk klien dengan
gangguan mental. Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropik yang bersifat
Neuroleptik (bekerja pada sistem saraf). Pengobatan pada gangguan mental
bersifat komprehensif, yang meliputi :
1. Teori biologis (somatik). Mencakup pemberian obat psikotik dan Elektro
Convulsi Therapi (ECT).
2. Psikoterapeutik
3. Terapi Modalitas
Psikofarmakologi adalah komponen kedua dari management psikoterapi.
Perawat perlu memahami konsep umum psikofarmaka. Beberapa hal yang
termasuk Neurotransmitter adalah Dopamin, Neuroepineprin, Serotonin, dan
GABA (Gama Amino Buteric Acid), dll. Meningkatnya dan menurunnya
kadar/konsentrasi neurotransmitter akan menimbulkan kekacauan atau gangguan
mental. Obat-obatan psikofarmaka efektif untuk mengatur keseimbangan
Neurotransmitter.

B. Klasifikasi
Menurut Rusdi Maslim, yang termasuk obat-obatan psikofarmaka adalah
golongan :
1. Anti Psikotik
a. Anti psikotik termasuk golongan Mayor Transquilizer atau Psikotropik :
Neuroleptika
b. Mekanisme kerja : menahan kerja reseptor Dopamin dalam otak (di
ganglia) pada sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal
c. Efek farmakologi : sebagai penenang, menurunkan aktifitas motorik,
mengurangi insomnia, sangat efektif mengatasi Delusi, Halusinasi, Ilusi
dan gangguan proses berpikir

4
5

d. Indikasi pemberian anti psikototik : pada semua jenis psikosa, kadang


untuk gangguan maniak dan paranoid.
e. Efek samping pada anti psikotik : efek samping pada sistem syaraf
2. Anti Depresi
a. Hipotesis : Sindroma depresi disebabkan oleh defisiensi salah satu atau
beberapa aminergic neurotransmitter seperti Noradrenalin, Serotonin,
Dopamin pada sinaps neuron di SSP, khususnya pada sistem Limbik.
b. Mekanisme kerja obat :
1) Meningkatkan sensitivitas terhadap aminergik neurotransmitter
2) Menghambat reuptake aminergik neurotransmitter
3) Menghambat penghancuran oleh enzim MAO (Mono Amine Oxidase)
sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergik neurotransmitter pada
neuron SSP
c. Efek farmakologi : mengurangi gejala depresi dan sebagai penenang.
d. Jenis obat yang digunakan adalah :
1) Trisiklik
2) MAO Inhibitor
3) Aminitriptylin
e. Efek samping : yaitu efek samping Kolonergik (efek samping terhadap
sistem syaraf perifer) yang meliputi mulut kering, penglihatan kabur,
konstipasi.
3. Anti Mania (Lithium Carbonate)
a. Mekanisme kerja : menghambat pelepasan Serotonin dan mengurangi
sensitivitas dari reseptor Dopamin.
b. Hipotesa : pada mania terjadi peluapan aksi reseptor amine
c. Efek farmakologi : mengurangi agresivitas, tidak menimbulkan efek
sedative, mengoreksi/mengontrol pola tidur, irritable. Pada mania dengan
kondisi berat pemberian anti mania dikombinasikan dengan obat anti
psikotik
d. Efek samping : efek neurologik ringan seperti kelelahan, letargis, tremor di
tangan, terjadi pada awal terapi dapat juga terjadi diare dan mual.
6

e. Efek toksik : pada ginjal (poliuri, edema), peningkatan jumlah litium,


sehingga menambah keadaan edema. Sedangkan pada SSP (tremor, kurang
koordinasi, nistagmus dan disorientasi
4. Anti Cemas
Termasuk Minor Transquilizer. Jenis obat antara lain Diazepam
5. Anti Insomnia : Phenobarbital
6. Anti Obsesif-Kompulsif : Clomipramine
7. Anti Panik, yang paling sering digunakan oleh klien jiwa : Imipramine

C. Peran Perawat Dalam Pemberian Obat


1. Pengumpulan data sebelum pengobatan yang meliputi :
a. Diagnosa Medis
b. Riwayat Penyakit
c. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
d. Jenis obat yang digunakan, dosis, waktu pemberian
e. Program terapi yang lain
f. mengkombinasikan obat dengan terapi Modalitas
g. Pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga tentang pentingnya minum
obat secara teratur dan penanganan efek samping obat
h. Monitoring efek samping penggunaan obat
2. Melaksanakan Prinsip Pengobatan Psikofarmaka
a. Persiapan
1) Melihat order permberian obat di lembaran obat (status)
2) Kaji setiap obat yang akan diberikan. Termasuk tujuan, cara kerja obat,
dosis, efek samping obat dan cara pemberian
3) Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang obat
4) Kaji kondisi klien sebelum pengobatan
b. Lakukan minimal prinsip lima benar
c. Laksanakan program pemberian obat
1) Gunakan pendekatan tertentu
2) Pastikan bahwa obat telah terminum
7

3) Bubuhkan tanda tangan pada dokumentasi pemberian obat, sebagai


aspek legal
3. Laksanakan program pengobatan berkelanjutan melalui program rujukan
4. Menyesuaikan dengan terapi non famakoterapi
5. Turut serta dalam penelitian tentang obat psikofarmaka
Setelah seorang perawat melaksanakan terapi psikofarmaka maka tugas
terakhir yang penting harus dilakukan adalah evaluasi. Dikatakan reaksi obat
efektif jika :
1. Emosional stabil
2. Kemampuan berhubungan interpersonal meningkat
3. Halusinasi, Agresi, Delusi, menarik diri menurun
4. Prilaku mudah diarahkan
5. Proses berpikir kea rah logika
6. Efek samping Obat
7. Tanda-tanda Vital
Perawat harus mempunyai cukup pengetahuan tentang strategi psikofarmaka
yang tersedia, tetapi informasi ini harus digunakan sebagai salah satu bagian dari
pendekatan holistik pada asuhan pasien. Peran perawat meliputi hal-hal sebagai
berikut :
1. Pengkajian pasien. Pengkajian pasien memberi landasan pandangan tentang
masing-masing pasien.
2. Koordinasi modalitas terapi. Koordinasi ini mengintegrasikan berbagai terapi
pengobatan dan sering kali membingungkan bagi pasien
3. Pemberian agen psikofarmakologis. Program pemberian obat dirancang
secara professional dan bersifat individual
4. Pemantauan efek obat. Termasuk efek yang diinginkan maupun efek samping
yang dapat dialami pasien.
5. Penyuluhan pasien. Memungkinkan pasien untuk meminum obat dengan
aman dan efektif
6. Program Rumatan obat. Dirancang untuk mendukung pasien di suatu tatanan
perawatan tindak lanjut dalam jangka panjang.
7. Partisipasi dalam penelitian klinis antar disiplin tentang uji coba obat.
8

8. Perawat merupakan anggota tim yang penting dalam penelitian obat yang
digunakan untuk mengobati pasien gangguan jiwa
9. Kewenangan untuk memberi resep

Anda mungkin juga menyukai