Lampiran 4b.
oleh:
BAB 1. PENDAHULUAN
2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Setelah diberikan pelatihan rentang gerak, klien di wisma melati UPT
Pelayanan Sosisal Lanjut Kabupaten Jember mampu melakukan mobilisasi
berjalan secara mandiri.
2.2 Manfaat
2.2.1 Manfaat teoritis
Kegiatan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
keperawatan khususnya bagi lansia dalam memahami langkah-langkah latihan
rentang gerak aktif (ROM Aktif) pada klien dengan post stroke.
degeneratif yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini dapat dicegah dengan
memberikan motifasi dan pelatihan untuk pencegahan penyakit degeneratif pada
lansia.
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologi, bergantung pada
kondisi lesi pembuluh darah mana yang tersumbat, ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah kolateral. Menurut Smeltzer
& Bare (2002) dan Price & Wilson (2006) tanda dan gejala penyakit stroke
adalah kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi
tubuh, hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran, penglihatan ganda
atau kesulitan melihat pada satu atau kedua mata, pusing dan pingsan, nyeri
kepala mendadak tanpa kausa yang jelas, bicara tidak jelas (pelo), sulit
memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat, tidak mampu mengenali
bagian dari tubuh, ketidakseimbangan dan terjatuh dan hilangnya
pengendalian terhadap kandung kemih.
Latihan rentang gerak aktif dan pasif memberikan keuntungan-
keuntungan yang berbeda. Latihan aktif membantu mempertahankan
fleksibilitas sendi dan kekuatan otot serta meningkatkan penampilan kognitif.
Sebaliknya, gerakan pasif, yaitu menggerakkan sendi seseorang melalui
rentang geraknya oleh orang lain, hanya membantu mempertahankan
fleksibilitas. Untuk mempertahankan rentang gerak, sendi-sendi harus dilatih
dua sampai tiga pengulangan per hari. Jika nyeri atau inflamasi sendi terjadi,
gerakan yang perlahan atau rujukan pada ahli fisioterapi diindikasikan.
6.2 Saran
Saran dalam laporan ini ditujukan bagi sasaran, keluarga, masyarakat
dan tenaga kesehatan.
a. Bagi Sasaran
Latihan rentang gerak harus diimbangi dengan gizi yang cukup,
karena melakukan latihan rentang gerak memerukan energi yang
ekstra.
b. Bagi Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan diharapakan dapat membantu memfasilitasi dalam
pelaksanaan pemberantasan kutu busuk, serta pemberantasan kutu
busuk sebaiknya dilakukan secara berkelanjutan sehingga dapat
maksimal.
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014
DAFTAR PUSTAKA
Dep. Kes RI., 1998. Pedoman pembinaan kesehatan usia lanjut bagi petugas kesehatan.
Jakarta : Dep. Kes RI.
Mubarak, Wahit & Chayatin. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar manusia Teori
dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC.
Mubarak. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas: Konsep dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika.
Ismayadi. 2004. Proses Menua (Aging Proses). Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara
Smeltzer, suzanna C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart edisi 8 volume 1,2,3. Jakarta : EGC
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014
Pada hari ini, selasa tanggal 14 bulan Oktober tahun 2014 jam 13.00 s/d 13.30
WIB bertempat di Wisma melati Jember Jalan Raya Puger No. 19 Jember Telp.
0336-721130 Kecamatan Puger Kabupaten/Kota Jember Provinsi Jawa Timur
(68113) telah dilakukan kegiatan Pelatihan Rentang Gerak oleh Mahasiswa PSIK
Universitas Jember. Kegiatan ini diikuti oleh orang (daftar hadir terlampir)
Mengetahui,
Tutor
Penanggung Jawab Wisma Melati Stase Keperawatan Gerontik,
Mengetahui,
Tutor
Penanggung Jawab Wisma Melati Stase Keperawatan Gerontik,
Lampiran 3. SAP
1. Standar Kompetensi
Setelah mendapatkan pelatihan rentang gerak, pasien dapat melakukan latihan
rentang gerak secara mandiri.
2. Kompetensi Dasar
Setelah mendapatkan pelatihan diharapkan Ny.S mampu :
a. Memahami konsep rentang gerak
b. Memahami langkah-langkah latihan rentang gerak
c. Mendemonstrasikan latihan rentang gerak
3. Pokok Bahasan:
Latihan rentang gerak
4. Subpokok Bahasan
a. Latihan rentang gerak kepala
b. Latihan rentang gerak bahu
c. Latihan rentang gerak siku
d. Latihan rentang gerak telapak tangan
e. Latihan rentang gerak jari tangan
f. Latihan rentang gerak paggul
g. Latihan rentang gerak lutut
h. Latihan rentang gerak jari kaki
5. Waktu
1 x 30 Menit
7. Model Pembelajaran
a. Jenis model pembelajaran : Pertemuan individu
b. Landasan Teori : Behaviorisme
c. Landasan Pokok :
1. Menciptakan suasana ruangan yang nyaman
2. Mengajukan masalah
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014
8. Persiapan
Mahasiswa P3N menyiapkan materi tentang pelatihan rentang gerak dan
menyiapkan tempat pelatihan serta kondisi pasien.
10. Evaluasi
a. Struktur
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014
11. Referensi
Dep. Kes RI., 1998. Pedoman pembinaan kesehatan usia lanjut bagi petugas
kesehatan. Jakarta : Dep. Kes RI.
Ismayadi. 2004. Proses Menua (Aging Proses). Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara
Smeltzer, suzanna C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart edisi 8 volume 1,2,3. Jakarta : EGC
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC
Lampiran:
1. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
2. Materi membantu klien berjalan dengan menggunakan tongkat
3. Materi kompres dingin basah
4. SOP latihan berjalan menggunakan tongkat
5. SOP kompres dingin basah
6. Berita acara
7. Daftar hadir
8. Dokumentai
Pelatih
Bagus Setyo P.
NIM. 082311101010
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014
PSIK
UNIVERSITAS JEMBER
NO NO
HALAMAN:
DOKUMEN: REVISI:
PROSEDUR TETAP
DITETAPKAN OLEH:
TANGGAL
TERBIT
1. PENGERTIAN Latihan rentang gerak terkait dengan koordinasi otot,
tulang, sendi, dan persyarafannya untuk
mempertahankan rentang yang normal
2. TUJUAN a. Mencegah dan memperbaiki kondisi otot, tulang,
dan persendian
b. Mencegah masalah terkait dengan kardiovaskuler,
pernafasan, dan metabolik.
3. INDIKASI Semua lansia untuk mencegah gangguan kelenturan
sendi akibat kurang aktivitas
4. KONTRAINDIKASI ---
5. PERSIAPAN PASIEN a. Klien diberitahu tindakan yang akan dilakukan
b. Posisi klien disesuaikan dengan gerakan yang akan
dilakukan
c. Ruangan yang tenang, bersih, cukup ventilasi,
pencahayaan dan suhu yang nyaman (tidak panas)
6. CARA KERJA a. Kaji kemungkinan adanya nyeri pada sendi tertentu
b. Susun jadwal program latihan: setiap hari dan setiap
latihan diulang lima kali selama periode latihan
c. Anjurkan klien atau care giver dalam keluarga
melakukan latihan secara perlahan.
d. Pada titik yang mengalami tahanan, lakukan dengan
hati-hati dan berhenti jika klien mengekspresikan
nyeri
e. Bagian leher :
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014
b. Bagian lutut
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014
Lampiran 5. Materi
1. Definisi
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan deficit
neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak
(Sudoyo Aru, dkk 2009). Stroke merupakan cedera cerebrovaskuler yang
merupakan kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah
ke bagian otak yang terjadi sejak lama atau bethaun-tahun (Smeltzer C. Suzanne,
2002). Cidera yang ditimbulkan stroke berupa kehilangan fungsi neurologik otak.
Penyakit stroke berhubungan dengan proses penuaan tubuh. Secara umum stroke
dibagi menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik (Price dan Wilson, 2006).
Rasio insiden pria dan wanita adalah 1,25 pada kelompok usia 75-84 tahun
dan 0,76 pada kelompok usia diatas 85 tahun (Lioyd dkk, 2009). Kasus stroke
meningkat dinegara maju seperti Amerika dimana kegemukan dan fost food telah
mewabah. Berdasarkan data statis di Amerika, setiap tahun terjadi 750.000 kasus
stroke baru di Amerika. Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap 45 menit,
ada satu orang diamerika yang terkena serangan stroke. Sedangkan dinegara
Indonesia stroke merupakan pembunuh no 3 berdasarkan data Riskesdes tahun
2007 pada usia 45-54 tahun angka kematian akibat stroke sebesar 15,9% (didaerah
perkotaan) dan 11,5% (diderah pedesaan) (Yulianji Siswanto, 2011).
2. Klasifikasi
Stroke diklasifikasikan menjadi dua :
a. Stroke Non Hemoragik
Suatu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi suatu perdarahan yang
ditandai dengan kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak atau
hemiparese, nyeri kepala, mual, muntah, pandangan kabur dan dysfhagia
(kesulitan menelan). Stroke non haemoragik dibagi lagi menjadi dua yaitu
stroke embolik dan stroke trombotik (Wanhari, 2008).
b. Stroke Hemoragik
Suatu gangguan peredaran darah otak yang ditandai dengan adanya
perdarahan intra serebral atau perdarahan subarakhnoid. Tanda yang terjadi
adalah penurunan kesadaran, pernapasan cepat, nadi cepat, gejala fokal
berupa hemiplegi, pupil mengecil, kaku kuduk (Wanhari, 2008).
3. Manifestasi Klinis
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologi, bergantung pada kondisi lesi
pembuluh darah mana yang tersumbat, ukuran area yang perfusinya tidak adekuat
dan jumlah aliran darah kolateral. Menurut Smeltzer & Bare (2002) dan Price &
Wilson (2006) tanda dan gejala penyakit stroke adalah kelemahan atau
kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh, hilangnya sebagian
penglihatan atau pendengaran, penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada satu
atau kedua mata, pusing dan pingsan, nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang
jelas, bicara tidak jelas (pelo), sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang
tepat, tidak mampu mengenali bagian dari tubuh, ketidakseimbangan dan terjatuh
dan hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
f. Bagian bahu :
Fleksi : angkat tangan dari posisi samping mengarah ke atas kepala (180 0)
Ekstensi : kembalikan tangan ke posisi di samping tubuh
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014
Hiperekstensi : gerakan tangan ke belakang tubuh, jaga agar siku tetap lurus (45
– 600)
Abduksi : angkat tangan ke arah samping dan melewati tubuh sejauh mungkin
(3200)
Rotasi internal : dengan siku fleksi, putar bahu dengan menggerakan tangan
sampai ibu jari terbalik ke dalam dan ke luar belakang (90 0)
Rotasi eksternal : dengan siku fleksi, gerakan tangan sampai ke arah luar dan
lateral terhadap kepala
Supinasi : putar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke atas (70 –
900)
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014
Pronasi : putar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke bawah (70
– 900)
h. Bagian siku :
Fleksi : gerakan telapak tangan ke arah aspek dalam lengan bawah (80 – 90 0)
Ekstensi : gerakan jari-jari tangan dan lengan bawah berada dalam bidang yang
sama
Hiperekstensi : gerakan permukaan dorsal dari punggung tangan sejauh
mungkin
Abduksi : bengkokan pergelangan tangan secara medial ke arah ibu jari (sampai
300)
Adduksi : bengkokan pergelangan tangan secara lateral ke arah ibu jari (30 –
500)
j. Bagian jari-jari :
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014
Fleksi : gerakan ibu jari melintang pada permukaan telapak tangan (90 0)
Ekstensi : gerakan ibu jari lurus menjauhi tangan (900)
Abduksi : luruskan jari tangan secara lateral (300)
Adduksi : gerakan ibu jari ke belakang ke arah tangan (300)
k. Bagian pinggul
Rotasi internal: Balikkan kaki dan tungkai menjauhi tubuh tungkai yang
lain kea rah dalam (90°)
Rotasi eksternal: Balikkan kaki dan tungkai menjauhi tubuh tungkai yang
lain ke arahh luar (90°)
l. Bagian lutut
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014
n. Bagian kaki
Lampiran 6. Media
Lampiran 7. Dokumentasi
Gambar 1. Kegiatan Penyampaian Materi Latihan Rentang Gerak pada Hari Selasa 14
Oktober 2014 di Wisma Melati oleh Bagus Setyo Prabowo Mahasiswa P3N PSIK
Universitas Jember
Gambar 2. Kegiatan Pelaksanaan Latihan Rentang Gerak pada Hari Selasa 14 Oktober
2014 di Wisma Melati oleh Bagus Setyo Prabowo Mahasiswa P3N PSIK Universitas
Jember