Anda di halaman 1dari 32

Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014

Lampiran 4b.

LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN KEGIATAN LATIHAN


RENTANG GERAK PADA Ny. S DI UPT PELAYANAN SOSIAL
LANJUT USIA KABUPATEN
JEMBER TAHUN 2014

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Pendidikan Ners (P3N)


Stase Keperawatan Gerontik

oleh:

Bagus Setyo Prabowo, S.Kep


NIM 082311101010

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Alamat: Jl. Kalimantan No.37 Kampus Bumi Tegal Boto Jember
Telp./Fax (0331) 323450 Jember
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi


Perubahan-perubahan fisiologis akan terjadi pada tubuh manusia sejalan
dengan semakin bertambahnya usia. Perubahan tubuh akan terjadi sejak awal
kehidupan manusia hingga usia lanjut pada semua organ maupun jaringan tubuh.
Penyakit yang banyak diderita para kelompok lanjut usia sebagai akibat dari
proses penuaan salah satunya yang menjadi masalah adalah adanya keterbatasan
luas gerak pada persendian lutut (Ketria, 2009). Stroke adalah gangguan
peredaran darah otak yang menyebabkan deficit neurologis mendadak sebagai
akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak (Sudoyo Aru, dkk 2009). Stroke
merupakan cedera cerebrovaskuler yang merupakan kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak yang terjadi sejak lama
atau bethaun-tahun (Smeltzer C. Suzanne, 2002).
Penyakit ini merupakan peringkat ketiga penyebab kematian di dunia. Usia
yang sering terjangkiti penyakit ini adalah umur 65 – 70 tahun. Mayoritas stroke
yaitu dialami adalah 80% stroke iskemik (non hemoragik). Faktor yang
menyebabkan terjadinya stroke yaitu factor yang tidak dapat dirubah meliputi usia
tua, jenis kelamin dan adanya riwayat keturunan stroke.
Rasio insiden pria dan wanita adalah 1,25 pada kelompok usia 75-84 tahun
dan 0,76 pada kelompok usia diatas 85 tahun (Lioyd dkk, 2009). Kasus stroke
meningkat dinegara maju seperti Amerika dimana kegemukan dan fost food telah
mewabah. Berdasarkan data statis di Amerika, setiap tahun terjadi 750.000 kasus
stroke baru di Amerika. Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap 45 menit,
ada satu orang diamerika yang terkena serangan stroke. Sedangkan dinegara
Indonesia stroke merupakan pembunuh no 3 berdasarkan data Riskesdes tahun
2007 pada usia 45-54 tahun angka kematian akibat stroke sebesar 15,9% (didaerah
perkotaan) dan 11,5% (diderah pedesaan) (Yulianji Siswanto, 2011).
Ny. S (73 th) merupakan salah satu penghuni Wisma Melati di UPT PSLU
Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember dengan kondisi fisik mengalami
keterbatasan rentang gerak akibat hemiparese dekstra sekitar 14 tahun yang lalu.
Klien mengeluh kesulitan menggerakan ekstermitas dan terkadang nyeri dan
kesemutan pada bagian ekstermitas baik atas maupun bawah. Pasien ingin
berjalan normal, namun cemas karena tidak ada pengawasan dari petugas. Dengan
demikian perlu diberikan intervensi mengenai pelatihan rentang gerak dan
penggunaan alat bantu berjalan untuk mengatasi masalah mobilitas.
Mobilitas bukan merupakan sesuatu yang absolute dan statis dalam
menentukan kemampuan untuk berjalan tetapi mobilitas optimal merupakan
sesuatu yang individualistis, relative, dan dinamis yang bergantung pada interaksi
antara faktor-faktor lingkungan dan sosial, afektif, dan fungsi fisik. Imobilitas
didefinisikan secara luas sebagai tingkat aktivitas yang kurang dari mobilitas
optimal (Mickey, 2006).

1.2 Perumusan Masalah


Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014

a. Apakah pelatihan rentang gerak dapat membantu mobilitas berjalan


klien?

BAB 2. TUJUAN DAN MANFAAT

2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Setelah diberikan pelatihan rentang gerak, klien di wisma melati UPT
Pelayanan Sosisal Lanjut Kabupaten Jember mampu melakukan mobilisasi
berjalan secara mandiri.

2.1.2 Tujuan Khusus


Klien di wisma melati UPT Pelayanan Sosisal Lanjut Kabupaten Jember
akan mampu melakukan latihan rentang gerak secara mandiri

2.2 Manfaat
2.2.1 Manfaat teoritis
Kegiatan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
keperawatan khususnya bagi lansia dalam memahami langkah-langkah latihan
rentang gerak aktif (ROM Aktif) pada klien dengan post stroke.

2.2.2 Manfaat Praktis


Latihan ini diharapkan dapat memberikan informasi pada lansia dan
pegawai di UPT PSLU Jember, sehubungan dengan langkah-langkah latihan
rentang gerak aktif (ROM Aktif) pada klien dengan riwayat stroke.

BAB 3. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH

3.1 Dasar Pemikiran


Angka kejadian hipertensi pada lansia di Indonesia dari hasil survey
kesehatan rumah tangga tahun 1995 di Jakarta, menunjukkan tekanan darah tinggi
cukup tinggi yaitu 83 per 1000 anggota rumah tangga (Astawan, 2008). Di poli
geriatri RSU Dr. Soetomo pada tahun 2005 jumlah kasus hipertensi pada lansia
sebanyak 55,9% (Darmawangsa, 2007). Faktor keturunan menunjukkan, jika
kedua orang tua kita menderita hipertensi, kemungkinan kita terkena penyakit ini
sebesar 60%. Penelitian ini menunjukkan ada faktor gen keturunan yang berperan.
Dari faktor penambahan usia ditemukan adanya perubahan alami pada jantung,
pembuluh darah dan hormon. Faktor kebiasaan minum kopi di dapatkan dari satu
cangkir kopi mengandung 75-200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut
berpotensi meningkatkan tekanan darah 5-10 mmHg. Dari faktor kebiasaan
merokok terdapat zat kimia dalam tembakau yang dapat merusak dinding arteri
sehingga lebih rentan terhadap penumpukan plak. Zat nikotin dalam tembakau
dapat membuat kerja jantung lebih keras karena terjadi penyempitan pembuluh
darah sementara yang dapat meningkatkan tekanan darah. Berdasar faktor
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014

konsumsi garam berlebih, juga dapat menjadi faktor terjadinya hipertensi.


(Yulianti, 2006: 20).
Dampak imobilitas dapat diperoleh dari interaksi kompetensi fisik, ancaman
terhadap mobilitas, dan interpretasi pada kejadian. Imobilitas mempengaruhi
tubuh yang telah terpengaruh sebelumnya. Oleh karena itu, kompetensi fisik
seorang lansia mungkin berada pada atau dekat dengan tingkat ambang batas
untuk aktivitas mobilitas tertentu. Perubahan lebih lanjut atau kehilangan dari
imobilitas dapat membuat seseorang menjadi tergantung. Semakin besar jumlah
penyebab imobilitas, semakin besar potensial untuk mengalami efek-efek akibat
imobilitas. Seperti juga halnya persepsi seseorang terhadap kejadian yang
mempengaruhi reaksi keseluruhan terhadap potensi untuk meniadakan
konsekuensi fisiologis dari imobilitas.
Dari data pengkajian yang diperoleh didapatkan data bahwa Ny. S
mengatakan pernah memiliki riwayat penyakit darah tinggi. Klien juga sering
mengeluhkan pusing dan berat di kepala bagian belakang. Dari hasil pemeriksaan
tekanan darah, tekanan darah Ny. S adalah 150/100 mmHg.

3.2 Kerangka Penyelesaian Masalah


Hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang berada pada
tingkatan di atas normal. Hipertensi apabila tidak disembuhkan maka dalam
jangka panjang dapat menimbulkan kerusakan arteri di dalam tubuh sampai
organ-organ yang mendapatkan suplai darah darinya seperti jantung, otak dan
ginjal. Lingkungan internal, atau kompetensi klien adalah faktor penentu
mobilitas yang paling penting ketika derajat imobilitas yang lebih rendah terjadi.
Karena kompetensi klien menurun, ia bergantung lebih besar pada lingkungan
eksternal untuk mempertahankan mobilitas. Oleh karena itu, imobilitas dan
intoleransi aktivitas, pencegahan primer merupakan proses yang berlangsung
sepanjang kehidupan dan episodik. Sebagai suatu proses yang berlangsung
sepanjang kehidupan, mobilitas dan aktivitas bergantung pada fungsi
musculoskeletal, kardiovaskular, dan pulmonal. Salah satu terobosan terbesar
dalam promosi kesehatan adalah pengenalan dan penerimaan latihan sebagai
komponen integral dari kehidupan sehari-hari. Sebagai intervensi pencegahan
primer, latihan adalah investasi seumur hidup. Latihan sangat bermanfaat baik
bagi lansia yang sehat maupun untuk mereka yang mengalami masalah fisik atau
mental yang kronis. Latihan dan aktivitas fisik secara teratur dapat menunda
proses penuaan, dan dihubungkan dengan perasaan sejahtera, memperpanjang usia
dan peningkatan fungsi kardiopulmonal.
Pendidikan kesehatan terhadap Ny. S tentang “Latihan rentang gerak”
penting untuk meningkatkan pengetahuan Ny. S tentang mencegah dan
memperbaiki kondisi otot, tulang dan persendian. Pendidikan kesehatan ini
diberikan dengan teknik praktik dan demonstrasi. Praktek dan demonstrasi ini
dilakukan oleh mahasiswa PPPN Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Jember bersama-sama dengan Ny. S.
Kepedulian perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang profesional
sangat dibutuhkan untuk turut berkontribusi dalam menyelesaikan masalah
kesehatan terutama kesehatan lansia untuk mengurangi atau mencegah kejadian
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014

degeneratif yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini dapat dicegah dengan
memberikan motifasi dan pelatihan untuk pencegahan penyakit degeneratif pada
lansia.

BAB 4. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Realisasi Pelaksanaan Kegiatan


Mahasiswa P3N melakukan pelatihan rentang gerak kaki pada Ny. S (73
tahun) di wisma melati UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Kabupaten Jember
dengan mempraktikkan langsung serta melatih pasien secara mandiri setiap
hari. Kegiatan pelatihan rentang gerak ini dilakukan tanggal 15 Oktober 2014.

4.2 Khalayak Sasaran


Khalayak sasaran dari kegiatan ini adalah Ny. S (73 tahun) dengan
hipertensi di Wisma Melati UPT PSLU Kabupaten Jember.

4.3 Metode yang Digunakan


Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah praktik dan
demonstrasi. Praktek dan demonstrasi ini dilakukan oleh mahasiswa PPPN
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember bersama-sama dengan
Ny. S.

BAB 5. HASIL KEGIATAN

5.1 Analisa Evaluasi dan Hasil-Hasilnya


Analisa evaluasi dalam laporan ini terdiri dari analisa evaluasi
persiapan, proses dan hasil dari kegiatan latihan rentang gerak pada Ny. S di
Wisma Melati PSLU Puger Kabupaten Jember
5.1.1 Evaluasi Persiapan
a. Pemateri mencari literatur yang berkaitan dengan latihan rentang
gerak yang disesuaikan dengan kondisi klien.
b. Pemateri mempersiapkan media dan alat yang akan digunakan untuk
mempermudah kegiatan latihan rentang gerak.
5.1.2 Evaluasi Proses
a. Kegiatan melatih klien latihan rentang gerak dengan cara
mendemonstrasikan langkah-langkah yang digunakan dalam kegiatan
latihan rentang gerak.
b. Peserta antusias mengikuti kegiatan latihan rentang gerak.
5.1.3 Evaluasi Hasil
a. Klien dapat melakukan latihan rentang gerak secara mandiri
b. Klien dapat terhindar dari resiko jatuh.

5.2 Faktor Pendorong


a. Media dan alat yang memadahi menunjang pelaksanaan kegiatan,
sehingga mempermudah kegiatan latihan rentang gerak dengan
menggunakan kursi.
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014

b. Antusiasme klien dalam mengikuti kegiatan sangat tinggi sehingga


proses pelaksanaan kegiatan berjalan dengan lancar.

5.3 Faktor Penghambat


a. Penurunan kemampuan mobilitas klien yang terbatas menjadikan
klien kesulitan dalam mengikuti kegiatan latihan rentang gerak.

BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologi, bergantung pada
kondisi lesi pembuluh darah mana yang tersumbat, ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah kolateral. Menurut Smeltzer
& Bare (2002) dan Price & Wilson (2006) tanda dan gejala penyakit stroke
adalah kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi
tubuh, hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran, penglihatan ganda
atau kesulitan melihat pada satu atau kedua mata, pusing dan pingsan, nyeri
kepala mendadak tanpa kausa yang jelas, bicara tidak jelas (pelo), sulit
memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat, tidak mampu mengenali
bagian dari tubuh, ketidakseimbangan dan terjatuh dan hilangnya
pengendalian terhadap kandung kemih.
Latihan rentang gerak aktif dan pasif memberikan keuntungan-
keuntungan yang berbeda. Latihan aktif membantu mempertahankan
fleksibilitas sendi dan kekuatan otot serta meningkatkan penampilan kognitif.
Sebaliknya, gerakan pasif, yaitu menggerakkan sendi seseorang melalui
rentang geraknya oleh orang lain, hanya membantu mempertahankan
fleksibilitas. Untuk mempertahankan rentang gerak, sendi-sendi harus dilatih
dua sampai tiga pengulangan per hari. Jika nyeri atau inflamasi sendi terjadi,
gerakan yang perlahan atau rujukan pada ahli fisioterapi diindikasikan.

6.2 Saran
Saran dalam laporan ini ditujukan bagi sasaran, keluarga, masyarakat
dan tenaga kesehatan.
a. Bagi Sasaran
Latihan rentang gerak harus diimbangi dengan gizi yang cukup,
karena melakukan latihan rentang gerak memerukan energi yang
ekstra.
b. Bagi Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan diharapakan dapat membantu memfasilitasi dalam
pelaksanaan pemberantasan kutu busuk, serta pemberantasan kutu
busuk sebaiknya dilakukan secara berkelanjutan sehingga dapat
maksimal.
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014

DAFTAR PUSTAKA

Dep. Kes RI., 1998. Pedoman pembinaan kesehatan usia lanjut bagi petugas kesehatan.
Jakarta : Dep. Kes RI.
Mubarak, Wahit & Chayatin. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar manusia Teori
dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC.
Mubarak. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas: Konsep dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika.
Ismayadi. 2004. Proses Menua (Aging Proses). Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara
Smeltzer, suzanna C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart edisi 8 volume 1,2,3. Jakarta : EGC
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014

Lampiran 1. Berita acara

BERITA ACARA KEGIATAN PELATIHAN RENTANG


GERAK P3N STASE KEPERWATAN GERONTIK
PSIK UNIVERSITAS JEMBER T.A 2014/2015

Pada hari ini, selasa tanggal 14 bulan Oktober tahun 2014 jam 13.00 s/d 13.30
WIB bertempat di Wisma melati Jember Jalan Raya Puger No. 19 Jember Telp.
0336-721130 Kecamatan Puger Kabupaten/Kota Jember Provinsi Jawa Timur
(68113) telah dilakukan kegiatan Pelatihan Rentang Gerak oleh Mahasiswa PSIK
Universitas Jember. Kegiatan ini diikuti oleh orang (daftar hadir terlampir)

Jember, 14 Oktober 2014

Mengetahui,
Tutor
Penanggung Jawab Wisma Melati Stase Keperawatan Gerontik,

Paini Ns. Latifa Aini S., M.Kep., Sp.Kep.Kom


NIP. 19650729 200701 2 007 NIP. 19710926 200912 2 001
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014

Lampiran 2. Daftar hadir

DAFTAR HADIR KEGIATAN PELATIHAN RENTANG


GERAK P3N STASE KEPERWATAN GERONTIK
PSIK UNIVERSITAS JEMBER T.A 2014/2015

Kegiatan Pelatihan Rentang Gerak pada hari Selasa, Tanggal 14 Bulan


Oktober Tahun 2014 Jam 13.00 s/d 13.30 WIB. Bertempat di Wisma Melati
Jember.

No Nama Alamat Tanda tangan


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Jember, 14 Oktober 2014

Mengetahui,

Tutor
Penanggung Jawab Wisma Melati Stase Keperawatan Gerontik,

Paini Ns. Latifa Aini S., M.Kep., Sp.Kep.Kom


NIP. 19650729 200701 2 007 NIP. 19710926 200912 2 001
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014

Lampiran 3. SAP

Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Topik/materi : Latihan Rentang Gerak


Sasaran : Ny. S
Waktu : 13.00 WIB
Hari/Tanggal : Rabu, 15 Oktober 2014
Tempat: Wisma Melati Ruang 01

1. Standar Kompetensi
Setelah mendapatkan pelatihan rentang gerak, pasien dapat melakukan latihan
rentang gerak secara mandiri.

2. Kompetensi Dasar
Setelah mendapatkan pelatihan diharapkan Ny.S mampu :
a. Memahami konsep rentang gerak
b. Memahami langkah-langkah latihan rentang gerak
c. Mendemonstrasikan latihan rentang gerak

3. Pokok Bahasan:
Latihan rentang gerak

4. Subpokok Bahasan
a. Latihan rentang gerak kepala
b. Latihan rentang gerak bahu
c. Latihan rentang gerak siku
d. Latihan rentang gerak telapak tangan
e. Latihan rentang gerak jari tangan
f. Latihan rentang gerak paggul
g. Latihan rentang gerak lutut
h. Latihan rentang gerak jari kaki

5. Waktu
1 x 30 Menit

6. Bahan/Alat yang digunakan


Pegangan/kursi

7. Model Pembelajaran
a. Jenis model pembelajaran : Pertemuan individu
b. Landasan Teori : Behaviorisme
c. Landasan Pokok :
1. Menciptakan suasana ruangan yang nyaman
2. Mengajukan masalah
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014

3. Membuat keputusan nilai personal


4. Mengidentifikasi pilihan tindakan
5. Memberi komentar
6. Menetapkan tindak lanjut

8. Persiapan
Mahasiswa P3N menyiapkan materi tentang pelatihan rentang gerak dan
menyiapkan tempat pelatihan serta kondisi pasien.

9. Kegiatan Pendidikan Kesehatan


Tindakan
Proses Waktu
Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
Pendahuluan a. Memberikan salam, Memperhatikan dan 5 menit
memperkenalkan diri, menjawab salam
dan membuka
penyuluhan
b. Menjelaskan materi Memperhatikan
secara umum dan
manfaat bagi peserta
c. Menjelaskan TIU dan Memperhatikan
TIK
Penyajian a. Mengkaji adanya Kooperatif sesuai 20 menit
kemingkinan nyeri dengan tindakan
Melakukan gerakan
b. Melakukan gerakan sesuai instruksi
pemanasan Melakukan gerakan
sesuai instruksi
c. Mulai latihan gerakan
inti mulai dari bagian
leher, bahu siku, lengan
bawah, pergelangan
tangan, bagian jari-
jari,ibu jari, pinggul,
lutut, pergelangan kaki,
kaki
Penutup a. Menutup pertemuan Memperhatikan 5 menit
dengan memberi
kesimpulan dari materi
yang disampaikan
b. Mengajukan pertanyaan Memberi saran
kepada peserta
c. Mendiskusikan bersama Memberi komentar
jawaban dari pertanyaan dan menjawab
yang telah diberikan pertanyaan bersama
d. Menutup pertemuan Memperhatikan dan
dengan memberi salam membalas salam

10. Evaluasi
a. Struktur
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014

1. Pemateri mampu menjaga netralitas, empati, dan caring terhadap


masalah lansia.
2. Pemateri mampu menjaga kerahasian masalah kesehatan lansia.
3. Tersedia lingkungan yang nyaman.
b. Proses
1. Pemateri dapat menfasilitasi dan meningkatkan kemampuan latihan
rentang gerak
2. Ny. S dapat mengikuti pelatihan dari awal sampai selesai.
3. Proses pelatihan berjalan secara sistematis.
c. Hasil
1. Menunjukkan pengaruh yang signifikan pelatihan rentang gerak bawah
untuk memperbaiki kondisi otot, tulang, dan persendian.
2. Ny. S mampu melakukan latihan rentang gerak secara mandiri
3. Ny. S merasakan manfaat pelatihan rentang gerak

11. Referensi
Dep. Kes RI., 1998. Pedoman pembinaan kesehatan usia lanjut bagi petugas
kesehatan. Jakarta : Dep. Kes RI.
Ismayadi. 2004. Proses Menua (Aging Proses). Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara
Smeltzer, suzanna C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart edisi 8 volume 1,2,3. Jakarta : EGC
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC

Lampiran:
1. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
2. Materi membantu klien berjalan dengan menggunakan tongkat
3. Materi kompres dingin basah
4. SOP latihan berjalan menggunakan tongkat
5. SOP kompres dingin basah
6. Berita acara
7. Daftar hadir
8. Dokumentai

Pelatih

Bagus Setyo P.
NIM. 082311101010
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014

Lampiran 4. SOP Latihan Latihan Rentang Gerak Lansia

LATIHAN RENTANG GERAK LANSIA

PSIK
UNIVERSITAS JEMBER
NO NO
HALAMAN:
DOKUMEN: REVISI:
PROSEDUR TETAP
DITETAPKAN OLEH:
TANGGAL
TERBIT
1. PENGERTIAN Latihan rentang gerak terkait dengan koordinasi otot,
tulang, sendi, dan persyarafannya untuk
mempertahankan rentang yang normal
2. TUJUAN a. Mencegah dan memperbaiki kondisi otot, tulang,
dan persendian
b. Mencegah masalah terkait dengan kardiovaskuler,
pernafasan, dan metabolik.
3. INDIKASI Semua lansia untuk mencegah gangguan kelenturan
sendi akibat kurang aktivitas
4. KONTRAINDIKASI ---
5. PERSIAPAN PASIEN a. Klien diberitahu tindakan yang akan dilakukan
b. Posisi klien disesuaikan dengan gerakan yang akan
dilakukan
c. Ruangan yang tenang, bersih, cukup ventilasi,
pencahayaan dan suhu yang nyaman (tidak panas)
6. CARA KERJA a. Kaji kemungkinan adanya nyeri pada sendi tertentu
b. Susun jadwal program latihan: setiap hari dan setiap
latihan diulang lima kali selama periode latihan
c. Anjurkan klien atau care giver dalam keluarga
melakukan latihan secara perlahan.
d. Pada titik yang mengalami tahanan, lakukan dengan
hati-hati dan berhenti jika klien mengekspresikan
nyeri

e. Bagian leher :
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014

Fleksi : tundukan kepala hingga dagu menempel ke


dada (450)
Ekstensi : kembalikan posisi kepala menjadi tegak
Hiperekstensi : Dongakan kepala sejauh mungkin
ke arah belakang (100)

Fleksi lateral : Dongakan kepala ke arah samping


sejauh mungkin hingga menyentuh bahu (450)
f. Bagian bahu :

Fleksi : angkat tangan dari posisi samping


mengarah ke atas kepala (1800)
Ekstensi : kembalikan tangan ke posisi di samping
tubuh
Hiperekstensi : gerakan tangan ke belakang tubuh,
jaga agar siku tetap lurus (45 – 600)
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014

Abduksi : angkat tangan ke arah samping dan


melewati tubuh sejauh mungkin (3200)

Rotasi internal : dengan siku fleksi, putar bahu


dengan menggerakan tangan sampai ibu jari terbalik
ke dalam dan ke luar belakang (900)
Rotasi eksternal : dengan siku fleksi, gerakan
tangan sampai ke arah luar dan lateral terhadap
kepala

Sirkumduksi : gerakan tangan dalam gerakan


melingkar penuh
g. Bagian siku :

Fleksi : bengkokan siku sehingga lengan bawah


bergerak ke arah persendian bahu dan sejajar
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014

dengan bahu (1500)


Ekstensi : luruskan siku dengan menurunkan tangan
h. Bagian lengan bawah :

Supinasi : putar lengan bawah sehingga telapak


tangan menghadap ke atas (70 – 900)
Pronasi : putar lengan bawah sehingga telapak
tangan menghadap ke bawah (70 – 900)
i. Bagian pergelangan tangan :

Fleksi : gerakan telapak tangan ke arah aspek dalam


lengan bawah (80 – 900)
Ekstensi : gerakan jari-jari tangan dan lengan bawah
berada dalam bidang yang sama
Hiperekstensi : gerakan permukaan dorsal dari
punggung tangan sejauh mungkin

Abduksi : bengkokan pergelangan tangan secara


medial ke arah ibu jari (sampai 300)
Adduksi : bengkokan pergelangan tangan secara
lateral ke arah ibu jari (30 – 500)
j. Bagian jari-jari :
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014

Fleksi : gerakan ibu jari melintang pada permukaan


telapak tangan (900)
Ekstensi : gerakan ibu jari lurus menjauhi tangan
(900)
Abduksi : luruskan jari tangan secara lateral (300)
Adduksi : gerakan ibu jari ke belakang ke arah
tangan (300)

Oposisi : sentuhkan ibu jari ke masing-masing jari


tangan

Buat genggam tangan (900)

Ekstensi : luruskan jari-jari (900)


Hiperekstensi : bengkokan jari-jari sejauh mungkin
(30 – 600)
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014

Abduksi : renggangkan jari-jari (300)


Adduksi : kuncupkan jari-jari (300)
k. Mulai latihan, dengan rangkaian gerakan sebagai
berikut:
a. Bagian pinggul

Fleksi : Gerakan tungkai kea rah


depan dank e atas (90°-120°)
Ekstensi : Gerakan tungkai ke belakang
di samping tungkai yang lain (90-120°)

Hiperekstensi : Gerakan tungkai ke belakang


tubuh (30-50°)
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014

Abduksi : Gerakkan tungkai secara


lateral menjauhi tubuh (30-50°)
Adduksi : Gerakan tungkai ke posisi
medial dan melebihi jika mungkin (30-50°)

Rotasi internal: Balikkan kaki dan tungkai


menjauhi tubuh tungkai yang lain kea rah
dalam (90°)
Rotasi eksternal: Balikkan kaki dan tungkai
menjauhi tubuh tungkai yang lain ke arahh luar
(90°)

Sirkumduksi : Gerakan tungkai dalam


gerakan melingkar (360°)

b. Bagian lutut
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014

Fleksi : Angkat tumit kea rah belakang


paha (120-130°)
Ekstensi : Kembalikan tungkai ke lantai
(120-130°)

c. Bagian pergelangan kaki

Fleksi dorsal : Gerakkan kaki sehingga jari-


jari kaki menunjuk ke atas (20-30°)
Fleksi plantar : Gerakkan kaki sehingga jari-
jari kaki menunjuk kea rah bawah (45-50°)
d. Bagian kaki

Inversi: Balikan telapak kaki secara medial


(10°)
Eversi : Balikan telapak kaki secara
lateral (10°)
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014

Fleksi : Lipat jari-jari kaki kea rah


bawah (30-60°)
Ekstensi : Luruskan jari-jari kaki (30-
60°)

Abduksi : Renggangkan jari-jari kaki


(15°)
Adduksi : Kuncupkan jari-jari kaki (15°)

7 HASIL a. Klien merasa badan terasa fit dan sendi-sendi tidak


kaku
b. Klien tidak mengalami nyeri saat melakukan
gerakan latihan
c. Klien tidak mengalami gangguan kelenturan sendi,
tonus, dan kekuatan otot baik

Lampiran 5. Materi

LATIHAN RENTANG GERAK


Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014

1. Definisi
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan deficit
neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak
(Sudoyo Aru, dkk 2009). Stroke merupakan cedera cerebrovaskuler yang
merupakan kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah
ke bagian otak yang terjadi sejak lama atau bethaun-tahun (Smeltzer C. Suzanne,
2002). Cidera yang ditimbulkan stroke berupa kehilangan fungsi neurologik otak.
Penyakit stroke berhubungan dengan proses penuaan tubuh. Secara umum stroke
dibagi menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik (Price dan Wilson, 2006).
Rasio insiden pria dan wanita adalah 1,25 pada kelompok usia 75-84 tahun
dan 0,76 pada kelompok usia diatas 85 tahun (Lioyd dkk, 2009). Kasus stroke
meningkat dinegara maju seperti Amerika dimana kegemukan dan fost food telah
mewabah. Berdasarkan data statis di Amerika, setiap tahun terjadi 750.000 kasus
stroke baru di Amerika. Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap 45 menit,
ada satu orang diamerika yang terkena serangan stroke. Sedangkan dinegara
Indonesia stroke merupakan pembunuh no 3 berdasarkan data Riskesdes tahun
2007 pada usia 45-54 tahun angka kematian akibat stroke sebesar 15,9% (didaerah
perkotaan) dan 11,5% (diderah pedesaan) (Yulianji Siswanto, 2011).

2. Klasifikasi
Stroke diklasifikasikan menjadi dua :
a. Stroke Non Hemoragik
Suatu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi suatu perdarahan yang
ditandai dengan kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak atau
hemiparese, nyeri kepala, mual, muntah, pandangan kabur dan dysfhagia
(kesulitan menelan). Stroke non haemoragik dibagi lagi menjadi dua yaitu
stroke embolik dan stroke trombotik (Wanhari, 2008).
b. Stroke Hemoragik
Suatu gangguan peredaran darah otak yang ditandai dengan adanya
perdarahan intra serebral atau perdarahan subarakhnoid. Tanda yang terjadi
adalah penurunan kesadaran, pernapasan cepat, nadi cepat, gejala fokal
berupa hemiplegi, pupil mengecil, kaku kuduk (Wanhari, 2008).

3. Manifestasi Klinis
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologi, bergantung pada kondisi lesi
pembuluh darah mana yang tersumbat, ukuran area yang perfusinya tidak adekuat
dan jumlah aliran darah kolateral. Menurut Smeltzer & Bare (2002) dan Price &
Wilson (2006) tanda dan gejala penyakit stroke adalah kelemahan atau
kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh, hilangnya sebagian
penglihatan atau pendengaran, penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada satu
atau kedua mata, pusing dan pingsan, nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang
jelas, bicara tidak jelas (pelo), sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang
tepat, tidak mampu mengenali bagian dari tubuh, ketidakseimbangan dan terjatuh
dan hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.

4. Latihan Rentang Gerak


Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014

Latihan rentang gerak aktif dan pasif memberikan keuntungan-


keuntungan yang berbeda. Latihan aktif membantu mempertahankan
fleksibilitas sendi dan kekuatan otot serta meningkatkan penampilan kognitif.
Sebaliknya, gerakan pasif, yaitu menggerakkan sendi seseorang melalui
rentang geraknya oleh orang lain, hanya membantu mempertahankan
fleksibilitas. Untuk mempertahankan rentang gerak, sendi-sendi harus dilatih
dua sampai tiga pengulangan per hari. Jika nyeri atau inflamasi sendi terjadi,
gerakan yang perlahan atau rujukan pada ahli fisioterapi diindikasikan.
Berikut adalah gerakan-gerakan latihan rentang gerak pada lansia:
e. Bagian leher :

Fleksi : tundukan kepala hingga dagu menempel ke dada (450)


Ekstensi : kembalikan posisi kepala menjadi tegak
Hiperekstensi : Dongakan kepala sejauh mungkin ke arah belakang (10 0)

Fleksi lateral : Dongakan kepala ke arah samping sejauh mungkin hingga


menyentuh bahu (450)

f. Bagian bahu :

Fleksi : angkat tangan dari posisi samping mengarah ke atas kepala (180 0)
Ekstensi : kembalikan tangan ke posisi di samping tubuh
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014

Hiperekstensi : gerakan tangan ke belakang tubuh, jaga agar siku tetap lurus (45
– 600)

Abduksi : angkat tangan ke arah samping dan melewati tubuh sejauh mungkin
(3200)

Rotasi internal : dengan siku fleksi, putar bahu dengan menggerakan tangan
sampai ibu jari terbalik ke dalam dan ke luar belakang (90 0)
Rotasi eksternal : dengan siku fleksi, gerakan tangan sampai ke arah luar dan
lateral terhadap kepala

Sirkumduksi : gerakan tangan dalam gerakan melingkar penuh

g. Bagian lengan bawah :

Supinasi : putar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke atas (70 –
900)
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014

Pronasi : putar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke bawah (70
– 900)

h. Bagian siku :

Fleksi : bengkokan siku sehingga lengan bawah bergerak ke arah persendian


bahu dan sejajar dengan bahu (1500)
Ekstensi : luruskan siku dengan menurunkan tangan

i. Bagian pergelangan tangan :

Fleksi : gerakan telapak tangan ke arah aspek dalam lengan bawah (80 – 90 0)
Ekstensi : gerakan jari-jari tangan dan lengan bawah berada dalam bidang yang
sama
Hiperekstensi : gerakan permukaan dorsal dari punggung tangan sejauh
mungkin

Abduksi : bengkokan pergelangan tangan secara medial ke arah ibu jari (sampai
300)
Adduksi : bengkokan pergelangan tangan secara lateral ke arah ibu jari (30 –
500)

j. Bagian jari-jari :
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014

Fleksi : gerakan ibu jari melintang pada permukaan telapak tangan (90 0)
Ekstensi : gerakan ibu jari lurus menjauhi tangan (900)
Abduksi : luruskan jari tangan secara lateral (300)
Adduksi : gerakan ibu jari ke belakang ke arah tangan (300)

Oposisi : sentuhkan ibu jari ke masing-masing jari tangan

Buat genggam tangan (900)

Ekstensi : luruskan jari-jari (900)


Hiperekstensi : bengkokan jari-jari sejauh mungkin (30 – 600)
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014

Abduksi : renggangkan jari-jari (300)


Adduksi : kuncupkan jari-jari (300)

k. Bagian pinggul

Fleksi : Gerakan tungkai kea rah depan dank e atas (90°-120°)


Ekstensi : Gerakan tungkai ke belakang di samping tungkai yang
lain (90-120°)

Hiperekstensi : Gerakan tungkai ke belakang tubuh (30-50°)


Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014

Abduksi : Gerakkan tungkai secara lateral menjauhi tubuh (30-50°)


Adduksi : Gerakan tungkai ke posisi medial dan melebihi jika
mungkin (30-50°)

Rotasi internal: Balikkan kaki dan tungkai menjauhi tubuh tungkai yang
lain kea rah dalam (90°)
Rotasi eksternal: Balikkan kaki dan tungkai menjauhi tubuh tungkai yang
lain ke arahh luar (90°)

Sirkumduksi : Gerakan tungkai dalam gerakan melingkar (360°)

l. Bagian lutut
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014

Fleksi : Angkat tumit kea rah belakang paha (120-130°)


Ekstensi : Kembalikan tungkai ke lantai (120-130°)

m. Bagian pergelangan kaki

Fleksi dorsal : Gerakkan kaki sehingga jari-jari kaki menunjuk ke atas


(20-30°)
Fleksi plantar : Gerakkan kaki sehingga jari-jari kaki menunjuk kea rah
bawah (45-50°)

n. Bagian kaki

Inversi : Balikan telapak kaki secara medial (10°)


Eversi : Balikan telapak kaki secara lateral (10°)
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014

Fleksi : Lipat jari-jari kaki kea rah bawah (30-60°)


Ekstensi : Luruskan jari-jari kaki (30-60°)

Abduksi : Renggangkan jari-jari kaki (15°)


Adduksi : Kuncupkan jari-jari kaki (15°)

Lampiran 6. Media

MEDIA KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN


P3N STASE KEPERWATAN GERONTIK
PSIK UNIVERSITAS JEMBER T.A 2014/2015
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014

Lampiran 7. Dokumentasi

DOKUMENTASI KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN


P3N STASE KEPERWATAN GERONTIK
PSIK UNIVERSITAS JEMBER T.A 2014/2015
Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2014

Gambar 1. Kegiatan Penyampaian Materi Latihan Rentang Gerak pada Hari Selasa 14
Oktober 2014 di Wisma Melati oleh Bagus Setyo Prabowo Mahasiswa P3N PSIK
Universitas Jember

Gambar 2. Kegiatan Pelaksanaan Latihan Rentang Gerak pada Hari Selasa 14 Oktober
2014 di Wisma Melati oleh Bagus Setyo Prabowo Mahasiswa P3N PSIK Universitas
Jember

Anda mungkin juga menyukai