Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Secara mendasar esensi Perencanaan Penataan Ruang Wilayah
Kota Makassar dilakukan dengan berdasar pada empat matra wilayah
perencanaan, yaitu matra darat, matra laut, matra udara dan matra
dibawah muka bumi. Secara masing-masing ruang-ruang tersebut
memiliki keterkaitan substansial terhadap kepentingan perencanaan
penataan ruang di wilayah Kota Makassar. Salah satunya berada di
Kecamatan Bontoala dengan mengacu pada matra darat sehingga
dibutuhkan perencanaan yang lebih luas terkait dengan perencanaan
wilayah untuk dijadikan sebagai perencanaan sebagai mengembalikan
perdagangan dan jasa yang berada di Kecamatan Bontoala. Atau lebih
tepatnya sustainable trade centre.
Secara umum, kota merupakan tempat bermukimnya masyarakat,
tempat bekerja, tempat kegiatan dalam bidang ekonomi, pemerintahan
dan sebagainya, sedangkan menurut istilah, kota berasal dari kata urban
yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. kekotaan
menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal,
sosial, ekonomi, dan budaya dan perkotaan mengacu pada areal yang
memiliki suasana penghidupan dan kehidupan modern dan menjadi
wewenang pemerintah kota.
Kota sebagai kesatuan jaringan kehidupan manusia yang ditandai
dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata
sosial ekonomi yang heterogen serta coraknya materialistis. (Bintarto).
Perencanaan Wilayah menyangkut ke dalam dua aspek utama yaitu
perencanaan ruang dan aktivitas di atas ruang tersebut yang berkaitan
dengan ruang berkembang menjadi perencanaan tata ruang ; dan yang
berkenan dengan aktivitas berhubungan dengan perencanaan
pembangunan dalam aspek ekonomi, sosial, kelembagaan, ekologi
(Tarigan 2006 ; Sirrozilam Mahalli 2010) (Dalam Bukunya Dr. Ir. Jef
Rudianto Saragih, M.Si). Kota Makassar dalam kedudukannya sebagai
pusat pengembangan di wilayah Indonesia Bagian Timur, memiliki
berbagai daya tarik yang memungkinkan sekelompok masyarakat untuk
datang dan bermukim baik untuk sementara, maupun dalam waktu yang
lama.( Syahriar Tato )
Menurut ( Pola Ruang RTRW Kota Makassar ) Kecamatan Bontoala
merupakan pusat kota dengan memiliki luas wilayah (2,10 Km2)
Pertumbuhan jumlah penduduk yang berada di Kecamatan Bontoala setiap
tahun mengalami peningkatan, sehingga di butuhkan sebuah konsep
perencanaan yang matang guna untuk mampu menyeimbangkan antara
pertumbuhan penduduk dengan pembangunan wilayah serta potensi
lahan dan masalah pembangunan dan pengembangannya.
Kecamatan Bontoala memiliki 12 kelurahan diantaranya merupakan
lokasi survei kami yaitu Kelurahan Bunga Ejaya, Kelurahan Bontoala Tua,
Kelurahan Wajo, Kelurahan Baraya, Kelurahan Tompo Balang dan
Kelurahan Layang, Kelurahan Paralayang, Kelurahan Bontoala, Kelurahan
Gaddong, Kelurahan Timongan Lompoa, Kelurahan Malimongan Baru,
Kelurahan Bontoala Parang. Melihat kondisi yang ada di 12 Kelurahan
yang dimana sarana prasarana yang kurang memadai, masih ada kawasan
di Kecamatan Bontoala yang masih dalam kawasan permukiman kumuh
dan termasuk memiliki kawasan perdagangan dan jasa. Karena Konsep
perencanaan untuk Kecamatan Bontoala adalah terkait dengan
pengembangan Perencanaan Permukiman Terpadu. Pengertian dasar
permukiman dalam UU No.1 tahun 2011 adalah bagian dari lingkungan
hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang
mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai
penunjang kegiatan fungsi lain dikawasan perkotaan atau kawasan
perdesaan.
Permukiman merupakan suatu kebutuhan pokok yang sangat penting
dalam kehidupan manusia. Dari deretan lima kebutuhan hidup manusia
pangan, sandang, permukiman, pendidikan dan kesehatan, nampak
bahwa permukiman menempati posisi yang sentral, dengan demikian
peningkatan permukiman akan meningkatkan pula kualitas hidup.
Saat ini manusia bermukim bukan sekedar sebagai tempat berteduh,
namun lebih dari itu mencakup rumah dan segala fasilitasnya seperti
persediaan air minum, penerangan, transportasi, pendidikan, kesehatan
dan lainnya. Pengertian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Sumaatmadja (1988) sebagai berikut: “Permukiman adalah bagian
permukaan bumi yang dihuni manusia meliputi segala sarana dan
prasarana yang menunjang kehidupannya yang menjadi satu kesatuan
dengan tempat tinggal yang bersangkutan”.
Berdasarkan hasil survey berupa observasi, kosioner, interview dan
pengambilan data di instansi terkait tata guna lahan mengetahui
kelengkapan data di Kecamatan Bontoala, akhirnya akan di sajikan dalam
bentuk laporan yang pada nantinya semoga dari permasalahan –
permasalahan tersebut dilakukan suatu perencanaan, guna meningkatkan
pengembangan wilayah kota demi terciptanya keamanan, kenyamanan
dan keproduktif serta perencanaan yang berkelanjutan bagi masyarakat.

B. TUJUAN PEMBANGUNAN KAWASAN


Adapun tujuan pembangunan Kawasan dapat di lihat sebagai berikut :
1) Untuk meningkatkan kualitas infrastruktur yang memberikan
pengaruh dengan Pengembangan Perencanaan Permukiman terpadu
2) Mengidentifikasi masalah dalam pengembangan Perencanaan
Permukiman Kumuh
3) Meningkatkan infrastruktur kawasan baik itu untuk meningkatkan
sarana prasarana sebagai penunjang pengembangan perencanaan
permukiman terpadu.
4) Mampu meminimalisirkan pengalihan fungsi kawasan dari
permukiman ke kawasan perdagangan yang akan berkembang
selanjutnya.

C. RUANG LINGKUP
Lingkup kawasan perencanaan untuk penyusunan laporan ini adalah
Kecamatan Bontoala Kota Makassar. Wilayah Kecamatan Bontoala memiliki luas
wilayah 2,10 𝑘𝑚2, yang terdiri atas 12 Kelurahan yaitu Kelurahan Gaddong,
Kelurahan Bontoala, Kelurahan Bontoala Tua, Kelurahan Parang Layang,
Kelurahan Layang, Kelurahan Wajo Baru, Kelurahan Tompo Balang, Kelurahan
Timongan Lompoa, Kelurahan Malimongan Baru, Kelurahan Bunga Ejaya,
Kelurahan Bontoala Parang, Kelurahan Baraya . Secara geografis wilayah
Kecamatan Bontoala berbatasan dengan beberapa wilayah kelurahan sebagai
berikut : sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ujung Tanah, sebelah
timur berbatasan dengan Kecamatan Tallo , sebelah selatan bebatasan dengan
Kecamatan Makassar dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Ujung
Pandang.

D. SISTEMATIKA PENULISAN
Bab I : Pendahuluan
Pada bab ini Pada bab ini Berisikan tentang Latar Belakang,
Tujuan Pembangunan, Lingkup Wilayah, Kerangka Konsep
Pembangunan Kawasan, Sistematika Pembahasan.
Bab II : Arahan Kebijakan Pembangunan Dan Landasan Teori
Pada bab ini berisikan tentang Kajian Spasial Plan yang meliputi
: Kajian Teori, RTRW Kabupaten Makassar, Kajian Development
Plan meliputi : RPJPD Kabupaten Makassar, RPJMD Kabupaten
Makassar.

Bab III : Gambaran Umum Kawasan


Pada bab ini Berisikan tentang : Profil Makro Kawasan meliputi : Karakteristik
Fisik, Aspek Kependudukan, Aspek Sarana dan Prasarana, Aspek Ekonomi
Kawasan, Aspek Sosial Masyarakat. Profil Mikro Kawasan meliputi : Karakteristik
Fisik, Aspek Kependudukan, Sarana Permukiman, Sarana Pendidikan, Sarana
Kesehatan, Sarana Peribadatan, Sarana Perkantoran, Sarana Perdagangan,
Prasarana Jalan, Jaringan Telepon, Jaringan Listrik, Air Bersih/Minum, Jaringan
Drainase, Air Limbah, Persampahan. Penentuan Sub Kawasan/ Blok Kawasan.
Identifikasi Potensi, Identifikasi Permasalahan, Identifikasi Peluang
Pembangunan, Identifikasi Ancaman Pembangunan.
Bab IV : Isu-Isu Strategis
Berisikan tentang Data Inventasi Masalah di Kecamatan Bontoala
Bab V : Analisis Pembangunan Kawasan
Pada bab ini Berisikan tentang Analisis Hirarki Pusat Pelayanan,
Analisis Kependudukan, Analsisis Kebutuhan Infrastruktur/
Prasarana, Analisis Sirkulasi Lalu Lintas Kawasan, Analisis
Strategi Pembangunan dan Pengembangan Kawasan, Anilisis
Konsep Pembangunan dan Pengembangan Kawasan, Analisis
Dampak Sosial Akibat Pembangunan
Bab VI : Konsep Rencana
Pada bab ini Berisikan tentang Konsep Rencana, Skenario Rencana dan
Rencana Penanganan.
Bab VII : Rencana Pengendalian Ruang
Bab VIII : Penutup
Berisikan Tentang Kesimpulan dan Saran

Anda mungkin juga menyukai