Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Ruang lingkup
1.4 Tujuan
1.5 Manfaat
1.6 Kerangka teoritik
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Judul
BAB III RUMUSAN MASALAH
3.1 Apa saja materi dalam hukum sumber daya alam
3.2 Bagaimana pengolahan dan SDA jenis kayu di kalteng
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. latar belakang
Sumberdaya alam merupakan karunia dan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa
yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia sebagai kekayaan yang tak ternilai
harganya. Oleh karena itu sumber daya alam wajib dikelola secara bijaksana agar
dapat dimanfaatkan secara berdaya guna, berhasil guna dan berkelanjutan bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, baik generasi sekarang maupun generasi yang
akan datang. Ketersediaan sumberdaya alam baik hayati maupun non-hayati sangat
terbatas, oleh karena itu pemanfaatannya baik sebagai modal alam maupun
komoditas harus dilakukan secara bijaksana sesuai dengan karakteristiknya.
Sejalan dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang menentukan
bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, maka
pengelolaan sumberdaya alam harus berorientasi kepada konservasi sumberdaya
alam (natural resource oriented) untuk menjamin kelestarian dan keberlanjutan
fungsi sumberdaya alam, dengan menggunakan pendekatan yang bercorak
komprehensif dan terpadu.
Namun kenyataannya apa yang diidealkan dan diharapkan sebagaimana uraian di
atas adalah jauh dari harapan, telah terjadi banyak kerusakan atas SDA kita, yang
ternyata persoalan pokok dari sumber daya alam (dan lingkungan hidup) yang
terjadi selama ini justru dipicu oleh persoalan Hukum dan Kebijakan atas sumber
Daya Alam tersebut.
1.2. Rumusan masalah
1. Apa saja materi dalam hukum sumber daya alam
2. Bagaimana pengolahan SDA dan jenis kayu di kalteng
1.3. Ruang lingkup
a. Nilai-nilai yang terkandung dalam pengelolaan SDA
b. Pembagian SDA
c. Istilah dan pengertian SDA
d. Bidang-bidang SDA dan kelembagaan pengelolaan
e. Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pengelolaan SDA
1.4. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui apa
yang terkandung dalam sumber daya alam yang terdapat didalam kehidupan.
Selain itu, pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Sumber Daya Alam.
1.5. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar pembaca lebih
memahami pengertian dari sumber daya alam, maupun unsur-unsur dari sumber
daya alam yang ada.
1.6. Kerangka teoritik
Teori adalah sebuah ide tentang bagaimana sesuatu bekerja. Teori
merupakan sebuah gagasan tentang perbedaan yang akan terjadi apabila kita
melakuakan atau tidak melakukan sesuatu (Bouma, 1996). Teori juga
merupakan ide tentang bagaimana berbagai hal berhubungan satu sama lain
dengan bagaimana ide-ide tersebut saling berkaitan. Jadi teori adalah gagasan
abstrak tentang bagaimana suatu konsep berhubungan satu sama lain. Dengan
demikian teori adalah sebuah ide tentang gambaran mental bagaimana sistem
jagad raya inibekerja. Sugiono (2011) menyitir pendapat Cooper dan Schindler
(2003) yang menyatakan kegunaan teori dalam penelitian adalah :
1. Teori mempersempit rentang sebenarnya yang perlu kita pelajari
2. Teori menyarankan pendekatan penelitian yang memungkinkan untuk
menghasilkan makna terbesar.
3. Teori menyarankan sistem penelitian guna menentukan data untuk
mengklarifikasikannya dalam cara yang paling berarti.
4. Teori merangkum apa yang diketahui tentak obyek studi dan menyatakan
keseragaman yang berada diluar pengamatan langsung.
5. Teori dapat digunakan untuk memprediksi fakta lebih lanjut yang harus
ditemukan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Judul
”Hukum Sumber Daya Alam dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam Jenis Kayu
di Palangka Raya, KALTENG”
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 hukum sumber daya alam
A. NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM PENGELOLAAN SDA
1. Nilai Ekologis : Setiap sumberdaya alam merupakan unsur ekosistem alam.
Sebagai misal, suatu tumbuhan dapat berfungsi sebagai pelindung tata air
dan kesuburan tanah. Suatu jenis satwa dapat menjadi key species yang
menjadi kunci keseimbangan alam.
2. Nilai Komersial: Secara umum telah dipahami bahwa kehidupan manusia
tergantung mutlak kepada sumber daya alam hayati. Keanekaragaman hayati
mempunyai nilai komersial yang sangat tinggi. Sebgai gambaran, sebagian
dari devisa Indonesia dihasilkan dari penjualan kayu dan bentuk-bentuk lain
eksploitasi hutan.
3. Nilai Sosial dan Budaya Keanekaragaman hayati mempunyai nilai sosial
dan budaya yang sangat besar. Suku-suku pedalaman tidak dapat tinggal
diperkotaan karena bagi mereka tempat tinggal adalah hutan dan isinya.
Sama halnya dengan suku-suku yang tinggal dan menggantungkan hidup
dari laut. Selain itu keanekaragaman hayati suatu negara lain didunia.
Konstribusi-konstribusi ini tentunya memberikan makna sosial dan budaya
yang tidak kecil.
4. Nilai Rekreasi: Keindahan sumber daya alam hayati dapat memberikan nilai
untuk menjernihkan pikiran dan melahirkan gagasan-gagasan bagi yang
menikmatinya. Kita sering sekali pergi berlibur ke alam, apakah itu gunung,
gua atau laut dan lain sebagainya, hanya untuk merasakan keindahan alam
dan ketika kembali ke perkotaan kita merasa berenergi untuk terus
melanjutkan rutinitas dan kehidupan.
5. Nilai Penelitian dan Pendidikan: Alam sering kali menimbulkan gagasan-
gagasan dan ide cemerlang bagi manusia. Nilai ini akan memberikan
dorongan untuk mengamati fenomena alam dalam bentuk penelitian. Selain
itu alam juga dapat menjadi media pendidikan ilmu pengetahuan alam, maka
sangat diperlukan bahan untuk penelitian maupun penghayatan berbagai
pengertian dan konsep suatu ilmu pengetahuan.
B. PEMBAGIAN SDA
1. SDA yang dapat diperbaharui meliputi air, tanah, tumbuhan dan hewan.
SDA ini harus kita jaga kelestariannya agar tidak merusak
keseimbangan ekosistem.
2. SDA yang tidak dapat diperbaharui itu contohnya barang tambang yang ada
di dalam perut bumi seperti minyak bumi, batu bara,timah dan nikel. Kita
harus menggunakan SDA ini seefisien mungkin. Sebab, seperti batu bara,
baru akan terbentuk kembali setelah jutaan tahun
3. SDA juga dapat dibagi menjadi dua yaitu SDA hayati dan SDA non-hayati.
SDA hayati adalah SDA yang berasal dari makhluk hidup. Seperti: hasil
pertanian, perkebunan, pertambakan dan perikanan. Sedangkan SDA non-
hayati adalah SDA yang berasal dari makhluk tak hidup (abiotik).
Seperti: air, tanah, barang-barang tambang
C. ISTILAH DAN PENGERTIAN
Sumber Daya Alam (SDA) sendiri secara yuridis cukup sulit ditemukan, namun
kita dapat meminjam pengertian SDA ini dari RUU Pengelolaan SDA yang
memberikan batasan/pengertian sebagai berikut: “Sumber daya alam adalah
semua benda, daya, keadaan, fungsi alam, dan makhluk hidup, yang merupakan
hasil proses alamiah, baik hayati maupun non hayati, terbarukan maupun tidak
terbarukan”. Demikian juga halnya dengan istilah dan pengertian Hukum
Sumber Daya Alam sendiri ternyata cukup sulit untuk mencari hal tersebut.
Secara yuridis kita dapat menemukan istilah Hukum Sumber Daya Alam (yang
dapat kita interpretasikan secara bebas) adalah di Undang-undang Nomor 35
Tahun 2000 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran
2001 Rencana Pembangunan Tahunan (REPETA) Tahun 2001, khususnya
Lampiran Bab VIII Bidang Sumber daya Alam dan Lingkungan Hidup Butir
VIII.2.4. Program Penataan Kelembagaan dan Penegakan Hukum Pengelolaan
Sumber daya Alam dan Pelestarian Lingkungan Hidup. Hukum Sumber Daya
Alam adalah Hukum yang merupakan bagian dari Hukum Lingkungan yang
mengatur hubungan timbal balik antara manusia dengan mahluk hidup lainnya
dalam hal soal SDA, yang apabila dilanggar dapat dikenankan sanksi.
D. BIDANG-BIDANG SDA DAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN
Bidang-bidang yang terkait dan melingkupi persoalan Sumber Daya Alam di
Indonesia antara lain adalah:
1. Bidang Agraria yang telah diatur oleh UU No. 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria;
2. Bidang Pertambangan yang telah diatur oleh UU No. 11 Tahun 1967 tentang
Pertambangan;
3. Bidang Pengairan yang telah diatur oleh UU No. 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air;
4. Bidang Perikanan yang telah diatur oleh UU No. 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan;
5. Bidang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya yang telah diatur
oleh UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya;\
6. Bidang Kehutanan yang telah diatur oleh UU No. 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan.
Masing-masing bidang itu secara kelembagaan dikelola oleh lembaga-lembaga
sektoral yang berada di lingkup departemen yang menangananinya diantaranya
adalah: Departemen Dalam Negeri melalui Badan Pertanahan; Departemen
Pertambangan dan Energi; Departemen Pekerjaan Umum; Departemen
Perikanan dan Kelautan; dan Departemen Kehutanan.
Padahal idealnya kelembagaan yang mengatur soal SDA tidak diatur dan
dikelola secara sektoral namun dikelola secara terpadu di bawah koordinasi
lembaga yang memang berwenang untuk itu. Adapun lembaga yang
dimaksudkan adalah Kementerian Lingkungan Hidup (Menteri Lingkungan
Hidup). Hal ini sebagaimana amanat yang diatur di dalam UU. No 23/1997 Pasal
8 – 11. (Kenyataannya sampai hari ini persoalan SDA masih secara sektoral,
oleh karena itu kemudian sekarang sedang diupayakan bahwa SDA dikelola
secara terpadu dan diatur tidak lagi secara sektoral. DPRD sedang menggondok
UU Pengelolaan SDA yang mengatur SDA secara terpadu).
E. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT DENGAN
PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
Sebagaimana yang telah disinggung di atas undang-undang yang berkaitan
dengan sumber daya alam pada pokoknya adalah: (1) Undang-undang Nomor 5
tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria; (2) Undang-undang
Nomor 11 tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok Pertambangan; (3) Undang-
undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Pengairan; (4) Undang-undang Nomor
tahun 2004 tentang Perikanan; (5) Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; (6) Undang-undang
Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.
Pada bagian ini berbagai undang-undang tersebut dikaji untuk melihat
bagaimana pengaturan pada aspek-aspek keberlanjutan, perlindungan pada
masyarakat adat, partisipasi publik, daya penegakan hukum, hubungan negara
dengan sumber daya alam, sinkronisasi dengan perundang-undangan lain,
penghormatan hak asasi manusia, desentralisasi, dan kelembagaan.
3.2 Bagaimana pengolahan dan SDA jenis kayu di kalteng
Berau - Kualitas kayu yang dihasilkan dari Pulau Kalimantan ternyata tak kalah
kuat bila dibandingkan kayu jati yang dihasilkan dari hutan Pulau Jawa dan
Sumatera. Bahkan kualitas kayu hutan Kalimantan dikenal kuat dan tahan lama.
Produksi kayu di Pulau Kalimantan didominasi oleh kayu jenis meranti. Kayu
meranti di Pulau Kalimantan umumnya terbagi menjadi dua yaitu meranti merah
(MM) dan meranti kuning (MK). Tidak hanya meranti, Hutan Kalimantan juga
menghasilkan kayu yang sangat kuat dan keras seperti beton yang dikenal dengan
nama kayu bengkirang (BKR). Lalu ada jenis kayu lain yaitu kayu kapur dan
kruwing. "Kebutuhan pasar saat ini berbeda ada jenis kayu tanggelam yang sangat
kuat seperti kayu bangkirai. Bangkirai itu lebih kuat dibandingkan meranti. Ada
juga kayu sengon dan kapur," ungkap Head of Forestry sub Division PT Sumalindo
Lestari Jaya IV Uun Raudhotul Jannah kepada detikFinance<\/strong> saat
mengunjungi areal konsesi Hutan Berau dalam media trip WWF-Indonesia baru-
baru ini seperti dikutip, Senin (18\/11\/2013). Harganya pun sangat bervariasi.
Khusus kayu meranti, harga kayu jenis batangan (log) dihargai rata-rata Rp 1,2
juta\/meter kubik. Sedangkan untuk kayu bangkirai jauh lebih mahal dengan kisaran
harga Rp 1,7 juta\/meter kubik. "Harganya lumayan lebih. Khusus bangkirai
harganya Rp 1,7 juta\/kubik, komoditi ini agak sulit. Meranti hanya Rp 1,2
juta\/kubik. Total produksi bangkirai di PT SLJ IV adalah 1.000 hingga 2.000 meter
kubik\/tahun dari total produksi perusahaan kami sebanyak 17.000 sampai 18.000
meter kubik\/tahun," tambahnya. Permintaan kayu bangkirai pernah melonjak di
tahun 2006 hingga 2007. Tetapi karena sulit didapatnya kayu ini, PT SLJ IV tak
berani untuk memberikan waiting list <\/em>kepada mitra bisnis. Lebih detil total
produksi PT SLJ IV untuk kayu meranti per tahun sebesar 60%. Sedangkan 10%
untuk kayu bangkirai, 10% kayu kapur, 10% kayu kruwing dan 10% kayu
campuran.
"Target Rencana Kerja Tahunan (RKT) nya pun yang disahkan itu pohon
bangkirai ini tidak terlalu banyak. Bangkirai untuk keperluan bangunan seperti pintu
dan jendela. Jati lebih bagus tetapi tidak ada di Kalimantan. Permintaan bangkirai
mulai melonjak sejak tahun 2006-2007. Bangkirai ini agak sulit didapatkan,"
katanya. Pada dasarnya, semua jenis kayu bisa digunakan sebagai bahan baku
untuk membuat furniture, asalkan kayu tersebut memiliki tingkat kekerasan
(bukan tingkat kegetasan) yang baik. Mengapa? Sebab, kayu yang memiliki tingkat
kekerasan yang baik, dapat dengan mudah diproses seperti dipotong, diukir,
diamplas dll. Jadi, intinya, apapun jenis kayunya asalkan memiliki tingkat kekerasan
yang cukup bisa digunakan untuk membuat furniture ataupun perabotan lainnya
yang terbuat dari kayu. Tetapi, dari semua jenis kayu keras yang ada saat ini,
sedikitnya hanya ada 6 jenis saja kayu yang sering atau biasa dipakai oleh
masyarakat sebagai bahan baku untuk membuat beraneka macam produk furniture
seperti meja, kursi, lemari, pintu dll. Keenam jenis kayu tersebut banyak dipilih atau
digunakan bukan hanya karena mudah diproses tapi juga karena pertimbangan sisi
kualitas kayu serta furniture yang dihasilkan nantinya. Dan keenam jenis kayu
yang sering digunakan untuk membuat furniture tersebut antara lain:
 Kayu Jati
Sudah bukan rahasia lagi jika kayu ini merupakan jenis kayu yang selalu
menjadi primadona dalam dunia furniture. Sebab, bila dilihat dari sisi
peminatnya, peminat furniture kayu jati tergolong sangat banyak, tidak hanya di
Indonesia tapi bahkan hingga level Internasional. Selain dikenal kuat dan awet,
furniture yang terbuat dari kayu jati juga terkesan mewah dan elegan.
Penyebabnya adalah karena kayu jati memiliki serat dan tekstur kayu yang sarat
nilai dekoratif. Jadi, selain kuat dan awet, furniture dari kayu jati juga mampu
menampilkan kesan elegan dan mewah.
 Kayu mahoni
Jenis kayu yang banyak digunakan untuk membuat furniture berikutnya adalah
kayu mahoni. Kayu ini banyak dipilih karena selain kualitasnya cukup baik,
harganya juga jauh lebih murah jika dibanding harga kayu jati. Jadi, selain
mampu menjaga kualitas furniture yang dibuat, dengan menggunakan kayu
mahoni, para pengrajin furniture juga bisa lebih menghemat biaya produksi.
 Kayu sonokeling
Kayu sonokeling banyak digunakan oleh masyarakat karena kayu ini memiliki
keunikan tersendiri. Kayu sonokeling ini memiliki warna gelap yang alami (
tanpa diberi pewarnaan). Selain itu, furniture yang dibuat menggunakan kayu
sonokeling juga dikenal awet dan elegan. Sebab, sama halnya dengan kayu jati,
kayu sonokeling ini juga memiliki serat dan tekstur kayu yang indah atau
dekoratif.
 Kayu akasia
Secara kasat mata, kayu akasia ini memiliki warna dan serat kayu yang hampir
mirip dengan kayu jati. Dan itulah salah satu alasannya kayu ini banyak
digunakan oleh masyarakat untuk membuat furniture. Selain itu, meskipun kayu
akasia memiliki bobot cukup berat tapi kayu ini juga dikenal cukup awet dan
kuat.
 Kayu trembesi
Dewasa ini, permintaan furniture kayu trembesi bisa dibilang cukup tinggi,
permintaan tersebut tidak hanya berasal dari dalam negeri tapi juga banyak yang
berasal dari luar negeri. Kayu trembesi banyak dipilih oleh masyarakat untuk
membuat furniture karena selain stoknya di alam masih banyak, ukuran kayu ini
umumnya besar-besar. Itu sebabnya, sebagian besar desain atau model pada
furniture kayu trembesi lebih menonjolkan ketebalan kayu.
 Kayu kamper
Bicara kayu kamper tentu tidak bisa lepas dari kusen dan pintu. Kok bisa? sebab
kayu kamper lebih dikenal sebagai bahan baku untuk membuat kusen dan pintu
dari pada untuk membuat perabotan kayu.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sumber daya alam berdasarkan sifatnya dapat digolongkan menjadi SDA
yang dapat diperbaharui dan SDA tak dapat diperbaharui. SDA yang dapat
diperbaharui merupakan kekayaan alam yang dapat terus ada selama
penggunaannya tidak dieksploitasi berlebihan. Seperti Tumbuhan, hewan,
mikroorganisme, sinar matahari, angin, dan air adalah beberapa contoh SDA
terbaharukan. Meskipun jumlahnya sangat berlimpah di alam, penggunannya
harus tetap dibatasi dan dijaga untuk dapat terus berkelanjutan. SDA tak
dapat diperbaharui adalah SDA yang jumlahnya terbatas karena
penggunaanya lebih cepat daripada proses pembentukannya dan apabila
digunakan secara terus-menerus akan habis. Minyak bumi, emas, besi, dan
berbagai bahan tambang lainnya pada umumnya memerlukan waktu dan
proses yang sangat panjang untuk kembali terbentuk sehingga jumlahnya
sangat terbatas., minyak bumi dan gas alam pada umumnya berasal dari sisa-
sisa hewan dan tumbuhan yang hidup jutaan tahun lalu, terutama dibentuk
dan berasal dari lingkungan perairan.Perubahan tekanan suhu panas, selama
jutaaan tahun ini kemudian mengubah materi senyawa organik tersebut
menjadi berbagai jenis bahan tambang tersebut.
4.2 Saran
Ekologi Sumber Daya Alam sangatlah penting maka dari itu kita harus
bisa menjaga dan melestarikan semaksimal mungkin agar ekologi dan sumber
daya alam tetap terjaga. Kita sebagai penerus bangsa harus sadar akan
ekologi sumber daya alam. Oleh karena itu kita harus bisa memanfaatkan
SDA dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kebutuhan, jangan terlalu
berlebihan. Karena kelak anak cucu kita pasti memerlukan SDA untuk
kelangsungan hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai