Gambar cover:
Pantai Turun Aban, Bangka
Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya
Dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung November 2017
dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan
beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem
pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal
Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal.
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan
data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja
sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan
datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan
kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak
yang berkepentingan dan dapat memberikan kontribusi lebih besar bagi perekonomian di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya serta
kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan
ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya.
Bayu Martanto
Deputi Direktur
PDRB (%, yoy) 4.67 4.08 3.44 3.85 4.21 4.92 4.11 6.40 5.29 3.69
Lapangan Usaha
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 9.22 5.86 6.23 4.36 3.30 3.15 4.23 2.96 -2.47 -2.67
2. Pertambangan dan Penggalian 1.99 1.74 -2.75 -1.52 2.57 3.72 0.48 5.65 6.80 3.51
3. Industri Pengolahan 1.30 1.35 0.16 1.14 3.13 5.82 2.58 10.66 10.49 3.80
4. Pengadaan Listrik, Gas 9.29 5.77 16.66 20.42 20.78 15.72 18.34 5.19 2.68 4.68
5. Pengadaan Air 4.95 5.75 8.65 6.18 4.28 3.11 5.52 6.54 8.00 14.02
6. Konstruksi 4.00 5.54 5.34 7.72 7.88 6.48 6.86 4.65 2.55 6.73
7. Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 4.44 4.07 4.75 5.28 5.11 5.39 5.14 7.54 8.24 8.01
8. Transportasi dan Pergudangan 5.96 5.78 9.07 6.07 3.17 3.97 5.51 4.23 7.56 10.63
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7.47 3.42 2.66 3.70 6.89 5.96 4.81 9.28 3.21 2.89
10. Informasi dan Komunikasi 6.85 7.34 9.96 9.93 9.93 7.03 9.18 6.26 6.48 6.77
11. Jasa Keuangan 5.26 4.35 5.79 15.79 3.02 5.79 7.36 4.71 3.02 0.99
12. Real Estate 7.72 2.85 2.85 3.09 5.36 3.37 3.67 6.75 2.34 2.68
13. Jasa Perusahaan 7.01 4.02 0.90 -0.29 -0.60 0.27 0.06 0.95 4.42 8.91
14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 7.33 9.78 9.90 9.20 3.61 3.97 6.55 1.34 4.78 3.89
15. Jasa Pendidikan 7.06 9.75 9.29 8.12 7.41 7.13 7.96 4.92 3.54 3.61
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5.98 6.23 1.88 4.77 3.00 9.55 4.82 14.58 11.71 12.36
17. Jasa lainnya 7.95 8.12 8.44 9.16 12.67 14.00 11.14 15.38 5.96 5.85
Permintaan
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 6.07 5.80 6.13 6.69 5.88 4.72 5.84 4.79 4.48 4.63
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 12.81 7.03 11.19 11.91 9.29 4.48 9.11 5.40 4.97 5.02
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 5.88 4.45 5.71 8.32 2.24 -1.66 3.39 7.33 6.98 8.30
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 4.87 4.36 4.40 6.27 8.05 6.17 6.23 6.01 6.03 4.07
5. Perubahan Inventori 10.91 -1.20 -26.75 -19.17 -40.31 -6.40 -28.51 -37.92 -3.43 -11.95
6. Ekspor Luar Negeri 14.69 -19.56 -37.77 -22.29 -1.95 -2.92 -16.83 58.04 11.83 15.00
7. Impor Luar Negeri 13.82 6.86 85.12 116.78 63.55 9.19 53.82 -5.02 27.26 -44.80
8. Net Ekspor Antar Daerah 21.78 -27.17 -60.69 -32.54 -11.89 -10.92 -30.14 123.51 12.71 37.46
Ekspor
Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) 1904.17 1254.16 163.64 322.31 322.51 388.91 1,197.37 402.82 376.45 418.75
Volume Ekspor Non Migas (USD Juta) 418.87 381.06 79.11 76.89 63.55 100.24 319.79 103.07 94.01 81.88
Laju Inflasi
Bangka Belitung 9.04 3.28 5.50 6.20 4.26 6.75 6.75 6.40 7.11 3.59
Pangkalpinang 6.81 4.66 6.77 7.78 5.82 7.78 7.78 7.13 7.33 3.46
Tanjungpandan 13.14 0.88 3.27 3.50 1.53 4.92 4.92 5.08 6.72 3.83
Perbankan
Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun) 13.14 14.23 14.69 15.14 15.21 15.88 15.88 16.10 17.05 17.79
Giro (Rp Triliun) 1.62 1.64 2.70 2,40 2.19 2.11 2.11 2.49 2.50 2.98
Tabungan (Rp Triliun) 7.24 7.81 6.91 7,23 7.44 8.33 8.33 7.91 8.47 8.41
Deposito (Rp Triliun) 4.29 4.78 5.07 5,49 5.56 5.43 5.43 5.71 6.07 14.91
Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek 13.64 14.26 13.88 13.83 13.83 14.77 14.77 14.87 15.05 14.09
Modal Kerja (Rp Triliun) 7.62 7.35 6.93 6.93 6.99 7.66 7.66 7.70 7.89 7.55
Investasi (Rp Triliun) 1.78 2.39 2.36 2.24 2.02 2.10 2.10 2.10 1.87 1.93
Konsumsi (Rp Triliun) 4.24 4.51 4.59 4.74 4.81 4.99 4.99 5.06 5.28 5.40
LDR Lokasi Proyek (%) 103.80 100.21 94.49 91.34 90.93 93.03 93.03 92.37 88.30 83.78
NPL Gross (%) 2.09 4.00 4.23 3.18 3.56 3.29 3.29 3.42 3.20 2.74
Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung triwulan III 2017 melambat dibandingkan Triwulan
II 2017. Dari sisi produksi, perlambatan kinerja perekonomian didorong oleh kontraksi
lapangan usaha perkebunan dan perikanan yang mengalami kontraksi. Sementara itu, dari
sisi pengeluaran, perlambatan didorong oleh kinerja PMTB yang melambat dan
meningkatnya impor antar daerah yang menjadi pengurang PDRB.
Pertumbuhan ekonomi Perlambatan Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung disebabkan
triwulan III 2017 tumbuh
oleh terkontraksinya pertumbuhan lapangan usaha pertanian,
melambat dari 5,29% (yoy)
Kehutanan dan Perikanan yang disebabkan oleh bencana banjir
pada triwulan sebelumnya
menjadi 3,69% (yoy). yang merendam sejumlah areal persawahan dan menyebabkan
Pertumbuhan ekonomi Babel gagal panen. Sementara itu pertumbuhan lapangan usaha utama
lebih rendah dibandingkan lainnya masih tumbuh meski melambat dibandingkan triwulan
pertumbuhan ekonomi
sebelumnya.
Sumatera dan Nasional
sebesar 4.43% (yoy) dan Capaian pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung tersebut lebih
5,06% (yoy). rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi Sumatera yang
tercatat sebesar 4,43% (yoy), dan pertumbuhan ekonomi nasional
5,06% (yoy). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2017
diperkirakan tumbuh lebih tinggi seiring dengan membaiknya harga
komoditas utama Bangka Belitung yaitu timah dan meningkatnya
lapangan usaha perdagangan jelang akhir tahun.
Pada triwulan III tahun 2017 realisasi pendapatan daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung rata-rata mencapai 70,42% - 82,06%, sementara realisasi belanja berkisar
50,87% - 55,67%. Semua kabupaten di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami
surplus anggaran pada triwulan III tahun 2017 mencapai 14,57%-38,82% terhadap
realisasi pendapatan daerah.
Pada triwulan III tahun 2017 Realisasi pendapatan daerah di Provinsi dan Kabupaten/Kota di
realisasi pendapatan daerah
Kepulauan Bangka Belitung pada Triwulan III tahun 2017 sebesar
Provinsi dan Kabupaten di
Rp1,75 trliun atau 74,09% dari keseluruhan target pendapatan
Kepulauan Bangka Belitung
rata-rata mencapai 7,42% - tahun 2017 sebesar Rp2,35 triliun. Sementara realisasi belanja pada
82,06%, sementara realisasi triwulan III tahun 2017 sebesar Rp1,48 triliun atau tercapai 55,67%
belanja berkisar 50,87%- dari total rencana belanja daerah tahun 2017. Rata-rata realisasi
55,67%
pendapatan daerah triwulan III tahun 2017 di Kepulauan Bangka
Belitung lebih tinggi dibandingkan pada triwulan III tahun 2016.
Realisasi pendapatan daerah Provinsi dan Kabupaten di Kepulauan
Bangka Belitung triwulan III tahun 2017 mencapai 70,42%-82,06%
sedangkan pada triwulan III tahun 2016 berkisar antara 63,15%-
72,27%. Sementara itu, rata-rata relaisasi belanja di Kepulauan
Bangka Belitung pada triwulan III tahun 2017 relatif tidak berbeda
jauh dengan realsiasi belanja pada triwulan III tahun 2016. Realisasi
belanja daerah di Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan III 2017
berkisar 50,87% - 55,67%, sedangkan pada triwulan III 2016
berkisar 50,44%-54,60%.
Belanja pemerintah pusat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
dianggarkan senilai Rp3.477,64 miliar pada tahun 2017. Dari nilai
tersebut, realisasi belanja pemerintah pusat di daerah pada triwulan
III tahun 2017 adalah untuk belanja Pegawai yaitu sebesar 71,66%
dari pagu anggaran.
Pada triwulan III tahun 2017, tekanan inflasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
menurun dibandingkan triwulan II 2017. Inflasi triwulan III 2017 mencapai sebesar 3,59%
(yoy) menurun dari triwulan sebelumnya yang mencapai 7,11% (yoy) disebabkan oleh
Stabilitas sistem keuangan daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan III
tahun 2017 tetap terjaga yang terlihat dari pertumbuhan positif aset dan meningkatnya
indikator aset dan dana pihak ketiga. Pertumbuhan kredit mengalami perlambatan. Namun,
rasio kredit bermasalah yang membaik. Kedepan tren pertumbuhan positif ini akan
diprediksi tetap terjaga, seiring dengan optimisme pertumbuhan ekonomi.
Transaksi sistem pembayaran secara umum tumbuh meningkat. Pasca Ramadhan dan
Hari Raya Idul Fitri, transaksi non tunai melalui kliring tercatat melambat di triwulan III
2017, disaat yang bersamaan transaksi tunai di Prov. Kep. Bangka Belitung mengalami
net outflow.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Agustus 2017 menurun dibandingkan
Agustus 2016. Sementara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) meningkat. Nilai Tukar
Petani (NTP) dan tingkat inflasi pedesaan menurun.
Tingkat Partisipasi Angkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kepulauan Bangka
Kerja (TPAK) menurun dan
Belitung pada Agustus 2017 menurun dibandingkan Agustus
Tingkat Pengangguran
2016 dari 68,83% menjadi 66,72%. Sementara itu Tingkat
Terbuka (TPT) di Kepulauan
Bangka Belitung meningkat. Pengangguran Terbuka (TPT) Kepulauan Bangka Belitung
menunjukkan peningkatan dari 2,60% pada Agustus 2016
menjadi 3,78% pada Februari 2017. Peningkatan tenaga kerja
terjadi pada sektor primer, namun pada sektor sekunder dan
sektor tersier mengalami penurunan. Pada sektor primer terjadi
peningkatan pada sektor pertambangan, namun demikian sektor
pertanian mengalami kontraksi sejalan dengan musibah banjir
yang merendahm sejumlah areal pertanian pada bulan Juli 2017.
Pada sektor sekunder terjadi penurunan tenaga kerja di lapangan
Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung pada tahun 2017 diperkirakan lebih baik
dibandingkan tahun sebelumnya sejalan dengan membaiknya harga komoditas sehingga
meningkatkan Kinerja ekspor Bangka Belitung. Sementara inflasi diperkirakan berada pada
kisaran 4%±1%.(yoy)
Secara tahunan diperkirakan Pertumbuhan ekonomi tahun 2017 diperkirakan meningkat
perekonomian Bangka
dibandingkan tahun 2016 sejalan dengan membaiknya harga
Belitung pada 2017 tumbuh
komoditas sehingga meningkatkan kinerja ekspor Bangka Belitung.
pada kisaran 4,6%-5,0%
(yoy)). Sementara Sementara itu, pertumbuhan ekonomi triwulan I 2018 diperkirakan
Pertumbuhan ekonomi lebih rendah dibandingkan triwulan I 2017. Perlambatan dipicu oleh
Bangka Belitung pada melambatnya konsumsi rumah tangga paska Natal dan tahun Baru,
triwulan I 2018 diperkirakan
masih terbatasnya investasi dan konsumsi pemerintah di awal tahun.
tumbuh pada kisaran
4,3%-4,7% (yoy).
Pada tahun 2017 Inflasi triwulan I 2018 diperkirakan berada pada kisaran sasaran
diperkirakan berada pada inflasi yang ditetapkan pemerintah sebesar 3,5%±1%. Beberapa
kisaran 4%±1%.(yoy) . risiko yang akan menimbulkan tekanan inflasi antara lain bersumber
Sementara inflasi di triwulan
dari (i) gelombang laut yang tinggi yang dapat mengganggu
I dan keseluruhan tahun
2018 diberkirakan masih distribusi pasokan bahan pangan dan tangkapan ikan, (ii) potensi
berada dalam kisaran kenaikan cukai rokok secara gradual oleh pemerintah, (iii) potensi
sasaran inflasi 3,5%±1%. terjadinya gagal panen beberapa komoditas akibat tingginya curah
hujan di daerah sumber pasokan yang diperkirakan akan membatasi
suplai pasokan, (iv) tekanan inflasi administered prices antara lain
kenaikan tarif angkutan udara, BBM, elpiji, dan tarif listrik, (v)
Peningkatan biaya produksi sejalan dengan peningkatan UMP.
5,29 3,69
4,48 4,63
4,97 5,02
6,98 8,30
6,03 4,07
11,83 15,00
27,26 -44,80
Grafik 1.1 PDRB Nominal dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ADHK 2010
Sementara itu melalui perhitungan khusus PDRB tanpa timah dengan mengeluarkan
sektor pertambangan bijih logam dan industri logam dasar maka pertumbuhan ekonomi Bangka
Belitung tanpa timah pada triwulan III 2017 sebesar 3,47% (yoy) meningkat dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya sebesar 3,31% (yoy).
Konstruksi,
9.54 Industri
Pengolahan,
19.77
Pertambangan,
11.88
Pertanian,
Perdagangan Kehutanan, dan
Besar dan Perikanan,
Eceran, 15.77 18.43
5.29
0.67
4.21
0.92 3.69
0.22
1.80 0.67
0.48
0.36 2.33 0.57
0.64 0.85
0.71
1.16 1.13
0.71
Tabel 1.1 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Lapangan Usaha Bangka Belitung (% yoy)
2016 2017
No Lapangan Usaha
I II III IV I II III
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6.25 4.39 3.33 3.17 2.96 -2.47 -2.67
2 Pertambangan dan Penggalian -2.75 -1.52 2.57 3.72 5.65 6.80 3.51
3 Industri Pengolahan 0.16 1.14 3.13 5.81 10.66 10.49 3.80
4 Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es 12.75 18.23 18.60 11.97 5.19 2.68 4.68
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 8.65 6.18 4.28 3.11 6.54 8.00 14.02
6 Konstruksi 5.32 7.69 7.86 6.45 4.65 2.55 6.73
7 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 4.75 5.27 5.10 5.38 7.54 8.24 8.01
8 Transportasi dan Pergudangan 9.07 6.07 3.17 3.97 4.23 7.56 10.63
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2.66 3.70 6.89 5.96 9.28 3.21 2.89
10 Informasi dan Komunikasi 9.96 9.93 9.93 7.03 6.26 6.48 6.77
11 Jasa Keuangan 5.79 15.79 3.02 5.97 4.71 3.02 0.99
12 Real Estate 2.85 3.09 5.36 3.37 6.75 2.34 2.68
13 Jasa Perusahaan 0.90 -0.29 -0.60 0.27 0.95 4.42 8.91
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 9.90 9.20 3.61 3.97 1.34 4.78 3.89
15 Jasa Pendidikan 9.29 8.12 7.41 7.13 4.92 3.54 3.61
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.88 4.77 3.00 9.55 14.58 11.71 12.36
17 Jasa Lainnya 8.44 9.16 12.67 14.00 15.38 5.96 5.85
PERTUMBUHAN PDRB 3.44 3.85 4.21 4.92 6.40 5.29 3.69
PDRB TANPA TIMAH (PDRB TANPA PERTAMBANGAN BIJIH LOGAM DAN
5.68 5.46 4.33 4.48 5.05 3.31 3.47
INDUSTRI LOGAM DASAR)
Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Grafik 1.5 Pertumbuhan PDRB Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
2,400 12.74
Rp Miliar qtq (%, RHS) yoy (%, RHS) 15
11.32
2,300 8.87
9.16
6.46 6.25 10
2,200
4.37 3.59 4.63 4.39
2,100 3.33 3.17 2.96 5
2.44 2.23
1.20 1.43 1.46
0.97
2,000 3.25
2.72
1.70 1.68
1.05 -2.47 (2.67) 0
1,900 -1.01
-1.30 -1.21
1,800 -3.91
-5
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017
Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah
1200.00
2000.00
1000.00
800.00 1500.00
600.00 1000.00
400.00
500.00
200.00
0.00 0.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013 2014 2015 2016
3.5
2.5
1.5
0.5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9
2013 2014 2015 2016 2017
Grafik 1.9 Perkembangan Harga CPO Internasional Grafik 1.10 Perkembangan Harga Lada Internasional
USD/Mt MYR/100 k
6000
1,000
900 5000
800
700 4000
600
3000
500
400 2000
300
200 1000
100
0 0
1234567891011 21234567891011 21234567891011 21234567891011 2123456789 1234567891011 21234567891011 21234567891011 21234567891011 2123456789
2013 2014 2015 2016 2017
2013 2014 2015 2016 2017
Sumber : Bloomberg, diolah Sumber : Bloomberg, diolah
Grafik 1.11 Pertumbuhan Lapangan Usaha Industri Pengolahan (% yoy dan qtq)
Pada triwulan IV 2017, lapangan usaha industri pengolahan diperkirakan akan kembali
meningkat sejalan dengan meningkatnya industri logam timah dan produk berbasis timah
seiring dengan bertambahnya perusahaan yang mengekspor timah serta industri makanan
seiring dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan menjelang akhir tahun.
Grafik 1.12 Pertumbuhan Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Grafik 1.13 Kendaraan Baru (roda 4) Grafik 1.14 Kendaraan Baru (roda 2)
1,800 80 18,000 120
Jml Kendaraan Roda 4 (unit) % yoy Jml Kendaraan Roda 2 (unit) % yoy
1,600 16,000 100
60
1,400 14,000 80
1,200 40 12,000 60
1,000 10,000 40
20
800 8,000 20
600 0 6,000 0
400 4,000 -20
-20
200 2,000 -40
- -40 - -60
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
Sumber: DPPKAD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Sumber: DPPKAD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah
Pada triwulan IV 2017, lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, dan reparasi
mobil dan sepeda motor diperkirakan akan tumbuh meningkat dibandingkan triwulan
Grafik 1.16 Produksi Bijih, Produkasi dan Penjualan Logam Grafik 1.17 Harga Timah BKDI dan LIME
Timah
250.00 USD/Mton
Produksi Bijih Timah (ton) LME BKDI
200.00 Produksi Logam Timah (Mton) 24,000
Penjualan Logam Timah (Mton) 23,000
150.00 22,000
21,000
100.00 20,000
19,000
50.00 18,000
17,000
- 16,000
15,000
(50.00) 14,000
13,000
(100.00)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
Grafik 1.18 Pertumbuhan Lapangan Usaha Konstruksi Grafik 1.19 Konsumsi Semen Bangka Belitung
Rp Miliar qtq (%, RHS) yoy (%, RHS) 120,000 Realisasi Pengadaan yoy (RHS) 50.00
1,200 8.35 7.46 7.69 7.86 10
40.00
1,000 6.21 5.32 6.45 6.73 8 100,000
4.91 5.01 30.00
4.71 4.65 6
3.86 4.90 80,000 20.00
800 3.78 2.58 2.55 4
4.98 10.00
3.97 60,000
600 -0.07 2.96 2 0.00
2.62 2.79
400
1.94 0.72 0.87 0 40,000 -10.00
-1.96 -2 -20.00
200 -1.39 -2.24 20,000
-3.62 -4 -30.00
0 -6 - -40.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015 2016 2017
2014 2015 2016 2017
Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah
Grafik 1.21 Arus Penumpang Angkutan Udara Grafik 1.22 Arus Penumpang Angkutan Laut
60,000 80
900,000 Kedatangan Keberangkatan 60 Kedatangan Pergi % Datang % Pergi
60
800,000 Total % yoy 50 50,000
700,000 40 40
40,000
600,000 30 20
500,000 20 30,000 0
400,000 10
-20
300,000 0 20,000
-40
200,000 -10
10,000
100,000 -20 -60
- -30 0 -80
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
Sumber : PT Angkasa Pura II Bandara Depati Amir dan DisHub Sumber : PT Pelindo Pangkalbalam dan Tanjungpandan,
Bandara H.AS. Hanandjoeddin, diolah diolah
0 -100
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015 2016 2017
Pada triwulan IV 2017, lapangan usaha transportasi dan pergudangan diperkirakan akan
tetap tumbuh dan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sejalan dengan momen
perayaan Natal dan musim liburan jelang akhir tahun.
Lapangan usaha pengadaan listrik dan gas dan produksi es
tumbuh sebesar 4,68% (yoy) tumbuh meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,68% (yoy).
Meningkatnya pertumbuhan pada lapangan usaha ini disebabkan mulai
meningkatnya realisasi proyek-proyek listrik pada akhir tahun. Namun
demikian, berdasarkan data PLN, penjualan listrik pada triwulan III 2017
masih tumbuh sebesar 33,65% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 32,59% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan lapangan
usaha ini diindikasikan adanya peningkatan volume penjualan listrik. Peningkatan penjualan
listrik lebih dipengaruhi pada peningkatan harga jual listrik.
Pada triwulan IV 2017, lapangan usaha ini diperkirakan tumbuh sejalan dengan
meningkatnya pemasangan baru pada perumahan-perumahan baru baik listrik yang bersubsidi
maupun komersial dalam rangka memenuhi kebutuhan energi. Peningkatan lapangan usaha ini
sejalan dengan komitmen pemerintah untuk meningkatkan sumber daya energi.
Grafik 1.24 Lapangan Usaha Pengadaan Listrik dan Gas Grafik 1.25 Penjualan Listrik
Rp Miliar26.48 qtq (%, RHS) yoy (%, RHS) Penjualan (Ribu Kwh) Penjualan (% yoy)
14 30 350,000,000 40.00
12 20.27
18.72 18.23 18.60
25 300,000,000 35.00
10 13.77
20 30.00
250,000,000
12.75 11.97 15
8 11.54
5.84 7.66 200,000,000
25.00
1,250,000 14.00%
1,200,000 12.00%
1,150,000 10.00%
1,100,000 8.00%
1,050,000 6.00%
1,000,000 4.00%
950,000 2.00%
900,000 0.00%
I II III IV I II III IV I II III
2015 2016 2017
Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 6.13 6.69 5.88 4.72 5.84 4.79 4.48 4.63
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 11.19 11.91 9.29 4.48 9.11 5.40 4.97 5.02
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 5.71 8.32 2.24 (1.66) 3.39 7.33 6.98 8.30
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 4.40 6.27 8.05 6.17 6.23 6.01 6.03 4.07
5. Perubahan Inventori (26.75) (19.17) (40.31) (6.40) (28.51) (37.92) (3.43) (11.95)
6. Ekspor Luar Negeri (37.77) (22.29) (1.95) (2.92) (16.83) 58.04 11.83 15.00
7. Impor Luar Negeri 85.12 116.78 63.55 9.19 53.82 (5.02) 27.26 (44.80)
8. Net Ekspor Antar Daerah (60.69) (32.54) (11.89) (10.92) (30.14) 123.51 12.71 37.46
8.1 Ekspor Antar Daerah (0.84) 8.11 (29.07) 3.42 (13.51) 1.68 2.94 4.51
8.2 Impor Antar Daerah (39.31) 56.72 (16.60) 8.03 (24.86) 4.73 5.52 27.20
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 3.44 3.85 4.21 4.92 4.11 6.40 5.29 3.69
Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Jika dilihat dari andil sumber pertumbuhan ekonomi triwulan III-2017, komponen
ekspor luar negeri memiliki andil pertumbuhan tertinggi sebesar 5,92%, diikuti pengeluaran
konsumsi rumah tangga sebesar 2,42%, dan komponen pembentukan modal tetap bruto
sebesar 0,90%. Sementara andil pertumbuhan ekonomi yang negative adalah perubahan
inventori dan impor luar negeri sebesar -0,21% dan -2%. Andil pertumbuhan ekspor luar negeri
yang cukup tinggi di triwulan ini di dorong oleh tumbuhnya penjualan hampir seluruh komoditas
ekspor seperti logam timah, industri karet, dan lada.
5.29
4.21
3.69
2.35
3.03
1.32 2.42
1.72 0.93 0.90
0.45 0.69 0.65
Triwulan III-2016 Triwulan II-2017 Triwulan III-2017
-0.98 -0.28
Grafik 1.31 Likert Scale Konsumsi RT Grafik 1.32 Likert Scale Penjualan Domestik dan Ekspor
1.6 Likert Scale Konsumsi Rumah Tangga (PDRB % yoy)/RHS 8.00 Likert Scale
Ekspor Domestik
1.4 2.5
7.00
1.2 2
1 6.00 1.5
0.8 1
5.00
0.6 0.5
4.00 0
0.4
0.2 3.00 -0.5
-1
0 2.00
-1.5
-0.2
1.00 -2
-0.4
-2.5
-0.6 0.00 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015 2016 2017
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Grafik 1.33 Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama Grafik 1.34 Perkembangan Indeks Utama Survei
Konsumen
160
139
140 180
132 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ( IKE ) Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK)
115 109 103
120 102 101 106 101
98 130121 91 103
100 113 97 99
140
80 94 97 94
88
60 69 79
100
40
20
0 60
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Sumber : KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Sumber : KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
1.2
7% 2
6%
1
5%
0.8
4%
1
0.6
3%
0.4 2% 0
0.2 1%
0 0%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III -1
2012 2013 2014 2015 2016 2017
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
Investasi PMTB (% yoy RHS)
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Sumber : Bank Indonesia SKDU
Sumber : Bank Indonesia SKDU
Ekspor luar negeri tumbuh melambat sebesar 15,00% (yoy) lebih rendah dibanding
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,83% (yoy). Perlambatan ekspor seiring dengan
cenderung stabilnya harga komoditas terutama timah, karet dan lada. Pertumbuhan ekspor
pada triwulan ini disebabkan meningkatnya penjualan logam timah meski tidak setinggi triwulan
sebelumnya dan meningkatnya penjualan minyak mentah dari hasil kilang minyak widuri yang
berada di lepas pantai antara Kepulauan Seribu, Provinsi Lampung dan Provinsi Bangka Belitung.
Selain itu, ekspor juga disumbang oleh ekspor komoditas perkebunan seperti karet. Nilai ekspor
Bangka Belitung pada triwulan II sebesar USD376.450 atau tumbuh sebesar 16,80% (yoy),
melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar USD402.817 atau tumbuh sebesar
146,16%. Perlambatan ekspor disebabkan melambatnya ekspor komoditas timah akibat
berkurangnya permintaan dan lada yang disebabkan penurunan harga. Pangsa negara tujuan
ekspor Bangka Belitung antara lain Singapura (28,51%), Belanda (13,82%), Korea Selatan
(10,98%), Jepang (9,48%) dan lainnya (37,21%). Ekspor Bangka Belitung ke Singapura dari
Januari-Juni 2017 tumbuh meningkat sebesar 33,52% dibandingkan tahun sebelumnya.
Singapura, Belanda, Korea Selatan, Jepang, dan Taiwan merupakan lima negara utama tujuan
ekspor timah Bangka Belitung dengan pangsa 78,99%.
Total nilai ekspor Bangka Belitung pada triwulan III 2017
sebesar USD 418,75 juta atau tumbuh sebesar 29,84%, meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar USD 376,45 juta atau
tumbuh 16,80% (yoy). Peran timah dalam ekspor Bangka Belitung
Januari-September menjadi 77,45%.
Berdasarkan negara tujuan, ekspor timah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung dominan ke Singapura sebesar 31,79%. Belanda,
Korea Selatan, Jepang, dan Taiwan merupakan lima negara tujuan utama ekspor timah. Lima
negara tujuan ini mengimpor sebesar 78,42% timah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Grafik 1.41 Likert Scale Ekspor Kepulauan Bangka Belitung Grafik 1.42 Pangsa Nilai Ekspor Negara Tujuan (Persen)
0.5 Jepang
0
Korea Selatan
-0.5 69.34%
-1 Pakistan
-1.5 RRC 1)
-2
Taiwan
-2.5
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Belanda
Rp Miliar qtq (% RHS) yoy (% RHS) Rp Miliar qtq (% RHS) yoy (% RHS)
600 116.78 140.00 0 134.87 111.68 123.51 150.00
113.87
120.00 -1,000
82.33
500 85.12 100.00 100.00
-2,000
400 56.53 61.35 63.55 80.00 12.71 37.46
48.43 -3,000 43.75 50.00
60.00 13.42 23.35 8.92 10.11
22.47 27.26 5.84
300 19.74 29.76 9.19 40.00 -4,000
6.84 -15.16 -7.30 (11.89)
-2.92 39.39 (5.02) 20.00 -5,000 -6.17 -29.86 0.00
200 (8.50) 10.49 6.57
-21.87 0.00 -37.29 (10.92)
(60.69)
22.59 -6,000-23.81 (9.40)
100 -8.94-16.73 -4.75
(13.… -20.00 -24.73 -26.96 -50.00
(30.01) -40.00 -7,000 -40.45 (32.54)
-21.53 (14.63)
-30.29 (25.74) -30.64 (57.82)
0 -31.54 (44.80) -60.00 -8,000 -100.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah
Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) tumbuh sedikit meningkat,
dari 4,97% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 5,02% (yoy) di triwulan III 2017. Tumbuhnya
sektor ini pada triwulan ini didorong oleh meningkatnya aktivitas keagamaan seperti Hari Raya
Idul adha dan Tahun Baru Islam, serta adanya kegiatan Indonesia-Malaysia-Thailand Growth
Triangle 2017.
Pada triwulan III 2017, diperkirakan konsumsi LNPRT sedikit meningkat yang disebabkan
adanya kegiatan keagamaan seperti Hari Natal dan perayaan Tahun Baru Masehi.
Sementara inventori mengalami kontraksi lebih dalam sebesar 11,95% (yoy) meningkat
dari triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 3,43% (yoy). Peningkatan
perubahan inventori disebabkan meningkatnya stok barang menjelang Hari Raya Idul Adha
terutama pasokan hewan ternak. Pasokan dari luar daerah untuk memenuhi permintaan
domestik meningkat sehingga persediaan di triwulan ini meningkat mekipun peningkatannya
tidak sebesar tahun lalu. Inventori masih dalam kontraksi disebabkan permintaan barang-barang
untuk ekspor yang meningkat sehingga menyerap pasokan barang-barang inventori untuk
memenuhi kebutuhan ekspor.
Pada triwulan IV 2017, inventori akan meningkat sejalan dengan meningkatnya
kebutuhan masyarakat jelang akhir tahun untuk Hari Raya Natal dan persiapan Tahun Baru.
Grafik A.1 IKK, IKE, IEK Triwulan I 2012- Triwulan III 2017
INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ( IKE )
149
137 136 133
128 128 124 124
120 120 117
114 114 110 110
107
101 103 102 99
91 95
158
150 137 145 141 81
137 117 124
133 127
121 124 115 123 122 128
115 109 110 105
101 110
91
139 128 130
107 118 124 119 103 100 125 107 113 97 82 81 97 106 87 97 94 93
123
71
*) Indeks >100 menunjukkan optimisme, < 100 pesimis dan 100 kondisi yang sama
Secara bulanan, Indeks Keyakinan Konsumen selama triwulan III 2017 menunjukkan
kecenderungan meningkat. Selama triwulan III 2017, posisi terendah IKK berada pada bulan
April yaitu sebesar 122. Berdasarkan komponen penyusun IKK yaitu IKE dan IEK, meningkatnya
rata-rata IKK pada triwulan III 2017 ditopang oleh meningkatnya seluruh komponen
pembentuk IKE dan IEK dibandingkan triwulan sebelumnya sejalan dengan meningkatnya
kembali harga komoditas terutama timah, karet dan lada.
Grafik A.2 IKK, IKE dan IEK Triwulan I 2012 Triwulan III 2017
180 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ( IKE ) Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK)
140
100
60
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Optimisme konsumen terhadap kondisi penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang
lalu cenderung menurun dan masih pada level optimisme menjadi 135 pada triwulan III 2017
dari triwulan sebelumnya 112. Meningkatnya kondisi penghasilan saat ini dibandingkan 6
bulan lalu seiring dengan meningkatnya kembali harga komoditas terutama timah, karet dan
lada. Sementara itu, optimisme konsumen terhadap penghasilan enam bulan mendatang
dibanding saat ini meningkat dari 115 pada triwulan II 2017 menjadi 130 pada triwulan III
2017. Hal tersebut dipengaruhi oleh ekspektasi masyarakat meningkatnya kondisi
perekonomian kedepan dan adanya perbaikan Upah Minimum Provinsi tahun 2018.
Grafik A.3 Pembentuk Ekspektasi Konsumen Triwulan I 2012 Triwulan III 2017
Hasil dari survei konsumen akan ketersediaan lapangan pekerjaan pada triwulan III 2017
masih menunjukkan adanya pesimisme konsumen meski sedikit meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya. Tingkat keyakinan konsumen terhadap indeks ketersediaan lapangan
pekerjaan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu meningkat yaitu pada triwulan III 2017
sebesar 96 sementara triwulan sebelumnya yang sebesar 64. Hal tersebut sejalan dengan
ekspektasi mulai meningkatnya kembali harga komoditas dan ekspor pada triwulan III 2017
dibandingkan triwulan II 2017. Demikian pula dengan ekspektasi ketersediaan lapangan
pekerjaan sedikit meningkat dan sudah menunjukkan optimisme yang tercermin dari indeks
rata-rata perkiraan ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini dibandingkan enam bulan yang
akan datang yaitu sebesar 111, dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 96. Peningkatan
seiring dengan mulai meningkatnya kembali harga komoditas dan adanya optimism
masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi ke depan.
Kondisi Terkini
Berdasarkan lapangan usaha pada triwulan II 2017, 4 (empat) lapangan usaha dominan
dalam struktur PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah (1) Industri Pengolahan
dengan pangsa (20,23%), diikuti oleh (2) pertanian, kehutanan dan perikanan (18,54%), (3)
perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor (15,56) dan pertambangan
dan penggalian (12,44%). Sementara pangsa pengadaan listrik dan gas hanya sebesar 0.09%.
Pertumbuhan lapangan usaha pengadaan listrik dan gas mengalami penurunan yaitu dari
5,19% (qtq) pada triwulan I 2017 menjadi 2,68% (qtq).
Meskipun pangsa lapangan usaha listrik relatif kecil, namun percepatan pembangunan
infrastruktur energi sangat penting guna mendorong investasi yang pada akhirnya mendorong
pertumbuhan ekonomi. Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terus
berupaya mendorong percepatan pembangunan infrastruktur energi di Bangka Belitung dalam
rangka mendukung percepatan penyediaan listrik nasional melalui pembangunan pembangkit
listrik 35 ribu MW, yang merupakan megaproyek infrastruktur energi pemerintah.
Kondisi terkini ketersedian listrik di wilayah Bangka Belitung mengalami surplus listrik
dimana kebutuhan listrik pada saat beban puncak di Bangka Belitung sebesar 172,1 MW
(Bangka 133,5MW dan Belitung 38,6 MW) lebih tinggi dibandingkan pasokannya (daya
mampu) sebesar 242,2 MW (Bangka 167,8 MW dan Belitung 74,4 MW). Jumlah cadangan
listrik sebesar 70,1 MW. Pertumbuhan beban puncak di Bangka mencapai 11,25% dengan
jumlah pelanggan sebesar 321.997 pelanggan. Sementara pertumbuhan beban puncak di
Belitung mencapai 10,26% dengan jumlah pelanggan sebesar 91.054 pelanggan.
Grafik B.1. Pertumbuhan Jumlah Pelanggan Perbulan Tahun 2016-2017 di Bangka Belitung
Grafik B.3. Pertumbuhan Kwh Produksi Perbulan Tahun 2016-2017 di Bangka Belitung
Secara umum, kebutuhan listrik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dipenuhi oleh
pembangkit listrik yang berlokasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sendiri. Secara total,
kebutuhan listrik di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung disuplai dari dua pembangkit listrik
tenaga uap (PLTU) dan sebelas pembangkit listrik tenaga diesel. Daya yang dapat dipenuhi
sistim pembangkit listrik untuk wilayah di Bangka adalah sebesar 167,8 megawatt (MW)
dengan beban puncak mencapai 133,5 MW dan untuk wilayah Belitung adalah sebesar 74,4
megawatt (MW) dengan beban puncak sebesar 38,6 MW.
Sistem kelistrikan yang eksisting di Bangka Belitung saat ini belum memiliki cadangan
daya (reserve margin) minimal yang disyaratkan yaitu sebesar 30%. Cadangan daya (reserve
margin) di Bangka Belitung hanya sebesar 28,94%. Padahal, Bangka Belitung memiliki potensi
energi terbarukan (Biomassa dan Biogas) yang besar, namun saat ini pemanfaatan energi
tersebut masih terbatas.
Sistim kelistrikan untuk Pulau Bangka sendiri dipenuhi oleh Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) Air Anyir dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Mentok, PLTD Merawang,
PLTD Koba, dan PLTD Toboali, PLTD Pulau Nangka dan PLTD Pulau Pongok. Selain itu,
kebutuhan listrik di Pulau Bangka juga di supply oleh PLTBg GPL dan PLTBm Listrindo.
Sedangkan untuk wilayah Pulau Belitung, kebutuhannya dipenuhi oleh PLTU Suge, PLTD S.
Nasik, PLTD Seliu, PLTD Pilang, dan PLTD Manggar, PLTD Pulau Bukit Limau, PLTD Pulau
Sumednag. Selain itu, kebutuhan listrik Pulau Belitung juga dipenuhi oleh pembangkit listrik
swasta yaitu, PLTBm Belitung Energi dan PLTBg Austindo. Status kepemilikan pembangkit listrik
di Povinsi Kepulauan Bangka Belitung sendiri sebagian masih berupa pembangkit listrik yang
berstatus sewa. Pembangkit listrik berstatus sewa tersebut digunakan untuk mengakomodasi
pertumbuhan jumlah pemakaian listrik.
Jumlah pengguna listrik di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga mengalami
kenaikan setiap tahunnya. Tercatat pengguna listrik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
sampai dengan Agustus tahun 2017 adalah 413.051, tumbuh sebesar 7,71% dari periode
Agustus tahun 2016 yang berjumlah 383.471. Struktur pengguna listrik di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung sendiri sebagian besar adalah dari sektor rumah tangga.
Gambar B.2. Rencana Pengembangan Kelistrikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2017-2026
Pada pertengahan bulan Juli 2017, banjir melanda di beberapa kabupaten di Provinsi
Bangka Belitung. Intensitas hujan yang tinggi sejak Jumat (14/7/2017) hingga Minggu
(16/7/2017) telah menyebabkan beberapa wilayah terendam banjir. Banjir mulai melanda sejak
Sabtu (15/7/2017) dan terus meluas akibat intensitas hujan yang masih sangat tinggi. Banjir
terparah terjadi di kabupaten Belitung dan Belitung Timur dengan ketinggian banjir mencapai
1-2 meter. Selain kedua kabupaten tersebut, Kabupaten Bangka Selatan dan Kabupaten
Bangka Tengah juga tidak luput dari serangan banjir namun tidak separah yang terjadi di Pulau
Belitung. Banjir telah menyebabkan rumah-rumah penduduk terendam, terganggunya akses
transportasi karena banyak jalan rusak dan jembatan putus, rusaknya sarana dan prasarana
umum, kerusakan lahan pertanian dan hilangnya hewan-hewan ternak milik masyarakat.
1152
TIMUR
Luas persawahan
Ha Kecamatan
Terdampak
terendam banjir
53 Ekor
Sapi yang terdampak
banjir
15 Ha 475 Ha
Jaringan irigasi tersier
Tanaman sayuran
rusak
terendam banjir
112 Unit
Alat mesin pertanian
30 Ton
Gabah dan Beras
terendam banjir terendam banjir
Sumber data : Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Gambar C.1. Dampak banjir terhadap sektor pertanian di Kabupaten Belitung Timur
Peristiwa banjir di Provinsi bangka Belitung berdampak pada seluruh sektor ekonomi.
Sektor ekonomi yang paling parah terdampak banjir adalah sektor pertanian. Banjir telah
merusak areal tanam dan persawahan masyarakat, merusak sarana dan prasarana pertanian
milik petani, dan merusak hewan ternak. Di Kabupaten Belitung Timur, sebanyak 1.152 hektar
lahan persawahan mengalami kerusakan berat akibat banjir. Dari total luasan lahan tersebut,
sebanyak 971 hektar lahan sawah mengalami gagal tanam dan sebanyak 181 hektar
persawahan mengalami gagal panen. Tanaman sayuran yang sedang tumbuh juga terendam
banjir seluas 15 hektar. Gabah dan beras milik petani pun tidak luput dari banjir yang
menyebabkan sebanyak 29 ton gabah dan 1 ton beras terendam banjir. Bahkan sapi milik
masyarakat ikut terseret banjir sebanyak 53 ekor. Banjir juga merendam alat-alat pertanian dan
sarana produksi seperti 42 unit hand traktor, 2 unit rice milling unit, 1 unit vertical dryer, 10
unit traktor roda 4, 30 unit pompa air, 14 unit rice transplanter, 4 unit combine harvester, 9
KABUPATEN BELITUNG 4
151 Ha
Luas persawahan
Kecamatan
Terdampak
terendam banjir
6 Ha
Tanaman sayuran
terendam banjir
276 Ha
Jaringan irigasi tersier
45 Unit
Alat mesin pertanian
rusak
Sumber data : Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Kerusakan yang terjadi pada sektor pertanian akibat banjir tersebut berdampak
terhadap peningkatan impor produk bahan makanan dari luar daerah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung akibat pasokan dari daerah sendiri tidak mencukupi. Pada triwulan III tahun
2017, net ekspor antar daerah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami peningkatan
defisit neraca sebesar 37,46% (yoy). Itu artinya, defisit neraca ekspor antar daerah pada
triwulan III tahun 2017 jauh lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya. Hal ini ternyata juga berdampak terhadap penurunan pertumbuhan ekonomi
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang cukup tajam di triwulan III tahun 2017 yaitu sebesar
3,69% (yoy) lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III
tahun 2016 yaitu sebesar 4,21% (yoy). Kondisi ini tentu saja diluar prediksi sebelumnya. Jika
dalam kondisi normal tanpa adanya kejadian banjir, dengan asumsi nilai net ekspor antar
daerah pada triwulan III tahun 2017 masih sama dengan triwulan II tahun 2017 dan ceteris
paribus, maka seharusnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat
mencapai 6,55% (yoy) pada triwulan III tahun 2017. Namun pada kenyataannya, peristiwa
banjir yang terjadi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memberikan dampak yang cukup
signifikan terhadap penurunan pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
sebesar 2,86% dari asumsi kondisi normal tanpa banjir.
Grafik 2.1 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Bangka Belitung
2.500,00 60,00%
50,00%
2.000,00 40,00%
30,00%
1.500,00
20,00%
10,00%
1.000,00
0,00%
500,00 -10,00%
-20,00%
- -30,00%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017
Grafik 2.2 Pangsa Realisasi Pendapatan Daerah Grafik 2.3 Pangsa Realisasi Belanja Daerah
Kabupaten Belitung Triwulan III Tahun Kabupaten Belitung Triwulan III Tahun
2017 2017
16,95% 71,68%
73,82% 18,15%
9,23% 10,17%
PAD Dana Perimbangan Pendapatan Lain-Lain Belanja Operasi Belanja Modal Transfer Bantuan Keuangan
Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Belitung, diolah Kabupaten Belitung, diolah
Realisasi Belanja
triwulan III 2017 atau mencapai 55,46% dari target realisasi
APBD Kabupaten Belitung belanja tahun 2017. Sebagian besar belanja operasi
Triwulan III 2017
Belanja Operasi Rp 358,52 M digunakan untuk belanja pegawai dengan kontribusi
Belanja Modal Rp 90,77 M
Belanja Tak Terduga Rp 0,00 M sebesar 69,32%. Nilai realisasi belanja pegawai di
Transfer Bantuan Keuangan Rp 50,86 M
Total Rp 500,14 M
Kabupaten Belitung hingga triwulan III tahun 2017
mencapai Rp248,54 miliar atau sebesar 57,91% dari target.
Realisasi belanja modal menyumbang 18,15% terhadap nilai realisasi belanja daerah.
Realisasi belanja modal mencapai Rp90,77 miliar atau sebesar 51,96% dari target belanja modal
tahun 2017. Kontribusi terbesar belanja modal digunakan untuk belanja modal jalan, irigasi dan
jaringan dengan nominal sebesar Rp53,19 miliar atau sebesar 58,60% dari total realisasi belanja
modal. Sementara itu, komponen belanja daerah lainnya yaitu transfer bantuan keuangan
menyumbang 10,17% terhadap nilai realisasi belanja daerah dengan nilai realisasi sebesar
Rp50,86 miliar atau sebesar 53,97% dari target 2017. Transfer bantuan keuangan sebagian
Anggaran Pendapatan
Dana perimbangan masih menjadi kontributor terbesar
APBD Kabupaten Bangka Barat pada realisasi pendapatan daerah Kabupaten Bangka Barat
Tahun 2017
PAD Rp 83,13 M dengan pangsa sebesar 94,99% dari total pendapatan daerah
Pendapatan Transfer Rp 785,84 M
Lain-lain Rp 8,14 M
triwulan III tahun 2017. Realisasi dana perimbangan sebesar
Total Rp 877,11 M Rp586,71 miliar atau mencapai 74,66% dari target
Realisasi Pendapatan pendapatan dana perimbangan tahun 2017. Kontribusi
APBD Kabupaten Bangka Barat
s.d Triwulan III 2017
terbesar dana perimbangan berasal dari pos dana alokasi
PAD Rp 26,73 M umum sebesar Rp367,27 miliar atau 62,60% dari total dana
Pendapatan Transfer Rp 586,71 M
Lain-lain Rp 4,21 M perimbangan.
Total Rp 617,65 M
Sementara itu, realisasi PAD yang mencerminkan
kemandirian fiskal daerah tercapai sebesar Rp26,73 miliar atau hanya sebesar 4,33% dari total
pendapatan daerah triwulan III tahun 2017. Realisasi PAD tertinggi diperoleh dari pendapatan
pajak daerah yaitu sebesar Rp12,96 miliar atau dengan pangsa mencapai 48,48% dari total
realisasi PAD. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah menempati urutan kedua sebagai
penyumbang terbesar nilai realisasi pendapatan asli daerah yaitu sebesar Rp8,17 miliar atau
sebesar 30,57% dari total realisasi pendapatan asli daerah. Sementara itu, realisasi pendapatan
retribusi daerah dan pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yaitu
sebesar Rp2,12 miliar, dan Rp3,48 miliar dengan pangsa masing-masing mencapai 7,93%, dan
13,02% dari total realisasi pendapatan asli daerah.
Secara keseluruhan, pada triwulan III tahun 2017 realisasi APBD mengalami surplus
sebesar 24,43% sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang
mengalami surplus sebesar 18,53%. Surplus tersebut merupakan persentase surplus realisasi
anggaran dibandingkan dengan total jumlah pendapatan.
Grafik 2.4 Pangsa Realisasi Pendapatan Daerah Grafik 2.5 Pangsa Realisasi Belanja Daerah
Kabupaten Bangka Barat Triwulan III Kabupaten Bangka Barat Triwulan III
Tahun 2017 Tahun 2017
4,33% 15,67%
94,99% 84,33%
0,68%
Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Bangka Barat, diolah Kabupaten Bangka Barat, diolah
Anggaran Belanja
Realisasi belanja daerah Kabupaten Bangka Barat pada
APBD Kabupaten Bangka Barat
Tahun 2017
triwulan III tahun 2017 sebesar Rp466,75 miliar atau sebesar
Belanja Operasi Rp 724,80 M
53,09% dari target belanja tahun 2017 sebesar Rp879,12 miliar.
Belanja Modal Rp 150,57 M
Belanja Tidak Terduga Rp 1,53 M Pangsa terbesar realisasi anggaran belanja triwulan III tahun 2017
Transfer Rp 2,22 M
Total Rp 879,12 M adalah belanja operasi sebesar Rp393,61 miliar dengan pangsa
Realisasi Belanja 84,33% dari total belanja daerah triwulan III 2017. Realisasi
APBD Kabupaten Bangka Barat
s.d Triwulan III 2017 belanja operasi terbesar yaitu realisasi belanja pegawai sebesar
Belanja Operasi Rp 393,61 M
Belanja Modal Rp 73,14 M Rp242,15 miliar atau sebesar 66,12% dari target belanja pegawai
Belanja Tidak Terduga Rp 0,00 M
Transfer Rp 0,00 M tahun 2017. Nilai realisasi belanja pegawai berkontribusi besar
Total Rp 466,75 M
terhadap realisasi belanja operasi sebesar 61,52%.
Sementara itu, realisasi anggaran belanja modal mencapai Rp73,14 miliar dengan
pangsa sebesar 15,67% dari total belanja triwulan III tahun 2017. Realisasi belanja modal
mencapai 48,57% dari target belanja modal tahun 2017. Nilai realisasi belanja modal sebagian
besar didukung oleh nilai realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan dengan kontribusi sebesar
76,54% terhadap nilai realisasi belanja daerah. Realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan sampai
dengan triwulan III tahun 2017 mencapai Rp55,98 miliar. Komponen belanja lainnya yaitu
belanja tak terduga dan transfer bantuan keuangan ke daerah belum ada realisasi hingga
triwulan III tahun 2017.
Grafik 2.6 Pangsa Realisasi Pendapatan Daerah Grafik 2.7 Pangsa Realisasi Belanja Daerah
Kabupaten Bangka Tengah Triwulan III Kabupaten Bangka Tengah Triwulan III
Tahun 2017 Tahun 2017
11,50% 56,87%
78,44% 43,13%
10,06%
PAD Dana Perimbangan Pendapatan Lain Belanja Langsung Belanja Tidak Langsung
Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Bangka Tengah, diolah Kabupaten Bangka Tengah, diolah
Grafik 2.8 Pangsa Realisasi Pendapatan Daerah Grafik 2.9 Pangsa Realisasi Belanja Daerah
Kabupaten Bangka Triwulan III Tahun Kabupaten Bangka Triwulan III Tahun
2017 2017
12,42% 83,77%
76,96% 16,02%
10,62% 0,21%
PAD Dana Perimbangan Pendapatan Lain Belanja Operasi Belanja Modal Transfer Bantuan Keuangan
Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Bangka, diolah Kabupaten Bangka, diolah
Realisasi Pendapatan
77,43% dari target dana perimbangan tahun 2017.
APBD Kota Pangkalpinang Sementara itu, realisasi Pendapatan Asli Daerah
s.d Triwulan III 2017
PAD Rp 102,54 M (PAD) yang mencerminkan kemandirian fiskal daerah
Pendapatan Transfer Rp 510,84 M sebesar Rp102,54 miliar atau sebesar 15,69% dari total
Lain-lain Rp 40,00 M
Total Rp 653,37 M realisasi pendapatan triwulan III tahun 2017. Realisasi PAD
tertinggi diperoleh dari pendapatan pajak daerah sebesar Rp52,75 miliar atau mencapai 51,44%
dari total realisasi PAD. Realisasi Lain-lain PAD yang Sah sebesar Rp34,24 miliar atau mencapai
33,39% dari total realisasi PAD. Sedangkan Realisasi pendapatan retribusi daerah dan
pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan masing-masing sebesar Rp9,37
miliar dan Rp6,18 miliar atau masing-masing mencapai 9,14% dan 6,02% dari total realisasi
pendapatan asli daerah. Secara keseluruhan pada triwulan III tahun 2017, realisasi APBD
mengalami surplus sebesar 24,24%.
Grafik 2.10 Pangsa Realisasi Pendapatan Daerah Grafik 2.11 Pangsa Realisasi Belanja Daerah Kota
Kota Pengkalpinang Triwulan III Tahun Pengkalpinang Triwulan III Tahun 2017
2017
69,71%
15,69%
30,14%
78,18%
0,11%
6,12%
0,03%
Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kota Pengkalpinang, diolah Kota Pengkalpinang, diolah
Grafik 2.12 Pangsa Realisasi Pendapatan Daerah Kab Grafik 2.13 Pangsa Realisasi Belanja Daerah Kab.
Bangka Selatan Triwulan III Tahun 2017 Bangka Selatan Triwulan III Tahun 2017
6,93%
42,95%
81,72%
57,05%
11,35%
PAD Dana Perimbangan Pendapatan Lain Belanja Langsung Belanja Tidak Langsung
Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kab. Bangka Selatan, diolah Kab. Bangka Selatan, diolah
Grafik 2.14 Pangsa Realisasi Pendapatan Daerah Grafik 2.15 Pangsa Realisasi Belanja Daerah Kab.
Kab. Belitung Timur Triwulan III Tahun Belitung Timur Triwulan III Tahun 2017
2017
11,08% 73,46%
88,90% 12,60%
0,02% 13,93%
PAD Dana Perimbangan Pendapatan Lain Belanja Operasi Belanja Modal Transfer Bantuan Keuangan
Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kab. Belitung Timur, diolah Kab. Belitung Timur, diolah
Realisasi Belanja belanja operasi tahun 2017. Realisasi belanja operasi terbesar
APBD Kab. Belitung Timur
digunakan untuk belanja pegawai sebesar Rp227,69 miliar
s.d Triwulan III 2017
Belanja Operasi Rp 318,50 M atau sebesar 77,81% dari target belanja pegawai tahun
Belanja Modal Rp 54,65 M
Transfer Bantuan Keuangan Rp 60,39 M 2017 sebesar Rp294,99 miliar. Komponen belanja lainnya
Belanja Tak Terduga Rp 0,00 M
Total Rp 433,54 M yaitu belanja modal terealisasi pada triwulan III tahun 2017
sejumlah Rp54,65 miliar atau sebesar 38,81% dari target tahun 2017. Pangsa realisasi belanja
modal terbesar diperoleh dari sumbangan realsiasi belanja modal untuk jalan, irigasi dan
jaringan. Pemerintah Kabupaten Belitung timur juga memberikan transfer bantuan keuangan ke
desa dan ke daerah lainnya sebesar Rp60,39 sampai dengan triwulan III tahun 2017. Transfer
bantuan keuangan ini menyumbang 13,93% terhadap total realisasi belanja daerah Kabupaten
Belitung Timur.
Pagu Dana Dekonsentrasi tahun 2017 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar
Rp86,04 miliar, menurun sebesar 41,84% dibandingkan pagu tahun 2016 sebesar Rp147,93
miliar. Sementara pagu dana Tugas Pembantuan sebesar Rp140,43 miliar, menurun sebesar
37,25% dibandingkan pagu tahun 2016 sebesar Rp223,79 miliar. Realisasi dana dekonsentrasi
hingga triwulan III 2017 tercatat sebesar Rp43,50 miliar atau sebesar 50,55% dari pagu.
Sedangkan realisasi tugas pembantuan sebesar Rp63,13 miliar atau baru mencapai 44,95% dari
pagu.
Berdasarkan jenis belanja, belanja pemerintah pusat di daerah digunakan untuk belanja
pegawai, belanja barang, belanja modal, bantuan sosial, dan transfer. Alokasi terbesar anggaran
belanja pemerintah pusat di daerah menurut jenis belanja yaitu untuk belanja barang sebesar
Rp1.061,38 miliar atau sebesar 30,55% dari total belanja daerah di pusat. Nilai realisasi terbesar
belanja pemerintah pusat di daerah pada triwulan III tahun 2017 adalah untuk belanja pegawai
yaitu sebesar 71,66% dari pagu anggaran. Sementara itu, realisasi belanja barang yang
menggunakan anggaran belanja pemerintah pusat baru mencapai 55,32%.
Tabel 2.9 Pagu dan Realisasi Anggaran Belanja Pusat di Daerah Menurut Jenis Belanja
7.11 3.59
2.91 2.45
17.24 7.34
7.61 2.02
Grafik 3.1 Inflasi Bangka Belitung Vs Nasional Grafik 3.2 Rata-Rata Inflasi Tiga Tahun Terakhir
Sumber: BPS Provinsi Bangka Belitung, Diolah Sumber: BPS Provinsi Bangka Belitung, Diolah
Sementara itu, perkembangan inflasi bulanan di triwulan III tahun 2017 masih cukup
terkendali. Triwulan III tahun 2017 diwarnai dengan deflasi pada bulan Juli sebesar 0,25% (mtm)
dan deflasi pada bulan Agustus sebesar 0,75% (mtm), sedangkan deflasi terjadi pada bulan
September sebesar 0,22% (mtm). Deflasi tiga bulan berturut turut ditengarai akibat normalisasi
harga beberapa komoditas utama pasca hari raya Idul Fitri yang jatuh pada triwulan II 2017.
Stabilnya inflasi bulanan pada triwulan III 2017 juga sejalan dengan penurunan inflasi tahunan
pada bulan Juli, Agustus dan September 2017 Inflasi tahunan Juli, Agustus dan September 2017
masing masing sebesar 5,18% (yoy), 3,99% (yoy) dan 3,59% (yoy).
Jika dibandingkan antara triwulan II 2017 dan triwulan III 2017, seluruh kelompok inflasi
mengalami penurunan inflasi. Kelompok inflasi bahan makanan tercatat mengalami inflasi
2,45% (yoy) di triwulan I 2017, menurun dari triwulan II 2017 yang mengalami inflasi 7,24%
(yoy). Penurunan inflasi bahan makanan pada triwulan III 2017 disebabkan oleh penurunan
harga komoditas sayuran dan bumbu bumbuan. Hal tersebut disebabkan adanya panen raya
dii sentra produksi di pulau Jawa dan Sumatera yang menyebabkan penurunan di kelompok
sayuran dan bumbu - bumbuan. Adapun komoditas yang mengalami deflasi adalah bawang
merah, daging ayam ras, kangkung, sawi hijau dan cabai rawit.
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau tercatat mengalami inflasi
yang cukup terkendali sebesar 2,47% (yoy), menurun dari triwulan II 2017 yang mengalami
inflasi 3,79% (yoy). Rokok kretek filter dan rokok putih adalah beberapa komoditas yang
mengalami penurunan inflasi jika dibandingkan triwulan II 2017. Penurunan tersebut ditengarai
adanya penurunan konsumsi rokok kretek filter dan rokok putih.
Pada triwulan III 2017, kelompok inflasi perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
mengalami inflasi 6,82% (yoy), sedikit menurun dari triwulan II 2017 yang mengalami inflasi
7,36% (yoy). Inflasi dari komoditas ini masih didominasi oleh kenaikan tarif listrik, akan tetapi
Inflasi yang cukup terkendali pada triwulan III 2017 juga terkonfirmasi dari survei biaya
bahan baku, biaya energi dan biaya upah yang mengalami penurunan pada triwulan III 2017.
Selain itu, aktivitas bongkar juga masih berlangsung untuk mendukung ketersediaan bahan
pangan di Bangka Belitung.
Inflasi volatile food menurun signifikan dari 7,61% (yoy) menjadi 2,02% (yoy).
Penurunan inflasi volatile food didukung oleh normalisasi harga bahan pangan pasca Hari Raya
Inflasi administered price menurun menjadi sebesar 7,34% (yoy) atau lebih rendah
dari triwulan sebelumnya sebesar 17,24% (yoy). Menurunnya inflasi administered price
sehubungan dengan normalisasi inflasi angkutan udara pasca peningkatan permintaan di Hari Raya
Idul Fitri. Secara tahunan, inflasi angkutan udara sudah mengalami penurunan jika dibandingkan
dengan periode 2016 sehingga inflasi administered price, yang didominasi oleh tarif angkutan
udara, juga relatif stabil. Secara bulanan tarif angkutan udara masih menyumbang inflasi triwulan
III 2017 akan tetapi masih pada level yang cukup tekendali. Secara tahunan inflasi administered
price disumbangkan oleh tarif listrik dan biaya perpanjangan STNK.
Grafik 3.8 Perkembangan Inflasi Bangka Belitung Grafik 3.9 Likert Scale Biaya Bangka Belitung
Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah
Tabel 3.1 Komoditas Utama Penyumbang Andil Inflasi Bulanan Triwulan III 2017
Komoditas Inflasi
Pangkalpinang Tanjungpandan Bangka Belitung
No.
Komoditas Inflasi (%mtm) Komoditas Inflasi (%mtm) Komoditas Inflasi (%mtm)
1 Angkutan Udara 5.22 Angkutan Udara 12.08 Angkutan Udara 7.42
2 Sekolah Dasar 4.79 Pecel 22.50 Ikan Bulat 7.03
3 Mobil 1.44 Kain Gorden 8.83 Pecel 8.80
4 Daging Ayam Ras 2.24 Mainan Anak 14.87 Sekolah Dasar 3.00
5 Ikan Bulat 15.78 Ikan Kembung 2.75 Apel 5.25
6 Apel 6.53 Susu Untuk Bayi 2.05 Mobil 0.96
7 Batu 3.33 Susu Untuk Balita 1.76 Kain Gorden 4.93
8 Ayam Hidup 5.01 Anggur 3.02 Ikan Kembung 1.40
9 Akademi/Perguruan Tinggi 1.23 Garam 25.00 Batu 2.49
10 Sepeda Motor 1.61 Apel 1.72 Sepeda Motor 1.02
Tabel 3.2 Komoditas Utama Penyumbang Andil Deflasi Bulanan Triwulan III 2017
Komoditas Deflasi
Pangkalpinang Tanjungpandan Bangka Belitung
No.
Komoditas Deflasi (%mtm) Komoditas Deflasi (%mtm) Komoditas Deflasi (%mtm)
1 Kerisi -11.37 Daging Ayam Ras -14.06 Kerisi -9.20
2 Selar/Tude -9.23 Kerisi -6.40 Daging Ayam Ras -4.43
3 Kangkung -16.25 Kangkung -21.40 Selar/Tude -9.51
4 Sawi Hijau -9.89 Ikan Bulat -6.79 Kangkung -18.73
5 Kerang -12.69 Cumi-cumi -7.45 Sawi Hijau -14.91
6 Hapau -3.45 Selar/Tude -9.86 Bayam -8.59
7 Cabai Rawit -7.16 Udang Basah -6.97 Cabai Rawit -10.23
8 Bawang Merah -1.74 Bayam -25.48 Udang Basah -2.90
9 Semangka -8.60 Sawi Hijau -38.88 Cumi-cumi -2.83
10 Wortel -7.16 Cabai Rawit -17.38 Wortel -7.12
Tabel 3.4 Komoditas Utama Penyumbang Andil Deflasi Tahunan Triwulan III 2017
Komoditas Deflasi
Pangkalpinang Tanjungpandan Bangka Belitung
No.
Komoditas Deflasi (%yoy) Komoditas Deflasi (%yoy) Komoditas Deflasi (%yoy)
1 Bawang Merah -29.62 Daging Ayam Ras -14.01 Bawang Merah -31.65
2 Selar/Tude -21.02 Bawang Merah -39.27 Daging Ayam Ras -8.57
3 Angkutan Udara -5.42 Bawang Putih -23.66 Gula Pasir -12.74
4 Gula Pasir -16.73 Kangkung -24.44 Kangkung -29.77
5 Batako -13.42 Apel -22.84 Sawi Hijau -28.04
6 Bahan Bakar Rumah Tangga -5.80 Semen -5.97 Semen -8.19
7 Sawi Hijau -25.90 Semangka -25.83 Batako -10.25
8 Daging Ayam Ras -5.07 Susu Untuk Balita -11.45 Apel -12.94
9 Kangkung -33.84 Cabai Rawit -19.83 Bahan Bakar Rumah Tangga -3.47
10 Kerisi -6.70 Bayam -25.98 Angkutan Udara -2.32
Kota Pangkalpinang pada triwulan laporan mencatat inflasi 3,46% (yoy), menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya 7,33% (yoy), dan lebih rendah dibandingkan inflasi nasional
sebesar 3,72% (yoy). Berdasarkan kelompok, terkendalinya inflasi pada triwulan III 2017
didukung oleh penurunan inflasi tahunan yang terjadi pada kelompok, (1) bahan makanan (2)
makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau, (3) perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar,
(4) sandang, dan (5) transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Sedangkan peningkatan inflasi
terjadi pada kelompok (1) kesehatan, dan (2) pendidikan, rekreasi dan olah raga. Penurunan
yang signifikan dari kelompok bahan makanan dan transpor, komunikasi dan jasa keuangan
telah mendukung pencapaian inflasi tahunan Kota Pangkalpinang pada triwulan III 2017.
Kota Tanjung Pandan mengalami inflasi tahunan sebesar 3,83% (yoy) pada triwulan III
2017, menurun jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat inflasi sebesar 6,72%
(yoy). Kelompok inflasi yang mengalami peningkatan pada triwulan III 2017 adalah kelompok
kesehatan. Sedangkan kelompok (1) bahan makanan, (2) perumahan, air, listrik, gas, & bahan
bakar, (3) sandang, (4) pendidikan, rekreasi, dan olahraga serta (5) transpor, komunikasi dan
jasa keuangan mengalami penurunan inflasi secara triwulanan. Sejalan dengan Kota
Pangkalpinang, penurunan inflasi yang cukup signifikan dari kelompok transpor, komunikasi dan
jasa keuangan mendukung stabilitas inflasi Kota Tanjungpandan pada triwulan III 2017.
Penurunan inflasi pada kelompok ini disebabkan oleh normalisasi tarif angkutan udara.
Pada triwulan III 2017, Provinsi Riau mengalami inflasi tertinggi di wilayah Sumatera
sebesar 5,08% (yoy). Sedangkan Provinsi Sumatera Barat mengalami inflasi terendah di wilayah
Sumatera sebesar 5,08% (yoy). Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menempati peringkat ke 6
inflasi tertinggi dari total 10 Provinsi di wilayah Sumatera.
Law Enforcement
Penjajakan komunikasi dan koordinasi untuk bekerjasama dengan Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU) dalam pengawasan persaingan usaha di Bangka Belitung agar
tercipta persaingan usaha yang sehat telah dilakukan, dengan penandatanganan Nota
Kesepahaman yang akan dilakukan antara TPID Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan KPPU
yang akan dilakukan pada waktu dekat. Kerja sama dengan KPPU diharapkan dapat
mencegah adanya pedagang yang melakukan spekulasi dengan meningkatkan harga secara
sepihak serta mencegah adanya praktik usaha yang tidak sehat. Kedepan KPPU akan menjadi
mitra strategis yang efektif bersama kepolisian agar tata niaga di Provinsi Bangka Belitung
semakin efisien.
18,63 19,13
+ 13,33% yoy + 14,54% yoy
15,05 14,90
+ 8,83% yoy + 7,74% yoy
17,04 17,79
+ 12,58% yoy + 16,94% yoy
88,30 83,78
3,20 2,74
25.00%
20,000
20.00%
15,000
15.00%
10.00%
10,000
5.00%
5,000
0.00%
0 -5.00%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah bank yang beroperasi di Bangka Belitung sampai dengan akhir periode triwulan
II 2017 sebanyak 30 bank yang terdiri dari 25 Bank Umum/BUS dan 4 BPR dan 1 BPRS. Jaringan
kantor bank umum yang tercatat pada triwulan I 2017 yakni 27 Kantor Cabang (KC), 55 Kantor
Cabang Pembantu (KCP), 53 Kantor Unit Desa (KUD), 36 Kantor Kas (KK), 15 Kas Mobil (KM),
20 Loket Pelayanan dan 403 ATM. Sedangkan jaringan kantor BPR yakni 4 kantor Pusat (KP), 3
Grafik 4.2 Pangsa Dana Pihak Ketiga Grafik 4.3 Perkembangan DPK Perbankan
DPK TABUNGAN DEPOSITO GIRO
gDPK (RHS) gGIRO (RHS) gTABUNGAN (RHS) gDEPOSITO (RHS)
Giro 20,000
(Rp Juta)
40%
16.75% 18,000
Deposito 30%
16,000
35.96% 20%
14,000
12,000
10%
Tabungan 10,000
0%
47.29% 8,000
6,000 -10%
4,000
-20%
2,000
0 -30%
Sumber : Bank Indonesia I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017
Pada triwulan IV 2017 diperkirakan dana pihak ketiga perbankan akan tumbuh terbatas
yang disebabkan adanya perayaan akhir tahun dan Hari Raya Natal yang akan meningkatkan
konsumsi masyarakat. Peningkatan konsumsi tersebut akan mengurangi dana pihak ketiga
masyarakat yang disimpan di perbankan. Selain itu, adanya realisasi proyek pemerintah pada
triwulan IV juga akan membatasi pertumbuhan dana pihak ketiga secara umum.
Grafik 4.4 Pangsa Kredit Menurut Penggunaan Grafik 4.5 Jumlah dan Pertumbuhan Kredit Menurut
Penggunaan
KREDIT MODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI
gKREDIT (RHS) gMODAL KERJA (RHS) gINVESTASI (RHS) gKONSUMSI (RHS)
16,000 (Rp miliar) 40%
14,000
30%
12,000
20%
10,000
8,000 10%
6,000
0%
4,000
-10%
2,000
0 -20%
I II III IV I II III IV I II III
2015 2016 2017
Secara sektoral, dari total non performing loan, rasio kredit bermasalah paling besar
terjadi pada sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 38,76% serta pertambangan dan
penggalian sebesar 26,56%. Secara umum, rasio kredit bermasalah terhadap penyaluran kredit
membaik dari 3,20% pada triwulan II 2017 menjadi 2,72% pada triwulan III 2017. Rasio kredit
bermasalah sektor lainnya antara lain (1) konstruksi sebesar 10,41%, (2) real estate, usaha
persewaan dan jasa perusahaan sebesar 6,53%, (3) industri pengolahan 2,09%, (4) perikanan
1,05%, (5) pertanian, perburuan dan kehutanan sebesar 0,99%, dan (6) transportasi,
pergudangan dan komunikasi sebesar 0,40%.
Pertumbuhan kredit pada triwulan IV 2017 diprediksikan akan mengalami pertumbuhan
positif. Dampak penurunan suku bunga acuan pada level yang cukup rendah akan membuat
penyaluran kredit menjadi lebih tinggi, khususnya untuk penyaluran kredit konsumsi.
Peningkatan kredit konsumsi tersebut disebabkan adanya perayaan akhir tahun dan Hari Raya
Natal pada triwulan IV 2017. Selain itu, mulai membaiknya aktivitas ekonomi diperkirakan
mendukung kinerja beberapa sektor ekonomi yang akan mendorong penyaluran kredit.
Membaiknya pertumbuhan ekonomi domestik dan global serta terkendalinya laju NPL juga akan
berdampak positif pada penyaluran kredit produktif. Hal tersebut juga didukung dengan mulai
membaiknya harga komoditas timah yang akan mendongkrak pertumbuhan di sektor
pertambangan dan industri pengolahan yang pada akhirnya akan meningkatkan permintaan
kredit untuk mendukung aktivitas pada kedua sektor tersebut.
18,000
100
16,000
14,000 80
12,000
60
10,000
40
8,000
6,000 20
4,000
-
2,000
- (20)
I II III IV I II III IV I II III
2015 2016 2017
Sumber : Bank Indonesia
4.00%
600
3.50%
500
3.00%
400 2.50%
300 2.00%
1.50%
200
1.00%
100
0.50%
- 0.00%
I II III IV I II III IV I II III
2015 2016 2017
6
12
5
4 10
3
8 BI RATE 7 Day's Repo Rate
2
1 6
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 4
2015 2016 2017 1 2 3 4 5 6 7 8 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2016 2017
Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia
Total aset Bank Umum Syariah (BUS) pada triwulan III 2017 mencapai Rp682,29 miliar
atau secara tahunan mengalami pertumbuhan sebesar 10,53% (yoy), setelah pada triwulan
sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 109,46% (yoy). Penurunan pertumbuhan aset ini
seiring dengan kembalinya pertumbuhan pada posisi fundamentalnya pasca penambahan aset
yang signifikan pada bank syariah pada tahun 2016.
Sisi penghimpunan dana mengalami pertumbuhan sebesar 13,73% (yoy) atau senilai
Rp552,38 miliar, setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 11,06% (yoy). Tercatat,
komponen giro mengalami kontraksi menjadi 23,42% (yoy) mendangkal setelah pada triwulan
sebelumnya mengalami kontraksi 30,34% (yoy). Pertumbuhan terjadi pada komponen tabungan
sebesar 11,88% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 15,44% (yoy). Sejalan dengan giro
dan tabungan, komponen deposito juga mengalami pertumbuhan positif menjadi sebesar
27,20% (yoy) dari pertumbuhan sebesar 9,81% (yoy) di triwulan sebelumnya.
Dari sisi pembiayaan perbankan syariah mengalami penurunan. Sejalan dengan
penyaluran kredit perbankan umum yang mengalami perlambatan, komponen pembiayaan
perbankan syariah mengalami kontraksi sebesar 5,70% (yoy), berlawanan arah dengan triwulan
II 2017 yang tumbuh sebesar 5,20% (yoy). Terkontraksinya pembiayaan syariah di triwulan III
2017 disebabkan kontraksi di komponen modal kerja dan investasi. Komponen modal kerja
mengalami kontraksi 2,14% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,35% (yoy).
Melambatnya kredit modal kerja di perbankan syariah ini, sejalan dengan perlambatan
pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2017 dan perlambatan pertumbuhan kredit mudal kerja
4.9 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)
Aset BPR dan BPRS pada triwulan III 2017 mencapai Rp711,85 miliar atau tumbuh
sebesar 12,96% (yoy), menurun dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 16,48% (yoy).
Menurunnya pertumbuhan aset BPR/S ini juga sejalan dengan penurunan pertumbuhan Dana
Pihak Ketiga (DPK) yang pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp589,08 miliar atau tumbuh
700 600
600 500
500
400
400
300
300
200
200
100
100
- -
I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III
Grafik 4.12 Pangsa DPK BPR Grafik 4.13 Perkembangan LDR BPR
Tabungan,
16,36%
Deposito,
83,64%
1.50
2,000
1.00
1,500
0.50
1,000
-
500 (0.50)
(1.00)
- I II III IV I II III
I II III IV I II III 2016 2017
2016 2017
Bank Indonesia
Bank Indonesia
Secara umum pangsa dana pihak ketiga korporasi tidak memiliki eksposure risiko yang
signifikan terhadap dana pihak ketiga secara keseluruhan di Bangka Belitung. Tercatat pangsa
DPK korporasi pada triwulan III 2017 adalah sebesar 11,90%. Komposisi dana pihak ketiga
korporasi secara umum didominasi oleh komponen giro sebesar 66,55%, kemudian deposito
dan tabungan masing masing 28,63% dan 4,82%.
Pada triwulan IV 2017, diperkirakan DPK dari sektor korporasi tetap akan mengalami
pertumbuhan positif. Pertumbuhan DPK korporasi di triwulan IV tahun 2017 didorong oleh
beberapa faktor diantaranya efek lanjutan dari peningkatan harga komoditas dan perbaikan
pertumbuhan ekonomi domestik, serta perbaikan performa dunia usaha sehubungan dengan
dikeluarkannya paket kebijakan pemerintah untuk mendukung iklim dunia usaha di Bangka
Belitung.
90% 90%
23.02% 26.85% 29.71% 35.81% 28.77% 33.79% 28.63%
80% 80%
5.75%
70% 70% 6.57% 4.82%
90.01% 91.90% 92.37% 88.10% 6.58% 8.89%
4.87% 6.11%
60% 60%
92.57% 88.66% 90.59%
50% 50%
40% 40%
71.23% 63.71% 59.32% 62.34% 60.10% 66.55%
66.58%
30% 30%
20% 20%
10% 10%
9.99% 8.10% 11.34% 9.41% 11.90%
7.43% 7.63%
0% 0%
I II III IV I II III I II III IV I II III
PERDAGANGAN BESAR
20% DAN ECERAN,
7.08%
4,000 KONSTRUKSI,
0% 2.76%
-40%
2,000
-60%
INDUSTRI PENGOLAHAN,
1,000 14.29%
-80%
PERTAMBANGAN DAN
- -100% PENGGALIAN,
I II III IV I II III IV I II III 63.70%
Grafik 4.20 Pangsa Kredit Korporasi Per Jenis Penggunaan Grafik 4.21 Perkembangan NPL Kredit Korporasi
PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
0.84%
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM
TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN
30 (%)
INVESTASI,
17.31%
25
20
15
MODAL KERJA, 10
81.85%
5
0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017
Kredit bermasalah korporasi (NPL) mengalami penurunan pada triwulan III 2017 dari
4,52% menjadi 3,46%. Rasio tersebut masih dibawah ambang batas rasio NPL 5,00%. Beberapa
sektor yang masih menunjukkan peningkatan risiko kredit, diantaranya sektor konstruksi dengan
NPL sebesar 21,07%, perdagangan besar dan eceran 9,70%, real estate, usaha persewaan dan
jasa perusahaan 7,20%. Membaiknya rasio kredit bermasalah korporasi tersebut disebabkan
peningkatan kemampuan bayar korporasi yang terkonfirmasi dari pertumbuhan DPK korporasi
yang tinggi.
Pada triwulan IV 2017, pertumbuhan kredit korporasi diprediksi masih akan tumbuh
positif seiring dengan peningkatan harga komoditas dan pertumbuhan ekonomi domestik yang
Seiring dengan mulai membaiknya harga komoditas, kondisi rumah tangga di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung relatif membaik. Pertumbuhan DPK dan kredit ke sektor rumah
tangga tercatat tumbuh positif. Kondisi yang baik tersebut juga didukung oleh rasio kredit
bermasalah rumah tangga yang masih dalam kondisi terjaga. Pada triwulan III 2017 rata-rata
Indeks Keyakinan Kosumen (IKK) dan Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) masing-masing sebesar 124
dan 123 lebih tinggi dibanding triwulan II 2017 yaitu masing-masing sebesar 99 dan 93. Indeks
Ekspektasi Konsumen (IEK) juga tercatat optimis sebesar 124 lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yaitu 105. Dari ketiga angka tersebut disimpulkan bahwa masyarakat masih
memiliki optimisme yang baik mengenai kondisi pertumbuhan ekonomi kedepan.
Grafik 4.22 Pertumbuhan Komponen DPK Rumah Tangga Grafik 4.23 Pangsa DPK Rumah Tangga
DPK GIRO TABUNGAN DEPOSITO
Perseorangan Lainnya
gDPK (RHS) gGiro (RHS) gTabungan (RHS) gDeposito (RHS)
100%
(Rp Miliar)
14,000 50%
90% 18.39%
25.76% 23.19% 21.28% 25.43%
40% 23.41% 22.69%
12,000 80%
30%
70%
10,000 20%
60%
10%
8,000
50%
0%
6,000 40% 76.81%
81.61%
-10% 74.24% 78.72% 74.57%
76.59% 77.31%
4,000 -20%30%
-30%20%
2,000
-40%10%
- -50% 0%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III
90%
60%
50%
40%
61.22% 61.35% 60.16%
30%
60.39% 62.31%
61.47%
20%
10%
Grafik 4.25 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Grafik 4.26 Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan
Kredit RT gKredit RT (RHS)
(%) KPR, KPA, Ruko,/Rukan Multiguna KKB gKPR, KPA, Ruko/Rukan (RHS) gKKB (RHS) gMultiguna (RHS)
(Rp miliar)
6,000 12.00
2,500 (Rp miliar)
(% yoy)
40
5,000 10.00 35
2,000 30
4,000 8.00
25
20
1,500
3,000 6.00
15
10
1,000
5
2,000 4.00
0
500 -5
1,000 2.00
-10
0 -15
- -
I II III IV I II III IV I II III
I II III IV I II III IV I II III
Grafik 4.27 Pangsa kredit Perseorangan Grafik 4.28 Rasio NPL Kredit Rumah Tangga
Kredit Rumah Tangga Kredit Lain RT KPR+KPA+Rukan KKB Multiguna
(%)
100% 6
90%
5
80%
70%
68.68% 66.88% 65.19% 65.30% 64.92%4
69.46%
60% 65.71%
69.83% 68.39% 66.17% 63.73%
50% 3
40%
30% 2
34.29% 33.83% 35.10%
30.17% 31.61%
20%
31.32% 33.12% 34.81% 34.05% 35.08%
30.54% 1
10%
0%
I II III IV I II III IV I II III 0
I II III IV I II III
2015 2016 2017 2016 2017
Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia
Perlambatan pertumbuhan penyaluran kredit rumah tangga di triwulan III 2017 sejalan
dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi yang menyebabkan masyarakat menahan
konsumsinya. Sementara itu, pelonggaran ketentuan rasio Loan To Value (LTV) atau rasio
Financing To Value (FTV) untuk kredit atau pembiayaan properti berdampak pada masih
tingginya realisasi kredit kepemilikan rumah yang tumbuh sebesar 15,27% (yoy), meningkat jika
dibandingkan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,58% (yoy). Kredit
kepemilikan kendaraan bermotor mulai mengalami pertumbuhan jika dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya. Tercatat kredit kepemilikan kendaraan bermotor mengalami pertumbuhan
sebesar 2,93% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh
Secara umum, rasio kredit bermasalah rumah tangga masih berada dibawah batas normal.
Tercatat NPL rumah tangga sebesar 1,50%, lebih rendah dari triwulan II 2017 sebesar 1,67%.
NPL di penyaluran kredit KPR tercatat paling tinggi yaitu sebesar 3,87%, relatif stabil jika
dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,86%.
Pada triwulan IV 2017 pertumbuhan kredit rumah tangga diperkirakan akan mengalami
pertumbuhan positif dengan risiko yang terkendali. Hal ini didukung penurunan suku bunga
pinjaman dan peningkatan daya beli masyarakat seiring dengan perbaikan perekonomian
domestik dan peningkatan kemampuan bayar masyarakat. Selain itu, peningkatan konsumsi
menjelang akhir tahun juga diperkirakan akan mendorong tingkat penyaluran kredit ke rumah
tangga.
Grafik 4.29 Perkembangan Kredit UMKM Bangka Belitung Grafik 4.30 Pangsa Kredit UMKM Secara Sektoral
Kredit Kredit UMKM gKredit (%yoy) (RHS) gKredit UMKM (%yoy) (RHS) Rasio Kredit UMKM (%)
16,000 (Rp miliar) 35.00%
25.00%
12,000 Konstruksi,
3.67%
20.00% Perdagangan
10,000 Besar dan
Industri Eceran, 49.26%
15.00% Pengolahan,
8,000 6.78%
10.00%
Pertanian,
6,000
5.00%
Perburuan dan
Kehutanan,
4,000 10.85%
0.00%
Pertambangan
dan Penggalian,
2,000 -5.00% 12.67%
0 -10.00%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017
3.500
3.000
2.449,94
2.500
2.150,78
2.000 1.944
1.825,29 1.822
1.615 1.632
1.500 1.363,52
1.265,60
1.263
964,61
1.000
773
605
500
-
I II III IV I II III
2016 2017
Secara nilai, transaksi BI-RTGS Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan III-2017
mencapai Rp3,73 triliun atau tumbuh 194,74% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 79,68%(yoy). Sejalan dengan hal tersebut, jumlah warkat yang
ditransaksikan juga tumbuh sebesar 44,26% (yoy) namun lebih rendah dari triwulan sebelumnya
yang tumbuh 111,13 (yoy). Dominasi transaksi BI-RTGS terjadi di Kota Pangkalpinang yang
menunjukkan masih terkonsentrasinya aktivitas ekonomi Kepulauan Bangka Belitung di kota
tersebut.
Tabel 5.1 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Bangka Belitung
2015 2016 2017
KETERANGAN
I II III IV I II III IV I II III
1 Perputaran Kliring
a. Nominal (Rp Juta) 1.107.876 1.060.525 1.056.939 1.066.090 1.705.957 1.785.810 1.839.276 2.142.172 1.928.512 1.586.088 1.769.920
b. Warkat (lembar) 40.246 38.479 39.012 39.923 57.751 58.342 50.790 60.614 56.496 48.893 51.067
2 Perputaran Per Hari
a. Nominal (Rp Juta) 17.869 17.386 16.777 17.195 27.967 28.346 29.666 33.471 31.105 29.372 28.547
b. Warkat (lembar) 649 631 619 644 947 926 819 947 911 905 824
3 Penolakan Cek/BG
a. Nominal (Rp Juta) 20.934 24.977 19.289 27.274 29.840 40.790 19.566 12.455 15.825 11.699 8.863
b. Warkat (lembar) 735 1.049 764 885 1.061 988 485 362 298 349 298
Jumlah Hari 62 61 63 62 61 63 62 64 62 54 62
4 Penolakan Cek/BG
a. Nominal (%) 1,89% 2,36% 1,82% 2,56% 1,75% 2,28% 1,06% 0,58% 0,82% 0,74% 0,50%
b. Warkat (%) 1,83% 2,73% 1,96% 2,22% 1,84% 1,69% 0,95% 0,60% 0,53% 0,71% 1,61%
40 63,31 60
100,94 100
2000 35 42,54 40
80
74,02
68,39 30 27,10
60 20
1500 53,98
25
40 -0,75 1,44 0
20 -10,18
1000 -13,80
20 -20
13,05 15
0 -40
-6,00 -3,77 10 -46,97
500 -10,32 -11,18 -54,33 -54,70
-14,78
-18,35 -20 5 -60
-71,32
0 -40 0 -80
I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III
2015 2016 2017 2015 2016 2017
Nominal (Rp Miliar) yoy (RHS%) Nominal (Rp Miliar) yoy (RHS%)
2016 2017
Inflow/Outflow
I II III IV I II III
Inflow (Rp miliar) 592,74 239,17 611,37 100,93 369,85 155,63 510,02
Outflow (Rp miliar) 210,55 918,30 757,51 797,44 361,13 1.147,04 304,14
Netflow 382,19 -679,13 -146,14 -696,51 8,72 -991,41 205,88
% Inflow (yoy) 76,81% 18,34% 54,27% -58,46% -37,60% -34,93% -16,58%
% Outflow (yoy) 7,33% 148,04% -11,32% 36,51% 71,52% 24,91% -59,85%
Sumber: Bank Indonesia
Selama triwulan III 2017, jumlah uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebanyak 12 lembar atau
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 6 lembar. Jenis pecahan uang palsu
yang ditemukan dan dilaporkan selama periode laporan adalah pecahan Rp100.000,00
sebanyak 4 lembar, pecahan Rp50.000,00 sebanyak 6 lembar, pecahan Rp20.000,00 sebanyak
1 lembar, dan pecahan Rp5.000,00 sebanyak 1 lembar. Walaupun jumlah uang palsu yang
ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia relatif rendah, namun upaya sosialisasi kepada
masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah terus dilakukan di berbagai tempat.
250
209
200
146 148
150
(Lembar)
100 94
84
64
50 42 40
17
12
6
0
I II III IV I II III IV I II III
2015 2016 2017
Sumber: Bank Indonesia
Sosialisasi inflasi, tindak pidana rupiah terhadap rupiah dan sistem pembayaran bertempat
di Gedung Tri Brata, Polda Provinsi Kep. Bangka Belitung kepada personel pejabat utama di
lingkungan Polda Babel, personel di lingkungan Polda Babel dan perwakilan personel Polres
di wilayah Bangka Belitung pada tanggal 24 Juli 2017.
Sosialisasi Ciri Keaslian Uang Rupiah (Cikur) pada Edukasi Keuangan Inklusi, Sistem
Pembayaran Nontunai, dan Sosialisasi Kewajiban Penggunaan Uang Rupiah di Toboali,
Bangka Selatan dengan peserta guru dan pelaku UMKM di daerah Toboali pada tanggal 29
Agustus 2017.
Rapat Koordinasi, field visiting ke Perum Peruri dan Kunjungan ke Bank Indonesia
Counterfeit Analysis Center (CAC) antara KPw BI Provinsi Kep. Bangka Belitung dengan
Polda Bangka Belitung untuk mengetahui proses pencetakan uang dan modus peredaran
uang palsu pada tanggal 12 15 September 2017. Hal ini bertujuan meningkatkan
koordinasi dan kompetens Polda di bidang penanganan tindak pidana terhadap uang
Rupiah.
Serangkaian Acara Gebyar Cinta Rupiah yang meliputi sosialisasi ciri ciri keaslian uang rupiah
dan penukaran uang lusuh (uang tidak layak edar) di enam kelurahan di pulau Bangka dan
Belitung pada bulan Agustus dan September 2017.
5.5 Upaya Bank Indonesia Dalam Menjaga Kelancaran Transaksi Sistem Pembayaran
Dalam rangka menjaga kelancaran Transaksi Sistem Pembayaran, KPwBI Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung melakukan berbagai upaya untuk merubah perilaku masyarakat
Bangka Belitung mengenai cara bertransaksi maupun cara memperlakukan uang Rupiah.
Peningkatan layanan penukaran uang lusuh kepada masyarakat dan pemberian edukasi tentang
cara mengenali ciri-ciri keaslian uang rupiah dengan 3D (Dilihat, Diraba , Diterawang) dan cara
memperlakukan uang rupiah dengan 5 J (Lima Jangan Jangan Diremas, Jangan Dibasahi,
Jangan Dilipat, Jangan Dicoret dan Jangan Distapler) terus dilakukan secara rutin oleh Unit
Pengelolaan Uang Rupiah. Untuk meningkatkan kualitas uang yang beredar dan mencegah
peredaran uang palsu Bank Indonesia menyelenggarakan kegiatan Gebyar Rupiah untuk Negeri
di 6 (enam) kelurahan sekitar Pangkalpinang dan 2 (dua) kelurahan di Tanjungpandan dan
Kegiatan Gerakan Peduli Koin dan Uang Lusuh di Pantai Tanjungpendam. Tanjungpandan
sepanjang Triwulan Ketiga 2017.
Selain di Sijuk dan Badau, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Kep. Bangka Belitung
juga menggelar Kegiatan Gerakan Peduli Koin dan Penukaran Uang Lusuh di Pantai
Tanjungpendam, Tanjungpandan dari tanggal 5 8 Oktober 2017. Kegiatan Gerakan Peduli
Koin dan Penukaran Uang Lusuh bertujuan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat
dalam penggunaan uang koin sebagai alat
pembayaran yang sah, meningkatkan efektivitas
uang koin, dan menyediakan fasilitas kepada
masyarakat yang akan melakukan penukaran uang
koin. Kegiatan ini juga dibantu oleh Pihak Perbankan
di daerah Tanjungpandan dan juga Mahasiswa dari
Akademi Manajemen Belitung.
Sebelum menyelenggarakan Acara Gebyar Rupiah untuk Negeri dan Gerakan Peduli
Koin dan Uang Lusuh di Pulau Belitung, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Kep. Bangka
Belitung juga telah menggelar kegiatan Gebyar Rupiah untuk Negeri sepanjang bulan Agustus
sampai September tahun 2017 dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan
Republik Indonesia yang ke-72 di kelurahan sekitar Pangkalpinang. Adapun kelurahan yang
180 Perkiraan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini
160
140
120
100
80
60
40
20
0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Sumber : Survei Konsumen KPwBI Prov. Kep. Bangka
Belitung, diolah
Penurunan persentase partisipasi angkatan kerja pada bulan Agustus 2017 menjadi
66,72% menunjukkan jumlah penduduk di Bangka Belitung yang aktif secara ekonomi
mengalami penurunan. Sejalan dengan itu, tingkat pengangguran juga meningkat yang terlihat
dari angka TPT di Kepulauan Bangka Belitung yang naik menjadi 3,78% (yoy) pada Agustus
2017.
Peningkatan tenaga kerja terjadi pada sektor primer, namun pada sektor sekunder dan
sektor tersier mengalami penurunan. Pada sektor primer terdapat peningkatan tenaga kerja di
lapangan usaha pertambangan yang tumbuh sebesar 3,21% (yoy) pada Agustus 2016 menjadi
15,95% (yoy) pada Agustus 2017. Sementara itu, lapangan usaha pertanian kembali mengalami
kontraksi sebesar 0,75% (yoy) pada Agustus 2017 dari sebelumnya mengalami kontraksi sebesar
3,47% (yoy) pada Agustus 2016. Sementara pada sektor sekunder terdapat penurunan tenaga
kerja cukup tinggi di lapangan usaha industri pengolahan yang menurun sebesar 22,58% (yoy)
pada bulan Agustus 2017 dari sebelumnya mengalami pertumbuhan yang signifikan sebesar
Distribusi tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan utama di Bangka Belitung pada
bulan Agustus 2017 didominasi oleh sektor pertanian yakni dengan pangsa sebesar 32,56%
atau sebanyak 219.002 tenaga kerja. Sementara itu, distribusi tenaga kerja terkecil menurut
lapangan pekerjaan utama di Bangka Belitung pada bulan Agustus 2017 yaitu sektor listrik, gas
dan air yaitu sebesar 0,37% atau sebanyak 2.502 tenaga kerja.
Tabel 6.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama,
2012-2017 di Bangka Belitung
Status Pekerjaan Satuan Feb 15 Ags 15 Feb 16 Ags 16 Feb 17 Ags 17
Formal Total 331.894 286.235 324.704 305.128 334.227 347.217
Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar Jml 40.300 26.648 37.034 41.227 43.925 44.106
Grafik 6.3 Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik 6.4 Nilai Tukar Petani dan Inflasi Pedesaan
Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah
Penurunan inflasi tersebut secara umum disebabkan oleh penurunan tingkat inflasi
empat kelompok, dengan penurunan inflasi tertinggi dialami kelompok kesehatan yang turun
menjadi sebesar 1,16% (yoy) pada triwulan III 2017 dari 2,47% (yoy) pada triwulan II 2017.
Inflasi kelompok lainnya juga mengalami penurunan seperti kelompok makanan jadi dari 3,91%
(yoy) pada triwulan II 2017 menjadi sebesar 2,72% (yoy) pada triwulan III 2017, kelompok
sandang dari 3,00% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi sebesar 2,46% (yoy) pada triwulan III
2017 serta kelompok perumahan dari 7,88% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi sebesar 7,63%
(yoy) pada triwulan III 2017.
Kelompok yang mengalami kenaikan inflasi adalah kelompok pendidikan, rekreasi dan
olahraga yang naik dari 0,35% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi sebesar 0,91% (yoy) pada
triwulan III 2017, serta kelompok transportasi dan komunikasi naik dari 0,70% (yoy) pada
triwulan II 2017 menjadi sebesar 0,78% (yoy) pada triwulan III 2017.
Sementara itu, pada triwulan III 2017 kelompok yang mengalami deflasi yaitu kelompok
bahan makanan yaitu sebesar 0,14% (yoy) dari sebelumnya mengalami inflasi sebesar 4,49%
(yoy) pada triwulan II 2017.
Tabel 6.6 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini (2015 2017)
Tabel 6.7 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan YAD (2015 2017)
Masyarakat juga meyakini penghasilan ke depan akan membaik. Hal ini sejalan
dengan jumlah responden yang berpendapat bahwa penghasilan 6 bulan ke depan akan lebih
Tabel 6.9 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan 6 Bulan YAD (2015 2017)
Perkiraan Penghasilan 6 bln mendatang dibandingkan saat ini
Tahun Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah
Jan 41,0 49,0 10,0 100
Feb 50,0 45,5 4,5 100
Mar 47,5 47,5 5,0 100
Apr 51,0 46,0 3,0 100
May 35,0 60,5 4,5 100
Jun 39,5 59,5 1,0 100
2016
Jul 27,5 65,5 7,0 100
Aug 33,5 62,5 4,0 100
Sep 26,0 73,5 0,5 100
Oct 17.1 78.4 4.5 100
Nov 23.0 69.0 8.0 100
Dec 18.0 73.0 9.0 100
Jan 32.0 58.5 9.5 100
Feb 21.0 74.5 4.5 100
Mar 19.0 71.5 9.5 100
Apr 21.5 72.0 6.5 100
2017 May 20.5 73.5 6.0 100
Jun 18.5 77.5 4.0 100
Jul 36.5 59.5 4.0 100
Aug 32.5 64.5 3.0 100
Sep 34.5 59.5 6.0 100
Grafik 6.7 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Grafik 6.8 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Menurut Daerah
Jika dilihat dari wilayahnya, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan di daerah pedesaan lebih
tinggi dari perkotaan. Indeks Kedalaman Kemiskinan di daerah pedesaan pada Maret 2017
sebesar 0,75 sementara di daerah perkotaan sebesar 0,26. Hal ini menunjukkan bahwa
pengeluaran penduduk miskin daerah pedesaan lebih menjauhi/lebih dalam jika diukur dari garis
kemiskinan dibandingkan daerah perkotaan. Sedangkan untuk nilai Indeks Keparahan
Kemiskinan pada Maret 2017 daerah pedesaan sebesar 0,12 lebih besar jika dibandingkan
dengan daerah perkotaan sebesar 0,03. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat keparahan
kemiskinan di daerah pedesaan lebih tinggi ketimpangannya daripada di daerah perkotaan.
Perkotaan
Ma r-13 390,488 22.73 3.47 0.37 0.07
Sep-13 416,935 23.07 3.47 0.35 0.04
Ma r-14 439,377 22.33 3.39 0.65 0.16
Sep-14 458,055 20.27 3.04 0.48 0.10
Ma r-15 475,478 20.13 2.98 0.38 0.09
Sep-15 516,835 18.83 2.77 0.57 0.15
Ma r-16 521,773 19.63 2.78 0.38 0.08
Sep-16 553,681 19.37 2.67 0.29 0.04
Ma r-17 571,229 21.47 2.89 0.26 0.03
Pedesaan
Ma r-13 409,901 46.49 6.91 0.71 0.15
Sep-13 436,899 47.83 6.97 0.89 0.19
Ma r-14 448,817 49.31 7.27 0.81 0.15
Sep-14 481,226 46.69 6.84 0.72 0.13
Ma r-15 501,532 53.96 7.75 0.95 0.19
Sep-15 542,732 47.79 6.83 1.22 0.90
Ma r-16 546,998 53.13 7.72 0.98 0.67
Sep-16 573,582 51.7 7.57 1.25 0.28
Ma r-17 602,942 52.61 7.74 0.75 0.12
Total
Ma r-13 400,324 69.22 5.21 0.54 0.11
Sep-13 427,081 70.9 5.25 0.62 0.12
Ma r-14 444,171 71.64 5.36 0.73 0.16
Sep-14 469,814 67.23 4.97 0.60 0.12
Ma r-15 488,701 74.09 5.41 0.67 0.14
Sep-15 529,979 66.62 4.83 0.90 0.22
Ma r-16 534,229 72.76 5.22 0.67 0.15
Sep-16 564,391 71.07 5.04 0.75 0.16
Ma r-17 587,530 74.09 5.2 0.49 0.08
Sumber : BPS Prov. Kep. Bangka Belitung
Grafik 7.3 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Grafik 7.4 Perbandingan NIlai Tukar Kawasan
Rupiah per US Dollar
13.550 VOLATILITAS NILAI TUKAR – PEER GROUP
13.500 %
30 2016
13.350 20
13.300 15
13.250
IDR/USD 10
13.200
Rata-rata Bulanan
5
13.150 Rata-rata Triwulanan
13.100 0
1-Apr
5-Jul
10-Jul
15-Jul
20-Jul
25-Jul
30-Jul
6-Apr
11-Apr
16-Apr
21-Apr
26-Apr
4-Aug
9-Aug
14-Aug
19-Aug
24-Aug
29-Aug
16-May
1-May
6-May
11-May
21-May
26-May
31-May
5-Jun
10-Jun
15-Jun
20-Jun
25-Jun
30-Jun
3-Sep
ZAR TRY BRL KRW INR PHP SGD THB MYR IDR
8-Sep
13-Sep
18-Sep
23-Sep
28-Sep
Inflasi nasional pada Triwulan III 2017 rendah dan semakin mendukung sasaran inflasi
2017. Inflasi nasional triwulan III 2017 sebesar 4,37% (yoy) atau 2,38% (ytd) lebih rendah
dibanding inflasi triwulan II 2017 sebesar 4,37% (yoy) atau 2,38% (ytd). Perkembangan ini
merupakan dampak membaiknya pasokan, kontribusi positif berbagai kebijakan yang ditempuh
Pemerintah dan koordinasi yang kuat dengan Bank Indonesia. Inflasi terutama terjadi pada
kelompok inti dan administered price.
Inflasi inti tetap terkendali pada level yang rendah, baik bulanan maupun tahunan,
meskipun di triwulan III sedikit meningkat yang disumbang oleh meningkatnya harga emas dan,
biaya pendidikan, upah pembantu rumah tangga serta nasi dan lauk pauk. Rendahnya inflasi inti
dipengaruhi terbatasnya permintaan domestik, lemahnya tekanan eksternal, dan membaiknya
ekspektasi inflasi.Tekanan permintaan domestik diindikasikan masih terbatas, sementara
ekspektasi inflasi masyarakat sedikit menurun.
Inflasi volatile food tetap berada pada level yang terkendali dan cenderung lebih rendah
paska periode puasa Ramadhan dan lebaran. Beberapa komoditas mengalami penurunan harga
60,000 8.00
6.90 4.6-5.0 7.00
50,000
5.50
5.22 6.00
40,000 4.65
4.08 4.11 5.00
30,000 4.00
3.00
20,000
2.00
10,000
1.00
- -
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Melihat perkembangan yang ada secara tahunan diperkirakan tekanan inflasi di tahun
2017 lebih rendah dibandingkan tahun 2016 dan masih berada dalam sasaran inflasi
4%±1% (yoy). Beberapa tekanan inflasi pada 2017 berasal dari (i) gangguan cuaca hingga akhir
tahun karena musim angin barat dan gelombang laut tinggi; (ii) masih terbatasnya pasokan listrik
karena jaringan distribusi yang belum merata; (iii) perlu diwaspadai potensi kemungkinan
terjadinya gagal panen beberapa komoditas hortikultura seperti bawang merah dan cabai akibat
tingginya curah hujan (iv) kenaikan inflasi administered prices antara lain tarif angkutan udara,
BBM, Elpiji 3 Kg dan listrik).
140.0 80.0
Perkiraan perubahan harga secara umum 3 bulan mendatang dibandingkan saat ini
120.0 60.0
Perkiraan Perubahan harga secara umum 6 bulan yang mendatang dibandingkan saat 40.0
100.0
ini
20.0
80.0
0.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2015 2016 2017 2015 2016 2017
Sumber: SK, Bank Indonesia (diolah)
b. Pengendalian Inflasi
Untuk mencapai sasaran inflasi tahun 2017 sebesar 4%±1% (yoy), beberapa rekomendasi
upaya pengendalian inflasi di Bangka Belitung antara lain :
1. Upaya Pengendalian Inflasi dari sisi Produksi
a. Sektor Pertanian
- Pemetaan lahan dan produktifitas pertanian
- Pelatihan dan implementasi teknologi pertanian
- Pelatihan kelembagaan kelompok tani dengan memberikan pelatihan pengembangan
kelembagaan kelompok tani potensial untuk menjadi koperasi tani dan corporate
farming
- Pemetaan lokasi dan kapasitas sentra peternakan dengan melakukan pemetaan terkait
lokasi dan kapasitas sentra peternakan melalui focus group discussion dan tinjauan
lapangan
Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya
Qtq Quarter to quarter perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan
Sebelumnya
Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya
Share Of Growth Kontribusi suatu sektor ekonomi terhadap total pertumbuhan PDRB
Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan suatu kegiatan produksi melalui
peningkatan modal
Sektor ekonomi Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh
dominan dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan
Migas Minyak dan Gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan
gas
Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi
Share effect Kontribusi pangsa sektor atau subsektor terhadap total PDRB
Indeks Keyakinan Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan
Konsumen (IKK) ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Dengan skala 1-100
Indeks Harga Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang
Konsumen (IHK) dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu
Indeks Kondisi Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap
Ekonomi kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Indeks Ekspektasi Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap
Konsumen ekspektasi kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Pendapatan Asli Pendapatan yang diperoleh dari aktifitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah,
Daerah (PAD) retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
Dana Perimbangan Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan
kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.
Indeks Ukuran kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal
Pembangunan kualitas hidup, yaitu pendidikan, kesehatan, daya beli
Manusia
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah
yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah yang dibahas dan disetujui bersama
oleh pemerintah daerah dan DPR, dan ditetapkan dengan peraturan daerah
Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat
inflasi secara keseluruhan
Bobot inflasi Besaran yang menunjukan pengaruh suatu komoditas, terhadap tingkat inflasi secara
keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap
komoditas tersebut
124
Ekspor Adalah keseluruhan barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat
komersil maupun bukan komersil.
Impor Seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun
bukan komersil
PDRB atas dasar Penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor
harga berlaku pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak
langsung dari seluruh sektor perekonomian
PDRB atas dasar Merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan
harga konstan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya
Bank Pemerintah Bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah
(persero) yaitu terdiri dari bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI
Dana Pihak Ketiga Simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito
(DPK)
Loan to Deposits Rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga
Ratio (LDR) yang dihimpun
Cash inflows Jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan
dalam periode tertentu
Cash Outflows Jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode
tertentu
Net Cashflows Selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama
terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash
inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya
Aktiva Produktif Penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan
penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan pada antar
bank, penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia(SBI), dan surat-surat berharga lainnya.
Aktiva Tertimbang Pembobotan terhadap aktiva yang dimiliki oleh bamk berdasarkan risiko dari masing-
Menurut Resiko masing aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot risikonya. Misalnya
(ATMR) kredit yang diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot yang lebih rendah
dibandingkan dengan kredit yang diberikan kepada perorangan
Kualitas Kredit Penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan kelancaran
pembayaran bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu lancar,
Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan Macet
Capital Adequacy Rasio antara modal (modal inti dan modal pelengkap) terhadap Aktiva Tertimbang
Ratio (CAR) Menurut Resiko (ATMR)
Financing to Deposit Rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima.
Ratio (FDR) Konsep ini sama dengan konsep LDR pada bank umum konvensional
Inflasi Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus ( persistent)
Kliring Pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta kliring baik atas
nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan
pada waktu tertentu
Kliring Debet Kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang disertai dengan penyampaian fisik
warkat debet seperti cek, bilyet giro, nota debet kepada penyelenggara kliring lokal (unit
kerja di Bank Indonesia atau bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebagai
125
penyelenggara kliring lokal) dan hasil perhitungan akhir kliring debet dikirim ke Sistem
Sentral Kliring (unit kerja yang menagani SKNBI di KP Bank Indonesia) untuk
diperhitungkan secara nasional
Non Performing Kredit atau pembiayaan yang termasuk dalam kualitas kurang lancar, diragukan dan
Loans/Financing macet.
(NPLs/Ls)
Penyisihan Suatu pencadangan untuk mengantisipasi kerugian yang mungkin timbul dari tidak
Penghapusan Aktiva tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP ditentukan dari kualitas
Produktif (PPAP) kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin besar PPAP yang dibentuk, misalnya, PPAP
untuk kredit yang tergolong Kurang Lancar adalah 15 % dari jumlah Kredit Kurang
Lancar (setelah dikurangi agunan), sedangkan untuk kedit Macet, PPAP yang harus
dibentuk adalah 100% dari total kredit macet (setelah dikurangi agunan)
Rasio Non Rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total kredit/pembiayaan. Rasio
Performing ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs, gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik
Loans/Financing kondisi bank ybs.
(NPLs/Fs)
Rasio Non Rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan penyisihan
Performing Loans penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit
(NPLs) NET
Sistem Bank Proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika ( real time)
Indonesia Real Time dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai
Gross Settlement (BI perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.
RTGS)
Sistem Kliring Sistem kliring bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang
Nasional Bank penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.
Indonesia (SKN-BI)
Industri Suatu kegiatan yang mengubah barang dasar menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau
barang yang kurang nilainya, menjadi yang lebih tinggi nilainya termasuk kegiatan jasa
industri, pekerjaan perakitan (assembling) dari bagian suatu industri.
Pekerja Dibayar Oorang yang biasanya bekerja diperusahaan/usaha dengan mendapatkan upah/gaji dan
tunjangan-tunjangan lainnya baik berupa uang maupun barang.
Pekerja Tidak Pekerja pemilik dan pekerja keluarga yang ikut aktif dalam pengelolaan perusahaan
Dibayar tetapi tidak mendapatkan upah/gaji, tidak termasuk mereka yang bekerja kurang dari
1/3 jam kerja yang biasa di perusahaan.
Input Biaya antara yang dikeluarkan dalam kegiatan proses produksi/proses industri yang
berupa bahan baku, bahan bakar, barang lainnya diluar bahan baku/penolong, jasa
industri, sewa gedung dan biaya jasa non industri lainnya.
Output Nilai keluaran yang dihasilkan dari kegiatan proses produksi/proses industri yang berupa
nilai barang yang dihasilkan, tenaga listrik yang dijual, jasa industri yang diterima,
keuntungan jual beli, pertambahan stok barang setengah jadi dan penerimaan-
penerimaan lainnya.
Nilai Tambah/Value Selisih nilai output dengan nilai input atau biasa disebut dengan nilai tambah menurut
Added harga pasar.
126
Produktivitas Rasio antara nilai output dengan jumlah tenaga kerja baik yang dibayar maupun yang
tidak dibayar.
Tingkat Efisiensi Ratio antara nilai tambah atas dasar harga pasar terhadap output produksi.
Intensitas Tenaga Suatu rasio antara biaya upah/gaji yang dikeluarkan untuk tenaga kerja terhadap nilai
Kerja tambah.
Gross Margin Persentase value added dikurangi biaya tenaga kerja dibagi output.
Usaha Kegiatan yang menghasilkan barang/jasa dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya
untuk dijual/ditukar dan atau menunjang kehidupan dan menanggung resiko.
Perusahaan Suatu unit usaha yang diselenggarakan/ dikelola secara komersil yaitu yang
menghasilkan barang dan jasa sehomogen mungkin, umumnya terletak pada satu lokasi
dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi, bahan baku, pekerja
dan sebagainya yang digunakan dalam proses produksi.
Perusahaan Industri Diklasifikasikan menjadi empat lapangan usaha berdasarkan jumlah tenaga kerja tanpa
memperhatikan penggunaan mesin maupun nilai dari aset yang dimiliki.
Jasa Industri Kegiatan dari suatu usaha yang melayani sebagian proses industri suatu usaha industri
atas dasar kontrak atau balas jasa ( fee ).
127