id
o.
.g
ps
DATA
.b
w
w
MENCERDASKAN BANGSA
/w
:/
tp
ht
ISSN 1858-0963
BADAN PUSAT STATISTIK
Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710
Telp : (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax : (021) 3857046,
E-mail : bpshq@bps.go.id Homepage : http://www.bps.go.id BADAN PUSAT STATISTIK
9 771 858 096354
cmyk
ht
tp
:/
/w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
LAPORAN
PEREKONOMIAN
INDONESIA
2015
ISSN : 1858-0963
No. Publikasi : 07330.1510
Katalog BPS : 9199007
Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm
Jumlah Halaman : xvii + 195
d
.i
Naskah :
o
Subdirektorat Indikator Statistik
.g
ps
Gambar Kulit :
.b
Diterbitkan oleh:
w
Dicetak oleh:
tp
L
APORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2015 merupakan publikasi
rutin tahunan Badan Pusat Statistik (BPS). Publikasi ini memberikan
gambaran perkembangan kinerja perekonomian Indonesia pada tahun
2014 dan yang sedang berjalan di tahun 2015, yang dicerminkan melalui
indikator makro terpilih.
d
perdagangan luar negeri, perkembangan ekonomi maritim, bidang moneter,
.i
investasi, ketenagakerjaan dan pariwisata.
o
Akhirnya, penghargaan dan terima kasih disampaikan kepada tim
.g
penyusun dan semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan
publikasi ini. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan guna
ps
penyempurnaan publikasi ini di masa mendatang, dan semoga publikasi ini
bermanfaat.
.b
w
w
d
Pertumbuhan Ekonomi Global Relatif Stabil............................. 11
.i
Meningkatnya Laju Pertumbuhan Ekonomi di Negara-Negara
o
Maju ......................................................................................... 13
.g
Laju Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang
Mengalami Perlambatan .......................................................... 15
ps
Prospek dan Tantangan Perekonomian Dunia .......................... 19
Gambaran Umum Perekonomian Indonesia ............................ 24
.b
d
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah ............................................ 113
.i
Pergerakan Suku Bunga ............................................................ 116
o
BAB VIII. PERKEMBANGAN INVESTASI DAN PERDAGANGAN SAHAM ... 121
.g
Penanaman Modal Asing (PMA) ............................................... 126
ps
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ............................... 131
Bursa Efek Indonesia (BEI) ........................................................ 136
Kontribusi Investor Asing di Indonesia ..................................... 138
.b
w
Daftar Pustaka
d
Tahun 2010–2014 ............................................................... 24
.i
Tabel 2.5. Perbandingan Peringkat Indeks Daya Saing Indonesia
o
Dengan Beberapa Negara Lainnya1, Tahun 2012/2013–
Tabel 2.6.
.g
2014/2015...........................................................................
Nilai dan Peringkat Indeks Daya Saing Indonesia Menurut
28
ps
Pilar Daya Saing, Tahun 2012/2013–2014/2015 ................ 29
Tabel 2.7. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Laju Inflasi
.b
d
Tabel 4.12. Jumlah Tenaga Kerja Pengolahan dan Pemasaran Hasil
.i
Perikanan Tangkap, Tahun 2011–2013................................ 66
o
Tabel 4.13. Jumlah Kapal Pengawas yang Dimiliki Indonesia,
Tahun 2012–2014 ............................................................... 67
Tabel 4.14. .g
Tindak Pidana Perikanan Menurut Jenis Tindakan Pidana,
ps
Tahun 2012–2014 ............................................................... 67
Tabel 4.15. Jumlah Tindak Pidana Perikanan Menurut Jenis Pulau,
Tahun 2012–2014 ............................................................... 68
.b
Tabel 5.1. Inflasi dan Sumbangan Inflasi Inti dan Non Inti,
/w
d
Tabel 7.4. Suku Bunga Domestik, Tahun 2013 – Triwulan I 2015 ........ 117
o .i
Tabel 8.1. Target dan Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA)
dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di
.g
Indonesia (juta US$), Tahun 2012–2015 ............................ 123
ps
Tabel 8.2. Perkembangan Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing
(PMA) Menurut Sektor (juta rupiah),
Tahun 2012–Triwulan I 2015 .............................................. 127
.b
d
Tahun 2011–2015 ............................................................... 170
.i
Tabel 10.6. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan
o
Pekerjaan, Tahun 2011–2015 .............................................. 171
Tabel 10.7. Rata-Rata UMP, KHL dan Pertumbuhan UMP (ribu rupiah),
.g
Tahun 2006–2015 ............................................................... 172
ps
Tabel 10.8. Distribusi Pekerja Menurut Upah dan Daerah (persen),
Tahun 2012–2015 ............................................................... 174
Tabel 10.9. Distribusi Pekerja Menurut Upah dan Jenis Kelamin
.b
d
Gambar 2.6 Proyeksi Inflasi Dunia, Negara Maju dan Negara
Berkembang, serta ASEAN (persen), 2015 dan 2016 ......... 22
.i
Gambar 2.7. Perbandingan Peringkat Indeks Daya Saing Indonesia
o
dengan Beberapa Negara di kawasan ASEAN,
.g
Tahun 2012/2013–2014/2015 ..........................................
Gambar 2.8. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Indonesia
27
ps
Menurut IMF (persen), Tahun 2015 dan 2016 .................. 31
.b
Gambar 3.2. Kontribusi PDB Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2014 .... 40
w
Gambar 7.1. Jumlah Uang Beredar (miliar rupiah), Tahun 2010–2014 .. 108
Gambar 7.2. Perkembangan Nilai Tukar Mata Uang Asing, Tahun
2014 – Triwulan I 2015 ...................................................... 113
Gambar 7.3. Pasar Uang Antar Bank, Tahun 2013 – Triwulan I 2015 ..... 116
Gambar 7.4. Sertifikat Bank Indonesia, Tahun 2013 – Triwulan I 2015 .. 118
d
Gambar 8.1. Nilai Investasi PMA yang Terealisasi Menurut Sektor
.i
(juta US$), Tahun 2012–2014 ........................................... 128
o
Gambar 8.2. Nilai Investasi PMA yang Terealisasi Menurut Pulau
(juta US$), Tahun 2012–2014 ............................................ 130
.g
Gambar 8.3. Nilai Investasi PMDN yang Terealisasi Menurut Sektor
ps
(miliar rupiah), 2012–2014 ............................................... 133
Gambar 8.4. Nilai Investasi PMDN yang Terealisasi Menurut Pulau,
(miliar rupiah), Tahun 2012–2014 ..................................... 135
.b
Tanda desimal : ,
d
o .i
.g
ps
.b
w
w
/w
:/
tp
ht
1. Daya saing menurut World Economic Forum (WEF) adalah daya saing
suatu negara/ekonomi dengan pendekatan makro. Indeks daya saing
diukur dari 12 pilar dan dikelompokkan ke dalam tiga kelompok faktor,
yaitu persyaratan dasar, penopang efisiensi, dan inovasi dan kecanggihan
bisnis.
3. PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan
d
jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun
.i
untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi.
o
4.
.g
Mulai bulan Januari 2014, Indeks Harga Konsumen (IHK) dihitung
berdasarkan pola konsumsi hasil Survei Biaya Hidup (SBH) di 82 kota tahun
ps
2012 yang mencakup sekitar 225-462 komoditas. Sedangkan sebelum
Januari 2014 masih menggunakan pola konsumsi hasil SBH di 66 ibukota
.b
5. Uang Kartal: adalah uang kertas dan uang logam yang dikeluarkan oleh
w
6. Uang Giral: Simpanan rupiah milik penduduk pada sistem moneter yang
terdiri atas rekening giro, kiriman uang (transfer) dan kewajiban segera
:/
7. Uang Kuasi: Simpanan rupiah milik penduduk pada sistem moneter yang
ht
8. M1 : adalah uang beredar dalam arti sempit yaitu meliputi uang kartal
dan uang giral.
M2 : adalah uang beredar dalam arti luas yaitu meliputi uang kartal, uang
giral ditambah dengan uang kuasi.
d
penolong, dan barang modal.
.i
e. General Agreement on Tarrifs and Trade (GATT), untuk mengetahui
o
barang primer yaitu SITC kepala 1, 2, 3, 4 dan 68, dan barang bukan
primer yaitu SITC kepala 5, 6 kecuali 68, 7 dan 8.
.g
12. Sejak September 2007, Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya
ps
(BES) digabung (merger) menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
.b
13. Tamu Asing adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara di luar
tempat tinggalnya, didorong oleh suatu atau beberapa keperluan tanpa
w
14. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel adalah banyaknya malam kamar
yang dihuni dibagi dengan banyaknya malam yang tersedia dikalikan 100
:/
persen.
tp
ke akomodasi.
17. Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun lebih.
d
usia kerja yang bekerja atau sementara tidak bekerja di suatu negara atau
.i
wilayah. TKK diukur sebagai persentase orang yang bekerja terhadap
o
jumlah penduduk yang termasuk angkatan kerja.
.g
23. Produktivitas pekerja menurut propinsi diukur dengan membagi PDRB
ps
dengan jumlah penduduk yang bekerja di setiap propinsi.
d
GKG : Gabah Kering Giling
.i
IHK : Indek Harga Konsumen
o
IHSG : Indek Harga Saham Gabungan
IMF
I-O
:
: .g
International Monetary Fund
Input - Output
ps
KHM : Kebutuhan Hidup Minimum
KHL : Kebutuhan Hidup Layak
.b
Pendahuluan
ht
tp
:/
/w
w
w
.b
ps
.g
o.i
d
Pendahuluan
P
elaksanaan Pembangunan Jangka Menengah tahap dua (RPJMN
2010-2014) telah berakhir pada tahun 2014. Sehubungan dengan itu
berbagai program pemerintah untuk pembangunan perekonomian
sudah digulirkan dan dilaksanakan, walaupun belum semuanya
memberikan hasil yang maksimal bagi kondisi perekonomian
Indonesia. Karena tahun 2014 boleh dibilang tahun yang penuh tantangan
bagi perekonomian Indonesia. Kondisi perekonomian Indonesia belum
beranjak membaik, sementara berbagai isu dari faktor eksternal terus
menekan perekonomian domestik. Pemerintah harus bersikap hati-hati dan
waspada terhadap faktor eksternal dan internal yang sewaktu-waktu dapat
memberikan pengaruh negatif bagi perekonomian Indonesia.
d
mengalami tekanan sehingga pertumbuhan ekonomi bergerak melambat.
.i
Walaupun demikian perekonomian Indonesia masih dapat tumbuh dan tidak
jauh dari tren yang terjadi menjelang akhir tahun 2013. Salah satu agenda
o
politik di dalam negeri pada tahun 2014 adalah PEMILU legislatif dan pemilihan
.g
presiden. Kondisi tersebut juga turut memberikan tekanan bagi perekonomian
di dalam negeri.
ps
pemerintah dalam satu tahun yang tertuang dalam APBN. Selama ini APBN
Indonesia yang telah ditetapkan setelah dilaksanakan realisasinya selalu
w
lebih besar. Selain itu beberapa indikator makro ekonomi domestik cenderung
tp
saat itu dalam rangka menjaga ketahanan fiskal dan kestabilan perekonomian
di dalam negeri, pemerintah melakukan tindakan dengan mengajukan
perubahan pengeluaran dan penerimaan APBN di setiap tahun berjalan.
d
membiayai kementerian/lembaga. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk
.i
melakukan pengetatan dan penghematan dari sisi pengeluaran/belanja, salah
satunya pemerintah melakukan pengendalian dengan melakukan pemotongan
o
terhadap belanja Kementerian/Lembaga penghematan tersebut dilakukan
.g
sengaja dibentuk agar belanja barang lebih efisien dan efektif, namun tetap
mengutamakan pelayanan kepada masyarakat. Pengeluaran untuk membiayai
ps
Kementerian/Lembaga pada tahun 2014 ditargetkan mencapai Rp 602,92
triliun, terjadi penurunan sekitar 12,74 persen dibanding tahun 2013.
.b
untuk subsidi terus meningkat. Pada APBN 2014 pengeluaran untuk subsidi
ditargetkan mencapai Rp 403,04 triliun atau meningkat sekitar 16,34 persen
/w
dari APBN 2013. Jika nilai subsidi terus meningkat akan membebani APBN,
agar subsidi tidak membebani pengeluaran Negara yang sudah cukup besar
:/
dan dapat terkendali maka pemerintah perlu membuat kebijakan yang dapat
tp
mengendalikan subsidi terutama subsidi energi (BBM dan listrik), agar anggaran
negara tetap berada dalam batas aman. Pada APBN 2015 subsidi ditargetkan
ht
Presiden terpilih pada awal tahun 2015 tepatnya tanggal 8 Januari telah
menandatangani Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, yang
merupakan visi, misi dan program-program kerja yang akan dilaksanakan
sepanjang 5 tahun ke depan. Tahun 2015 pelaksanaan Pembangunan Jangka
Menengah untuk tahun 2015-2019 baru saja dimulai, program-program kerja
pemerintah baru sudah digulirkan yaitu mengusung sembilan agenda kerja yang
disebut nawacita. Sembilan agenda prioritas itu merupakan penjabaran dari
konsep “Trisakti” Bung Karno yakni berdaulat dalam politik serta mandiri dalam
ekonomi dan berkepribadian dalam budaya. Prioritas program pembangunan
fokus pada tiga hal yaitu porsi perhatian besar pada pembangunan maritim,
d
pangan, dan energi. Target selanjutnya adalah peningkatan pembangunan
.i
infrastruktur yaitu dimulai dengan pembangunan sejumlah pelabuhan di
beberapa wilayah dan tersedianya listrik sebesar 25 ribu mega watt.
o
.g
Sejalan dengan dimulainya pemerintahan baru, Indonesia juga
menghadapi persaingan perekonomian yang semakin ketat, utamanya dalam
ps
menghadapi pasar bebas diantaranya mulai diberlakukan pasar bebas Asia
Tenggara (MEA) pada akhir tahun 2015 ini. Permasalahan baru yang akan
.b
Tahun 2012–2015
/w
2015
Keterangan 2012 2013 2014
:/
APBN RAPBNP
tp
A. Penerimaan Negara dan Hibah 1 338 109,6 1 438 891,1 1 635 378,5 1 793 588,9 1 768 970,7
1. Penerimaan Dalam Negeri 1 332 322,9 1 432 058,6 1 633 053,4 1 790 332,6 1 765 662,2
ht
1. Penerimaan Pajak 980 518,1 1 077 306,7 1 246 107,0 1 379 991,6 1 484 589,3
2. Penerimaan bukan pajak 351 804,7 354 751,9 386 946,4 410 341,0 281 072,9
2. Hibah 5 786,7 6 832,5 2 325,1 3 256,3 3 308,4
B. Belanja Negara 1 491 410,2 1 650 563,7 1 876 872,8 2 039 483,6 1 994 888,7
1. Pengeluaran Pemerintah Pusat 1 010 558,2 1 137 162,9 1 280 368,6 1 392 442,3 1 330 766,8
1. Belanja K/L 621 938,1 690 226,5 602 292,0 647 309,9 779 536,9
2. Belanja Non K/L 388 620,1 446 936,4 678 076,6 745 132,4 551 229,9
a. Pembayaran Bunga Utang 93 261,9 100 516,0 135 453,2 151 968,3 155 388,2
b. Subsidi 295 358,2 346 420,4 403 035,6 414 680,6 232 716,1
2. Pengeluaran untuk daerah 480 645,1 513 260,4 596 504,2 647 041,3 664 121,9
1. Transfer ke daerah 480 645,1 513 260,4 596 504,2 637 975,1 643 355,7
2. Dana Desa - - - 9 066,2 20 766,2
3. Suspen 206,9 140,4 - - -
C. Surplus/defisit Anggaran (A-B) - 153 300,6 - 211 672,7 - 241 494,3 - 245 894,7 - 225 918,0
% terhadap PDB (1,86) (2,33) (2,4) (2,21) (1,9)
sejenis dengan produk lokal yang akan mengancam industri dalam negeri.
Harapannya industri di dalam negeri mampu menghasilkan barang yang
berkualitas dan bisa memenuhi kebutuhan di dalam negeri serta menjadi
produk unggulan yang dapat bersaing dengan produk luar dan dapat diekspor
ke luar negeri. Pemerintah dan para pelaku usaha harus mampu mengantisipasi
dengan diberlakukannya MEA karena nantinya akan tercipta kesatuan pasar
dan basis produksi yang akan membuat arus barang, investasi, dan tenaga
kerja secara bebas dari satu Negara ke Negara lainnya di kawasan Asia Tenggara.
Semoga Indonesia tidak hanya menjadi tujuan pasar dari Negara lain tetapi
juga mampu memasarkan produknya ke Negara lain dikawasan ASEAN
d
mempercepat perubahan RAPBN 2015 guna mendukung pelaksanaan sasaran
dan prioritas pembangunan yang telah ditetapkan dalam Nawacita dan Trisakti.
.i
Kebijakan fiskal dalam RAPBNP semakin dipertajam seperti kebijakan di bidang
o
pendapatan Negara melalui upaya optimalisasi pendapatan tanpa mengganggu
.g
perkembangan investasi dunia usaha, belanja Negara dan pembiayaan
anggaran. Beberapa kata kunci akan mewarnai pembangunan ekonomi di
ps
bawah pemerintahan baru seperti: revolusi mental, pengembangan sektor
maritim, pembangunan infrastruktur, industri kreatif/UKM, efisiensi distribusi/
.b
d
ditetapkan sebesar 900 ribu barel per hari.
.i
7. Lifting gas bumi diperkirakan mencapai 1.177 ribu barel setara minyak per
o
hari, lebih rendah bila dibandingkan dengan asumsi lifting gas bumi pada
APBN tahun 2015 yang ditetapkan sebesar 1.248 ribu barel setara minyak
per hari. .g
ps
Berbagai tantangan perekonomian Indonesia di tahun 2015 adalah
belum stabilnya perekonomian global serta negara-negara mitra dagang
.b
harga minyak mentah dunia. Tantangan lain adalah sektor pertanian yang akan
semakin tertekan sebagai dampak perubahan iklim, ketimpangan pendapatan,
w
Tinjauan Perekonomian
Dunia & Indonesia
ht
tp
:/
/w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
Tinjauan Perekonomian Dunia dan Indonesia
P
ada April 2014, IMF dalam World Economic Outlook (WEO)
memperkirakan bahwa perekonomian dunia optimis akan dapat
tumbuh sebesar 3,6 persen. Namun, pada realisasinya pertumbuhan
ekonomi dunia pada tahun 2014 hanya mencapai 3,4 persen atau
relatif sama dengan pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai pada tahun
2012 dan 2013. Hal ini menandakan bahwa kinerja perekonomian dunia tidak
sesuai dengan optimisme yang dikeluarkan pada awal tahun. Pertumbuhan
ekonomi yang tidak sesuai target ini disebabkan karena ketidakmerataannya
pertumbuhan ekonomi di antara negara-negara berkembang dan negara maju.
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang terjadi di negara-negara maju
tidak diikuti dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara
berkembang.
d
.i
Perekonomian negara maju menunjukkan adanya peningkatan
o
pertumbuhan ekonomi walaupun dengan pertumbuhan ekonomi yang
relatif lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang.
.g
Pertumbuhan ekonomi negara maju pada tahun 2014 sebesar 1,8 persen atau
ps
lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun
2012 yang sebesar 1,2 persen dan pada tahun 2013 yang sebesar 1,4 persen.
Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi tersebut didukung oleh semakin
.b
melambat dari 5,0 persen pada tahun 2013 menjadi 4,6 persen pada tahun
tp
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
2010 2011 2012 2013 2014
Gambar 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Dunia, Negara Maju, dan Negara Berkembang,
serta ASEAN (persen), Tahun 2010–2014
pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Padahal selama ini kita tahu bahwa Tiongkok
menjadi salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi dengan kekuatan
ekonominya. Selain Tiongkok, melemahnya ekonomi di kawasan Afrika, Amerika
Latin, Eropa Timur dan Tengah, serta Negara Persemakmuran juga memberikan
andil dalam melambatnya pertumbuhan ekonomi negara berkembang.
d
impor untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Dengan meningkatnya
.i
impor tetapi kinerja ekspor masih mengalami tekanan menyebabkan semakin
defisitnya neraca pembayaran.
o
.g
Dari sisi harga komoditas dunia, selama kurun waktu empat tahun
terakhir inflasi dunia terus mengalami penurunan. Hingga tahun 2014 inflasi
ps
dunia tercatat sebesar 3,5 persen atau lebih rendah dari inflasi pada tahun
2012 and 2013 yang masing-masing sebesar 4,2 persen dan 3,9 persen. Hal
.b
ini disebabkan adanya penurunan harga komoditas dunia yang sejalan dengan
perbaikan ekonomi global yang belum kuat. Penurunan harga komoditas dunia
w
8,0
7,0
6,0
5,0
4,0
3,0
2,0
1,0
0,0
2010 2011 2012 2013 2014
Gambar 2.2 Perkembangan Laju Inflasi Dunia, Negara Maju, dan Negara
Berkembang, serta ASEAN (persen), Tahun 2010–2014
d
permintaan domestik terkait konsumsi dan investasi serta penurunan
.i
tingkat pengangguran. Dalam laporan WEO bulan April 2015, pertumbuhan
o
permintaan domestik AS mengalami peningkatan yang cukup signifikan karena
meningkatnya pertumbuhan pengeluaran konsumsi swasta (Private Consumer
.g
Expenditure), meningkatnya pertumbuhan konsumsi masyarakat (Public
ps
Consumption), dan meningkatnya investasi/Pembentukan Modal Tetap Bruto
(Gross Fixed Capital Formation). Dari sisi kenaikan harga, berbanding terbalik
dengan inflasi dunia, pada tahun 2014 laju inflasi di Amerika Serikat mengalami
.b
4,8 persen dan 3,5 persen. Sementara itu, negara Italia, Cyprus, dan Finlandia
walaupun menunjukkan adanya kontraksi pertumbuhan ekonomi, namun
pencapaian yang telah diperoleh pada tahun 2014 menunjukkan adanya
perbaikan daripada tahun sebelumnya dengan kontraksi yang cukup dalam.
Dari sisi inflasi, laju inflasi di negara-negara maju Kawasan Eropa mengalami
penurunan dari 1,3 persen pada tahun 2013 menjadi 0,4 persen pada tahun
2014.
modal dalam produksi mesin dan peralatan tumbuh setelah jatuh dalam dua
tahun sebelumnya. Investasi di sektor konstruksi juga mengalami kenaikan
setelah terjadi penurunan pada tahun 2013. Untuk perdagangan luar negeri,
kinerja ekspor menunjukkan peningkatan dan diiringi dengan meningkatnya
impor. Sementara dari sisi produksi, sektor konstruksi mencatat kenaikan tajam
diikuti oleh kenaikan output industri dan meningkatnya kinerja sektor.
Tabel 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Dunia, Negara Maju, Negara Berkembang, dan
ASEAN (persen), Tahun 2010–2014
d
A. Dunia 1) 5,4 r
4,2 r
3,4 r
3,4 r
3,4
.i
B. Negara-negara maju 1) 3,1 r
1,7 1,2 r
1,4 r
1,8
o
r r r
Amerika Serikat 2,5 1,6 2,3 2,2 2,4
Jepang
Kanada
4,7
3,4
-0,5
3,0
.gr
1,8
1,9
r
r
1,6
2,0
r
-0,1
2,5
ps
r
Kawasan Eropa 2,0 1,6 -0,8 -0,5 0,9
r r r r
Inggris 1,9 1,6 0,7 1,7 2,6
.b
r r r
Jerman 3,9 3,7 0,6 0,2 1,6
w
r r r
Perancis 2,0 2,1 0,3 0,3 0,4
r r r
Italia 1,7 0,6 -2,8 -1,7 -0,4
w
r r r
Spanyol 0,0 -0.6 -2,1 -1,2 1,4
/w
1) r r r r
C. Negara-negara berkembang 7,4 6,2 5,2 5,0 4,6
r r r r
Afrika/Sub-Saharan Africa 6,7 5,0 4,2 5,2 5,0
:/
r r r r
Asia 9,6 7,7 6,8 7,0 6,8
tp
r r
Tiongkok 10,4 9,3 7,8 7.8 7,4
r r
India 10,3 6,6 5,1 6,9 7,2
ht
r r r
Amerika Latin 6,1 4,9 3,1 2,9 1,3
r r r
Timur Tengah dan Afrika Utara 4,8 4,4 4,8 2,4 2,6
r r r
Eropa Timur dan Tengah 4,8 5,4 1,3 2,9 2,8
r r
Negara-negara Persemakmuran 4,6 4,8 3,4 2,2 1,0
2) r r r r
D. Negara-negara ASEAN 8,1 4,7 5,8 5,1 4,4
r
Malaysia 7,4 5,2 5,6 4,7 6,0
r
Philipina 7,6 3,7 6,8 7,2 6,1
r r r
Singapura 15,2 6,2 3,4 r 4,4 2,9
Thailand 7,8 0,1 6,5 2,9 0,7
Indonesia 3) 6,2 6,5 6,3 5,7 5,1
r
Vietnam 6,4 6,2 5,2 5,4 6,0
Catatan : r Angka diperbaiki
1
World Economic Outlook (WEO) April 2015
2
Asian Development Outlook (ADO) 2015
3
Indikator Ekonomi
Sumber : IMF, ADB, dan BPS
tahun 2014, laju pertumbuhan ekonomi Inggris sebesar 2,6 persen. Hal ini
merupakan pertumbuhan terkencang dalam 7 tahun terakhir, menurut ONS.
Selain itu, pertumbuhan ini juga dapat dikatakan lebih cepat daripada negara
maju lainnya di dunia. Perekonomian yang tumbuh tersebut didorong oleh
permintaan domestik dan didukung dari sisi sektor jasa-jasa yang salah satu
komponennya adalah retail .
d
impor dan berdampak pada pertumbuhan konsumsi masyarakat yang menurun.
.i
Dampak lain dari menurunnya konsumsi masyarakat yaitu menurunnya tingkat
investasi swasta dan tingkat persediaan/produksi barang-barang konsumsi.
o
Tentunya akumulasi dari dampak tersebut membuat perekonomian Jepang
.g
mengalami perlambatan. Dari sisi inflasi, pada tahun 2014 Jepang mengalami
inflasi sebesar 2,7 persen lebih tinggi dari inflasi tahun sebelumnya yang
ps
sebesar 0,4 persen.
.b
Amerika Latin, Eropa Timur dan Tengah, serta Negara Persemakmuran yang
tumbuh antara 1,0-2,8 persen. Hanya di kasawan Timur Tengah dan Afrika Utara
ht
d
Kelompok Negara 2010 2011 2012 2013 2014
.i
A. Dunia 1) 3,8 r
5,2 r
4,2 3,9 r
3,5
o
B. Negara-negara maju 1) 1,5 2,7 2,0 1,4 1,4
Amerika Serikat 1,6 3,1 .g 2,1 1,5 1,6
ps
Jepang -0,7 -0,3 0,0 0,4 2,7
Kanada 1,8 2,9 1,5 1,0 1,9
Kawasan Eropa 1,6 2,7 2,5 1,3 0,4
.b
r r r r
Afrika/Sub-Saharan Africa 8,2 9,5 9,4 6,5 6,3
r r r
Asia 5,2 6,5 4,7 4,8 3,5
tp
r r r
India 13.0 10.5 9.6 10.2 9.5
r r r r
Amerika Latin 6,2 6,8 6,1 7,1 …
r r r r
Timur Tengah dan Afrika Utara 6,5 9,2 9.8 9,1 6,7
r r r
Eropa Timur dan Tengah 5,6 5.4 6,0 4,3 3,8
r r r
Negara-negara Persemakmuran 7,1 9,8 6,2 6,4 8,1
D. Negara-negara ASEAN 2) 4,1 5,5 3,8 4,2 4,1
Malaysia 1,7 3,2 1,7 2,1 3,1
Philipina 3,8 4,6 3,2 3,0 4,1
Singapura 2,8 5,2 4,6 2,4 1,0
Thailand 3,2 3,8 3,0 2,2 1,9
Indonesia 3) 7,0 3,8 4,3 8,4 8.4
Vietnam 9,2 18,7 9,1 6,6 4,1
Catatan : r Angka diperbaiki
1
World Economic Outlook (WEO) April 2015
2
Asian Development Outlook (ADO) 2015
3
Indikator Ekonomi
Sumber : IMF, ADB, dan BPS
d
Negara Thailand, Filipina, Singapura, dan Indonesia.
.i
Thailand menjadi negara di kawasan ASEAN yang menunjukkan
o
penurunan laju pertumbuhan ekonomi cukup tinggi yaitu dari 2,9 persen pada
.g
tahun 2013 menjadi 0,7 persen pada tahun 2014. Perekonomian Thailand
yang melambat tajam pada 2014 ini dapat dikatakan paling lambat dalam
ps
tiga tahun terakhir. Dengan kata lain, angka pertumbuhan tersebut paling
lemah sejak tumbuh 0,1 persen pada 2011, ketika Thailand dilanda banjir
.b
khususnya beras dan karet mengalami kesulitan akibat penurunan harga global
tp
16
14
12
10
8
6
4
2
0
2010 2011 2012 2013 2014
d
Walaupun sebagian besar negara-negara di kawasan ASEAN mengalami
.i
perlambatan, namun ternyata tidak semua negara mengalaminya. Sebagai
contoh Malaysia dan Vietnam. Kondisi perekonomian di dua negara anggota
o
ASEAN tersebut justru menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik. Hal ini
.g
ditunjukkan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Perekonomian
Malaysia dapat mencapai pertumbuhan sebesar 6,0 persen atau lebih tinggi
ps
dari tahun sebelumnya sebesar 4,7 persen. Sementara itu Vietnam mampu
menunjukkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,0 persen berbanding dengan
.b
Sementara itu dari kenaikan harga, laju inflasi di kawasan ASEAN selama
w
tahun 2014 mencapai 4,1 persen atau sedikit mengalami penurunan dari
tahun 2013 yang tercatat sebesar 4,2 persen. Laju inflasi tertinggi terjadi di
/w
Indonesia dan Myanmar dengan masing-masing inflasi sebesar 8,4 persen dan
5,9 persen. Sedangkan laju inflasi terendah terjadi di Singapura (1,0 persen)
:/
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
2010 2011 2012 2013 2014
d
Tahun 2015–2016
.i
Pertumbuhan Inflasi
Kelompok Negara Ekonomi
o
2015 2016 2015 2016
A.
B.
Dunia 1)
Negara-negara maju 1)
3,5
.g 3,8
2,4
3,2
2,4
3,3
0,4 1,4
ps
Amerika Serikat 3,1 3,1 0,1 1,5
Jepang 1,0 1,2 1,0 0,9
.b
ekonomi tidak diikuti dengan meningkatnya inflasi tetapi laju inflasi justru
diproyeksikan akan menurun. Pada tahun 2015 inflasi dunia diproyeksikan
turun menjadi sebesar 3,2 persen dan kembali meningkat pada tahun 2016
menjadi sebesar 3,3 persen.
d
Sebagian besar negara-negara anggota kelompok negara maju
.i
diproyeksikan meningkat tingkat pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan
o
di Amerika Serikat diproyeksikan mencapai 3,1 persen pada 2015 (dari 2,4
.g
persen pada 2014), dan tetap bertahan hingga tahun 2016. Di wilayah Eropa,
diproyeksikan inflasi yang rendah akan terjadi pada tahun 2015 dan 2016 yaitu
ps
masing-masing sebesar 0,1 persen dan 1,0 persen. Namun, inflasi yang rendah
ini justru menjadi tidak produktif. Proyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah
.b
Eropa berada di angka 1,5 persen untuk 2015 (dari 0,9 persen pada 2014) dan
naik menjadi 1,6 persen pada 2016.
w
persen pada 2015 (dari -0,1 persen pada 2014) dan menjadi 1,2 persen pada
/w
2016. Hal ini merupakan berita yang sangat baik karena diharapkan Jepang
mampu bangkit kembali dari situasi sulit yang dialaminya selama tahun 2014.
:/
0
2015 2016
d
Ekonomi negara-negara berkembang diperkirakan mengalami
.i
pertumbuhan sebesar 4,3 persen pada tahun 2015 dan 4,7 persen pada tahun
o
2016. Hal ini tentunya menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi negara
.g
berkembang diproyeksikan lebih baik dari negara maju. Pertumbuhan ekonomi
di negara berkembang diproyeksikan masih akan didorong oleh pertumbuhan
ps
ekonomi negara-negara berkembang dari kawasan Asia, Afrika/Sub Saharan
Afrika, Timur Tengah dan Afrika Utara, serta Eropa Timur dan Tengah yang
.b
mencatatkan pertumbuhan di atas 2,5 persen persen pada tahun 2015 dan di
atas 3,0 persen pada tahun 2016.
w
6,6 persen pada tahun 2015 (tertinggi bila dibandingkan semua kawasan negara
/w
yang masing-masing diproyeksikan sebesar 6,8 persen dan 7,5 persen pada
tp
tahun 2015.
bahwa pertumbuhan ekonomi di kawasan ini masih akan tumbuh sebesar 4,9
persen pada tahun 2015 dan dan kembali meningkat menjadi 5,3 persen pada
tahun 2016. Untuk jangka waktu selama tahun 2015, negara-negara ASEAN
yang diproyeksikan akan mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi yang
cukup tinggi di atas lima persen diantaranya Filipina (6,4 persen), Vietnam (6,1
persen), dan Indonesia (5,5 persen). Ketiga negara tersebut juga dapat dikatakan
mengalami peningkatan laju pertumbuhan ekonomi bila dibandingkan dengan
tahun 2014. Tidak semua negara anggota ASEAN diproyeksikan akan mengalami
peningkatan laju pertumbuhan ekonomi. Salah satunya yang mengalami
penurunan atau mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi pada tahun
2015 yaitu Malaysia yang diproyeksikan akan mencapai pertumbuhan ekonomi
sebesar 4,7 persen (dari 6,0 persen pada tahun 2014).
6,0
5,0
4,0
3,0
2,0
1,0
0,0
2015 2016
Gambar 2.6. Proyeksi Inflasi Dunia, Negara Maju dan Negara Berkembang serta
ASEAN (persen), Tahun 2015 dan 2016
d
.i
Terkait dengan harga komoditas internasional, seiring dengan
o
menurunnya harga komoditas, inflasi dunia diperkirakan turun yaitu menjadi
.g
3,3 persen pada tahun 2016. Kondisi serupa terjadi pada inflasi di negara maju
yang diprediksi mengalami inflasi sebesar 0,4 persen pada tahun 2015 (dari 1,4
ps
persen pada tahun 2014) dan 1,4 persen pada tahun 2016. Kondisi sebaliknya
terjadi pada inflasi di negara-negara berkembang yang diperkirakan justru
.b
akan mengalami kenaikan pada tahun 2015 yaitu menjadi sebesar 5,4 persen
tetapi kemudian mengalami penurunan pada tahun 2016 menjadi 4,8 persen.
w
w
dunia yang sedang membaik. Berikut tantangan atau resiko yang akan dihadapi
tp
oleh perekonomian dunia menurut IMF dan World Bank sebagaimana dikutip
dari berbagai sumber:
ht
2. Kedua, pada periode yang panjang, Jepang dan Zona Euro masih terjebak
pada area dengan kondisi inflasi rendah dan pertumbuhan rendah. Kondisi
seperti ini akan semakin menyulitkan bagi keduanya untuk memperbaiki
kinerja perekonomian terutama untuk mengurangi pengangguran dan
memotong utang swasta dan negara. Hal ini menjadi keresahan karena
dimungkinkan akan memunculkan risiko terjadinya resesi dan tekanan
deflasi tidak hanya bagi perekonomian Jepang dan Zona Euro tapi juga
perekonomian global.
d
.i
- Bank Dunia (World Bank)
o
Menurut Bank Dunia, terdapat faktor utama risiko yang membuat
.g
proyeksi ekonomi ke depan masih cenderung menurun yaitu:
ps
1. Perdagangan global yang masih lemah.
.b
2. Naiknya suku bunga pada beberapa negara maju di waktu yang berbeda-
beda yang kemungkinan akan mengguncang pada pasar finansial.
w
4. Risiko dari periode stagnan atau deflasi di wilayah Eropa atau Jepang yang
:/
berlangsung lama.
tp
Lebih jauh lagi, Kaushik Basu (Senior Vice President dan Ekonom Utama
Bank Dunia) mengatakan bahwa hal yang mencemaskan bagi perekonomian
ht
d
juta atau lebih tinggi bila dibandingkan dengan PDB per kapita tahun 2013 yang
o .i
Tabel 2.4. Perkembangan Beberapa Indikator Ekonomi Indonesia,
Tahun 2010–2014
.g
ps
Indikator 2010 2011 2012 2013 2014
1. Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,22 6,49 6,26 5,73 5,06
.b
Rp)
4. PDB per Kapita Harga Berlaku 27 028,7 30 659,0 33 537,4 36 521,8 40 003,1
w
(Ribu Rp)
/w
a. Ekspor (Juta US$) 157 779,1 203 496,6 190 020,3 182 551,8 176 292,7
tp
b. Impor (Juta US$) 135 663,3 177 435,6 191 689,5 186 628,6 178 178,8
6. Investasi
ht
a. PMDN (Miliar Rp) 60 626,3 76 000,7 92 182,0 128 150,6 156 126,2
b. PMA (Juta US$) 16 214,8 19 474,5 24 564,7 28 617,5 28 529,7
7. Suku Bunga Deposito Berjangka 6,83 6,35 5,58 7,92 8,58
Bank Umum 1 Bulan (%)1)
8. Jumlah Wisatawan Asing (Ribu 7 002,94 7 649,73 8 044,46 8 802,13 9 435,41
orang)
9. Produksi Padi (GKG): 2) 66,47 65,76 69,06 71,28 70,61
a. Sawah (Juta Ton) 63,02 62,53 65,19 67,39 66,89
b. Ladang (Juta Ton) 3,45 3,23 3,87 3,89 3,72
10. Penduduk Miskin (Juta)3) 31,02 30,02 29,13 28,07 28,28
11. Tingkat Pengangguran Terbuka 7,00 7,48 6,13 6,17 5,94
(%)
1
Catatan: Kondisi Desember
2
Angka Sementara
3
Hasil Susenas Panel Modul Konsumsi 2010 dan Susenas Tw I 2011-2013
Sumber: BPS, Bank Indonesia, BKPM
sebesar Rp 36,52 juta. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan
PDB per kapita sebesar Rp 3,48 juta.
Dari sisi neraca perdagangan luar negeri, pada tahun 2014 Indonesia
mengalami defisit neraca perdagangan sebesar US$ 1,89 miliar. Namun, nilai
defisit ini lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu sebesar
US$ 4,08 miliar. Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia pada tahun 2014
mencapai US$ 176,29 miliar atau turun dari ekspor tahun 2013 yang sebesar
US$ 182,55 miliar. Penurunan ekspor disebabkan oleh terbatasnya permintaan
dari negara maju dan menurunnya permintaan dari negara berkembang. Selain
itu, pada tahun 2014 dikeluarkannya Undang-Undang Minerba pada awal tahun
berdampak pada ekspor komoditas mineral yang terhenti sampai dengan paruh
pertama 2014. Negara utama tujuan ekspor Indonesia yang terbesar masih
didominasi oleh Jepang, Tiongkok dan Amerika Serikat. Sementara itu, nilai
impor Indonesia mencapai US$ 178,18 miliar yang sebagian besar didominasi
d
oleh impor bahan baku. Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar
.i
selama tahun 2014 masih ditempati oleh Tiongkok dan Jepang.
o
Di sisi laju inflasi, pada tahun 2014 inflasi nasional mencapai 8,36 persen
.g
atau berada di atas target inflasi 2014 sebesar 4,5±1 persen. Meskipun di atas
target inflasi, pencapaian inflasi 2014 tetap dapat dikendalikan. Sementara itu,
ps
inflasi inti relatif terjaga pada 4,93 persen di tengah meningkatnya tekanan
inflasi dari sisi biaya (cost push) akibat kenaikan harga energi dan gejolak
.b
harga pangan. Oleh karena itu, inflasi IHK 2014 dapat dikatakan lebih baik
dibandingkan dengan inflasi 2013 (8,38 persen).
w
Menurut Suryamin, kepala BPS RI, inflasi nasional pada tahun 2014
w
memang lebih rendah dari 2013, namun dapat dikatakan masih sama-sama
/w
tinggi, akibat terjadi kenaikan harga BBM. Ia menjelaskan tingkat inflasi yang
relatif tinggi ini dipengaruhi oleh komoditas yang harganya berfluktuasi
:/
sepanjang tahun 2014, diantaranya BBM yang menyumbang andil 1,04 persen.
tp
Selain itu, tarif listrik menyumbang andil inflasi pada 2014 sebesar 0,64 persen,
angkutan dalam kota 0,63 persen, cabai merah 0,43 persen, beras 0,38 persen
ht
dan bahan bakar rumah tangga 0,37 persen. Komoditas lainnya seperti tarif
angkutan udara juga ikut menyumbang laju inflasi nasional 2014 yaitu 0,22
persen, diikuti oleh cabai rawit sebesar 0,19 persen dan nasi dengan lauk 0,18
persen (BRS BPS No. 01/01/Th. XVIII, 2 Januari 2015).
d
.i
Di bidang ketenagakerjaan, kondisi ketenagakerjaan di Indonesia
menunjukkan adanya perbaikan bila dibandingkan tahun sebelumnya. Tingkat
o
pengangguran mengalami penurunan dari 6,17 persen pada tahun 2013
.g
(kondisi Agustus) menjadi 5,94 persen pada tahun 2014 (kondisi Agustus) atau
sekitar 7,2 juta orang. Sementara itu, penduduk yang bekerja pada Agustus
ps
sebanyak 114,6 juta orang, atau bertambah 1,9 juta orang dibanding keadaan
Agustus 2013. Berdasarkan data BPS, selama setahun terakhir (Agustus 2013–
.b
penyerapan terutama terjadi pada sektor konstruksi (930 ribu orang), sektor
w
perdagangan (730 ribu orang), dan sektor industri (300 ribu orang). (BRS BPS
/w
kemiskinan pada tahun 2013 yang tercatat sebesar 11,36 persen. Namun, bila
dilihat berdasarkan jumlah penduduk miskin justru mengalami peningkatan
ht
dari 28,07 juta jiwa pada tahun 2013 menjadi 28,28 juta jiwa pada tahun
2014. Menurut Suryamin, meningkatnya jumlah penduduk miskin disebabkan
oleh melambatnya pertumbuhan sektor pertanian. Di sektor pertanian
ada pergeseran musim tanam karena ada pengaruh iklim hujan deras. Jadi
penduduk yang bekerja di sektor pertanian berkurang sehingga terjadi
peningkatan kemiskinan. Sementara itu, Menteri Koordinator (Menko)
Perekonomian Kabinet Indonesia Bersatu II Chairul Tanjung menyebut
perlambatan pertumbuhan perekonomian nasional yang menjadi salah satu
sumber masalah. Selain itu, pertumbuhan yang selama ini dibanggakan
ternyata belum menyasar secara maksimal sektor yang berkaitan langsung
dengan kemiskinan. Dengan kata lain, kualitas pertumbuhan ekonomi yang
terjadi juga belum berpihak pada rakyat miskin.
per bulan pada Maret 2013 menjadi Rp 302.735,- per kapita per bulan pada
Maret 2014. Sementara itu bila dilihat dari tingkat kedalaman dan keparahan
dari kemiskinan, pada periode Maret 2013-Maret 2014 Indeks Kedalaman
Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) cenderung mengalami
sedikit kenaikan. Pada tahun 2014 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) sebesar
1,75 dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) sebesar 0,44.
d
pada peringkat 50, tahun 2013/2014 pada urutan ke-38 dan tahun 2014/2015
.i
menempati urutan ke-34.
o
Walaupun Indonesia berhasil naik 4 peringkat dari tahun sebelumnya,
.g
Indonesia masih berada di bawah beberapa negara anggota ASEAN. Jika
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, Indonesia masih berada di
ps
peringkat keempat. Indonesia masih kalah dari Singapura (peringkat ke-2),
Malaysia (peringkat ke-20), dan Thailand (peringkat ke-31). Sementara itu,
.b
ke-57), India (peringkat ke-71), dan Rusia (peringkat ke-53). Sementara itu,
peringkat sepuluh besar dalam Global Competitiveness Index 2014-2015
ht
2014/2015
2013/2014
2012/2013
Tabel 2.5. Perbandingan Peringkat Indeks Daya Saing Indonesia Dengan Beberapa
Negara Lainnya 1, Tahun 2012/2013–2014/2015
d
Hongkong SAR 9 7 7
.i
Inggris Raya 8 10 9
o
Tiongkok 29 29 28
India
Afrika Selatan
59
52
.g 60
53
71
56
ps
Brazil 48 56 57
Turki 43 44 45
.b
Meksiko 53 55 61
Rusia 67 64 53
w
Indonesia 50 38 34
w
Malaysia 25 24 20
/w
Thailand 38 37 31
Vietnam 75 70 68
:/
Filipina 65 59 52
tp
Brunei Darussalam 28 26 -
Kamboja 85 88 95
ht
Tabel 2.6. Nilai dan Peringkat Indeks Daya Saing Indonesia Menurut Pilar Daya
Saing, Tahun 2012/2013–2014/2015
d
Efisiensi Pasar Tenaga Kerja 3,9 120 4,0 103 3,8 110
.i
Pasar Keuangan 4,1 70 4,2 60 4,4 42
o
Kesiapan Teknologi 3,6 85 3,7 75 3,6 77
Besaran Pasar
4,0
.g
16
40
5,3
4,1
15
33
5,3
4,2
15
30
ps
Kecanggihan Bisnis 4,3 42 4,4 37 4,5 34
Inovasi 3,6 39 3,8 33 3,9 31
.b
d
Sementara itu, IMF memproyeksikan bahwa pada tahun 2015
perekonomian Indonesia akan tumbuh sebesar 5,2 persen dan meningkat
.i
menjadi 5,5 persen pada tahun 2016. ADB juga memproyeksikan pertumbuhan
o
ekonomi Indonesia namun proyeksinya lebih tinggi daripada IMF. Pertumbuhan
.g
ekonomi Indonesia hasil proyeksi ADB pada tahun 2015 akan mencapai 5,5
persen dan meningkat menjadi 6,0 persen pada tahun 2016.
ps
Di sisi harga, IMF dan ADB juga memproyeksikan laju inflasi Indonesia,
.b
namun nilai proyeksinya lebih tinggi dari hasil proyeksi yang dikeluarkan oleh
Bank Indonesia. IMF memproyeksikan laju inflasi Indonesia sebesar 6,8 persen
w
pada tahun 2015 dan akan menurun pada tahun 2016 menjadi 5,8 persen.
w
Sementara itu ADB memperkirakan inflasi Indonesia akan berada pada nilai
5,5 persen dan 4,0 persen pada tahun 2015 dan 2016.
/w
tekanan. Oleh karena itu perlu langkah kebijakan yang tepat untuk mengurangi
Tabel 2.7. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Laju Inflasi Indonesia (persen),
Tahun 2015 dan 2016
d
negara-negara dengan perekonomian besar, termasuk Jepang, Eropa, dan
.i
Tiongkok. Sementara itu, tantangan dari dalam negeri yaitu pemerintah
dihadapkan pada tantangan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi
o
(5,7 persen) dan inflasi (dibawah 5 persen) seperti yang telah ditetapkan dalam
.g
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015.
ps
Sementara itu, Pengamat Ekonomi Aviliani menyebutkan bahwa
tantangan yang akan dihadapi Indonesia yaitu perekonomian global yang
.b
akibat tapering off dan berdampak secara luas hingga tertekannya mata uang
rupiah, terkoreksinya pasar saham dan keuangan, serta suku bunga pasar
/w
yang ikut naik. Selain itu, arus modal asing yang sebagian besar dalam bentuk
investasi portofolio dapat dengan mudah ditarik dan berpotensi menimbulkan
:/
8,0
6,8
7,0
5,5 5,8
6,0 5,2
5,0
4,0
3,0
2,0
1,0
0,0
2015 2016
PertumbuhanEkonomi Inflasi
Pertumbuhan Ekonomi
Nasional & Regional
ht
tp
:/
/w
w
w
.b
ps
.g
o.i
d
Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Regional
D
alam lima tahun terakhir, perekonomian Indonesia cenderung
tumbuh melambat. Perekonomian Indonesia diukur berdasarkan
Produk Domestik Bruto (PDB), dan pertumbuhan ekonomi dihitung
dari pertumbuhan PDB atas dasar harga konstan 2010. Tahun 2011,
perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 6,17 persen dan hingga tahun 2013
melambat di besaran 5,58 persen. Lambannya pertumbuhan ekonomi tahun
2013 disebabkan ketidakpastian ekonomi global dan adanya isu finansial
seperti defisit transaksi berjalan, inflasi yang tinggi (kenaikan harga BBM
bersubsidi pada Juni 2013) dan nilai tukar rupiah yang melemah.
d
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014
.i
sebesar 5,5 persen. Bank Indonesia mematok kisaran antara 5,1-5,5 persen
o
sementara Bappenas mengajukan rentang pertumbuhan 5,3-5,5 persen.
.g
Perlambatan ekonomi dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor
eksternal berupa penurunan ekspor sebagai akibat dari penurunan permintaan
ps
dan harga komoditas global. Sementara itu, dari faktor internal perlambatan
ekonomi disebabkan terbatasnya konsumsi pemerintah sebagai dampak dari
.b
2015).
w
Jika dihitung atas dasar harga berlaku, nilai PDB Indonesia hanya
/w
hingga 5 persen. Sementara dari sisi penggunaan, konsumsi rumah tangga yang
masih solid dan mencapai lebih dari 50 persen dari total PDB ikut berkontribusi
ht
d
ekonomi. Global Competitiveness Index (GCI) 2014-2015 mengukur efisiensi
.i
Indonesia berada di peringkat 46 dari 144 negara. Pembangunan infrastruktur
guna menopang konektivitas antar wilayah menjadi prioritas pemerintah
o
untuk mendorong daya saing wilayah (Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Bank Indonesia, 2015). .g
ps
14
12
10
0
2011 2012 2013
3* 20
014**
B Pertam
mbangan dan Penggalian E Pengadaa
an Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
J Informasi dan Komunikasi M,N Jasa Pe
erusahaan
O Admin
nistrasi Pemerintahan, Pertah
hanan dan Jaminan Sosial Wa
ajib R,S,T,U Jasa
a lainnya
d
Di peringkat kedua dan ketiga ada kategori Jasa Perusahaan dan Jasa
.i
Lainnya. Jasa Perusahaan tahun 2014 mengalami pertumbuhan 9,81 persen,
diikuti Jasa Lainnya sebesar 8,92 persen. Kategori lain umumnya mengalami
o
pasang surut pertumbuhan sejalan ketidakpastiaan perekonomian global yang
melanda beberapa tahun terakhir. .g
ps
Sementara itu, tiga lapangan usaha dengan pertumbuhan PDB terendah
yaitu Pertambangan dan Penggalian (B), Pengadaan Air (E), dan Administrasi
.b
4,29 persen dan tahun 2014 hanya sebesar 0,55 persen. Pertambangan
dan penggalian merupakan kategori yang paling terkena imbas kebijakan
/w
tajam.
ht
d
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil
1 066 092,1 1 138 484,4 1 263 815,4 1 410 932,0
.i
dan Sepeda Motor
13,61 13,21 13,27 13,38
o
H. Transportasi dan Pergudangan 276 122,4 313 156,2 368 678,6 450 600,0
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 270 586,3 320 534,3 368 876,9 408 646,7
3,46 3,72 3,87 3,88
w
L. Real Estate 218 796,6 237 913,9 264 275,0 294 573,4
2,79 2,76 2,77 2,79
w
M,N. Jasa Perusahaan 113 975,3 127 724,2 144 604,1 165 990,6
1,46 1,48 1,52 1,57
/w
P. Jasa Pendidikan 232 726,8 270 372,3 309 438,5 346 557,8
tp
R,S,T,U Jasa lainnya 113 022,0 122 566,2 140 311,9 163 548,8
1,44 1,42 1,47 1,55
NILAI TAMBAH BRUTO ATAS HARGA DASAR 7 675 899,3 8 429 699,5 9 286 934,1 10 279 220,6
98,01 97,84 97,50 97,50
PAJAK DIKURANG SUBSIDI ATAS PRODUK 155 826,7 186 005,0 237 802,4 263 472,9
1,99 2,16 2,50 2,50
PRODUK DOMESTIK BRUTO 7 831 726,0 8 615 704,5 9 524 736,5 10 542 693,5
100,00 100,00 100,00 100,00
PDB Harga Konstan Tahun 2010 (miliar rupiah) dan Pertumbuhan PDB (%)
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 993 857,3 1 039 440,7 1 083 141,8 1 128 448,0
3,95 4,59 4,20 4,18
B. Pertambangan dan Penggalian 748 956,3 771 561,6 785 016,3 789 329,7
4,29 3,02 1,74 0,55
C. Industri Pengolahan 1 607 452,0 1 697 787,2 1 774 097,3 1 856 310,6
6,26 5,62 4,49 4,63
D. Pengadaan Listrik dan Gas 76 678,1 84 393,0 88 805,1 93 755,9
5,69 10,06 5,23 5,57
d
7,68 7,41 6,54 5,00
.i
M,N Jasa Perusahaan 108 239,3 116 293,3 125 490,7 137 795,3
9,24 7,44 7,91 9,81
o
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
276 336,8 282 235,3 288 963,3 296 145,0
Jaminan Sosial Wajib
P. Jasa Pendidikan
.g 6,43
215 029,1
2,13
232 704,3
2,38
251 784,6
2,49
267 633,3
ps
6,68 8,22 8,20 6,29
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 72 592,1 78 380,1 84 518,4 91 287,8
9,25 7,97 7,83 8,01
.b
R,S,T,U Jasa lainnya 109 372,4 115 675,4 123 088,8 134 070,1
8,22 5,76 6,41 8,92
w
NILAI TAMBAH BRUTO ATAS HARGA DASAR 7 142 634,2 7 560 262,8 7 954 509,4 8 353 989,4
6,87 5,85 5,21 5,02
w
PAJAK DIKURANG SUBSIDI ATAS PRODUK 145 001,1 166 820,6 203 684,3 214 126,2
/w
signifikan, meskipun masih lebih rendah dibanding tenaga kerja yang terserap
di lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. Hal ini tercermin dari
tenaga kerja yang terserap di sektor ini sebesar lebih dari 10 juta jiwa.
PajakDikurango
SubsidiatasProduk
S
2,50%
Pertanian,
Kehutanan,
Pertambangandan n
dan
Penggalian9,82%
Perikanan
13,38%
ainnya30,02%
La
ahan
IndustriPengola
21,02%
Kon
nstruksi
PerdaganganBessar 9,88%
9
danEceran;Reparrasi
MobildanSepedda
Motor13,38%
d
dan revitalisasi industri. Transformasi industri diarahkan kepada pembangunan
.i
kawasan industri, penambahan populasi industri dan pemerataan persebaran,
o
serta peningkatan daya saing dan produktivitas industri. Pengembangan
kawasan industri dititikberatkan di luar Pulau Jawa dan pengembangan industri
kecil dan menengah di Indonesia Timur. Program industri unggulan berbasis .g
ps
teknologi didorong untuk peningkatan kinerja Industri Pengolahan.
.b
Kategori ini tahun 2015 diprediksi tumbuh 3,3 persen dengan subsektor
tanaman pangan, perkebunan, dan perikanan sebagai pendorong utama.
w
hotel dan restoran diperkirakan tumbuh 6 persen pada tahun 2015. Pemerintah
berupaya meningkatkan perdagangan dengan pengembangan pasar di dalam
dan luar negeri. Untuk peningkatan perdagangan dalam negeri, distribusi
barang dagang utamanya bahan makanan diatur agar lebih efisien. Regulasi
di bidang perdagangan disusun untuk memberi perlindungan baik terhadap
konsumen melalui standarisasi produk maupun kepada produsen dengan
peraturan perdagangan e-commerce. Sementara untuk perdagangan luar
negeri, kebijakan yang ditempuh yaitu melalui pengembangan ekspor produk
olahan nonmigas agar memiliki nilai tambah yang lebih tinggi.
d
sejak dari persiapan hingga penyelenggaraan, sementara konsumsi rumah
.i
tangga relatif stabil meskipun harga BBM dan jumlah penduduk bertambah.
Satu-satunya komponen pembentuk PDB yang mengalami pertumbuhan
o
signifikan yaitu konsumsi LNPRT yang mengalami peningkatan selama tahun
.g
2011-2014, dari 5,54 persen pada tahun 2011 menjadi 12,43 persen pada
tahun 2014.
ps
kampanye Pemilu legislatif sejak Januari 2014. Selain itu, juga didukung masih
tingginya penjualan kendaraan bermotor, konsumsi listrik, kredit konsumsi,
:/
20
15
10
0
2011 2012 2013* 2014
4**
PengeluaranKonsum
msiRumahtangga PengeluaranK
KonsumsiLNPRT
PengeluaranKonsum
msiPemerintah Pembentukan
nModalTetapDomestikkBruto
EksporBarangdanJasa DikurangiImp
porBarangdanJasa
d
berorientasi ekspor, industri kereta api dan pengiriman, dan untuk penelitian
.i
dan pembangunan.
o
Sementara itu, ekspor barang dan jasa mengalami perlambatan
pertumbuhan sejak 2011 sebesar 14,77 persen menjadi hanya 1,02 persen
di tahun 2014. Perlambatan ini merupakan salah satu dampak kebijakan
.g
ps
pelarangan ekspor bahan mineral mentah. Impor barang dan jasa mengalami
penurunan pertumbuhan selama 2011-2013 dengan sedikit peningkatan laju
.b
pertumbuhan di tahun 2014. Nilai tukar rupiah yang terus melemah terhadap
dolar AS menjadi salah satu sebab konsumsi impor semakin membesar.
w
32,57 persen, impor 24,48 persen, ekspor 23,72 persen, pengeluaran konsumsi
pemerintah 9,54 persen, perubahan inventori 2,08 persen, dan pengeluaran
ht
ImporBarangdan
Jasa16%
PengeluaranKonsumsi
Rumahtangga38,099%
orBarangdanJasa
Ekspo
16,78%
PerubahanInventori1,30% PembentukanModalTetap
%
DomestikBruto21,41%
PenggeluaranKonsumsi
LNPRT0,73%
PengeluaranKonsumsi
Pemerintah6,22%
d
54,40 55,35 56,20 56,07
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 80 529,9 89 585,8 103 929,6 124 509,0
.i
1,03 1,04 1,09 1,18
o
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 709 450,8 796 848,3 904 996,2 1 005 399,5
9,06 9,25 9,50 9,54
4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
.g
2 451 914,0
31,31
2 819 026,5
32,72
3 059 780,5 3 434 124,6
32,12 32,57
ps
5. Perubahan Inventori 131 328,6 202 638,4 183 329,3 219 004,7
1,68 2,35 1,92 2,08
6. Ekspor Barang dan Jasa 2 061 886,2 2 118 979,0 2 283 761,0 2 501 202,0
.b
1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 3 977 288,6 4 195 787,6 4 421 721,3 4 649 072,3
5,05 5,49 5,38 5,14
tp
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 652 291,7 681 819,0 729 059,6 743 470,6
5,52 4,53 6,93 1,98
4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 2 316 359,1 2 527 728,8 2 661 311,1 2 770 963,4
8,86 9,13 5,28 4,12
5. Perubahan Inventori 118 207,3 174 183,1 149 136,6 162 852,6
- - - -
6. Ekspor Barang dan Jasa 1 914 267,9 1 945 063,7 2 026 119,7 2 046 739,9
14,77 1,61 4,17 1,02
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 1 768 821,9 1 910 299,5 1 945 867,0 1 988 537,9
15,03 8,00 1,86 2,19
1)
Diskrepansi Statistik 1 252,2 30 882,1 28 094,9 83 918,5
- - - -
8. PRODUK DOMESTIK BRUTO 7 287 635,3 7 727 083,4 8 158 193,7 8 568 115,6
6,17 6,03 5,58 5,02
Catatan: x Angka sementara
xx
Angka sangat sementara
1
Selisih PDB Lapangan Usaha dan PDB Pengeluaran
Sumber: Badan Pusat Statistik
d
Ekspor barang dan jasa sejak tiga tahun terakhir mengalami
.i
penurunan dengan selisih nilai negatif terhadap impor barang dan jasa. Indikasi
o
ini menunjukkan bahwa Indonesia perlu mewaspadai ketergantungan impor
.g
terhadap negara lain. Penurunan kinerja ekspor tahun 2014 merupakan salah
satu dampak jangka pendek sejak diberlakukannya undang-undang mineral
ps
dan batubara serta penurunan permintaan global. Investasi juga masih relatif
tetap dimana investor menunjukkan sikap wait and see terkait pelaksanaan
.b
serta harga komoditas global. Permintaan yang meningkat dari mitra dagang
w
konsumsi sebagai akibat daya beli masyarakat yang juga meningkat. Tahun
2015, ekspor diperkirakan tumbuh 4,4 persen dan impor sebesar 3,2 persen
ht
d
xx
Angka sangat sementara
Sumber : Badan Pusat Statistik
o .i
Pertumbuhan ekonomi regional yang melambat disebabkan penurunan
.g
kinerja ekspor dan investasi (BI, 2014). Ekonomi di luar Jawa tumbuh melambat
sebagai akibat penurunan nilai ekspor komoditas bahan tambang dan
ps
pemberlakuan Undang-undang Minerba. Sementara untuk Pulau Jawa yang
masih ditopang dari ekspor Industri Pengolahan masih belum menunjukkan
.b
lifting minyak di Riau akibat usia sumur produksi yang sudah tua juga turut
tp
Tiongkok, yang sebagian besar dipasok dari Kalimantan. Sumur minyak dan
gas mengalami penurunan produktivitas, seperti di Blok Mahakam dan Sanga-
sanga juga turut berkontribusi terhadap perekonomian Kalimantan Timur. Di
lapangan usaha pertanian terjadi penurunan produksi tabama akibat gagal
panen di sejumlah sentra produksi khususnya di Kalimatan Barat.
d
Wilayah Pulau 2012 2013 x 2014 xx
.i
Sumatera 23,10 23,08 23,17
o
Jawa
.g
56,69 57,08 57,38
ps
Bali dan Nusa Tenggara 2,79 2,80 2,87
Kalimantan 9,66 9,24 8,71
.b
x
Catatan : Angka sementara
xx
Angka sangat sementara
Sumber : Badan Pusat Statistik
:/
tp
Bahkan dalam tiga tahun terakhir, Pulau Jawa terus mengalami peningkatan
kontribusi, dari 56,69 persen pada tahun 2012 menjadi 57,38 persen pada
tahun 2014. Diikuti oleh Pulau Sumatra, tahun 2012, kontribusi Pulau Sumatra
terhadap PDB nasional sebesar 23,10 persen dan tahun 2014 sebesar 23,17
persen. Pulau di Indonesia yang mengalami peningkatan kontribusi meskipun
nilainya kecil adalah Pulau Sulawesi dari 5,41 persen pada tahun 2012 menjadi
5,65 persen pada tahun 2014. Pulau Bali dan Nusa Tenggara berkontribusi
sebesar 2,79 persen pada tahun 2012 menjadi 2,87 persen pada tahun 2014.
Pulau Kalimantan, Pulau Maluku dan Papua mengalami penurunan kontribusi
terhadap PDB nasional selama tahun 2012-2014. Tahun 2012, Kalimantan
memberikan sumbangan PDRB sebesar 9,66 persen dan tahun 2014 menurun
menjadi 8,71 persen. sementara itu, Pulau Maluku dan Papua merupakan Pulau
di Indonesia dengan kontribusi yang paling kecil terhadap PDB nasional. Tahun
2012, peran Pulau Maluku dan Papua dalam membentuk PDB sebesar 2,35
persen dan terus menurun hingga tahun 2014 sebesar 2,22 persen. Kondisi ini
tidak lepas dari masih minimnya infrastruktur dan pengembangan wilayah di
kawasan timur Indonesia serta dampak UU minerba terhadap daerah penghasil
tambang seperti Maluku dan Papua.
PDB per Kapita
d
tahun dasar 2010 dibagi dengan jumlah penduduk hasil proyeksi penduduk
.i
2010-2035.
o
Pendapatan perkapita umumnya selalu meningkat. Namun pendapatan
.g
perkapita dapat bias pada suatu kelompok tertentu yang dapat mengambil
manfaat dari pertumbuhan ekonomi. Hal penting yang perlu diperhatikan
ps
adalah jika terdapat kesenjangan yang semakin melebar saat terjadi peningkatan
pendapatan, baik kesenjangan antar wilayah, antar sektor ekonomi, dan
.b
Jawa memberi kontribusi terhadap PDB sebesar 58,30 persen, diikuti Pulau
Sumatera sebesar 22,56 persen, Pulau Kalimantan 8,26 persen, Pulau Sulawesi
/w
terlihat dimana hampir 25 persen PDB dimiliki oleh orang-orang kaya yang
jumlahnya hanya 0,02 persen dari total penduduk. Hal ini mencerminkan
ht
Tabel 3.5. Produk Domestik Bruto per Kapita (ribu rupiah), Tahun 2010–2014
sumber daya alam yang melimpah, jumlah penduduk yang berkembang pesat,
upah buruh dan biaya produksi yang rendah menjadi potensi yang mendukung
perekonomian Indonesia terus tumbuh dari tahun ke tahun jika dikelola
dengan bijaksana.
PDB Indonesia pada triwulan I-2015 sebesar Rp 2.724,7 triliun jika dihitung
atas dasar harga berlaku atau sebesar Rp 2.157,5 triliun jika dihitung atas dasar
harga konstan. Perlambatan ekonomi masih harus dialami Indonesia di awal
tahun ini. Laju pertumbuhan PDB triwulan I 2015 dibanding triwulan sebelumnya
(q-to-q) mengalami penurunan 0,18 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan
ekonomi berasal dari faktor musiman pada lapangan usaha Pertanian, Kehutanan,
dan Perikanan masih dapat tumbuh sebesar 14,63 persen. Pertumbuhan ekonomi
d
juga terjadi pada lapangan usaha Informasi dan Komunikasi (3,06 persen) dan
.i
Jasa Perusahaan (2,24 persen). Namun pertumbuhan ini belum cukup menahan
o
.g
Tabel 3.6. Nilai, Struktur, Laju dan Sumber Pertumbuhan Produk Domestik Bruto
Menurut Lapangan Usaha, Triwulan I–2015
ps
Laju Pertumbuhan
Nilai PDB (triliun Sumber
Struktur (persen) Triw I-2015 to
rupiah) Pertumbuhan
Triw IV-2014
.b
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 374,6 282,5 13,75 14,63 3,80 0,50
w
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 2,0 1,7 0,07 0,27 2,27 0,00
Limbah dan Daur Ulang
tp
d
Sumber pertumbuhan PDB menurut lapangan usaha menunjukkan
.i
bahwa Industri Pengolahan menjadi sumber penciptaan PDB tertinggi yaitu
sebesar 0,85 persen, diikuti Konstruksi sebesar 0,57 persen, serta Pertanian,
o
Kehutanan, dan Perkebunan dan Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi
.g
Mobil dan Sepeda Motor masing-masing sebesar 0,5 persen.
ps
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan triwulan I-2015 dibandingkan triwulan
sebelumnya (q-to-q) hanya terjadi pada komponen pengeluaran konsumsi
.b
yang membatasi anggaran belanja pemerintah sejak akhir tahun 2014 hingga
awal tahun 2015. Kontraksi kinerja investasi dan ekspor yang bernilai negatif
/w
Tabel 3.7. Nilai, Struktur, Laju dan Sumber Pertumbuhan Produk Domestik Bruto
Menurut Pengeluaran, Triwulan I–2015
ht
Laju Pertumbuhan
Nilai PDB (triliun Sumber
Struktur (persen) Triw I-2015 to
rupiah) Pertumbuhan
Lapangan Usaha PDB Triw IV-2014
Triwulan I-2015
Harga Harga (Persen) Harga Harga (y-on-y) (persen)
Berlaku Konstan Berlaku Konstan
1 Pengeluaran Konsumsi Rumah
1 529,1 1 188,1 56,12 0,11 5,01 2,75
Tangga
2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 30,7 23,7 1,13 -1,19 -8,25 -0,10
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 178,5 133,1 6,55 -48,68 2,21 0,14
4 Pembentukan Modal Tetap
891,1 689,1 32,70 -4,72 4,36 1,40
Domestik Bruto
5 Perubahan Inventori 77,8 55,1 2,85 - - -
6 Ekspor Barang dan Jasa 602,6 499,0 22,12 -5,98 -0,53 -0,13
7 Dikurangi Impor Barang dan Jasa 585,2 468,5 21,48 -9,98 -2,20 -0,51
Diskrepansi Statistik 46,0 38,0 0,00
Produk Domestik Bruto (PDB) 2 724,7 2 157,5 100,00 -0,18 4,71 4,71
Sumber : BPS, Berita Resmi Statistik
d
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga dengan sumber pertumbuhan tertinggi
.i
sebesar 2,75 persen, PMTB sebesar 1,40 persen, dan sisanya berasal dari
komponen pengeluaran lainnya.
o
Lampiran
.g
ps
Kategori Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014
.b
Lanjutan
d
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
.i
G 9,66 5,40 4,71 4,84
Sepeda Motor
o
Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan
1 4,80 6,58 7,30 4,99
Reparasinya
2
.g
Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil
10,86 5,13 4,10 4,81
ps
dan Sepeda Motor
H Transportasi dan Pergudangan 8,31 7,11 8,38 8,00
1 Angkutan Rel -3,23 -4,19 5,98 22,43
.b
A NILAI TAMBAH BRUTO ATAS HARGA DASAR 6,87 5,85 5,21 5,02
Perkembangan
Poros Ekonomi Maritim
Indonesia
ht
tp
:/
/w
w
w
.b
ps
.g
o.i
d
Perkembangan Poros Ekonomi Maritim Indonesia
W
ilayah Indonesia secara geografis merupakan negara yang
dikelilingi oleh laut. Hampir semua provinsinya memiliki wilayah
perairan. Kondisi geografis yang demikian menjadikan Indonesia
negara maritim yang mempunyai daerah perikanan laut yang
sangat luas. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan
menegaskan bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan berciri nusantara dan
maritim. Bila dilihat dari letak geografisnya, Indonesia berada di antara dua
benua, yaitu Asia dan Australia, selain itu juga berada di antara dua samudera,
yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Hal ini yang menjadikan letak
posisi Indonesia menjadi sangat strategis. Sebagai negara kepulauan yang
menempatkan laut sebagai jembatan penghubung bukan sebagai pemisah dan
ditunjang dengan letak geografis yang sangat strategis membuat Indonesia
memiliki potensi besar di bidang kelautan.
d
Selain itu pulau-pulau yang ada di Indonesia letaknya sangat strategis
.i
dalam konteks perdagangan laut internasional. Posisi tersebut membuat
o
pelayaran dunia akan melalui lautan Indonesia sehingga dapat dimanfaatkan
.g
oleh Indonesia sebagai poros ekonomi maritim bahkan poros maritim dunia
sebagai penghubung dunia barat dengan dunia timur.
ps
Pemerintahan Indonesia saat ini, melalui visi dan misinya yaitu
.b
dunia.
d
8 Jumlah desa 4) 82 190 Desa
.i
a. Jumlah desa tepi laut 12 827 Desa
o
b. Jumlah desa bukan tepi laut 69 363 Desa
1
Catatan : Surat Edaran Kepala Dinas Hodro-Oseanografi TNI AL No.SE/1241/IV/2012, tanggal 10 April 2012
2
tentang Data Wilayah NKRI
Permendagri No. 18 Tahun 2013 .g
ps
3
Surat Badan Informasi Geospasial N0: B-3.4/SESMA/IGD/07/2014 Direktorat Jendral PUM
Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia, 2012
4
Potensi Desa (Podes), 2013
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP)
.b
kepulauan sebagian desa di Indonesia berbatasan dengan laut atau disebut desa
/w
tepi laut berdasarkan hasil sensus potensi desa diperoleh data sebanyak 12.827
desa atau sekitar 15,61 persen dari jumlah desa yang ada di Indonesia.
:/
wilayah laut yang cukup luas seharusnya mampu mengelola hasil laut sebagai
penunjang perekonomian Negara. Pemerintahan yang baru mulai melirik dan
ht
fokus pada potensi laut yang dimiliki, maka pemerintah melalui Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP) semakin menguatkan langkah Indonesia menuju
kebangkitan sebagai negara maritim yang sejalan dengan poros maritim
pemeritahan 2015–2019.
manusia kelautan dan perikanan serta inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi
kelautan dan perikanan.
d
tercatat sebesar 4,59 persen. Pada tahun 2014 sektor pertanian, kehutanan
.i
dan perikanan tumbuh sebesar 4,18 persen. Pertumbuhan ini didukung oleh
o
subsektor perikanan seperti terlihat pada nilai PDB yang semakin meningkat,
.g
meskipun sumbangannya terhadap total PDB masih rendah.
ps
Dalam periode 2010–2014 secara rata-rata PDB subsektor perikanan
mengalami kenaikan sebesar 7,21 persen. Angka kenaikan sub sektor perikanan
ini berada di atas kenaikan rata-rata sektornya yang hanya 4,23 persen. Pada
.b
tahun 2012 Nilai PDB subsektor perikanan mencapai Rp 164,26 triliun atau
w
Tabel 4.2. Nilai dan Distribusi Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga
w
Tahun 2011–2014
Pertanian, Kehutanan, 1 058 245,3 1 152 262,1 1 275 048,4 1 410 657,1
dan Perikanan (13,51) (13,37) (13,39) (13,38)
Produk Domestik Bruto Atas 7 287 635,3 7 727 083,4 8 158 193,7 8 568 115,6
Dasar Harga Konstan 2010 (6,17) (6,03) (5,58) (5,02)
Pertanian, Kehutanan, 993 857,3 1 039 440,7 1 083 141,8 1 128 448,0
dan Perikanan (3,95) (4,59) (4,20) (4,18)
Kehutanan Perikanan;
dan 17,52%
Penebangan
Kayu;5,29%
Pertanian,
Peternakan,
Peburuandan
JasaPertanian;
77,19%
d
.i
naik sebesar 6,29 persen dari tahun 2011. Di tahun 2013, nilai PDB subsektor
o
perikanan mengalami kenaikan sebesar 7,24 persen dengan nilai Rp 176,15
.g
triliun. Di tahun 2014, Nilai PDB subsektor perikanan mencapai Rp 189,64 triliun,
berarti mengalami peningkatan sebesar 7,66 persen dari tahun sebelumnya.
ps
Share PDB subsektor perikanan terhadap PDB nasional masih sangat
kecil dibawah 3 persen namun dari tahun ketahun menunjukkan peningkatan.
.b
Dengan kekayaan laut Indonesia yang melimpah bila dikelola secara maksimal
akan memberikan nilai tambah bagi perekonomian ke depan.
w
w
Nilai PDB atas dasar harga berlaku subsektor perikanan pada tahun
2013 sudah diatas Rp 200 triliun tepatnya Rp 210,67 triliun atau menyumbang
/w
sekitar 2,21 persen terhadap PDB nasional. Pada tahun 2014 share subsektor
perikanan terhadap PDB nasional 2,34 persen secara absolut nilainya mencapai
:/
d
5 Pelabuhan Perikanan Swasta 2
.i
Jumlah 816
o
Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, KKP 2014
.g
Selama kurun waktu 2011-2014 jumlah perahu/kapal yang digunakan
ps
untuk melaut dari tahun ke tahun selalu meningkat. Nelayan kita masih banyak
yang mengandalkan pada jenis perahu tanpa motor atau hanya mengandalkan
.b
layar dan kekuatan mendayung untuk melaut. Pada tahun 2013 untuk jenis
perahu tanpa motor tercatat sebanyak 175.510 unit terjadi peningkatan
w
sebanyak 3.177 unit atau naik sekitar 1,84 persen dari tahun sebelumnya yang
w
tercatat sebanyak 172.333 unit. Berdasarkan data sementara pada tahun 2014
jumlah perahu tanpa motor tercatat sebanyak 172.470 unit.
/w
motor, otomatis jangkauan nelayan lebih jauh dan bisa mencapai laut yang
tp
lebih dalam yang lebih banyak ikannya. Pada tahun 2012 jumlah perahu motor
tempel penangkap ikan sebanyak 245.819 kapal atau meningkat sekitar 8,87
ht
Perahu Tanpa Motor 170 938 172 333 175 510 172 470
Perahu Motor Tempel 225 786 245 819 237 625 239 830
Kapal Motor 185 121 198 538 226 573 230 800
Jumlah 581 845 616 690 639 708 643 100
Catatan : x Angka sementara
Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, KKP 2014
250000
200000
150000
100000
50000
0
2011 2012 2013 2014
PerahuTanpaMotor PerahuMotorTempel KapalMotor
d
.i
sekitar 237.625 kapal atau turun 3,33 persen. Berdasarkan angka sementara
o
pada tahun 2014 jumlah perahu motor tempel tercatat sebanyak 239.830
kapal. .g
ps
Sementara itu untuk ukuran armada yang sudah standar yaitu jenis
perahu bermotor pada tahun 2012 jumlahnya masih di bawah 200 ribu kapal.
.b
Namun di tahun 2013 jumlahnya sudah melebihi 200 ribu kapal yakni sebanyak
226.573 kapal atau naik sebesar 14,12 persen dari tahun sebelumnya. Di tahun
w
2014 jumlah kapal motor tercatat sebanyak 230.800 kapal. Meningkatnya jenis
w
Jika dibedakan menurut ukuran kapal motor yang dimiliki oleh nelayan,
:/
ukuran kapal motor yang banyak dipakai oleh nelayan Indonesia adalah yang
tp
berukuran dibawah 5 GT, dimana pada tahun 2013 tercatat sebanyak 151.939
ht
unit dan di tahun 2014 meningkat menjadi 153.960 unit. Kapal motor dengan
ukuran 5-10 GT setiap tahun jumlahnya juga menunjukkan peningkatan, pada
tahun 2013 ada sebanyak 46.358 unit dan di tahun 2014 meningkat menjadi
48.150 unit. Semakin besar ukuran kapal motor, jumlahnya semakin sedikit.
Kapal motor dengan ukuran 30-50 GT pada tahun 2014 jumlahnya mencapai
lebih dari 1.000 unit, sementara kapal motor dengan ukuran 50-100 GT dan
100-200 GT jumlahnya masing-masing mencapai 1.700 unit dan 1.110 unit.
Sementara untuk jenis kapal motor dengan ukuran di atas 200 GT jumlahnya
masih di bawah 400 unit sampai dengan tahun 2014.
d
Kalimantan memiliki 13.602 unit dan 8.611 unit UPI. Sedangkan Pulau Bali dan
.i
Nusa Tenggara memiliki 4.947 unit, dan Pulau Sulawesi memiliki 4.674 unit.
Sedangkan di pulau paling ujung yaitu Maluku dan Papua banyaknya UPI masih
o
dibawah 1.600 unit tepatnya baru 1.524 unit atau hanya sekitar 2,38 persen.
.g
ps
Tabel 4.6 Jumlah Unit Pengolahan Ikan (UPI) dan UPI yang Bersertifikat
Kelayakan Pengolahan Berdasarkan Pulau Utama di Indonesia,
Tahun 2014
.b
Bersertifikasi Kelayakan
Wilayah Unit
Pengolahan
w
Kalimantan 8 611 65
Sulawesi 4 674 263
tp
Maluku-Papua 1 524 74
ht
balidanNusa
Tenggara
Kalimantan
Sulawesi
Malukudan
8,22% 44,55% Papua
Gambar 4.3. Distribusi UPI Berdasarkan Pulau Utama di Indonesia, Tahun 2014
d
.i
Kekayaan laut Indonesia sangat berlimpah, namun selama ini belum
mampu dimaksimalkan oleh pemerintah. Sektor perikanan di Indonesia cukup
o
menjanjikan, berdasarkan data dari KKP produksi perikanan tangkap dari tahun
.g
ke tahun menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2012 produksi perikanan
ps
tangkap mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 2,01 persen
menjadi 5,83 juta ton, yang terdiri dari 5,44 juta ton produksi dari laut dan
sisanya 0,39 juta ton berasal darim perairan umum.
.b
peningkatan sebesar 4,91 persen menjadi 6,12 juta ton. Kenaikan tersebut
w
didukung oleh naiknya produksi perikanan laut dan perairan umum masing-
masing naik 4,98 persen (5,71 juta ton) dan 3,55 persen (0,41 juta ton).
/w
Produksi perikanan tangkap di laut pada tahun 2014 mencapai 5,78 juta ton
dan perairan umum mencapai 0,42 juta ton atau seluruhnya mencapai 6,20
:/
juta ton.
tp
2012 nilai produksi perikanan tangkap hanya Rp 79,39 triliun, pada tahun 2013
nilai produksi perikanan tangkap meningkat menjadi Rp 101,33 triliun yang
terdiri dari nilai produksi perikanan tangkap laut sebesar Rp 93,19 triliun dan
nilai produksi perikanan tangkap di perairan umum sebesar Rp 8,14 triliun.
Sementara nilai produksi perikanan laut di tahun 2014 sudah mencapai
Rp 99,90 triliun dan perairan umum sebesar Rp 8,63 triliun berarti nilai total
seluruh produksi penangkapan ikan mencapai Rp 108,53 triliun.
d
o .i
sedangkan tuna dan udang masing-masing produksinya mencapai 310,56 ribu
ton dan 255,41 ribu ton.
.g
ps
Luas wilayah laut Indonesia merupakan yang terbesar di Asia Tenggara,
namun ekspor perikanan Indonesia masih tertinggal jauh dari Negara Thailand
dan Vietnam. Walaupun demikian produksi perikanan Indonesia terus
.b
komoditas perikanan pada tahun 2012 mencapai 1,23 juta ton mengalami
/w
kenaikan hingga 6,02 persen dari tahun lalu. Jumlah komoditas ekspor
perikanan Indonesia kembali meningkat di tahun 2013 menjadi 1,26 juta
:/
ton atau naik sekitar 2,36 persen dan pada tahun 2014 posisi sampai bulan
September jumlah ekspor perikanan Indonesia sudah mencapai 0,92 juta ton.
tp
2012 adalah ikan tuna, cakalang dan tongkol yaitu mencapai 201,16 ribu ton
Tabel 4.8 Produksi Perikanan Tangkap di Laut Menurut Komoditas Utama (000 ton),
Tahun 2011–2014
Tabel 4.9 Volume dan Nilai Ekspor Komoditas Perikanan Utama Indonesia,
Tahun 2011–2014
Rincian 2011 2012 2013 2014
Volume (Ton) 1 159 349 1 229 114 1 258 179 920 585
Udang 158 062 162 068 162 410 141 042
Tuna, Cakalang, Tongkol 141 774 201 159 209 072 155 130
Rumput Laut 159 075 174 011 183 075 145 420
Kepiting 23 089 28 212 34 173 21 490
Mutiara 24 336 315 374
Ikan Lainnya 621 632 538 723 519 293 367 498
Lainnya 55 693 124 605 149 841 89 631
Nilai (US $) 3 521 091 3 853 658 4 181 658 3 387 105
Udang 1 309 674 1 304 149 1 684 086 1 546 004
Tuna, Cakalang, Tongkol 498 591 749 992 764 791 510 832
Rumput Laut 157 587 177 923 209 975 201 381
d
Kepiting 262 321 329 724 359 304 312 855
.i
Mutiara 31 792 31 186 27 766 20 311
o
Ikan Lainnya 1 100 576 965 062 1 056 117 549 301
Lainnya 160 550 295 622 79 817 246 421
Sumber : Statistik Indonesia .g
ps
diikuti komoditas udang dengan volume ekspor mencapai 162,07 ribu ton.
Pada tahun 2013 permintaan ekspor ikan tuna, cakalan dan tongkol mencapai
.b
209,07 ribu ton atau naik 3,93 persen dan udang mencapai 162,41 ribu ton
w
atau naik 0,21 persen dari tahun lalu. Volume ekspor komoditi tuna, cakalang
dan tongkol sampai bulan September 2014 sudah mencapai 155,13 ribu ton
w
1,30 juta US$ dan pada tahun 2013 nilainya mencapai 1,68 juta US$. Nilai ekspor
tp
udang sampai dengan bulan September 2014 sudah mencapai 1,55 juta US$.
Selain udang yang cukup tinggi nilai ekspornya adalah ikan tuna, cakalang dan
ht
tongkol mencapai 0,75 jta US$ pada tahun 2012 dan meningkat menjadi 0,76
juta US$ di tahun 2013. Nilai ekspor ikan tuna, cakalng dan tongkol sampai
dengan bulan September 2014 mencapai 0,51 juta US$.
SDM Kelautan
Secara geografis, dua per tiga wilayah Indonesia adalah lautan, serta
memiliki potensi perikanan yang sangat besar dari kondisi ini menunjukkan
masih banyak penduduk yang menggantungkan hidupnya dari hasil laut.
Sektor Perikanan
2011 2012 2013 2014x
Tangkap
d
laut yang cukup melimpah ternyata belum dapat mensejahteraan kehidupan
.i
nelayan. Hal ini diindikasikan dengan terus menurunnya jumlah tenaga
kerja yang memilih pekerjaan sebagai nelayan setiap tahun. Jumlah nelayan
o
perikanan tangkap di tahun 2013 kembali menurun sekitar 3,96 persen yakni
.g
sekitar 2,64 juta nelayan. Penurunan julah nelayan terjadi terutama pada
nelayan perikanan laut yang turun hingga 4,98 persen atau sekitar 2,16 juta
ps
nelayan sedang untuk nelayan peraiaran umum ada sekitar 475,12 ribu nelayan.
Sementara secara keseluruhan jumlah nelayan di Indonesia diperkirakan
.b
sebanyak 2,67 juta (angka sementara) pada tahun 2014. Ada sekitar 2,19 juta
nelayan perikanan laut dan 480,54 ribu nelayan periran umum.
w
w
tangga perikanan tangkap yang terdiri dari 627.416 rumah tangga perikanan
laut dan 321.068 rumah tangga perikanan tangkap perairan umum. Rumah
:/
tahun 2013 naik sekitar 4,06 persen dari tahun 2012 menjadi 986.958 rumah
tangga. Berdasarkan angka sementara pada tahun 2014 rumah tangga yang
ht
Sektor Perikanan
2011 2012 2013 2014x
Tangkap
d
juta orang. Tenaga kerja yang paling banyak terserap di perikanan tangkap
.i
adalah di pemasaran hingga mencapai 4,85 juta orang pada tahun 2012 terjadi
peningkatan 0,05 persen dibanding tahun 2011, sedangkan di pengolahan
o
hanya sekitar 1,35 juta orang, jadi secara total tenaga kerja yang terserap di
.g
perikanan tangkap mencapai 6,20 juta orang. Berdasarkan angka sementara
pada tahun 2013 jumlah tenaga kerja di pemasaran perikanan tangkap ada
ps
sekitar 4,85 juta orang dan di pengolahan 1,35 juta orang.
.b
Tenaga Kerja Pengolahan 1 283 213 1 352 003 1 352 936 1 354 004
:/
Tenaga Kerja Pemasaran 4 810 952 4 846 145 4 848 629 4 851 185
tp
d
.i
Lautan yang begitu luas dengan kekayaan alam yang melimpah
sungguh suatu sumber daya alam yang harus dilindungi dan diawasi agar
o
kekayaan tersebut dapat benar-benar menjadi sumber kehidupan masyarakat
.g
pantai/pesisir sepanjang tahun. Namun fasilitas yang dimiliki Indonesia untuk
mengawasi perairan yang sungat luas tersebut belum cukup memadai. Kapal
ps
pengawas yang dimiliki Indonesia pada tahun 2012 baru memiliki 25 Kapal,
setiap tahun Indonesia hanya mampu menambah 1 buah kapal saja. Hingga
.b
tidak semuanya mematuhi peraturan yang telah diberlakukan, masih ada saja
kapal-kapal yang melakukan pelanggaran atau tindak pidana perikanan. Pada
/w
tahun 2012 ada sebanyak 125 kasus tindak pidana perikanan, jika dilihat dari
jenis tindakan pidana perikanan yang paling banyak dilakukan adalah berlayar
:/
di perairan Indonesia tanpa ijin dan alat penangkap ikan yang tidak layak ada
tp
d
Bali dan Nusa Tenggara 0 1 3
.i
Kalimantan 31 4 8
o
Sulawesi 21 16 4
Maluku-Papua
Indonesia
15
125
.g
5
57
13
56
ps
Catatan : x Angka sementara
Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, KKP 2014
.b
tahun 2013 tindak pidana perikanan yang terjadi di Pulau Maluku dan Papua
turan menjadi 5 kasus saja, namun di tahun 2014 meningkat kembali menjadi
:/
13 kapal.
tp
Perairan di sekitar Pulau Jawa juga tidak luput dari tindak pidana yang
ht
dilakukan oleh kapal-kapal perikanan. Pada tahun 2012 ada sebanyak 4 kapal
dan turun menjadi hanya 1 kapal pada tahun 2013. Namun yang terjadi di tahun
Tabel 4.16 Jumlah Kapal yang Ditangkap Menurut Negara Asal,
Tahun 2012–2014
Indonesia 42 24 22
Malaysia 5 14 0
Vietnam 40 17 9
Thailand 8 4 7
Philipina 17 9 0
Jumlah 112 68 38
Catatan : x Angka sementara
Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, KKP 2014
Tidak hanya kapal Indonesia kapal asing yang paling banyak melakukan
tindak pidana perikanan di perairan Indonesia berasal dari Vietnam. Pada
tahun 2012 ada sebanyak 40 kapal Vietnam yang melakukan tindak pidana
perikanan. Pelanggaran yang dilakukan Negara Vietnam di perairan Indonesia
menurun menjadi hanya 9 kapal di tahun 2013 dan terus menurun menjadi
hanya 7 kapal Vietnam di tahun 2014.
d
Selain Vietnam, kapal-kapal dari Negara Thailand juga melakukan tindak
.i
pidana di perairan Indonesia, dimana pada tahun 2013 hanya tercatat 4 kapal
o
Thailand namun ditahun 2014 kapal dari Thailand yang melakukan pelanggaran
.g
di Perairan Indonesia meningkat menjadi 7 Kapal. Negara tetangga Indonesia
juga ikut melakukan pelanggaran di perairan Indonesia yaitu Malaysia dan
ps
Philipina, namun di tahun 2014 tidak ada kapal dari ke dua negara tersebut
yang melakukan pelanggaran di perairan Indonesia.
.b
w
w
/w
:/
tp
ht
Inflasi dan
Daya Beli Masyarakat
ht
tp
:/
/w
w
w
.b
ps
.g
o.i
d
Inflasi dan Daya Beli Masyarakat
I
nflasi merupakan indikator penting dan tolok ukur perekonomian yang
berkaitan erat dengan daya beli masyarakat dan stabilitas ekonomi makro.
Inflasi juga merupakan salah satu indikator penting yang mendapat
perhatian dari pemerintah disamping data ekspor, impor dan Produk
Domestik Bruto (PDB). Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) setiap tahun
selalu menyusun strategi program-program makro dan mikro ekonomi untuk
menetapkan target nilai inflasi selama setahun. Pada setiap awal bulan, data
inflasi selalu dirilis oleh pemerintah untuk memonitor perkembangan inflasi di
Indonesia.
d
Inflasi yang diukur dengan IHK dikelompokan dalam 7 kelompok pengeluaran
.i
berdasarkan The Classification of Individual Consumption by Purpose
o
(COICOP). Selain berdasarkan COICOP, saat ini BPS juga mengelompokkan
.g
berdasarkan pengelompokan yang dinamakan disagregasi inflasi. Disagregasi
inflasi tersebut dilakukan untuk menghasilkan suatu indikator inflasi yang lebih
ps
menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental. Disagregasi
inflasi dikelompokkan menjadi inflasi inti dan inflasi non inti. Sejak tahun 2014
.b
komoditas, untuk inflasi harga diatur pemerintah dan inflasi bergejolak masing-
masing sebanyak 23 komoditas dan 85 komoditas.
w
/w
itu inflasi non inti cenderung tinggi volatilitasnya karena dipengaruhi oleh selain
faktor fundamental. Inflasi non inti terdiri dari dua komponen yaitu inflasi
ht
Tekanan inflasi inti pada tahun 2014 tetap terjaga di tengah tingginya
kenaikan biaya input (cost push) yang bersumber dari kenaikan harga BBM
bersubsidi dan gejolak volatile food. Dalam tiga tahun terakhir (2012-2014),
inflasi inti berfluktuasi setiap tahunnya, dimana pada tahun 2012 inflasi inti
mencapai 4,40 persen, lalu meningkat menjadi 4,98 pada tahun 2013, dan
pada tahun 2014 terjadi sedikit penurunan menjadi 4,93 persen. Hal ini antara
lain dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas global, ekspektasi inflasi
yang terkendali, serta perlambatan permintaan domestik. Jika dibandingkan
inflasi inti dengan inflasi tahunan, pada tahun 2012 inflasi inti lebih tinggi
dibandingkan dengan inflasi tahunan, sementara pada tahun 2013 dan
2014, inflasi inti justru lebih rendah dibandingkan inflasi tahunan. Apabila
dilihat dari sumbangan inflasi inti terhadap inflasi umum terjadi peningkatan
pada setiap tahunnya, mulai dari tahun 2012 hingga 2014. Pada tahun 2012
inflasi inti menyumbang 2,77 persen terhadap inflasi umum, inflasi inti naik
sumbangannya menjadi 3,17 persen dan inflasi inti menyumbang 0,60 persen
terhadap inflasi umum pada tahun 2014.
d
persen terhadap inflasi total (umum). Namun pada tahun 2013 untuk harga
.i
yang diatur pemerintah terjadi lonjakan inflasi yang sangat signifikan, yaitu
o
mencapai 16,65 persen, dan memberikan andil sebesar 2,88 persen terhadap
.g
inflasi umum. Inflasi harga yang diatur pemerintah kembali mengalami
kenaikan di tahun 2014 yang tercatat sebesar 17,57 persen dengan besarnya
ps
sumbangan 1,22 persen.
Tabel 5.1. Inflasi dan Sumbangan Inflasi Inti dan Non Inti, Tahun 2012–2014
.b
Harga
Inflasi Inti Bergejolak
w
Diatur Pemerintah
Tahun
Inflasi Sumbangan Inflasi Sumbangan Inflasi Sumbangan
w
r
Catatan : Angka diperbaiki
Sumber : Berita Resmi Statistik (BRS)
ht
2014, kelompok BBRT menyumbang inflasi sebesar 0,37 persen. Terkait TTL,
Pemerintah menerapkan kebijakan tariff adjustment untuk pelanggan golongan
rumah tangga yang sudah mencapai tarif keekonomiannya dan kenaikan tarif
listrik untuk kelompok pelanggan tertentu yang diarahkan secara bertahap
menuju tarif keekonomiannya. Secara total, kenaikan tarif listrik menyumbang
tambahan inflasi sebesar 0,64 persen.
d
makroprundensial. Selain itu koordinasi yang dilakukan Pemerintah melalui
.i
Tim Pengendalian Inflasi (TPI) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang
o
sangat berpengaruh terutama pada upaya peningkatan produksi, kelancaran
.g
distribusi, dan stabilitas harga pangan strategis. Selanjutnya, pada tahun
2013 terjadi inflasi sebesar 8,38 persen. Tingginya inflasi tersebut sedikitnya
ps
ada tiga faktor penyebab. Pertama, kenaikan tingkat harga barang impor
karena semakin melemahnya nilai rupiah, kedua, adanya kenaikan tingkat
.b
thepresidentpostindonesia.com
w
pada hasil dari Survei Biaya Hidup (SBH) 2012 yang dilaksanakan BPS. Hasil
SBH 2012 sebagai dasar penghitungan IHK yang hasilnya mencerminkan
tp
Jan'14 Feb'14 Mar'14 Apr'14 Mei'14 Jun'14 Jul'14 Agst'14 Sept'14 Okt'14 Nov'14 Des'14 Jan'15 Feb'15 Mar'15
Ͳ1
Ͳ3
Ͳ5
Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang
Kesehatan Pendidikan, Rekreasi, dan O.R
Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Umum
Sepanjang tahun 2014, inflasi mencapai 8,36 persen sedikit lebih rendah
dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 8,38 persen. Angka inflasi tahun
2014 jauh dari target dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara-Perubahan
d
(APBN-P) 2014 yang dipatok sebesar 5,3 persen. Namun demikian, capaian
inflasi tersebut sudah sesuai dengan harapan dari proyeksi pemerintah dan
.i
BI yang memang memperkirakan inflasi 2014 di bawah 8,50 persen. Inflasi
o
8,36 persen ini merupakan yang tertinggi sejak krisis keuangan 2008. Ketika
itu, inflasi menembus angka dua digit yaitu 11,06 persen. Komoditas yang
.g
memberikan andil besar terhadap tingginya angka inflasi terkait dengan upaya
ps
reformasi subsidi energi yang mencakup LPG, Tarif Tenaga Listrik dan Bahan
Bakar Minyak (BBM). Pemerintah di akhir tahun 2014 secara resmi menaikkan
.b
Tabel 5.2. Laju Inflasi Indonesia Gabungan 82 Kota Menurut Kelompok Barang
w
Makanan
Perumahan, Transpor,
Jadi, Pendidikan,
/w
Kesehatan
Sandang
B
Bahan Makanan
Umum
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2013 20114
Gambar 5.2 Sumbangan Kelompok Pengeluaran Terhadap Inflasi Indonesia (persen),
d
Tahun 2013 dan 2014
o .i
harga BBM bersubsidi, kenaikan harga BBM dipicu oleh lonjakan konsumsi
.g
BBM di masyarakat yang terus meningkat. Dampak kenaikan harga BBM akan
berpengaruh terhadap inflasi.
ps
Jika dilihat perkembangan angka inflasi yang terjadi setiap bulan, diawal
.b
tahun 2014 pada bulan Januari angka inflasi menembus angka 1,07 persen.
Selanjutnya dari bulan Februari sampai dengan bulan Oktober inflasi yang
w
terjadi dibawah nol persen bahkan pada bulan April sempat mengalami deflasi
w
sebesar 0,02 persen. Memasuki dua bulan terakhir di tahun 2014 kembali
terjadi inflasi bahkan menembus angka 1 persen, dimana di bulan November
/w
terjadi inflasi sebesar 1,50 persen. Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Desember
sebesar 2,46 persen, tingginya inflasi pada bulan Desember 2014 ini dipicu
:/
oleh kenaikan harga BBM bersubsidi, peringatan hari besar umat kristiani yaitu
tp
Natal dan menjelang pergantian tahun baru 2015 yang dampaknya langsung
dirasakan oleh masyarakat ditandai dengan kenaikan tarif angkutan dalam kota
ht
mengalami deflasi sebesar 1,53 persen dan 1,47 persen. Pada bulan Maret
terjadi inflasi kurang dari 1 persen yaitu sebesar 0,17 persen.
Tabel 5.3. Sumbangan Kelompok Pengeluaran Terhadap Inflasi
Nasional (persen), Tahun 2013 dan 2014
d
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 2,36 2,35
.i
Sumber : Berita Resmi Statistik (BRS)
o
Jika dilihat dari besarnya sumbangan/andil terhadap laju inflasi
.g
nasional di tahun 2014, kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi,
komunikasi dan jasa keuangan masing-masing memberikan sumbangan di atas
ps
2 persen. Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan merupakan
penyumbang terbesar 2,35 persen disusul kelompok bahan makanan yaitu
.b
ini hanya memberikan andil sebesar 1,13 persen atau masih kalah dengan
kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang memberikan
w
Inflasi Daerah
tp
Bedasakan hasil survei IHK yang dilakukan di 82 kota pada tahun 2014,
semua kota mengalami inflasi. Inflasi yang terjadi di kota-kota tersebut, tercatat
d
4. Sibolga 3,71 3,30 10,08 8,36
.i
5. Pematang Siantar 4,25 4,73 12,02 7,94
o
6. Medan 3,54 3,79 10,09 8,24
7. Padang Sidempuan 4,66 3,54 7,82 7,38
8. Padang
9. Bukittinggi -
.g
5,37 4,16
-
10,87
-
11,90
9,24
ps
10. Tembilahan - - - 10,06
11. Pekanbaru 5,09 3,35 8,83 8,53
.b
d
52. Mataram 6,38 4,10 9,27 7,18
.i
53. Bima 7,19 3,61 10,42 7,37
o
54. Maumere 6,59 6,49 6,24 4,00
55. Kupang
56. Pontianak
4,32
4,91 .g
5,10
6,62
8,84
9,48
8,32
9,38
ps
57. Singkawang 6,72 4,21 6,15 9,66
58. Sampit 3,60 4,69 7,25 7,90
59. Palangka Raya 5,28 6,73 6,45 6,63
.b
sebanyak 46 kota mengalami inflasi di bawah angka inflasi nasional dan sisanya
mengalami inflasi di atas inflasi nasional. Namun dari 34 yang mengalami
inflasi di atas angka nasional tersebut, 11 kota menembus angka inflasi dua
digit. Pada tahun 2014, inflasi tertinggi terjadi di Kota Tanjung Pandan sebesar
13,14 persen dan inflasi terendah di Kota Maumere sebesar 4,00 persen.
d
sebanyak 15 kota yang mengalami inflasi di atas inflasi nasional sedangkan
.i
sisanya mengalami inflasi di bawah inflasi nasional.
o
.g
Penyebab meningkatnya inflasi di Pulau Jawa adalah karena kenaikan
harga bahan makanan dan makanan jadi sejalan dengan permintaan yang
ps
tinggi terutama pada bulan puasa dan hari raya. Peningkatan inflasi di Kawasan
Timur Indonesia (KTI) pada 2014 disebabkan gangguan distribusi karena
.b
dan jasa yang diatur Pemerintah dapat membawa inflasi di berbagai daerah
berada pada tingkat yang relatif terkendali.
tp
d
Tekanan inflasi 2014 terutama bersumber dari inflasi kelompok
.i
administered prices. Tingginya tekanan inflasi tersebut terkait dengan upaya
o
reformasi subsidi energi yang mencakup Liquefied Petroleum Gas (LPG), Tarif
.g
Tenaga Listrik (TTL), dan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.
Perkembangan inflasi kelompok volatile food juga memberikan tekanan
ps
terhadap inflasi, tercermin pada gejolak harga pangan pada triwulan IV 2014
akibat terbatasnya pasokan karena faktor musim dan dampak lanjutan dari
.b
kenaikan harga BBM bersubsidi. Di sisi lain, perkembangan inflasi inti relatif
terjaga dan bahkan menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dari sisi
w
eksternal, tekanan inflasi yang moderat didukung oleh harga komoditas yang
menurun dan inflasi mitra dagang yang melambat, sehingga dapat meminimasi
w
dampak exchange rate pass-through dari depresiasi nilai tukar rupiah. Dari sisi
/w
dometik, tekanan inflasi juga moderat sejalan dengan ekspektasi inflasi yang
terjaga dan pertumbuhan ekonomi domestik yang melambat.
:/
tersebut. Jika inflasi itu ringan, mempunyai pengaruh yang positif dimana
dapat mendorong perekonomian lebih baik yaitu meningkatkan pendapatan
nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan
mengadakan investasi.Sebaliknya dalam masa inflasi yang parah yaitu pada
saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi
kacau dan perekonomian dirasakan lesu.
d
seperti radio dan media online. Terkait pengendalian dampak lanjutan kenaikan
.i
harga BBM bersubsidi, komunikasi melalui media massa juga secara intensif
o
dilakukan agar masyarakat memahami bahwa (i) dampak kenaikan harga
.g
BBM bersubsidi bersifat temporer, (ii) pengurangan subsidi bermanfaat untuk
kesinambungan pertumbuhan ekonomi, dan (iii) adanya program kompensasi
ps
yang berdampak positif bagi masyarakat dengan mengurangi dampak kenaikan
harga BBM bersubsidi terhadap kemiskinan.
.b
ekonomi dari suatu Negara, jika dilihat antar Negara di kawasan Asia Tenggara
/w
2014 semua Negara di Asia Tenggara mengalami inflasi dengan gejolak yang
berbeda, pada tahun 2012 inflasi tertinggi terjadi di Negara Vietnam mencapai
tp
9,10 persen, selanjutnya Singapura 4,60 persen. Indonesia dan Lao People’s
Dem Rep mengalami besaran inflasi yang sama yaitu mencapai 4,30 persen,
ht
d
Vietnam 9,1 6,6 6,3
.i
Sumber : IMF dan Indikator Ekonomi
o
mencapai 0,50 persen. Singapura mengalami inflasi sekitar 2,30 persen lebih
.g
rendah dari tahun lalu yang mencapai 2,40 persen. Inflasi di Malaysia mencapai
3.30 persen mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yang
ps
mencapai 2,10 persen. Sementara itu inflasi di Filipina berada di level 4,40
persen. Negara Thailand mengalami inflasi sebesar 2.30 persen, negara
.b
10
:/
9 Brunei Darussalam
tp
8 Kamboja
7 Indonesia
ht
5 Malaysia
Myanmar
4
Filipina
3
Singapura
2 Thailand
1 Vietnam
0
2012 2013 2 014
T
ahun 2014 kembali menjadi tahun yang penuh tantangan bagi
perekonomian Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
tahun 2014 yang termoderasi didorong oleh dinamika ekonomi global
yang kurang menguntungkan. Dinamika ekonomi global yang tidak
sesuai perkiraan berdampak pada menurunnya kinerja ekspor dan terbatasnya
pertumbuhan impor. Perlambatan kinerja ekspor 2014 dipengaruhi oleh
permintaan dari negara berkembang yang menurun dan permintaan dari
negara maju yang masih terbatas.
d
minyak kelapa sawit, makanan olahan dan produk kimia sedangkan komoditas
.i
lain tumbuh melambat. Peningkatan ekspor manufaktur juga didukung oleh
prospek ekspor otomotif yang membaik. (Laporan Perekonomian Indonesia
o
2014, BI).
.g
Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Direktorat Jenderal
ps
Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) mengungkapkan hingga akhir tahun
2014 capaian ekspor Indonesia meleset dari target yang ditentukan, dimana
.b
target tahun 2014 sebesar US$ 184,3 miliar. Penyebab tidak tercapainya target
tersebut tidak lain karena lesunya pasar dunia dan anjloknya harga komoditas
w
lebih memberanikan diri mentargetkan nilai ekspor hingga US$ 192,5 miliar
atau Rp 2.310 triliun. Target ini akan dicapai dengan empat cara yaitu misi
ht
Indonesia yang akan digenjot ekspornya di tahun 2015. Produk yang diekspor
juga lebih variatif seperti otomotif, elektronik hingga barang kimia dan produk
tekstil. Selain itu, ada dua produk Indonesia dimana permintaannya cukup
besar tahun 2014 yaitu perhiasan dan produk plastik. (http://finance.detik.
com/read/2015/01/07).
Perkembangan Ekspor
d
dapat mengembangkan ekspor, pemerintah menerapkan beberapa kebijakan
antara lain menambah macam barang ekspor, memberi fasilitas kepada
.i
produsen barang ekspor, mengendalikan harga produk ekspor di dalam negeri,
o
menciptakan iklim usaha yang kondusif, menjaga kestabilan kurs valuta asing,
.g
membuat perjanjian dagang internasional, peningkatan promosi dagang di
luar negeri, dan penyuluhan kepada pelaku ekonomi.
ps
Tabel 6.1. Nilai Ekspor Indonesia Menurut Migas dan Non-Migas (juta US$),
.b
Tahun 2010–2015
w
2015
Ekspor 2010 2011 2012 2013 2014
(Jan - Maret)
w
Non Migas 129 739,5 162 019,5 153 043,1 149 918,8 r 145 961,2 33 350,7
Sektor Pertanian 5 001,9 5 165,7 5 569,3 5 713,0 5 770,6 1 317,6
tp
Sektor Industri 98 015,1 122 188,7 116 125,1 113 030,0 r 117 329,9 26 838,8
Sektor Tambang dan Lainnya 26 722,5 34 665,1 31 348,7 31 175,8 r 22 860,7 5 194,3
ht
Jumlah 157 779,1 203 496,6 190 020,4 182 551,8 r 175 980,0 39 052,0
Sumber : Indikator Ekonomi
Tahun 2012 total nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 190,02 miliar
dan turun menjadi US$ 182,55 miliar pada tahun 2013 atau turun 3,93 persen.
Tahun 2014 total ekspor Indonesia kembali mengalami penurunan sebesar
3,60 persen atau hanya mencapai US$ 175,98 miliar. Total nilai ekspor tahun
2014 jauh dari target yang ditetapkan pemerintah yaitu US$ 184,3 miliar.
d
bertambah.
.i
Seiring dengan perkiraan pemulihan kondisi ekonomi global yang terus
o
berlanjut, prospeks perekonomian Indonesia pada tahun 2015 diperkirakan
.g
akan membaik. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar
5,4-5,8 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan
ps
lebih banyak didorong oleh perbaikan permintaan domestik, sementara
pertumbuhan permintaan eksternal diperkirakan relatif moderat.
.b
w
250.000
w
200.000
/w
150.000 Migas
:/
Nonmigas
tp
100.000
Jumlah
ht
50.000
0
2010 2011 2012 2013 2014
Gambar 6.1 Nilai Ekspor Indonesia, Tahun 2010–2014
d
Sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 2,67 persen
.i
yang disebabkan karena penurunan pada hampir semua komoditas ekspor
industri.
o
.g
Ekspor industri di tahun 2014 mulai mengalami peningkatan yaitu
sebesar 3,80 persen. Peningkatan terjadi pada sebagian komoditas ekspor
ps
industri seperti minyak kelapa sawit, makanan olahan, tekstil lain, dan beberapa
komoditas lain. Sementara sebagian lagi masih mengalami penurunan seperti
.b
pakaian jadi, karet olahan, kertas dan barang dari kertas dan alat-alat listrik
dan beberapa barang lainnya. Penyumbang tertinggi ekspor industri tahun
w
2014 adalah minyak kelapa sawit dengan nilai ekspor sebesar US$ 17,46 miliar,
w
disusul produk karet olahan sebesar US$ 7,02 miliar. Industri minyak kelapa
sawit masih menjadi komoditas unggulan ekspor hasil industri periode Januari-
/w
persen dari total nilai ekspor nonmigas. Namun ditengah lesunya kinerja
ht
Tabel 6.2. Ekspor Komoditi Penting Indonesia (juta US$), Tahun 2010–2015
2015
d
Komoditas Ekspor 2010 2011 2012 2013 2014
(Jan-Mar)
.i
Ekspor Hasil Pertanian 5 001,9 5 165,8 5 569,4 5 713,0 5 770,6 1 317,6
o
Kopi 812,3 1 034,7 1 243,8 1 166,1 1 030,6 274,4
Ikan
Udang
825,4
861,9 .g
979,6
1 065,8
1 136,5
1 065,3
1 043,5
1 346,4
913,4
1 707,0
198,1
350,3
ps
Rempah-rempah 407,4 430,9 633,2 555,2 577,6 132,3
Biji Coklat 1 191,3 617,2 388,2 449,7 200,7 20,9
.b
Gambar 6.2 menunjukkan ekspor hasil minyak, ekspor hasil industri, dan
ekspor hasil pertanian Indonesia pada tahun 2014 mengalami pertumbuhan
positif dibandingkan dengan ekspor tahun 2013, dengan pertumbuhan masing-
masing sebesar 44,99 persen; 3,80 persen; dan 1,01 persen. Sementara ekspor
dengan pertumbuhan negatif yaitu minyak mentah (-9,70 persen), gas (-5,23
persen), dan hasil tambang dan lainnya (-26,67 persen). Komoditas dengan
nilai ekspor tertinggi terhadap total nilai ekspor Indonesia tahun 2014 yaitu
ekspor hasil industri dengan kontribusi sebesar 66,67 persen, kemudian hasil
tambang (12,99 persen), gas (9,76 persen), minyak mentah (5,24 persen), hasil
pertanian (3,28 persen), dan yang terkecil yaitu hasil minyak (2,06 persen).
90
SektorIndustri
80
70
60
Distribusi(%)
50
40
SektorTambang 30
danLainnya 20
Gas
10 HasilMinyak
MinyakMetah SektorPertanian
0
Ͳ40 Ͳ20 Ͳ10 0 20 40
Pertumbuhan(%)
Gambar 6.2. Pertumbuhan, Distribusi dan Nilai Ekspor Indonesia Menurut Sektor
Komoditas, Tahun 2014
d
.i
Jika ditinjau menurut golongan barang SITC berdasarkan kontribusi
o
terhadap total nilai ekspor, bahan bakar merupakan komoditas dengan
.g
kontribusi nilai ekspor tertinggi (29,02 persen) dengan nilai mencapai US$ 51,07
miliar. Selanjutnya diikuti minyak/lemak nabati dan hewani (SITC 4) sebesar
ps
US$ 22,13 miliar (12,57 persen), hasil industri menurut bahan (SITC 6) sebesar
US$ 22,60 miliar (12,84 persen), dan mesin dan alat pengangkutan (SITC 7)
.b
sebesar US$ 21,78 miliar (12,38 persen). Komoditas ekspor yang terendah
kontribusinya yaitu minuman dan tembakau (0,63 persen).
w
w
Memasuki tahun 2015 pada tiga bulan pertama nilai ekspor bahan
bakar, bahan penyemir dsb (SITC 3) sudah mencapai US$ 10,30 miliar. Nilai
/w
ekspor golongan barang SITC lainnya dalam tiga bulan pertama tahun 2015
:/
Tabel 6.3. Nilai Ekspor Indonesia Menurut Golongan Barang SITC (juta US$),
tp
Tahun 2010–2015
ht
2015
SITC Golongan Barang 2010 2011 2012 2013 2014
(Jan-Maret)
0 Bahan Makanan & Binatang Hidup 8 276 10 116 10 742 10 960 12 070 2 747
1 Minuman dan Tembakau 714 808 880 1 018 1 102 279
2 Bahan Mentah 20 271 24 272 18 832 19 276 13 075 2 978
3 Bahan Bakar, Bahan Penyemir dsb. 46 765 68 914 63 373 57 396 51 070 10 300
4 Minyak/Lemak Nabati & Hewani 15 960 20 705 22 020 19 926 22 122 4 762
5 Bahan Kimia / Chemical 8 812 12 758 10 598 10 975 11 244 2 078
6 Hasil Industri menurut Bahan 21 947 25 485 22 289 21 923 22 597 5 113
7 Mesin & Alat Pengangkutan 19 626 21 769 22 767 22 134 21 783 4 941
8 Hasil Industri Lainnya 14231r 16 447 16 513 17 125 19 385 5 476
9 Bahan & Transaksi Khusus Lainnya 1 177 2 223 2 008 1 820 1 532 378
Jumlah 157 779 203 497 190 022 182 553 175 980 39 052
masih dibawah US$ 6 miliar bahkan ada yang di bawah US$ 1 miliar yaitu
golongan barang minuman dan tembakau (SITC 1) baru mencapai US$ 0,28
miliar dan golongan bahan dan transaksi khusus lainnya (SITC 9) baru mencapai
US$ 0,38 miliar.
d
menurun 11,02 persen dibandingkan tahun 2013. Komoditi lain yang juga
.i
mengalami penurunan nilai ekspor yaitu barang golongan SITC 7 dan SITC 9.
o
35
.g
ps
30
BahanMakanan&BinatangHidup
25 MinumandanTembakau
.b
BahanMentah
20
Distribusi(%)
BahanBakar,
w
15 Minyak/LemakNabati&Hewani
BahanKimia
w
10 HasilIndustrimenurutBahan
Mesin&AlatPengukur
5
/w
HasilIndustriLainnya
0 Baha&TransaksiKhususLainnya
Ͳ40 Ͳ20 0 20
:/
Ͳ5
Pertumbuhan(%)
tp
yang mengalami peningkatan yaitu dari sebesar US$ 15,69 miliar pada tahun
2013 naik menjadi US$ 16,53 miliar tahun 2014 atau meningkat sebesar 5,34
persen. Nilai ekspor Indonesia ke Negara Tiongkok dan Jepang pada tahun
2014 menglami penurunan, masing-masing sebesar 22,10 persen dan 14,65
persen.
d
(21,14) (20,69) (22,01) (22,26) (22,54) (22,04)
.i
(Malaysia) 9 362,3 10 995,8 11 278,3 10 666,6 9 730,0 2 164,8
o
(5,93) (5,40) (5,94) (5,84) (5,53) (5,54)
(Thailand) 4 566,6 5 896,7 6 635,1 6 061,9 5 783,1 1 331,2
(2,89) (2,90) .g
(3,49) (3,32) (3,29) (3,41)
ps
(Singapura) 13 723,3 18 443,9 17 135,0 16 686,3 16 728,3 3 337,5
(8,70) (9,06) (9,02) (9,14) (9,51) (8,55)
2. Tiongkok 15 692,6 22 941,0 21 659,5 22 601,5 17 605,9 3 666,8
.b
7. Australia & Oceania Lainnya 4 890,4 6 303,1 5 682,8 5 207,5 5 738,4 922,6
(3,10) (3,10) (2,99) (2,85) (3,26) (2,36)
ht
d
Jepang, Belanda, Jerman, dan Eropa lainnya memiliki pertumbuhan nilai
.i
ekspor negatif, yang berarti nilai ekspor tahun 2014 ke negara-negara tujuan
tersebut lebih rendah dibandingkan tahun 2013. Jika dilihat distribusi nilai
o
ekspor menurut negara tujuan, kontribusi nilai ekspor Indonesia ke negara-
.g
negara Asia sangat tinggi dengan total mencapai 60 persen lebih. Nilai ekspor
ke Jepang memberikan kontribusi sebesar (13,14 persen), Tiongkok (10,00
ps
persen), dan Asia lainnya (24,93 persen). Ekspor ke Amerika Serikat cukup
tinggi dengan kontribusi nilai ekspor mencapai 9,39 persen, sementara ke Uni
.b
30
w
25
/w
ASEAN
20 China
:/
Jepang
Distribusi(%)
15
tp
AsiaLainnya
USA
10
ht
AmerikaLainnya
Australia&OceaniaLainnya
5 Afrika
UniEropa
0 1
EropaLainnya
Ͳ30 Ͳ10 10
Ͳ5
Pertumbuhan(%)
Gambar 6.4. Pertumbuhan, Distribusi dan Nilai Ekspor Indonesia
Menurut Negara Tujuan, Tahun 2014
Perkembangan Impor
negeri, pembatasan impor tersebut juga memiliki dampak yang lebih luas
terhadap perekonomian suatu negara. Dampak positif pembatasan impor itu
antara lain untuk menumbuhkan rasa cinta produksi didalam negeri, untuk
mengurangi keluarnya devisa ke luar negeri, untuk mengurangi ketergantungan
terhadap barang-barang produksi impor, untuk memperkuat posisi neraca
pembayaran.
d
impor, terutama impor barang modal merupakan sinyal tumbuhnya sektor riil
.i
terutama sektor industri dan manufaktur, karena Indonesia belum mampu
memenuhi kebutuhan didalam negeri sehingga masih harus mengimpor.
o
.g
Tabel 6.5. Nilai Impor Indonesia Menurut Migas dan Non-Migas (juta US$),
ps
Tahun 2010–2015
.b
2015
Impor 2010 2011 2012 2013 2014
(Jan-Maret)
w
Non Migas 108 250,6 136 734,1 149 126,7 141 362,3 131 516,9 30 628,5
Jumlah 135 663,3 177 435,6 191 689,5 186 628,7 178 178,8 36 731,1
/w
atau menurun 4,53 persen jika dibanding impor periode yang sama tahun
sebelumnya (US$ 186,63 miliar). Selama Januari-Desember 2014, impor
ht
nonmigas mencapai US$ 131,52 miliar atau turun 6,96 persen dibanding impor
nonmigas periode yang sama tahun 2013 (US$ 141,36 miliar). Sementara
impor migas tahun 2014 mencapai US$ 46,66 miliar atau meningkat 3,08
persen dibanding impor migas periode yang sama tahun sebelumnya (US$ 45,27
miliar). Secara lebih rinci penurunan impor migas disebabkan oleh turunnya
nilai impor hasil minyak dari US$ 28,57 miliar pada tahun 2013 turun
menjadi US$ 27,36 miliar di tahun 2014 atau turun 4,22 persen. Diikuti pula
oleh penurunan minyak mentah sebesar 3,78 persen yaitu dari US$ 13,58
miliar menjadi US$ 13,07 miliar di tahun 20114 dan penurunan gas sebesar
2,83 persen dimana mengalami penurunan dari US$ 3,11 juta menjadi US$ 3,02
juta.
Sementara itu nilai impor Januari–Maret 2015 sudah mencapai US$ 36,73
miliar lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu yang sudah
mencapai US$ 43,23 miliar atau turun sebesar 15,03 persen. Penurunan ini
dipicu oleh turunnya nilai impor migas yang begitu besar yaitu 44,54 persen
dan nilai impor nonmigas turun 4,96 persen.
Tabel 6.6. Nilai Impor Indonesia Menurut Golongan Barang Ekonomi (juta US$),
Tahun 2010–2015
d
.i
2015
Impor 2010 2011 2012 2013 2014
(Jan-Maret)
o
Barang Konsumsi 6 991,6 13 392,9 13 408,6 13 138,8 12 667,2 2 540,3
Jumlah 135 663,3 177 435,6 191 689,5 186 628,7 178 178,8 36 731,1
.b
setiap tahunnya. Pada tahun 2013 impor semua golongan barang ekonomi
/w
murah di tingkat ritel. Hal ini juga sekaligus mengindikasikan belum dapat
sepenuhnya menyediakan bahan baku untuk industri di dalam negeri dan
tp
produk domestik belum berhasil menjadi tuan rumah di pasar dalam negerinya
ht
sendiri. Sepanjang tahun 2013, nilai impor untuk barang konsumsi dan barang
modal mengalami penurunan jika dibanding tahun sebelumnya. Impor barang
konsumsi mengalami penurunan sebesar 2,01 persen, sedangkan barang modal
turun sebesar 17,36 persen. Sementara pada tahun 2014 terjadi penurunan
impor semua golongan, dimana impor barang modal mengalami penurunan
terbesar yaitu 7,07 persen, diikuti oleh penurunan impor bahan baku dan
barang konsumsi masing-masing turun sebesar 4,05 persen dan 3,59 persen.
160.000
140.000
120.000
100.000
BarangKonsumsi
80.000
BahanBaku
60.000
BarangModal
40.000
20.000
0
2010 2011 2012 2013 2014
d
o .i
kontribusi terbesar yaitu mencapai 75,44 persen, diikuti barang modal dan
.g
barang konsumsi masing-masing berkontribusi sebesar 17,64 persen 6,92
persen.
ps
Sementara, Tabel 6.7 menyajikan nilai impor Indonesia menurut
golongan barang SITC. Kontribusi terbesar dari golongan barang SITC terhadap
.b
nilai impor adalah berasal dari golongan barang mesin dan alat pengangkutan,
w
24,65 persen, diikuti golongan barang hasil industri menurut bahan sebesar
/w
15,08 persen.
:/
Tabel 6.7. Nilai Impor Indonesia (CIF) Menurut Golongan Barang SITC (juta US$),
tp
Tahun 2010–2015
ht
2015
SITC Golongan Barang 2010 2011 2012 2013 2014
(Jan-Maret)
0 Bahan Makanan & Binatang Hidup 9 675 14 335 13 342 13 872 14 588 3 059
1 Minuman dan Tembakau 535 656 848 822 789 141
2 Bahan Mentah 7 288 9 944 9 030 9 231 9 191 2 062
3 Bahan Bakar, Bahan Penyemir dsb. 27 506 40 821 42 733 45 509 43 928 6 205
4 Minyak/Lemak Nabati & Hewani 160 187 157 206 170 43
5 Bahan Kimia 16 699 22 238 23 666 23 594 23 728 5 549
6 Hasil Industri menurut Bahan 20 461 25 864 29 773 28 462 26 867 6 454
7 Mesin & Alat Pengangkutan 48 524 57 788 65 637 57 823 52 157 11 713
8 Hasil Industri Lainnya 4 730 5 483 6 460 7 076 6 736 1 499
9 Bahan & Transaksi Khusus Lainnya 85 70 43 33 26 5
Jumlah 135 663 177 436 191 689 186 629 178 179 36 730
Sumber : Indikator Ekonomi
Pada tahun 2013 ada lima golongan SITC yang nilai impornya mengalami
penurunan yaitu minuman dan tembakau, bahan kimia, hasil industri menurut
bahan, mesin dan alat pengangkutan serta bahan dan transaksi khusus
lainnya, dengan penurunan masing-masing sebesar 3,07 persen; 0,30 persen;
4,40 persen; 11,90 persen; dan 23,26 persen. Sementara peningkatan terbesar
terjadi pada golongan minyak/lemak nabati dan hewani sebesar 31,21 persen,
dimana di dua golongan barang tersebut .
Nilai impor dari sepuluh golongan barang SITC pada tahun 2014 hanya
dua SITC yang mengalami peningkatan, selebihnya mengalami penurunan
dibandingkan tahun sebelumnya. Dua golongan barang SITC yang mengalami
peningkatan adalah golongan bahan makanan dan binatang hidup sebesar
5,16 persen dan bahan kimia sebesar 0,57 persen. Sementara dua golongan
SITC yang mengalami penurunan terbesar adalah golongan minyak/lemak
nabati dan hewani dan bahan dan transaksi khusus lainnya yaitu masing-
d
masing sebesar 17,48 persen dan 21,21 persen, dimana kedua golongan
.i
barang tersebut nilai impornya sangat kecil.
o
40
35
.g
ps
30 BahanMakanan&BinatangHidup
MinumandanTembakau
.b
25
BahanMentah
Distribusi(%)
20 BahanBakar,
w
15 Minyak/LemakNabati&Hewani
w
BahanKimia
10
HasilIndustrimenurutBahan
5
/w
Mesin&AlatPengukur
0 HasilIndustriLainnya
Ͳ30 Ͳ10 10 30
:/
Baha&TransaksiKhususLainnya
Ͳ5
Ͳ10
tp
Pertumbuhan(%)
ht
2015
Negara Asal 2010 2011 2012 2013 2014
(Jan-Maret)
1. ASEAN 38 912,2 51 109,0 53 662,2 53 851,1 50 726,0 9 861,0
(28,68) (28,80) (27,99) (28,85) (28,47) (26,85)
(Thailand ) 7 470,7 10 405,1 11 438,5 10 703,1 9 781,0 2 149,4
(5,51) (5,86) (5,97) (5,73) (5,49) (5,85)
(Malaysia) 8 648,7 10 404,9 12 243,5 13 322,5 10 855,4 2 298,0
(6,38) (5,86) (6,39) (7,14) (6,09) (6,26)
(Singapura ) 20 240,8 25 964,7 26 087,3 25 581,5 25 185,7 4 221,5
(14,92) (14,63) (13,61) (13,71) (14,14) (11,49)
2. Tiongkok 20 424,2 26 212,2 29 385,8 29 849,5 30 624,3 7 538,5
(15,06) (14,77) (15,33) (15,99) (17,19) (20,52)
3. Jepang 16 965,8 19 436,6 22 767,8 19 284,6 17 007,6 3 720,7
d
(12,51) (10,95) (11,88) (10,33) (9,55) (10,13)
.i
4. Asia Lainnya 24 711,5 35 494,5 36 054,2 36 064,6 34 863,1 6 107,9
(18,22) (20,00) (18,81) (19,32) (19,57) (16,63)
o
5. Amerika Serikat 9 399,2 10 813,2 11 602,6 9 065,7 8 170,1 1 826,5
6. Amerika Lainnya
(6,93)
4 534,2
(6,09)
6 659,6
(6,05)
6 836,2
.g (4,86)
7 351,6
(4,59)
6 647,6
(4,97)
1 799,6
ps
(3,34) (3,75) (3,57) (3,94) (3,73) (4,90)
7. Australia & Oceania 4 880,2 5 943,9 6 055,6 5 867,6 6 522,3 1 302,4
.b
Jumlah 135 663,3 177 435,6 191 689,5 186 628,7 178 178,8 36 731,4
(100,00) (100,00) (100,00) (100,00) (100,00) (100,00)
ht
35
30
ASEAN
25 China
Jepang
20
Distribusi(%) AsiaLainnya
15 USA
AmerikaLainnya
10 Australia&OceaniaLainnya
Afrika
5
UniEropa
0 EropaLainnya
Ͳ20 Ͳ10 0 10 20
Ͳ5
Pertumbuhan(%)
d
Gambar 6.7. Pertumbuhan, Distribusi dan Nilai Impor Indonesia Menurut
Negara Asal, Tahun 2014
o .i
masing sebesar 7,53 persen dan 7,20 persen, sementara dari Uni Eropa, impor
nonmigas sebesar 9,35 persen. .g
ps
selama kurun waktu tersebut lebih rendah dibandingkan nilai impor barang-
barang yang di datangkan ke Indonesia. Pada tahun 2012 neraca perdagangan
/w
Indonesia secara total mengalami defisit sebesar US$ 1,67 miliar, mengalami
penurunan yang sangat tajam sekali yaitu 106,40 persen dari tahun
:/
kembali mengalami defisit hingga mencapai US$ 4,08 miliar. Sementara pada
tahun 2014 kembali mengalami defisit sebesar US$ 1,89 miliar. Tetapi yang
ht
menarik, defisit 2014 secara akumulasi menurun tajam dibanding defisit tahun
2013. Ini menandakan ada pergeseran, dari ekspor migas menjadi impor
migas, serta pembatasan impor non migas, seperti bahan baku dan konsumsi.
Memasuki 3 bulan pertama di tahun 2015 Neraca perdagangan Indonesia mulai
memberikan sinyal positif, karena ngalami surplus sebesar US$ 2,32 miliar.
harus terus mengimpor minyak dan gas dalam bentuk minyak mentah, hasil
minyak, dan gas, tentu saja ini menjadi beban yang sangat besar dalam neraca
perdagangan.
d
neraca migas kembali mengalami defisit sebesar US$ 0,40 miliar. Pemerintah
.i
harus tetap waspada terhadap neraca perdagangan migas Indonesia, karena
o
baru triwulan I-2015 (Januari-Maret) neraca perdagangan migas Indonesia
.g
sudah mengalami defisit, disisa bulan berikutnya diharapkan baik impor migas
maupun nonmigas dapat ditekan agar neraca perdagangan Indonesia dapat
ps
surplus pada tahun ini.
.b
Kinerja
Sektor Moneter
ht
tp
:/
/w
w
w
.b
ps
.g
o.i
d
Kinerja Sektor Moneter
D
inamika perekonomian dunia selalu dipengaruhi oleh kondisi
negara-negara di dunia dan sebaliknya. Saat kondisi perekonomian
global kondusif tentu akan memberikan sentimen positif terhadap
suatu negara. Kinerja perekonomian Indonesia tahun 2014 juga
tidak terlepas dari pengaruh perubahan pola siklus yang mewarnai dinamika
ekonomi global. Dinamika perekonomian global tersebut menjadi faktor
eksternal yang memengaruhi kinerja perekonomian dalam negeri yang tidak
saja melalui jalur perdagangan, namun juga melalui jalur pasar keuangan.
Di samping pengaruh global, faktor internal dari dalam negeri sendiri juga
menjadi faktor yang mempengaruhi kondisi perekonomian kita. Salah satunya
adalah tingginya inflasi yang terjadi selama tahun 2014 dimana laju inflasi
tahun kalender 2014 secara tahunan tercatat hingga sebesar 8,36 persen.
d
Berlangsungnya proses penyesuaian ekonomi ke arah yang lebih
.i
seimbang serta terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,
o
merupakan hasil dari penerapan kebijakan yang konsisten dari Pemerintah dan
.g
Bank Indonesia. Respon kebijakan Bank Indonesia secara konsisten ditetapkan
untuk mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4,5+1 persen pada 2014 dan
ps
4+1 persen pada 2015, serta menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat
yang lebih sehat. Untuk itu, dengan mempertimbangkan kondisi terkini, serta
.b
prospek dan risiko perekonomian ke depan, selama triwulan III-2014 Bank Indonesia
mempertahankan suku bunga acuan BI Rate pada level 7,50 persen. Sementara
w
suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility dipertahankan
w
tetap pada level 7,50 persen dan 5,75 persen. Dalam operasionalisasinya, Bank
Indonesia menjaga keseimbangan likuiditas di pasar uang rupiah dan pasar
/w
valuta asing. Hal ini dilakukan agar perbankan dapat memenuhi likuiditas pada
tingkat suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) overnight yang wajar dan
:/
stabil.
tp
kebijakan yang secara konsisten diarahkan untuk menjaga stabilitas nilai tukar
sesuai dengan fundamentalnya. Untuk mendukung hal tersebut, pada triwulan
III-2014 Bank Indonesia meningkatkan keragaman instrumen penempatan
valas berbasis syariah dengan menerbitkan instrumen Term Deposit (TD) Valas
Syariah. Selain itu, belajar dari pengalaman krisis keuangan 1997-1998, Bank
Indonesia mendorong agar pelaku ekonomi melakukan lindung nilai terhadap
transaksi valasnya, termasuk oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Untuk
itu, Bank Indonesia menyempurnakan ketentuan transaksi swap lindung nilai
kepada Bank Indonesia dan ketentuan swap lindung nilai kepada bank. Untuk
lebih memperkuat payung hukum transaksi lindung nilai, Bank Indonesia
bersama dengan penegak hukum, auditor, dan lembaga terkait lainnya telah
menyepakati Pedoman Penyusunan Standard Operating Procedure (SOP)
Kegiatan Lindung Nilai sebagai pedoman teknis transaksi lindung nilai BUMN.
d
moneter Eropa yang diharapkan dapat mendorong arus modal ke Indonesia.
.i
Selain itu struktur fiskal 2015 yang lebih baik dan berkualitas juga menjadi faktor
pendorong masuknya arus modal asing. Dengan demikian, tekanan terhadap
o
keseimbangan eksternal relatif terjaga, khususnya dengan percepatan proyek
.g
infrastruktur dan perbaikan iklim investasi serta kebijakan nilai tukar yang
bergerak sesuai dengan nilai fundamentalnya sehingga dapat meningkatkan
ps
daya saing ekspor Indonesia.
.b
BI rate sebesar 25 bps menajdi 7,50 persen dengan suku bunga Deposite facility
w
turun 25 bps menjadi 5,50 persen dan lending facility tetap pada level 8,00
persen. Kebijakan tersebut diambil dengan keyakinan bahwa inflasi akan tetap
/w
terkendali dan rendah sehingga berada pada kisaran 4±1 persen pada tahun
2015. Kebijakan ini masih sejalan dengan upaya untuk mengendalikan defisit
:/
transasksi berjalan pada tingkat yang lebih sehat. Ke depan Bank Indonesia
tp
inflasi akan tetap rendah dan defisit transaksi berjalan terjaga pada tingkat
yang sehat.
d
Januari 326 829 461 031 787 860 2 470 101 10 829 2 480 929
.i
Februari 321 483 465 065 786 549 2 483 011 10 861 2 493 872
Maret 331 169 478 886 810 055 2 500 342 12 132 2 512 474
o
TW1 326 494 468 327 794 821 2 484 484 11 274 2 495 758
April
Mei
324 333
334 033
507 880
488 843 .g
832 213
822 876
2 515 813
2 588 094
12 902
15 335
2 528 715
2 603 428
ps
Juni 347 146 511 353 858 499 2 543 285 11 594 2 554 880
TW2 335 171 502 692 837 863 2 549 064 13 277 2 562 341
Juli 383 932 496 054 879 986 2 608 175 18 413 2 626 588
.b
Agustus 359 417 496 365 855 783 2 625 946 20 691 2 646 637
September 360 079 507 636 867 715 2 691 972 24 394 2 716 366
w
TW3 367 809 500 019 867 828 2 642 031 21 166 2 663 197
Oktober 363 797 492 374 856 171 2 697 734 22 965 2 720 698
w
Nopember 375 823 494 632 870 455 2 719 372 24 692 2 744 064
/w
Desember 399 589 487 475 887 064 2 817 826 22 805 2 840 632
TW4 379 736 491 494 871 230 2 744 977 23 487 2 768 465
2014
:/
Januari 380 074 462 608 842 682 2 787 240 22 223 2 809 463
Februari 367 651 466 881 834 532 2 786 785 21 492 2 808 277
tp
Maret 377 433 476 065 853 497 2 784 873 21 928 2 806 801
TW1 375 053 468 518 843 570 2 786 299 21 881 2 808 180
ht
April 372 334 508 129 880 463 2 828 418 21 220 2 849 638
Mei 380 472 526 253 906 725 2 859 916 22 417 2 882 334
Juni 381 644 564 080 945 724 2 903 277 16 758 2 920 034
TW2 378 150 532 821 910 970 2 863 871 20 132 2 884 002
Juli 452 769 465 778 918 546 2 959 604 17 684 2 977 288
Agustus 399 272 496 557 895 829 2 982 414 16 873 2 999 287
September 395 234 553 939 949 173 3 044 547 16 136 3 060 683
TW3 415 758 505 425 921 183 2 995 522 16 898 3 012 420
Oktober 396 114 544 236 940 349 3 066 084 17 719 3 083 803
Nopember 405 706 549 841 955 547 3 098 963 21 785 3 120 747
Desember 419 185 522 960 942 145 3 206 956 21 630 3 228 586
TW4 407 002 539 012 946 014 3 124 001 20 378 3 144 379
2015
Januari 391 256 526 824 918 079 3 233 881 22 866 3 256 746
Februari 387 889 539 958 927 848 3 278 945 11 331 3 290 275
Maret 382 001 575 576 957 576 3 275 425 13 282 3 288 708
TW1 387 049 547 453 934 501 3 262 750 15 826 3 278 576
Sumber : Bank Indonesia
3.500.000
3.000.000
2.500.000
2.000.000
Kartal
Giral
1.500.000 Kuasi
1.000.000
500.000
0
2010 2011 2012 2013 2014
d
.i
ini disokong oleh peningkatan penggunaan uang giral yang naik sebesar 13,72
persen dari Rp 468,52 triliun pada Triwulan I menjadi Rp 532,82 triliun di
o
Triwulan II. Sedangkan untuk peredaran uang kartal, peningkatan tertinggi
.g
terjadi pada Triwulan III yang naik sebesar 9,95 persen yaitu dari Rp 378,15
triliun pada triwulan II menjadi Rp 415,76 triliun di triwulan III.
ps
kartal terjadi menjelang perayaan hari raya Idul Fitri dan Natal, awal tahun
tp
pendidikan dan musim libur akhir tahun. Peningkatan penggunaan uang kartal
terjadi pada bulan Juli, dimana mengalami kenaikan sebesar 18,64 persen atau
ht
mencapai Rp 452,77 triliun dibanding bulan Juni, Bulan Juli, karena banyaknya
permintaan/kebutuhan masyarakat menjelang awal tahun ajaran baru dibidang
pendidikan dan persiapan masyarakat menjelang perayaan Idul Fitri, dan pada
bulan Juli ini adalah yang tertinggi peredaran uang kartal di tahun 2014. Di
akhir tahun, bulan Desember juga terjadi peningkatan penggunaan uang kartal
sebesar 3,32 persen dibanding bulan sebelumnya yaitu dari Rp 405,71 triliun
naik menjadi Rp 419,18 triliun dimana masyarakat lebih banyak menggunakan
uangnya untuk liburan akhir tahun.
Selama tahun 2014 peredaran uang giral tercatat tetap lebih besar
dibandingkan dengan peredaran uang kartal, dimana komposisi jumlah uang
giral yang beredar rata-rata sebesar 58,24 persen setiap bulannya dan uang
kartal rata-rata hanya 41,76. Pertumbuhan uang beredar M2 meningkat rata-
rata sebesar 0,99 persen dengan volume M2 diakhir tahun bertambah sebesar
Rp 443,94 triliun. Pada Desember 2014 volume M2 yang beredar mencapai
Rp 3.715,31 triliun atau naik 12,43 persen dibanding tahun sebelumnya.
d
Uang kuasi yang merupakan komponen terbesar dibandingkan
.i
komponen lainnya pada M2 dimana jumlahnya mencapai 76 persen Uang
o
kuasi tumbuh rata-rata 1,09 persen setiap bulannya selama tahun 2014
.g
Peningkatan peredaran uang kuasi terbesar selama tahun 2014 terjadi pada
akhir Triwulan IV 2014 dimana peningkatan yang terjadi sebesar 3,48 persen,
ps
dari Rp 3.098,96 triliun pada November menjadi Rp 3.206,96 triliun di bulan
Desember 2014 Kondisi tersebut juga terjadi pada tahun-tahun sebelumnya,
.b
dimana peningkatan tertinggi uang kuasi terjadi disetiap akhir tahun. Hal ini
dikarenakan masyarakat menginvestasikan sebagian dari pendapatannya baik
w
dalam bentuk deposito maupun tabungan dalam rupiah dan valuta asing.
w
tercatat sebesar 1,22 persen atau secara absolut mencapai Rp 934,50 triliun.
tp
triliun.
d
tekanan inflasi. Pemerintah berupaya untuk dapat mengendalikan inflasi, agar
.i
dapat menurunkan tekanan inflasi terutama dari kelompok makanan. Angka
inflasi awal tahun cukup terkendali, meskipun salah satu harga bahan makanan
o
mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi namun tidak mempengaruhi
.g
harga bahan makanan lainnya yang tetap stabil. Bahkan di bulan Maret 2014
sempat mengalami deflasi.
ps
bahan makanan yang pada bulan April dan Mei 2014 mengalami deflasi.
/w
menyebabkan tingkat inflasi pada bulan tersebut menjadi tinggi, inflasi pada
bulan Juli 2014 sebesar 0,93 persen. Hal ini, dikarenakan oleh penurunan
ht
harga komoditas global, permintaan yang moderat dan ekspektasi inflasi yang
terjaga. Seperti biasa setelah perayaan keagamaan dan libur hari raya terjadi
penurunan konsumsi masyarakat yang diikuti dengan penurunan volume uang
kartal yang beredar. Hal ini juga terjadi pada bulan Agustus dimana uang kartal
yang beredar turun hingga 11,82 persen menjadi Rp 399,23 triliun dengan
tingkat inflasi yang terjadi hanya sebesar 0,47 persen.
Uang kartal yang beredar di masyarakat pada akhir Triwulan IV, yaitu
pada bulan Desember 2014 mencapai Rp 419,19 triliun atau naik 3,22 persen
dari bulan sebelumnya. Kenaikan ini disebabkan pengaruh lonjakan harga dan
juga menjelang perayaan hari keagamaan yaitu Natal dan tahun baru serta
masyarakat yang akan berlibur akhir tahun. Perkembangan angka inflasi di
triwulan IV-2014 masih stabil, termasuk komponen bahan makanan. Sementara
memasuki bulan November-Desember 2014 sejalan dengan menguatnya
kegiatan ekonomi, dari sisi harga terjadi gejolak harga yang mengakibatkan laju
Memasuki awal tahun 2015, pada Triwulan I uang kartal yang beredar
mengalami penurunan rata-rata sebesar 4,90 persen dibanding Triwulan
IV tahun 2014. Penurunan peredaran uang kartal di awal tahun disebabkan
masa libur telah usai, dimana transaksi pembayaran tunai, konsumsi rumah
tangga lebih sedikit, masyarakat mungkin menyimpan atau menabung kembali
uangnya dan biasanya di awal tahun masyarakat penuh kehati-hatian dalam
membelanjakan uangnya. Terlihat pada bulan Januari-Maret 2015 uang kartal
d
yang beredar mengalami penurunan setiap bulannya masing-masing turun 6,66
.i
persen, 0,86 persen dan 1,52 persen dengan jumlah yang beredar sebanyak
Rp 391,26 triliun, Rp 387,89 dan Rp 382,00 triliun.
o
.g
Uang primer adalah uang kartal di masyarakat (uang kertas dan uang
logam yang berlaku), cadangan bank komersial umum (BKU) di Bank Indonesia
ps
(BI) (terdiri atas kas dan giro BKU), serta giro swasta bukan bank (penduduk)
pada BI. Peredaran uang primer pada triwulan I-2014 rata-rata peredarannya
.b
mencapai Rp 769,34 triliun atau naik 0,06 persen dari triwulan IV-2013.
Sebagian uang yang beredar di masyarakat juga terserap melalui komponen
w
SBI yang naik sebesar 11,31 persen menjadi Rp 67,86 triliun dibandingkan
w
peredaran uang primer yang mencapai Rp 787,37 triliun. Uang primer yang
beredar di Bulan April 2014 menunjukkan peningkatan sebesar 0,94 persen
:/
jika dibandingkan bulan sebelumnya. Selanjutnya di bulan Mei dan Juni 2014
tp
Rata-rata uang primer yang beredar pada triwulan III 2014 mencapai
Rp 844,24 triliun atau meningkat 7,22 persen. Tren peningkatan terus berlanjut
hingga bulan Juli 2014 naik sebesar 12,25 persen menjadi Rp 892,15 triliun
dibanding bulan sebelumnya. Pada bulan Agustus-September 2014 peredaran
uang primer kembali mengalami penurunan yaitu masing-masing sebesar 7,71
persen dan 0,74 persen. Volume terbesar penyumbang peningkatan uang
primer pada triwulan ini ada pada komponen uang kartal yang meningkat
sebesar 9,95 persen menjadi Rp 415,76 triliun.
pada triwulan ini uang kartal yang beredar mengalami penurunan sekitar 2,11
persen menjadi Rp 407,00 triliun. Kas Bank menurun 0,93 persen menjadi
Rp 88,63 triliun.
2013
Januari 326 829 68 187 232 591 318 36 083 664 007
d
Februari 321 483 66 195 229 284 317 38 207 655 486
Maret 331 169 63 653 230 860 77 39 176 664 935
.i
TRIW 1 326 494 66 012 230 912 237 37 822 661 476
o
April 324 333 67 890 234 058 97 40 744 667 122
Mei 334 033 69 903 236 110 307 41 154 681 508
Juni
TRIW 2
347 146
335 171
66 346
68 046
236 417
235 528
.g
611
339
41 157
41 019
691 678
680 103
ps
Juli 383 932 89 589 235 413 431 41 081 750 446
Agustus 359 417 77 679 236 711 390 39 251 713 448
.b
September 360 079 74 602 240 163 657 40 161 715 662
TRIW 3 367 809 80 623 237 429 493 40 164 726 519
Oktober 363 797 74 280 240 904 429 54 856 734 266
w
Nopember 375 823 70 568 243 493 230 60 477 750 592
w
Desember 399 589 100 431 253 655 451 67 552 821 679
TRIW 4 379 736 81 760 246 017 370 60 962 768 846
/w
2014
Januari 380 074 78 549 256 170 139 66 569 781 500
:/
Februari 367 651 74 831 248 006 449 64 230 755 167
Maret 377 433 70 930 249 988 243 72 771 771 365
tp
TRIW 1 375 053 74 770 251 388 277 67 856 769 344
April 372 334 77 091 254 640 792 73 724 778 580
ht
Mei 380 472 79 908 255 312 555 72 477 788 723
Juni 381 644 83 225 258 843 848 70 234 794 794
TRIW 2 378 150 80 075 256 265 732 72 145 787 366
Juli 452 769 111 755 266 783 864 59 975 892 146
Agustus 399 272 77 867 290 298 727 55 176 823 341
September 395 234 78 743 270 998 703 71 551 817 230
TRIW 3 415 758 89 455 276 026 765 62 234 844 239
Oktober 396 114 81 467 277 864 1 391 93 105 849 940
Nopember 405 706 75 047 277 903 1 140 95 232 855 029
Desember 419 185 109 365 287 484 1 397 101 002 918 434
TRIW 4 407 002 88 626 281 084 1 309 96 446 874 468
2015
Januari 391 256 80 648 292 186 880 89 541 854 510
Februari 387 889 77 721 285 038 244 100 241 851 132
Maret 384 892 77 721 285 976 32 99 720 848 341
TRIW 1 388 012 78 697 287 733 385 96 500 851 328
Catatan : 1 SBI yang digunakan untuk pemenuhan GWM Sekunder dan diperhitungkan sebagai komponen
Uang Primer
Sumber : Bank Indonesia
d
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
o .i
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terus terjadi di
.g
sepanjang tahun 2014. Pada Triwulan I-2014 rupiah terdepresiasi terhadap
dolar AS rata-rata 1,88 persen pada level Rp 11.928. Penguatan rupiah terjadi
ps
sejak Februari 2014 sejalan dengan meningkatnya aliran masuk modal asing.
Namun penguatan rupiah sedikit terkoreksi pada bulan Mei 2014 dipengaruhi
.b
Rp 11.520 per dolar AS, melemah 0,71 persen dibandingkan dengan April 2014.
w
Tekanan terhadap rupiah terus melemah hingga bulan September triwulan III-
2014 dimana posisi rupiah kembali berada di level Rp 11.858. Hal tersebut
/w
ke level Rp 11.746 per dolar AS. Tekanan terhadap rupiah dipengaruhi oleh
ht
17000 118
116
16000
114
15000 112
14000 110
US$
108
13000 Euro
106
Yen
12000 104
102
11000
100
10000 98
d
ketidakseimbangan di pasar valuta asing domestik dan defisit neraca transaksi
.i
berjalan serta meningkatnya ekspektasi depresiasi rupiah Kenaikan harga BBM
yang dilakukan oleh pemerintah dan tingginya permintaan valas oleh nasabah
o
korporasi atau ritel untuk membayar repatriasi dividen dan hasil investasi juga
turut andil dalam pelemahan rupiah. .g
ps
Pada triwulan IV-2014 rupiah terus mengalami tekanan dan menyentuh
harga Rp 12.257 atau turun 4,35 persen. Bahkan di akhir Desember 2014
.b
Tabel. 7.3. Perkembangan Nilai Tukar Mata Uang Asing terhadap Rupiah
/w
Februari 9 691,75 104,63 12 931,25 12 168,75 117,00 16 338,00 12 745,42 107,31 14 537,08
Maret 9 710,50 103,13 12 597,50 11 443,13 112,13 15 834,88 13 064,38 108,25 14 396,25
TW1 9 741,02 106,45 12 855,78 11 928,58 115,38 16 249,00 12 801,25 107,35 14 537,67
April 9 724,75 99,75 12 640,50 11 439,30 111,60 15 815,40
Mei 9 763,40 97,00 12 677,80 11 519,88 113,75 15 851,38
Juni 9 935,50 101,63 13 121,25 11 893,25 116,25 16 165,88
TW2 9 807,88 99,46 12 813,18 11 617,48 113,87 15 944,22
Juli 10 149,60 101,60 13 281,60 11 689,00 115,38 15 894,50
Agustus 10 916,33 111,83 14 580,00 11 692,63 114,13 15 604,25
September 11 553,50 116,25 15 379,00 11 857,50 111,00 15 382,63
TW3 10 873,14 109,89 14 413,53 11 746,38 113,50 15 627,13
Oktober 11 427,50 116,75 15 531,00 12 157,40 112,50 15 399,80
Nopember 11 651,00 116,50 15 738,00 12 153,54 104,88 15 209,79
Desember 12 048,33 117,00 16 503,00 12 455,83 105,13 15 399,90
TW4 11 708,94 116,75 15 924,00 12 255,59 107,50 15 336,50
d
krisis menyebakan pemerintah Jepang mengambil kebijakan mendepresiasi
.i
nilai yen terhadap mata uang asing dunia untuk meningkatkan kinerja ekspor
mereka. Pelemahan yen tersebut juga bertujun untuk mengejar inflasi 2
o
persen sampai akhir tahun 2014, dengan cara terus memberikan stimulus
.g
ke pasar. Pelemahan mata uang yang cukup ekstrim oleh pemerintah Jepang
tidak mendapatkan reaksi negatif dari dunia. Hal ini terlihat dari pertemuan
ps
kelompok ekonomi G7 yang masih mentolerir pelemahan yen sebagai upaya
mendorong kebangkitan ekonomi Jepang.
.b
Bagi Indonesia tentu hal tersebut akan menguntungkan dari sisi impor
w
barang modal dan pembayaran hutang luar negeri yang menggunakan mata
w
uang yen, namun akan merugikan dari sisi ekspor, karena menyebabkan nilai
komoditi Indonesia jatuh di pasar Jepang. Hal tersebut menyebabkan posisi
/w
rupiah menguat terhadap yen sejak awal tahun hingga bulan April tahun
2014. Namun kebijakan tersebut tidak bertahan lama. Pelemahan kurs yen
:/
Jepang sendiri. Ekspor memang meningkat, tetapi impor juga menanjak setara
dengan peningkatan ekspor. Memasuki triwulan III paruh kedua tahun 2014,
ht
sejak bulan Juli posisi rupiah terhadap yen mulai menguat kembali. Penguatan
tertinggi posisi rupiah terhadap Yen terjadi pada bulan November 2014 berada
pada level Rp 104,88 per Yen, namun di bulan Desember 2014 rupiah sedikit
melemah terhadap Yen hingga ke posisi Rp 105,13 per Yen. Pelemahan rupiah
terhadap Yen terus terjadi hingga memasuki tahun 2015 sampai dengan bulan
Maret berada pada pada posisi Rp 108,25 per Yen.
8,00
7,50
7,00
6,50
6,00
5,50
5,00
4,50
4,00
3,50
Mei14
Jun14
Agust14
Des14
Jan15
Mar15
Des13
Jan14
Mar14
Mei13
Jun13
Agust13
Jul14
Jan13
Mar13
Apr14
Sep14
Okt14
Nop14
Feb15
Jul13
Sep13
Okt13
Nop13
Feb14
Feb13
Apr13
d
.i
Memasuki triwulan II-2014 rupiah terus melemah mengalami tekanan
o
terhadap mata uang Euro, dimana rupiah tergerus hingga mencapai
.g
titik Rp 16.865 bulan Juni 2014. Peningkatan tertinggi nilai rupiah terhadap
Euro terjadi pada triwulan III 2014 tepatnya pada bulan September dimana
ps
penguatan rupiah mencapai 7,42 persen ke level Rp 15.382,63 per euro.
Penguatan nilai rupiah terhadap euro terus berlanjut hingga memasuki tahun
.b
2015 sampai dengan bulan Maret 2015 berada pada posisi Rp 14.396,25 per
euro.
w
w
dan PUAB), yang diumumkan oleh BI secara periodik untuk jangka waktu
tertentu. Di awal tahun 2014 tercatat BI rate sebesar 7,50 persen hingga
berlanjut pada bulan Oktober. Akan tetapi sebagai langkah antisipatif lanjutan
untuk memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah
menurunnya kinerja ekonomi global BI akan tetap mempertimbangkan defisit
transaksi berjalan dalam menentukan kebijakan moneternya. Mengingat masih
akan mengalami defisit neraca transaksi berjalan dan rupiah yang cenderung
lemah, BI diperkirakan akan mempertahankan BI rate pada level 7,75 persen
hingga akhir tahun 2014. Pada bulan November meningkat menjadi 7,75
persen hingga Desember 2014, dengan total kenaikan sebesar 25 bps. Posisi
BI rate 7,75 persen terus bertahan hingga Januari tahun 2015. Kebijakan
moneter tidak mendukung pertumbuhan yang lebih cepat. Neraca transaksi
berjalan yang diperkirakan masih akan defisit tahun depan, ditambah lagi
dengan ekonomi yang cenderung melambat, akan membuat sebagian investor
ragu menanamkan modalnya di Indonesia.
d
Tabel 7.4 Suku Bunga Domestik, Tahun 2013–Triwulan I 2015
.i
Pasar Uang Antar Bank SBI Volume SBI 1
o
Akhir Periode
1 Hari Keseluruhan 9 bulan (Milyar Rp)
2013 Januari 4,18 .g 4,27 4,84 84 272
ps
Februari 4,20 4,27 4,86 88 070
Maret 4,25 4,30 4,87 91 999
April 4,17 4,24 4,89 95 379
.b
140000 8
120000 7
6
100000
5
80000
4
60000
3
40000
2
20000 1
0 0
JanͲ13
MarͲ13
JulͲ13
OktͲ13
NopͲ13
DesͲ13
JanͲ14
MarͲ14
JulͲ14
OktͲ14
NopͲ14
DesͲ14
JanͲ15
MarͲ15
FebͲ13
AprͲ13
MeiͲ13
JunͲ13
AgustͲ13
SepͲ13
FebͲ14
AprͲ14
MeiͲ14
JunͲ14
AgustͲ14
SepͲ14
FebͲ15
VolumeSBI1(MilyarRp) SBI BIRate
d
Kenaikan BI Rate berdampak terhadap perekonomian dan sektor
.i
riil dimana pertumbuhan ekonomi melambat. Di sisi lain, kenaikan BI Rate
o
mengakibatkan kenaikan suku bunga perbankan bank menaikkan suku bunga
simpanan maupun pinjaman. Kenaikan suku bunga simpanan mendorong
masyarakat menunda kegiatan konsumsi karena memilih menyimpan dana
.g
ps
di bank yang menyebabkan kenaikan suku bunga simpanan dan tentu saja
meningkatkan biaya dana bank.
.b
Suku bunga PUAB secara keseluruhan pada awal tahun 2014 berada
tp
pada level 6,11 persen. Perkembangan selanjutnya suku bunga PUAB secara
ht
keseluruhan tertinggi terjadi pada bulan Juli 2014 berada di posisi 6,76 persen
atau naik sebesar 69 bps dibanding akhir bulan sebelumnya. Selanjutnya
mengalami penurunan suku bunga PUAB hingga bulan November 2014
tercatat sebesar 5,84 persen seiring dengan kebijakan BI menaikan BI rate
sebesar 25 poin dari 7,50 persen menjadi 7,75 persen. Suku bunga PUAB
secara keseluruhan kembali mengalami kenaikan dan ditutup pada posisi 6,16
persen.
Dari data yang dipublikasikan oleh BI dapat dilihat bahwa spread PUAB
dengan BI Rate selama tahun 2014 berkisar antara 0,66 - 1,91 persen dengan
rata-rata pertumbuhan bunga sebesar minus 0,05 persen. Spread terbesar
terjadi pada bulan Oktober-Nopember 2014, sedangkan spread terkecil berada
pada bulan Juli 2014 sebesar 0,74 persen.
d
memengaruhi ekspektasi pelaku pasar dalam manajemen likuiditas. Isu
.i
tapering off mengakibatkan perbankan meningkatkan aset yang bersifat
dapat diperdagangkan (tradable) untuk kepentingan berjaga-jaga apabila
o
terjadi kebutuhan likuiditas yang bersifat mendadak. Pelaku pasar cenderung
.g
menempatkan likuiditasnya pada instrumen yang berjangka pendek. Hal
senada juga terjadi pada upaya penyerapan melalui instrumen SBI yang
ps
mengakibatkan penempatan pada SBI mengalami tren penurunan.
.b
dan uang beredar masih sesuai dengan arah kebijakan moneter yang ditempuh
w
Bank Indonesia. Selama triwulan I 2015, rata-rata suku bunga PUAB meningkat
sementara suku bunga kredit perbankan relatif stabil. Perkembangan tersebut
/w
politik dianggap menjadi salah satu daya tarik bagi masyarakat untuk membeli
tp
SBI sebagai alat investasi yang cukup aman sehingga volume penjualan bergerak
naik kendati tingkat suku bunganya cenderung menurun. Hingga Maret 2015
ht
suku bunga SBI tercatat 6,65 persen dengan volume penjualan sebesar Rp
87,29 triliun, atau menurun sekitar 15,67 persen dibanding periode yang
sama pada tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp 103,51 triliun. Kondisi
Pasar Uang Antar Bank (PUAB) pada triwulan I 2015 ditandai oleh likuiditas
yang tetap terjaga.
Perkembangan Investasi
dan Perdagangan Saham
ht
tp
:/
/w
w
w
.b
ps
.g
o.i
d
Perkembangan Investasi dan Perdagangan Saham
P
ertumbuhan ekonomi diukur dari perubahan Produk Domestik
Bruto (PDB), dimana salah satu komponen pembentuknya adalah
investasi. Kenaikan investasi terjadi melalui mekanisme penanaman
atau pembentukan modal. Investasi atau Pembentukan Modal Tetap
Bruto (PMTB) menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi dari sisi
pengeluaran dengan kontribusi sebesar 2,00 persen pada tahun 2010 dan
mengalami kenaikan di tahun 2012 menjadi 2,40 persen. Namun kontribusi
PMTB menurun di tahun 2013 menjadi 1,15 persen.
d
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melalui Laporan Keuangan Penanaman
.i
Modal (LKPM) yang dikirimkankan perusahaan. Investasi yang dicatat oleh
o
BKPM merupakan keseluruhan nilai proyek yang direalisasikan dalam suatu
.g
periode dan tidak termasuk investasi di sektor migas, perbankan, dan lembaga
keuangan lainnya. Investasi atau penanaman modal merupakan bagian penting
ps
dari penyelenggaraan ekonomi nasional yang dapat menyediakan lapangan
kerja, menciptakan transfer teknologi, meningkatkan kualitas Sumber Daya
.b
Tabel 8.1. Target dan Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Indonesia (juta US$),
w
Tahun 2012–2015
/w
Tahun
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
tp
Jika dilihat secara total, realisasi investasi tahun 2013 sudah melebihi
dari target pemerintah namun realisasi dari investasi asing yang masuk ke
Indonesia sebesar Rp 270,4 triliun masih dibawah dari target pemerintah yang
mematok sebesar Rp 272,6 triliun. Walaupun investasi PMA pada tahun 2013
mengalami kenaikan sebesar 22,35 persen dibanding tahun 2012, sedangkan
investasi PMDN mencapai Rp 128,2 triliun atau naik sebesar 39,05 persen dan
nilai investasi tersebut jauh di atas target pemerintah yang mematok sebesar
d
Rp 117,7 triliun.
.i
Hal sebaliknya terjadi pada tahun 2014, dimana realisasi PMDN tercatat
o
di bawah target yang ditetapkan, namun secara keseluruhan investasi di
.g
tahun 2014 masih malampaui target. Realisasi investasi tahun 2014 mencapai
Rp 463,1 triliun atau tumbuh 16,18 persen dibandingkan tahun 2013. PMA
ps
berperan dominan sebesar 66,29 persen, sementara PMDN berperan 33,71
persen terhadap total investasi 2014. Jika dilihat kontribusi dari PMA dan
.b
Index (GCI) 2014-2015, jauh di bawah peringkat negara ASEAN seperti Malaysia
(peringkat 29), Thailand (peringkat 25), dan Singapura (peringkat 2).
ht
Pada triwulan pertama tahun 2015, investasi yang masuk berasal dari
PMA sebesar Rp 82,1 triliun dan PMDN sebesar Rp 42,5 triliun. Lapangan usaha
yang menyerap investasi terbesar yaitu Pertambangan dan Penggalian dengan
nilai investasi sebesar Rp 15,0 triliun atau 12,04 persen dari total realisasi
penanaman modal di triwulan I-2015. Peringkat kedua ditempati lapangan
usaha Industri Makanan dengan nilai investasi sebesar Rp 12,8 triliun (10,27
persen) dan peringkat ketiga yaitu Listrik, Gas, dan Air sebesar Rp 11,7 triliun
atau 9,39 persen.
Poin penting lain yang menjadi fokus perhatian pemerintah saat ini
adalah pemerataan distribusi investasi di Pulau Jawa dan di luar Pulau Jawa.
Pada triwulan I-2015, realisasi investasi di Pulau Jawa sebesar Rp 69,9 triliun
(56,1 persen) sedangkan di luar Pulau Jawa sebesar Rp 54,7 triliun (43,9
d
persen). Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2014, realisasi
.i
investasi di luar Pulau Jawa mengalami peningkatan.
o
.g
Jika menilik dari target investasi tahun 2015 sebesar Rp 519,5 triliun,
maka realisasi investasi di triwulan I-2015 sebesar Rp 124,6 triliun belum
ps
mencapai target karena kurang dari 25 persen dari total investasi yang
diharapkan. Meskipun demikian, BKPM tetap optimis target investasi dapat
.b
d
.i
Penanaman Modal Asing (PMA)
o
.g
PMA berperan besar dalam menopang investasi di Indonesia. Tabel 8.2
menyajikan data perkembangan PMA di Indonesia yang dinilai menggunakan
ps
mata uang US$ dengan nilai tukar terhadap Rupiah yang berbeda setiap
tahunnya. Tahun 2013, realisasi PMA tercatat sebesar US$ 28,62 miliar atau
.b
meningkat 16,50 persen dibandingkan tahun 2012 sebesar US$ 24,56 miliar.
Jumlah proyek yang dikerjakanpun meningkat hingga 109,91 persen, dari 4.579
w
proyek pada tahun 2012 menjadi 9.612 proyek di tahun 2013. Namun di tahun
w
2014, terjadi penurunan jumlah proyek maupun nilai PMA jika menggunakan
satuan mata uang US$. BKPM mencatat bahwa pada tahun 2014, realisasi PMA
/w
sebesar US$ 28,53 miliar atau menurun 0,31 persen dibandingkan tahun 2013.
Jumlah proyek yang terserap juga mengalami penurunan sebesar 7,56 persen
:/
yaitu sebanyak 3.143 proyek dengan nilai investasi sebesar US$ 6,56 miliar.
Dari sejumlah proyek yang ada, 1.320 proyek (42,00 persen) ada di lapangan
usaha Industri; 794 proyek (25,26 persen) di Perdagangan dan Reparasi,
Hotel dan Restoran; 244 proyek (7,76 persen) di Jasa Lainnya; 235 proyek
(7,48 persen) di Pertambangan; dan 550 proyek (17,50 persen) tersebar di
kategori lapangan usaha lainnya. Dari total nilai PMA di triwulan I tahun 2015,
43,68 persen terserap di kategori Industri dengan nilai US$ 2,87 miliar; diikuti
Pertambangan dengan kontribusi 17,30 persen atau US$ 1,14 miliar; dan
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 9,81 persen dengan nilai US$
0,64 miliar; sementara kategori lainnya berkontribusi di bawah 7 persen. Lima
negara dengan PMA terbesar yaitu Singapura (US$ 1,2 miliar), Jepang (US$ 1,2
miliar), Korea Selatan (US$ 0,6 miliar), Inggris (US$ 0,4 miliar), dan Amerika
Serikat (US$ 0,3 miliar).
d
Hotel & Restoran 223 768,2 448 462,5 407 513,1 195 152,3
.i
(3,13) (1,62) (1,80) (2,32)
Transportasi, Pergudangan 93 2 808,2 198 1 449,9 228 3 000,9 101 282,5
o
dan Komunikasi (11,43) (5,07) (10,52) (4,30)
Perumahan, Kawasan
Industri dan Perkantoran
131 401,8
(1,64) .g
285 677,7
(2,37)
255 1 168,4
(4,10)
118 436,8
(6,66)
ps
Jasa Lainnya 559 645,8 1 357 341,7 1 339 337,5 244 107,7
(2,63) (1,19) (1,18) (1,64)
Jumlah 4 579 24 564,7 9 612 28 617,5 8 885 28 529,7 3 143 6 563,5
.b
Ditinjau dari jumlah proyek dan nilai investasi yang terserap, kategori
industri masih menjadi primadona bagi para investor asing untuk menanamkan
:/
di atas 40 persen terhadap total PMA keseluruhan dengan jumlah proyek yang
terserap lebih dari 1.000 proyek. Bahkan di tahun 2013, investasi di industri
ht
mencapai US$ 15,86 miliar atau 55,42 persen dari total PMA yang terserap di
tahun tersebut dan tersebar di 3.322 proyek. Namun di tahun 2014, penurunan
realisasi PMA diikuti dengan penurunan investasi, kontribusi, dan jumlah
proyek yang terserap di sektor industri. Nilai PMA sektor industri sebesar
US$ 13,02 miliar atau turun 17,90 persen dibandingkan tahun 2013 dengan
kontribusi juga menurun menjadi 45,63 persen. Jumlah proyek yang menyerap
PMA pun juga ikut menurun menjadi 3.075 proyek.
d
kedua dengan nilai investasi di atas US$ 4,00 miliar, diikuti sektor transportasi,
.i
pergudangan, dan komunikasi.
o
Jika ditinjau secara spasial, Pulau Jawa memiliki peranan besar terhadap
.g
realisasi PMA, dengan kontribusi di atas 54 persen. Tahun 2013, realisasi
PMA di Pulau Jawa sebesar US$ 17,33 miliar atau tumbuh 26,84 persen
ps
dibandingkan tahun 2012. Jumlah proyek yang dikerjakan juga meningkat dari
2.807 proyek di tahun 2012 menjadi 6.059 proyek di tahun 2013. Dengan nilai
.b
investasi tersebut, Pulau Jawa berkontribusi terhadap total PMA di tahun 2013
sebesar 60,54 persen. Realisasi PMA di Pulau Jawa tahun 2014 mengalami
w
54,11 persen terhadap total PMA. Proyek yang dikerjakan melalui pembiayaan
PMA tahun 2014 di Pulau Jawa sebanyak 6.202 proyek.
/w
Pulau Jawa dan Pulau Sumatra, dengan nilai investasi US$ 2,77 miliar dan
tp
berkontribusi 9,69 persen terhadap total PMA. Namun di tahun 2014, nilai
ht
14000 Industri
10000 Konstruksi
Gambar 8.1. Nilai Investasi PMA yang Terealisasi Menurut Sektor (juta US$),
Tahun 2012–2014
Tabel 8.3. Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) yang Disetujui Pemerintah
Menurut Pulau (juta US$), Tahun 2012–Triwulan I 2015
2012 2013 2014 2015 Triwulan I
Pulau
Proyek Investasi Proyek Investasi Proyek Investasi Proyek Investasi
Sumatera 695 3 729,3 1 181 3 395,5 884 3 844,6 417 979,2
(15,18) (11,87) (13,48) (14,92)
Jawa 2 807 13 659,9 6 059 17 326,3 6 202 15 436,7 2 155 3 340,8
(55,61) (60,54) (54,11) (50,90)
Bali dan Nusa 477 1 126,6 932 888,9 806 993,4 136 184,8
Tenggara (4,59) (3,11) (3,48) (2,82)
Kalimantan 355 3 208,6 849 2 773,4 571 4 673,6 214 1 205,5
(13,06) (9,69) (16,38) (18,37)
Sulawesi 187 1 507,0 343 1 498,2 282 2 055,7 147 506,8
(6,13) (5,24) (7,21) (7,72)
Maluku dan 58 1 333,2 248 2 735,4 140 1 525,8 74 346,4
Papua (5,43) (9,56) (5,35) (5,28)
Jumlah 4 579 24 564,7 9 612 28 617,5 8 885 28 529,7 3 143 6 563,5
d
(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)
.i
Catatan : Angka dalam kurung menunjukkan persentase terhadap jumlah
o
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal
.g
investasi asing di Pulau Kalimantan meningkat signifikan sebesar 68,52 persen
menjadi US$ 4,67 miliar dan berhasil menjadi peringkat kedua mengalahkan
ps
Pulau Sumatra dengan kontribusi 16,38 persen.
.b
tongkang.
ht
Realisasi PMA di Pulau Sumatra tahun 2013 sebesar US$ 3,40 miliar
atau menurun 8,95 persen dibandingkan tahun 2012 dengan kontribusi yang
20000
18000
Sumatera
16000
14000 Jawa
12000
Bali & Nusa
10000
Tenggara
8000 Kalimantan
6000
Sulawesi
4000
2000 Maluku dan
0 Papua
2012 2013 2014
Gambar 8.2. Nilai Investasi PMA yang Terealisasi Menurut Pulau (juta US$),
Tahun 2012–2014
d
juga ikut menurun menjadi 11,86 persen. Tahun 2014, realisasi investasi
.i
tumbuh 13,23 persen menjadi US$ 3,84 miliar dengan kontribusi 13,48
o
persen. Sementara itu, realisasi PMA dari Pulau-pulau lain seperti Pulau Bali
.g
dan Nusa Tenggara, Pulau Sulawesi, Pulau Maluku dan Papua, jika dijumlahkan
berkontribusi kurang dari seperlima dari total PMA di Indonesia.
ps
Nilai PMA di Pulau Sumatra pada tahun 2014 masih kecil sebagai akibat
.b
energi lanjutan. Pada triwulan I-2015, iklim investasi di Pulau Sumatra sudah
menunjukkan perbaikan. Rencana peningkatan kapasitas dilakukan beberapa
w
Papua. Sebaliknya yang terjadi pada tahun 2014, Pulau Jawa, Pulau Maluku
dan Papua mengalami penurunan, sedangkan wilayah yang mengalami
pertumbuhan realisasi PMA yaitu Pulau Sumatra, Pulau Bali dan Nusa
Tenggara, Pulau Kalimantan, dan Pulau Sulawesi. Gambar 8.2 memperlihatkan
ketimpangan nilai PMA yang tinggi antara Pulau Jawa dengan pulau-pulau lain
di luar Pulau Jawa. Kondisi ini merupakan cerminan bahwa Pulau Jawa masih
memiliki daya tarik yang sangat besar terhadap investor asing.
Sementara itu investasi PMA yang masuk hingga triwulan I-2015, Pulau
Jawa masih menjadi incaran investor asing sehingga mampu menyerap PMA
terbesar dengan nilai investasi mencapai US$ 3,34 miliar (50,90 persen) yang
tersebar di 2.155 proyek. Di peringkat kedua yaitu Pulau Kalimantan dengan
nilai investasi yang terserap mencapai US$ 1,21 miliar (18,37 persen) yang
tersebar di 214 proyek, diikuti Pulau Sumatra dengan nilai investasi US$ 0,98
miliar (14,92 persen) yang tersebar di 417 proyek. Pemerintah baru melakukan
Di Pulau Jawa, pelaku usaha tampaknya juga masih bersikap wait and
see terhadap kebijakan pemerintah baru. Pada triwulan pertama tahun 2015,
kinerja investasi masih belum menunjukkan perbaikan disebabkan belum
pulihnya investasi sektor swasta dan permintaan ekspor luar negeri. Kenaikan
biaya produksi seperti upah tenaga kerja, biaya listrik, dan pajak memberikan
sentimen negatif terhadap iklim investasi di Pulau Jawa. Pelaku usaha
mengeluhkan daya saing investasi yang rendah di Pulau Jawa dibandingkan
negara ASEAN (Vietnam, Malaysia, Thailand) yang berimbas pada rendahnya
rencana investasi perusahaan PMA dibandingkan PMDN.
d
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
o .i
Kinerja investasi dalam negeri menunjukkan performa yang
.g
menggembirakan selama periode 2012-2014 dengan tren yang terus
meningkat. Realisasi PMDN tahun 2014 tersebar di 1.652 proyek dengan
ps
nilai Rp 156,13 triliun atau meningkat 21,83 persen dibandingkan tahun 2013
sebesar Rp 128,15 triliun. Sementara jika dibandingkan dengan PMDN tahun
.b
2012 sebesar Rp 92,18 triliun, realisasi PMDN tahun 2013 meningkat 39,02
persen. Jumlah proyek yang dikerjakan tahun 2013 juga meningkat 75,95
w
persen dibandingkan tahun 2012 dari 1.210 proyek menjadi 2.129 proyek.
w
semakin menurun. Tahun 2012, kontribusi PMDN dari sektor Industri sebesar
54,12 persen, tahun 2013 sebesar 39,93 persen, dan tahun 2014 sebesar
tp
37,81 persen. Hal ini mungkin disebabkan nilai PMDN di beberapa sektor yang
ht
d
Jika dibandingkan dengan tahun 2012, realisasi PMDN tumbuh 31,54 persen.
.i
Sektor Hotel dan Restoran berkontribusi sekitar 1,10 persen terhadap total
o
PMDN tahun 2012-2014 dengan nilai investasi di kisaran Rp 1,02-1,73 triliun.
.g
Tabel 8.4. Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
ps
Menurut Sektor (miliar rupiah), Tahun 2012–Triwulan I 2015
2012 2013 2014 2015 Triwulan I
.b
Sektor
Proyek Investasi Proyek Investasi Proyek Investasi Proyek Investasi
w
Pertanian, Kehutanan, 227 9 888,2 356 6 953,4 263 13 379,9 130 4 468,3
dan Perikanan (10,73) (5,43) (8,57) (10,51)
w
40000 Konstruksi
Gambar 8.3. Nilai Investasi PMDN yang Terealisasi Menurut Sektor (miliar rupiah),
Tahun 2012–2014
d
Meskipun nilai investasi di sektor ini masih kecil, pertumbuhan PMDN setiap
.i
tahun diharapkan dapat mendorong sektor Hotel dan Restoran semakin
o
berkembang ke depannya.
.g
Realisasi PMDN sektor Perumahan tahun 2013 sebesar Rp 2,15 triliun
ps
dan tahun 2014 sektor tersebut mampu menyerap sebesar Rp 13,11 triliun.
PMDN yang terserap di sektor Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran
.b
pasar yang terus meningkat. Antusiasme pasar inilah yang mendorong minat
investor domestik untuk berinvestasi di sektor Perumahan, Kawasan Industri,
:/
dan Perumahan.
tp
d
Jumlah 1 210 92 182,0 2129 128 150,6 1652 156 126,2 876 42 524,5
.i
(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)
o
Catatan : Angka dalam kurung menunjukkan persentase terhadap jumlah PMDN
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal
.g
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar Rp 4,47 triliun (10,51 persen);
ps
dan sektor-sektor lain dengan kontribusi di bawah 10 persen.
.b
investasi. Realisasi PMDN di Pulau Bali dan Nusa Tenggara tahun 2014 sebesar
w
Rp 0,47 triliun atau menurun 89,34 persen dibandingkan tahun 2013 sebesar
Rp 4,40 triliun. Pulau Kalimantan dan Pulau Maluku dan Papua juga mengalami
/w
Para investor, baik asing maupun domestik, masih menjadikan Pulau Jawa
sebagai ladang untuk menanamkan investasinya dengan peluang besar. Jika
investasi dianggap sebagai ukuran kemakmuran ekonomi suatu wilayah, maka
dapat dipastikan kesejahteraan masyarakat cenderung terpusat di Pulau Jawa.
Sarana dan prasarana pendukung tersedia lengkap di Pulau Jawa, suatu kondisi
yang sangat ironis bila dibandingkan dengan wilayah di luar Pulau Jawa dengan
akses dan fasilitas terbatas.
d
investasi domestik di Pulau Jawa menembus Rp 97,06 triliun, sementara di
.i
Pulau Maluku dan Papua hanya sebesar Rp 0,51 triliun, sungguh suatu kondisi
o
yang sangat ironis. Menteri Perindustrian, MS. Hidayat menyatakan bahwa
.g
pemerintah terus berupaya mengatasi ketimpangan antar wilayah (Pulau Jawa
dan luar Pulau Jawa) melalui pembangunan kawasan industri di luar Pulau
ps
Jawa.
.b
Pulau Kalimantan, dan Pulau Sulawesi. Upaya ini ditempuh untuk mendorong
pemerataan pembangunan di daerah yang diawali dengan pembangunan
w
holiday dan tax allowance untuk para investor yang bersedia menanamkan
investasi di daerah remote seperti kawasan timur Indonesia diharapkan
:/
Indonesia.
ht
120.000
100.000 Sumatera
Jawa
80.000
Gambar 8.4. Nilai Investasi PMDN yang Terealisasi Menurut Pulau (miliar rupiah),
Tahun 2012–2014
d
lagi di tahun 2014 baik jumlah saham yang diperdagangkan maupun nilai
transaksinya. Walaupun jumlah saham yang diperdagangkan menurun pada
.i
tahun 2011, sebaliknya dengan nilai transaksi yang meningkat 4,01 persen
o
atau sebesar Rp 1.223,44 triliun dibanding tahun 2010 sebesar Rp 1.176,24
.g
triliun. Selama triwulan pertama tahun 2015, tercatat jumlah saham yang
diperdagangkan sebanyak 402,54 miliar lembar dengan nilai transaksi Rp
ps
408,56 triliun.
.b
2012, menurun di tahun 2013, dan menguat kembali di tahun 2014 dengan
w
ditutup pada level 5.226,95. Hingga akhir Maret 2015, IHSG ditutup pada
poin 5.518,68. IHSG dengan tren meningkat mencerminkan peningkatan
/w
0,98 persen bukan berarti melemahkan indikator positif yang ada seperti
tp
peningkatan jumlah emiten dan transaksi emisi saham. Sementara itu, IHSG
meningkat 22,29 persen sepanjang tahun 2014. Capaian ini mencatatkan BEI
ht
Miliar Rupiah
Miliar Lembar
1 300 000
Gambar 8.5. Jumlah dan Nilai Transaksi Saham di Bursa Efek Indonesia,
Tahun 2010-2014
d
.i
sebagai salah satu bursa dengan kinerja terbaik di tingkat regional. IHSG yang
o
semakin meningkat diharapkan mampu menumbuhkan optimisme pelaku
pasar dalam aktivitas perdagangan di pasar saham.
.g
ps
Jumlah emiten yang terdaftar di BEI menunjukkan tren yang terus
meningkat selama 2010-2014. Tahun 2010, jumlah emiten tercatat sebanyak
522 emiten dan tahun 2014 tercatat ada 621 emiten. Pada Maret 2015, ada
.b
tambahan satu emiten sehingga total menjadi 622 emiten. Tahun 2013, BEI
w
saham masih menjadi alternatif penting bagi dunia usaha untuk mengakses
/w
tahunnya dari 8,68 triliun lembar pada tahun 2010 menjadi 9,14 triliun lembar
tp
10,88 triliun lembar pada Maret 2015. Nilai emisi juga mencatatkan adanya
pertumbuhan setiap tahun selama 2010-2014, tahun 2010 sebesar Rp 495,61
triliun dan tahun 2014 meningkat menjadi Rp 676,82 triliun. Hingga Maret
2015, nilai emisi baru dicatatan sebesar Rp 681,67 triliun.
Secara umum, pola pergerakan jumlah dan nilai transaksi saham hampir
sama, dimana terjadi penurunan pada tahun 2012 dan meningkat di tahun 2013.
Peningkatan jumlah dan nilai transaksi saham pada tahun 2013 disebabkan
likuiditas di pasar keuangan yang melimpah selama lima bulan pertama tahun
2013. Adanya sentimen positif dari The Fed (Bank Sentral Amerika Serikat)
yang memutuskan untuk memberikan dana stimulus sebesar US$ 85 miliar
per bulan disambut positif oleh investor asing dengan ekspektasi likuiditas
meningkat di pasar keuangan global. Investor asing secara besar-besaran
masuk ke pasar saham emerging market dengan harapan mendapatkan imbas
hasil (yield) yang tinggi, khususnya saham-saham berkapitalisasi besar.
d
volume saham yang dibeli. Volume saham yang dibeli investor asing mengalami
.i
naik turun selama 2010-2014. BEI mencatat volume saham yang dibeli investor
o
asing hingga akhir 2014 sebesar 275,99 miliar saham atau meningkat 2,36
persen dibandingkan tahun 2013.
.g
Jika volume saham yang dibeli mengalami pasang surut, lain halnya
ps
dengan volume saham dijual yang mengalami peningkatan selama 2010-2014.
Tahun 2014, pertumbuhan volume saham yang dijual meningkat sekitar
.b
1,99 persen dibandingkan tahun 2013, atau dari jumlah 276,15 miliar saham
w
menjadi 281,64 miliar saham. Hingga akhir Maret 2015, tercatat volume saham
yang dibeli dan dijual investor asing masing-masing sebanyak 71,83 miliar dan
w
Nilai saham baik yang dibeli maupun dijual oleh investor asing meningkat
selama periode 2010-2013, namun menurun di tahun 2014. Tahun 2014
:/
investor domestik untuk melihat kondisi pasar modal Indoesia dengan positif.
Investor asing masih berperan dominan dalam pasar saham di Indonesia. Saat
investor asing menjual saham, ini merupakan momentum yang bagus untuk
investor domestik masuk dan menjadi dominan di pasar saham dalam negeri.
Caranya adalah dengan membeli harga saham murah dan saat investor asing
masuk kembali, harga saham yang dijual sudah mahal.
Tabel 8.7. Jumlah dan Nilai Perdagangan Saham yang Dilakukan oleh Investor Asing
di Bursa Efek Indonesia, Tahun 2010–2015
d
Volume Nilai
.i
Akhir Periode
Proyek Investasi Proyek Investasi
o
2010 212 007 183 246 394 001 367 039
2011
2012
242 522
211 942
.g198 165
214 089
441 240
482 785
416 950
466 904
ps
2013 269 630 276 152 629 454 650 101
2014 275 988 281 644 611 016 568 419
.b
Pariwisata
ht
tp
:/
/w
w
w
.b
ps
.g
o.i
d
Pariwisata
N
ilai tukar rupiah yang semakin melemah disebabkan salah satunya
karena defisit neraca transaksi berjalan. Pada bulan Maret 2015,
pemerintah berupaya mengatasi permasalahan tersebut dengan
berbagai kebijakan, salah satunya yaitu kebijakan bebas visa
bagi 30 negara untuk kunjungan singkat/wisata ke Indonesia. Kebijakan ini
diharapkan dapat menarik lebih banyak wisatawan untuk berkunjung ke
Indonesia dan meningkatkan devisa negara. Di samping itu, promosi wisata
dan pembangunan infrastruktur mutlak diperlukan untuk pengembangan
pariwisata di Indonesia.
d
Indonesia memiliki banyak lokasi wisata alam yang menyimpan daya tarik
.i
wisata yang sangat beragam, unik, dan menarik. Namun konektivitas yang
belum menyeluruh sebagai akibat ketimpangan pembangunan infrastruktur
o
antar wilayah di Indonesia menyebabkan belum semua lokasi wisata bisa
dieksplorasi. .g
ps
Penyediaan paket perjalanan wisata dan akomodasi yang memadai juga
menjadi poin penting untuk mendorong minat wisman berkunjung ke Indonesia.
.b
ada. Kemudahan lalu lintas, pertukaran barang dan jasa, transfer teknologi
w
dengan penguatan pada branding, advertising, dan selling (BAS) ke pasar utama
seperti Malaysia, Tiongkok, Jepang, Arab Saudi, dan Singapura. Sebagai contoh,
ht
d
Berbagai kegiatan atau event yang cukup besar diadakan antara lain,
.i
Indonesia Dance Festival (IDF) 2014 di Jakarta, Festival dan Selebrasi 100 Tahun
Gong Kebyar di kawasan Puri Saren Ubud Bali, Jakarta Fashion Week (JFW), The
o
3rd Musi Triboatton, maupun konser musik mancanegara yang berlangsung di
.g
Jakarta, Bandung, Bali dan sejumlah kota-kota besar di Indonesia. Sementara
ps
itu kegiatan yang diselenggarakan pada akhir tahun juga memberikan dampak
pada kenaikan jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia antara lain, Jakarta
International Jazz Festival, Banyuwangi Beach Jazz Festival, Bintan Marathon,
.b
Djakarta Warehouse Project 2014 dan Bintan Golf Challenge 2014. Tidak kalah
w
d
April 180 787 277 925 19 145 111 929 136 546 726 332
.i
Mei 184 534 285 965 20 299 115 323 146 242 752 363
Juni 208 624 329 654 18 685 140 218 154 294 851 475
o
Juli 169 135 358 907 16 174 101 996 130 998 777 210
Agustus
September
218 903
174 169
336 628
352 017
.g
18 239
17 124
111 455
113 090
141 596
134 896
826 821
791 296
ps
Oktober 177 274 339 200 17 997 126 169 148 127 808 767
Nopember 180 208 293 858 18 324 123 505 148 566 764 461
.b
Desember 190 598 341 111 19 084 171 907 192 634 915 334
2015
w
Januari 165 746 288 755 15 366 114 478 138 694 723 039
w
Februari 170 741 333 072 14 003 119 642 149 195 786 653
Maret 203 019 294 758 16 338 124 019 151 462 789 596
/w
tahun 2010 jumlah kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 7,00 juta orang,
meningkat menjadi 7,65 juta orang pada tahun 2011, kemudian meningkat
ht
menjadi 8,04 juta orang pada tahun 2012, meningkat kembali menjadi 8,80
juta orang pada tahun 2013, dan terus meningkat sampai tahun 2014 hingga
mencapai 9,44 juta orang. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan
jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia dalam 5 tahun terakhir hampir
sebesar 8,13 persen per tahun.
4 000 000
3 500 000
3 000 000
2 500 000
Orang
2 000 000
1 500 000
1 000 000
500 000
d
Berdasarkan data yang diolah dari Dokumen Imigrasi, pada tahun
.i
2014 jumlah wisman yang masuk ke Indonesia yang terbesar melalui bandara
o
Ngurah Rai di Bali yang mencapai 3,73 juta orang atau sekitar 39,55 persen
dari total wisman yang datang ke Indonesia. Dengan demikian, diantara 19
.g
pintu masuk utama, Bandara Ngurah Rai, Bali, masih menjadi pintu utama
ps
kunjungan wisman. Bali merupakan tempat favorit berlibur bagi para wisman.
Selanjutnya, wisman yang berkunjung ke Indonesia masuk melalui Bandara
Soekarno Hatta mencapai 2,25 juta orang atau sekitar 23,81 persen dari total
.b
melalui Bandara Hang Nadim (Batam) sepanjang tahun 2014 mencapai hampir
1,45 juta orang atau sekitar 15,41 persen.
w
/w
sekaligus menandai mulai beralihnya musim sepi (low season) menuju musim
tp
ramainya kunjungan wisman (high season). Seperti diketahui bahwa pada awal
tahun hingga pertengahan tahun kunjungan wisman ke Indonesia relatif lebih
ht
d
bandara Hang Nadim (P. Batam) sebanyak 358.139 orang wisman.
o .i
Profil Wisatawan Macanegara
.g
Berdasarkan hasil Survei Profil Wisatawan Mancanegara yang dilakukan
ps
oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sejak periode tahun 2009
sampai dengan 2014 lebih dari 65 persen lebih wisman yang berkunjung
.b
ke Indonesia adalah laki-laki. Pada tahun 2014 tercatat sebanyak 6,19 juta
orang atau sekitar 65,64 persen wisman berjenis kelamin laki-laki dan sisanya
w
sebanyak 3,24 juta orang atau sekitar 35,36 persen wisman berjenis kelamin
w
d
Maksud dan Kunjungan
.i
- Bisnis 1 978 434 2 182 880 2 333 902 2 447 344 2 734 361 2 810 346
- Berlibur 3 788 341 4 148 046 4 601 326 4 744 009 4 972 890 5 445 247
o
- Lainnya 556 955 672 018 714 503 853 109 1 094 878 1 179 818
Pekerjaan
- Profesional 2 295 858 2 536 340
.g
2 680 137 2 706 240 2 802 259 2 947 387
ps
- Manajemen / Administrasi 1 344 390 1 661 967 1 767 310 1 831 933 1 900 857 1 983 863
- Sales/ Karyawan /Teknisi 1 262 577 1 032 455 1 142 366 1 224 613 1 369 348 1 514 239
.b
- Lainnya 1 420 905 1 772 182 2 059 918 2 281 676 2 729 665 2 989 922
Catatan : x Angka sementara
w
Sumber : Survei Profil Wisatawan Mancanegara, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
w
/w
untuk berlibur atau wisata. Selama tahun 2009-2014, wisman yang berkunjung
untuk berlibur rata-rata mencapai 58 persen dari total wisman. Pada tahun
:/
2009 sebanyak 3,79 juta orang atau 59,91 persen wisman berkunjung untuk
berlibur, kemudian meningkat menjadi 4,60 juta pada tahun 2011 dan
tp
meningkat kembali menjadi 4,97 juta orang pada tahun 2013 seiring dengan
meningkatnya jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia. Hingga tahun
ht
2014 jumlah wisman yang berkunjung untuk berlibur mencapai 5,44 juta
orang atau sekitar 57,71 persen, sedangkan wisman yang berkunjung untuk
berbisnis mencapai 2,81 juta orang atau sekitar 29,79 persen. Sementara itu,
sisanya sekitar 12,50 persen atau 1,18 juta orang mempunyai tujuan selain
untuk berbisnis dan berlibur.
Jika dilihat dari jenis pekerjaan, sebagian besar wisman yang datang
berkunjung ke Indonesia memiliki pekerjaan sebagai profesional. Tercatat
pada tahun 2009 jumlahnya mencapai 2,30 juta orang atau 36,31 persen.
Selanjutnya mereka yang berprofesi sebagai manajemen/administrasi
mencapai 1,34 juta orang (21,26 persen), sales/ karyawan/teknisi mencapai
1,26 juta orang (19,97 persen), dan sisanya berprofesi lainnya (pelajar, ibu
rumah tangga, militer, pegawai pemerintah, dan lainnya) sebanyak 1,42 juta
orang atau sekitar 22,47 persen. Hingga tahun 2014 wisman yang berkunjung ke
Indonesia dengan pekerjaanya sebagai professional masih terus mendominasi
Ͳ Lainnya
12,50%
Ͳ Bisnis
29,79%
Ͳ Berlibur
57,71%
yaitu mencapai 2,95 juta orang (31,24 persen), diikuti mereka yang bekerja
d
sebagai Manajemen/Administrasi sebanyak 1,98 juta orang (21,03 persen),
.i
dan mereka yang bekerja sebagai sales/karyawan/teknisi sebanyak 1,51 juta
o
orang (16,05 persen).
.g
Penerimaan Devisa dari Wisatawan Mancanegara
ps
yang sangat pesat. Sektor pariwisata sudah tidak lagi dianggap sebelah mata
dan menjadi primadona pemasukan devisa bagi indonesia. Bahkan pemerintah
w
Joko Widodo. Sebagaimana telah diketahui bahwa lima sektor yang menjadi
/w
negara yang paling besar. Selain itu, sektor pariwisata juga dapat mendatangkan
tp
pengangguran.
Tabel 9.3. Penerimaan Devisa dari Wisatawan Menurut Negara Tempat Tinggal,
Tahun 2010–2014
Penerimaan Devisa (Juta US $)
Negara
2010 2011 2012 2013 2014 x
Malaysia 864,34 930,85 972,16 1 002,53 1 053,95
Singapura 927,97 1 054,21 1 000,36 1 049,41 1 145,87
Japan 409,87 419,80 477,80 558,85 597,76
Korea, Rep. 251,05 295,82 290,37 381,83 420,95
Taiwan 184,76 188,15 204,52 231,09 276,63
Tiongkok 433,38 520,61 714,51 810,79 919,81
Australia 1 171,87 1 502,10 1 452,31 1 470,89 1 801,33
Amerika Serikat 252,23 317,28 312,55 363,91 406,63
Jerman 217,38 229,41 245,07 251,54 312,33
Belanda 269,20 263,02 243,16 280,64 320,08
Inggris 277,14 269,61 321,92 349,20 401,56
d
Lainnya 2 344,26 2 563,53 2 886,11 3 303,47 3 509,45
.i
Jumlah 7 603,45 8 554,39 9 120,85 10 054,15 11 166,35
o
Catatan : x Angka sementara
.g
Sumber : Survei Pengeluaran Turis Asing, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
ps
Peningkatan jumlah wisatawan mancanegara berdampak juga pada
peningkatan pemasukan devisa negara setiap tahunnya. Pada tahun 2010
.b
devisa yang masuk dari sektor pariwisata mencapai US$ 7,60 miliar dan
meningkat menjadi US$ 8,55 miliar pada tahun berikutnya. Bahkan pada tahun
w
2013 penerimaan devisa dari sektor pariwisata sudah melebihi angka US$ 10
miliar. Hingga tahun 2014 jumlah penerimaan devisa negara mencapai
w
rangking ke-4 pada tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besarnya
ht
12 000
10 000
8 000
Juta US$
6 000
4 000
2 000
devisa yang dihasilkan maka sektor pariwisata memang sangat berpotensi dan
sangat penting untuk terus dikembangkan.
d
teratas atau terbanyak. Pada tahun 2014 tercatat sebanyak 1,74 juta orang
.i
yang datang berkunjung ke Indonesia dengan memberikan pemasukan
o
devisa sebesar US$ 1,15 miliar. Urutan kedua dipegang Malaysia dengan total
.g
kunjungan wisman sebanyak 1,49 juta orang dan memberikan sumbangan
dalam pemasukan devisa negara sebanyak US$ 1,05 miliar. Peringkat
ps
selanjutnya yaitu peringkat ketiga diraih oleh turis asal Australia yang datang
ke Indonesia sebanyak 1,13 juta orang dengan memerikan pemasukan devisa
.b
sebanyak US$ 1,80 miliar. Walaupun dari sisi jumlah wisman dapat dikatakan
wisman asal Australia lebih sedikit daripada Malaysia dan Singapura, namun
w
dari sisi sumbangan pemasukan devisa negara justru yang terbesar. Secara
w
persentase pada tahun 2014 sumbangan devisa dari Australia mencapai 16,13
persen atau lebih besar dari Singapura dan Malaysia dengan sumbangan
/w
setelah Singapura, Malaysia, dan Australia. Dari 19 negara yang menjadi fokus
pasar pariwisata Indonesia, Tiongkok ditempatkan sebagai fokus pasar utama
selain Australia, Jepang, Korea, dan Rusia. Pada tahun 2014 jumlah wisman
dari Tiongkok yang berkunjung ke Indonesia mencapai 868 ribu orang dengan
pemasukan devisa ke negara sebanyak US$ 919 juta. Kunjungan wisman dari
Tiongkok yang selalu meningkat diharapkan akan terus berlangsung seiring
dengan promosi wisata yang terus gencar digalakkan pemerintah Indonesia
di Tiongkok. Kemenpar bersama pelaku bisnis pariwisata dan stakeholder
pariwisata lainnya telah melakukan berbagai macam promosi ke Tiongkok
di antaranya dengan menyelenggarakan pameran pariwisata di mall kota-
kota besar antara lain Shanghai, Guangzhou, Shenzhen, Ningbo, Hangzhou,
dan Nanjing. Melakukan promosi dengan menyelenggarakan Pekan Promosi
Kuliner Indonesia, pagelaran gamelan Indonesia pada Beijing Modern Music
Festival. Selain itu melakukan promosi media digital (online) serta media cetak
dan elektronik (televisi dan radio) serta berpartisipasi dalam bursa pariwisata
d
Negara di kawasan Asia Timur selain Tiongkok yang juga diharapkan
.i
terus meningkat dalam hal jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia yaitu
o
Jepang dan Korea. Sebagai negara maju di kawasan Asia, Jepang dan Korea
.g
tentunya menjadi pasar yang harus diberi perhatian pemerintah. Oleh karena
itu kedua negara menjadi fokus pasar utama pariwisata Indonesia. Pada tahun
ps
2014 wisman dari Jepang yang berkunjung ke Indonesia mencapai 525 ribu
orang dengan sumbangan pemasukan devisa sebesar US$ 598 juta. Sementara
.b
itu tercatat sebanyak 370 ribu wisman dari Korea berkunjung ke Indonesia
dengan memberikan pemasukan devisa sebesar US$ 421 juta.
w
tiga negara yaitu Inggris, Jerman dan Belanda menjadi yang terbesar datang/
/w
berkunjung ke Indonesia. Pada tahun 2010 wisman asal ketiga negara tersebut
mencapai 489 ribu orang dengan pemasukan devisa sebesar US$ 763 juta dan
:/
terus mengalami peningkatan sampai tahun 2014 hingga mencapai 603 ribu
tp
orang dengan pemasukan devisa sebesar US$ 1,03 miliar. Dari ketiga negara
tersebut, pada tahun 2014 tercatat jumlah wisman dari Inggris menjadi yang
ht
terbanyak dengan jumlah wisman mencapai 249 ribu orang, diikuti Jerman
sebanyak 185 ribu orang, dan Belanda sebanyak 169 ribu orang. Penerimaan
devisa dari wisman ketiga negara tersebut juga mencatatkan hasil yang
berbanding lurus dengan jumlah wisman. Devisa yang dieproleh dari wisman
Inggris menjadi yang terbesar dengan pemasukan sebesar US$ 401 juta. Namun,
pada posisi kedua ternyata justru Belanda yang lebih besar dalam pemasukan
devisa daripada Jerman. Tercatat pemasukan devisa dari wisman Belanda
mencapai US$ 320 juta sedangkan Jerman hanya sebesar US$ 312 juta.
Tabel 9.4. Wisatawan yang Datang ke Indonesia Menurut Negara Tempat Tinggal,
Tahun 2010–2014
Wisman (Orang)
Negara
2010 2011 2012 2013 2014x
Malaysia 1 277 476 1 302 237 1 335 531 1 430 989 1 485 716
Singapura 1 373 126 1 505 588 1 565 478 1 634 149 1 739 895
Japan 418 971 412 623 450 687 491 574 525 499
Korea, Rep. 274 999 306 061 311 618 343 627 370 197
Taiwan 213 442 221 877 216 535 245 288 265 055
Tiongkok 469 365 574 179 686 779 807 429 868 539
Australia 771 792 931 109 961 595 997 984 1 127 582
Amerika Serikat 180 361 204 275 212 851 234 134 251 419
Jerman 145 244 145 160 148 146 168 110 184 848
Belanda 151 836 159 063 146 591 158 181 169 330
d
Inggris 192 259 192 685 212 087 228 679 249 263
.i
Lainnya 1 534 073 1 694 874 1 796 564 2 061 985 2 198 068
o
Jumlah 7 002 944 7 649 731 8 044 462 8 802 129 9 435 411
Catatan : x Angka sementara
.g
Sumber : Survei Pengeluaran Turis Asing, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
ps
ekonomi pemerintah yang salah satunya yaitu memberikan bebas visa
kunjungan singkat kepada wisatawan dari 30 negara. Dengan tambahan 30
.b
negara, maka total negara yang wisatawannya bisa masuk Indonesia tanpa visa
mencapai 45 negara. Menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya, pembebasan
w
yang telah membebaskan visa kepada 144 negara dan Thailand 56 negara.
Sebagaimana diketahui bahwa wisman yang berkunjung ke Malaysia sudah
:/
selain itu, diharapkan wisman akan lebih banyak lagi yang membawa souvenir
atau buah tangan oleh-oleh ke negara asal mereka ketika mereka sudah
menyelesaikan kunjungannya di Indonesia.
d
kunjungan rata-rata sebesar 1,94 persen per tahun.
.i
Pada tahun 2014 tercatat bahwa pengeluaran wisman per kunjungan
o
dari turis asal Kanada adalah yang tertinggi dengan pengeluaran sebesar
.g
ps
Tabel 9.5. Rata-Rata Pengeluaran Wisatawan Mancanegara Menurut Negara
Asal (US$), Tahun 2011–2014
.b
ASIA
w
Rep. Cina 906,71 1 040,38 1 004,17 1 059,04 150,79 164,96 161,66 168,74
Arab Saudi 1 638,84 1 424,47 1 444,82 1 568,81 179,38 163,89 187,80 211,52
tp
Bila dilihat dari rata-rata pengeluaran per hari, uang yang dibelanjakan
atau dikeluarkan per hari selama berada di Indonesia selama tahun 2011-2014 juga
d
terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 rata-rata uang yang dikeluarkan
.i
para wisman per hari sebesar US$ 142,69, kemudian tahun berikutnya
meningkat menjadi US$ 147,22. Peningkatan terus terjadi hingga tahun 2014
o
yaitu rata-rata uang yang dibelanjakan atau dikeluarkan oleh wisman per hari
.g
sebesar US$ 154,39. Berdasarkan asal negara tempat tinggalnya, pengeluaran
wisman rata-rata per hari tertinggi pada tahun 2014 adalah wisman asal
ps
Mesir dengan rata-rata pengeluaran US$ 253,44 disusul wisman asal Arab
Saudi mencapai US$ 211,52. Peringkat berikutnya diduduki oleh wisman dari
.b
Korea Selatan dengan rata-rata pengeluaran per hari mencapai US$ 179,02
disusul wisman asal Taiwan sebesar US$ 177,30. Sementara itu, rata-rata uang
w
yang dikeluarkan oleh wisman asal Swedia per harinya relatif lebih kecil bila
w
sangat berperan penting dalam kemajuan tingkat pariwisata di tanah air yaitu
fasilitas menginap bagi para wisman seperti hotel baik hotel berbintang maupun
hotel tidak berbintang. Untuk melihat tingkat perkembangan sektor pariwisata
dapat diukur dari beberapa indikator yang mempengaruhinya, yaitu dengan
melihat perkembangan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel dan Rata-rata Lama
Menginap Wisatawan.
Tingkat Penghunian Kamar hotel berbintang selama tahun 2014 di tanah air
secara total mencapai 37,05 persen. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) pada Hotel
secara rata-rata pada Tahun 2014 lebih rendah dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Bahkan dalam kurun waktu 2010-2014 tercatat bahwa pencapaian TPK Hotel
berbintang pada tahun 2014 merupakan yang terendah. Pada tahun 2010 TPK
Hotel berbintang mencapai 48,88 persen dan terus mengalami peningkatan hingga
tahun 2013 yang mencapai 52,22 persen. Penurunan yang cukup tajam terjadi pada
tahun 2014 sebesar 15,17 persen dari tahun sebelumnya.
Tabel 9.6. Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang Menurut Provinsi (persen),
Tahun 2010–2014
d
Banten 41,69 37,88 37,83 52,60 41,90
.i
Bali 58,86 59,32 58,63 59,22 38,20
Nusa Tenggara Barat 44,54 45,68 47,46 51,05 28,60
o
Nusa Tenggara Timur 47,44 43,39 40,62 39,48 21,11
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
38,37
28,68
47,01
54,78 .g
54,19
53,81
54,27
60,92
33,88
33,44
ps
Kalimantan Selatan 53,00 55,63 52,71 52,65 37,23
Kalimantan Timur 49,19 58,18 59,47 61,24 39,52
Sulawesi Utara 46,04 51,63 54,07 52,91 35,33
.b
Penurunan TPK hotel berbintang ini tidak terlepas dari menurunnya TPK Hotel
berbintang di sebagian besar provinsi di Indonesia. Tercatat TPK Hotel berbintang
di 26 provinsi mengalami penurunan. Penurunan TPK hotel berbintang tertinggi
terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah yaitu menurun sebesar 43,67 persen dari TPK
pada tahun 2013 sebesar 69,77 persen menjadi hanya 26,10 persen. Penurunan
yang cukup tinggi berikutnya terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan (dari 53,93 persen
menjadi 23,07 persen) dan Kalimantan Tengah (dari 60,92 persen menjadi 33,44
persen). Sementara provinsi yang menunjukkan peningkatan TPK terjadi di 7 provinsi
yaitu Aceh, Sumatera Utara, Riau, Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta dan Jawa Timur.
Tabel 9.6 juga menunjukkan bahwa pada tahun 2014 ternyata angka TPK
Hotel berbintang di provinsi-provinsi yang terletak di Indonesia Barat mencapai
angka TPK di atas angka nasional sedangkan provinsi di Indonesia Timur mencatatkan
TPK yang berada di bawah angka nasional. Tercatat ada sebanyak 19 provinsi dengan
angka TPK hotel berbintang di atas angka nasional. Angka TPK tertinggi tercatat di
70
60
50
Persen
40
30
20
10
Provinsi Lampung sebesar 58,73 persen, diikuti Provinsi DKI Jakarta 58,16 persen,
dan Provinsi DI Yogyakarta 54,96 persen, sedangkan 16 provinsi lainnya mencatatkan
d
angka TPK berkisar antara 37,23 persen sampai 52,63 persen. Sisanya sebanyak 14
.i
provinsi yang mencatatkan angka TPK hotel berbintang di bawah angka nasional.
Angka TPK hotel berbintang terendah tercatat di Provinsi Maluku sebesar 16,72
o
persen diikuti Provinsi Nusa Tenggara Timur 21,11 persen, sedangkan 12 provinsi
.g
lainnya mencatatkan angka TPK antara sebesar 23,07 persen sampai 35,80 persen.
ps
Indikator selanjutnya untuk mengetahui perkembangan sektor akomodasi
yaitu rata-rata lama menginap baik bagi tamu asing maupun tamu domestik. Rata-
.b
rata lama menginap baik tamu asing maupun domestik pada hotel berbintang selama
periode 2010-2014 dapat dikatakan cenderung terus mengalami peningkatan. Jika
w
dilihat secara nasional rata-rata lama menginap tamu pada hotel berbintang tertinggi
w
terjadi pada tahun 2010 mencapai 1,93 hari, kemudian meningkat menjadi 1,99 hari
pada tahun 2011. Sempat mengalami penurunan pada tahun 2012 menjadi 1,93
/w
hari, rata-rata lama menginap kembali mengalami peningkatan dua tahun berturut-
turut yaitu pada tahun 2013 menjadi 1,98 hari dan tahun 2014 yang mencapai 2,13
:/
hari. Rata-rata lama menginap tamu pada hotel berbintang pada tahun 2014 juga
tp
Jika dilihat menurut provinsi, pada tahun 2014 terdapat hanya 6 provinsi
yang mencatatkan rata-rata lama menginap tamu di hotel berbintang di atas angka
nasional, sementara sisanya 27 provinsi masih berada di bawah angka nasional. Bali
memiliki daya tarik pariwisata yang sangat memikat para wisatawan. Oleh karena itu,
para wisatawan lebih betah lama menginap di sana. Rata-rata lama tamu menginap
Tabel 9.7. Rata-Rata Lama Menginap Tamu Pada Hotel Bintang Menurut Provinsi
(hari), Tahun 2010–2014
d
Banten 1,52 1,30 1,22 1,42 1,57
Bali 3,15 3,19 3,03 3,28 3,19
.i
Nusa Tenggara Barat 2,63 2,41 2,66 2,83 2,73
Nusa Tenggara Timur 2,27 2,46 2,59 2,02 2,13
o
Kalimantan Barat 1,67 2,17 1,83 1,88 1,84
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
1,69
1,68
2,16
1,96
1,86
2,46
.g
1,75
1,84
2,30
1,78
1,72
2,42
1,76
1,69
2,05
ps
Sulawesi Utara 2,13 2,00 2,12 2,26 2,04
Sulawesi Tengah 1,45 1,48 1,58 1,68 1,84
Sulawesi Selatan 2,01 1,87 1,87 1,86 1,85
.b
pada hotel berbintang di Provinsi Bali mencapai 3,19 hari dan menjadikan Provinsi
tp
Bali menjadi provinsi dengan rata-rata lama menginap tamu di hotel berbintang
yang paling tinggi. Berikutnya, provinsi dengan pencapaian rata-rata lama menginap
ht
tertinggi berikutnya di Provinsi Nusa Tenggara Barat (2,73 hari) dan Papua (2,53
hari).
3,50
3,00
2,50
2,00
Hari
1,50
1,00
0,50
0,00
Gambar 9.5 Rata-Rata Lama Menginap Tamu Asing dan Indonesia Pada Hotel
Berbintang di 17 Provinsi (hari), Tahun 2014
Kondisi
Ketenagakerjaan
ht
tp
:/
/w
w
w
.b
ps
.g
o.i
d
Kondisi Ketenagakerjaan
P
embangunan di suatu negara dapat melingkupi banyak aspek, salah
satunya adalah pembangunan pada bidang ketenagakerjaan atau
sumber daya manusia (SDM). SDM merupakan sumber keunggulan
kompetitif yang lebih menentukan keberlanjutan pembangunan
di tengah pesatnya perkembangan teknologi, sementara kualitas SDM di
Indonesia masih rendah. Oleh karena itu, ketenagakerjaan merupakan salah
satu persoalan yang sedang disorot, mengingat akan segera diberlakukannya
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang membuat arus tenaga kerja asing
bebas masuk ke Indonesia. Untuk mengantisipasi dampak negatif dari
penerapan MEA, tenaga kerja Indonesia harus memiliki standar yang tinggi
dan mampu bersaing dengan tenaga kerja asing yang masuk ke dalam negeri.
d
yang rendah ini dapat tercermin oleh kurangnya kesempatan kerja sehingga
.i
pertumbuhan ekonomi belum mampu menyerap angkatan kerja masuk ke
dalam pasar kerja. Dengan demikian, keterampilan angkatan kerja tidak
o
dimanfaatkan dan dikembangkan sebaik-baiknya. Hal tersebut juga membuat
.g
jumlah pengangguran yang cukup besar. Selain itu, kualitas tenaga kerja juga
dapat memengaruhi produktivitas tenaga kerja tersebut.
ps
Angkatan Kerja
tp
ht
d
L 71 463 307 4 362 787 75 826 094 15 475 420
2014
.i
P 43 164 719 2 882 118 46 046 837 45 643 853
(Agustus)
o
L+P 114 628 026 7 244 905 121 872 931 61 119 273
L 73 424 763 4 487 241 77 912 004 14 202 350
2015
(Februari)
P 47 422 058 2 967 526 .g 50 389 584 42 095 677
ps
L+P 120 846 821 7 454 767 128 301 588 56 298 027
Catatan: r Data 2011-2013 direvisi disesuaikan dengan angka proyeksi pertumbuhan penduduk yang terbaru
.b
kerja berdasarkan jenis kelamin berkaitan dengan rasio jenis kelamin yang
mencapai 101,13, yang berarti setiap 100 wanita terdapat 101 sampai 102
/w
juta orang, dimana 94,19 persen diantaranya atau sekitar 120,85 juta orang
memiliki pekerjaan. Pada tahun 2015 ini, tingkat partisipasi angkatan kerja
laki-laki (84,58 persen) lebih tinggi daripada tingkat partisipasi angkatan kerja
perempuan (54,48 persen). Kemudian untuk jumlah penduduk yang bukan
angkatan kerja ada sebanyak 56,3 juta orang, dimana 74,77 persen diantaranya
adalah perempuan.
Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang aktif bekerja dan penduduk
yang sedang mencari pekerjaan atau sering disebut pengangguran. Jumlah
penduduk yang bekerja pada tahun 2011 sebanyak 107,41 juta orang, pada
tahun 2012 meningkat menjadi 112,50 juta orang, kembali meningkat pada
tahun 2013 menjadi 112,76 juta orang, dan pada tahun 2014 sebanyak 114,62
juta orang. Peningkatan yang terjadi selama tahun 2011-2014 tersebut rata-rata
sebesar 2,19 persen setiap tahun.
Jika dilihat dari sisi jenis kelamin, sebagian besar pekerja di Indonesia
adalah pekerja laki-laki. Selama tahun 2011-2014, sekitar 60 persen pekerja
berjenis kelamin laki-laki. Selain itu, selama tahun tersebut, jumlah laki-laki
yang bekerja juga mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 67,98 juta orang
pada tahun 2011 menjadi 71,46 juta orang pada tahun 2014. Peningkatan
jumlah pekerja laki-laki tahun 2011-2014 tersebut memiliki pertumbuhan rata-
rata sebesar 1,72 persen setiap tahun. Di sisi lain, jumlah pekerja perempuan
cenderung tidak stabil. Selama tahun 2011-2012, jumlah pekerja perempuan
mengalami peningkatan, tetapi selama tahun 2012-2013, jumlah pekerja
d
perempuan mengalami penurunan. Namun pada tahun 2013-2014, jumlah
.i
pekerja perempuan meningkat kembali yaitu dari 42,42 juta orang pada
tahun 2013 menjadi 43,16 juta orang pada tahun 2014. Peningkatan pekerja
o
perempuan selama periode 2011-2014 tersebut adalah rata-rata sebesar 2,98
persen setiap tahun. .g
ps
Branch (1994) mengemukakan bahwa cepatnya peningkatan jumlah
pekerja perempuan merupakan akibat dari seriusnya memperjuangkan
.b
2015
Daerah Tempat Tinggal 2011 r 2012 r 2013 r 2014
(Februari)
TPAK
Perkotaan 65,07 65,17 64,20 64,47 68,02
Perdesaan 68,53 70,42 69,42 68,80 71,43
Jumlah 66,78 67,76 66,77 66,60 69,50
TPT
Perkotaan 9,38 7,74 7,31 7,12 7,02
Perdesaan 5,63 4,59 5,08 4,81 4,32
Jumlah 7,48 6,13 6,17 5,94 5,81
TKK
Perkotaan 90,62 92,26 92,69 92,88 92,98
Perdesaan 94,37 95,41 94,92 95,19 95,68
Jumlah 92,52 93,87 93,83 94,06 94,19
d
Catatan : r Data 2011- 2013 direvisi disesuaikan dengan angka proyeksi pertumbuhan penduduk yang terbaru
o .i
Tidak berbeda dengan jumlah pengangguran secara keseluruhan, jumlah
.g
pengangguran yang berjenis kelamin laki-laki juga mengalami penurunan di tahun
2011-2012, kemudian meningkat di tahun 2012-2013, dan menurun kembali pada
ps
tahun 2014. Sementara itu, selama tahun 2011-2014 jumlah pengangguran yang
berjenis kelamin perempuan terus mengalami penurunan. Jumlah pengangguran
.b
yang berjenis kelamin perempuan terdapat sebanyak 3,84 juta orang pada
tahun 2011 mejadi 2,88 juta orang pada tahun 2014. Hal tersebut menunjukkan
w
Pengangguran Terbuka (TPT), dan Tingkat Kesempatan Kerja (TKK). Ketiga indikator
ketenagakerjaan tersebut dibedakan juga menurut daerah tempat tinggal yaitu
ht
Kemudian jika dilihat dari sisi perbedaan daerah tempat tinggal, TPAK di
perdesaan lebih besar daripada TPAK di perkotaan. Hal tersebut menunjukkan
bahwa ketersediaan penduduk yang berpotensi aktif secara ekonomi di
10 9,4
9
7,5 7,7
8 7,3 7,1 7,0
Perkotaan
7 6,1 6,2 5,9
5,6 5,8
6 5,1 Perdesaan
4,6 4,8
5 4,3
Jumlah
4
2011(Agt) 2012(Agt) 2013(Agt) 2014(Agt) 2015(Feb)
Gambar 10.1 Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Daerah Tempat
Tinggal (persen), Tahun 2011–2015
d
TPAK secara keseluruhan. TPAK di perkotaan sempat mengalami penurunan
.i
menjadi 64,20 persen pada tahun 2013 dibanding tahun 2012 yang mencapai
o
65,17 persen dan meningkat kembali menjadi 64,47 persen pada tahun 2014.
.g
Peningkatan juga terus terjadi hingga Februari 2015, yaitu menjadi 68,02
persen. Kondisi yang sama juga terjadi untuk TPAK di perdesaan dari 70,42
ps
persen pada tahun 2012 turun menjadi 69,42 persen pada tahun 2013 dan
kembali menurun menjadi 68,80 persen pada tahun 2014. Akan tetapi, TPAK
.b
2012, TPT di Indonesia mengalami penurunan yaitu dari 7,48 persen menjadi
/w
6,13 persen. Pada tahun 2013, angka TPT nasional mengalami peningkatan
menjadi 6,17 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2013
:/
tahun 2012 yaitu menjadi 5,94 persen dan terus menurun menjadi 5,81 persen
ht
d
.i
oleh Todaro, menjelaskan bahwa perpindahan penduduk dari desa ke kota
o
menjadi salah satu sebab munculnya pengangguran di kota. Menurut BPS,
.g
pada tahun 2010, angka urbanisasi di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu
sebesar 49,8 persen. Oleh karena itu, kebijakan untuk menghilangkan faktor
ps
urbanisasi, seperti desentralisasi pembangunan dan modernisasi perdesaan
sangat diperlukan untuk menekan pengangguran di perkotaan.
.b
ke dalam angkatan kerja yang memiliki pekerjaan. TKK tahun 2013 tercatat
sebesar 93,83 persen, sedikit lebih rendah dari TKK tahun 2012 yang mencapai
:/
93,87 persen. Kemudian TKK tahun 2014 meningkat kembali menjadi 94,06
tp
10
8,9
9
8 LakiͲlaki
7,5
6,7 Perempuan
7 6,4 6,3
5,9 Total
6 6,7 6,1 6,2
5,9 5,8
6,0
5,8 5,8 5,8
5
4
2011(Agt) 2012(Agt) 2013(Agt) 2014(Agt) 2015(Feb)
perempuan meningkat dari 49,75 persen pada tahun 2011 menjadi 51,39
d
persen pada tahun 2012. Kemudian TPAK perempuan terus menurun, yaitu
.i
50,26 persen pada tahun 2013 dan 50,22 persen pada tahun 2014. Akan tetapi
o
TPAK perempuan meningkat tajam hingga 54,48 persen pada Februari 2015.
.g
Kemudian, selama periode 2011-2015, TPT laki-laki selalu lebih rendah
ps
daripada perempuan. Hal tersebut menujukkan bahwa pasar tenaga kerja
lebih cenderung menyerap tenaga kerja laki-laki dibandingkan tenaga kerja
perempuan. Fakta tersebut membuktikan bahwa masih terdapat diskriminasi
.b
TPT laki-laki menurun dari 6,65 persen pada tahun 2011 menjadi 5,76 persen
pada tahun 2012. Namun, pada tahun 2013 TPT laki-laki meningkat menjadi
w
6,02 persen, kemudian menurun kembali menjadi 5,75 persen pada tahun
/w
2014 dan sedikit meningkat menjadi 5,76 persen pada Februari 2015. Untuk
jenis kelamin perempuan, TPT selama tahun 2011-2015 selalu menurun,
:/
yaitu dari 8,86 persen pada Agustus 2011 menjadi 5,89 persen pada Februari
2015. Informasi di atas menunjukkan bahwa lambat laun, diskriminasi gender
tp
Sama dengan TPT, nilai TKK juga menunjukkan bahwa kesempatan kerja
untuk laki-laki lebih besar dibandingkan kesempatan kerja untuk perempuan.
TKK laki laki pada tahun 2011 adalah 95,35 persen meningkat menjadi 96,34
persen pada tahun 2012, kemudian menurun menjadi 93,98 persen pada
tahun 2013, dan meningkat kembali menjadi 94,25 persen pada tahun 2014,
dan sedikit menurun menjadi 94,24 persen pada Februari 2015. Sementara itu,
TKK perempuan selalu meningkat selama tahun 2011-2015, yaitu dari 91,14
persen pada Agustus 2011 menjadi 94,11 persen pada Februari 2015.
d
DKI Jakarta 71,47 67,79 66,61 72,60 90,33 91,37 91,53 91,64 9,67 8,63 8,47 8,36
.i
Jawa Barat 63,64 62,82 62,76 66,08 90,92 90,84 91,55 91,60 9,08 9,16 8,45 8,40
Jawa Tengah 71,26 70,43 69,68 72,19 94,39 93,99 94,32 94,69 5,61 6,01 5,68 5,31
o
D.I. Yogyakarta 71,37 69,29 71,05 73,10 96,10 96,76 96,67 95,93 3,90 3,24 3,33 4,07
Jawa Timur
Banten
69,60
65,17
69,78
63,55
68,12
63,83
69,58
67,28
95,89 95,70
90,06 90,46
.g95,81 95,69
90,93 91,42
4,11
9,94
4,30
9,54
4,19
9,07
4,31
8,58
ps
Bali 76,58 74,93 74,90 78,86 97,90 98,17 98,10 98,63 2,10 1,83 1,90 1,37
Nusa Tenggara Barat 65,93 65,42 66,62 71,66 94,77 94,70 94,25 95,02 5,23 5,30 5,75 4,98
.b
Nusa Tenggara Timur 69,98 68,15 68,91 72,95 96,96 96,75 96,74 96,88 3,04 3,25 3,26 3,12
Kalimantan Barat 71,40 69,53 69,92 70,73 96,46 96,01 95,96 95,22 3,54 3,99 4,04 4,78
w
Kalimantan Tengah 69,88 68,50 68,55 73,05 96,86 97,00 96,76 96,86 3,14 3,00 3,24 3,14
Kalimantan Selatan 71,95 69,31 69,46 73,21 94,81 96,34 96,20 95,17 5,19 3,66 3,80 4,83
w
Kalimantan Timur 66,37 63,50 64,10 67,81 90,98 92,05 92,62 92,83 9,02 7,95 7,38 7,17
/w
Sulawesi Tengah 65,92 65,56 66,76 70,21 96,05 95,81 96,32 97,01 3,95 4,19 3,68 2,99
Sulawesi Selatan 62,71 60,32 62,03 62,23 93,99 94,90 94,92 94,19 6,01 5,10 5,08 5,81
tp
Sulawesi Tenggara 67,30 65,91 66,87 71,04 95,86 95,62 95,57 96,38 4,14 4,38 4,43 3,62
Gorontalo 62,57 61,46 62,83 66,37 95,53 95,85 95,82 96,94 4,47 4,15 4,18 3,06
ht
Sulawesi Barat 71,71 66,83 71,05 74,74 97,84 97,65 97,92 98,19 2,16 2,35 2,08 1,81
Maluku 62,94 61,93 60,91 63,71 92,29 90,09 89,49 93,28 7,71 9,91 10,51 6,72
Maluku Utara 66,05 64,35 63,87 67,99 95,18 96,20 94,71 94,44 4,82 3,80 5,29 5,56
Papua Barat 67,20 66,69 68,29 68,81 94,58 95,60 94,98 95,39 5,42 4,40 5,02 4,61
Papua 78,18 77,70 78,66 79,26 96,29 96,85 96,56 96,28 3,71 3,15 3,44 3,72
r
Catatan : Data 2012-2013 direvisi disesuaikan dengan angka proyeksi pertumbuhan penduduk yang terbaru
Papua, dengan TPAK pada Februari 2015 sebesar 79,36 persen. Namun,
Sulawesi Utara menjadi provinsi TPAK terendah selama tahun 2012-2014,
dimana TPAK tahun 2014 sebesar 59,99 persen. Kemudia pada Februari 2015,
TPAK terendah adalah Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu sebesar 62,23 persen.
Untuk TKK, provinsi yang memiliki TKK tertinggi adalah Bali, yang
memiliki TKK tertinggi selama tiga tahun berturut-turut (2012-2014). TKK
Bali pada tahun 2014 sebesar 98,10 persen berarti 98 atau 99 angkatan kerja
di Bali pada tahun 2014, memiliki pekerjaan. Ditahun 2014, lapangan usaha
yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Provinsi Bali adalah pertanian,
kehutanan, dan perikanan, yaitu sebesar 34,10 persen.
Sementara itu provinsi dengan TKK terendah pada tahun 2012 adalah
Provinsi Banten dengan TKK mencapai 90,06 persen. Pada tahun 2013, provinsi
dengan TKK terendah adalah Aceh, yaitu sebesar 89,88 persen. Kemudian,
pada tahun 2014, Provinsi Maluku memiliki TKK terendah yaitu 89,49 persen.
Kesempatan kerja yang rendah ini membuktikan bahwa Provinsi Maluku
belum mampu untuk menghadapi peningkatan TPAK dari sebesar 61,93
persen pada tahun 2013 menjadi 60,91 persen pada tahun 2014. Beberapa
upaya telah dilakukan pemerintah Provinsi Maluku untuk menekankan angka
pengangguran tersebut, salah satunya adalah pembentukan Daerah Otonom
Baru (DOB). Pembentukan DOB merupakan salah satu bentuk desentralisasi
yang mampu mempercepat pembangunan sehingga jumlah pengangguran di
d
Maluku dapat dikurangi.
.i
Peningkatan pengangguran di Maluku ini juga dapat dilihat dari
o
menurunnya kemampuan beberapa lapangan usaha dalam menyerap tenaga
.g
kerja. Tiga lapangan usaha yang mengalami penurunan jumlah tenaga kerja
kerja terbesar selama 2013-2014 adalah pengadaan listrik dan gas (menurun
ps
55,6 persen), pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang
(menurun 32,1 persen), serta konstruksi (menurun 22,9 persen). Penyebab
.b
tenaga listrik. Kepala PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara, Muhammad
w
tenaga listrik, biaya pengangkutan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang cukup
tinggi, serta masalah defisitnya keuangan PLN yang dikeluarkan sebagai biaya
:/
sewa mesin untuk mengatasi mesin yang usia tua dan rusak (Antaranews,
tp
2014).
ht
menurun, yaitu dari 49,76 persen pada Agustus 2011 menjadi 45,19 persen
d
pada Februari 2015. Hal tersebut berarti bahwa kualitas pekerja di Indonesia
.i
masih cukup rendah. Rendahnya kualitas pekerja ini dapat berakibat pada
o
produktivitas tenaga kerja yang kurang memuaskan. Rendahnya tingkat
pendidikan tenaga kerja ini masih terus menjadi masalah utama di Indonesia.
.g
Hal ini menjadi perhatian pemerintah untuk meningkatkan SDM supaya lebih
ps
berkualitas.
persentase yang paling kecil, yaitu di bawah 3 persen selama tahun 2011-
/w
60
49,76 48,96 47,72 47,07 45,19
50
40 SDkebawah
2015
Lapangan Pekerjaan 2011 r 2012 r 2013 r 2014
(Feb)
d
G. Perdagangan Besar dan Eceran;
18,11 18,42 18,61 18,27 18,67
.i
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
H. Transportasi dan Pergudangan 4,22 4,08 4,10 4,02 3,83
o
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum .g
3,36 3,36 3,76 4,20 4,22
ps
J. Informasi dan Komunikasi 0,52 0,48 0,48 0,50 0,50
O. Administrasi Pemerintahan,Pertahanan
3,57 3,19 3,24 3,20 3,34
dan Jaminan Sosial Wajib
/w
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,08 1,10 1,14 1,16 1,28
tp
Upah Pekerja
d
produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu upah minimum disajikan
.i
dalam Upah Minimum Provinsi (UMP). UMP ditetapkan dan diumumkan oleh
o
masing-masing gubernur secara serentak setiap tanggal 1 November.
.g
Tuntutan keinginan pekerja untuk menaikkan UMP dan UMK tahun 2015
dinilai wajar karena memamng Kebutuhan Hidup Layak (KHL) juga meningkat
ps
setiap tahunnya. Tidak terpaut jauh antara UMP dan KHL menunjukkan bahwa
pimpinan daerah telah membuktikan komitmennya untuk meningkatkan
.b
Indonesia. Setiap daerah memiliki kenaikan UMP dan UMK yang berbeda-beda
w
pada tahun 2015 dibanding UMP dan UMK tahun 2014. Kenaikan UMP dan
/w
UMP tertinggi pada tahun 2015 adalah Provinsi DKI Jakarta, yaitu sebesar
:/
Tabel 10.7. Rata-Rata UMP, KHL dan Pertumbuhan UMP (ribu rupiah),
ht
Tahun 2006–2015
(Diolah dari Sakernas Agustus)
Pertumbuhan
Tahun Rata-Rata UMP Rata-Rata KHL
UMP
2006 602,70 719,83 18,71
2007 673,26 766,35 11,71
2008 743,17 849,18 10,38
2009 841,53 1 010,37 13,24
2010 908,82 1 068,40 8,00
2011 988,83 1 123,74 8,80
2012 1 088,90 1 299,69 10,12
2013 1 355,33 r 1 478,63 r 24,47 r
2014 1 579,56 r 1 667,90 r 16,54 r
2015 1 776,17 1 821,72 12,45
Catatan : r Angka diperbaiki
Sumber : Kementrian Ketenagakerjaan
KHL di DKI Jakarta pada tahun 2015, yaitu sebesar Rp2.538.000,-. Namun
provinsi yang mengalami peningkatan UMP 2015 tertinggi adalah Provinsi
Bangka Belitung, yaitu sebesar 28,05 persen. Pada tahun 2014, UMP Provinsi
Bangka Belitung sebesar Rp1.640.000,- meningkat menjadi Rp2.100.000,- pada
tahun 2015. Peningkatan UMP di Bangka Belitung tersebut juga menyesuaikan
peningkatan KHL Bangka Belitung tahun 2015 yang mencapai 15,49 persen.
d
sehari-hari yang dibutuhkan oleh seorang pekerja lajang selama satu bulan.
.i
Secara khusus, dari KHL yang ditetapkan oleh masing-masing provinsi masih
terdapat delapan provinsi yang memiliki UMP 2015 di bawah standar hidup
o
layak, yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan
.g
Tengah, Gorontalo, Sulawesi barat, Maluku, Maluku Utara, dan Papua.
ps
Rata-rata upah untuk daerah perkotaan selalu lebih tinggi dibandingkan
dengan rata-rata upah untuk daerah perdesaan. Menurut Munshi dan
.b
Rosenzweig (2013), salah satu alasan upah perkotaan lebih tinggi daripada upah
perdesaan adalah perbedaan biaya hidup di daerah perkotaan dan perdesaan.
w
lebih dari Rp 999.000,-. Persentase pekerja yang menerima upah lebih dari
tp
Rp 999.000,- pada tahun 2013 ada sekitar 60,94 persen atau meningkat di
banding tahun 2012, namun di tahun 2014 menjadi 60,50 persen dan terus
ht
menurun hingga 58,62 persen pada Februari 2015. Penurunan terjadi pada
pekerja yang menerima upah antara Rp 600.000 – Rp 999.999, yaitu dari
23,54 persen pada Agustus 2012 menjadi 17,45 persen pada Februari 2014.
Peningkatan kesejahteraan pekerja semakin terlihat, dimana persentase
pekerja dengan upah rendah atau di bawah Rp 200.000 semakin menurun dari
tahun ke tahun.
Jika dilihat dari sisi perbedaan jenis kelamin, rata-rata upah yang
diterima pekerja laki-laki selalu lebih tinggi dibandingkan rata-rata upah yang
diterima pekerja perempuan. Walaupun rata-rata upah yang diterima pekerja
d
laki-laki dan perempuan terus mengalami peningkatan setiap tahun. Pada
.i
Februari 2015 rata-rata upah yang diterima pekerja laki-laki meningkat sekitar
o
1,88 persen dibanding Agustus 2014 dan kenaikan pekerja perempuan lebih
.g
tinggi yaitu sekitar 2,36 persen. Namun rata-rata upah pekerja laki-laki sudah
mencapai Rp 1,90 juta sedangkan pekerja perempuan baru mencapai Rp 1,52
ps
juta.
.b
Tahun 2012–2015
(Diolah dari Sakernas Februari dan Agustus)
w
Upah (Rp)
/w
Rata- Rata
Daerah Tempat Tinggal 200 000 - 600 000 -
< 200 000 > 999 999 Upah (Rp)
599 999 999 999
:/
Tahun 2012 r
tp
d
65,12 persen. Untuk pekerja laki-laki yang menerima upah kurang dari dan sama
.i
dengan Rp999.999 cenderung terus menurun selama tahun 2012-2014.
o
Sementara itu, berdasarkan distribusi upah, persentase pekerja
.g
perempuan dengan upah antara Rp 200.000–Rp 999.999 pada tahun 2013
cenderung menurun, sementara persentase pekerja perempuan yang
ps
menerima upah lebih dari Rp 999.999 meningkat. Sebaliknya yang terjadi di
.b
Tabel 10.9. Distribusi Pekerja Menurut Upah dan Jenis Kelamin1 (persen),
w
Tahun 2012–2015
w
Rata- Rata
Jenis Kelamin 200 000 - 600 000 -
< 200 000 > 999 999 Upah (Rp)
599 999 999 999
:/
Tahun 2012 r
tp
d
angkatan kerja di Indonesia. Jika jumlah kesempatan kerja lebih kecil dari jumlah
.i
angkatan kerja, pengangguran akan lebih banyak terjadi. Dengan demikian
o
pembangunan ekonomi, diharapkan mampu menciptakan kesempatan kerja
yang lebih luas.
.g
ps
Tabel 10.10. Elastisitas Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan,
.b
Tahun 2012–2014
Rata-Rata Laju Elastisitas
w
Kerja
PDB (%) Kerja (%)
/w
d
pertambangan dan penggalian sebesar 1 persen, akan mengurangi 4,64 persen
.i
ketersediaan lapangan pekerjaan.
o
Di sisi lain, kategori lapangan usaha yang memiliki nilai elastisitas
.g
kesempatan kerja tertinggi adalah lapangan usaha pengadaan air, pengelolaan
sampah, limbah, dan daur ulang. Angka elastisitas pada lapangan usaha
ps
tersebut adalah 4,89 persen, artinya setiap peningkatan satu persen PDB pada
kategori lapangan usaha pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan
.b
serta real estate memiliki elastisitas masing-masing sebesar 2,03 persen dan
w
1,94 persen, sedangkan untuk kategori lapangan usaha yang lainnya memiliki
elastisitas di bawah 1 persen.
/w
:/
yang digambarkan dengan hasil output untuk setiap pekerja. Produktivitas ini
juga menjadi salah satu perhatian pemerintah yang tercantum dalam agenda
keenam Nawa Cita. Agenda tersebut berbunyi meningkatkan produktivitas
rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa
maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya. Namun, MS Hidayat,
Menteri Perindustrian, mengatakan bahwa produktivitas tenaga kerja Indonesia
masih berada di bawah rata-rata negara ASEAN, bahkan produktivitas tenaga
kerja Indonesia masih berada jauh di bawah tiga negara kompetitor utama,
yaitu Singapura, Malaysia, dan Thailand (Okezone,2014).
Tabel 10.11. Produktivitas Menurut Provinsi dan Komoditas (juta rupiah per pekerja),
Tahun 2011– 2013
(Diolah dari Sakernas Agustus dan Statistik Indonesia)
d
2011 2012 2013
.i
Propinsi
Dengan Tanpa Dengan Tanpa Dengan Tanpa
o
Migas Migas Migas Migas Migas Migas
Aceh
Sumatera Utara
48,89
56,82
41,03
56,39 .g
52,57
59,70
44,64
59,31
55,92
66,42
48,36
66,00
ps
Sumatera Barat 48,24 48,24 52,83 52,83 61,67 61,67
Riau 179,00 109,67 195,46 123,53 210,62 137,38
Jambi 45,50 37,85 50,56 43,03 61,23 52,85
.b
Rp 100 juta per pekerja adalah Provinsi DKI Jakarta (Rp 227,72 juta), diikuti
Kalimantan Timur (Rp 169,69 juta), selanjutnya Provinsi Riau (Rp 123,53 juta)
serta Kepulauan Riau (Rp 105,88 juta).
d
sejak tahun 2011-2014 adalah Real Estate. Produktivitas tenaga kerja pada
.i
lapangan usaha tersebut telah mencapai lebih dari satu miliar rupiah per
o
pekerja. Tingginya produktivitas pada lapangan usaha Real Estate disebabkan
.g
karena tingginya PDB pada lapangan usaha tersebut, tetapi jumlah pekerjanya
ps
Tabel 10.12. Produktivitas Menurut Lapangan Pekerjaan (juta rupiah per pekerja),
Tahun 2011–2014
.b
sedikit. Distribusi pada lapangan usaha tersebut tidak pernah mencapai satu
persen. Tingginya produktivitas pekerja juga disebabkan oleh tingginya kualitas
pekerja pada lapangan usaha tersebut. Sebagian besar pekerja pada lapangan
usaha Real Estate berpendidikan SMA/sederajat. Selain itu, prospek sektor
real estate Indonesia terutama Ibukota Jakarta telah mendapat rekomendasi
dari Lembaga Analis Dunia seperti Urban Land Institute dan Pricewater House
Cooper di tahun 2013 ini menempatkan Jakarta sebagai kota yang paling
prospek untuk investasi di wilayah Asia Pasifik. Namun demikian, selama tahun
2011-2014, produktivitas tenaga kerja pada lapangan usaha tersebut menurun
dari Rp 1.237,47 juta per pekerja pada tahun 2011 menjadi Rp 1.104,29 juta
per pekerja pada tahun 2014.
d
kerja pada lapangan usaha tersebut selama tahun 2011-2014 berfluktuasi,
.i
yaitu dari Rp 22,74 juta per pekerja pada tahun 2011, turun menjadi Rp 21,45
juta per pekerja pada tahun 2012, kemudian sedikit meningkat menjadi Rp
o
21,48 juta pada tahun 2013, dan kembali meningkat menjadi Rp 25,22 juta per
pekerja pada tahun 2014. .g
ps
Secara umum, sektor informal adalah suatu sektor yang bercirikan skala
w
kecil dari sisi modal maupun tenaga kerja. Secara khusus, pekerja formal dan
w
2015
Status Pekerjaan 2011 r 2012 r 2013 r 2014
(Februari)
Formal 45,25 46,42 46,97 46,76 48,15
Informal 54,75 53,58 53,03 53,24 51,85
Catatan : r Data 2011-2013 direvisi disesuaikan dengan angka proyeksi pertumbuhan penduduk yang terbaru
d
48,15 persen pada Februari tahun 2015. Sebaliknya, selama tahun 2011-2013,
.i
persentase pekerja sektor informal terus menurun, yaitu dari 54,75 persen
o
(2011) menjadi 53,58 persen (2012) dan menurun lagi menjadi 53,03 persen
.g
pada tahun 2013. Namun pada tahun 2014, persentase pekerja sektor informal
meningkat menjadi 53,24 persen, dan kembali menurun menjadi 51,85 persen
ps
pada Februari 2015.
jaminan hari tua dan lainnya. Dengan tidak adanya aspek perlindungan
w
tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Bagi Tenaga Kerja
Yang Melakukan Pekerjaan Di Luar Hubungan Kerja. Jaminan Sosial bagi tenaga
tp
60
54,75
53,58 53,03 53,24
55 51,85
50
Formal
45 48,15 Informal
46,42 46,97 46,76
45,25
40
35
2011 2012 2013 2014 2015
Gambar 10.4. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status
Pekerjaan, Tahun 2011–2015
Penutup
ht
tp
:/
/w
w
w
.b
ps
.g
o.i
d
Penutup
I
MF dalam World Economic Outlook (WEO) memperkirakan bahwa
perekonomian dunia optimis akan dapat tumbuh sebesar 3,6 persen pada
tahun 2014, tetapi ternyata perekonomian dunia hanya mampu tumbuh
sebesar 3,4 persen. Pertumbuhan ekonomi yang tidak sesuai target
disebabkan karena ketidakmerataannya pertumbuhan ekonomi di antara
negara-negara berkembang dan negara maju. Meningkatnya pertumbuhan
ekonomi yang terjadi di negara-negara maju tidak diikuti dengan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang.
d
mencapai 5,7 persen berdasarkan RAPBN Perubahan 2015, sementara Bank
.i
Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2 persen.
o
Pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung stabil dan akan meningkat di
.g
tahun 2016 yang diperkirakan mencapai 5,5 persen (Ahya Ichsan, ekonom
Bank Dunia).
ps
Perkembangan berbagai indikator ekonomi global juga berpengaruh
.b
pada kondisi ekonomi makro domestik di tahun 2014 selain itu berdampak
pada APBN. Beberapa target yang telah ditetapkan dalam APBN menunjukkan
w
2014.
/w
d
Rp 643,36 triliun, terjadi sedikit peningkatan dibanding target APBN 2015. Sejak
.i
tahun 2015 didalam APBN disediakan pos anggaran baru untuk dana desa,
dimana pada APBN 2015 ditargetkan sebesar Rp 9,07 triliun, oleh pemerintahan
o
baru dilakukan perubahan dalam RAPBNP 2015 menjadi Rp 20,77 triliun.
.g
Dilihat dari sisi PDB Penggunaan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
ps
tahun 2013 yang tercatat sebesar 5,78 persen didukung oleh semua komponen,
yaitu Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga tumbuh sebesar 5,28
.b
sebesar 5,30 persen dan Komponen Impor tumbuh sebesar 1,21 persen.
/w
Lautan yang begitu luas dengan kekayaan alam yang melimpah sungguh
suatu sumber daya alam yang harus dilindungi agar kekayaan tersebut dapat
benar-benar menjadi sumber kehidupan masyarakat pantai/pesisir sepanjang
tahun. Namun fasilitas yang dimiliki Indonesia untuk mengawasi perairan yang
sangat luas tersebut belum cukup memadai. Salah satu permasalahan yang
berkaitan dengan kedaulatan Indonesia, seperti illegal fishing yang kerap terjadi
di perairan Indonesia.
d
Penghitungan inflasi inti dan non inti berdasarkan dari IHK yang disajikan
.i
dengan menggunakan tahun dasar 2012=100, dimana jumlah paket komoditas
o
inflasi inti sebanyak 751 komoditas, sementara untuk inflasi harga diatur
.g
pemerintah dan inflasi bergejolak masing-masing sebanyak 23 komoditas dan 85
komoditas. Pada tahun 2014 inflasi inti mencapai 4,93 persen yang menyumbang
ps
sebesar 0,60 persen. Sedangkan untuk inflasi bergejolak masih cukup tinggi
walaupun mengalami penurunan yaitu sebesar 10,88 persen yang menyumbang
.b
sebesar 0,64 persen terhadap inflasi umum. Selanjutnya, Inflasi non inti untuk
komponen harga yang diatur pemerintah, pada tahun 2014 mengalami inflasi
w
yang sangat signifikan sekali, yaitu mencapai 17,57 persen, dan memberikan
w
Tahun 2014, capaian inflasi umum mencapai 8,36 persen sedikit lebih
rendah dibandingkan dengan tahun 2013. Angka inflasi tahun 2014 jauh dari
:/
yang dipatok sebesar 5,3 persen. Namun demikian, capaian inflasi tersebut
sudah sesuai dengan harapan dari proyeksi pemerintah dan BI yang memang
ht
d
baku mencapai US$ 136,21 miliar, terjadi penurunan sekitar 4,05 persen dari
.i
nilai impor bahan baku tahun sebelumnya. Kontribusi impor bahan baku
terhadap total nilai impor Indonesia sebesar 76,44 persen, dan sisanya adalah
o
impor barang modal dan barang konsumsi.
.g
Sebagian besar impor Indonesia di pasok dari Negara Tiongkok sebesar
ps
US$ 60,62 miliar, diikuti Singapura sebesar US$ 25,18 miliar dan Jepang sebesar
US$ 17,01 miliar. Walaupun nilai impor sudah menurun namun masih cukup
.b
2015 sebesar 4,4 persen dibanding tahun 2014 dan nilainya diperkirakan
mencapai US$ 192,50 miliar. Untuk mencapai target tersebut Kementerian
:/
restrukturisasi dan akan fokus pada penguatan industri dalam jangka pendek
guna memastikan akan ketersediaan bahan baku untuk mencukupi kebutuhan
ht
industri di dalam negeri yang berorientasi ekspor. Selain itu pemerintah juga
menugaskan duta besar sebagai promotor dan pemasar produk nasional.
d
yang sudah jatuh tempo dalam bentuk dolar pada pertengahan tahun serta
.i
terjadinya defisit neraca perdagangan Indonesia yang cukup signifikan.
o
BI Rate merupakan suku bunga sinyaling dalam rangka pencapaian
.g
sasaran inflasi jangka menengah panjang melalui pengelolaan likuiditas di
pasar uang (SBI dan PUAB), yang diumumkan oleh BI secara periodik untuk
ps
jangka waktu tertentu. Di awal tahun 2014 tercatat BI rate sebesar 7,50
persen hingga berlanjut pada bulan Oktober. Pada bulan November 2014 BI
.b
Rate dinaikkan ke level 7,75 persen dengan total kenaikan sebesar 25 bps. BI
mempertahankan BI rate pada level 7,75 persen hingga Desember 2014.
w
pada Januari 2014, bunga SBI berada pada level 7,23 persen dan mampu
tp
menyerap Rp 91,45 triliun uang yang beredar di masyarakat, namun suku bunga
SBI dan volume serapannya justru bergerak menurun. Tingkat suku bunga SBI pada
ht
Mei 2014 sebesar 7,15 persen dengan volume serapan sebesar Rp 114,34 triliun
yang merupakan tingkat serapan tertinggi selama tahun 2014. Namun pada bulan
Desember 2014 SBI kembali turun ke posisi 6,90 persen dengan volume sebesar
Rp 88,90 triliun.
realisasi dari investasi asing yang masuk ke Indonesia sebesar Rp 270,4 triliun
masih dibawah dari target pemerintah yang mematok sebesar Rp 272,6 triliun.
Walaupun investasi PMA pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 22,35
persen dibanding tahun 2012, sedangkan investasi PMDN mencapai Rp 128,2
triliun atau naik sebesar 39,05 persen dan nilai investasi tersebut jauh di atas
target pemerintah yang mematok sebesar Rp 117,7 triliun.
Hal sebaliknya terjadi pada tahun 2014, dimana realisasi PMDN tercatat
di bawah target yang ditetapkan, namun secara keseluruhan investasi di
tahun 2014 masih malampaui target. Realisasi investasi tahun 2014 mencapai
Rp 463,1 triliun atau tumbuh 16,18 persen dibandingkan tahun 2013. PMA
berperan dominan sebesar 66,29 persen, sementara PMDN berperan 33,71
persen terhadap total investasi 2014. Jika dilihat kontribusi dari PMA dan
PMDN terhadap total investasi di Indonesia, diketahui bahwa PMA masih
berperan besar terhadap investasi di Indonesia dengan kontribusi lebih dari 60
d
persen setiap tahunnya.
.i
Pariwisata menjadi salah satu sektor prioritas pendorong ekonomi dalam
o
pemerintahan Jokowi-JK. Dalam RPJMN 2015-2019, pemerintah menetapkan
.g
target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) hingga 20 juta orang
pada tahun 2019. Sebenarnya, Indonesia memiliki banyak lokasi wisata alam
ps
yang menyimpan daya tarik wisata yang sangat beragam, unik, dan menarik.
Namun konektivitas yang belum menyeluruh sebagai akibat ketimpangan
.b
8,04 juta orang, meningkat menjadi 8,80 juta orang pada tahun 2013. Jumlah
/w
wisman yang datang terus meningkat sampai tahun 2014 hingga mencapai
9,44 juta orang atau meningkat 7,19 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
:/
Jumlah kunjungan wisman ke Indonesia tahun 2014 sudah melebihi target yang
tp
pariwisata tahun 2014 menjadi modal positif dalam rangka mencapai target di
tahun 2015.
d
mengingat akan segera diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
.i
yang membuat arus tenaga kerja asing bebas masuk ke Indonesia. Untuk
mengantisipasi dampak negatif dari penerapan MEA, tenaga kerja Indonesia
o
harus memiliki standar yang tinggi dan mampu bersaing dengan tenaga kerja
asing yang masuk ke dalam negeri. .g
ps
Salah satu indikator ketenagakerjaan adalah TPAK yang berguna untuk
mengetahui besarnya persentase penduduk usia kerja yang berpotensi untuk
.b
Kemudian jika dilihat dari sisi tempat tinggal, TPAK di perdesaan lebih besar
w
dibandingkan di perkotaan.
:/
selama tahun 2012-2014, dari sebesar 6,17 persen pada tahun 2012, turun
menjadi 5,94 persen tahun 2012. Tahun 2013, TPT kembali mengalami
penurunan menjadi 5,81 persen. Penururnan TPT tahun 2014 sebanding
dengan jumlah pengangguran yang semakin menurun.
d
bisa menjawab tantangan persaingan dengan negara lain selain itu mampu
.i
mengatasi kesenjangan serta mempercepat terwujutnya kemandirian ekonomi
melalui pengembangankan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), karena
o
UMKM terbukti lebih tahan terhadap krisis ekonomi. Hal ini diperlukan adanya
.g
kerjasama dengan semua pihak baik pemerintah dengan swasta serta dengan
masyarakat.
ps
juga perlu untuk menjaga iklim investasi. Kepastian hukum terutama dalam
w
dunia usaha juga sangat diperlukan. Pertumbuhan ekonomi saat ini yang lebih
mengedepankan growth dari pada peluasan kesempatan kerja seharusnya
/w
penyusunan program dan kebijakan yang terkait dengan target dan sasaran
tp
d
Bank Indonesia. 2015. Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerja Sama Internasional
Triwulan IV - 2014. Jakarta : BI
.i
Bank Indonesia. 2015. Laporan Perekonomian Indonesia 2014. Jakarta : BI
o
Bank Indonesia, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI), berbagai edisi
BPS, Berita Resmi Statistik berbagai edisi 2014 dan 2015
.g
BPS, Indikator Ekonomi berbagai edisi 2014
BPS, Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi berbagai edisi 2014, Jakarta
ps
BPS, Statistik Indonesia 2015
Branch, Kathryn. 1994. Are women worth as much as men?: Employment inequities,
.b
gender roles, and public policy. Duke Journal Of Gender Law & Policy, Vol.1
No.119.
w
Bloom, David E. dan Richard B. Freeman. 1986. The effects of rapid Population Growth
on Labor Supply, and Employment in Developing Countries. Population and
w
European Comission. 2013.Tackling the gender pay gap in the european union.
Luxembourg: Publications Office of the European Union.
IMF. 2014. World Economic Outlook October 2014 Legacies, Clouds, Uncertainties.
:/
Washington : IMF
tp
IMF. 2015. World Economic Outlook Update January 2014 Cross Currents. Washington
: IMF
IMF. 2015. World Economic Outlook April 2015 Uneven Growth: Short- and Long-Term
ht
d
untuk.45.Negara
http://www.kemenkeu.go.id/Berita/peringkat-34-dari-144-negara-indeks-daya-saing-
.i
indonesia-kembali-meningkat
o
http://economy.okezone.com/read/2015/04/29/20/1141826/bi-sebut-2014-jadi-
tahun-terberat-untuk-ekonomi-ri
.g
http://economy.okezone.com/read/2015/01/12/20/1091244/tantangan-eksternal-
ekonomi-indonesia-di-2015
ps
http://www.kemenkeu.go.id/Berita/pelemahan-ekonomi-global-dan-inflasi-
tantangan-perekonomian-indonesia-2015
.b
http://swa.co.id/business-research/tahun-2015-ekonomi-indonesia-hadapi-
tantangan-berat
w
http://setkab.go.id/peluang-dan-tantangan-ekonomi-2015/
http://www.adb.org/id/news/adb-president-praises-indonesias-reform-progress-
w
highlights-need-action-economic-challenges
/w
http://www.tribunnews.com/travel/2014/11/13/daya-saing-wisata-indonesia-
tempati-peringkat-ke-70-dari-140-negara
:/
tp
ht
LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2015
d
.i
Pengolahan Data/Penyiapan Draft : Chairul Anam
o
Desain/layout : Chairul Anam
.g
Zulhan Rudyansyah
ps
Kontributor Data : - Direktorat Neraca Produksi
- Direktorat Neraca Pengeluaran
.b
Pariwisata
/w
DATA
.b
w
w
MENCERDASKAN BANGSA
w
: //
tp
ht
ISSN 1858-0963
BADAN PUSAT STATISTIK
Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710
Telp : (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax : (021) 3857046,
E-mail : bpshq@bps.go.id Homepage : http://www.bps.go.id BADAN PUSAT STATISTIK
9 771 858 096354
cmyk