Anda di halaman 1dari 35

A.

Kejayaan Islam pada Masa Bani Umayyah


Daulat Bani Umayyah mengambil nama keturunan dari Umayyah ibnu
abdi Syams ibn abdi Manaf. Dia seorang yang terkemuka dalam persukuan
Quraisy di zaman jahiliyah, bergandingan dengan pamannya Hasyim ibnu Abdi
Manaf. Diantara Umayyah dengan Hasyim adalah dua sosok yang paling keras
dalam merebut kedudukan kalangan Quraisy.
Dinasti Umayyah berdiri pada tahun 661 M s.d 750 M. Meskipun dinasti
ini kurang dari satu abad, tetapi pencapaian ekspansi sangat luas. Ekspansi ke
negeri – negeri yang sangat jauh dari pusat kekuasaan islam dilakukan dalam
waktu kurang dari setengah abad. Ini tentunya merupakan kemenangan yang
sangat menakjubkan dari suatu bangsa yang sebelumnya tidak pernah
mempunyai pengalaman politik yang memadai.
Pendirian dinasti ini, berawal dari masalah tahkim yang menyebabkan
perpecahan dikalangan pengikut Ali, yang berakhir dengan kematiannya.
Sepeninggalan Ali itu sebenarnya masyarakat secara beramai – ramai membaiat
Hasan putra Ali untuk menjadi khalifah. Tetapi Hasan memang kurang berminat
untuk menjadi Khalifah. Karena itu setelah Hasan berkuasa dalam beberapa
bulan, Mu’awiyah meminta agar jabatan khalifah diberikan kepadanya, Hasan
kemudian menyetujui permintaan tersebut dan memberikan beberapa
persyaratan kepada Mu’awiyah. Dengan demikian jabatan Khalifah
dilimpahkan secara penuh kepada Mu’awiyah. Peristiwa ini kemudian dikenal
dengan istilah amul jama’ah, atau tahun persatuan umat islam. Sejak itulah
Mu’awiyah resmi menjadi kholifah baru umat islam yang berpusat di
Damaskus. Adapun syarat yang di kemukakan oleh Hasan adalah jaminan
hidup, dan ketika Mu’awiyah meninggal supaya jabatan itu diserahkan kembali
kepadanya.
Langkah awal yang diambil oleh Mu’awiyah adalah memindahkan pusat
pemerintahan dari Madinah ke Damaskus. Hal ini dapat dimaklumi karena jika
dianalisa setidaknya ada 2 faktor yang mempengaruhi, yaitu di Madinah sebagai
pusat pemerintahan khulafaurrasyidin sebelumnya, masih terdapat sisa – sisa
kelompok yang antipati terhadapnya. Sedangkan di Damaskus pengaruhnya
telah menciptakan nilai simpatik masyarakat, basis kekuatannya cukup kuat.
Kemudian, Mu’awiyah melakukan penggantian sistem kekhalifahan
kepada sistem kerajaan (Monarchi absolut). Sehingga pergantian pemimpin
dilakukan berdasarkan garis keturunan (monarchi heridetis), bukan atas dasar
demokrasi sebagaimana yang terjadi di zaman sebelumnya. Model
pemerintahan yang di tetapkan oleh Mu’awiyah ini banyak di ambil dari model
pemerintahan Byzantium. Karena Syiria pernah dikuasai Byzantium selama
kurang lebih 500 tahun sampai kedatangan islam, sedang Damaskus menjadi
pusat pemerintahannya.

Maharani Dyah Pertiwi


1
Pada masa Mu’awiyah mulai diadakan perubahan – perubahan
administrasi pemerintah, dibentuk pasukan bertombak pengawal raja dan
dibangun bagian khusus di dalam masjid untuk pengamanan tatkala dia
menjalankan shalat. Mu’awiyah juga memperkenalkan materai resmi untuk
pengiriman memorandum yang berasal dari Khalifah. Para sejarawan
mengatakan bahwa di dalam sejarah Islam, Mu’awiyah lah yang pertama – tama
mendirikan balai–balai pendaftaran dan menaruh perhatian atas jawatan pos,
yang tidak lama kemudian berkembang menjadi suatu susunan teratur, yang
menghubungkan berbagai bagian negara.

Pada masa Bani Umayyah dibentuk semacam dewan sekertaris negara


(Diwan al-kitabah) untuk mengurus berbagai urusan pemerintahan, yang terdiri
dari lima orang sekertaris yaitu: katib ar – Rasail, katib al – Kharraj, katib al –
Jund, katib asy – Syurtah dan katib al – Qodi. Untuk mengurusi administrasi
pemerintahan di daerah, diangkat seorang Amir al – Umara (Gubernur jenderal)
yang membawahi beberapa “amir” sebagai penguasa suatu wilayah.

Dinasti Umayyah yang ibukota pemerintahannya di Damaskus, berlangsung


selama 91 tahun dan diperintah oleh 14 orang khalifah, mereka itu ialah :

NO Nama Khalifah Tahun Pemerintahan

1. Mu’awiyah ibn Abi Sufyan 661 – 680

2. Yazid ibn Mu’awiyah 680 - 683

3. Mu’awiyah II ibn Yazid 683

4. Marwan ibn hakam 683 – 685

5. Abdul malik ibn Marwan 685 – 705

6. Walid ibn Abdul Malik 705 – 715

7. Sulaiman ibn Abdul malik 715 – 717

8. ‘Umar ibn Abdul ‘Aziz 717 – 720

9. Yazid II ibn Abdul Malik 720 – 724

Maharani Dyah Pertiwi


2
10. Hisyam ibn Abdul Malik 724 – 743)

11. Walid ibn Yazid ibn Abdul Malik 743 – 744

12. Yazid III ibn Walid ibn Abdul Malik 744

13. Ibrahim 744

Marwan II ibn Muhammad ibn Marwan ibn


14. 744 – 750
Hakam

Pada masa Abdul Malik ibn Marwan, jalannya pemerintahan ditentukan oleh
empat departemen pokok (Diwan). Ke empat departemen (kementrian) itu ialah
:

1. Kementrian pajak tanah (diwan al – kharraj) yang tugasnya mengawasi


departemen keuangan.
2. Kementrian khatam (diwan al – khatam) yang bertugas merancang dan
mengesahkan ordonasi pemerintah. Sebagaimana masa Mu’awiyah telah
diperkenalkan materai resmi untuk memorandumdari Kholifah, maka setiap
tiruan dari memorandum itu dibuat kemudian ditembus dengan benang,
disegel dengan lilin, yang akhirnya dipres dengan segel kantor.
3. Kementrian surat menyurat (diwan al – rasail), dipercayakan untuk
mengontrol permasalahan di daerah – daerah dan semua komunikasi dari
gebernur – gubernur.
4. Kementrian urusan perpajakan (diwan al mustagallat)
Bahasa administrasi yang berasal dari bahasa Yunani dan Persia diubah
dalam bahasa Arab dimulai dari Abdul Malik pada tahun 85 / 704.
Dilihat dari perkembangan kepemimpinan ke – 14 Khalifah tersebut, maka
periode Bani Umayyah dapat dibagi menjadi 3 masa : permulaan, kejayaan dan
keruntuhan. Masa permulaan ditandai dengan usaha–usaha Mu’awiyah
meletakkan dasar – dasar pemerintahan dan orientasi kekuasaan; pembunuhan
terhadap Husain ibn Ali, perampasan kota Madinah, penyerbuan kota Makkah
pada masa Yazid I, dan perselisihan antara suku – suku Arab pada masa
Mu’awiyah II.

Kejayaan Bani Umayyah dimulai pada masa pemerintahan Abdul Malik.


Dia dianggap sebagai pendiri daulah Bani Umayyah ke dua. Karena mampu
mencegah disintegrasi yang telah terjadi sejak pada masa Marwan. Sebagai
seorang ahli tatanegara dan administrator ulung, Abdul Malik berhasil
Maharani Dyah Pertiwi
3
menyempurnakan administrasi pemerintah Bani Umayyah. Masa penggantinya,
Walid I merupakan periode kemenangan, kemakmuran dan kejayaan. Negara
islam meluas ke daerah barat dan timur, beban hidup masyarakat mulai ringan,
pembangunan kota dan gedung – gedung umum seperti masjid dan perkantoran
mendapat perhatian yang cukup serius.

Kejayaan Bani Umayyah berakhir pada masa pemerintahan Umar ibn


Aziz (umar II). Dia terpelajar dan taat beragama. Dia juga pelopor penyebaran
agama islam. Beberapa sejarawan mengatakan bahwa pemerintahannya
termasyhur seperti halnya pemerintahan orthodox yaitu pemerintahan Abu
Bakar dan Umar. Akan tetapi pemerintahanya hanya bertahan selama 2 tahun
5 bulan.

Sepeninggalan Umar II kekhalifahan mulai melemah dan akhirnya


hancur. Para Khalifah pengganti Umar II selalu mengorbankan kepentingan
umum untuk kesenangan pribadi. Perselisihan diantara putera mahkota, serta
antara pemimpin daerah merupakan sebab – sebab lain yang menyebabkan
kehancuran kekuasaan Bani Umayyah. Abu al Abbas mengadakan kerjasama
dengan Kaum Syiah. Pada tahun 750 M pertempuran terakhir antara pasukan
Abbasiah yang dipimpin Abu Muslim al – Khurasani dan pasukan Mu’awiyah
terjadi di Irak. Yang mana waktu itu kepemimpinan Bani Umayyah dipegang
oleh Marwan II. Tidak lama kemudian Damaskus jatuh ke tangan kekuasaan
Bani Abbas.
Runtuhnya Bani Umayyah di Damaskus dimulai dari Khalifah Yazid II sampai
khalifah Marwan II. Disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:

1. Perselisihan antar putra mahkota.


2. Permusuhan antar suku-suku Arab yang dihidupkan lagi setelah kematian
Yazid II.
3. Beberapa Khalifah memanjakan diri dengan kemewahan.
4. Beberapa Khalifah bersikap tidak adil terhadap warga negara sehingga
menjadi kecewa dan ingin dibebaskan diri dari mereka.
5. Keadaan pertanian hancur dan perbandaharaan kosong.
6. Para menteri yang diberi kepercayaan justru mementingkan permasalahan
mereka sendiri dan menyembunyikan segala permasalahan pemerintah.
7. Gaji pasukan perang tidak dibayarkan.
8. Para musuh meminta bantuan untuk menyerang/melawan meraka, tetapi
mereka tidak mampu menyerang serangan karena pembantu sangat sedikit.
9. Penyembunyian berita-berita merupakan salah satu faktor dasar penyebab
runtuhnya kerajaan.

Maharani Dyah Pertiwi


4
B. Perkemangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Kesenian
Meskipun masa kepemimpinan Bani Umayyah di Damaskus sarat dengan
intrik politik internal maupun eksternal yang kemudian menghasilkan
perluasan wilayah Islam, namun mereka tidak melupakan perkembangan
intelektual. Berbagai perkembangan peradaban dan kebudayaan yang ada
meliputi:

1. Arsitektur
Pada masa dinasti Umayyah seni arsitektur bertumpu pada bangunan
sipil berupa kota-kota dan bangunan agama berupa masjid-masjid.
Corak bangunan yang ada pada masa ini merupakan gaya perpaduan
Persia, Romawi, dan Arab yang dijiwai semangat Islam.

Gambar 1.1 Istana Alhambra peninggalan


dari Bani Ummayah

Pembangunan yang dilakukan meliputi perbaikan kota lama dan


membangun beberapa kota baru. Damaskus yang dulunya merupakan
ibukota Kerajaan Romawi Timur di Syam pada masa sebelum Islam,
merupakan kota lama yang dibangun kembali serta dijadikan ibukota
Daulah ini. Di kota ini dibangun gedung-gedung indah, jalan-jalan dan
taman-taman rekreasi yang menakjubkan. Pada masa kekhalifahan
Walid dibangun masjid agung yang terkenal dengan nama “Masjid
Damaskus”. Arsitek pembangunan masjid ini adalah Abu Ubaidah ibn
Jarrah.

Kota Kairawan merupakan salah satu kota baru yang dibangun pada
masa ini oleh Uqbah ibn Nafi ketika ia menjabat sebagai gubernur di
wilayah ini pada masa Khalifah Mu’awiyah. Kota Kairawan dibangun
dengan gaya arsitektur Islam dan dilengkapi dengan berbagai gedung,
masjid, taman rekreasi, pangkalan militer, dsb.

Maharani Dyah Pertiwi


5
Pada masa Umawiyah ini juga dilakukan perbaikan-perbaikan
masjid tua yang ada sejak zaman Rasulullah. Khalifah Abdul Malik bin
Marwan menyediakan dana sebesar 10.000 dinar emas untuk
memperluas Masjid al-Haram yang disempurnakan pada masa khalifah
Walid.

Demikian juga dengan Masjid Nabawi, diperluas dan diperindah


dengan konstruksi Syiria di bawah pengawasan Umar ibn Abd Al- Aziz,
yang pada saat itu menjabat sebagai gubernur Madinah. Dinding masjid
ini dihiasi mozaik dan batu permata. Tiangnya dari batu marmer,
lantainya dari batu pualam, plafonnya bertahtakan emas murni,
ditambah empat buah menara.

2. Organisasi Militer
Organisasi militer pada masa Bani Umayyah terdiri dari
angkatan darat (al-jund), angkatan laut (al-bahriyah), dan angkatan
kepolisian (as-syurthah). Bala tentara pada masa ini muncul atas dasar
paksaan. Angkatan bersenjata terdiri dari orang-orang arab. Setelah
wilayah kekuasaan meluas sampai ke Afrika Utara orang luar pun
terutama bangsa Barbar turut ambil bagian dalam kemiliteran ini. Pada
masa Abd al-Malik ibn Marwan diberlakukan Undang-Undang Wajib
Militer (Nidam at-Tajdid al-Ijbari).

3. Perdagangan
Daerah kekuasaan daulah Bani Umayyah yang semakin luas
menjadikan lalu lintas perdagangan mendapat jaminan yang layak. Lalu
lintas darat melalui jalan Sutera ke Tiongkok meliputi perdagangan
sutera, keramik, obat-obatan, dan wewangian. Sedangkan lalu lintas laut
ke arah negeri-negeri belahan timur untuk mencari rempah-rempah,
bumbu, kasturi, permata, logam mulia, gading, dan bulu-buluan.
Keadaan ini membawa ibukota Basrah di teluk Persi menjadi pelabuhan
dagang yang ramai dan makmur, begitu pula Kota Aden. Perkembangan
perdagangan ini mendorong meningkatnya kemakmuran bagi Bani
Umayyah.

4. Kerajinan
Pada masa khalifah Abd Malik mulai dirintis
pembuatan tiraz (semacam bordiran), yaitu cap resmi yang dicetak pada
pakaian khalifah dan para pembesar pemerintahan. Abdul Aziz (gubernur
Mesir), mengganti formattiraz yang semula merupakan terjemahan dari
rumus Kristen menjadi rumus Islam dengan lafaz “la illaha illa Allah”.
Begitu juga seni lukis, sejak khalifah Mu’awiyah sudah mendapat

Maharani Dyah Pertiwi


6
perhatian masyarakat. Sebuah lukisan yang ditorehkan oleh khalifah
Walid I adalah lukisan berbagai gambar binatang, tetapi corak dan warna
masih bersifat Hellenisme (budaya Yunani) yang kemudian dimodifikasi
menrut cara-cara Islam. Hal ini menarik para penulis Eropa.

5. Kedokteran
Khalifah Al-Walid telah memberikan sumbangan berupa
pemisahan antara ahli tentang penyebab penyakit dengan ahli tentang
pengobatan. Khalifah Umar telah memindahkan sekolah kedokteran dari
Iskandariyah ke Antiokhia dan Harran. Khalifah Khalid ibn Yazid
memerintahkan penterjemahan buku-buku kedokteran, kimia, dan
astrologi dari bahasa Yunani dan Kopti kedalam bahasa Arab.

Gambar 1.5 Ilmu Kedokteran

6. Sejarah atau historiografi

Munculnya Ubaid bin Syarya seorang penulis sejarah dalam


bentuksirah dan maghazi dan telah menginformasikannya ke Muawiyah
tentang pemerintahan bangsa Arab dahulu dan asal usul ras mereka.

Muncul tokoh-tokoh sejarah seperti Wahab ibn Munabbih (W.728M), Kaab


Al Akhbar (W.625/654M) dan lainnya.

7. Musik dan Syair


Munculnya Said bin Miagah (W.714M) orang yang pertama kali
memasukkan nyanyian Persia dan byzantium kedalam bahasa arab.

Seni sastra berkembang dengan pesatnya, sehingga mampu menembus


ke dalam jiwa manusia dan berkedudukan tinggi di dalam masyarakat.
Sehingga syair yang muncul senantiasa menonjolkan sastranya, disamping
isinya yang sangat bermutu. Para penyair tersebut diantaranya adalah Junair
(653-733M), Al-Farazdah (641-732M), dan Imran bin Hattan. Dalam seni

Maharani Dyah Pertiwi


7
suara yang sangat berkembang adalah seni bca al-qur’an, qasidah, dan seni
musik kalinnya.

B. Kejayaan Islam pada Masa Bani Abbasyah


Masa Daulah Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering
disebut dengan istilah ‘’The Golden Age’’. Pada masa itu Umat Islam telah
mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan
kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu
pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari
bahasa asing ke bahasa Arab. Fenomena ini kemudian yang melahirkan
cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di
berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Bani Abbas mewarisi imperium besar Bani
Umayah. Hal ini memungkinkan mereka dapat mencapai hasil lebih banyak,
karena landasannya telah dipersiapkan oleh Daulah Bani Umayah yang besar.
Menjelang tumbangnya Daulah Umayah telah terjadi banyak kekacauan dalam
berbagai bidang kehidupan bernegara; terjadi kekeliruan-kekeliruan dan
kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para Khalifah dan para pembesar negara
lainnya sehingga terjadilah pelanggaran-pelanggaran terhadap ajaran Islam,
termasuk salah satunya pengucilan yang dilakukan Bani Umaiyah terhadap
kaum mawali yang menyebabkan ketidak puasan dalam diri mereka dan
akhirnya terjadi banyak kerusuhan .

Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak


masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) berkuasa. Khalifah itu
dikenal memberikan toleransi kepada berbagai kegiatan keluarga Syiah.
Keturunan Bani Hasyim dan Bani Abbas yang ditindas oleh Daulah Umayah
bergerak mencari jalan bebas, dimana mereka mendirikan gerakan rahasia untuk
menumbangkan Daulah Umayah dan membangun Daulah Abbasiyah.

Di bawah pimpinan Imam mereka Muhammad bin Ali Al-Abbasy


mereka bergerak dalam dua fase, yaitu fase sangat rahasia dan fase terang-
terangan dan pertempuran. Selama Imam Muhammad masih hidup gerakan
dilakukan sangat rahasia. Propaganda dikirim ke seluruh pelosok negara, dan
mendapat pengikut yang banyak, terutama dari golongan-golongan yang merasa
Maharani Dyah Pertiwi
8
ditindas, bahkan juga dari golongan-golongan yang pada mulanya mendukung
Daulah Umayah. Setelah Imam Muhammad meninggal dan diganti oleh
anaknya Ibrahim, pada masanya inilah bergabung seorang pemuda berdarah
Persia yang gagah berani dan cerdas dalam gerakan rahasia ini yang bernama
Abu Muslim Al-Khurasani. Semenjak masuknya Abu Muslim ke dalam gerakan
rahasia Abbasiyah ini, maka dimulailah gerakan dengan cara terang-terangan,
kemudian cara pertempuran, dan akhirnya dengan dalih ingin mengembalikan
keturunan Ali ke atas singgasana kekhalifahan, Abu Abbas pimpinan gerakan
tersebut berhasil menarik dukungan kaum Syiah dalam mengobarkan
perlawanan terhadap kekhalifahan Umayah. Abu Abbas kemudian memulai
makar dengan melakukan pembunuhan sampai tuntas semua keluarga Khalifah,
yang waktu itu dipegang oleh Khalifah Marwan II bin Muhammad. Begitu
dahsyatnya pembunuhan itu sampai Abu Abbas menyebut dirinya sang pengalir
darah atau As-Saffah. Maka bertepatan pada bulan Zulhijjah 132 H (750 M)
dengan terbunuhnya Khalifah Marwan II di Fusthath, Mesir dan maka resmilah
berdiri Daulah Abbasiyah.

Dalam peristiwa tersebut salah seorang pewaris takhta kekhalifahan


Umayah, yaitu Abdurrahman yang baru berumur 20 tahun, berhasil meloloskan
diri ke daratan Spanyol. Tokoh inilah yang kemudian berhasil menyusun
kembali kekuatan Bani Umayah di seberang lautan, yaitu di keamiran Cordova.
Di sana dia berhasil mengembalikan kejayaan kekhalifahan Umayah dengan
nama kekhalifahan Andalusia.

Pada awalnya kekhalifahan Daulah Abbasiyah menggunakan Kufah


sebagai pusat pemerintahan, dengan Abu Abbas As-Safah (750-754 M) sebagai
Khalifah pertama. Kemudian Khalifah penggantinya Abu Jakfar Al-Mansur
(754-775 M) memindahkan pusat pemerintahan ke Baghdad. Di kota Baghdad
ini kemudian akan lahir sebuah imperium besar yang akan menguasai dunia
lebih dari lima abad lamanya. Imperium ini dikenal dengan nama Daulah
Abbasiyah.

Dalam beberapa hal Daulah Abbasiyah memiliki kesamaan dan


perbedaan dengan Daulah Umayah. Seperti yang terjadi pada masa Daulah
Maharani Dyah Pertiwi
9
Umayah, misalnya, para bangsawan Daulah Abbasiyah cenderung hidup
mewah dan bergelimang harta. Mereka gemar memelihara budak belian serta
istri peliharaan (hareem). Kehidupan lebih cenderung pada kehidupan duniawi
ketimbang mengembangkan nilai-nilai agama Islam . Namun tidak dapat
disangkal sebagian khalifah memiliki selera seni yang tinggi serta taat
beragama.
1. Sistem Politik dan Pemerintahan
Khalifah pertama Bani Abbasiyah, Abdul Abbas yang sekaligus
dianggap sebagai pendiri Bani Abbas, menyebut dirinya dengan julukan Al-
Saffah yang berarti Sang Penumpah Darah. Sedangkan Khalifah Abbasiyah
kedua mengambil gelar Al-Mansur dan meletakkan dasar-dasar
pemerintahan Abbasiyah. Di bawah Abbasiyah, kekhalifahan berkembang
sebagai system politik. Dinasti ini muncul dengan bantuan orang-orang
Persia yang merasa bosan terhadap Bani Umayyah di dalam masalah sosial
dan politik diskriminastif. Khalifah-khalifah Abbasiyah yang memakai gelar
”Imam”, pemimpin masyarakat muslim bertujuan untuk menekankan arti
keagamaan kekhalifahan. Abbasiyah mencontoh tradisi Umayyah di dalam
mengumumkan lebih dari satu putra mahkota raja.
Al-Mansur dianggap sebagai pendiri kedua dari Dinasti Abbasiyah. Di masa
pemerintahannya Baghdad dibagun menjadi ibu kota Dinasti Abbasiyah dan
merupakan pusat perdagangan serta kebudayaan. Hingga Baghdad dianggap
sebagai kota terpenting di dunia pada saat itu yang kaya akan ilmu
pengetahuan dan kesenian. Hingga beberapa dekade kemudian dinasti
Abbasiyah mencapai masa kejayaan.
Ada beberapa sistem politik yang dijalankan oleh Daulah Abbasiyah, yaitu
a. Para Khalifah tetap dari keturunan Arab murni, sedangkan pejabat
lainnya diambil dari kaum mawalli.
b. Kota Bagdad dijadikan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat
kegiatan politik, ekonomi, sosial dan ataupun kebudayaan serta
terbuka untuk siapa saja, termasuk bangsa dan penganut agama lain.
c. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sesuatu yang mulia, yang
penting dan sesuatu yang harus dikembangkan.
d. Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia.

Maharani Dyah Pertiwi


10
2. Sistem Sosial
Pada masa ini, sistem sosial adalah sambungan dari masa
sebelumnya (Masa Dinasti Umaiyah). Akan tetapi, pada masa ini terjadi
beberapa perubahan yang sangat mencolok, yaitu:
a. Tampilnya kelompok mawali dalam pemerintahan serta
mendapatkan tempat yang sama dalam kedudukan social
b. Kerajaan Islam Daulah Abbasiyah terdiri dari beberapa bangsa ang
berbeda-beda (bangsa Mesir, Syam, Jazirah Arab dll.).
c. Perkawinan campur yang melahirkan darah campuran
d. Terjadinya pertukaran pendapat, sehingga muncul kebudayaan
baru .

Maharani Dyah Pertiwi


11
3. Kejayaan Daulah Abbasiyah
Masa Abbasiyah menjadi tonggak puncak peradaban Islam.
Khalifah-khalifah Bani Abbasiyah secara terbuka mempelopori
perkembangan ilmu pengetahuan dengan mendatangkan naskah-naskah
kuno dari berbagai pusat peradaban sebelumnya untuk kemudian
diterjemahkan, diadaptasi dan diterapkan di dunai Islam. Para ulama’
muslim yang ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan baik agama maupun
non agama juga muncul pada masa ini. Pesatnya perkembangan peradaban
juga didukung oleh kemajuan ekonomi imperium yang menjadi penghubung
dunua timur dan barat. Stabilitas politik yang relatif baik terutama pada
masa Abbasiyah awal ini juga menjadi pemicu kemajuan peradaban Islam.
a. Gerakan penerjemahan
Meski kegiatan penerjemahan sudah dimulai sejak Daulah
Umayyah, upaya untuk menerjemahkan dan menskrinsip berbahasa
asing terutama bahasa yunani dan Persia ke dalam bahasa arab
mengalami masa keemasan pada masa DaulahAbbasiyah. Para
ilmuandiutus ke daeah Bizantium untuk mencari naskah-naskah
yunanidalam berbagai ilmu terutama filasafat dan kedokteran.

Gambar 2.1 ilmu Filosofi dan menemukan system sirkulasi


pernafasan

Pelopor gerakan penerjemahan pada awal pemerintahan daulah


Abbasiyah adalah Khalifah Al-Mansyur yang juga membangun Ibu kota
Baghdad. Pada awal penerjemahan, naskah yang diterjemahkan
terutama dalam bidang astrologi, kimia dan kedokteran. Kemudian
naskah-naskah filsafat karya Aristoteles dan Plato juga diterjemahkan.
Dalam masa keemasan, karya yang banyak diterjemahkan tentang ilmu-

Maharani Dyah Pertiwi


12
ilmu pragmatis seperti kedokteran. Naskah astronomi dan matematika
juga diterjemahkan namun, karya-karya berupa puisi, drama, cerpen dan
sejarah jarang diterjemakan karena bidang ini dianggap kurang
bermanfa’at dan dalam hal bahasa, Arab sendiri perkembangan ilmu-
ilmu ini sudah sangat maju.
Pada masa ini, ada yang namanya Baitul hikmah yaitu
perpustakaan yang berfungsi sebagai pusat pengembagan ilmu
pengetahuan. Pada masa Harun Ar-Rasyid diganti nama menjadi
Khizanah al-Hikmah (Khazanah kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai
perpustakaan dan pusat penelitian. Pada masa Al-Ma’mun ia
dikembangkan dan diubah namanya menjadi Bait al-Hikmah, yang
dipergunakan secara lebih maju yaitu sebagai tempat penyimpanan
buku-buku kuno yang didapat dari Persia, Bizantium, dan bahkan dari
Ethiopia dan India. Direktur perpustakaannya seorang nasionalis Persia,
Sahl Ibn Harun. Di bawah kekuasaan Al-Ma’mun, lembaga ini sebagai
perpustakaan juga sebagai pusat kegiatan study dan riset astronomi dan
matematika.

b. Dalam bidang filasafat


Pada masa ini pemikiran filasafat mencakup bidang keilmuan

Gambar 2.2 Al- Kindi


mendapatgelar Filsuf
yang Arab

sangat luas seperti logika, geometri, astronomi, dan juga teologia.


Beberapa tokoh yang lahir pada masa itu, termasuk diantaranya adalah
Al-Kindi, Al-farobi, Ibnu Sina dan juga Al-Ghazali yang kita kenal

Maharani Dyah Pertiwi


13
dengan julukan Hujjatul Islam, Karyanya yang terkenal Tahafut al –
Falasifah.

Gambar 2.3 Al Ghazali bergelar


Hujjatul Islam

c. Perkembangan Ekonomi
Ekonomi imperium Abbasiyah digerakkan oleh perdagangan.
Sudah terdapat berbagai macam industri sepertikain linen di Mesir, sutra
dari Syiria dan Irak, kertas dari Samarkand, serta berbagai produk
pertanian seperti gandum dari Mesir dan kurma dari Iraq. Hasil-hasil
industri dan pertanian ini diperdagangkan ke berbagai wilayah
kekuasaan Abbasiyah dan Negara lain.

Gambar 2.3 Keadaan ekonomi

Karena industralisasi yang muncul di perkotaan ini, urbanisasi


tak dapat dibendung lagi. Selain itu, perdagangan barang tambang juga
semarak. Emas yang ditambang dari Nubia dan Sudan Barat
melambungkan perekonomian Abbasiyah.

Maharani Dyah Pertiwi


14
Perdagangan dengan wilayah-wilayah lain merupakan hal yang
sangat penting. Secara bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah,
Dinasti Tang di Cina juga mengalami masa puncak kejayaan sehingga
hubungan perdagangan antara keduanya menambah semaraknya
kegiatan perdagangan dunia.

d. Bidang Keagamaan
Di bawah kekuasaan Bani Abbasiyah, ilmu-ilmu keagamaan
mulai dikembangkan. Dalam masa inilah ilmu metode tafsir juga mulai
berkembang, terutama dua metode penafsiran, yaitu Tafsir bir Ra’i dan
Tafsir bil Ma’tsur. Dalam bidang hadits, pada masa ini hanya merupakan
penyempurnaan, pembukuan dari catatan dan hafalan para sahabat. Pada
masa ini pula dimulainya pengklasifikasian hadits, sehingga muncul
yang namanya hadits dhaif, maudlu’, shahih serta yang lainnya.

Gambar 2.4 Abu


Hanafi

Sedangkan dalam bidang hukum Islam karya pertama yang diketahui


adalah Majmu’ al Fiqh karya Zaid bin Ali (w.122 H/740 M) yang berisi
tentang fiqh Syi’ah Zaidiyah. Hakim agung yang pertama adalah Abu
Hanifah (w.150/767). Meski diangap sebagai pendiri madzhab Hanafi,
karya-karyanya sendiri tidak ada yang terselamatkan. Dua bukunya
yang berjudul Fiqh al-Akbar (terutama berisi artikel tentang keyakinan)
dan Wasiyah Abi Hanifah berisi pemikiran-pemikirannya terselamatkan
karena ditulis oleh para muridnya.
e. Bidang Matematika

Maharani Dyah Pertiwi


15
a. Umar al Farukhan :insinyur arsitek pembangunan kota Bagdad
b. Al – Khawarizmi : pengarang kitab Al – Gebra (AL Jabar) dan
penemu angka 0

Gambar 2.5 Al - Khawarizmi

f. Bidan Astronomi
a. Al Farazi : Pencipta astrolabe
b. Al Gattani / Al Betagnius
c. Abul Wafa : Menemukan jalan ketiga dari bulan
d. Al – Fargani atau Al - Fragnius

Gambar 2.6 Abul Wafa

4. Runtuhnya Daulah Abbasiyah


Tak ada gading ang tak retak. Mungkin pepatah inilah yang sangat
pas untuk dijadikan cermin atas kejayaan ang digapai bani Abbasiah.
Meskipun Daulah Abbasiyah begitu bercahaya dalam mendulang
kesuksesan dalam hampir segala bidang, namun akhirnya iapun mulai
kaku dan akhirnya runtuh. Menurut beberapa literatur, ada beberapa
sebab keruntuhan daulah Abbasyiah, yaitu:
a. Faktor Internal

Maharani Dyah Pertiwi


16
Mayoritas kholifah Abbasyiah periode akhir lebih
mementingkan urusan pribadi dan melalaikan tugas dan
kewajiban mereka terhadap negara. Luasnya wilayah
kekuasaan kerajaan Abbasyiah, sementara komunikasi pusat
dengan daerah sulit dilakukuan - Semakin kuatnya pengaruh
keturunan Turki, mengakibatkan kelompok Arab dan Persia
menaruh kecemburuan atas posisi mereka.
Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata
ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
Permusuhan antar kelompok suku dan kelompok
agama. Merajalelanya korupsi dikalangan pejabat kerajaan.

b. Faktor Eksternal
Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang dan
menelan banyak korban. Penyerbuan Tentara Mongol dibawah
pimpinan Hulagu Khan yang menghancrkan Baghdad. Jatuhnya
Baghdad oleh Hukagu Khan menanndai berakhirnya kerajaan
Abbasyiah dan muncul: Kerajaan Syafawiah di Iran, Kerajaan
Usmani di Turki, dan Kerajaan Mughal di India.

5. Kesimpulan

Dinamakan khilafah bani Abbasiyah karena para pendiri dan


penguasanya adalah keturunan al Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti
ini didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn
Abbas. Berdirinya Dinasti ini tidak terlepas dari keamburadulan Dinasti
sebelumny, dinasti Umaiyah. Pada mulanya ibu kota negera adalah al-
Hasyimiyah dekat kufah. Namun untuk lebih memantapkan dan menjaga
setabilitas Negara al-Mansyur memindahkan ibu kota Negara ke Bagdad.
Dengan demikian pusat pemerintahan dinasti Abasiyah berada di tengah-tengah
bangsa Persia. Al-Mansyur melakukan konsolidasi dan penertiban
pemerintahannya. Dia mengangkat sejumlah personal untuk menduduki jabatan
di lembaga eksekutif dan yudikatif.

Maharani Dyah Pertiwi


17
Puncak perkembangan dinasti Abbasiyah tidak seluruhnya berawal dari
kreatifitas penguasa Bani Abbasiyah sendiri. Sebagian diantaranya sudah
dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam bidang pendidikan misalnya di
awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Namun lembaga-
lembaga ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan Bani Abas dengan
berdirinya perpustakaan dan akademi.
Pada beberapa dekade terakhir, daulah Abbasiyah mulai mengalami
kemunduran, terutama dalam bidang politiknya, dan akhirnya membawanya
pada perpecahan yang menjadi akhir sejarah daulah abbasiyah.

Maharani Dyah Pertiwi


18
BEBERAPA CATATAN PENTING
Menyimak betapa besar kontribusi Islam terhadap lahirnya peradaban Islam
berskala dunia terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, sesungguhnya
kemajuan yang dicapai Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam.
Dunia Barat sekarang sejatinya berterima kasih kepada umat Islam. Akan tetapi
pada kenyataannya pihak Barat (non Muslim) telah sengaja menutup-nutupi peran
besar atas jasa para pejuang dan ilmuwan muslim tersebut yang pada akhirnya
terabaikan bahkan sampai terlupakan. Oleh karena itu, umat Islam perlu kembali
menggelorakan semangat keilmuan para ilmuwan muslim atas sumbangsihnya
yang amat besar bagi peradaban umat manusia di dunia dalam menyongsong
kembali kejayaan Islam dan umatnya.

Kita dapat menyimak, bahwa puncak pencapaian penguasaan sains dan teknologi
pada zaman kejayaan umat Islam masa lalu terkait erat dengan tegaknya sistem
kekhilafahan, dimana adanya sistem komando yang terintegrasi secara global yang
peranan secara politik sejalan dengan peranan agama. Kita juga mendapatkan
gambaran dalam sejarah bahwa sosok para pemimpin terdahulu yang shaleh selain
sebagai seorang negarawan yang handal dan mumpuni, juga sebagai seorang
‘ulama wara’ yang takut pada Rabb-nya, mencintai ilmu serta mencintai rakyatnya.
Pada aspek ini kita bisa melihat adanya integrasi tiga pilar utama dalam
pembentukan peradaban Islam yaitu agama, politik dan ilmu pengetahuan terpadu
dalam satu kendali sistem kekhilafahan dibawah pimpinan seorang khalifah.

Keberlangsungan sistem kekhilafahan terutama sejak zaman Daulat Umayyah dan


Daulat Abbasiyah walaupun bersifat khalifatul mulk (estapeta kepemimpinan
didasarkan pada keturunan/dinasti) yang adakalanya dipimpin oleh orang shaleh
dan sekali waktu dipimpin oleh orang zhalim dan durhaka, tetapi seburuk-buruk
kondisi pada masa kehilafahan, masih jauh lebih baik daripada masa setelah
tercerabutnya kehilafahan, karena pada masa kekhilafahan hukum Islam masih
tegak dan ditaati oleh umat Islam, demikian juga adanya ketaatan terhadap
berbagai fatwa para ‘ulama.

Segala hal yang baik dari para pendahulu umat Islam seyogiannya menjadi
cerminan teladan bagi kita, sementara segala hal yang kurang baik, sejatinya
Maharani Dyah Pertiwi
19
dijadikan sebagai pelajaran yang sangat berharga.

Awal meredupnya peradaban Islam yang terjadi sejak abad ke-8 hijriah (abad 13
M) hingga abad ke-14 hijriah (abad 20 M) yang telah mengakibatkan proses
peralihan dari peradaban Islam ke keradaban Barat yang ditandai dengan masa
pencerahan di dunia Barat serta terjadinya penjajahan, penaklukan dan aneksasi
terhadap negeri-negeri muslim oleh armada perang dari negara-negara Barat lebih
disebabkan oleh melemahnya legitimasi politik dunia Islam karena peran
kekhilafahan cenderung bersifat simbol serta hanya sebatas seremonial saja hingga
tumbangnya sistem kekhilafahan di dunia Islam. Dari situlah kemudian dimulainya
hegemoni dunia Barat terhadap dunia Islam.

Jadi, sesungguhnya faktor utama kekalahan dan melemahnya peran umat Islam
bukanlah terletak pada kuatnya pihak musuh-musuh Islam, tetapi lebih disebabkan
oleh melemahnya kekuatan umat Islam yang diakibatkan oleh perbuatan
kemaksiatan yang dilakukan. Kemaksiatan terbesar terutama berupa sikap
menyekutukan Alloh Swt (musyrik) dalam beribadah serta tidak memperdulikan
lagi atas berbagai aturan (syari’at) yang diperintahkan-Nya.

Perbuatan maksiat yang dilakukan oleh umat Islam itulah yang telah dikhawatirkan
oleh Umar bin Kaththabr.a. saat beliau menjadi Khalifah, hal ini sebagaimana
dapat kita simak dari pesan tertulis beliau yang pernah disampaikannya kepada
Sa’ad bin Abi Waqash ketika akan menghadapi sebuah pertempuran. Pada surat
itu ditulis pesan sebagai berikut:

“Umar bin Kaththab ra. telah menulis sepucuk surat kepada Sa’ad bin Abi Waqash
r.a.: ‘Sesungguhnya kami memerintahkan kepadamu dan kepada seluruh pasukan
yang kamu pimpin, agar taqwa dalam segala keadaan, karena taqwa kepada Alloh
merupakan seutama-utamanya persiapan dan strategi paling kuat dalam
menghadapi pertempuran. Aku perintahkan pula kepadamu dan pasukan yang
kamu pimpin agar benar-benar menjaga diri dari berbuat maksiat. Karena
maksiat yang engkau perbuat pada saat berjuang lebih aku khawatirkan daripada
kekuatan musuh, sebab engkau akan ditolong Alloh jika musuh-musuh Alloh telah
berbuat banyak maksiat, karena jika tidak demikian kamu tidak akan punya
Maharani Dyah Pertiwi
20
kekuatan sebab jumlah kita tidaklah sebanyak jumlah pasukan mereka, dimana
persiapan mereka berbeda dengan persiapan yang kita lakukan. Jika kita sama-
sama berbuat maksiat sebagaimana yang dilakukan oleh musuh-musuh kita, maka
kekuatan musuh akan semakin hebat. Sangatlah berat kita akan dapat
mengalahkan musuh kita jika hanya mengandalkan pada kekuatan yang kita
miliki, kecuali dengan mengandalkan ketaqwaan kita kepada Alloh dan senantiasa
menjaga diri dari berbuat maksiat...” (Lihat : Kitab Al ‘Aqdul Farid jilid I, hlm.
101; Kitab Nihayatul Arab jilid VI, hlm. 168; Kitab Ikhbarul Umar wa Ikhbaru
Abdullah bin Umar jilid I, hlm. 241-242; Kitab Ikbasu min Ikhbarul Khulafa Ar-
Rosyidin hlm 779, serta buku Jihad tulisan Dr. Mahfudz Azzam, hlm. 28).

C. Kejayaan Islam pada Masa Tiga Kerajaan Besar


A. Kerajaan Turki Usmani
Dinasti ini berasal dari suku Qoyigh Oghus. Yang mendiami daerah
Mongol dan daerah utara negeri Cina kurang lebih tiga abad. Kemudian mereka
pindah ke Turkistan, Persia dan Iraq. Mereka masuk Islam pada abad ke-9/10
ketika menetap di Asia Tengah. Pada abad ke-13 M, mereka mendapat serangan
dan tekanan dari Mongol, akhirnya mereka melarikan diri ke Barat dan mencari
perlindungan di antara saudara-saudaranya yaitu orang-orang Turki Seljuk, di
dataran tinggi Asia kecil. Dibawah pimpinan Ertoghrul, mereka mengabdikan
diri kepada Sultan Alaudin II yang sedang berperang melawan Bizantium.
Karena bantuan mereka inilah, Bizantium dapat dikalahkan. Kemudian Sultan
Alauddin memberi imbalan tanah di Asiakecil yang berbatasan dengan
Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan
memilih kota Syukud sebagai ibukota. Ertoghrul meninggal dunia tahun 1289.
Kepemimpinan dilanjutkan oleh puteranya, Usman. Putera Ertoghrul inilah
yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Usmani (1290-1326 M). Tahun 1300
M, bangsa Mongol kembali menyerang Kerajaan Seljuk, dan dalam
pertempuran tersebut Sultan Alaudin terbunuh. Setelah wafatnya Sultan

Maharani Dyah Pertiwi


21
Alaudin tersebut, Usman (dikenal dengan Usman I) memproklamasikan
kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya.

Setelah Usman mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al Usman (raja


besar keluarga Usman), wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang

Gambar 3.1 Tiga Kerajaaan Besar Islam

daerah perbatasan Byzantium dan menaklukkan Broessa tahun 1317 M,


kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan. Pada masa
pemerintahan Orkhan, kerajaan Turki Usmani ini dapat menaklukkan Azmir,
Thawasyanli, Uskandar, Ankara dan Gallipoli. Selain memantapkan keamanan
dalam negeri, ia melakukan perluasan daerah ke benua Eropa. Merasa cemas
terhadap ekspansi kerajaan ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang.
Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki
Usmani, namun Sultan Bayazid I (1389-1403 M), dapat menghancurkan
pasukan sekutu Eropa tersebut.Ekspansi Bayazid I sempat berhenti karena
adanya tekanan dan serangan dari pasukan Timur Lenk ke Asia kecil.
Pertempuran hebat terjadi antara tahun 1402 M dan pasukan Turki mengalami
kekalahan. Kekalahan tersebut membawa dampak yang buruk bagi Kerajaan
Usmani yaitu banyaknya penguasa-penguasa Seljuk di Asia kecil yang
melepaskan diri. Begitu pula dengan Bulgaria danSerbia, tetapi hal itu dapat
diatasi oleh Sultan Muhammad I (1403-1421 M). Usaha beliau yang pertama
yaitu meletakkan dasar-dasar keamanan dan perbaikan-perbaikan dalam negeri.
Usaha beliau kemudian diteruskan oleh Sultan Murad II (1421-1451).Turki
Usmani mengalami kemajuannya pada masa Sultan Muhammad II (1451-1484
M) atau Muhammad Al-Fatah. Beliau mengalahkan Bizantium dan

Maharani Dyah Pertiwi


22
menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 M yang merupakan kekuatan
terakhir Imperium Romawi Timur. putra Sultan Salim I, yaitu Sulaiman I (1520-
1526 M) dan berhasil menaklukkam Irak,
Belgaro,kepulauan Rhodes, Tunis dan Yaman. Masa beliau merupakan puncak
keemasan dari kerajaan Turki Usmani.

Kemajuan Peradaban Islam Pada Masa Kerajaan Usmani:


Akibat kegigihan dan ketangguhan yang dimiliki oleh para pemimpin dalam

Gambar 3.2 Kerajaan Turki Utsman

mempertahankan Turki Usmani membawa dampak yang baik sehingga


kemajuan-kemajuan dalam perkembangan wilayah Turki Usmani dapat di
raihnya dengan cepat. Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan usmani
yang demikian luas dan berlangsung dengan cepat, itu diikuti pula oleh
kemajuan dalam bidang kemajuan lain. Diantaranya:
a. Bidang kemiliteran dan pemerintahan.
Para pemimpin kerajaan Usmani pada masa-masa pertama adalah
orang orang yang kuat sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan
cepat dan luas. Meskipun begitu kemajuan kerajaan usmani mencapai masa
keemasannya bukan semata-mata karena keunggulan politik para
pemimpinnya, namun banyak faktor lain yang mendukung keberhasilan
ekspansi itu diantaranya: keberanian, keterampilan, ketangguhan, dan
kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan dan dimana saja.
Perang dengan Bizantium merupakan awal didirikannya pusat
pendidikan dan militer ,terbentuklah kesatuan militer yang disebut
dengan Jenissari atau Inkisyariah. Selain itu kerajaan Usmani membuat
struktur pemerintahan dengan kekuasaan tertinggi di tangan Sultan yang

Maharani Dyah Pertiwi


23
dibantu oleh Perdana Menteri yang membawahi Gubernur. Untuk mengatur
urusan pemerintahan negara, di masa Sultan Sulaiman I disusun sebuah
kitab UU (Qanun) yang diberi nama Multaqa Al-Abghur yang menjadi
pegangan hukum bagi kerajaan Turki Usmani sampai datangnya reformasi
pada abad 19.
b. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Kebudayaan turki usmani merupakan perpaduan bermacam-
macam kebudayaan diantaranya yaitu:
kebudayaan Persia, Byzantium dan arab. Dari
kebudayaan Persia mereka banyak mengambil ajaran tentang etika dan
tata krama dalam istana raja-raja. Dari kebudayaan Byzantiummereka
mengambil ajaran tentang organisasi pemerintahan dan kemiliteran.
Sedangkan ajaran tentang prinsip ekonomi, sosial, kemasyarakatan,
keilmuan mereka terima dari bangsa Arab. Sebagai bangsa yang berdarah
militer, turki usmani lebih banyak memfokuskan kegiatan dalam bidang
kemiliteran, sementara dalam bidang ilmu pengetahuan mereka tidak
begitu menonjol sehingga dalam khasanah intelektual islam kita tidak
menemukan ilmuan terkemuka dari turki usmani.
c. Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat turki mempunyai peranan besar
dalam lapangan sosial dan politik masyarakat digolongkan berdasarkan
agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa
ulama menjadi hukum yang berlaku.
Pada masa turki usmani tarekat juga mengalami kemajuan.
Tarekat yang paling berkembang adalah bektasyi dan maulawi yang
banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer. Namun disisi lain, Kajian
ilmu keagamaan pun seperti Fiqh, Ilmu kalam, Tafsir, dan hadis boleh
dikatakan tidak mengalami perkembangan karena para penguasa lebih
cenderung untuk menegakkan satu faham (madzhab) keagamaan dan
menekakan madzhab lainnya.

B. KERAJAAN SAFAWI DI PERSIA


Pada waktu kerajaan Turki Usmani sudah mencapai puncak
kejayaannya, kerajaan Safawi di Persia baru berdiri. Namun pada
Maharani Dyah Pertiwi
24
kenyataannya, kerajaan ini berkembang dengan cepat. Nama Safawi berasal
dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, yaitu tarekat Safawiah
sesuai dengan nama
pendirinya Safi Al-Din, salah satu keturunan Imam Syi'ah yang keenam
"Musa al-Kazim" . Nama ini terus di pertahankan sampai tarekat ini memjadi
suatu gerakan politik dan menjadi sebuah kerajaan yang disebut kerajaan
Safawi. Dalam perkembangannya, kerajaan Safawi sering berselisih dengan
kerajaan Turki Usmani. Kerajaan ini menyatakan sebagai penganut Syi'ah
dan dijadikan sebagai madzhab negara. Pada awalnya tarekat ini bertujuan
memerangi orang-orang yang ingkar dan pada akhirnya memerangi orang-
orang ahli bid'ah. Tarekat ini menjadi semakin penting setelah ia mengubah
bentuk tarekat itu dari pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi
gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syiria
dan Anatolia.Dalam perkembangannya Bangsa Safawi (tarekat Safawiyah)
sangat fanatik terhadap ajaran-ajarannya. Suatu ajaran agama yang dipegang
secara fanatik biasanya menimbulkan keinginan dikalangan penganut ajaran
itu untuk berkuasa. Karena itu, lama kelamaan murid tarekat safawiah
berubah menjadi tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan dan
menentang orang yang bermadzhab selain syi’ah.
Berikut urutan penguasa kerajaan Safawi :
1. Isma'il I (1501-1524 M)
2. Tahmasp I (1524-1576 M)
3. Isma'il II (1576-1577 M)
4. Muhammad Khudabanda (1577-1587 M)
5. Abbas I (1587-1628 M)
6. Safi Mirza (1628-1642 M)
7. Abbas II (1642-1667 M)
8. Sulaiman (1667-1694 M)
9. Husein I (1694-1722 M)
11. Abbas III (1732-1736 M)
Puncak kejayaan masa kerajaan Persia: Kondisi kerajaan Safawi yang
memprihatinkan dapat diatasi setelah raja Safawi kelima, Abbas I naik tahta
(1588-1628 M). Langkah-langkah yang ditempuh oleh Abbas I dalam rangka
memulihkan kerajaan Safawi adalah:
Maharani Dyah Pertiwi
25
1. Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash dengan cara
membentuk pasukan baru yang berasal dari budak-budak dan tawanan
perang bangsa Georgia, Armenia dan Sircassia.
2. Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani dengan jalan
menyerahkan wilayah Azerbaijan, Georgia, dan disamping itu Abbas
berjanji tidak akan menghina tiga Khalifah pertama dalam Islam (Abu
Bakar, Umar, dan Usman)dalam khutbah-khutbah Jum'at. Masa
kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi. Ia
berhasil mengatasi gejolak politik dalam negeri yang mengganggu
stabilitas negara dan sekaligus berhasil merebut kembali beberapa
wilayah kekuasaan.
Kemajuan Peradaban Islam Masa Kerajaan Safawi:
a. Bidang Ekonomi
Stabilitas politik kerajaan Safawi masa Abbas memacu perkembangan
ekonomi safawi,terutama setelah kepulangan Hurmuz dan pelabuhan
Gumrun yang diubah menjadi Bandar Abbas. Dengan demikian Safawiyah
menguasai jalur perdagangan antara Barat dan Timur. Di samping sektor
perdagangan, Safawiyah juga mengalami kemajuan bidang pertanian,
terutama hasil pertanian dari daerah Bulan Sabit yang sangat subur(Fertille
Crescent).
b. Bidang Ilmu Pengatahuan
Persia di kenal sebagai bangsa yang telah berperadaban tinggi dan
berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan, sehingga tradisi keilmuan terus
berlanjut.
c. Bidang Pembangunan Fisik dan Seni
Kemajuan ini ditandai dengan berdirinya sejumlah bangunan megah
yang memperindah Isfahan sebagai ibu kota kerajaan ini. Sejumlah masjid,
sekolah,
rumah sakit, jembatan raksasa di atas Zende Rud dan Istana Chihil
Sutun.Kota
Isfahan juga diperindah dengan kebun wisata yang tertata apik.

C. KERAJAAN MUGHOL DI INDIA

Maharani Dyah Pertiwi


26
Kerajaan Mughol berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan
safawi. Kerajaan ini termasuk dari tiga kerajaan besar Islam dan kerajaan
inilah termuda. Awal kekuasaan Islam di India terjadi pada masa khalifah Al-
walid dari Dinasti Bani Umayah, di bawah pimpinan Muhammad Ibnu
Qosim.
Nama – nama Sultan Keranjaan Mughal :
NO. Nama Sultan Tahun Pemerintahan
1. Zahirrudin Muhammad Babur 1482 – 1530
2. Humayun 1530 – 1556
3. Akbar Syah I 1556 – 1605
4. Jahangir 1605 – 1627
5. Syah Jehan 1627 – 1658
6. Aurangzeb (Alamgir) 1658 – 1707
7. Bahadur Syah I 1707 – 1712
8. Jihandar Syah I 1712
9. Farrukh Siyar 1712 – 1719
10. Muhammad 1719 – 1748
11. Ahmad 1748 – 1754
12. Alamgir II 1754 – 1759
13. Alam II 1759 – 1806
14. Akbar II 1806 – 1837
15. Bahadur Syah 1837 - 1858

Kerajaan Mughol di India dengan Delhi sebagai ibu kota kerajaan, di


dirikan oleh Zahirrudin Babur ( 1482-1530 M ) salah satu dari cucu Timur
lenk. Ayahnya bennama Umar Mirza, penguasa Ferghana. Babaur mewarisi
daerah Ferghana dari orang tuanya pada Usia 11 tahun. Karena dari kecil di
didik sebagai seorang panglima, ia bertekad dan berambisi akan
menaklukan kotaterpenting di Asia Tengah yaitu Samarkand. Pada mulanya
Babur mengalami kekalahan, tetapi karena mendapat bantuan dari Raja
Safawi, Ismail I, akhirnya berhasil menaklukan Samarkand (1494 M). Tahun
1504 M, ia menduduki Kabul (Afganistan). Babur menguasai Punjab (1525
M), kemudian menguasai Delhi setelah bertempur di Panipat sebagai

Maharani Dyah Pertiwi


27
pemenang. Dengan demikian, Babur dapat menegakkan pemerintahannya
di sana, maka berdirilah kerajaan Mughol di India.
Pada tahun 1530 M, Babur meninggal Dunia dalam Usia 48 tahun
setelah memerintah Mughol selama 30 tahun dengan mewarisi kejayaan-
kejayaan yang cemerlang. Pemerintahan selanjutnya di pegang oleh anaknya
Humayyun.
Sepanjang masa pemerintahan Humayyun selama 9 tahun ( 1530-1539
M ) Negara tidak pernah Aman. Pada tahun 1540 M terjadi pertempuran
dengan Sher Khan di Kanauj. Dalam pertempuran ini Humayyun mengalami
kekalahan. Ia pun kembali menduduki kerajaan Mughol pada tahun 1555 M.
setelah tahun itu ( 1556 M), ia meninggal Dunia karena jatuh dari tangga

Gambar 5.1 Kerajaan Mughal di India

perpustakaannya, Din panah.

Pada tahun 1556 M terjadilah peperangan yang dahsyat, di sebut


Panipat II yang di menangkan Akbar (putra sekaligus pengganti Humayun).
Akbar mulai menyusun strategi dalam pemerintahannya itu, ia berusaha
membangkitkan perekonomian Negara dan pertahanan Negara, sebagai
wujud untuk menghalangi pemberontakan-pemberontakan yang akan terjadi
kembali. Akbar juga menerapkan sistem politik Sulakkhul (toleransi
universal). Dengan politik ini, semua rakyat India di pandang sama.

Maharani Dyah Pertiwi


28
Gambar 5.2 Benteng kerajaan Mughal India

Kemajuan Peradaban Islam Masa Kerajaan Mughol:


Dengan sistem yang di terapkan Akbar, akhirnya membawa kemajuan.
Dalam bidang ekonomi, Akbar memfokuskan pada masalah pertanian
sehingga terjadilah kemajuan yang luar biasa pada bidang ekonomi
khususnya pertanian, pertambangan dan perdagangan.

Gambar 5.3 Raja Jalaludin


Akbar

Di samping untuk kebutuhan dalam Negri, hasil pertanian itu di


Ekspor ke Eropa, Afrika, Arabia, dan Asia tenggara. Berkembangnya bidang
Ekonomi, memancing Akbar untuk mengembangkan bidang lain seperti
halnya bidang seni dan budaya yang pada akhirnya juga berkembang pesat.

Maharani Dyah Pertiwi


29
Bidang seni lebih di fokuskan pada karya seni Arsitektur, sehingga dapat di
nikmatin hingga masa kini seperti Istana Fatpursikri, villa, Masjid
berlapiskan Mutiara, Taj mahal, Majid raya Delhi dan Istana Indah di Lahore.
D. PERBEDAAN KEMAJUAN PERADABAN PADA MASA INI DENGAN
ERA KLASIK
Pada masa kejayaan tiga kerajaan besar, umat Islam kembali
mengalami kemajuan. Akan tetapi kemajuan yang dicapai berbeda dengan
kemajuan yang dicapai pada masa klasik Islam. kemajuan pada masa klasik
jauh lebih kompleks. Di bidang intelektual, kemajuan pada masa tiga
kerajaan tidak sebanding dengan kemajuan di zaman klasik. Bidang ilmu
pengetahuan, umat Islam sudah mulai taklid pada imam besar yang
lahirpada masa klasik islam. beberapa sains yang berkembang pada masa
klasik ada yang tidak berkembang lagi, bahkan ada yang dilupakan. Filsafat
dianggap bid’ah. Kalau pada masa klasik, umat Islam maju dalam bidang
politik, peradaban, dan kebudayaan, seperti dalam bidang ilmu pengetahuan
dan pemikiran filsafat.
Beberapa alasan mengapa kemajuan yang dicapai itu tidak setingkat
dengan kemajuan yang dicapai pada masa klasik:
Metode berfikir dalam bidang teologi yang berkembang pada masa
ini adalah metode berpikir tradisional, sehingga cara berfikir ini
mempengaruhi perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan.
Pada masa klasik Islam, kebebasan berfikir berkembang dengan
masuknya pemikiran filsafat Yunani.
Al-Ghazali bukan hanya menyerang pemikiran filsafat pada
masanya, tetapi juga menghidupkan ajaran tasawuf dalam Islam.
Sarana-sarana untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran
yang disediakan masa klasik, seperti perpustakaan, karya-karya ilmiah dan
lain sebagainya banyak yang hancur dan hilang akibat serangan bangsa
Mongol ke beberapa pusat peradaban dan kebudayaan Islam.
Kekuasaan Islam pada masa tiga kerajaan besar di pegang oleh
bangsa Turki dan mongol yang lebih dikenal sebagai bangsa yang suka
perang ketimbang bangsa yang suka ilmu.
Pusat-pusat kekuasaan Islam pada masa ini tidak berada di wilayah
Arab dan tidak pula oleh bangsa Arab. Di safawi berkembang bahasa Persia,
Maharani Dyah Pertiwi
30
di Turki bahasa Turki, dan di India bahasa Urdu. Akibatnya, bahasa Arab
yang sudah merupakan bahasa persatuan dan bahasa Ilmiah pada masa
sebelumnya tidak berkembang lagi dan bahkan menurun.
E. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG KEMAJUAN PERADABAN PADA
MASA TIGA KERAJAAN BESAR
Faktor-faktor pendukung kemajuan kerajaan Usmani:
Faktor pendukung kemajuan peradaban kerajaan Usmani antara lain
karena keunggulan politik para pemimpinnya, keberanian, keterampilan dan
ketangguhan serta kekuatan militer yang sanggup bertempur kapan dan
dimana saja. Akibat kegigihan para pemimpin dalam mempertahankan
Turki itulah yang akhirnya membawa dampak yang baik sehingga
kemajuan-kemajuan dalam perkembangan Turki dapat diraih dengan cepat.
Faktor-faktor pendukung kemajuan kerajaan Safawi:
Faktor pendukung kemajuan peradaban kerajaan Safawi antara lain
karena beberapa langkah yang ditempuh oleh Abbas I yang merupakan
pelopor puncak kejayaan pada masa itu setelah safawi mengalami saat-saat
yang memprihatinkan. Langkah-langkah itu antara lain usaha Abbas I untuk
menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash dan mengadakan perjanjian
damai dengan Turki sehingga ia berhasil mengatasi berbagai gejolak dalam
negeri yang mengganggu stabilitas Negara sampai akhirnya kajayaan dapat
diraih pada masa itu.
Faktor-faktor pendukung kemajuan kerajaan Mughol:
Faktor pendukung kemajuan peradaban kerajaan Mughal antara lain
karena penerapan politik sulakhul (toleransi universal) yang diterapkan oleh
Akbar,dimana tidak ada perbedaan antara rakyat India dan semua
dipandang sama. Faktor lain yang terpenting adalah karena kemantapan
stabilitas poltik akibat sistem pemerintahan yang diterpkan oleh Akbar.
F. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMUNDURAN DAN
KEHANCURAN PADA MASA TIGA KERAJAAN BESAR

Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran Kerajaan


Usmani, diantaranya adalah :

a. Wilayah kekuasaan yang sangat luas.

Maharani Dyah Pertiwi


31
b. Administrasi pemerintahan bagi suatu Negara yang amat luas wilayahnya
sangat rumit dan kompleks, sementara administrasi pemerintahan kerajaan
Usmani tidak beres. Di pihak lain, para penguasa sangat berambisi
menguasai wilayah yang sangat luas, sehingga mereka terlibat perang terus
menerus dengan berbagai bangsa.
c. Heterogenitas Penduduk
d. Sebagai kerajaan besar, Turki Usmani menguasai wilayah yang sangat luas,
wilayah yang luas itu didiami oleh oleh penduduk yang beragam dan untuk
mengatur penduduk yang beragam dan tersebar di wilayah yang luas itu,
diperlukan suatu organisasi pemerintahan yang teratur. Tanpa didukung
oleh administrasi yang baik, Kerajaan Usmani hanya akan menanggung
beban berat akibat Heterogenitas tersebut.
e. Kelemahan Para Penguasa.
f. Pemeritahan menjadi kacau sepeninggal Sulaiman Al-Qanuni, serta ketika
diperintah oleh sultan-sultan yang lemah yang pada akhirnya kekacauan
tersebut tidak pernah dapat diatasi secara sempurna, bahkan semakin lama
menjadi semakin parah.
g. Budaya Pungli. Budaya pungli merupakan perbuatan yang sudah umum
dalam Kerajaan Usmani, yaitu setiap jabatan yang hendak diraih oleh
seseorang harus “dibayar” dengan sogokan kepada orang yang berhak
memberikan jabatan tersebut.
h. Pemberontakan tentara Jenissari. Pemberontakan tentara Jenissari terjadi
sebanayk empat kali, yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M, dan 1826
M.
i. Merosotnya Ekonomi. Akibat perang yang tak pernah berhenti,
perekonomian Negara merosot, sementara belanja Negara sangat besar
termasuk untuk biaya perang.
j. Terjadinya stagnasi dalam lapangan Ilmu dan teknologi. Kerajaan Usmani
kurang berhasil dalam pengembangan ilmu dan teknologi, karena hanya
mengutamakan pengembangan kekuatan militer. Kemajuan militer yang
tidak diimbangi oleh kemajuan ilmu dan teknologi mengakibatkan kerajaan
ini tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih
maju

Maharani Dyah Pertiwi


32
Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi
adalah:
a. Konflik berkepanjangan dengan kerajaan Usmani.
b. Bagi Kerajaan Usmani, berdirinya Kerajaan Usmani, berdirinya Kerajaan
Safawi yang beraliran Syi’ah merupakan ancaman langsung terhadap
wilayah kekuasaannya.
c. Dekadensi Moral yang melanda sebagian para pemimpin kerajaan Safawi.
d. Pemimpin kerajaan Safawi yang bernama Sulaiman dan Husein pecandu
berat narkotik, juga menyenangi kehidupan malam sehingga selama tujuh
tahun tanpa sekalipun menyempatkan diri menangani pemerintahan.
e. Adanya pasukan Ghulam
f. Pasukan Ghulam (budak-budak) yang dibentuk oleh Abbas 1 tidak
memiliki semangat perang yang tinggi seperti Qizilbash.
g. Terjadinya konflik Intern
h. Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan
dikalangan keluarga istana.
Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran Kerajaan
Mughal diantaranya adalah:
a. Terjadinya stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi
militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh
kekuatan maritim Mughal.
b. Kemerosotan moral dan hidup mewah dikalangan elit politik yang
mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang Negara.
c. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-
ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antar agama
sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
d. Semua pewaris tahta kerajaaan pada paruh terakhir adalah orang-orang
lemah dalam bidang kepemimpinan.

Maharani Dyah Pertiwi


33
DAFTAR PUSTAKA
Abu Khalil, Syauqi. 2002. Harun Al Rasyid, Pemimpin dan Raja yang Mulia. Jakarta:
Pustaka Azzam.
Al-Sharqawi, Effat. 1986. Filsafat Kebudayaan Islam. Bandung: Penerbit Pustaka.
Enan, M.A. 1979. Decisive Moments in the History of Islam (Detik-detik Menentukan
dalam Sejarah Islam). Alih Bahasa oleh Mahyuddin Syaf, Surabaya: Bina
Ilmu.
Gibbon, Edward.1979. The Decline and The Fall of Roman Impire, Abridged and
Illustrated London. United Kingdom: Bison Books Ltd.
Gutas, Dimitri.1998 Greek Thought, Arabic Culture, The Graeco-Arabic Translation
Movement in Baghdad and Early Abbasid Society (2nd-4th/8th-10
centuries). Routledge, London-New York.
Muttaqo Al Hindi. 1985. Kitab ‘Muntakhob Kanzu’l-Ummal, Jilid VI.
Koentjaraningrat. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia.
Leaman, Oliver.2000. Scientif and Philosophical Enquiry: Achievement and Reaction
in Muslim History dalam Farhad Daftary (ed), Intellectual Traditions in
Islam, I.B Tauris, London-New York in Association with The Institute of
Ismaili Studies.
Leaman, Oliver. 1985. An Introduction to Medieval Islamic Philosophy, Cambridge:
University Press, Cambridge.
Muhammad Ash-Shalabi, Ali. 2004 Bangkit & Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Nasution, Harun.1985 Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya. Jilid I, cetakan kelima.
Jakarta: UI Press.
Sou’yb, Joesoef. 1979. Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin. Jakarta: Bulan Bintang.
Sou’yb, Joesoef. 1977. Sejarah Daulat Umayyah. Jakarta: Bulan Bintang.
Sou’yb, Joesoef. 1977. Sejarah Daulat Abbasiah. Jakarta: Bulan Bintang.
Stryzewska, Bojena Gajane. Tarikh al-Daulat al-Islamiyah. Beirut: Al Maktab Al-
Tijari.
Suyuthi, Imam. 2006. Tarikh Khulafa. Jakarta: Pustaka Al Kautsar.
Syalabi, A. 1987. Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid I. Jakarta: Pustaka Alhusna, cet.
V.

Maharani Dyah Pertiwi


34
1Watt, W. 1990. Montgomery. Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis.
Yogyakarta: Tiara Wicana Yogya.
Yatim, Badri. 2006. Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Zarkasyi, Hamid Fahmy. 2007. Membangun Peradaban Islam. Makalah Workshop
Pemikiran Ideologis, Forum Ukhuwwah Islamiyah, Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Zallum, Abdul Qadim. 2001. Konspirasi Barat Meruntuhkan Khilafah Islamiyah,
Telaah Politik Menjelang Runtuhnya Negara Islam. Bangil: Al-Izzah.

Armstrong, Karen. 2002. Islam Sejarah Singkat. Yogyakarta : Penerbit Jendela.

Hassan, Hassan Ibrahim.1989. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta.

Hasimy, A.1993. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta : Bulan Bintang.

Nizar, Samsul.2007. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana.

Sunanto, Musyifah.2003. Sejarah Islam Klasik. Jakarta : Kencana.

Syalabi, A.1983. Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 2. Jakarta: Pustaka Alhusna.

Watt, W. Mongtomery. 1990. Kejayaan Islam. Yogyakarta : Tiara Wacana.

Maharani Dyah Pertiwi


35

Anda mungkin juga menyukai