Teknologi radar dikembangkan sebelum Perang Dunia II seiring dengan penemuan gelombang elektromagnetik. Pada 1886 Heinrich Hertz menguji teori Maxwell dan menunjukkan kesamaan antara gelombang radio dan cahaya. Hertz menunjukkan bahwa gelombang radio dapat dipantulkan oleh benda logam dan dielektrik. Pada penelitian tersebut Hertz menggunakan radiasi panjang gelombang pendek relatif (66 cm), yang kemudian dipakai panjang gelombang yang lebih panjang pada radio. Pada 1903, insinyur Jerman, Hulsmeyer, meneliti tentang deteksi pantulan gelombang radio dari kapal. Metodenya didemonstrasikan kepada German Navy tapi tidak mendapat respon yang baik. Teknologi saat itu tidak mampu untuk dipakai pada jarak lebih dari 1 mil, dan teknik deteksi milik Hulsmeyer dianggap tidak lebih baik dari pengamatan langsung. Marconi menyadari potensi gelombang pendek untuk deteksi radio hingga pada 1922 ide tersebut diaplikasikan pada penelitiannya. Marconi menyatakan bahwa pada penelitian Hertz diketahui bahwa gelombang listrik dapat dipantulkan seluruhnya oleh benda konduktor, dan menurutnya efek pantulan dan deteksi dari gelombang tersebut pada benda logam mencapai jarak bermil-mil. Sinar tersebut akan dipantulkan benda logam dan diterima oleh transmitter kapal sehingga diketahui posisi dan arah kapal lain walaupun ada kabut. Walaupun Marconi berhasil menciptakan komunikasi radio, akan tetapi tidak untuk teori mengenai gelombang sangat pendek. Menurutnya gelombang sangat pendek mampu mempropagasi lebih dari optical LOS (disebut juga tropospheric scatter). Marconi juga mengemukakan bahwa gelombang radio yang digunakan untuk melakukan transmisi energi dari satu titik ke titik lainnya tnapa menggunakan kebel atau kawat transmisi. Gagasan Marconi mendorong A. H. Taylor dan L. C. Young dari Naval Research Laboratory untuk meneliti tentang deteksi radio. Pada musim gugur 1922 mereka mendeteksi kapal kayu menggunakan radar interferens gelombang CW dimana receiver dan transmitter yang terpisah, dengan panjang gelombang 5 m. Percobaan pertama sistem radar menggunakan CW dan digunakan untuk mendeteksi interferensi dari sinyal yang diterima langsung dari transmitter dan sinyal doppler-frequency- shifted dari target yang bergerak. Efeknya yaitu kejapan ritmis, sama seperti efek receiver TV biasa, terutama saat ada pesawat yang melintas di atas stasiun. Tipe radar ini disebut CW wave- interference radar atau bistatic CW radar. Percobaan deteksi pesawat pertama kali dilakukan menggunakan prinsip radar bistatik, bukan monostatik (single-site), karena peralatan CW telah tersedia. Kesuksesan percobaan dipengaruhi oleh komponen yang sesuai, terutama tabung high-peak-power, dan pemahaman tentang receiver pulsa. Deteksi pesawat pertama menggunakan efek interferensi gelombang pertama kali dilakukan pada Juni 1930 oleh L. A. Hyland dari Naval Research Laboratory. Pada saat ada pesawat yang melintas dekat transmitter pada frekuensi 33 Mc, Hyland menyadari akan adanya peningkatan sinyal yang diterima. Pada 1932 diperkenalkan peralatan pendeteksi pesawat dengan jarak sekitar 50 mil dari transmitter. Proyek NRL tentang deteksi pesawat menggunakan interferensi gelombang CW masih menjadi rahasia sampai 1933, ketika beberapa insinyur Bell Telephone Laboratories melaporkan deteksi pesawat saat melakukan penelitian lain. Awal tahun 1934, NRL memperkenalkan radar interferensi gelombang CW pada frekuensi 60 Mc. Awalnya radar tipe ini hanya digunakan untuk mendeteksi keberadaan target. Untuk mendapatkan informasi posisi target menggunakan tipe radar ini masih sulit dan belum ada cara untuk mengatasinya. Keterbatasan penggunaan radar untuk memperoleh informasi posisi dapat diatasi dengan transmisi pulsa. Pengembangan radar pulsa dimulai pada musim semi 1934 R. M. Page di NRL. Penelitian radar pulsa oleh NRL menggunakan frekuensi 60 Mc. Menurut Guerlac, uji coba ini dilakukan pada akhir Desember 1934 dan awal Januari 1935. Akan tetapi mengalami kegagalan. Tidak ada echo pulsa yang diamati pada tabung sinar katoda. Menurut ketua peneliti, kegagalan diakibatkan receiver yang digunakan didesain untuk komunikasi CW, bukan receiver pulsa. Kekurangan ini diperbaiki sampai echo radar pertama kali diperoleh pada 28 April 1936 dengan sistem radar berfrekuensi 28,3 Mc dan lebar pulsa 5 μ detik, serta jarak 2,5 mil. Pada awal Juni jaraknya mencapai 25 mil. Peneliti NRL menyadari kebutuhan akan frekuensi radar yang lebih tinggi, terutama untuk dipakai di kapal yang tidak memungkinkan untuk dipasangi antena besar. Akan tetapi komponen yang dibutunkan masih belum tersedia. Keberhasilkan eksperimen menggunakan frekuensi 28 Mc mendorong penelit NRL untuk mengembankan peralatan radar berfrekuensi 200 Mc. Percobaan berhasil dilakukan pada 22 Juli 1936. Pengembangan tabung bertenaga tinggi pda Januari 1938 oleh Eitel-McCullough Corporation menghasilkan radar 200 Mc yang disebut XAF. Walaupun tenaga yang dikirim ke antena hanya 6 Km, pada Februari 1938 jangkauan mampu mencapai 50 mil. XAF berhasil diuji pada kapal perang New York pada Januari dan Februari 1939. Pada kapal perang dan kapal pesiar, jangkauan mampu mencapai 20 – 24 kiloyard. Pada Oktober 1939 diproduksi CXAM. Sejumlah 19 radar dipasang pada armada kapal di tahun 1941. US Army Signal Corps mengembangkan radar pada awal 1930-an. Percobaan pertama mereka dilakukan setelah melakukan kunjungan ke NRL pada Januari 1936. Pada Desember Army melakukan uji coba radar pulsa dengan jangkauan 7 mil. SCR-268 merupakan aplikasi radar pada fire-control antipesawat yang mulai beroperasi pada 1938. SCR-268 digunakan bersama dengan radar fire-control, untuk menambah akurasi sudut. Sedangkan akurasi jaraknya sudah melebihi metode optis. SCR-268 menjadi standar peralatan fire-control sampai Januari 1944, saat ditemukannya radar microwave SCR-584. SCR-584 dapat mengontrol baterai antipesawat tanpa menggunakan searchlight atau tracking sudut optis. Pada 1939 Army mengembangkan radar jarak jauh SCR-270 sebagai sistem peringatan dini. Serangan di Pearl Harbour pada Desember 1941 dideteksi oleh salah satu alat SCR-270 di Hawaii. Akan tetapi blip hanya dapat diketahui setelah bom dijatuhkan. Modifikasi SCR- 270 dapat digunakan untuk mendeteksi echo dari bulan pada tahun 1946. Perkembangan awal dari radar pulsa ditujukan untuk keperluan militer. Walaupun pada saat itu belum disebut dengan radar, aplikasi prinsip radar dipakai pada altimeter radio pesawat yang termodulasi frekuensi (FM-CW). Di Inggris sendiri perkembangan radar dimulai karena saat perang Inggris mudah diserang. Radar dikembangkan di Inggris sejak awal 1935 saat Sir Robert Watson-Watt mengemukakan tentang penggunaan gelombang radio sebagai alat pendeteksi. Februari 1935 dilakukan percobaan deteksi pesawat terbang menggunakan frekuensi 6 Mc, dengan mengamati dentuman antara sinyal echo dan sinyal yang diterima langsung (wave interference Transmitter dan receiver terpisah sejauh 5,5 mil. Saat pesawat mendekati receiver, dimungkinkan untuk mendeteksi dentuman sampai jarak 8 mil. Juni 1935, Inggris menunjukkan bahwa teknik pulsa untuk mengukur jarak target pesawat terbang. Pada bulan September radar dengan frekuensi 12 Mc mampu menjangkau jarak sampai 40 mil pada pesawat pembom. Pada bulan itu pula radar mampu mengukur ketinggian pesawat dengan mengukur sudut datang sinyal yang terefleksi. Maret 1936 jangkauan yang mampu dideteksi mencapai 90 mil dan frekuensinya menjadi 25 Mc. Rangkaian stasiun radar CH (Chain Home) pada frekuensi 25 Mc diperkenalkan pada April 1937. Sebagian besar stasiun beroperasi pada September 1939 dan dipasang mengikuti jalur terbang pesawat PM Inggris. Radar CH beroperasi selama 24 jam sampai akhir perang. Inggris menyadari bahwa radar berbasis darat seperti CH masih belum akurat dalam mengendalikan pesawat pada saat malam hari atau saat cuaca buruk. Oleh karena itu pada tahun 1939 Inggris mengembangkan radar aircraft-interception (AI), yang dipasang di pesawat untuk mendeteksi dan memotong pesawat musuh. Radar AI dioperasikan pada frekuensi 200 Mc. Pada perkembangan radar AI, dapat diketahui bahwa radar dapat digunakan untuk mendeteksi kapal dari udara serta karakter echo daratan tergantung dari kondisi terrain. Selanjutnya radar dimanfaatkan untuk mendeteksi dan mengetahui lokasi kapal dan kapal selam, serta untuk pemetaan udara. Sampai pertengahan 1940, pengembangan radar di Inggris dan Amerika Serikat dilakukan secara independen. Pada September 1940 perwakilan Inggris mengunjungi Amerika Serikat untuk bertukar informasi mengenai pengembangan radar di kedua negara. Inggris menyadari kelebihan dari resolusi angular pada frekuensi microwave, terutama pada pesawat dan kapal. Inggris mengusulkan pada Amerika Serikat untuk melakukan pengembangan radar AI microwave dan radar antiaircraft fire-control. Pihak Inggris menunjukkan tabung energi magnetron agar dapat ditiru Amerika. Magnetron beroperasi pada panjang gelombang 10 cm dan mampu menghasilkan tenaga sekitar 1 kw. Pengembangan magnetron merupakan salah satu kontribusi penting dalam penemuan radar microwave. United States Service Laboratories memusatkan penelitian untuk pengembangan radar pada frekuensi yang lebih rendah, terutama pada band VHF, dimana saat itu metode dan komponennya telah ada. Penelitian tentang aplikasi radar microwave menjadi tanggung jawab Radiation Laboratory MIT yang dibentuk pada November 1940. Perancis dan Jerman juga mengembangkan radar mulai pertengahan 1930-an. Negara lain seperti Jepang, Italia, dan Rusia mulai meneliti tentang radar setelah bergabung dengan Blok Jerman maupun Blok Sekutu. Pada akhir Perang Dunia II perkembangan radar mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan tujuan utama pengembangan radar saat itu adalah untuk perang. Pada awal 1950- an radar dikembangkan lagi sampai menghasilkan peralatan yang mampu menambah kemampuan radar. Salah satunya dengan adanya amplifier klystron tenaga tinggi. Kelebihan amplifier klystron dibandingkan magnetron yaitu klystron mampu menghasilkan energi yang lebih besar dan lebih stabil, sehingga radar dapat dipakai untuk MTI (moving-target- indication). Adanya teknologi crystal-mixer dan tabung low-noise traveling-wave menambah sensitivitas receiver microwave berdasarkan magnitud. Amplifier parametris dan maser solid juga menambah kemampuan reciever, karena noise eksternal dan jalur transmisi mempengaruhi sensitivitas receiver. Tahun 1930-an, frekuensi radar hanya terbatas pada UHF atau lebih rendah. Tahun 1940-an, pengembangan radar dilakukan pada frekuensi microwave. Dan pada tahun 1950-an radar kembali menggunakan frekuensi UHF, terutama untuk radar jarak jauh. Perkembangan radar di tahun 1950-an dipengaruhi oleh adanya teknologi komputer. Radar AI dikembangkan hingga fungsi pembidik dan penembak pada senjata dikendalikan oleh radar dan komputer. Dalam bidang pertahanan udara, fungsi deteksi dann plotting jalur terbang pesawat dikendalikan otomatis oleh komputer digital seperti sistem SAGE (Semiautomatic Ground Environment). Setelah Perang Dunia II, radar lebih akurat dan jangkauannya lebih luas. Pada saat itu juga dikembangkan radar monopulse tracking. Pada akhir 1950-an, kebutuhkan akan radar dengan jangkauan yang luas meningkat akibat adanya Sputniks dan peluru misil antar benua. Oleh karena itu dikembangkanlah radar dengan transmitter bertenaga tinggi dan antenna yang besar. Sistem radar alami juga terdapat pada lumba-lumba dan kelelawar, dimana prinsip echo-locating ultrasonik mereka mirip dengan radar elektomagnetik atau sonar ultrasonik. Kelelawar mempunyai radar ultrasonik yang memungkinkan untuk terbang di kegelapan dan untuk mencari makanan. Umumnya kelelawar memancarkan pulsa ultrasonik selebar 2 msec dengan intensitas frekuensi 10 – 20 cps. Rata-rata kelelawar melakukan transmisi pada frekuensi 78 kc dan berkurang sampai 39 kc. Kelelawar menggunakan perubahan frekuensi untuk mengetahui jarak target, seperti radar FM. Telinga kelelawar berfungsi untuk menentukan arah seperti antenna sistem radar.