Anda di halaman 1dari 20

ROBOHNYA

SUARAU
KAMI
Karya AA. Navis
Penyadur/Adaptasi Hermana HMT
SEJENAK MUSIK BERGEMURUH.
PERLAHAN TERDENGAR GESEKAN BIOLA ATAU LANTUNAN SERULING
DIBARENGI GEMERCIK AIR DAN DESIR ANGIN.

SAYUP-SAYUP TERDENGAR KUMANDANG ADZAN SUBUH. ORANG-ORANG


MUNCUL DARI BERBAGAI ARAH, BERBARIS DI PANGGUNG SEPERTI MAU
MELAKUKAN SHALAT.

ADZAN USAI SESEORANG MELAPALKAN DOA SETELAH ADZAN, LALU ORANG-


ORANG MENDENDANGKAN LAGU ” AL-ITIRAF “.

PEMBACA DOA 1
Ya Allah, ya Tuhan kami jangan Engkau jadikan kami condong pada kesesatan Sesudah
Engkau beri petunjuk kepada kami,dan karuniailah kepada kami rahmat dari sisi Engkau,
karena sesungguhnya Engkau Maha Pemberi ( QS. Al-Imran 8 )

PEMBACA DOA 2
Ya Allah, ya Tuhan kami, Engkau masukan malam pada siang, Engkau masukan siang pada
malam dan Engkau mengeluarkan yang hidup dari yang mati,Engkau mengeluarkan yang
mati dari yang hidup, dan Engkau memberi rizki kepada siapa yang Engkau kehendaki
dengan tidak terkira. ( QS. Al-Imran 27 )

PEMBACA DOA 3
Ya Allah yang mempunya kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada yang Engkau kehendaki
dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki., Engkau muliakan orang yang
Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah
segala kebijakan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. ( Al-Imran 26 )

TIBA-TIBA SEORANG PEREMPUAN MUNCUL DAN MENANGIS SEPERTI ANAK


KECIL.

SEORANG PEREMPUAN
Kini kakek itu sudah tidak ada lagi. Ia sudah meninggal. Dan tinggalah surau itu tanpa
penjaganya. Sekarang hanya akan menjumpai gambaran yang mengesankan suatu kesucian
yang bakal roboh. Orang-orang itu semakin masa bodoh. Dan biang kebodohan itu ialah
sebuah dongeng yang tidak dapat disangkal kebenarannya.

PIMPINAN PENTAS
Hei,hei,hei ! Berhenti ! Apa-apaan sih kamu ? Orang lain berdoa ini malahan menangisi yang
tidak jelas. Sudah, tidak baik banyak bersedih hati. Yang sudah berpulang biarlah pulang
dengan tenang, kita-kita yang akan mengikutinya nanti, dari sekarang lebih baik
mempersiapkan bekal kepulangan kita itu. Agar nanti tidak tersesat atau masuk ke tempat
yang tidak kita sukai. Sekarang lebih baik memperbaiki hidup daripada meratapi yang sudah
mati. Sudah ya,jangan menangis lagi malu tuh sama orang-orang. Oh ya, penonton. Selamat
berjumpa dengan kami. Maaf tadi saya memotong dulu. Pertunjukan sebenarnya belum
dimulai.

SEORANG PEREMPUAN
Loh,loh. Yang barusan adegan apa ?

Lakon Robohnya Surau Kami karya AA Navis, Penyadur Hermana HMT 2


PIMPINAN PENTAS
Itu baru sambutan awal dan doa.

SEORANG PEREMPUAN
Jadi belum,ya ?

PIMPINAN PENTAS
Belum.

ORANG-ORANG
Huhhhh.

PIMPINAN PENTAS
Sudah, sudah ! Sekarang kalian duduk dulu yang rapi….Maaf pemirsa, barusan itu kesalah
pahaman. Begini…eeeh.. tapi sekali lagi saya menghaturkan mohom maaf. Anu…eeh..
sebelum cerita dimulai, saya ingin sekali menyampaikan sepatah kata pada anda semua.
Kenapa saya ingin sekali berkata-kata ? Tentu, karena saya kuatir setelah pertunjukan ini tiba-
tiba ada gelombang protes besar-besaran. Maklumlah zaman reformasi. Jadi, sebelum cerita
ini kami lanjutkan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila nanti ada kelancangan-
kelancangan yang tidak berkenan dihati para pemirsa. Ini cerita bukan cerita sesungguhnya,
tapi dongeng yang kebenarannya sangat bisa diragukan. Dongeng adalah dongeng. Dongeng
bukan kenyataan, walau kadang ada nyatanya. Agar lebih jelasnya silahkan simak dengan hati
yang lapang.begitu saja dari saya. Ayo anak-anak lanjutkan dongengannya, tapi jangan pakai
tangis-tangisan lagi kesannya seperti telenovela. Siapa tadi yang nangis ?

ORANG-ORANG
Dia pak.

PIMPINAN PENTAS
Oh kamu. Awas ! Jangan pakai nangis lagi, ya ! Ayo mulai.

TIBA-TIBA EMPAT ORANG PEREMPUAN MUNCUL DENGAN JERITAN DAN


TANGISAN.

PEREMPUAN SATU
Tapi kakek itu sudah tidak ada lagi sekarang. Ia sudah meninggal. Dan tinggal surau itu tanpa
penjaganya, hingga anak-anak menggunakannya sebagai tempat bermain, memainkan apa
yang disukai mereka. Perempuan yang kehabisan kayu bakar seing mencopoti papan dinding
lantai di malam hari.

PEREMPUAN DUA
Jika kalian datang sekarang,hanya akan menjumpai gambaran yang mengesankan suatu
kesucian yang bakal roboh.

PEREMPUAN TIGA
Dan kecerobohan itu kian hari kian cepat berlangsungnya. Secepat anak-anak berlari di
dalamnya, secepat perempuan mencopoti pekayuannya.

Lakon Robohnya Surau Kami karya AA Navis, Penyadur Hermana HMT 3


PEREMPUAN EMPAT
Dan terutama ialah sifat masa bodoh manusia sekarang,yang tak hendak memelihara apa
yang tidak dijaganya lagi.

PIMPINAN PENTAS
Aduh, aduh, aduh, aduh ! Sudah saya bilang jangan pakai sedih-sedihan, malahan makin
banyak yang bersedih. Bagaimana kalian ini ? Hei ! Negeri kita ini sedang bersedih.jangan
ditambah-tambah lagi kesedihannya.Sudah, sudah ! Lebih baik sekarang kalian bernyanyi.
Mau enggak ?

ORANG-ORANG
Mauuuu.

PIMPINAN PENTAS
Bagus. Bagaimana musik, siap ?

PEMUSIK
Siap bos. Nyanyi apa ?

PIMPINAN PENTAS
Katanya siap. Lagunya anu.. eh.. ” Ajo Sidi “. Mulai.

ORANG-ORANG BERNYANYI.
Ajo Sidi oh Ajo Sidi
Pendongeng dari sebrang sana
Tak henti-henti berceloteh
Hingga orang terpana bualannya
Ajo Sidi oh Ajo Sidi
Kerjaannya sidir menyindir
Mejerat hati tiap orang
Jadi sumber ejekannya

PIMPINAN PENTAS MEMBERHENTIKAN ORANG-ORANG YANG SEDANG ASIK


BERYANYI DAN MENARI. ORANG-ORANG GUSAR, TAPI SEMUANYA DAPAT
DITERTIBKAN.

SAYUP-SAYUP TERDENGAR SUARA SERULING DIBARENGI GESEKAN BIOLA,


GEMERCIK AIR DAN DESIR ANGIN . SEORANG KAKEK SEDANG TERMANGU
SAMBIL MEMENGANG PISAU CUKUR.

LAKI-LAKI
Assalamualaikum… assalamualaikum… assalamualaikum. Biasanya kakek gembira
menerima kedatanganku, karena aku suka memberinya uang, tapi sekali ini begitu
muram.Tidak pernah aku melihat kakek begitu durja dan belum pernah salamku tak
disahutinya seperti saat ini.

LAKI-LAKI ITU MENGAMBIL SALAH SATU PISAU CUKUR YANG TERGELETAK DI


SAMPING SI KAKEK.

Lakon Robohnya Surau Kami karya AA Navis, Penyadur Hermana HMT 4


LAKI-LAKI
Pisau siapa, Kek ?

KAKEK
Ajo Sidi !

LAKI-LAKI
Ajo Sidi ? ( KAKEK TIDAK MENYAHUT. HENING SEJENAK ) Apa Ajo Sidi telah
membuat bualan tentang Kakek ?

KAKEK
Siapa ?

LAKI-LAKI
Ajo Sidi.

KAKEK
Kurang ajar dia.

LAKI-LAKI
Kenapa, Kek ?

KAKEK
Mudah-mudahan pisau cukur ini, yang kuasah tajam-tajam ini, menggorok tenggorokannya.

LAKI-LAKI
Kakek marah ?

KAKEK
Marah ? Ya, kalau aku masih muda, tapi aku sudah tua. Orang tua menahan ragam. Sudah
lama aku tidak marah-marah lagi. Takut kalau imanku rusak karenanya, ibadahku rusak
karenanya. Sudah begitu lama aku berbuat baik, beribadah, bertawakal kepada Allah. Sudah
begitu lama aku menyerahkan diri kepadaNya. Dan Allah akan mengasihi orang yang sabar
dan tawakal.

LAKI-LAKI
Bagaimana katanya, Kek ? ( KAKE DIAM SAJA. BERAT HATI BICARA ). Bagaimana
katanya, Kek ?

KAKEK
Kau kenal padaku, bukan ? Sedari kecilkau aku sudah di sini. Sedari muda, bukan ? Kau tahu
apa yang aku lakukan semua, bukan ? Terkutuklah perbuatanku ? Dikutuki Tuhan kah semua
pekerjaanku ? DIAM SEJENAK. Sedari muda aku di sini, bukan ? Tak kuingat punya istri,
punya anak, penya keluarga seperti orang lain, tahu ? Tak kupikirkan hidupku sendiri. Aku
tidak ingin cari kaya, bikin rumah. Segala kehidupanku,lahir batin, kuserahkan pada Allah
subhanahu wata’ala. Tak pernah aku menyusahkan orang lain. Lalat seekor enggan
membunuhnya. Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk. Umpan neraka. Marahkah Tuhan
kalau itu yang kulakukan, sangkamu ? Akan dikutukiNya aku kalau selama hidupku aku
mengabdi kepadaNya ? Tak kupikirkan hari esok,karena aku yakin Allah itu ada dan pengasih

Lakon Robohnya Surau Kami karya AA Navis, Penyadur Hermana HMT 5


penyang kepada umatNya yang tawakal. Aku bangun pagi-pagi. Aku bersuci. Aku pukul
beduk, membangunkan setiap waktu. Aku puji-puji Dia. Aku baca kitabNya. Apa salah
pekerjaanku itu ? Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk.

LAKI-LAKI
Ia katakan Kakek begitu ?

KAKEK
Ia tidak mengatakan aku terkutuk. Tapi begitulah kira-kira.

LAKI-LAKI
Ajo Sidi memang kurang ajar. Apa lagi yang dikatakan Ajo Sidi, Kek ?

KAKEK
Pada suatu waktu dia bicara padaku. Dia bialang.

MUSIK BERGEMURUH.

AJO SIDI
Di akhirat Allah memeriksa orang-orang yang sudah berpulang. Para malaikat bertugas di
sampingNya. Ditangan mereka tergenggam daftar dosa dan pahala manusia. Bigitu banyak
orang yang diperiksa. Maklumlah di mana-mana ada perang. Dan diantara orang-orang yang
diperiksa itu ada seorang yang di dunia dinamai Haji Saleh. Haji Saleh itu tersenyum-senyum
saja, karena ia sudah begitu yakin akan dimasukan ke surga. Ketika dilihatnya orang-orang
yang masuk neraka, bibirnya menyunggingkan senyuman ejekan. Dan ketika ia melihat orang
yang masuk surga, ia melambaikan tangannya,seolah hendak mengatakan “sampai ketemu
nanti “. Begitu tak habis-habisnya orang yang berantri, begitu panjangnya. Susut di muka
bertambah di belakang. Akhirnya sampai giliran Haji Saleh.

MUSIK BERGEMA, ANGIN BERGEMURUH.

SUARA
Engkau siapa?

HAJI SALEH
Aku Saleh. Karena aku sudah ke mekah Haji Saleh namaku. Tuan ini siapa ?

SUARA
Jangan banyak bertanya. Apa kerjamu di dunia ?

HAJI SALEH
Aku menyembah Tuhan.

SUARA
Lain ?

HAJI SALEH
Setiap hari, setiap malam, bahkan setiap masa aku menyebut-nyebut nama-Nya.

Lakon Robohnya Surau Kami karya AA Navis, Penyadur Hermana HMT 6


SUARA
Lain ?

HAJI SALEH
Segala larangan-Nya kuhentikan. Tidak pernah aku berbuat jahat, walau dunia seluruhnya
penuh oleh dosa-dosa yang dibisikan iblis laknat itu.

SUARA
Lain ?

HAJI SALEH
Tak ada pekerjaanku selain beribadat padaNya, menyebut-nyebut namaNya. Bahkan ketika
aku sakit namaNya menjadi buah bibirku juga. Dan aku selalu berdoa, mendoakan
kemurahan hatiNya untuk nginsafkan umatNya.

SUARA
Lain ?

LAMPU MENYINARI AJO SIDI YANG MELANJUTKAN DONGENGANNYA.

AJO SIDI
Haji saleh tak dapat menjawab lagi. Ia telah menceritakan segalanya yang ia kerjakan. Tapi ia
insaf, bahwa pertanyaan yang dilontakan bukan asal bertanya saja, tentu ada lagi yang
dikatakannya. Ia termenung dan menekurkan kepalanya. Hawa panas api neraka tiba-tiba
menghembus ketubuh Haji Saleh. Dan ia menangis. Tapi setiap airmatanya mengalir, di isap
kering oleh hawa panas neraka itu.

MUSIK BERGEMA. HAJI SALEH MENGIGIL KETAKUTAN. ORANG-ORANG


BERGERAK SEPERTI JOMBI.

SUARA
Lain lagi ?

HAJI SALEH
Sudah saya ceritakan semuanya. Oh, Tuhan yang Maha Besar, lagi pengasih dan penyayang,
Adil dan Maha Tahu.

SUARA
Tidak ada lagi ?

HAJI SALEH
Oh, o, oo, aku selalu membaca kitabNya.

SUARA
Lain ?

HAJI SALEH
Sudah kuceritakan semuanya. Tapi kalau ada yang aku lupa aku mengatakannya, aku pun

Lakon Robohnya Surau Kami karya AA Navis, Penyadur Hermana HMT 7


bersyukur karena yang maha tahu itu Tuhan.

SUARA
Sungguh tidak ada lagi yang kau kerjakan di dunia selain yang kau ceritakan tadi ?

HAJI SALEH
Ya, itulah semuanya.

SUARA
Maksud kamu ?

MUSIK BERGEMURUH.

AJO SIDI
Haji saleh tidak bisa melanjutkan kata-katanya lagi. Dan malaikat dengan sigapnya menjewer
Haji Saleh ke neraka. Haji Saleh tidak mengerti mengapa ia dibawa ke neraka. Ia tidak
mengerti apa yang dikehendaki Tuhan daripadanya dan ia percaya Tuhan tidak silap.

PENDONGENG 1
Alangkah tercengangnya Haji Saleh, karena di neraka itu banyak teman-temannya di dunia
terpanggang hangus, merintih kesakitan. Dan ia tak tambah mengerti dengan keadaan dirinya,
karena yang dilihatnya di neraka itu tidak kurang ibadahnya dari diri dia sendiri. Bahkan ada
salah seorang yang telah sampai empat belas kali ke mekah dan bergelar Syekh pula.

PENDONGENG 2
Lalu haji Saleh mendekati mereka, dan bertanya pada mereka kenapa berada di neraka
semuanya. Tapi sebagaimana haji Saelah orang-orang out pun tak mengerti juga.

SEMUA ORANG BERISTIGFAR.

HAJI SALEH
Bagaimana ini ? Bukankah kita disuruhNya taat beribadah, teguh beriman ? Dan itu semua
telah kita kerjakan selelama hidup kita. Tapi kita kini dimasukan ke dalam neraka.

TOKOH LAIN
Ya kami juga heran. Tengoklah itu orang-orang senegeri dengan kita semua, dan tak kurang
ketaatannya beribadat.

HAJI SALEH
Ini sungguh tidak adil.

ORANG-ORANG
Memang tidak adil.

HAJI SALEH
Kita harus mengingatkan Dia, kalau-kalau Ia silap memasukan kita ke neraka ini.

Lakon Robohnya Surau Kami karya AA Navis, Penyadur Hermana HMT 8


ORANG-ORANG
Benar, benar, benar.

TOKOH LAIN 2
Kalau dia tidak mau mengakui kesilafanNya, bagaimana ?

HAJI SALEH
Kita protes. Kita resolusikan.

TOKOH LAIN 3
Apa kita revolusikan juga ?

HAJI SALEH
Itu tergantung kepada keadaan. Yang penting sekarang, mari kita berdemontrasi
mengadapNya.

TOKOH LAIN
Cocok sekali. Di dunia dulu dengan demontrasi saja, banyak yang kita peroleh.

ORANG-ORANG
Setuju, setuju, setuju.

SEMUA ORANG BERGERAK. MUSIK BERGEMURUH.

HAJI SALEH
Oh, Tuhan kami Yang Maha Besar. Kami menghadapMu. Ini adalah umatMu yang paling taat
beribadat, yang pang taat menyembahMu. Kamilah orang-orang yang selalu menyebut
NamaMu, memuji-muji kebesaranMu, mempropagandakan keadilanMu, dan lain-lainnya.
KitabMu kami hapal di luar kepala kami. Tidak sesat sedikitpun kami membacanya. Akan
tetapi Tuhanku Yang Maha Kuasa, setelah Engkau kami panggil kemari, Engkau masukan
kami ke neraka. Maka sebelum terjadi hal-hal yang tidak diingini, di sini, atas nama orang-
orang yang cinta kepadaMu, kami menuntut agar hukuman yang Kau jatuhkan kepada kami
ditinjau kembali dan memasukan kami ke surga sebagaimana yang Engkau janjikan dalam
kitabMu…. Mari kita menghadap Dia.

ORANG-ORANG BERGERAK SEPERTI AKAN DEMONTRASI.

SUARA
Kalian mau apa lagi.

HAJI SALEH
Kami ingin bertemu Tuhan.

SUARA
Tidak bisa.

HAJI SALEH
Harus ini sangat penting. Ini menyangkut nasib kami.

Lakon Robohnya Surau Kami karya AA Navis, Penyadur Hermana HMT 9


SUARA
Kamu mesti tahu. Tuhan telah menugaskan aku untuk menuntut kalian.

HAJI SALEH
Kamu ini sebenarnya siapa ?

SUARA
Tadi kan sudah kukatakan, aku adalah dirimu sendiri dan kalian semua.

HAJI SALEH
Aku tidak peduli…

SUARA
Sudah jangan banyak cingcong. Sekarang aku bertanya lagi pada kalian. Kalian di dunia
tinggal di mana ?

HAJI SALEH
Kami ini adalah umat Tuhan yang tinggal di Indonesia.

SUARA
Oh, di negeri yang tanahnya subur itu ?

HAJI SALEH
Ya, benar.

SUARA
Tanah yang kaya raya, penuh dengan logam, minyak dan berbagai bahan tambang lainnya,
bukan ?

ORANG-ORANG
Benar, benar, itulah negeri kami.

SUARA
Di negeri yang tanahnya begitu subur, hingga tanaman tumbuh tanpa di tanam ?

ORANG-ORANG
Benar, benar itulah negeri kami.

SUARA
Di negeri di mana penduduknya sendiri meralat ?

ORANG-ORANG
Ya, Ya, itu negeri kami.

SUARA
Negeri yang di perbudak orang lain ?

Lakon Robohnya Surau Kami karya AA Navis, Penyadur Hermana HMT 10


TOKOH LAIN
Ya sungguh laknat penjajah itu.

SUARA
Dan hasil tanahmu, mereka yang mengeruknya, dan diangkutnya, dijarah, bukan ?

TOKOH LAIN 2
Benar. Hingga kami tidak mendapat apa-apa lagi. Sungguh laknat mereka itu.

SUARA
Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dan kamu selalu berkelahi, sedang hasil
tanahmu orang lain juga yang mengambilnya, bukan ?

HAJI SALEH
Benar. Tapi bagi kami soal harta benda itu tidak mau tahu. Yang penting bagi kami ialah
menyembah dan memuji Tuhan.

SUARA
Engkau rela tetap meralat, bukan ?

ORANG-ORANG
Benar kami rela sekali.

SUARA
Karena kerelaanmu itu, anak cucumu tetap juga meralat, bukan ?

TOKOH LAIN
Sungguhpun anak cucu kami meralat, tapi mereka semua pintar mengaji. Alkitab mereka
hapal di luar kepala.

SUARA
Kalau ada, kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semuanya.
Sedang harta bendamu kau biarkan orang lain mengagambilnya untuk anak cucu mereka.
Dan engkau lebih suka berkelahi antar kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Tuhan
beri negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat
tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedangkan Tuhan menyuruh engkau
beramal disamping beribadah. Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau miskin. Engkau
kira Tuhan suka pujian, mabuk disembah saja. Tidak ! Karena itu kamu semua masuk neraka
dan di letakan di keraknya.

ORANG-ORANG TIDAK BERGERAK APA-APA LAGI. MEREKA TERMANGU, TAPI


HAJI SALEH MASIH SAJA TIDAK PUAS.

HAJI SALEH
Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami menyembah Tuhan di dunia ?

SUARA
Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau telah mementingkan diri sendiri. Kau takut masuk
neraka, karena itu kau taat bersembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaumu

Lakon Robohnya Surau Kami karya AA Navis, Penyadur Hermana HMT 11


sendiri, melupakan kehidupan anak istrimu sendiri, sehingga mereka itu kocar-kacir
selamanya. Itulah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egois. Padahal engkau di dunia
berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak memperdulikan mereka sedikitpun.

MUSIK TERDENGAR MEMILUKAN. TERDENGAR SESEORANG BERTERIAK.


SAYUP-SAYUP SESEORANG SEDANG MENGAJI.

SESEORANG
Bunuh diri. Ada yang bunuh diri.

ORANG-ORANG
Di mana ?

SESEORANG
Di surau. Ia menggorok lehernya dengan sebilah pisau cukur.

ORANG-ORANG
Astagfirulahal’adzim.

ORANG-ORANG BERGERAK.

PEREMPUAN
Mas. Mas. Mas. Apa tidak menjenguk ?

LAKI-LAKI
Siapa yang meninggal ?

PEREMPUAN
Kakek.

LAKI-LAKI
Kakek ?

PEREMPUAN
Ya, tadi subuh kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang mengerikan sekali. Ia
menggorok lehernya dengan pisau cukur.

LAKI-LAKI
Astagfirulahal’adzim. Ini pasti gara-gara Ajo Sidi.

SEMUA DIAM.

PIMPINAN PENTAS
Ternyata kita tidak bisa lepas dari kenyataan. Hidup dan mati bukanlah milik kita. Kita di sini
hanya mengembara dan kita semua akan kembali. Kematian memang menyedikan, tapi
yangpiling menyedihkan jika kerja keras kita hasilnya sia-sia.

MUSIK BERGEMURUH.

Lakon Robohnya Surau Kami karya AA Navis, Penyadur Hermana HMT 12


TAMAT

Catatan
Cerita ini diambil dari sebuah cerpen ” Robohnya Surau Kami ” karya AA. Navis.

Lakon Robohnya Surau Kami karya AA Navis, Penyadur Hermana HMT 13


Lampiran Cerpen

ROBOHNYA SURAU KAMI


Cerpen (Alm.) A.A Navis

KALAU beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan menumpang bis,
Tuan akan berhenti di dekat pasar. Melangkahlah menyusuri jalan raya arah ke barat. Maka
kira-kira sekilometer dari pasar akan sampailah Tuan di jalan kampungku. Pada simpang kecil
ke kanan, simpang yang kelima, membeloklah ke jalan sempit itu. Dan di ujung jalan itu nanti
akan Tuan temui sebuah surau.

Di depannya ada kolam ikan, yang airnya mengalir melalui empat buah pancuran mandi. Dan
di pelataran kiri surau itu akan Tuan temui seorang tua yang biasanya duduk di sana dengan
segala tingkah ketuaanya dan ketaatannya beribadat. Sudah bertahun-tahun ia sebagai garin,
penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya Kakek.

Sebagai penjaga surau, Kakek tidak mendapat apa-apa. Ia hidup dari sedekah yang
dipungutnya sekali se-Jumat. Sekali enam bulan ia mendapat seperempat dari hasil
pemunggahan ikan mas dari kolam itu. Dan sekali setahun orang-orang mengantarkan fitrah
Id kepadanya. Tapi sebagai garin ia tak begitu dikenal. Ia lebih dikenal sebagai pengasah
pisau. Karena ia begitu mahir dengan pekerjaannya itu. Orang-orang suka minta tolong
kepadanya, sedang ia tak pernah meminta imbalan apa-apa. Orang-orang perempuan yang
minta tolong mengasahkan pisau atau gunting, memberinya sambal sebagai imbalan. Orang
laki-laki yang minta tolong, memberinya imbalan rokok, kadang-kadang uang. Tapi yang
paling sering diterimanya ialah ucapan terima kasih dan sedikit senyum. Tapi kakek ini sudah
tidak ada lagi sekarang. Ia sudah meninggal.

Dan tinggallah surau itu tanpa penjaganya. Hingga anak-anak menggunakannya sebagai
tempat bermain, memainkan segala apa yang disukai mereka. Perempuan yang kehabisan
kayu bakar, sering suka mencopoti papan dinding atau lantai di malam hari. Jika Tuan datang
sekarang, hanya akan menjumpai gambaran yang mengesankan suatu kesucian yang bakal
roboh. Dan kerobohan itu kian cepat berlangsungnya. Secepat anak-anak berlari di
dalamnya, secepat perempuan mencopoti pekayuannya. Dan yang terutama ialah sifat masa
bodoh manusia sekarang, yang tak hendak memelihara apa yang tidak dijaga lagi. Dan biang
keladi dari kerobohan ini ialah sebuah dongengan yang tak dapat disangkal kebenarnya.

Beginilah kisahnya. Sekali hari aku datang pula mengupah kepada Kakek. Biasanya Kakek
gembiri menerimaku, karena aku suka memberinya uang. Tapi sekali ini Kakek begitu
muram. Di sudut benar ia duduk dengan lututnya menegak menopang tangan dan dagunya.
Pandangannya sayu ke depan, seolah-olah ada sesuatu yang mengamuk pikirannya. Sebuah
belek susu yang berisi minyak kelapa, sebuah asahan halus, kulit sol panjang, dan pisau
cukur tua berserakan di sekitar kaki Kakek. Tidak pernah aku melihat Kakek begitu durja dan
belum pernah salamku tak disahutinya seperti saat itu.

Kemudian aku duduk di sampingnya dan aku jamah pisau itu. Dan aku tanya Kakek,
"Pisau siapa, Kek?"

Lakon Robohnya Surau Kami karya AA Navis, Penyadur Hermana HMT 14


"Ajo Sidi."
"Ajo Sidi?"
Kakek tak menyahut.

Maka aku ingat Ajo Sidi, si pembual itu. Sudah lama aku tak ketemu dia. Dan aku ingin
ketemu dia lagi. Aku senang mendengar bualannya yang aneh-aneh sepanjang hari. Tapi ini
jarang terjadi karena ia begitu sibuk dengan pekerjaannya. Sebagai pembual, sukses terbesar
baginya ialah karena semua pelaku-pelaku yang diceritakannya menjadi model orang untuk
diejek dan ceritanya menjadi pameo akhirnya. Ada-ada saja orang-orang di sekitar
kampungku yang cocok dengan watak pelaku-pelaku ceritanya. Ketika sekali ia menceritakan
bagaimana sifat seekor katak, dan kebetulan ada pula seorang yang ketagihan jadi pemimpin
berkelakuan seperti katak itu, maka untuk selanjutnya pemimpin tersebut kami sebutkan
pemimpin katak.

Tiba-tiba aku ingat lagi pada Kakek dan kedatangan Ajo Sidi kepadanya. Apakah Ajo Sidi telah
membuat bualan tentang Kakek? Dan bualan itukah yang mendurjakan Kakek? Aku ingin
tahu. Lalu aku tanya Kakek lagi,
"Apa ceritanya, Kek?"
"Siapa?"
"Ajo Sidi."
"Kurang ajar dia." Kakek menjawab.
"Kenapa?" "Mudah-mudahan pisau cukur ini, yang kuasah tajam-tajam ini, menggoroh
tenggoroknya."
"Kakek marah?"
"Marah? Ya, kalau aku masih muda, tapi aku sudah tua. Orang tua menahan ragam.

Sudah lama aku tak marah-marah lagi. Takut aku kalau imanku rusak karenanya, ibadatku
rusak karenanya. Sudah begitu lama aku berbuat baik, beribadat, bertawakal kepada Tuhan.
Sudah begitu lama aku menyerahkan diriku kepada-Nya. Dan Tuhan akan mengasihi orang
yang sabar dan tawakal."

Ingin tahuku dengan cerita Ajo Sidi yang memurungkan Kakek jadi memuncak. Aku tanya lagi
Kakek:
"Bagaimana katanya, Kek?" Tapi Kakek diam saja. Berat hatinya bercerita barangkali. Karena
aku telah berulang-ulang bertanya, lalu ia yang bertanya padaku.
"Kau kenal padaku, bukan? Sedari kecil aku sudah di sini. Sedari mudaku, bukan? Kau tahu
apa yang kulakukan semua, bukan? Terkutukkah perbuatanku? Dikutuki Tuhankah semua
pekerjaanku?"

Tapi aku tak perlu menjawabnya lagi. Sebab aku tahu, kalau Kakek sudah membuka
mulutnya, di takkan diam lagi. Aku biarkan Kakek dengan pertanyaanya sendiri.

"Sedari mudaku aku di sini, bukan? Tak kuingat punya istri, punya anak, punya keluarga
seperti orang-orang lain, tahu? Tak kupikirkan hidupku sendiri. Aku tak ingin cari kaya, bikin
rumah. Segala kehidupanku, lahir batin, kuserahkan kepada Allah Subhanahu wata'ala. Tak
pernah aku menyusahkan orang lain. Lalat seekor enggan aku membunuhnya.

Lakon Robohnya Surau Kami karya AA Navis, Penyadur Hermana HMT 15


Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk. Umpan neraka. Marahkah Tuhan kalau itu yang
kulakukan, sangkamu? Akan dikutukinya aku kalau selama hidupku aku mengabdi kepada-
Nya? Tak Kupikirkan hari esokku, karena aku yakin Tuhan itu ada dan pengasih penyayang
kepada umat-Nya yang tawakal. Aku bangun pagi-pagi. Aku bersuci. Aku pukul beduk
membangunkan manusia dari tidurnya, supaya bersujud kepada-Nya. Aku sembahyang
setiap waktu. Aku puji-puji Dia. Aku baca Kitab-Nya. Alhamdulillah kataku bila aku menerima
karunia-Nya. Astagfirullah kataku bila aku terkejut. Masya-Allah, kataku bila aku kagum.

Apalah salahnya pekerjaanku itu? Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk."
Ketika Kakek terdiam agak lama, aku menyelakan tanyaku,
"Ia katakan Kakek begitu, Kek?"
"Ia tak mengatakan aku terkutuk. Tapi begitulah kira-kiranya."
Dan aku melihat mata Kakek berlinang. Aku jadi belas kepadanya. Dalam hatiku aku
mengumpati Ajo Sidi. Tapi aku lebih ingin mengetahui apa ceritanya Ajo Sidi yang begitu
memukuli hati Kakek.

Dan ingin tahuku menjadikan aku nyinyir bertanya. Dan akhirnya Kakek bercerita juga.
“Pada suatu waktu,” kata Ajo Sidi memulai, “di akhirat, Tuhan Allah memeriksa orang-orang
yang sudah berpulang. Para malaikat bertugas di samping-Nya. Di tangan mereka
tergenggam daftar dosa dan pahala manusia. Begitu banyaknya orang yang diperiksa.

Maklumlah di mana-mana ada perang.

Dan di antara orang-orang yang diperiksa itu ada seorang yang di dunia dinamai Haji Saleh.
Haji Saleh itu tersenyum-senyum saja, karena ia sudah begitu yakin akan dimasukkan ke
surga. Kedua tangannya ditopangkan di pinggang sambil membusungkan dada dan
menekurkan kepala ke kuduk. Ketika dilihatnya orang-orang yang masuk neraka, bibirnya
menyunggingkan senyum ejekan. Dan ketika ia melihat orang yang masuk surga, ia
melambaikan tangannya, seolah hendak mengatakan “selamat ketemu nanti”. Bagai tak
habis-habisnya orang yang berantri begitu panjangnya. Susut di muka, bertambah yang di
belakang.

Dan Tuhan memeriksa dengan segala sifat-Nya. Akhirnya sampailah giliran Haji Saleh. Sambil
tersenyum bangga ia menyembah Tuhan. Lalu Tuhan mengajukan pertanyaan pertama.

"Engkau?"
"Aku Saleh. Tapi karena aku sudah ke Mekah, Haji Saleh namaku."
"Aku tidak tanya nama. Nama bagiku tak perlu. Nama hanya buat engkau di dunia."
"Ya, Tuhanku."
"Apa kerjamu di dunia?"
"Aku menyembah Engkau selalu, Tuhanku."
"Lain?"
"Setiap hari, setiap malam, bahkan setiap masa aku menyebut-nyebut nama-Mu."
"Lain?"
"Segala tegah-Mu, kuhentikan, Tuhanku. Tak pernah aku berbuat jahat, walaupun dunia
seluruhnya penuh oleh dosa-dosa yang dihumbalangkan iblis laknat itu."

Lakon Robohnya Surau Kami karya AA Navis, Penyadur Hermana HMT 16


"Lain?"
"Ya, Tuhanku, tak ada pekerjaanku selain daripada beribadat menyembah-Mu, menyebut-
nyebut nama-Mu. Bahkan dalam kasih-Mu, ketika aku sakit, nama-Mu menjadi buah bibirku
juga. Dan aku selalu berdoa, mendoakan kemurahan hati-Mu untuk menginsafkan umat-
Mu."

"Lain?"
Haji Saleh tak dapat menjawab lagi. Ia telah menceritakan segala yang ia kerjakan.

Tapi ia insaf, bahwa pertanyaan Tuhan bukan asal bertanya saja, tentu ada lagi yang belum
dikatakannya. Tapi menurut pendapatnya, ia telah menceritakan segalanya. Ia tak tahu lagi
apa yang harus dikatakannya. Ia termenung dan menekurkan kepalanya. Api neraka tiba-tiba
menghawakan kehangatannya ke tubuh Haji Saleh. Dan ia menangis. Tapi setiap air matanya
mengalir, diisap kering oleh hawa panas neraka itu.

"Lain lagi?" tanya Tuhan.


"Sudah hamba-Mu ceritakan semuanya, o, Tuhan yang Mahabesar, lagi Pengasih dan
Penyayang, Adil dan Mahatahu."
Haji Saleh yang sudah kuyu mencobakan siasat merendahkan diri dan memuji Tuhan dengan
pengharapan semoga Tuhan bisa berbuat lembut terhadapnya dan tidak salah Tanya
kepadanya. Tapi Tuhan bertanya lagi: "Tak ada lagi?"
"O, o, ooo, anu Tuhanku. Aku selalu membaca Kitab-Mu."
"Lain?" "Sudah kuceritakan semuanya, o, Tuhanku. Tapi kalau ada yang aku lupa
mengatakannya, aku pun bersyukur karena Engkaulah yang Mahatahu."
"Sungguh tidak ada lagi yang kaukerjakan di dunia selain yang kauceritakan tadi?"
"Ya, itulah semuanya, Tuhanku."
"Masuk kamu."
Dan malaikat dengan sigapnya menjewer Haji Saleh ke neraka. Haji Saleh tidak mengerti
kenapa ia dibawa ke neraka. Ia tak mengerti yang dikehendaki Tuhan daripadanya dan ia
percaya Tuhan tidak silap. Alangkah tercenggangnya Haji Saleh, karena di neraka itu banyak
teman-temannya di dunia terpanggang hangus, merintih kesakitan. Dan ia tambah tak
mengerti lagi dengan keadaan dirinya, karena semua orang-orang yang dilihatnya di neraka
itu tak kurang ibadatnya dari dia sendiri. Bahkan ada salah seorang yang telah sampai empat
belas kali ke Mekah dan bergelar syekh pula.

Lalu Haji Saleh mendekati mereka, dan bertanya kenapa mereka dinerakakan semuanya. Tapi
sebagaimana Haji Saleh, orang-orang itu pun, tak mengerti juga.

"Bagaimana Tuhan kita ini?" kata Haji Saleh kemudian,


“Bukankah kita disuruhnya-Nya taat beribadat, teguh beriman? Dan itu semua sudah kita
kerjakan selama hidup kita. Tapi kini kita dimasukkan-Nya ke neraka.”
“Ya, kami juga heran. Tengoklah itu orang-orang se-negeri dengan kita semua, dan tak
kurang ketaatannya beribadat.”
“Ini sungguh tidak adil.”
“Memang tidak adil,” kata orang-orang itu mengulangi ucapan Haji Saleh.
“Kalau begitu, kita harus minta kesaksian atas kesalahan kita.”

Lakon Robohnya Surau Kami karya AA Navis, Penyadur Hermana HMT 17


“Kita harus mengingatkan Tuhan, kalau-kalau Ia silap memasukkan kita ke neraka ini.”
“Benar. Benar. Benar.” Sorakan yang lain membenarkan Haji Saleh.
“Kalau Tuhan tak mau mengakui kesilapan-Nya, bagaimana?” suatu suara melengking di
dalam kelompok orang banyak itu.
“Kita protes. Kita resolusikan,” kata Haji Saleh.
“Apa kita revolusikan juga?” tanya suara lain, yang rupanya di dunia menjadi pemimpin
gerakan revolusioner.
“Itu tergantung pada keadaan,” kata Haji Saleh.
“Yang penting sekarang, mari kita berdemontrasi menghadap Tuhan.”
“Cocok sekali. Di dunia dulu dengan demontrasi saja banyak yang kita peroleh,” sebuah
suara menyela.
“Setuju. Setuju. Setuju.”
Mereka bersorak beramai-ramai. Lalu mereka berangkatlah bersama-sama menghadap
Tuhan. Dan Tuhan bertanya. “Kalian mau apa?”
Haji Saleh yang jadi pemimpin dan juru bicara tampil ke depan. Dan dengan suara
menggeletar dan berirama indah, ia memulai pidatonya:
“O, Tuhan kami yang Mahabesar. Kami yang menghadap-Mu ini adalah umat-Mu yang
paling taat beribadat, yang paling taat menyembah-Mu. Kamilah orang-orang yang selalu
menyebut nama-Mu, memuji-muji kebesaran-Mu, mempropagandakan keadilan-Mu, dan
lainlainnya.

Kitab-Mu kami hafal di luar kepala kami. Tak sesat sedikit pun kami membacanya.
Akan tetapi, Tuhanku yang Mahakuasa, setelah kami Engkau panggil kemari, Engkau
masukkan kami ke neraka. Maka sebelum terjadi hal-hal yang tak diingini, maka di sini, atas
nama orang-orang yang cinta pada-Mu, kami menuntut agar hukuman yang Kaujatuhkan
kepada kami ditinjau kembali dan memasukkan kami ke surga sebagaimana yang Engkau
janjikan dalam Kitab-Mu.”
“Kalian di dunia tinggal di mana?” tanya Tuhan.
“Kami ini adalah umat-Mu yang tinggal di Indonesia, Tuhanku.”
“O, di negeri yang tanahnya subur itu?”
“Ya, benarlah itu, Tuhanku.”
“Tanahnya yang mahakaya-raya, penuh oleh logam, minyak dan berbagai bahan tambang
lainnya bukan?”
“Benar. Benar. Benar. Tuhan kami. Itulah negeri kami.” Mereka mulai menjawab serentak.
Karena fajar kegembiraan telah membayang di wajahnya kembali. Dan yakinlah mereka
sekarang, bahwa Tuhan telah silap menjatuhkan hukuman kepada mereka itu.

“Di negeri, di mana tanahnya begitu subur, hingga tanaman tumbuh tanpa ditanam?”
“Benar. Benar. Benar. Itulah negeri kami.”
“Ya. Ya. Ya. Itulah dia negeri kami.”
“Negeri yang lama diperbudak orang lain?”
“Ya, Tuhanku. Sungguh laknat penjajah itu, Tuhanku.”
“Dan hasil tanahmu, mereka yang mengeruknya, dan diangkutnya ke negerinya,
bukan?”
“Benar, Tuhanku. Hingga kami tak mendapat apa-apa lagi. Sungguh laknat mereka itu.”

Lakon Robohnya Surau Kami karya AA Navis, Penyadur Hermana HMT 18


“Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dengan kamu selalu berkelahi, sedang hasil
tanahmu orang lain juga yang mengambilnya, bukan?”
“Benar, Tuhanku. Tapi bagi kami soal harta benda itu kami tak mau tahu. Yang penting bagi
kami ialah menyembah dan memuji Engkau.”
“Engkau rela tetap melarat, bukan?”
“Benar. Kami rela sekali, Tuhanku.”
“Karena kerelaanmu itu, anak cucumu tetap juga melarat, bukan?”
“Sungguhpun anak cucu kami itu melarat, tapi mereka semua pintar mengaji. Kitab-Mu
mereka hafal di luar kepala.”
“Tapi seperti kamu juga, apa yang disebutnya tidak dimasukkan ke hatinya, bukan?”
“Ada, Tuhanku.”
“Kalau ada, kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua.
Sedang harta bendamu kaubiarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan
engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri
kau negeri yang kaya-raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat
tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau
semuanya beramal di samping beribadat. Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau
miskin. Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk disembah saja, hingga kerjamu lain tidak
memuji-muji dan menyembahku saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka. Hai,
Malaikat, halaulah mereka ini kembali ke neraka. Letakkan di keraknya.”

Semua jadi pucat pasi tak berani berkata apa-apa lagi. Tahulah mereka sekarang apa jalan
yang diredhai Allah di dunia. Tapi Haji Saleh ingin juga kepastian apakah yang dikerjakannya
di dunia itu salah atau benar. Tapi ia tak berani bertanya kepada Tuhan. Ia bertanya saja pada
malaikat yang mengiring mereka itu.

"Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami menyembah Tuhan di dunia?" tanya Haji Saleh.
"Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau takut
masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan
kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak istrimu sendiri, sehingga mereka itu kucar-kacir
selamanya. Inilah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis. Padahal engkau di dunia
berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak memperdulikan mereka sedikit pun."
.
.
.
Demikian cerita Ajo Sidi yang kudengar dari Kakek. Cerita yang memurungkan Kakek.
Dan besoknya, ketika aku mau turun rumah pagi-pagi, istriku berkata apa aku tak pergi
menjenguk.
"Siapa yang meninggal?" tanyaku kaget.
"Kakek."
"Kakek?"
"Ya. Tadi subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang mengerikan
sekali. Ia menggoroh lehernya dengan pisau cukur."
"Astaga. Ajo Sidi punya gara-gara," kataku seraya cepat-cepat meninggalkan istriku
yang tercengang-cengang. Aku cari Ajo Sidi ke rumahnya. Tapi aku berjumpa sama istrinya
saja. Lalu aku tanya dia.

Lakon Robohnya Surau Kami karya AA Navis, Penyadur Hermana HMT 19


"Ia sudah pergi," jawab istri Ajo Sidi.
"Tidakkah ia tahu Kakek meninggal?"
"Sudah. Dan ia meninggalkan pesan agar dibelikan kain kafan buat Kakek tujuh lapis."
"Dan sekarang," tanyaku kehilangan akal sungguh mendengar segala peristiwa oleh
perbuatan Ajo Sidi yang tidak sedikit pun bertanggung jawab, "dan sekarang ke mana dia?"
"Kerja"
"Kerja?" tanyaku mengulangi hampa.
"Ya. Dia pergi kerja."
[***]

Lakon Robohnya Surau Kami karya AA Navis, Penyadur Hermana HMT 20

Anda mungkin juga menyukai