Anda di halaman 1dari 2

Data statistik AEKI

BPS Ditjenbun t

ahun 1988 menunjukkan bahwa produksi kopi

Indonesia adalah Arabica 488 kg/thn, Robusta 559 kg/thn dan Dinas Perkebunan

Propinsi Dati I Irian Jaya tahun 1990 seluruhnya 142,46 Ton. Data tersebut bila

dibandingkan dengan produksi kopi di Costarica 1228 kg/th

n. Ini menunjukkan

bahwa pro

duktivitas dan mutu kopi masih rendah. Keadaan ini dapat dimaklumi

bahwa kopi Indonesia banyak diusahakan oleh rakyat sekitar 92 %.

Masalah ini dirasakan oleh konsumen


-
konsumen kopi oleh karena itu ditekankan
kepada produsen
produsen kopi, baik berskala besar maupun kecil sampai kepada
petani untuk
memperhatikan Pasca Panennya, agar mutu kopi dapat sesuai dengan
kelas mutu ekspor

Kopi Luwak adalah seduhan kopi menggunakan biji kopi yang diambil dari sisa kotoran
luwak/musang kelapa. Biji kopi ini diyakini memiliki rasa yang berbeda setelah dimakan dan
melewati saluran pencernaan luwak. Kemasyhuran kopi ini di kawasan Asia Tenggara telah lama
diketahui, namun baru menjadi terkenal luas di peminat kopi gourmet setelah publikasi pada tahun
1980-an. Biji kopi luwak adalah yang termahal di dunia, mencapai USD100 per 450 gram.

Asal mula kopi luwak terkait erat dengan sejarah pembudidayaan tanaman kopi di Indonesia.
Pada awal abad ke-18, Belanda membuka perkebunan tanaman komersial di koloninya di
Hindia Belanda terutama di pulau Jawa dan Sumatera. Salah satunya adalah perkebunan kopi
arabika dengan bibit yang didatangkan dari Yaman. Pada era "Tanam Paksa" atau
Cultuurstelsel (1830—1870), Belanda melarang pekerja perkebunan pribumi memetik buah
kopi untuk konsumsi pribadi, akan tetapi penduduk lokal ingin mencoba minuman kopi yang
terkenal itu. Kemudian pekerja perkebunan akhirnya menemukan bahwa ada sejenis musang
yang gemar memakan buah kopi, tetapi hanya daging buahnya yang tercerna, kulit ari dan biji
kopinya masih utuh dan tidak tercerna. Biji kopi dalam kotoran luwak ini kemudian
dipunguti, dicuci, disangrai, ditumbuk, kemudian diseduh dengan air panas, maka terciptalah
kopi luwak.[1] Kabar mengenai kenikmatan kopi aromatik ini akhirnya tercium oleh warga
Belanda pemilik perkebunan, maka kemudian kopi ini menjadi kegemaran orang kaya
Belanda. Karena kelangkaannya serta proses pembuatannya yang tidak lazim, kopi luwak pun
adalah kopi yang mahal sejak zaman kolonial.

Kopi luwak tatkala baru dipungut. Lampung Barat

Luwak, atau lengkapnya musang luwak, senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik
dan masak termasuk buah kopi sebagai makanannya. Dengan indra penciumannya yang peka,
luwak akan memilih buah kopi yang betul-betul matang sebagai makanannya, dan setelahnya,
biji kopi yang masih dilindungi kulit keras dan tidak tercerna akan keluar bersama kotoran
luwak. Hal ini terjadi karena luwak memiliki sistem pencernaan yang sederhana, sehingga
makanan yang keras seperti biji kopi tidak tercerna. Biji kopi luwak seperti ini, pada masa
lalu hingga kini sering diburu para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik
dan telah difermentasikan secara alami di dalam sistem pencernaan luwak. Aroma dan rasa
kopi luwak memang terasa spesial dan sempurna di kalangan para penggemar dan penikmat
kopi di seluruh dunia.

Kopi luwak yang diberikan oleh Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono kepada PM
Australia, Kevin Rudd, pada kunjungannya ke Australia di awal Maret 2010 menjadi
perhatian pers Australia karena menurut Jawatan Karantina Australia tidak melalui
pemeriksaan terlebih dahulu. Pers menjulukinya dung diplomacy.[2]

https://id.wikipedia.org/wiki/Kopi_luwak

Anda mungkin juga menyukai