PENDAHULUAN
Diperkirakan HIV telah menginfeksi 25 juta orang sejak ditemukan pada tanggal 5
Juni 1981, sehingga dalam kurun waktu yang singkat telah menjadi pandemi di
yang telah terinfeksi oleh virus HIV atau yang telah mulai menampakkan satu atau
Waktu munculnya gejala bisa saja terjadi lebih cepat (kurang dari 2 tahun) atau
lebih lama (lebih dari 10 tahun). Kowalak (2011) mengatakan bahwa sekitar 10%
orang yang terinfeksi virus HIV akan berkembang menjadi AIDS dalam waktu 2
sampai 3 tahun, dan sekitar 10% pengidap HIV tidak akan berkembang menjadi
AIDS bahkan setelah 10 tahun. Rentang waktu dari seseorang terinfeksi sampai
muncul gejala klinis bisa sangat bervariasi antara 8 sampai 10 tahun, yang bisa
disebut sebagai masa inkubasi, atau dalam terminologi penyakit HIV/AIDS biasa
disebut juga sebagai windows period. Pembuktikan seseorang telah terinfeksi HIV,
harus melewati pemeriksaan atau tes HIV yang biasa dilakukan menggunakan
metode pengujian Western Blot dalam mendeteksi antibody HIV pada serum,
plasma,cairan tubuh, cairan mulut, darah kering, maupun urine pasien. Seseorang harus
mendapatkan penyuluhan (konseling) sebelum dan setelah melakukan tes HIV. Tes
HIV tidak boleh dilakukan tanpa adanya persetujuan dan berdasarkan informasi
masyarakat awam yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang penyakit
HIV/AIDS, tetapi dapat juga dilakukan oleh petugas kesehatan. Saat ini tercatat,
sekitar 34 juta orang di dunia mengidap Virus HIV penyebab AIDS dan kebanyakan
dari mereka hidup dalam kemiskinan dan di negara berkembang. Data WHO terbaru
pengobatan. Tahun 2012 tercatat 9,7 juta orang dan angka ini meningkat 300.000
orang lebih banyak dibandingkan satu dekade sebelumnya (WHO, 2012). Data
kasus HIV/AIDS ditemukan pada tahun 1987 sampai dengan 30 Juni 2012, telah
tercatat 32.103 kasus AIDS dan 86.762 kasus terinfeksi HIV serta 8.235 kasus
Data dari profil Puskesmas Tumpang mencatat pada tahun 2017, terdapat 10
penderita HIV/AIDS. Tercatat dari 10 terdapat 5 penderita yang telah meninggal dan
5 lainnya tengah mejalani terapi ARV. Dan khususnya salah satu desa yang terdapat
yang berkembang mengenai HIV/AIDS di desa benjor mayoritas stigma yang buruk
yang berakibat dikucilkannya penderita dan keluarga penderita HIV/AIDS. Herek &
ODHA disebabkan oleh faktor risiko penyakit ini yang terkait dengan perilaku seksual
HIV/AIDS cenderung tidak takut dan tidak memberikan stigma terhadap ODHA.
desa Benjor, Tumpang. Hingga menimbulkan deteksi dini penyakit HIV/AIDS tidak
1.3 Tujuan
kepada masyarakat
Pelaksanaan tugas minipro sebagai salah satu tugas yang harus dilakukan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFENISI
yang diakibatkan karena penurunan kekebalan tubuh akibat adanya infeksi oleh Human
Imunodefeciency Virus (HIV) yang termasuk familie retroviridae. AIDS merupakan tahap
2.2 ETIOLOGI
AIDS disebabkan oleh infeksi HIV. HIV adalah suatu virus RNA berbentuk sferis yang
termasuk retrovirus dan famili Lentivirus (gambar 1). Strukturnya tersusun atas
beberapa lapisan dimana lapisan terluar (envelop) berupa glikoprotein gp120 yang
melekat pada glikoprotein gp41. Selubung glikoprotein ini berafinitas tinggi terhadap
molekul CD4 pada permukaan T-Helper lympohsit dan monosit atau makrofag. Lapisan
kedua bagian dalam terdiri dari protein p17. Inti HIV dibentuk oleh protein p24. Didalam
inti ini terdapat dua rantai RNA dan enzim transkriptase reverse (reverse transciptase
enzyme).
HIV dapat diisolasi dari darah, cairan serebrospinalis, semen, air mata, sekresi
vagina atau serviks, urine, ASI, dan air liur. Penularan terjadi paling efesien melalui
darah dan semen. HIV juga dapat ditualrkan melalui air susu dan sekresi vagina atau
serviks. Tiga cara utama penularan adalah kontak dengan darah dan kontak seksual
dan kontak ibu bayi. Setelah virus ditularkan akan terjadi serangkaian proses yang
Limfosit CD4+ (sel T helper atau Th) merupakan target utama infeksi HIV karena
terjadi kehilangan fungsi tersebut maka dapat menyebabkan gangguan imun yang
progresif. Namun beberapa sel lainnya yang dapat terinfeksi yang ditemukan secara
folikular dendritik, mukosa rectal, mukosa saluran cerna, sel serviks, mikrogilia,
astrosit, sel trofoblast, limfosit CD8, sel retina dan epitel ginjal.
Infeksi HIV terjadi melalui molekul CD4 yang merupakan reseptor utama HIV
dengan bantuan ko-reseptor kemokin pada sel T atau monosit, atau melalui
kompleks molekul adhesi pada sel dendrit. Kompleks molekul adhesi ini dikenal
(DC-SIGN). Akhir-akhir ini diketahui bahwa selain molekul CD4 dan ko-reseptor
kemokin terdapat integrin 4 7 sebagai reseptor penting lainnya untuk HIV. Antigen
gp120 yang berada pada permukaan HIV akan berikatan dengan CD4 serta ko-
reseptor kemokin CXCR4 dan CXCR5, dan dengan mediasi antigen gp41 virus,
akan terjadi fusi dan internalisasi HIV. Didalam sel CD4, sampul HIV akan terbuka
dan RNA yang akan muncul akan membuat salinan DNA dengan bantuan enzim
transkriptase reversi. Selanjutnya salinan DNA ini akan berintegrasi dengan DNA
penjamu dengan bantuan enzim polimerase sel host menjadi mRNA untuk
selanjutnya mengadakan partikel virus yang nantinya akan menempel pada bagian
luar sel. Melalui proses budding pada permukaan membran sel, virion akan
dikeluarkan dari sel inang dalam keadaan matang. Sebagian besar replikasi HIV
Keadaan ini disebut juga infeksi primer HIV. Sindroma akut yang terkait dengan
infeksi primer HIV ini ditandai oleh proses replikasi yang menghasilkan virus-virus
baru (virion) dalam jumlah yang besar. Virus yang dihasilkan dapat terdeteksi dalam
darah dalam waktu sekitar 3 minggu setelah terjadinya infeksi. Pada periode ini
protein virus dan virus yang infeksius dapat dideteksi dalam plasma dan juga cairan
serebrospinal, jumlah virion didalam plasma dapat mencapai 106 hingga 107 per
mililiter plasma. Viremia oleh karena replikasi virus dalam jumlah yang besar akan
memicu timbulnya sindroma infeksi akut dengan gejala yang mirip infeksi
mononukleosis akut yakni antara lain: demam, limfadenopati, bercak pada kulit,
faringitis, malaise, dan mual muntah, yang timbul sekitar 3-6 minggu setelah6 infeksi.
Pada fase ini selanjutnya akan terjadi penurunan sel limfosit T-CD4 yang signifikan
sekitar 2-8 minggu pertama infeksi primer HIV, dan kemudian terjadi kenaikan
limfosit T karena mulai terjadi respons imun. Jumlah limfosit T pada fase ini masih
diatas 500 sel/mm3 dan kemudian akan mengalami penurunan setelah enam minggu
terinfeksi HIV.
2. Fase Infeksi Laten
Setelah terjadi infeksi primer HIV akan timbul respon imun spesifik tubuh
terhadap virus HIV. Sel sitotoksik B dan limfosit T memberikan perlawanan yang
kuat terhadap virus sehingga sebagian besar virus hilang dari sirkulasi sistemik.
Sesudah terjadi peningkatan respon imun seluler, akan terjadi peningkatan antibodi
sebagai respon imun humoral. Pembentukan respon imun spesifik terhadap HIV
menyebabkan virus dapat dikendalikan, jumlah virus dalam darah menurun dan
perjalanan infeksi mulai memasuki fase laten. Namun demikian, sebagian virus
masih menetap di dalam tubuh, meskipun jarang ditemukan di dalam plasma, virus
folikuler, dan masih terus mengadakan replikasi. Sehingga penurunan limfosit T-CD4
terus terjadi walaupun virion di plasma jumlahnya sediki. Pada fase ini jumlah limfosit
Jumlah virus, setelah mencapai jumlah tertinggi pada awal fase infeksi primer,
akan mencapai jumlah pada titik tertentu atau mencapai suatu “set point” selama
fase laten. Set point ini dapat memprediksi onset waktu terjadinya penyakit AIDS.
Dengan jumlah virus kurang dari 1000 kopi/ml darah, penyakit AIDS kemungkinan
akan terjadi dengan periode laten lebih dari 10 tahun. Sednagkan jika jumlah virus
kurang dari 200 kopi/ml, infeksi HIV tidak mengarah menjadi penyakit AIDS.
Sebagian besar pasien dengan jumlah virus lebih dari 100.000 kopi/ml, mengalami
penurunan jumlah limfosit T-CD4 yang lebih cepat dan mengalami perkembangan
menjadi penyakit AIDS dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun. Sejumlah pasien
yang belum mendapatkan terapi memiliki jumlah virus antara 10.000 hingga 100.000
kopi/ml pada infeksi laten. Pada fase ini pasien umumnya belum menunjukkan gejala
klinis atau aimptomatis. Fase laten berlangsung sekitar 8-10 tahun (dapat 3-13)
Selama berlangsungnya fase ini, didalam kelenjar limfa terus terjadi replikasi
virus yang diikuti dengan kerusakan dan kematian sel dendritik folikuler serta sel
limfosit T-CD4 yang menjadi target utama dari virus HIV oleh karena banyaknya
jumlah virus. Pada fase ini terjadi peningkatan jumlah virion secara berlebihan
didalam sirkulasi sistemik. Respon imun tidak mampu mengatasi jumlah virion
yang sangat besar. Jumlah sel limfosit T-CD4 menurun hingga dibawah 200
sel/mm, jumla virus meningkat dengan cepat sedangkan respons imun semakin
sekunder yang dapat disebabkan oleh virus, jamur, protozoa atau bakteri.
terjadi AIDS pasien jarang bertahan hidup lebih dari dua tahun tanpa intervensi
trakea, kandidiasis bronkhus atau paru serta infeksi jamur jenis lain misalnya
beberapa jenis kanker yaitu kanker kelenjar getah bening dan kanker sarkoma
kaposi.
Gejala penderita AIDS dapat ringan sampai berat. Di AS ditemukan ratusan ribu
orang yang dalam darahnya mengandung virus AIDS tanpa gejala klinis (carier).
Pada tingkat ini penderita belum mengalami kelainan dan dapat melakukan
aktivitas normal.
2. Kelainan mulut dan kulit yang ringan, misalnya dermatitis seboroik, prurigo,
Pada tingkat ini penderita sudah menunjukkan gejala, tetapi aktivitas tetap
normal.
2. Diare kronik lebih dari 1 bulan, tanpa diketahui sebabnya selama lebih dari 1
3. Kandidosis mulut
Stigma adalah ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang karena
pengaruh lingkungannya (KBBI). Menurut Castro dan Farmer (2005) stigma ini dapat
kesehatan, teman sekerja, para teman dan keluarga. Stigama membuat pembatasan
Stigma dapat dialami sebagai rasa malu atau bersalah, atau secara luas dapat
dinyatakan sebagai diskriminasi. Hal ini dapat menyebabkan penurunan percaya diri,
interaksi dalam kesehatan dan kehilangan perencanaan masa depan. Stigma juga
berarti sebuah fenomena yang terjadi ketika seseorang diberikan labeling, stereotip,
separation, dan mengalami diskriminasi (Link Phelan dalam Scheid & Brown, 2010).
BAB III
a. Data Umum
b. Data Wilayah
1) Desa Tumpang
2) Desa Malangsuko
3) Desa Jeru
4) Desa Wringinsongo
5) Desa Slamet
6) Desa Bokor
7) Desa Pandanajeng
8) Desa Pulungdowo
9) Desa Tulusbesar
1) Desa Kambingan
2) Desa Kidal
3) Desa Ngingit
4) Desa Benjor
5) Desa Duwet
c. Data Kependudukan
SD/MI : 1.284
SMP/MTS : 303
SMA/MA : 73
SMK :0
Diploma/diploma II :0
Diploma III :3
Universitas : 15
kesehatan dan perangkat desa di desa benjor yang berjumlah 30 orang sampel, maka
Baik 5 16,66%
Sedang 10 33,33%
Buruk 15 50%
Total 30 100%
Baik 7 23,33%
Sedang 10 33,33%
Buruk 13 43,33%
Total 30 100%
Baik 8 26,66%
Sedang 13 43,33%
Buruk 9 30%
Total 30 100%