Sap 4
Sap 4
merupakan alat komunikasi antara auditor dengan pemakai laporan yang sekaligus
merupakan pertanggungjawaban auditor atas penugasan yang diterimanya. Laporan
auditor sangat penting dalam penugasan audit karena laporan mengomunikasikan
temuan - temuan auditor. Pengguna laporan keuangan mengandalkan pada laporan
auditor untuk mendapatkan kepastian atas laporan keuangan perusahaan. Dalam
penerbitan laporannya auditor harus memenuhi 4 standar pelaporan auditor, yaitu :
1. Laporan harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai
dengan prinsip - prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP)
2. Laporan harus mengidentifikasikan keadaan di mana prinsip - prinsip tersebut
tidak secara konsisten diikuti selama periode berjalan jika dikaitkan dengan
periode sebelumnya
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan dianggap sudah memadai,
kecuali dinyatakan sebaliknya dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus berisi pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan,
secara keseluruhan, atau asersi bahwa suatu pendapat tidak bisa diberikan.
Jika tidak dapat menyatakan satu pendapat secara keseluruhan, auditor harus
menyatakan alasan - alasan yang mendasarinya. Dalam semua kasus, jika
nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan itu harus dengan
jelas menunjukkan sifat pekerjaan auditor, jika ada, serta tingkat tanggung
jawab yang dipikul auditor.
a. Kompetensi
Kompeten artinya auditor harus memiliki keahlian di bidang auditing dan
mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bidang yang diauditnya melalui
pelatihan - pelatihan teknis.
1) Kompetensi seorang auditor dibidang auditing ditunjukkan oleh latar
belakang pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya. Dari sisi pendidikan,
idealnya seorang auditor memiliki latar belakang pendidikan (pendidikan
formal atau pendidikan dan latihan sertifikasi) di bidang auditing. Sedangkan
pengalaman, lazimnya ditunjukkan oleh lamanya yang bersangkutan berkarir
di bidang audit atau intensitas/sering dan bervariasinya melakukan audit. Jika
auditor menugaskan orang yang kurang/belum berpengalaman, maka orang
tersebut harus disupervisi (dibimbing) oleh seniornya yang berpengalaman.
2) Kompetensi auditor mengenai bidang yang diauditnya juga ditunjukkan oleh
latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya.
3) Auditor yang mengaudit laporan keuangan harus memiliki latar belakang
pendidikan dan memahami dengan baik proses penyusunan laporan
keuangan dan standar akuntansi yang berlaku. Demikian pula dengan auditor
yang melakukan audit operasional dan ketaatan, dia harus memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai kegiatan operasional yang diauditnya,
baik cara melaksanakannya, maupun kriteria yang digunakan untuk
melakukan penilaian. Jika auditor kurang mampu atau tidak memiliki
kemampuan tersebut, maka dia (auditor) wajib menggunakan tenaga ahli
yang sesuai.
b. Independensi
Independen artinya bebas dari pengaruh baik terhadap manajemen yang
bertanggung jawab atas penyusunan laporan maupun terhadap para pengguna
laporan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar auditor tersebut bebas dari pengaruh
subyektivitas para pihak yang tekait, sehingga pelaksanaan dan hasil auditnya
dapat diselenggarakan secara obyektif. Independensi yang dimaksud meliputi
independensi dalam kenyataan (in fact) dan dalam penampilan (in appearance).
Independensi dalam kenyataan lebih cenderung ditunjukkan oleh sikap mental
yang tidak terpengaruh oleh pihak manapun. Sedangkan independensi dalam
penampilan ditunjukkan oleh keadaan tampak luar yang dapat mempengaruhi
pendapat orang lain terhadap independensi auditor. Contoh penampilan yang dapat
mempengaruhi pendapat orang terhadap independensi auditor, apabila dia (auditor)
sering tampak makan-makan atau belanja bersama-sama dengan dan dibayari oleh
auditee-nya. Walaupun pada hakekatnya (in fact) auditor tetap memelihara
independensinya, kedekatan dalam penampilan itu dapat merusak citra
independensinya di mata publik. Independensi tidak hanya dari sisi kelembagaan.
Tetapi juga dari sisi pekerjaan. Misalnya suatu Kantor Akuntan Publik menjadi
konsultan pada suatu perusahaan atau membantu perusahaan menyusunkan laporan
keuangannya. Terhadap perusahaan tersebut, Kantor Akuntan Publik yang
bersangkutan tidak boleh memberikan jasa audit.
4.5 MATERIALITAS
Materialitas merupakan pertimbangan penting dalam menentukan jenis
laporan keuangan yang tepat untuk diterbitkan dalam situasi tertentu. Sebagai
contoh, jika salah saji relatif tidak material terhadap laporan keuangan suatu
entitas selama periode berjalan, maka tepat untuk menerbitkan pendapat wajar
tanpa pengecualian.
Suatu salah saji dalam laporan keuangan dapat dianggap material jika
pengetahuan akan salah saji tersebut akan mempengaruhi keputusan para
pemakai laporan tersebut. Dalam penerapan definisi ini, tiga tingkat materialitas
digunakan untuk menentukan jenis pendapat yang akan diterbitkan, yaitu:
a. Jumlahnya Tidak Material
Apabila ada salah saji dalam laporan keuangan tetapi cenderung tidak
mempengaruhi keputusan pemakai laporan, hal tersebut dianggap sebagai
tidak material. Karena itu, pendapat wajar tanpa pengecualian layak
diterbitkan. Sebagai contoh, asumsikan bahwa manajemen mencatat
asuransi dibayar di muka sebagai aset pada tahun sebelumnya dan
memutuskan untuk membebankannya dalam tahun berjalan guna
mengurangi biaya pemeliharaan catatan. Ini berarti manajemen gagal
mematuhi GAAP/PSAK, tetapi jika jumlahnya sedikit, maka salah saji
tersebut tidak material dan laporan audit wajar tanpa pengecualian
standar tepat untuk diterbitkan.
b. Jumlahnya Material tetapi Tidak Memperburuk Laporan Keuangan
secara Keseluruhan
Tingkat materialitas yang kedua terjadi apabila salah saji dalam
laporan keuangan akan mempengaruhi keputusan para pemakai laporan
itu, tetapi laporan keuangan secara keseluruhan tetap disajikan secara
wajar sehingga masih berguna. Sebagai contoh, pengetahuan akan salah
saji yang besar dalan aset tetap mungkin mempengaruhi keinginan
pemakai untuk meminjam uang kepada perusahaan jika aset itu adalah
jaminannya. Salah saji dalam persediaan tidak berarti bahwa kas,
piutang usaha, dan unsur-unsur laporan keuangan lainnya, atau laporan
keuangan secara keseluruhan, tidak benar secara material.
Apabila auditor menyimpulkan bahwa salah saji material tetapi tidak
mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan, maka pendapat
yang tepat adalah pendapat wajar dengan pengecualian (dengan
menggunakan “kecuali untuk”).
c. Jumlahnya Sangat Material atau Begitu Pervasif sehingga Kewajaran
Laporan Keuangan secara Keseluruhan Diragukan
Tingkat materialitas tertinggi terjadi apabila pemakai mungkin akan
membuat keputusan yang tidak benar apabila mengandalkan laporan
keuangan mereka secara keseluruhan. Contoh, jika persediaan merupakan
saldo terbesar dalam laporan keuangan, maka salah saji yang besar
mungkin akan begitu material sehingga laporan auditor harus
menunjukkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan tidak dapat
dipandang sebagai telah disajikan secara wajar. Apabila terwujud tingkat
materialitas yang tertinggi, auditor harus menolak memberikan pendapat
atau memberikan pendapat yang tidak wajar, tergantung pada kondisi
yang ada.
Pada saat menentukan apakah suatu pengecualian sangat material,
auditor harus mempertimbangkan seberapa besar pengaruh pengecualian
tersebut terhadap bagian laporan yang berbeda. Ini disebut sebagai
penyebaran (pervasiveness). Misklasifikasi antara kas dan piutang usaha
hanya mempengaruhi kedua akun tersebut dan karenanya tidak pervasif.
Di pihak lain, kelalaian mencatat penjualan yang material dikatakan
sangat pervasif karena hal itu mempengaruhi penjualan, piutang usaha,
beban pajak penghasilan, pajak penghasilan akrual, serta laba ditahan,
yang pada gilirannya mempengaruhi aset lancar, total aset, kewajiban
lancar, total kewajiban, ekuitas pemilik, marjin kotor, dan laba operasi.
Bila salah saji menjadi lebih pervasif, kemungkinan untuk menerbitkan
pendapat tidak wajar, atau pendapat wajar dengan pengecualian, akan
semakin tinggi.
http://supriakuntansisy.blogspot.co.id/2011/04/opini-audit.html (diakses 11 Maret
2017)
https://dwiermayanti.wordpress.com/category/audit/ (diakses 11 Maret 2017)