Anda di halaman 1dari 14

Hasil akhir dari proses pemeriksaan oleh auditor adalah laporan auditor yang

merupakan alat komunikasi antara auditor dengan pemakai laporan yang sekaligus
merupakan pertanggungjawaban auditor atas penugasan yang diterimanya. Laporan
auditor sangat penting dalam penugasan audit karena laporan mengomunikasikan
temuan - temuan auditor. Pengguna laporan keuangan mengandalkan pada laporan
auditor untuk mendapatkan kepastian atas laporan keuangan perusahaan. Dalam
penerbitan laporannya auditor harus memenuhi 4 standar pelaporan auditor, yaitu :
1. Laporan harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai
dengan prinsip - prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP)
2. Laporan harus mengidentifikasikan keadaan di mana prinsip - prinsip tersebut
tidak secara konsisten diikuti selama periode berjalan jika dikaitkan dengan
periode sebelumnya
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan dianggap sudah memadai,
kecuali dinyatakan sebaliknya dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus berisi pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan,
secara keseluruhan, atau asersi bahwa suatu pendapat tidak bisa diberikan.
Jika tidak dapat menyatakan satu pendapat secara keseluruhan, auditor harus
menyatakan alasan - alasan yang mendasarinya. Dalam semua kasus, jika
nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan itu harus dengan
jelas menunjukkan sifat pekerjaan auditor, jika ada, serta tingkat tanggung
jawab yang dipikul auditor.

4.1 JENIS - JENIS LAPORAN AUDITOR


Laporan Auditor Standar
Bila dipenuhi persyaratan - persyaratan tertentu maka dapat diterbitkan
laporan bentuk standar (baku), baik dalam bentuk pendek maupun bentuk
panjang. Laporan auditor standar atau baku adalah laporan auditor yang berisi
pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) yang berarti bahwa
laporan keuangan tersebut telah menyajikan secara wajar, dalam semua aspek
yang material, posisi keuangan, hasil operasi, dan aliran kas dari suatu organisasi
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Laporan auditor bentuk pendek adalah laporan auditor yang hanya dilampiri
laporan keuangan utama sedangkan laporan auditor bentuk panjang, di samping
lampiran - lampiran dalam bentuk pendek tersebut ditambah dengan lampiran -
lampiran lainnya, misalnya komentar dan rekomendasi terhadap laporan
keuangan maupun terhadap pengendalian intern, penjelasan tiap akun laporan
keuangan, hasil analisa terhadap laporan keuangan termasuk analisa rasio,
laporan sumber dan penggunaan dana, aliran kas, grafik - grafik, dan penjelasan -
penjelasan tambahan.
Unsur pokok laporan auditor bentuk baku :
a. Suatu judul yang berbunyi "Laporan Auditor Independen".
Kewajiban mencantumkan kata independen dimaksudkan untuk
memberi tahu para pemakai laporan bahwa audit tersebut dalam segala
aspeknya dilaksanakan secara tidak bias atau tidak memihak.
b. Pihak yang dituju oleh auditor dalam laporan auditornya
Laporan auditor harus ditujukan kepada pihak sebagaimana yang
diharuskan menurut ketentuan perikatan. Peraturan perundang - undangan
seringkali menentukan kepada siapa laporan auditor ditujukan dalam
yuridiksi tersebut. Laporan auditor pada umumnya ditujukan kepada pihak -
pihak yang untuk mana laporan tersebut disusun, seringkali kepada
pemegang saham atau pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola yang
laporan keuangannya diaudit.
c. Paragraf Pendahuluan
Paragraf Pendahuluan, mengidentifikasikan hal - hal sebagai berikut :
 Jenis jasa yang diberikan ("kami telah mengaudit")
 Laporan keuangan yang diaudit (obyek audit)
 Organisasi atau perusahaan yang diaudit
 Tanggal/periode laporan keuangan
 Tanggung jawab manajemen terhadap laporan keuangan
 Tanggung jawab auditor terhadap pendapatnya
d. Paragraf Ruang Lingkup
Paragraf Ruang Lingkup, menjelaskan sifar dan luasnya audit untuk
memenuhi standar pelaporan yang keempat yang menghendaki agar auditor
memberikan indikasi yang jelas mengenai karakter atau sifat auditnya.
Paragraf ini menyatakan :
 audit dilaksanakan sesuai dengan GAAS yang mengharuskan :
o merencanakan dan melaksanakan audit agar mendapatkan
keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah
saji material
o memeriksa bukti - bukti atas dasar pengujian
o menilai prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan
yang dibuat oleh manajemen
o penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan
 keyakinan auditor bahwa audit memberikan dasar yang memadai untuk
memberikan pendapat
e. Paragraf Pendapat
Berisi kesimpulan auditor tentang laporan keuangan yang diaudit
berdasar atas temuan - temuannya. Paragraf ini menyatakan :
 Pendapat auditor apakah laporan keuangan :
o menyajikan secara wajar, dalam semua aspek yang material,
o posisi keuangan perusahaan pada tanggal neraca,
o hasil operasi dan aliran kas pada periode tersebut
o kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
f. Tanda tangan dan nama auditor serta nomor register negara auditor
Menunjukkan siapa yang melakukan audit atau yang bertanggung
jawab terhadap laporan auditor, baik atas nama pribadi atau atas nama
kantor akuntannya
g. Tanggal laporan audit.
Laporan auditor harus diberi tanggal tidak lebih awal dari tanggal
ketika auditor telah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang
mendasari opini auditor atas laporan keuangan. Tanggal laporan auditor
menginformasikan kepada pemakai laporan auditor bahwa auditor telah
mempertimbangkan pengaruh peristiwa dan transaksi yang disadari oleh
auditor dan yang terjadi sampai dengan tanggal tersebut. Tanggal laporan
auditor adalah tanggal ketika prosedur audit telah selesai dilaksanakan
secara substansial dan kesimpulan berdasarkan bukti audit yang cukup dan
tepat telah ditarik.
Laporan Auditor Tidak Standar
Akuntan dapat menerbitkan laporan auditor yang tidak standar apabila
persyaratan - persyaratan untuk menerbitkan laporan auditor bentuk standar tidak
terpenuhi, karena keadaan - keadaan tertentu atau karena adanya tujuan tertentu.
Penyimpangan dari laporan standar tergolong dalam salah satu dari dua
kategori berikut ini.
 Laporan Auditor Standar dengan Bahasa Penjelasan
Karakteristik yang berbeda yang ada dalam kategori jenis laporan ini adalah
bahwa paragraf pendapat tetap menyatakan pendapat wajar tanpa
pengecualian, karena laporan keuangan sesuai dengan GAAP. Namun terdapat
beberapa kondisi yang mengharuskan auditor menambah paragraf
penjelasan atau bahasa penjelasan lain pada laporan standar. Sebagai
contoh, bila entitas memilih untuk mengubah prinsip - prinsip akuntansi,
misalnya perubahan metode penyusutan, maka pedoman yang harus diikuti
adalah APB Opinion No. 20, yang mengharuskan entitas memberikan alasan
perubahan terebut, menerapkan metode akuntansi yang tepat untuk jenis
perubahan khusus tersebut, serta membuat pengungkapan yang sesuai dalam
catatan kaki. Meskipun entitas melakukan semua petunjuk ini, namun auditor
tetap diharuskan menambahkan paragraf keempat (penjelasan) sebagai
tambahan pada laporan standar untuk menarik perhatian pembaca tentang
adanya kondisi ini.
 Jenis - Jenis Pendapat Lain
Kategori kedua penyimpangan dari laporan standar adalah apabila terjadi salah
satu kondisi berikut ini :
(1) Laporan keuangan mengandung penyimpangan yang material dari
GAAP
(2) Auditor tidak mendapatkan bukti kompeten yang cukup berkenaan
dengan satu atau lebih asersi manajemen, sehingga tidak memiliki
dasar yang memadai untuk memberikan pendapat wajar tanpa
pengecualian atas laporan keuangan secara keseluruhan
Dalam hal ini, auditor menyatakan salah satu pendapat dari jenis pendapat
berikut ini : pendapat wajar dengan pengecualian, pendapat tidak wajar, atau
menolak memberikan pendapat.
Apabila salah satu dari pendapat jenis lain ini dinyatakan, pendapat tersebut
harus diberikan penjelasan dalam satu atau lebih paragraf tepat sebelum
paragraf pendapat. Paragraf pendapat yang diawali dengan referensi paragraf
penjelasan, akan diikuti dengan susunan kalimat yang sesuai untuk jenis
pendapat yang telah disebutkan di atas. Khusus untuk menolak memberikan
pendapat, paragraf ruang lingkup audit dihilangkan.
Hubungan antara jenis laporan auditor dan kondisi - kondisinya, dapat dilihat
dalam tabel berikut.
Penyimpangan dari Laporan Standar
Laporan
Laporan Standar
Standar dengan Jenis Pendapat Lainnya
Paragraf
Kondisi
Penjelasan
Pendapat Pendapat
Wajar Tidak
Wajar Wajar Tidak
dengan Memberikan
Tanpa Tanpa Wajar
Pengecualian Pendapat
Pengecualian Pengecualian
Laporan keuangan
sesuai dengan GAAP,
audit dilaksanakan
sesuai dengan GAAS,
dan :
 Tidak terdapat
kondisi yang
memerlukan 
bahasa penjelasan
 Terdapat kondisi
yang memerlukan 
paragraf penjelasan
Laporan Keuangan

mengandung 
(material)
penyimpangan dari (sangat
GAAP material)
Auditor tidak mampu
mendapatkan bukti  
kompeten yang cukup (material) (sangat
(pembatasan lingkup) material)

4.2 PERSYARATAN MASING - MASING AUDITOR


Kegiatan audit bertujuan untuk menilai layak dipercaya atau tidaknya laporan
pertanggung jawaban manajemen. Penilaian yang baik adalah yang dilakukan secara
obyektif oleh orang yang ahli (kompeten) dan cermat (due care) dalam melaksanakan
tugasnya. Untuk menjamin obyektivitas penilaian, pelaku audit (auditor) baik secara
pribadi maupun institusi harus independen terhadap pihak yang diaudit (auditi), dan
untuk menjamin kompetensinya, seorang auditor harus memiliki keahlian dibidang
auditing dan mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bidangyang diauditnya.
Sedangkan kecermatan dalam melaksanakan tugas ditunjukkan oleh perencanaan
yang baik, pelaksanaan kegiatan sesuai standar dan kode etik, supervisi yang
diselenggarakan secara aktif terhadap tenaga yang digunakan dalam penugasan, dan
sebagainya (Anonim : 2011)

a. Kompetensi
Kompeten artinya auditor harus memiliki keahlian di bidang auditing dan
mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bidang yang diauditnya melalui
pelatihan - pelatihan teknis.
1) Kompetensi seorang auditor dibidang auditing ditunjukkan oleh latar
belakang pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya. Dari sisi pendidikan,
idealnya seorang auditor memiliki latar belakang pendidikan (pendidikan
formal atau pendidikan dan latihan sertifikasi) di bidang auditing. Sedangkan
pengalaman, lazimnya ditunjukkan oleh lamanya yang bersangkutan berkarir
di bidang audit atau intensitas/sering dan bervariasinya melakukan audit. Jika
auditor menugaskan orang yang kurang/belum berpengalaman, maka orang
tersebut harus disupervisi (dibimbing) oleh seniornya yang berpengalaman.
2) Kompetensi auditor mengenai bidang yang diauditnya juga ditunjukkan oleh
latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya.
3) Auditor yang mengaudit laporan keuangan harus memiliki latar belakang
pendidikan dan memahami dengan baik proses penyusunan laporan
keuangan dan standar akuntansi yang berlaku. Demikian pula dengan auditor
yang melakukan audit operasional dan ketaatan, dia harus memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai kegiatan operasional yang diauditnya,
baik cara melaksanakannya, maupun kriteria yang digunakan untuk
melakukan penilaian. Jika auditor kurang mampu atau tidak memiliki
kemampuan tersebut, maka dia (auditor) wajib menggunakan tenaga ahli
yang sesuai.
b. Independensi
Independen artinya bebas dari pengaruh baik terhadap manajemen yang
bertanggung jawab atas penyusunan laporan maupun terhadap para pengguna
laporan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar auditor tersebut bebas dari pengaruh
subyektivitas para pihak yang tekait, sehingga pelaksanaan dan hasil auditnya
dapat diselenggarakan secara obyektif. Independensi yang dimaksud meliputi
independensi dalam kenyataan (in fact) dan dalam penampilan (in appearance).
Independensi dalam kenyataan lebih cenderung ditunjukkan oleh sikap mental
yang tidak terpengaruh oleh pihak manapun. Sedangkan independensi dalam
penampilan ditunjukkan oleh keadaan tampak luar yang dapat mempengaruhi
pendapat orang lain terhadap independensi auditor. Contoh penampilan yang dapat
mempengaruhi pendapat orang terhadap independensi auditor, apabila dia (auditor)
sering tampak makan-makan atau belanja bersama-sama dengan dan dibayari oleh
auditee-nya. Walaupun pada hakekatnya (in fact) auditor tetap memelihara
independensinya, kedekatan dalam penampilan itu dapat merusak citra
independensinya di mata publik. Independensi tidak hanya dari sisi kelembagaan.
Tetapi juga dari sisi pekerjaan. Misalnya suatu Kantor Akuntan Publik menjadi
konsultan pada suatu perusahaan atau membantu perusahaan menyusunkan laporan
keuangannya. Terhadap perusahaan tersebut, Kantor Akuntan Publik yang
bersangkutan tidak boleh memberikan jasa audit.

c. Kecermatan dalam melaksanakan tugas.


Dalam melaksanakan tugasnya, auditor harus menggunakan keahliannya
dengan cermat (due professional care), direncanakan dengan baik, menggunakan
pendekatan yang sesuai, serta memberikan pendapat berdasarkan bukti yang cukup
dan ditelaah secara mendalam. Di samping itu, institusi audit harus melakukan
pengendalian mutu yang memadai; organisasinya ditata dengan baik, terhadap
SDM yang digunakan dilakukan pembinaan, diikutsertakan dalam pendididkan dan
pelatihan yang berkesinambungan, pelaksanaan kegiatannya disupervisi dengan
baik, dan hasil pekerjaannya direview secara memadai. Kecermatan merupakan hal
yang mutlak harus diterapkan auditor dalam pelaksanaan tugasnya. Karena hasil
audit yang dilakukan akan berpengaruh pada sikap orang yang akan menyandarkan
keputusannya pada hasil audit yang dilakukannya. Oleh karena itu, auditor harus
mempertimbangkan bahwa suatu saat dia harus mempertanggungjawabkan hasil
auditnya, termasuk apabila dia tidak dapat menemukan kesalahan yang sebenarnya
telah terjadi dalam laporan yang diauditnya, namun tidak berhasil meng-
ungkapkannya.

4.3 KRITERIA WAJAR DALAM LAPORAN AUDITOR


Kriteria wajar dalam laporan auditor terkait dengan pendapat auditor.
Pendapat audit adalah pernyataan auditor terhadap kewajaran laporan keuangan dari
entitas yang telah diaudit. Terdapat lima jenis pendapat yang diberikan oleh auditor :
1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas
tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pendapat wajar
tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam
lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai
kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum dalam
penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi yang
berlaku umum, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan. Kata
wajar dalam paragraf pendapat mempunyai makna : (1) bebas dari keragu -
raguan dan ketidakjujuran, (2) lengkap informasinya. Pendapat WTP adalah
pendapat yang dinyatakan dalam laporan auditor bentuk baku. Kriteria
pendapat Wajar Tanpa Pengecualian antara lain :
a. Semua laporan - laporan posisi keuangan , laporan laba rugi
komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan
atas laporan keuangan - sudah termasuk dalam laporan keuangan
b. Bukti audit yang cukup memadai telah terkumpul, dan auditor telah
melaksanakan penugasan audit ini dengan cara yang memungkinkannya
untuk menyimpulkan bahwa audit telah dilaksanakannya sesuai dengan
standar auditing.
c. Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip - prinsip
akuntansi yang berlaku umum atau kerangka kerja akuntansi lainnya
yang sesuai. Hal itu juga berarti bahwa pengungkapan yang memadai
telah tercantum dalam catatan kaki dan bagian - bagian lain dalam
laporan keuangan.
d. Tidak terdapat situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk
menambahkan sebuah paragraf penjelasan atau modifikasi kata - kata
dalam laporan auditor.

2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan (Unqualified


Opinion with Explanatory Language)
Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan
dengan hasil yang memuaskan dan laporan keuangan yang disajikan secara
wajar, tetapi terdapat keadaan atau kondisi tertentu yang memerlukan bahasa
penjelasan. Kondisi atau keadaan yang memerlukan bahasa penjelasan
tambahan antara lain sebagai berikut :
a. Tidak adanya aplikasi yang konsisten dari prinsip - prinsip akuntansi
yang berlaku umum (GAAP)
b. Keraguan yang substansial mengenai going concern
c. Auditor setuju dengan penyimpangan dari prinsip akuntansi yang
dirumuskan
d. Penekaman pada suatu hal atau masalah lain
e. Laporan yang melibatkan auditor lain

3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)


Pendapat ini dapat diberikan akibat pembatasan ruang lingkup audit atau
kelalaian untuk mematuhi prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan
pendapat wajar dengan pengecualian dapat diberikan hanya apabila auditor
menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan
secara wajar. Laporan wajar dengan pengecualian dapat berbentuk kualifikasi
atau pengecualian atas ruang lingkup dan pendapat audit maupun
pengecualian atas pendapat saja. Pengecualian ruang lingkup dan pendapat
audit dapat diterbitkan hanya apabila auditor tidak mampu mengumpulkan
semua bukti audit yang disyaratkan oleh standar auditing. Karena itu, jenis
pengecualian ini digunakan apabila ruang lingkup auditor dibatasi oleh klien
atau apabila ada situasi yang menghalangi auditor untuk melaksanakan audit
secara lengkap. Penggunaan kualifikasi atau pengecualian atas pendapat audit
saja terbatas pada situasi di mana laporan keuangan tidak disajikan sesuai
dengan GAAP.

4. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)


Pendapat tidak wajar merupakan kebalikan pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian. Akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan
keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku
umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha,
dan arus kas perusahaan klien. Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika
ia tidak dibatasi lingkup auditnya, sehingga ia dapat mengumpulkan bukti
kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan
diberi pendapat tidak wajar oleh auditor maka informasi yang disajikan oleh
klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga
tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan
keputusan.

5. Menolak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion)


Kondisi yang menyebabkan auditor menolak memberikan pendapat adalah :
a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit
b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya
Perbedaan antara menolak memberikan dengan pendapat tidak wajar adalah
pendapat tidak wajar diberikan dalam keadaan auditor mengetahui adanya
ketidakwajaran laporan keuangan klien atau memiliki pengetahuan atas hal
tersebut sedangkan auditor menolak memberikan pendapat karena ia tidak
cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan auditan atau
karena ia tidak independen dalam hubungannya dengan klien.
4.4 PENYIMPANGAN DARI LAPORAN AUDIT WAJAR TANPA
PENGECUALIAN
Sangatlah penting bagi para auditor dan pembaca laporan audit untuk memahami
situasi di mana laporan audit wajar tanpa pengecualian dianggap tidak tepat serta
jenis laporan audit yang harus diterbitkan dalam setiap situasi. Terdapat tiga
kondisi yang memerlukan penyimpangan dari laporan audit wajar tanpa
pengecualian, yaitu:
1. Ruang Lingkup Audit Dibatasi (Pembatasan Ruang Lingkup)
Apabila auditor tidak dapat mengumpulkan bukti audit yang mencukupi
untuk menyimpulkan apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan
kerangka kerja pelaporan keuangan yang teapt, maka terjadi pembatasan
ruang lingkup audit. Ada dua penyebab utama pembatasan ruang lingkup
audit, yaitu:

 Pembatasan oleh klien.


Contoh: penolakan manajemen untuk mengizinkan auditor
mengonfirmasikan piutang yang material atau pemeriksaan fisik
persediaan.
 Pembatasan yang Disebabkan oleh Situasi yang Berada di Luar Kendali.
Contoh: apabila penugasan audit belum disepakati hingga setelah akhir
periode keuangan klien. Barangkali kita tidak mungkin untuk mengamati
persediaan secara fisik, mengonfirmasikan piutang, atau melaksanakan
prosedur penting lainnya setelah tanggal neraca.
2. Laporan Keuangan Disusun Tidak Sesuai Dengan Prinsip-prinsip Akuntansi
yang Berlaku Umum (Penyimpangan GAAP)
Contoh kondisi ini adalah jika klien tidak bersedia mengubah kebijakan
mencatat nilai aset tetap berdasarkan harga penggantian (replacement cost)
dan bukannya harga historis (historical cost) yang dipersyaratkan oleh prinsip
akuntansi yang umum berlaku di Indonesia. Atau, klien menilai persediaan
yang dimilikinya berdasarkan harga jual (selling price) dan bukannya harga
historis atau harga yang terendah antara harga historis dan harga pasar (cost
or market which is lower).
3. Auditor Tidak Independen
Jika auditor tidak independen, sangat jelas bahwa ia tidak diperkenankan
memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian. Masalah independen auditor
diatur secara jelas dalam standar umum auditing.

4.5 MATERIALITAS
Materialitas merupakan pertimbangan penting dalam menentukan jenis
laporan keuangan yang tepat untuk diterbitkan dalam situasi tertentu. Sebagai
contoh, jika salah saji relatif tidak material terhadap laporan keuangan suatu
entitas selama periode berjalan, maka tepat untuk menerbitkan pendapat wajar
tanpa pengecualian.
Suatu salah saji dalam laporan keuangan dapat dianggap material jika
pengetahuan akan salah saji tersebut akan mempengaruhi keputusan para
pemakai laporan tersebut. Dalam penerapan definisi ini, tiga tingkat materialitas
digunakan untuk menentukan jenis pendapat yang akan diterbitkan, yaitu:
a. Jumlahnya Tidak Material
Apabila ada salah saji dalam laporan keuangan tetapi cenderung tidak
mempengaruhi keputusan pemakai laporan, hal tersebut dianggap sebagai
tidak material. Karena itu, pendapat wajar tanpa pengecualian layak
diterbitkan. Sebagai contoh, asumsikan bahwa manajemen mencatat
asuransi dibayar di muka sebagai aset pada tahun sebelumnya dan
memutuskan untuk membebankannya dalam tahun berjalan guna
mengurangi biaya pemeliharaan catatan. Ini berarti manajemen gagal
mematuhi GAAP/PSAK, tetapi jika jumlahnya sedikit, maka salah saji
tersebut tidak material dan laporan audit wajar tanpa pengecualian
standar tepat untuk diterbitkan.
b. Jumlahnya Material tetapi Tidak Memperburuk Laporan Keuangan
secara Keseluruhan
Tingkat materialitas yang kedua terjadi apabila salah saji dalam
laporan keuangan akan mempengaruhi keputusan para pemakai laporan
itu, tetapi laporan keuangan secara keseluruhan tetap disajikan secara
wajar sehingga masih berguna. Sebagai contoh, pengetahuan akan salah
saji yang besar dalan aset tetap mungkin mempengaruhi keinginan
pemakai untuk meminjam uang kepada perusahaan jika aset itu adalah
jaminannya. Salah saji dalam persediaan tidak berarti bahwa kas,
piutang usaha, dan unsur-unsur laporan keuangan lainnya, atau laporan
keuangan secara keseluruhan, tidak benar secara material.
Apabila auditor menyimpulkan bahwa salah saji material tetapi tidak
mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan, maka pendapat
yang tepat adalah pendapat wajar dengan pengecualian (dengan
menggunakan “kecuali untuk”).
c. Jumlahnya Sangat Material atau Begitu Pervasif sehingga Kewajaran
Laporan Keuangan secara Keseluruhan Diragukan
Tingkat materialitas tertinggi terjadi apabila pemakai mungkin akan
membuat keputusan yang tidak benar apabila mengandalkan laporan
keuangan mereka secara keseluruhan. Contoh, jika persediaan merupakan
saldo terbesar dalam laporan keuangan, maka salah saji yang besar
mungkin akan begitu material sehingga laporan auditor harus
menunjukkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan tidak dapat
dipandang sebagai telah disajikan secara wajar. Apabila terwujud tingkat
materialitas yang tertinggi, auditor harus menolak memberikan pendapat
atau memberikan pendapat yang tidak wajar, tergantung pada kondisi
yang ada.
Pada saat menentukan apakah suatu pengecualian sangat material,
auditor harus mempertimbangkan seberapa besar pengaruh pengecualian
tersebut terhadap bagian laporan yang berbeda. Ini disebut sebagai
penyebaran (pervasiveness). Misklasifikasi antara kas dan piutang usaha
hanya mempengaruhi kedua akun tersebut dan karenanya tidak pervasif.
Di pihak lain, kelalaian mencatat penjualan yang material dikatakan
sangat pervasif karena hal itu mempengaruhi penjualan, piutang usaha,
beban pajak penghasilan, pajak penghasilan akrual, serta laba ditahan,
yang pada gilirannya mempengaruhi aset lancar, total aset, kewajiban
lancar, total kewajiban, ekuitas pemilik, marjin kotor, dan laba operasi.
Bila salah saji menjadi lebih pervasif, kemungkinan untuk menerbitkan
pendapat tidak wajar, atau pendapat wajar dengan pengecualian, akan
semakin tinggi.
http://supriakuntansisy.blogspot.co.id/2011/04/opini-audit.html (diakses 11 Maret
2017)
https://dwiermayanti.wordpress.com/category/audit/ (diakses 11 Maret 2017)

Anda mungkin juga menyukai