Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

Anemia adalah suatu kondisi dimana pengurangan konsentrasi dari


hemoglobin (<12g/dl), pengurangan jumlah sel darah merah (SDM) (<4
juta/mm3), pengurangan volume sel, dan Penurunan kapasitas pembawa oksigen
dalam darah. Anemia merupakan gejala dan tanda penyakit tertentu yang harus
dicari penyebabnya agar dapat diterapi dengan tepat. Anemia dapat disebabkan
oleh 1 atau lebih dari 3 mekanisme independen yaitu berkurangnya produksi sel
darah merah, meningkatnya destruksi sel darah merah dan kehilangan darah.
Gejala anemia disebabkan karena berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan atau
adanya hipovolemia.1
Klasifikasi Anemia ;
1. Berdasarkan etiologi(berdasarkan penyebab anemia)
A. Produksi eritrosit menurun
a. kekurangan bahan untuk eritrosit
 Besi ; anemia defesiensi besi
 Vitamin B12 dan asama folat, disebut juga sebagai anemia
megaloblastik
b. Gangguan utilisasi besi
- Anemia akibat penyakit kronik
- Anemia sideroblastik
c. Kerusakan jaringan sumsum tulang ; anemia aplastik dan anemia
mielodisplastik
B. Kehilangan eritrosit dari tubuh
- Anemia perdarahan akut
- Anemia pasca perdarahan kronik
C. Peningkatan penghancuran eritrosit dalam tubuh (Hemolisis)
1. Faktor ekstrakorpuskuler
a. Antibodi terhadapt eritrosit
- Autoantibodi-AIHA (autoimmune hemolitik anemia )
- Isoantibodi-HDN (hemolitik disease of the newborn)
b. Hipersplenism; overaktif spleen dalam menghancurkan eritrosit
sangat cepat dari normalnya.
c. Pemaparan terhadap bahan kimia
d. Akibat infeksi bakteri atau parasit; malaria
e. Kerusakan mekanik
2. Faktor intrakospukuler
a. Gangguan membran
- Herediter spherocytosis
- Hereditary elliptocytosis
b. Gangguan enzim
- Defesiensi piruvat kinase
- Defesiensi G6PD ( glucose-6 phosphate dehydrogenase)
c. Gangguan hemoglobim
- Hemoglobinopati struktural
- Thalasemia
D. Anemia karena kehilangan darah
- Akut ; injury
- Kronik blood loss ; infeksi cacing, ulkus peptikum, menstruasi
berkepanjangan

2. Klasifikasi berdasarkan Morfologi

a. anemia mikrositik hipokrom (MCV <80fl, MCH <27) ; anemia


defesiensi besi,thalasemia, anemia akibat penyakit kronik

b. anemia normositik normokrom (MCV 80-95fl, MCH 27-34 pg); anemia


pasca perdarahan akut, anemia aplastik-hipoplastik, anemia akibat
penyakit kronik dll.

c. anemia makrositik (MCV>95 fl) ;

- megaloblastik; anemia defisiensi folat, anemia defesiensi vitamin B12


- Nonmegaloblastik : anemia pada penyakit hati kronik, anemia pada
hipotiroid, anemia pada sindroma mielodisplastik. 1,2

Anemia hemolitik disebabkan karena berkurangnya masa hidup sel darah


merah (kurang dari 100 hari). Pada keadaan normal, umur sel darah merah 110-
120 hari. Anemia hemolitik terjadi bila sumsum tulang tidak dapat mengatasi
kebutuhan untuk menggganti lebih dari 5% sel darah merah/hari yang
berhubungan dengan masa hidup sel darah merah kira-kira 20 hari.3
Pada individu normal, masa eritrosit rata-rata 120 hari, 0,8%-1% eritrosit
mengalami pergantian (turnover) setiap hari. Eritrosit tua akan difagositosis sel
retikuloendotelial (RES), dimana Hb dari sel yang difagositosis akan pecah
menjadi globin, protein yang lain dikembalikan kedalam sistem asam amino,
sedangkan besi dikirim kembali ke permukaan sel RES, dimana besi akan
dipresentasikan pada transferin di sirkulasi. Pada anemia hemolitik eksrtavaskuler,
laju destruksi eritrosit meningkat tetapi besi yang lepas dari eritsosit dapat
digunakan lagi secara efisisen. Sebaliknya pada hemolisis intravaskular atau
anemia kehilangan darah, jumlah besi yang dapat dimobilisasi dari cadangan
terbatas, sehingga laju produksi eritrosit juga terbatas. 4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses

hemolisis. Hemolisis adalah pemecahan eritrosit dalam pembuluh

darah sebelum waktunya (110- 120 hari). Hemolis dapat terjadi secara

intravaskular maupun ektravaskular. Pada orang dengan sumsum

tulang yang normal, hemolisis pada darah tepi akan diproses oleh

tubuh dengan peningkatan eritropoesis dalam sumsum tulang.

Kemampuan maksimum untuk meningkatkan eritropoiesis adalah 6-8

kali normal. Apabila derajat hemolisis tidak terlalu berat (hemolisis

sekitar 50 hari) maka sumsum tulang masih mampu melakukan

kompensasi sehingga tidak timbul anemia. Keadaan ini disebut

keadaan hemolisis terkompensasi.1,5

B. KLASIFIKASI

Anemia hemolitik herediter merupakan akibat dari defek eritrosit

“instrisik” sedangkan anemia hemolitk didapat biasanya merupakan

akibat perubahan “ekstrakorpuskular atau dari lingkungan”5

Herediter Didapat

Membran Imun
Sferositosis herediter, Autoimun, tipe antibodi hangat ,
eliptositosis herediter tipe antibodi dingin
Metabolisme Aloimun
Defesiensi G6PD, defisiensi Reaksi transfusi hemolitik,
piruvat kinase penyakit hemolitik pada bayi baru
lahir, Alograf,khususnya
Hemoglobin transplatasi sel punca.
Kelainan genetik (Hb S,Hb C), Terkait obat
thalasemia
Sindrom fragmentasi eritrosit

Hemoglobinuria
Infeksi : malaria, klostridium
Agen kimia dan fisik
Sekunder : penyakit hati dan
ginjal
Hipersplenism
Hemolisis mikroangiopati

C. PATOFISIOLOGI

Proses hemolisis akan menimbulkan :

1. Penurunan kadar hemoglobin yang akan menyebabkan anemia.

Hemolisis dapat terjadi perlahan – lahan sehingga diatasi oleh

mekanisme kompensasi tubuh, tetapi dapat juga terjadi tiba-tiba

sehingga menurunkan kadar hemoglobin.1

2. Peningkatan hasil pemecahan eritrosit didalam tubuh.

Hemolisis berdasarkan tempatnya dibagi menjadi dua yaitu :

a. Hemolisis Ekstravaskuler

Lebih sering dijumpai dibandingkan hemolisis

intravaskular. Hemolisis terjadi pada pada sel makrofag

dari sistem retikuloendothelial (RES) terutama pada lien,

hepar dan sumsum tulang karena sel ini mengandung enzim

heme oxygenase. Lisis terjadi karena kerusakan membran


(misalnya akibat reaksi antigen antibodi), presipitasi

hemoglobin dan sitoplasma, dan menurunnya fleksibilitas

eritrosit. Kapiler lien dengan diameter yang relatif kecil dan

suasana relatif hipoksik akan memberikan kesempatan

destruksi sel eritrosit, mungkin melalui mekanisme

fragmentasi.

Pemecahan eritrosit ini akan menghasilkan globin

yang akan dikembalikan ke protein pool, serta besi yang

dikembalikan ke makrofag (cadangan besi) selanjutnya

akan dipakai kembali, sedangkan protoporfin akan

menghasilkan gas CO dan bilirubin. Bilirubin dalam darah

berikatan dengan albumin menjadi bilirubin indireck,

mengalami konjugasi dalam hati menjadi bilirubin direct

kemudian dibuang melalui empedu sehingga meningkatkan

sterkobilinogen dalam feses dan urobilinogen dalam urine.

Sebagian hemoglobin akan lepas ke palsma dan


diikat oleh haptoglobin sehingga kadar haptoglobin juga
menurun, tetapi tidak serendah hemolisis intravaskular.
Hemolisis ekstravaskular tidak menyebabkan
hemoglobinemia dan hemoglobinuria, tetapi dapat
menyebabkan ikterus dan apabila berlangsung lama,
pembentukan batu empedu kaya-bilirubin.1,6,7,8
Hemoglobin

Hem
Haem Globin

Besi olyti
Protoporfirin Pool protein

Makrofag (RES)
CO c
Bilirubin indirect Reutilisasi

Reutilisasi
Expired air Ane HEPAR

mia
Bilirubin direct

EmpeduGURPREET
DHALIWAL,
M.D.,
Urobilinogen
PATRICIA A. Sterkobilinogen
CORNETT,
M.D., and
Urin Feses
LAWRENCE
M. TIERNEY,
Gambar 1. Skema pemecahan eritrosit ekstravaskular.1
JR., M.D.

San Francisco
b. Hemolisis intravaskuler. Veterans
Affairs
Pemecahan eritrosit intravaskular menyebabkan
Medical
lepasnya hemoglobin bebas ke dalam plasma. Hemoglobin
Center/Unive
bebas ini akan diikat oleh
rsityhaptoglobin,
of sehingga kadar
haptoglobin plasma California–menurun.
akan Kompleks
San Francisco
haemoglobin-haptoglobin akan
Schooldibersihkan
of oleh hati dan
RES dalam beberapa menit.Medicine,
Apabila kapasitas haptoglobin
dilampaui maka akan terjadilah
San haemoglobin bebas dalam
Francisco,
plasma yang disebut haemoglobinemia. Hemoglobin bebas
California
akan dioksidasi menjadi methemoglobin sehingga terjadi
methemoglobinemia. Hemen juga diikat olrh hemopeksin
kemudian ditangkap oleh sel hepatosit. Hemoglobin bebas
akan keluar melalui urine sehingga terjadi hemoglobinuria.
Sebagian hemoglobin dalam tubulus ginjal akan diserap
oleh sel epitel kemudian besi disimpan dalam bentuk
hemosiderin, jika epitel mengalami deskuamasi maka
hemosiderin dibuang melalui urine (hemosiderinuria) yang
merupakan tanda hemolisis intravaskular kronik. 1,8

Hemoglobin

Hemoglobin bebas dalam plasma (hemoglobinemia)

haptoglobin hemopeksin Oksidasi Ginjal

Kompleks Hb- Kompleks Hb- methemoglo hemoglobinuria


Haptoglobin hemopeksin binemia
Epitel tubulus

Clearance oleh Clearance Hemosiderunia


RES oleh RES

Gambar 2. Skema produk hemolisis intravaskuler1.

3. Kompensasi sumsum tulang untuk menigkatkan eritropoesis.


Melalui mekanisme biofeedback melalui eritropoetin sehingga
sumsum tulang menigkatkan eritropoesis. Peningkatan ini
ditandai dengan peningkatan jumlah eritroblast (normoblast)
dalam sumsum tulang sehingga terjadi hiperplasia
normoblastik.1
D. GEJALA KLINIK

Gejala klinik anemia hemolitik dapat dibagi menjadi 3


tingkatan;

1. Gejala umum anemia

Gejala dan tanda anemia bergantung pada derajat dan kecepatan


terjadinya anemia, juga kebutuhan oksigen penderita. Gejala akan lebih
ringan pada anemia yang terjadi perlahan-lahan, karena ada
kesempatan bagi mekanisme homeostatik untuk menyesuaikan dengan
berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen.
Gejala anemia disebabkan oleh 2 faktor:
• Berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan
• Adanya hipovolemia (pada penderita dengan perdarahan akut dan
masif )
Pasokan oksigen dapat dipertahankan pada keadaan istirahat
dengan mekanisme kompensasi peningkatan volume sekuncup, denyut
jantung dan curah jantung pada kadar Hb mencapai 5 g% (Ht 15%).
Gejala timbul bila kadar Hb turun di bawah 5 g%, pada kadar Hb lebih
inggi selama aktivitas atau ketika terjadi gangguan mekanisme
kompensasi jantung karena penyakit jantung yang mendasarinya.
Gejala utama adalah sesak napas saat beraktivitas, sesak pada saat
istirahat, fatigue, gejala dan tanda keadaan hiperdinamik (denyut nadi
kuat, jantung berdebar, dan roaring in the ears). Pada anemia yang
lebih berat, dapat timbul letargi, konfusi, dan komplikasi yang
mengancam jiwa (gagal jantung, angina, aritmia dan/ atau infark
miokard).1,3

2. Gejala hemolisis baik ekstravaskular maupun intravaskular


A. Pada anemia hemolitik kronik familier-herediter gejala
klinis yang dapat timbul berupa ;
a. Ikterus; timbul karena peningkatan bilirubin indirect
dalam darah sehingga ikterus bersifat acholuric
jaundice.
b. Splenomegali dan hepatomegali ; dapat selalu dijumpai,
keculai pada anemia sel sabit, diamana limpa mengecil
karena terjadi infark. Hepatomegali lebih jarang
dijumpai dibandingkan dengan splenomegali karena
makrofag didalam limpa lebih aktif daripada di hepar.
c. Kholelitiasis ; batu yang terbentuk disebut black
pigment stone terdiri dari cross link polymer dari
bilirubinat. Batu empedu paling sering dijumpai pada
sferositosis herediter, dan juga pada anemia sel sabit.
d. Ulkus padda kaki; dapat dijumpai pada sferositosis
herediter dan lainnya.
e. Kelainan tulang ; apabila hemolisis terjadi pada saat
fase pertumbuhan maka ekspansi sumsum tulang
menimbulkan kelainan tulang seperti ; tower-shaped
skull, penebalan tulang frontalis dan parietalis.paling
sering dijumpai pada thalasemia major sehingga
menimbulkan bentuk muka yang khusus : thalasemia
face.1
B. Gejala Klinis pada Anemia Hemolitik akut didapat
Anemia hemolitik akut didapat, seperti reaksi
transfusi atau penderita anemia defesiensi G6PD yang
mendapat obat antioksidan, dimana terjadi hemolisis
intravaskular massif maka gejalanya menyerupai akut
febril illness. Gejala yang timbul berupa syok dan gagal
ginjal akut; nyeri pinggang dan perut, sakit kepala,
malaise, kramp perut sehingga gejalanya menyerupai
gejala abdomen akut. Kelainan fisisk berupa
pucat,ikterus, takikardi dan gejala anemia berat. Adanya
hemoglobinuria ditandai oleh kencing yang berwarna
kehitaman.1

E. DIAGNOSIS ANEMIA HEMOLITIK


Seperti tipe anemia lainnya, diagnosis anemia hemolitik
berdasarkan riwayat penyakit keluarga dan riwayat penyakit penderita,
pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang.
Banyak test yang digunakan untuk mendiagnosis anemia hemolitik
dan untuk mengetahui secara spesifik tipe dari anemia. Test pertama yang
dilakukan untuk mendiagnosis anemia adalah Complete blood count
(CBC). Tes ini dapat melihat morfologi dari darah. Jika hasil dari CBC
menyatakan bahwa anda mengalami anemia, selanjutnya akan dilakukan
pemeriksaan darah tambahan yaitu ;
a. Hitung retikulosit : tes ini untuk melihat sel darah merah yang
masih muda. Dan dapat merupakan kompensasi dari sumsum
tulang, dilihat apakah normoregenerativ 50.000 dan 100.000/ul,
hyperregenerative anemia dan hyporegenerativ anemia.
i. Hyporegenerative anemia ; hitung retikulosit
<50.000u/l ; kegagalan sumsum tulang
ii. Normoregenerative anemia 50.000 dan100.00u/l
iii. Hyperregenerativ anemia hitung retikulosit :
evaluasi akut hemolisis dan kehilangan darah akut.
b. Blood smear ; menunjukan bentuk dari eritrosit. Bentuk yang
abnormal adalah tanda dari anemia hemolitik inherited. Contohnya
sphere-shaped eritrosit merupakan spherocytosis herediter.
c. Coomb’s test ; tes ini paling banyak dipakai untuk diagnosis
anemia hemolitk autoimun. DAT positif menunjukan adanya
antibodi IgG atau komplemen, terutama C3 yang menyelimuti
permukaan eritrosit.
d. Haptoglobin dan tes bilirubin; hemoglobin akan berikatan dengan
haptoglobin di dalam darah ketika eritsosit pecah dan
mengeluarkan banyak hemoglobin ke dalam darah. Haptoglobin
yang rendah dalam darah menunjukan anemia hemolitik. Dan
peningkatan dari bilirubin dapat diduga akibat dari anemia
hemolitik.
e. Hemoglobin elektrofoesis; menunjukan perbedaan jenis dari
hemoglobin, dapat membantu untuk mengetahui type dari anemia.
f. Test untuk paroxymal nocturnal hemoglobinuria (PNH)
g. Osmotic fragility ; tes ini menunjukan resistensi erotrosit terhadap
hemolisis akibat stres osmotik, dilakukan dengan pemaparan
eritrosit salin hipotonik dan diukur derajat hemolisisnya. Tes ini
penting jika pemeriksaan darah tepi dijumpai adanya sferositosis.
h. Test untuk defisiensi G6PD
i. Tes lainnya adalah tes fungsi hati untuk mengetahui apakah ada
kelainan pada hati yang berhubungan dengan peningkatan
bilirubin.
j. Tes sumsum tulang .1,10

1. Tanda- tanda hemolisis ;


a. Penurunan masa hidup eritrosit
b. Penigkatan katabolisme heme :
i. Peningkatan produksi karbon monoksida (CO)
endogen
ii. Penigkatan urobilinogen urine dan sterkobilinogen
feses
c. Penigkatan aktivitas dehidrogenase laktat serum
d. Penurunan hemoglobin terglikolisasi
e. Tanda-tanda hemolisis intravaskular
i. Hemoglobinemia
ii. Hemoglobinuria
iii. Hemosiderinuria
iv. Methemalbuminemia
v. Penurunan kadar hemopeksin serum
f. Tanda hemolisis ekstravaskuler
i. Peningkatan bilirun indirect
ii. Peningkatan urobilinogen di feses dan urin
iii. Peningkatan produksi CO. 1,11
Terapi umum pada anemia termasuk metode untuk promosi
produksi sel darah merah pada anemia hipoploriferasi seperti suplemet
gizi pada anemia akibat kekurangan gizi, anemia hemolitik autoimun
diberikan terapi immunosupressi dan penambahan darah pada anemia
akibat kehilangan darah. Gejala anemia yang berat membutuhkan
penggantian dengan paket red cell (PRC).1,9
Transfusi darah tidak benar-benar berbahaya dan tidak bisa
dianggap enteng. Pasti ada indikasi yang jelas untuk setiap tindakan
transfusi. Transfusi harus ditunda kecuali anemia berat (hemoglobin
kurang dari 7 g/ dl), gejala di tingkat manapun, bukti terus kehilangan
darah atau dalam pra operasi / Prosedur / persiapan bedah. Di kondisi
penyakit yang berhubungan dengan afinitas yang lebih rendah
hemoglobin seperti penyakit sel sabit, transfusi harus ditunda kecuali
pada anemia yang sangat berat (hemoglobin tingkat kurang dari 4 g /
dl) atau anemia akut yang memburuk. Sementara gejala simptomatik
ditangani dengan transfusi darah, penyebab anemia harus dicari.9

III. ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN (AUTOIMMUNE


HEMOLYTIC ANEMIA)
A. DEFINISI

Anemia hemolitk imun (autoimmune hemolytic anemia=AIHA) adalah

kondisi pada pasien di mana terdapat autoantibodi yang melekat pada eritrosit dan

menyebabkan lisis dan umur eritrosit memendek. Penyakit ini jarang namun

penting dalam penyakit hematologi. AIHA merupakan penyakit yang derajat

keparahannya dari ringan symptomatik dan cepat menjadi sindrom yang fatal. 12,13
B. EPIDEMIOLOGI
Dilaporkan insiden anemia hemolitik imun sebesar 0.8/100.000/tahun dan
prevalensinya sebesar 17/100.00010. Insiden AIHA diperkirakan antara 0,6 dan 3
kasus per 100.000 orang. AIHA diperantarai dengan antibodi, dan dalam
kebanyakan kasus diperantarai oleh antibodi IgG. Jenis AIHA disebut AIHA
“hangat” karena pada suhu tubuh tersebut antibodi IgG mengikat dengan baik.
AIHA “COLD” diperantarai oleh antibodi IgM, yang akan berikatan dengan
sangat baik pada suhu dibawah 37°C13.

C. PATOGENESIS
Dalam kebanyak kasus, etiologi AIHA tidak diketahui. Pada AIHA
hangat, epitop target dalam kebanyakan kasus adalah protein Rh. Apa yang
menyebabkan sistem imun tubuh untuk menyerang protein ini adalah tidak
diketauhui, tetapi sebuah teori mengemukakan bahwa respon imun awal tubuh
terhadap antigen asing mulai bereaksi silang dengan protein Rh dan sistem imun
gagal untuk menekan respon autoreaktif ini, sehingga terjadi hemolisis. Dalam
hemolisis yang diperantarai IgG (hangat), sehingga sel darah merah dilapisi oleh
IgG, sel akan ditandai dan akan dihancurkan oleh makrofag limpa. Pada AIHA
“dingin”, molekul IgM mengikat komplemen pada permukaan sel darah merah.
Jarang, hal ini dapat mengaktifkan aktivasi kaskade komplement, sehingga sel
darah merah lisis, apabila terjadi kerusakan membran yang hebat akan terjadi
hemolisis intravaskular, tetapi lebih sering terhenti pada stase C3 sehingga
kerusakan minimal dan akan terjadi fagositosis oleh makrofag hati13.

D. GEJALA DAN TANDA


Lemas, mudah capek, sesak napas adalah gejala yang sering dikeluhkan
oleh penderita anemia hemolitik. Tanda klinis yang sering dilihat adalah
konjungtiva pucat, sklera berwarna kekuningan, splenomegali, urin berwarna
merah gelap. Tanda laboratorium yang dijumpai adalah anemia normositik,
retikulisitosis, peningkatan lactate dehidrogenase, peningkatan serum
haptoglobin, dan Direct Antiglobulin Test positif.12,13
Pada sekitar seperempat pasien, penyakit ini timbul sebagai penyulit dari
suatu penyakit dasar yang menyerang sistem imun7.

Hemolisis akibat antibodi


ANEMIA IMUNHEMOLITIK ANTIBODI HANGAT
a. Idioptatik
b. Limfoma :leukimia limfositik kronik,limfoma non-Hodgkin, penyakit
Hodgkin (jarang)
c. SLE
d. Obat ; jenis alfa metildopa, jenis penisilin (hapten stabil), jenis Kuinidin
(hapten tidak stabil)
e. Pasca infeksi virus
f. Tumor lain (jarang)
ANEMIA IMUNHEMOLITIK ANTIBODI DINGIN

a. Penyakit aglutinin dingin


1. Akut ; infeksi Mycoplasma, mononukleus infeksiosa
2. Kronik ; idiopatik, limfoma
b. Paroxysmal cold hemoglobinuria
E. DIAGNOSIS

Anemia normositik/makrositik

Retikulositosis

Peningkatan bilirubin indirect

Peningkatan LDH, penurunan serum


haptoglobin

Anemia Hemolitik

DAT

Positif Negatif

AIHA

igG +/- C3d positif C3 positif

AIHA tipe hangat AIHA tipe dingin

Gambar 3. Alogaritme diagnosis AIHA12


F. TERAPI
a. AIHA tipe Hangat
- Obati/hilangkan penyakit dasar; jika penyebab diketahui dan dapat
diobati seperti SLE.
- Kortikosteroid 1-1,5mg/KgBB/hari. ; dalam 2 minggu sebagian
besar akan menunjukan respons klinis baik (Hmt
meningkat,retikulosit meningkat, tes Coombs positif lemah, tes
Coombs indirect negatif) nilai normal akan stabil pada hari ke -30
sampai hari ke- 90
- Splenektomi. Bila terapi steroid tidak adekuat atau tidak bisa
dilakukan penurunan dosis selama 3 bulan, maka perlu
dipertimbangkan splenektomi.
- Immunosuppresi. Azahthioprin 50-200 mg/hari atau siklofosfamid
50-150 mg/hari
- Transfusi bukan merupakan kontraindikasi mutlak. Pada kondisi
yang mengancam jiwa (misal Hb <4 g.dl) transfusi dapat
dilakukan, sambil menunggu efek steroid dan immunglobulin.
1,12,14

b. Anemia Hemolitik Imun tipe Dingin


- Menghindari udara dingin yang dapat memicu hemolisis
- Prednison dan splenektomi tidak banyak membantu
- Chlorambucil 2-4 mg/hari dapat diberikan
- Plasmafaresis untuk mengurangi antibodi IgM secara teoritis
mengurangi hemolisis, namun secara praktik sulit dilakukan.12

G. PROGNOSIS
AIHA tipe hangat ; hanya sebagian kecil pasien mengalami
penyembuhan komplit dan sebagian bear memiliki perjalanan
penyakit yang berlangsung kronik. Prognosis AIHA sekunder
tergantung penyakit yang mendasarinya. Pada AIHA tipe dingin
prognosisnya, pasien dengan sindrom kronik akan memiliki
kesintasan yang baik dan cukup stabil.12

PAROXYMAL COLD HEMOGLOBINURIA

A. DEFINISI
Ini adalah bentuk anemia yang jarang dijumpai, hemolisis
terjadi secara masif dan berulang setelah terpapar suhu dingin.
Dahulu penyakit inin sering ditemukan , karena berkaitan dengan
penyakit sifilis. Pada kondisi ekstrim autoantibodi Donath-
Landsteiner dan protein komplemen berikatan pada sel darah
merah. Pada saat suhu kembali 37 C, terjadilah lisis karena
propagasi pada protein-protein komplemen yang lain12.

B. GAMBARAN KLINIS
Menggigil, panas, mialgia, sakit kepala, hemoglobinuri
berlangsung beberapa jam. Sering disertai urtikaria.

C. LABORATORIUM ; hemoglobinuria,sferositosis,
eritrofagositosis. Coombs positif, antibosi Donath-landstriner
terdisosiasi dari sel darah merah.
D. PROGNOSIS ; pengobatan penyakit yang mendasari akan
memperbaiki prognosis.
E. Terapi
Menghindari faktor pencetus, glukokortikoid dan splenektomi
tidak ada manfaatnya.12

ANEMIA HEMOLITIK IMUN DIINDUKSI OBAT

Ada beberapa mekanisme yang menyebabkan hemolisis


karena obat yaitu ; hapten/penyerapan obat yang melibatkan antibodi
tergantung obat, pembentukan kompleks ternary, induksi autoantibodi
yang bereaksi terhadap eritrosit tanpa adalagi obat pemicu, serta
oksidasi hemoglobin. Penyerapan/absorbsi protein non imunologis
terkait obat akan menyebabkan tes Coomb positif tanpa kerusakan
eritrosit.12 Obat obat yang dapat menyebabkan anemia hemolitik ; yang
paling sering adalah Cefotetan, Ceftriakson, Pipercacilin, Fludarabine.
Obat-obatan lainnya ; Acetaminophen, Amphotericin B, Carboplatin,
Cephalosforin, Chlorpropamide, Cimetidine, Eritromisin, Isoniazid,
Levodopa, Melphalan, Metyldopa, NSAID, Omeprazole, Oxaliplatun,
Probenecid, Procainamide, Quinidine,Quinine,Rifampin, obat Sulfa,
Teniposide dan Tetracycline.13

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan ; anemia, retikulosis,


MCV tinggi, tes Coomb positif, leukopenia, Trombositopenia,
hemoglobinemia, hemoglobinuria.12

Terapi dilakukan dengan menghentikan pemakaian obat yang


menjadi pemicu, hemolisis dapat dikurangi. Kortikosteroid dan
transfusi darah dapat diberikan pada kondisi berat.12

ANEMIA HEMOLITIK ALOIMUN KARENA TRANSFUSI

Hemolisis aloimun yang paling berat adalah reaksi transfusi


akut yang disebabkan karena ketidaksesuaian ABO eritrosit yang akan
memicu aktivasi komplemen dan terjadi hemolisis intravaskular yang
akan menimnbulkan DIC dan infark ginjal. Dalam beberapa menit
pasien akan sesak napas, demam, nyeri pinggang, menggigil, mual,
muntah, dan syok.12

IV. ANEMIA HEMOLITIK NON IMUN

A. PENDAHULUAN
Hemolisis terjadi tanpa tanpa keterlibatan imunoglobulin
tetapi karena faktor defek molekular, abnormalitas struktur
membran, faktor lingkungan yang bukan autoantibodi seperti
hipersplenisme, kerusakan mekanik eritrosit karen amikroangiopati
atau infeksi yang mengakibatkan kerusakan eritrosit tanpa
mengikutsertakan mekanisme imunologi seperti malaria,
klostridium.12

B. PATOFISIOLOGI
Hemolisis dapat terjadi intravaskular dan ekstravaskular.
C. GEJALA KLINIS
Penegakan diagnosis anemia hemolisis memerlukan
anamnesis dan pemeriksaan fisis yang teliti. Pasien mungkin
mengeluh lemah, pusing,, cepat capek, dan sesak. Pasien mungkin
juga mengeluh kuning dan urinnya kecoklatan, meski jarang terjadi.
Riwayat pemakaian obat-obatan dan terpajan toksin serta riwayat
keluarga merupakan informasi penting yang harus ditanyakan. Pada
pemeriksaan fisis ditemukan kulit dan mukosa kuning.
Splenomegali didapati pada anemia hemolitik.12

D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Retikulositosis merupakan indikator terjadinya hemolisis.
Diagnosis banding retikulositosis adalah perdarahan aktif, mielotisis
dan perbaikan supresi eritropoiesis. Anemia pada hemolisis
biasanya normositik, meskipun retikulositosis meningkatkan
MCV.12
E. TERAPI
Type Pengobatan
Kelainan hemoglobin - Untuk anemia sel sabit; suplemen asam
folat, antibiotik untuk mencegah infeksi,
(anemia sel sabit dan
obat-obatan yang mengurangi kerusakan
thalasemia) sel darah merah dalam darah dan obat
yang disebut hidroxyurea. Hidroksiurea
dapat membantu tubuh membuat
hemoglobin lebih sehat dan mengurangi
jumlah hemoglobin rusak yang dapat
mengarah ke anemia sel sabit.
- Thalasemia ; transfusi darah untuk
mengganti eritrosit yang hancur dan darah
dan transplantasi stem sel sumsum
tulang11
-
Kelainan membran - Suplemen asam folat
sel darah merah - Transfusi darah
(spherocytosis
- Splenektomi (jarang)
herediter dan
elliptocytosis
herediter)
Defisiensi enzim - Def. Glukosa 6 phospat
dehidrogenase (G6PD); menghindari
faktor pencetus, seperti kacang fava,
naftalena (zat di kapur barus) dan obat-
obta tertentu
- Def. Piruvat kinase ; suplemen asam
folat dan transfusi darah10
DAFTAR PUSTAKA

1. Bakta IM. Hematologi Klinik Ringkas: Anemia Hemolitik. Jakarta:


EGC, 2012. Hal. 15-17, 51-79
2. Sudha Vinayak K. 2012.Insights in Physiology: Hemoglobin and
Anemias.Jaypee Brothers Medical Publisher. New Delhi, India: 2012.
Hal. 54-5.
3. Amaylia Oedahin. Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia.Vol.39
no.6.Subbagian Hematologi Onkologi Medik Bagian Penyakit Dalam
RS Hasan Sadikin, Bandung. 2012
4. Anik W, Hani S, dkk. Dec.2015. Nilai Diagnostik Pemeriksaan ICT
Ferritin pada Anemia Defisiensi Besi.vol.28,no2. Hal 14-5
5. Hoffbrand AV. Kapita Selekta Hematologi:Anemia Hemolitik. Ed.6.
Brahm U, editor utama. Jakarta: EGC, 2013. Hal; 68-79
6. Dhaliwal G M.D.,Cornett,M.D.dk. Hemolytic Anemia. Vol. 69.San
Francisco Veterans Affairs Medical Center. 2004
7. Isselbacher KJ, dkk. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit
Dalam:Anemia Hemolitik. Ed.13. Vol.4. Ahmad H. Asdie, translator.
Jakarta: EGC, 2000. Hal 1940-1951
8. Kumar V, Cotran SR dkk. Buku Ajar Patologi Robbins:Gangguan Sel
Darah Merah. Ed.7. Vol.2. Hartanto H, Darmaniah N, Translator.
Jakarta; ECG, 2007. Hal;445-7
9. .Adewoyin A. Approach to Anemia Diagnosis in Developing Countries:
Focus on Aetology and Laboratory Work-Up. Departemen of
Haematology and Blood Transfusion, University of Benin Teaching
Hospital. Benin City, Edo State,Nigeria.2015
10. Anemia healthy lifestyle changes Hemolitik..No.11.U.S Departement
of Health and Human Services. National Heart Lung and Boold
Institute. Sept.2011
11. Anemia Hemolitik Approach Diagnosis.
https://pediatraselche.files.wordpress.com/2010/02/anemias-
hemoliticas-corpusculares.pdf dilihat tanggal 31-10-2016,
12. Setiati S,dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed.6; Anemia
Hemolitik Imun. Jilid II. Jakarta; Interna Publishing; Hal; 2607-11
13. DeLoughery TG. Autoimmune Hemolytic Anemia Vol.8 Part
1.American Board of Internal Medicine.March 2013. Oregon Health
Sciences University, Porland, OR. Hal; 1-9
14. Zanella A, Barcellini W. Treatment of Autoimmune Hemolytic
Anemias.2014
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN INTERNA
REFERAT
FAKULTAS KEDOKTERAN November 2016

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

ANEMIA HEMOLITIK

Disusun Oleh :

Syahbrina Benhart Kwano, S.Ked.

10542 0436 12

Pembimbing :

dr. Hj. Ratni Rahim, Sp.PD

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada Bagian Ilmu


Kedokteran Interna

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2016

Anda mungkin juga menyukai