Anda di halaman 1dari 12

FILOSOF MUTU; DEMING, JURAN DAN CROSBY

Makalah Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah TQM


Dosen pengampu : Muh. Said, M.Pd

Disusun Oleh :
AFIFI FAHMI
(2016.77.20.022)

STAI MA’HAD ALY AL-HIKAM MALANG


PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
Februari 2018

0|Page
I. PENDAHULUAN

Adalah suatu keniscayaan menemukan sebuah akar atau dasar, apabila


persoalan telah mengalami kejumudan dalam berproses. Dalam suatu
organisasi pun demikian, dalam prosesnya menuju tujuan yang telah
ditetapkan pada masa awal berdirinya. Ketika kebuntuan atau stagnansi telah
mengganjal proses atau kinerja organasasi tersebut, dicarilah akar
permasalahannya.
Dalam hal perjalanannya, organisasi selalu berusaha mencapai
tujuannya dengan baik, baik tujuan maupun dalam usaha pencapaiannya
selalu ditempuh dengan usaha yang baik. Inilah pangkal muasal dari lahirnya
istilah mutu atau kualitas dalam organisasi, baik organisasi yang berorientasi
laba maupun nirlaba. Tentunya mutu tersebut harus dikelola dengan baik dan
tersistem. Dari deskripsi diatas muncullah istilah manajemen mutu, sebagai
jawaban dari kebutuhan menghasilkan mutu yang terstandarisasi.
Mundir (2012)1 dalam jurnalnya menyatakan :
Manajemen mutu atau disebut Total Quality Management (TQM) dan
dikenal pula dengan istilah Manajemen Mutu Terpadu (MMT) hadir sebagai
jawaban atas mutu tersebut. Suatu produk dibuat semaksimal mungkin atau
seoptimal mungkin agar dapat memenuhi kebutuhan dan harapan costumer.
Titik temunya antara harapan dan kebutuhan costumer dengan hasil produk
itulah yang disebut “bermutu.” Jadi ukuran bermutu atau tidaknya suatu
produk adalah pada terpenuhinya harapan dan kebutuhan cosatumer. Semakin
tinggi tuntutan costumer maka semakin tinggi kualitas mutu tersebut.

Dari penyataan Mundir diatas dapat disimpulkan bahwa mutu merupakan


bagian dari suatu perjalanan organisasi yang membutuhkan penanganan tersendiri.
Dan langkah yang terpenting adalah mencari akar permasalah dari mutu
tersebut adalah sebuah keniscayaan yang terjadi. Ketika pencari akar tersebut
tentunya kita bisa membaca, menelaah pendapat tokoh yang mencetus, atau
setidaknya yang memperjuangkan dan menggeluti masalah mutu.
Pendapat para tokoh dalam hal ini yang lebih difokuskan adalah pendapat
Deming, Juran dan Crosby, yang mewakili sekian pendapat tokoh mutu yang lain.

1
Mundir, Konsep Manajemen Mutu Terpadu, JP3 Vol 2 No 1 Maret 2012, pdf

1|Page
II. PERMASALAHAN

Dari permasalahan diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan


yang semestinya diuraikan, yaitu : Bagaimanakah pandangan Deming, Juran
dan Crosby tentang mutu.

III. TUJUAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui


pandangan Deming, juran dan Crosby tentang mutu

IV. PEMBAHASAN

A. W. Edwards Deming
Menurut Sallis2 Deming melihat bahwa masalah mutu terletak pada
masalah manajemen. 14 poin Deming yang termasyhur merupakan kombinasi
filsafat baru tentang mutu dan seruan terhadap manajemen untuk merubah
pendekatannya. Pendekatan mencegah lebih baik dari pada mengobati,
merupakan konstribusi unik Deming dalam memahami berbagai cara
menjamin pengembangan mutu. 14 poin tersebut merupakan intisari dari teori
manajemennnya, sementara “tujuh penyakit mematikan” adalah konsepnya
tentang kendala bagi perbaikan mutu. Dari “tujuh penyakit mematikan”
tersebut terdapat lima penyakit yang signifikan dalam konteks pendidikan,
antara lain:
1) Kurang konstannya tujuan
2) Pola pikir jangka pendek
3) Evaluasi prestasi individu melalui proses penilaian atau tinjauan kerja
tahunan
4) Rotasi kerja yang terlalu tinggi
5) Manajemen yang menggunakan prinsip angka yang tampak.
Adapun 14 pandangan Demin tentang mutu tersebut adalah :3

2
Sallis, Edward. 2010. Total Quality Management…. hal. 97
3
Ibid

2|Page
1) Ciptakan sebuah usaha peningkatan produk dan jasa, dengan tujuan
agar bisa kompetitif dan tetap berjalan serta menyediakan lowongan
pekerjaan. Deming percaya bahwa terlalu banyak organisasi yang
hanya memiliki tujuan jangka pendek dan tidak melihat apa yang akan
terjadi pada 20 atau 30 tahun yang akan datang. Mereka harus
memiliki rencana jangka panjang yang didasarkan pada visi masa
depan dan inovasi baru. Mereka harus terus menerus berusaha
memenuhi kebutuhan pelanggan mereka
2) Adoptasi falsafah baru. Sebuah organisasi tidak akan mampu bersaing
jika mereka terus mempertahankan penundaan waktu, keselahan,
bahan-bahan cacat dan produk yang jelek. Mereka harus membuat
perubahan dan mengadopsi kerja yang baru.
3) Hindari ketergantungan kepada inspeksi massa untuk mencapai mutu.
Inspeksi tidak akan meninngkatkan atau menjamin mutu. Anda tidak
dapat menginspeksi mutu ke dalam produk. Deming berpendapat
bahwa manajemen harus melengkapi staf-staf mereka dengan pelatihan
tentang alat-alat statistik dan teknik-teknik yang dibutuhkan mereka
untuk mengawasi dan mengembangkan mutu mereka sendiri.
4) Akhiri praktek menghargai bisnis dengan harga. Menurut Deming
harga tidak memiliki arti apa-apa tanpa ukuran mutu yang dijual.
Praktek kontrak yang hanya cenderung pada hharga yang murah dapat
menggiring pada kesalahan yang mahal. Meetode yang ditawarkan
mutu terpadu adaalah mengembangkan hubungan dekat dan berjangka
panjang dengan pensuplai, dan sebaiknya pensuplai tunggal, dan
bekerja sama dengan mereka dalam mutu komponen.
5) Tingkatkan secara konstan sistem produksi dan jasa, untuk
meningkatkan mutu dan produktivitas, dan selanjutnya turunkan biaya
secara konstan. Ini merupakan tugas manajemen untuh mengarahkan
proses peningkatan dan menjamin bahwa ada proses perbaikan yang
berkelanjutan.
6) Lembagakan pelatihan kerja. Pemborosan terbesar dalam sebuah
organisasi adalah kekeliruan menggunakan keahlian orang-orangnya

3|Page
secara tepat menggunakan uang untuk pelatihan tenaga kerja adalah
penting, namun yang lebih penting lagi adalah melatih dengan standar
terbaik dalam kerja. Pelatihan adalah alat kuat dan tepat untuk
perbaikan mutu.
7) Lembagakan kepemimpinan. Deming mengatakan bahwa kerja
manajemen adalah bukan mengawasi melainkan memimpin. Makna
dari hal tersebut adalah berubah dari manajemen tradisional yang
selalu memperhatikan hasil (indikator) prestasi, spesifikasi dan
penilaian, menjuju peranana kepemimpinan yang mendorong
peningkatan proses produksi barang dan jasa yang lebih baik.
8) Hilangkan rasa takut, agar setiap orang dapat bekerja secara efektif.
Keamanan adalah basis motivasi yang dibutuhkan para pegawai.
Deming yakin bahwa hakikatnya setiap orang ingin melakukan kerja
dengan asalkan mereka bekerja dalam lingkungan yang mampu
mendorong semangat mereka.
9) Uraikan kendala-kendala antar departemen. Orang dalam departemen
yang berbeda harus bekerjasama sebagai sebuah tim. Organisasi tidak
diperkenankan untuk memiliki unit atau departemen yang mendorong
pada arah yang berbeda.
10) Hapuskan slogan, desakan dan target, serta tingkatkan produktifitas
tanpa menambah beban kerja. Tekanan untuk bekerja giat
memepresentasikan sebuah pemaksaan kerja oleh seorang manajer.
slogan dan target memiliki sedikit dampak praktis terhadap pekerja.
Kebanyakan persoalan produksi terletak pada persoalan sistem, dan ini
merupakan tanggung jawab manajemen untuk mengatasinya.
11) Hapuskan standar kerja yang menggunakan quota numerik. Mutu tidak
dapat diukur dengan hanya mengkonsentrasikan pada hasil proses.
Bekerja untuk mengejar quota numerik sering menyebabkan terjadinya
pemotongan dan penyusutan mutu.
12) Hilangkan kendala-kendala yang merampas kebanggaan karyawan atas
keahliannya. Hal ini perlu dilakukan dengan menghilangkan sistem
penilaian dan penghitungan jasa. Deming telah berupaya keras

4|Page
menghilangkan sistem penilaian yang man diyakini menempatkan
pekerja dalam kompetisi antara satu dengan yang lain dan merusak
kerja tim.
13) Lembagakan aneka program pendidikan yang meningkatkan semangat
dan peningkatan kualitas kerja. Semakin tahu orang akan semakin
semangat bekerja. Staf yang berpendidikan baik adalah mereka yang
memiliki semangat untuk meningkatkan mutu.
14) Tempatkan setiap orang dalam tim kerja agar dapat melakukan
transformasi. Transformasi menuju sebuah kultur mutu adalah tugas
setiap orang. Ia juga merupakan tugas terpenting dari manajemen.
4
Kegagalan mutu menurut Denim adalah jika para manajer
memperhatikan mutu secara serius, maka mereka harus memahami sebab-
sebab kegagalan mutu. Karena, untuk menyelesaikan permasalahan
dengan baik diperlukan pemahaman terhadap penyebab-penyebabnya.
Demming membagi sebab-sebab kegagalan menjadi dua bentuk, yakni
sebab umum dan sebab khusus.
Adapun sebab umum tersebut adalah rendahnya mutu pendidikan
bisa disebabkan oleh beberapa sumber yan mencakup: desain kkurikulum
yang lemah, bangunan yang tidak memenuhi syarat, lingkungan kerja
yang buruk, sistem dan prosedur yang tidak sesuai, jadwal kerja yang
serampangan, sumber daya yang kurang dan pengembangan staf yang
tidak memadai.
Sedangkan sebab khusus menurut Denim adalah sering diakibatkan
oleh prosedur dan aturan yang tidak ditaati, meskipun kegagalan tersebut
mungkin juga diakibatkan oleh kegagalan komunikasi atau kesalah
pahaman. Kegagalan tersebut juga bisa disebabkan oleh anggota individu
staf yang tidak memiliki skill, pengetahuan dan sifat yang dibutuhkan
untuk menjaddi seorang guru atau manajer pendidikan.

4
ibid

5|Page
B. Joseph Juran
Joseph Juran, seperti halnya Deming adalah pelopor revolusi mutu
di Jepang.5 Dia juga lebih diperhatikan di Jepang dari pada di tempat
kelahirannya, Amerika. Pada tahun 1981, kaisar Jepang memberikan
anugerah bergengsi, orde of sacred treasure kepadanya. Dia adalah
penulis dan editor sejumlah buku diantaranya, Juran’s Quality Control
Handbook, Juran on Planning for Quality, dan Juran on Leadership for
Quality. Juran termasyhur dengan keberhasilannyamenciptakan
kesesuaian dengan tujuan dan manfaat. Ide ini menunjukan bahwa produk
atau jasa yang sudah dihasilkan mungkin sudah memenuhi spesifikasinya,
belum tentu sesuai dengan tujuan. Spesifikasi mungkin salah atau tidak
sesuai dengan apa yang diinginkan pelanggan. Dalam beberapa hal
tertentu, memenuhi spesifikasi bisa menjadi sebuah kondisi mutu yang
dibutuhkan. Meskipun demikian, hal tersebut bukan satu-satunya.
Juran adalah guru manajemen pertama dalam menghadapi isu-isu
manajemen mutu yang lebih luas.6 Dia yakin (seperti Deming) bahwa
kebanyakan masalah mutu dapat dikembalikan pada masalah keputusan
manajemen. Saat mempertimbangkan peran kepemimpinan dalam mutu,
aturan 85/15 dari Joseph Juran menjadi suatu yang sangat dibutuhkan.
Juran menyatakan bahwa 85 persen masalah-masalah mutu dalam sebuah
organisasi adalah hasil dari desain proses yang kurang baik. Sehingga,
penerapan system yang benar akan menghasilkan mutu yang benar.
Dengan demikian, menurut Juran 85 persen masalah merupakn tanggung
jawab manajemen, karena mereka memiliki 85 persen control terhadap
organisasi.
Untuk membantu manajer dalam merencanakan mutu, Juran telah
mengembangkan sebuah pendekatan disebut Manajemen Mutu Strategis
(strategic quality management). SQM adalah sebuah proses tiga bagian
berdasarkan staf pada tingkat berbeda yang memberi kontribusi

5
ibid
6
ibid

6|Page
unikterhadap peningkatan mutu. Manajemen senior memiliki pandangan
strategis tentang organisasi, manajer menengah memiliki pandangan
operasional tentang mutu, dan para karyawan memiliki tanggung jawab
terhadap control mutu. Ini adalah sebuah ide yang cocok diterapkan dalam
konteks pendidikan dan mirip dengan gagasan yang telah dikembangkan
oleh consultant at Work dalam upaya meningkatkan mutu dalam
pendidikan.
John Miller dan rekan-rekannya di Consultant at Work berpendapat
bahwa dalam manajer senior (dewan rector) perlu menggunakan
manajemen mutu strategis dengan cara menemukan dan menyusun visi,
prioritas, dan kebijakan universitas. Manajemen menengah (dekan)
bertanggung jawab terhadap jaminan mutu, dengan melibatkan diri dalam
koordinasi informasi dalam tiim penyusun mata pelajaran dan secara
sistematis memeriksa efektivitasnya, serta menyampaikan hasil
pemeriksaan tersebut kepada tim penyusun dan manajemen senior. Control
mutu dilakukan oleh para staf (guru) yang beroperasi dalam tim penyusun
mata pelajaran yang mendesain karakteristik dan sandar program studi.
Dengan demikian, mereka dapat memenuhi kebutuhan para pelajar.
Juran institute, yang memberikan konsultasi berdasarkan prinsip-
prinsip Juran, menganjurkan penggunaan sebuah pendekatan tahap demi
tahap untuk menyelesaikan masalah dalam meningkatkan mutu.
Peningkatan mutu hanya akan berarti ketika diaplikasikan secara praktis,
dan aplikasi tersebut merupakan variasi dari tahap itu sendiri. Juran pernah
mangatakan bahwa, semua bentuk peningkatan mutu harus dilakukan
tahap demi tahap dan tidak dengan cara lain.
C. Philip B. Crosby
Philip B. Crosby selalu diasosiasikan dengan dua ide yang sangat
menarik dan sangat kuat dalam mutu. Ide yang pertama adalah ide bahwa
mutu itu gratis dan yang kedua adalah ide bahwa kesalahan, kegagalan,
pemborosan, dan penundaan waktu, serta semua hal yang tidak bermutu
lainnya bisa dihilangkan jika institusi memiliki kemauan untuk ini. Ini

7|Page
adalah gagasan ‘tanpa cacat’ yang kontroversial. Kedua ide tersebut
sangat menarik jika diterapkan dalam dunia pendidikan7
Dua ide Philip Crosby yang sangat menarik dan kuat dalam mutu.
Yang pertama adalah bahwa mutu adalah gratis. Terlalu banyak
pemborosan dalam sistem saat mengupayakan mutu. Yang kedua adalah
ide bahwa kesalahan, kegagalan, pemborosan, dan penundaan waktu serta
semua hal yang tidak bermutu lainnya bisa dihilangkan jika institusi
memiliki kemauan itu. Ini adalah gagasan tanpa cacat yang kontroversial.
Kedua ide tersebut sangat menarik jika diterapkan dalam dunia
pendidikan. Gagasan bahwa peningkatan mutu dapat membantu organisasi
menghilangkan kegagalan, khususnya kegagalan pelajar yang seringkali
diabaikan oleh sebagian besar institusi.
Program peningkatan mutu Philip Crosby adalah salah satu dari
bimbingan atau arahan yang paling detail dan praktis, lain halnya dengan
W. Edwards Deming yang cendrung lebih filosofis. Pendekatan Philip
Crosby dapat diterapkan sebagai rencana kegiatan yang sangat praktis.
Philip Crosby berperdapat bahwa sebuah langkah sistematis untuk
mewujudkan mutu akan menghasilkan mutu yang lebih baik. Penghematan
sebuah institusi akan datang dengan sendirinya ketika institusi tersebut
melakukan segala sesuatunya dengan benar. Pemikiran lain Philip Crosby
yang utama dan kontroversial tentang mutu adalah tanpa cacat dalam
konteks bisnis akan meningkatkan keuntungan dan dengan penghematan
biaya.
Philip B. Crosby telah berusaha keras menekankan bahwa ‘tanpa
cacat’ adalah sebuah hal yang dapat diwujudkan, meskipun memang sulit.
Program peningkatan mutu Crosby adalah salah satu dari bimbingan atau
arahan yang paling detail dan praktis. Tidak seperti pendekatan Deming
yang cenderung lebih filosofis, pendekatan Crosby dapat diterapkan
sebagai rencana kegiatan. Dalam bukunya, yang berjudul Quality Is Free,
Crosby menguraikan pendapatnya bahwa sebuah langkah sistematis untuk
mewujudkan mutu akan menghasilkan mutu yang baik. Penghematan

7
http://tamrinhayat.blogspot.co.id/2014/09/v-behaviorurldefaultvmlo.html

8|Page
sebuah institusi akan datang dengan sendirinya ketika institusi tersebut
melakukan segala sesuatunya dengan benar.
Tanpa cacat adalah kontribusi pemikiran Crosby yang utama dan
controversial tentang mutu. Ide ini adalah sebuah ide yang sangat kuat. Ide
ini adalah komitmen untuk selalu sukses dan menghilangkan kegagalan.
Bagi dia hanya ada satu standar, dan itu adalah kesempurnaan.
Gagasannya adalah pencegahan murni, dan ia yakin bahwa kerja tanpa
salah adalah hal yang sangat mungkin. Teoritikus lain seperti Deming dan
Juran tidak percaya jika hal tersebut merupakan tujuan yang mudah.
Mereka berpendapat bahwa semakin dekat seseorang dengan ‘tanpa cacat’,
maka akan semakin sulit ia menghilangkan kesalahan seperti yang
dikemukan oleh Juran bahwa titik tertentu tahap penyesuaian diri adalah
tahap yang dibutuhkan.
Dalam dunia pendidikan metode tanpa cacat menginginkan agar
seluruh pelajar dan murid dapat memperoleh kesuksesan dan
mengembangkan potensi mereka. Tugas peningkatan mutu dalam
pendidikan adalah membangun system dan struktur yang menjamin
terwujudnya metode tersebut, memang ada banyak pihak yang menentang
metode tanpa cacat, terutama sekali ujian normative yang memustahilkan
tujuan metode tersebut, dan di samping itu, muncul pandangan bahwa
standard-standar metode tanpa cacat hanya bisa diperoleh setelah melalui
tingkat kegagalan yang tinggi.
Cara untuk mencapai mutu dari produk atau jasa, menurut Crosby
ada 14 langkah, meliputi:
1) Komitmen pada pimpinan. Inisiatif pencapaian mutu pada
umumnya oleh pimpinan dan dikomunikasikan sebagai
kebijakan secara jelas dan dimengerti oleh seluruh unsure
pelaksana lembaga.
2) Bentuk tim perbaikan mutu yang bertugas merumuskan dan
mengendalikan program peningkatan mutu.
3) Buat pengukuran mutu, dengan cara tentukan baseline data saat
program peningkatan mutu dimulai, dan tentukan standar mutu

9|Page
yang diinginkankan sebagai patokan. Dalam penentuan
standard mutu melibatkan pelanggan agar dapat diketahui
harapan dan kebutuhan mereka.
4) Menghitung biaya mutu. Setiap mutu dari suatu produk/jasa
dihitung termasuk didalamnya antara lain: kalau terjadi
pengulangan pekerjaan jika terjadi kesalahan,
inspeksi/supervise, dan test/percobaan.
5) Membangkitkan kesadaran akan mutu bagi setiap orang yang
terlibat dalam proses produksi/jasa dalam lembaga.
6) Melakukan tindakan perbaikan. Untuk ini perlu metodologi
yang sistematis agar tindakan yang dilakukannya cocok dengan
penyelesaian masalah yang dihadapi, dan karenanya perlu
dibuat suatu seri tugas-tugas tim dalam agenda yang cermat.
Selama pelaksanaan sebaiknya dilakukan pertemuan regular
agar didapat feed back dari mereka.
7) Lakukan perencanaan kerja tanpa cacat (zero defect planning)
dari pimpinan sampai pada seluruh staf pelaksana.
8) Mengadakan pelatihan pada tingkat pimpinan (supervisor
training) untuk mengetahui peranan mereka masing-masing
dalam proses pencapaian mutu, teristimewa bagi pimpinan
tingkat menengah. Lebih lanjut juga bagi pimpinan tingkat
bawah dan pelaksanaannya.
9) Mengadakan hari tanpa cacat, untuk menciptakan komitmen
dan kesadaran tentang pentingnya pengembangan staf.
10) Goal setting. Setiap tim/bagian merumuskan tujuan yang akan
dicapai dengan tepat dan harus dapat diukur keberhasilannya.
11) Berusaha menghilangkan penyebab kesalahan. Ini berarti
sekaligus melakukan usaha perbaikan. Salah satu dari usaha ini
adalah adanya kesempatan staf mengkomunikasikan kepada
atasannya mana diantara pekerjaannya yang sulit dilakukan.
12) Harus ada pengakuan atas prestasi bukan berupa uang tapi
misalnya penghargaan atau sertifikat dan lainnya sejenis.

10 | P a g e
13) Bentuk suatu Komisi Mutu, yang secara profesional akan
merencanakan usaha-usaha perbaikan mutu secara
berkelanjutan.
14) Melakukan berulangkali, karena program mencapai mutu tak
pernah akan berakhir.

V. KESIMPULAN

Ketiga pemikiran tokoh diatas tentunya tidak sepenuhnya benar dan


tidak juga sepenuhnya salah bila diterapkan dalam sebuah manajemen mutu
terpadu, sebab dari semua pendapat tersebut kadang hanya beberapa poin
penting yang sesuai dengan budaya suatu organisasi.
Dari kesemuanya bila dipadukan untuk melengkapi kekurangan
masing pendapat tentu dapat mewujudkan mutu yang berkualitas, dengan
tetap memperhatikan hasil analisis SWOT sebagai landasan menghsilkan
sebuah produk yang bermutu.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Mundir, Konsep Manajemen Mutu Terpadu, JP3 Vol 2 No 1 Maret


2012, pdf
Sallis, Edward. 2010. Total Quality Management In Eeducation,
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Ahmad Ali Riyadi dan
Fahrurrozi, november 2010 dengan judul Manajemen Mutu Terpadu
Pendidikan, Jogjakarta:IRCiSoD
http://tamrinhayat.blogspot.co.id/2014/09/v-
behaviorurldefaultvmlo.html akses 21-02-2018, 21:09 WIB

11 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai