Anda di halaman 1dari 18

Contoh Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia & Dunia|Pelanggaran HAM (Hak asasi

Manusia) di Indonesia & dunia, contohnya di Indonesia banyak kasus-kasus pelanggaram


HAM yang kini pelum diusut sampai tuntas, hal ini tentu saja menjadi perhatian kita
semua untuk belajar dari sejarah mengenai contoh-contoh kasus pelanggaran HAM baik
itu di Indonesia atau yang terdapat di berbagai negara agar tidak terulang di hari
kemudian.

http://www.artikelsiana.com/2015/07/contoh-kasus-pelanggaran-ham-penyelesaian.html#

Coba kita bayangkan betapa kejamnya negara kita dahulu disaat HAM ibarat tulisan dan
nama saja yang tak berfungsi apa-apa. Tentu kita semua tidak ingin berada di masa
tersebut yang terdapat banyak pelanggaran-pelanggaran HAM baik yang ringan maupun
yang berat. Apalagi jika saat ini HAM sama seperti dulu, tentu banyak macam-macam
kasus pelanggaran HAM di sekitar kita, jadi beruntunglah kita sekarang ini HAM (Hak
Asasi Manusia) kini telah hadir, telah kuat, dan dapat menjaga kita semua.

Banyak Contoh Kasus Pelanggaran-Pelanggaran HAM, menjadi pelajaran untuk tidak


terjadi lagi dengan intensif kebijakan pemerintah akan ketegasannya menjaga Hak Asasi
Manusia (HAM). Bukti kebijakan-kebijakan menjaga Hak Asasi Manusia tidak terjadinya
pelanggaran-pelanggaran HAM dapat dilihat dari kurangnya kasus pelanggaran HAM
yang terjadi sekarang ini.

Sebelum membahas mengenai contoh-contoh kasus pelanggaran HAM, tahukah anda


mengenai Pengertian HAM (Hak Asasi Manusia)menurut Undang-Undang No. 39 Tahun
1999, HAM adalahseperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia
sebagai makhlukh Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan Anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap
orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Menurut Pasal 9
UU No. 39 Tahun 1999 mengenai macam-macam hak dasar manusia adalah sebagai
berikut..
 Hak atas kesejahteraan
 Hak untuk hidup
 Hak mengembangkan diri
 Hak atas rasa aman
 Hak berkeluarga dan melanjutkan keterunan
 Hak atas kebebasan pribadi
 Hak atas memperoleh keadilan
 Hak atas wanita
 Hak anak
 Hak turut serta dalam pemerintahan
Dasar Hukum Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia tertulis dalam empat hukum
yang menyatakan tentang HAM yakni UUD 1945, Tap MPR, UU, Perda, Kepres, dll.
Salah satu dari keempat hukum tersebut adalah UUD 1945 RI, seperti pasal 27 ayat 1,
pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1, dan pasal 31 ayat 1. Hak asasi Manusia setiap
tahun dirayakan diseluruh negara di dunia yakni pada tanggal 10 Desember.

Bentuk-Bentuk Pelanggaran HAM

Bentuk pelanggaran-pelanggaran HAM yang biasa didapati masyarakat antara lain:


 Diskriminasi adalah pembatasan, pelecehan, dan pengucilan yang dilakukan
langsung atau tidak langsung yang didasarkan pada perbedaan manusia baik itu etni,
agama, suku dan ras.
 Penyiksaan adalah perbuatan yang menimbulkan rasa sakit atau penderitaan baik
itu jasmani maupun rohani
Bentuk pelanggaran-pelanggaran HAM berdasarkan jenisnya antara lain
a. Bentuk pelanggaran HAM bersifat berat
 Pembunuhan massal (genisida)
 Penghilangan orang secara paksa
 Pembunuhan sewenang-wenang
 Perbudakan atau diskriminasi secara sistematis
b. Bentuk pelanggarna HAM bersifat ringan
 Pencemaran nama baik
 Pemukulan
 Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya
 Penganiayaan
 Menghilangkan nyawa orang lain

Contoh Kasus Pelanggaran HAM di Sekolah

 Guru membeda-bedakan siswanya di sekolah berdasarkan dari kekayaan,


kepintaran, dan perilakunya.
 Siswa mengejek, menghina atau membuli siswa lain
 Siswa memalak atau menganiaya siswa lain
 Siswa melakukan tawuran pelajar ke teman sekolahnya ataupun dengan siswa
sekolah lain
 Guru memberikan sanksi/hukuman ke siswanya secara fisik seperti menendang,
mencubit, memukul.

Contoh Kasus
Pelanggaran HAM
(Hak Asasi Manusia)
di Indonesia

1. Contoh Kasus
Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) di Indonesia: Kasus Tanjung Priok (1984)
Kasus pelanggaran HAM. Bermula dari warga Tanjung Priok, Jakarta Utara
berdemonstrasi yang rusuh antara warga dengan kepolisian dan anggota TNI yang
mengakibatkan sejumlah warga tewas dan luka-luka. Peristiwa yang terjadi tanggal 12
September 1984. Sejumlah warga dan aparat militer dialidi atas tuduhan pelanggaran Hak
Asasi Manusia. Peristiwa ini dilatar belakang pada masa Orde Baru.

2. Contoh Kasus Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) di Indonesia: Kasus


Pembunuhan TKW, Marsinah
Marsinah merupakan tenaga kerja di PT. Catur Putra Surya (CPS) di Porong, Sidoarjo,
Jawa imur. Latar belakang peristiwa tersebut adalah ketika Marsinah dan teman-
temannya unjuk rasa, yang menuntuk kenaikan upah buruh tanggal 3 dan 4 Mei 1993.
Masalah tersebut semakin bertambah runyam ketika Marsinah menghilang dan tidak
diketahui oleh rekannya, dan sampai akhirnya tanggal 8 Mei 1993 Marsinah ditemukan
meninggal dunia. Mayatnya ditemukan di hutan Dusun Jegong, Kecamtan Wilangan,
Nganjuk, Jawa Timur dengan tanda-tanda bekas penyiksaan. Berdasarkan hasil otopsi,
diketahui bahwa Marsinah meninggal karena penganiayaan berat.

3. Contoh Kasus Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) di Indonesia: Peristiwa Aceh
(1990)
Peristiwa Aceh terjadi sejak tahun 1990 yang memakan korban baik di pihak aparat
maupun penduduk sipil yang tidak berdosa. Peristiwa Aceh tersebut diduga dari unsur
politik dimana terdapat pihak-pihak tertentu yang berkeinginan Aceh untuk merdeka.

4. Contoh Kasus Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) di Indonesia: Peristiwa


Penembakan Peristiwa Trisakti
Kasus penembakan mahasiswa Trisakti merupakan sebagian kasus penempakan para
mahasiswa yang sedang berdemonstrasi oleh anggota polisi dan militer. Peristiwa trisakti
dilatar belakangi dari demonstrasi mahasiswa trisakti ketika Indonesia mengalami Krisis
Finansial Asia tahun 1997 menuntut presiden Soeharto mundur dari jabatannya.
Dikabarkan, peristiwa ini terdapat puluhan mahasiswa mengalami luka-luka, sebagian
meninggal dunia karena ditembak peluru oleh anggota polisi dan militer.
5. Contoh Kasus Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) di Indonesia: Kasus
Pembunuhan Munir Said Thalib
Munir Said Thalib merupakan aktivis HAM yang pernah menangani kasus-kasus
pelanggaran HAM. Munir lahir di Malang, 8 Desember 1965 dan meninggal 7 September
2004 di dalam pesawat Garuda Indonesia dalam perjalanan menuju Amsterdam, Belanda.
Banyak berita yang bermunculan, bahwa Munir meninggal di bunung dalam pesawat,
serangan jantung sampai dengan diracuni. Namun, sebagian orang percaya bahwa Munir
meninggal karena diracuni dengan Arsenikum di makanan atau minuman saat dalam
pesawat. Kasus yang sampai sekarang diajukan ke Amnesty Internasional dan masih
diproses. Di Tahun 2005, Seorang piot Garuda yakni Pollycarpus Budihari Priyanto
dijatuhi hukuman 14 Tahun penjara karena terbuktih tersangka pembunuhan Munir yang
sengaja menaruh Arsenik di makanan munir dan meninggal di pesawat.

6. Contoh Kasus Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) di Indonesia: Peristiwa Bom
Bali
Peristiwa bom bali terjadi karena aksi terorisme terbesar di Indonesia di tahun 2002. Bom
diledakkan di kawasan Legian Kuta oleh sekelompok jaringan teroris. Peledakan bom
tersebut memakan korban meninggal dunia sebanyak 202 orang baik turis asing hingga
warga lokal yang berada di sekitar lokasi. Akibat dari peristiwa ini, memicu tindakan
terorisme dan membuat panik seluruh warga Indonesia.

7. Contoh Kasus Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) di Indonesia: Pembantaian


Rawagede
Pembantaian Rawagede merupakan pelanggaran HAM yang terjadi penembakan dan
pembunuhan penduduk kampung Rawagede (sekarang Desa Balongsari, Rawamerta,
Karawang, Jawa Barat) oleh tentara Belanda tanggal 9 Desember 1945 bersamaan dengan
Agresi Militer Belanda I. Akibatnya puluhan warga sipil terbunuh oleh tentara Belanda
yang kebanyakan dibunuh tanpa alasan yang jelas. Tanggal 14 September 2011,
Pengadilan Den Haaq menyatakan pemerintah Belanda bersalah dan harus bertanggung
jawab dengan membayar ganti rugi kepada para keluarga korban pembantaian Rawagede.

8. Contoh Kasus Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) di Indonesia: Penculikan


Aktivis
Kasus penculikan aktivis dan penghilangan secara paksa para aktivis pro demokrasi.
Terdapat 23 aktivis pro demokrasi diculik, disiksa dan menghilang, walaupun terdapat
satu orang terbunuh, 9 aktivis dilepaskan dan 13 aktivis masih belum diketahui
keberadaannya sampai sekarang. Diyakini bahwa mereka diculik dan disiksa oleh
anggota Militer.

9. Contoh Kasus Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) di Indonesia: Peristiwa 27 Juli
Peristiwa yang disebabkan dari pendukung Megawati Soekarno Putri yang menyerbu dan
mengambil alih kantor DPP PDI di Jakarta Pusat tanggal 27 Juli 1996. Massa mulai
melempari batu dan bentkrok ditambah lagi kepolisian dan anggota TNI dan ABRI datang
bersama pansernya. Kerusuhan tersebut meluas sampai ke jalan-jalan, massa mulai
merusak bangunan dan rambu-rambu lalu lintas. Dikabarkan bahwa lima orang
meninggal dunia, terdapat puluhan orang baik sipil maupun aparat mengalami luka-luka
dan beberapa ditahan. Berdasarkan KOMNAS HAM peristiwa ini terbukti pelanggaran
HAM.

10. Contoh Kasus Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) di Indonesia: Pembantaian
Santa Cruz
Kasus yang masuk dalam kasus pelanggaran HAM di Indonesia, yaitu pembantaian oleh
militer atau anggota TNI dengan menembak warga sipil di pemakaman Santa Cruz, Dili,
di Timor-Timur tanggal 12 November 1991. Kebanyakan warga sipil sedang menghadiri
pemakanan rekannya di pemakaman Santa Cruz ditembak anggota Militer Indonesia.
Puluhan demonstran yang kebanyakan mahasiswa dan warga sipil mengalami luka-luka
dan sampai meninggal. Peristiwa ini murni pembunuhan anggota TNI dan aksi
menyatakan TImor-Timur keluar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan
membentuk negara sendiri.

11. Contoh Kasus Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) di Indonesia: Kasus Dukun
Santet di Banyuwangi
Peristiwa beserta pembunuhan yang terjadi tahun 1998 di banyuwangi yang saat itu
tengah hangat-hangatnya praktetk dukun santet didesa-desa mereka. Banyak warga
sekitar yang melakukan kerusuhan berupa penangkapan dan pembunuhan terhadap orang
yang dituduh sebagai dukun santet. Anggota TNi dan ABRI tidak tnggal diam dan
menyelamatkan yang dituduh dukun santet yang selamat dari amukan warga.

12. Contoh Kasus Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) di Indonesia: Pelanggaran
HAM berat pada peristiwa G30 S:
Peristiwa G30S PKI merupakan peristiwa penculikan dan pembunuhan beberapa jenderal
dan perwira TNI pada malam hari tanggal 30 september sampai 1 oktober tahun 1965
oleh anggota PKI (partai komunis indonesia). Terdapat jenderal yang berhasil meloloskan
diri yaitu AH. Nasution tetapi naas yang menjadi kroban adlaah seorang putrinya.

Contoh Kasus Pelanggaran HAM di Dunia Internasional

1. Contoh Kasus Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) Dunia Internasional:


Pelanggaran Israel dan Palestina
Israel merupakan wilayah yang terbentuk dari perkumpulan orang-orang Yahudi yang
mengungsi ke wilayah Palestina. Orang-orang yahudi diterima baik oleh banga Palestina,
namun kemudian membentuk sebuah negara bernama Israel. Israel sedikit demi sekidt
mulai memperluas wilayahnya dengan mengusir penduduk asli. Dengan bantuan Amerika
Serikat, Israel kini dapat menguasai sebagian besar dari wilayah Palestina, sedangkan
palestina kini hanya wilayah kecil yang terletak ditengah negara Israel. Israel selalu
melakukan penyerangan langsung terhadap Palestina. Terdapat ribuan warga Palestina
menjadi korban. Bahkan relawan yang membantu ikut menjadi korban. Palestina kini
berjuang untuk mendapatkan pengakuan PBB sebagai suatu negara, namun diakuinya
palestina tidak menghentingkan peperangan tersebut, sampai-sampai banyak hukum
internasional yang dilanggaran oleh Israel. namun tidak ada ketegasan PBB.

2. Contoh Kasus Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) Dunia Internasional:


Kekejaman Rezim Adolf Hitler
Adolf Hitler merupakan pimpinan partai NAZI yang memenangkan pemile Jerman. Hitler
dianggap orang paling kejam di eranya. Terdapat banyak kasus pelanggaran HAM, sikap
otoriternya membawa pada penangkapan dan pengasingan terhadap sejumlah musuh
politik yang menentang kebijakannya, melakukan pembunuhan massal dan pengusiran
bangsa Yahudi dari Jerman, pembantaian di Cekoslovakia dan Austria untuk menduduki
negara tersebut. Adolf Hitler merupakan satu tokoh pemicu perang dunia ke II. Hitler
ditemukan meninggal dunia dalam bungker bersama Istrinya karena bunuh diri.

3. Contoh Kasus Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) Dunia Internasional:


Pelanggaran HAM Uni Soviet kepada Afganistan
Dari tahun 1979-1990-an tentara Uni Soviet yang terpecah menjadi beberapa negara
melakukan penyerangan terus menerus kepada Afganistan. Terdapat 85.000 tentara yang
ditempatkan di Afganistan dengan alasan menjaga perdamaian, namun dilihat dari
kenyatannya, tentara tersebut menyerang siapapun yang terlihat mencurigakan. Banyak
orang yang menjadi korban dari intervensi tersebut baik itu dari kalangan militer ataupun
orang sipil.

4. Contoh Kasus Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) Dunia Internasional:


Pelanggaran HAM di Mesir
Rezim Hosni Mubbarak yang berumur lebih empat dekade akhirnya harus terhenti di
tangan rakyat mesir sendiri. Selama berminggu-minggu terdapat ratusan warga yang
turun ke jalan dan menyerukan untuk menurunkan presiden Mesir. Hal yang dipicu dari
krisis ekonomi dan politik yang dialami Mesir. Presiden yang dianggap baik karena
memperhatikan rakyat kecil, namun karena sikap glamor dan otoriternya membuat
sebagian besar tidak menghendaki Mubbarak memimpin Mesir lagi. Banyak korban yang
berjatuhan untuk menghentikan demonstrasi mulai dari menggunakan pasukan berkuda,
menabrakkan mobil ke arah dan menembakkan peluru tajam ke pengunjuk rasa. Namun
akhirnya, wilayah-wilayah yang dikuasai pemerintah dapat diambil alih oleh demonstran
setelah militer membelot untuk membelah oposisi dibanding Mubbarak. Tak lama Hosni
Mubbarak terkepung oleh ratusan warga Mesir dan bersembunyi di dalam selokan yang
ditemukan warga dan pada akhirnya meninggal di tangan rakyat yang pernah
dipimpinnya.

Dalam kasus ini terdapat dua pelanggaran Hak asasi manusia, pertama pelanggaran HAM
oleh presiden Mesir sendiri yang kedua pelanggaran HAM yang dilakukan rakat mesir
karena tidak memberi Hosni Mubbarak untuk mempertanggung jawabakkan kesalahan
dan perbuatannya di hadapan hukum dengan menyiksa dan membunuhnya.

5. Contoh Kasus Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) Dunia Internasional: Krisis
Suriah dibawah Pimpinan Bassar Al Ashad
Beberapa warga suriah ingin mereformasi pemerintahan yang dianggap tidak berjalan
baik, hal ini seperti yang terjadi di mesir. Namun perjuangan rakyat sangat sulit dan
mustahil karena pemerintah benar-benar menguasai militer. Oposisi yang memimpin
aksipun kesulitan untuk melawan yang pada akhirnya terdesak dan keluar di pusat kota.
Kerusuhan tersebut menjadi sebuah perang saudara yang menelan korban jiwa sekitar
60.000 jiwa warga suriah dan sekitar 500 warga asing yang meninggal dunia. Selain itu
pihak pemerintah sekitar 12.000 tentara meninggal dunia.

Perang saudara ini, membuat negara lain ikut berperang seperti turki yang kehilangan 2
pilot F-4 setelah pesawatnya ditembak. Kemudian Jordania yang merasakan dampak
perang dan mengancam menyerang suriah. Sampai sekarang krisis suriah tengah berada
dalam perbincangan bangsa Eropa dan Amerika yang mengusahakan untuk menghentikan
peperangan karena dianggap telah melanggara HAM rakyat suriah.
Munir Said Thalib (lahir di Malang, Jawa Timur, 8 Desember 1964 – meninggal di
Jakarta di dalam pesawat jurusan ke Amsterdam, 7 September 2004 pada umur 39 tahun)
adalah seorang aktivis HAMIndonesia keturunan Arab-Indonesia. Jabatan terakhirnya
adalah Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia Imparsial.
Saat menjabat Dewan Kontras namanya melambung sebagai seorang pejuang bagi orang-
orang hilang yang diculik pada masa itu. Ketika itu dia membela para aktivis yang
menjadi korban penculikan Tim Mawar dariKopassus. Setelah Soeharto jatuh, penculikan
itu menjadi alasan pencopotan Danjen Kopassus Prabowo Subianto dan diadilinya para
anggota tim Mawar.
Jenazah Munir dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Kota Batu.
Istri Munir, Suciwati, bersama aktivis HAM lainnya terus menuntut pemerintah agar
mengungkap kasus pembunuhan

Daftar isi
[sembunyikan]
1Kronologi pembunuhan[1]
1 1.1Berangkat dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta
2 1.2Transit di Bandar Udara Internasional Changi Singapura
1.3Menuju Bandar Udara Internasional Schiphol
1 1.3.1Mulai pergi bolak-balik ke toilet
2 1.3.2Pergi ke toilet ke-2 kali
3 1.3.3Pergi ke toilet ke-3 kali
4 1.3.4Meninggal dunia
 2Hasil otopsi jenazah
 3Proses pengadilan bagi pihak terlibat
 4Film dokumenter
 5Peringatan
6Biografi
1 6.1Karier terpenting
2 6.2Organisasi
3 6.3Penghargaan terpenting
4 6.4Kasus-kasus penting yang pernah ditangani
 7Pranala luar
 8Referensi

Kronologi pembunuhan[1][sunting | sunting sumber]


Munir Said Thalib, akan melanjutkan studi S2 bidang hukum humaniter di Universitas
Utrecht, Belanda. Pukul 21.30 WIB. Melalui pengeras suara, seluruh penumpang pesawat
Garuda Indonesia nomor penerbangan GA 974 tujuan Amsterdam dipersilakan petugas
bandara naik ke pesawat.
Berangkat dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta[sunting | sunting sumber]
Rombongan orang kulit putih bergegas, banyak dari mereka adalah warga negara
Belanda. Saat akan memasuki pintu pesawat, Munir bertemu Pollycarpus Budihari
Priyanto, pilot Garuda yang biasa dipanggil Polly. Status Polly dalam penerbangan ini
adalah extra crew, yaitu kru yang terbang sebagai penumpang dan akan bekerja untuk
tugas lain. Mereka bertemu di dekat pintu masuk kelas bisnis. Sebagai penumpang kelas
ekonomi, Munir sebenarnya akan lebih dekat dengan tempat duduknya bila masuk
melalui pintu belakang. Diawali percakapan dengan Polly, Munir berakhir di tempat
duduk kelas bisnis, nomor 3K. Kursi 3K adalah tempat duduk Polly, sementara milik
Munir adalah 40G. Polly selanjutnya naik ke kokpit di lantai dua untuk bersalaman dan
mengobrol dengan awak kokpit yang bertugas. Saat pesawat mundur dan siap tinggal
landas, Polly dipersilakan oleh purser Brahmanie untuk duduk di kelas premium karena
banyak tempat duduk yang kosong di kelompok termahal itu. Purser adalah pimpinan
kabin yang bertanggung jawab atas kenyamanan seluruh penumpang, termasuk
kepindahan tempat duduk mereka. Lelaki berseragam pilot kemeja putih dan celana biru
dongker itu pun duduk di 11B.
Ada dua cerita tentang kepindahan Munir ke kelas bisnis itu, yaitu menurut kisah
Brahmanie dan Polly. Dalam sidang PN (Pengadilan Negeri) Jakarta Pusat, Brahmanie
bersaksi, “Saat sedang di depan toilet bisnis, saya berpapasan dengan Saudara Polly.
Lalu, Saudara Polly, sambil memegang boarding pass warna hijau, bertanya dalam bahasa
Jawa, ‘Mbak, nomer 40G nang endi? Mbak, aku ijolan karo kancaku,’ (Mbak, nomor 40G
di mana? Mbak, saya bertukar tempat dengan teman saya.) tanpa menyebutkan nama
temannya. Karena nama temannya tidak disebutkan, saya ingin tahu siapa teman Saudara
Polly. Lalu, saya datangi nomor 3K, dan ternyata yang duduk di sana Saudara Munir,
yang lalu saya salami. Saudara Polly tidak duduk di 40G, tapi di premium class nomor
11B atas anjuran saya karena banyak tempat duduk yang kosong.” Sementara itu, dalam
wawancara di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang, Polly bercerita, “Saya ketemu
Munir di pintu pesawat Garuda Indonesia, di bandara Jakarta. Dia tanya di pintu bisnis,
‘Tempat duduk ini di mana?’ Saya bilang, ‘Wah Bapak ini di ekonomi, cuma tempat
duduknya yang mana saya tidak hafal.’ Kemudian, itu kan antre, ada banyak penumpang
lain mau masuk, saya persilakan duluan. Saya sebagai kru lebih baik ngalah, toh sama-
sama naik pesawat, nggak mungkin ditinggal. Setelah itu, karena saya mau masuk ke
ruang bisnis, mau melangkah ke dalam pesawat, saya bilang kepada Munir, ‘Saya duduk
di bisnis, kalau Bapak mau di sini, ya Bapak tanya dulu sama pimpinan kabin, kalau
diizinkan ya silakan, bila tidak ya mohon maaf.’ Bahasa saya seperti itu. Sudah, itu saja.”
Sebelum pesawat tinggal landas, di kelas bisnis, Yeti Susmiarti menyajikan welcome
drink. Penumpang diminta mengambil gelas berisi sampanye, jus jeruk, atau jus apel.
Munir memilih jus jeruk. Selesai minuman pembuka, pramugari senior itu membagikan
sauna towel (handuk panas), yang biasa digunakan untuk mengelap tangan, lalu
memberikan surat kabar kepada penumpang yang ingin membacanya. Semua layanan itu
disajikan Yeti sendiri, dengan bantuan Oedi Irianto, pramugara senior, yang menyiapkan
segala keperluannya di pantry. Pukul 22.02 WIB pesawat yang dikendalikan Kapten Pilot
Sabur Muhammad Taufik itu tinggal landas. Untuk mengukur waktu tinggal landas dan
mendarat secara tepat, industri penerbangan menggunakan istilah block off dan block on.
Block off adalah waktu yang menunjukkan saat ganjal roda pesawat di bandara dilepas
dan pesawat mulai bergerak untuk terbang. Block ondigunakan sebagai penanda waktu
kedatangan pesawat di bandara tujuan, yaitu saat ganjal roda pesawat dipasang.
Sekitar 15 menit setelah tinggal landas, pramugari menawarkan beberapa pilihan
makanan dalam kemasan yang masih panas di atas nampan. Di kursi 3K, Munir memilih
mi goreng. Selesai mi, Yeti kembali memberi tawaran minuman, kali ini lebih banyak
pilihan daripada welcome drink. Pilihannya adalah minuman beralkohol (wiski, gin,
vodka, red wine, white wine, dan bir), soft drink, jus apel serta jus jeruk Buavita, jus
tomat Berry, susu putih Ultra, air mineral Aqua, teh, dan kopi. Munir kembali memilih jus
jeruk. Setelah mengarungi langit pulau Jawa, Sumatera, dan laut di sekitarnya selama 1
jam 38 menit, pesawat GA 974 mendarat di Bandara Changi, Singapura pukul 00.40
waktu setempat. Zona waktu Singapura satu jam lebih awal ketimbang WIB. Awak kabin
memberi penumpang waktu untuk jalan-jalan atau kegiatan apa saja di Bandara Changi
selama 45 menit.
Transit di Bandar Udara Internasional Changi Singapura[sunting | sunting sumber]
Karena keluar dari pintu bisnis, Munir pun lebih cepat mencapai Coffee Bean dibanding
jika keluar dari pintu ekonomi. Usai singgah di kedai itu, dia kembali menuju ke pesawat
melaui gerbang D 42. Di perjalanan menuju pintu Garuda, dia disapa oleh seorang laki-
laki. “Anda Pak Munir, ya?” “Iya, Pak.” “Saya dr. Tarmizi dari Rumah Sakit Harapan
Kita. Pak Munir ngapain ke Belanda?” “Saya mau belajar, mau nge-charge satu tahun.”
“Di mana?” “Utrecht.” “Wah, Indonesia kehilangan, dong. Anda kan orang penting?”
komentar dr. Tarmizi. “Ya… ini perlu untuk saya, Pak,” timpal Munir sambil tersenyum.
“Anda ‘kan pernah nulis tentang Aceh. Bagaimana sih, bisa beres nggak tuh?” tanya
dokter lagi, sambil keduanya berjalan. “Ah, itu tergantung niat, Dok.” “Maksudnya?”
“Kalau niatnya membereskan, tiga bulan juga beres.” Kemudian, dokter kelahiran
Sumatera Barat itu mengeluarkan dompet dan memberi Munir kartu namanya sambil
berkata, “Kapan-kapan, bila perlu, silakan menghubungi saya.” Munir menerima kartu
nama dr. Tarmizi Hakim, lalu keduanya berpisah. Si dokter masuk ke kelas bisnis, Munir
menuju pintu bagian belakang pesawat dan duduk di kursi 40G kelas ekonomi,
sebagaimana tercantum di boarding pass-nya. Karena Polly hanya sampai Singapura,
Munir pun kembali ke tempat duduk aslinya untuk penerbangan Singapura-Amsterdam.
Total waktu transit di Changi (antara block on dan block off) adalah 1 jam 13 menit,
jumlah waktu yang digunakan pesawat untuk pengisian bahan bakar, penggantian seluruh
awak kokpit dan kabin, serta penambahan penumpang dari Singapura.
Menuju Bandar Udara Internasional Schiphol[sunting | sunting sumber]
Pesawat tinggal landas dari Changi pukul 01.53 waktu setempat. Penerbangan menuju
Schipol ini dipimpin oleh Kapten Pantun Matondang, dengan purser Madjib Nasution
sebagai penanggung jawab pelayanan penumpang. Sebelum pesawat mengangkasa,
pramugari Tia mengecek kesiapan penumpang untuk tinggal landas. Saat melakukan
kewajibannya, dia dipanggil oleh Munir yang meminta obat Promag. Pramugari bernama
lengkap Tia Dewi Ambara itu meminta Munir menunggu sebentar karena pesawat akan
tinggal landas dan seluruh awak kabin harus duduk di tempat masing-masing. Kira-kira
15 menit kemudian, setelah pesawat di ketinggian aman, Tia mulai membagikan selimut
dan earphone, dilanjutkan dengan makanan pengantar tidur. Saat Tia sampai di 40G,
lelaki berkaus abu-abu dan bercelana jins hitam itu sedang tidur. Tia membangunkannya
dan bertanya, “Apa Bapak sudah dapat obat dari teman saya?” “Belum.” “Maaf, kami
tidak punya obat.” Tia lalu menawarkan makanan, yang ditolak oleh Munir. Namun,
lelaki ini meminta teh hangat. Tia pun menyajikan teh panas yang dituangkan dari teko ke
gelas di atas troli. Munir menerima uluran minuman itu, lengkap dengan gula 1 sachet.
Ketika Tia melanjutkan melayani penumpang lain, Munir melewatinya di gang menuju
toilet. Ini kali pertama Munir pergi ke toilet, sekitar 30 menit setelah tinggal landas.
Mulai pergi bolak-balik ke toilet[sunting | sunting sumber]
Tiga jam sudah pesawat besar itu terbang dan sedang berada di langit India saat Munir
semakin sering pergi ke toilet. Ketika berjalan di gang kabin yang hanya diterangi oleh
lampu baca, dia berpapasan dengan pramugara Bondan Hernawa. Dia mengeluhkan sakit
perut dan muntaber kepada Bondan, serta memintanya memanggilkan dr. Tarmizi yang
duduk di kelas bisnis. Munir juga memberinya kartu nama dokter itu. Sesuai prosedur
untuk situasi semacam ini, Bondan pun melapor kepada purser Madjib Nasution yang
berada di Purser Station. “Bang, ini Pak Munir penumpang kita sakit. Buang-buang air,
muntah-muntah. Ini ada kawannya, dokter, tapi saya tidak tahu duduk di mana. Tolong
carikan tempat duduknya,” ujar Bondan sambil menyerahkan kartu nama dr. Tarmizi.
Madjib mencari penumpang atas nama dr. Tarmizi Hakim di Passenger Manifest dan
menemukannya di kursi nomor 1J. Belum sempat dia beranjak, Munir sudah berada di
depan Purser Station. Sambil memegangi perut, Munir berkata, “Saya sudah buang-buang
air, pakai muntah juga. Mungkin maag saya kambuh. Seharusnya tadi tidak minum jeruk
waktu dari Jakarta-Singapura.” Munir pun melanjutkan perjalanannya ke toilet. Madjib
dan Bondan lalu mendatangi 1J dan mendapati dr. Tarmizi sedang tidur di 1K, kursi
sebelah kanannya yang, karena dekat jendela dan dia dapati kosong, lalu dia duduki.
“Dokter, dokter…,” Madjib berusaha membangunkan. Keduanya mengulanginya
beberapa kali dengan suara lebih keras, tapi tidur dokter bedah itu tetap tak terusik.
Madjib kembali berjumpa Munir di gang dan memintanya membangunkan dr. Tarmizi
sendiri, sementara Bondan pergi ke pantry untuk melaksanakan tugas terjadwalnya.
Akhirnya, dr. Tarmizi bangun. Munir menjelaskan kondisi tubuhnya yang saat itu tampak
sangat lemah dengan berkata, “Saya sudah muntah dan buang air besar enam kali sejak
terbang dari Singapura.” Dr. Tarmizi mengusulkan kepada Madjib supaya Munir pindah
tempat duduk ke nomor 4 karena tempat itu kosong dan dekat dengannya. Munir pun
duduk di kursi 4D. Dr. Tarmizi mengambil posisi di samping kirinya. “Pak Munir makan
apa saja dua hari terakhir ini?” tanya dokter spesialis bedah toraks kardiovaskular itu.
Munir hanya diam, mungkin akibat nyeri perutnya. Pertanyaan itu disambut oleh Madjib,
“Pak Munir tadi sempat minum air jeruk, padahal Pak Munir tidak kuat minum jeruk
karena punya maag.” Munir tetap diam, tidak berkomentar. “Kalau maag tidak begini,”
kata si dokter, yang lalu bertanya kepada Munir, “Anda makan apa?” “Biasa saja.”
“Kemarin?” “Biasa saja.” “Kemarinnya lagi?” “Biasa saja.” Dokter itu melakukan
pemeriksaan secara umum dengan membuka baju pasiennya. Dia lalu mendapati nadi di
pergelangan tangan Munir lemah. Dokter berpendapat Munir menunjukkan gejala
kekurangan cairan akibat muntaber.
Pergi ke toilet ke-2 kali[sunting | sunting sumber]
Munir kembali lagi ke toilet, diikuti dokter, pramugara, dan pramugari. Setelah muntah
dan buang air, dia pulang ke kursi 4D, sambil terus batuk-batuk berat. Dr. Tarmizi
meminta seorang pramugari mengambilkan Doctor’s Emergency Kit yang dimiliki setiap
pesawat terbang. Kotak itu dalam keadaan tersegel. Setelah melihat isinya, dia
berpendapat obat yang tersedia sangat minim, terutama untuk kebutuhan Munir. Dr.
Tarmizi memerlukan infus, tapi tidak ada. Tidak ada obat khusus untuk sakit perut mulas,
juga obat muntaber biasa. Si dokter pun mengambil obat dari tasnya sendiri. Dia memberi
Munir obat diare New Diatabs serta obat mual dan perih kembung Zantacts dan Promag.
Dua tablet untuk yang pertama dan masing-masing satu tablet untuk dua terakhir. Dr.
Tarmizi lalu meminta seorang pramugari membuatkan teh manis dengan sedikit
tambahan garam di dalamnya. Namun, lima menit setelah meminum teh hangat itu,
Munir kembali ke toilet. Munir rampung setelah lima menit dan membuka pintu. Dr.
Tarmizi lalu membimbing Munir berjalan menyusuri gang sambil berkomentar kepada
purser Madjib, “Mengapa infus saja tidak ada padahal perjalanan sejauh ini?” Di kotak
obat pesawat terdapat cairan Primperam, obat antimual dan muntah, yang kemudian
disuntikkan dr. Tarmizi ke tubuh Munir sejumlah 5 ml (dosis 1 ampul). Injeksi di bahu
kiri ini cukup berpengaruh karena Munir kemudian tidur. Penderitaannya reda selama 2-3
jam.
Pergi ke toilet ke-3 kali[sunting | sunting sumber]
Munir bangun dan kembali masuk ke toilet. Dia cukup lama berada di dalamnya, kira-
kira 10 menit, dan pintunya pun tidak tertutup dengan sempurna. Madjib memberanikan
diri melongok lewat celah yang ada dan mengetuk pintu, tapi tidak ada respons dari orang
yang sedang menderita di dalam sana. Madjib membuka pintu lebih lebar dan melihat
laki-laki 38 tahun itu sedang bersandar lemas di dinding toilet. Purser Madjib langsung
memanggil dokter yang selama setengah jam terakhir paling tahu kondisi penumpangnya
itu. Dr. Tarmizi mengajak Madjib dan pramugara Asep Rohman mengangkat Munir
kembali ke kursi 4D. Setelah didudukkan di kursi, Munir menjalani pemeriksaan oleh dr.
Tarmizi, dalam gelapnya kabin pesawat yang hanya diterangi lampu baca. Kegelapan ini
keadaan yang tak bisa mereka atasi sebab demikianlah aturan penerbangan. Pertama
pergelangan tangan, lalu perut. Saat perutnya diketuk oleh si dokter, Munir mengeluh,
“Aduh, sakit,” sambil memegang perut bagian atas. Madjib menyarankannya untuk ber-
Istighfar, disambut Munir dengan menyebut, “Astaghfirullah Haladzim, La Illaha Illa
Llah,” sambil tetap memegangi perut. Pramugari Titik Murwati yang berada di dekat situ
berinisiatif memberi balsem gosok, tindakan yang dia harap bisa membantu meredakan
derita penumpangnya. Atas persetujuan dr. Tarmizi, Titik menggosok perut Munir dengan
balsem yang bisa memberikan rasa hangat. Munir berkata dia ingin istirahat karena
capek. Dr. Tarmizi membuka kotak obat lagi dan mengambil obat suntik Diazepam. Kali
ini, dokter menyuntikkan 5 mg di bahu kanan, juga dengan bantuan purser Madjib. Jarak
antara kedua suntikan sekitar 4-5 jam. Sesudah suntikan obat penenang itu, Munir masih
merasakan mulas di perut. Lima belas menit berlalu dan Munir ke toilet lagi, ditemani
dokter, purser, serta pramugari. Di dalamnya, Munir muntah, diikuti buang air. Kembali
ke tempat duduk, Munir berkata dirinya ingin tidur telentang. Purser dan seorang anak
buahnya membentangkan sebuah selimut sebagai alas di lantai depan kursi 4D-E dan
sebuah bantal di atasnya. Dia pun berbaring di sana, dengan dua selimut lagi diletakkan
di atas tubuhnya agar hangat. Dr. Tarmizi berkata kepada awak kabin itu supaya Munir
dijaga, dan bahwa dirinya ingin istirahat karena besok kerja (dia akan melakukan operasi
jantung di rumah sakit di Swole), sambil minta dibangunkan bila terjadi apa-apa dengan
Munir. Juga, dia berpesan agar mereka memastikan dokter dari Amsterdam yang besok
masuk ke pesawat membawa infus. Setelahnya, si dokter kembali ke kursi di 1K dan
tidur. Munir kembali bisa tidur, tapi sering berubah posisi, dan posisi itu selalu miring,
tidak pernah telentang atau tengkurap. Madjib terus setia menjaga Munir sampai sekitar 3
jam sebelum pesawat mendarat di Bandara Schipol, saat awak kabin menyiapkan makan
pagi penumpang. Madjib berjalan ke tempat duduk dr. Tarmizi dan bertanya apakah perlu
dirinya membangunkan Munir untuk sarapan, yang dijawab dengan anjuran untuk
membiarkan Munir tetap istirahat. Madjib pun melakukan tugas rutinnya mengawasi
lingkungan pesawat.
Meninggal dunia[sunting | sunting sumber]
Sekitar dua jam sebelum pesawat mendarat, jam 05.10 GMT atau 12.10 WIB, ketika
sarapan masih berlangsung dan lampu kabin masih menyala, Madjib kembali
melangkahkan kaki mengunjungi “tempat tidur” Munir. Di depan kursi 4D-E, dia melihat
tubuh Munir dalam posisi miring menghadap kursi, mulutnya mengeluarkan air liur tidak
berbusa, dan telapak tangannya membiru. Dia memegang tangan Munir dan mendapati
rasa dingin. Madjib yang kaget bergegas menuju kursi sang dokter. Dokter memegang
pergelangan tangan Munir sambil dengan tangan satunya menepuk-nepuk punggung. Dia
berulang-ulang berujar, “Pak Munir… Pak Munir….“ Akhirnya, memandang purser
Madjib, dr. Tarmizi berkata pelan, “Purser, Pak Munir meninggal… Kok secepat ini,
ya…. Kalau cuma muntaber, manusia bisa tahan tiga hari.” Purser Madjib meminta
Bondan dan Asep membantunya mengangkat tubuh kaku Munir ke tempat yang lebih
baik: lantai depan kursi 4J-K. Munir berbaring di atas dua lembar selimut, kedua matanya
dipejamkan oleh Bondan, tubuhnya ditutupi selimut.
Bondan dan Asep membaca surat Yassin di depan jenazah Munir Said Thalib, 40.000 kaki
(12,192 km) di atas tanah Rumania.

Hasil otopsi jenazah[sunting | sunting sumber]


Pada tanggal 12 November 2004 dikeluarkan kabar bahwa polisi Belanda (Institut
Forensik Belanda) menemukan jejak-jejak senyawa arsenikum setelah otopsi. Hal ini juga
dikonfirmasi oleh polisi Indonesia. Belum diketahui siapa yang telah meracuni Munir,
meskipun ada yang menduga bahwa oknum-oknum tertentu memang ingin
menyingkirkannya.

Proses pengadilan bagi pihak terlibat[sunting | sunting sumber]


Pada 20 Desember 2005 Pollycarpus Budihari Priyanto dijatuhi vonis 14 tahun hukuman
penjara atas pembunuhan terhadap Munir. Hakim menyatakan bahwa Pollycarpus,
seorang pilot Garuda yang sedang cuti, menaruh arsenik di makanan Munir, karena dia
ingin mendiamkan pengkritik pemerintah tersebut. Hakim Cicut Sutiarso menyatakan
bahwa sebelum pembunuhan Pollycarpus menerima beberapa panggilan telepon dari
sebuah telepon yang terdaftar oleh agen intelijen senior, tetapi tidak menjelaskan lebih
lanjut. Selain itu Presiden Susilo juga membentuk tim investigasi independen, namun
hasil penyelidikan tim tersebut tidak pernah diterbitkan ke publik.
Pada 19 Juni 2008, Mayjen (purn) Muchdi Pr, yang kebetulan juga orang dekat Prabowo
Subianto dan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, ditangkap dengan dugaan kuat bahwa
dia adalah otak pembunuhan Munir[2]. Beragam bukti kuat dan kesaksian mengarah
padanya[3].Namun, pada 31 Desember 2008, Muchdi divonis bebas. Vonis ini sangat
kontroversial dan kasus ini tengah ditinjau ulang, serta 3 hakim yang memvonisnya bebas
kini tengah diperiksa[4].

Film dokumenter[sunting | sunting sumber]


Untuk memperingati satu tahun kepergian Munir, diluncurkan film dokumenter karya
Ratrikala Bhre Aditya dengan judulBunga Dibakar di Goethe-Institut, Jakarta Pusat, 8
September 2005. Film ini menceritakan perjalanan hidup Munir sebagai seorang suami,
ayah, dan teman. Munir digambarkan sosok yang suka bercanda dan sangat mencintai
istri dan kedua anaknya. Masa kecil Munir yang suka berkelahi layaknya anak-anak lain
dan tidak pernah menjadi juara kelas juga ditampilkan. Munir dibunuh di era demokrasi
dan keterbukaan serta harapan akan hadirnya sebuah Indonesia yang dia cita-citakan
mulai berkembang. Semangat inilah yang ingin diungkapkan lewat film ini.
Sebuah film dokumenter lain juga telah dibuat, berjudul Garuda's Deadly Upgrade hasil
kerja sama antara Dateline (SBS TV Australia) dan Off Stream Productions.
Pada peringatan tahun kedua, 7 September 2006, di Tugu Proklamasi diluncurkan film
dokumenter berjudul "His Strory". Film ini bercerita tentang proses persidangan
Pollycarpus dan fakta-fakta yang terungkap di pengadilan.

Peringatan[sunting | sunting sumber]


Sejak 2005, tanggal kematian Munir 7 September, oleh para aktivis HAM dicanangkan
sebagai Hari Pembela HAM Indonesia.

Museum Omah Munir di


Batu

Biografi[sunting |
sunting sumber]
 Lahir: Malang, 8 Desember 1965
 Jabatan: Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau HAM IndonesiaImparsial
 Pendidikan: S1 FH Universitas Brawijaya(Unibraw) (1990)
Karier terpenting[sunting | sunting sumber]
 Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau HAM Indonesia Imparsial
 Ketua Dewan Pengurus KONTRAS (2001)
 Koordinator Badan Pekerja KONTRAS (16 April 1998-2001)
 Wakil Ketua Dewan Pengurus YLBHI (1998)
 Wakil Ketua Bidang Operasional YLBHI (1997)
 Sekretaris Bidang Operasional YLBHI (1996)
 Direktur LBH Semarang (1996)
 Kepala Bidang Operasional LBH Surabaya (1993-1995)
 Koordinator Divisi Perburuhan dan Divisi Hak Sipil Politik LBH Surabaya (1992-
1993)
 Ketua LBH Surabaya Pos Malang
 Relawan LBH Surabaya (1989)
Organisasi[sunting | sunting sumber]
 Sekretaris BPM FH Unibraw (1988)
 Ketua Senat Mahasiswa FH Unibraw (1989)
 Anggota HMI Komisariat Hukum Unibraw
 Ketua Umum Komisariat Hkukum Unibraw HMI Cabang Malang
 Sekretaris Al Irsyad Kabupaten Malang (1988)
 Divisi Legal Komite Solidaritas untuk Marsinah
 Sekretarsi Tim Pencari Fakta Forum Indonesia Damai.
Penghargaan terpenting[sunting | sunting sumber]
 Right Livelihood Award 2000, Penghargaan pengabdian bidang kemajuan HAM
dan kontrol sipil terhadap militer (Swedia, 8 Desember 2000)
 Mandanjeet Singh Prize, UNESCO, untuk kiprahnya mempromosikan Toleransi
dan Anti-Kekerasan (2000)
 Salah satu Pemimpin Politik Muda Asia pada Milenium Baru (Majalah Asiaweek,
Oktober 1999)
 Man of The Year versi majalah Ummat (1998).
 Suardi Tasrif Awards, dari Aliansi Jurnalis Independen, (1998) atas nama Kontras
 Serdadu Awards, dari Organisasi Seniman dan Pengamen Jalanan Jakarta (1998)
 Yap Thiam Hien Award (1998)
 Satu dari seratus tokoh Indonesia abad XX, majalah Forum Keadilan
Kasus-kasus penting yang pernah ditangani[sunting | sunting sumber]
 Penasehat Hukum dan anggota Tim Investigasi Kasus Fernando Araujo, dkk, di
Denpasar yang dituduh merencanakan pemberontakan melawan pemerintah secara
diam-diam untuk memisahkan Timor-Timur dari Indonesia; 1992
 Penasehat Hukum Kasus Jose Antonio De Jesus Das Neves (Samalarua) di
Malang, dengan tuduhan melawan pemerintah untuk memisahkan Timor Timur dari
Indonesia; 1994
 Penasehat Hukum Kasus Marsinah dan para buruh PT. CPS melawan KODAM V
Brawijaya atas tindak kekerasan dan pembunuhan Marsinah, aktifis buruh; 1994
 Penasehat Hukum masyarakat Nipah, Madura, dalam kasus permintaan
pertanggungjawaban militer atas pembunuhan tiga petani Nipah Madura, Jawa Timur;
1993
 Penasehat Hukum Sri Bintang Pamungkas (Ketua Umum PUDI) dalam kasus
subversi dan perkara hukum Administrative Court (PTUN) untuk pemecatannya
sebagai dosen, Jakarta; 1997
 Penasehat Hukum Muchtar Pakpahan (Ketua Umum SBSI) dalam kasus subversi,
Jakarta; 1997
 Penasehat Hukum Dita Indah Sari, Coen Husen Pontoh, Sholeh (Ketua PPBI dan
anggota PRD) dalam kasus subversi, Surabaya;1996
 Penasehat Hukum mahasiswa dan petani di Pasuruan dalam kasus perburuhan PT.
Chief Samsung; 1995
 Penasehat Hukum bagi 22 pekerja PT. Maspion dalam kasus pemogokan di
Sidoarjo, Jawa Timur; 1993
 Penasehat Hukum DR. George Junus Aditjondro (Dosen Universitas Kristen
Satyawacana, Salatiga) dalam kasus penghinaan terhadap pemerintah, Yogyakarta;
1994
 Penasehat hukum Muhadi (seorang sopir yang dituduh telah menembak polisi
ketika terjadi bentrokan antara polisi dengan anggota TNI AU) di Madura, Jawa
Timur; 1994
 Penasehat Hukum dalam kasus hilangnya 24 aktivis dan mahasiswa di Jakarta;
1997-1998
 Penasehat Hukum dalam kasus pembunuhan besar-besaran terhadap masyarakat
sipil di Tanjung Priok 1984; sejak 1998
 Penasehat Hukum kasus penembakan mahasiswa di Semanggi, Tragedi Semanggi
I dan II; 1998-1999
 Anggota Komisi Penyelidikan Pelanggaran HAM di Timor Timur; 1999
 Penggagas Komisi Perdamaian dan Rekonsiliasi di Maluku
 Penasehat Hukum dan Koordinator Advokat HAM dalam kasus-kasus di Aceh
dan Papua (bersama KontraS)
https://id.wikipedia.org/wiki/Munir_Said_Thalib

11 Tahun Kasus Munir, Kontras: Jokowi Jangan Tersandera Hendropriyono


Rep: Mas Alamil Huda/ Red: Bilal Ramadhan

Istri Munir yang juga Ketua Omah Munir Suciwati memberikan keterangan pers
peringatan 11 tahun kasus pembunuhan Munir di kantor Kontras, Jakarta, Ahad (6/9).
(Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembunuhan terhadap aktivis hak asasi manusia


(HAM) Munir Said Thalib genap berusia 11 tahun pada 7 September 2015. Namun,
hingga saat ini aktor atau dalang pembunuhan pria kelahiran Malang, Jawa Timur ini
belum juga diungkap oleh para penegak hukum.
Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris
Azhar mengatakan, pembunuhan terhadap Munir bukanlah pembunuhan biasa, namun
terencana matang dan dilakukan orang berkeahlian khusus. Maka penyelesaian kasus
Munir membutuhkan kemauan dan keberanian dari pemerintah.
Menurutnya, Presiden Joko Widodo harus turun tangan untuk menyelesaikannya. Janji
Jokowi dalam masa kampanye untuk menyelesaikan kasus pelanggaran HAM harus
dibuktikan. Dia meminta orang nomor satu di republik itu membentuk tim untuk
melanjutkan hasil rekomendasi tim pencari fakta (TPF) kasus Munir sebelumnya.
"Sekarang kita minta tim penyelesaian kasus Munir," kata Haris di kantor Kontras,
Jakarta, Ahad (7/9).
Ia mengatakan, pengungkapan kasus pembunuhan Munir menjadi tonggak penting
pemerintahan Jokowi. Jika mantan gubernur DKI Jakarta itu berhasil mengungkap dalang
pembunuhan dalam kasus ini, maka Jokowi berarti menunjukkan keseriusannya dalam
membela orang-orang yang peduli dan kritis dalam perbaikan bangsa.
Haris meminta agar mantan wali kota Solo itu tidak tersandera kepentingan politik dalam
pengungkapan kasus Munir. Apalagi, kata Haris, di lingkaran Jokowi saat ini ada AM
Hendropriyono yang saat kematian Munir menjabat sebagai kepala Badan Intelijen
Negara (BIN) dan dinilai sebagai pihak yang paling bertanggung jawab.
"Jokowi jangan sampai tersandera, meski ada Hendro di sekeliling kekuasaan," ujar dia.
Haris menambahkan, dalam sebuah wawancara Hendro telah mengatakan bahwa dirinya
siap bertanggung jawab atas kematian Munir. Pernyataan ini, menurutnya, adalah pintu
masuk dalam membongkar pihak-pihak yang diduga terlibat di kasus pembunuhan
berencana ini.
"Artinya dia sudah nantangin, kalau seperti itu apa yang harus ditunggu. Jangan sampai
Jokowi ewuh pakewuh terhadap penyelesaian kasus Munir," kata Haris.
Munir merupakan aktivis HAM kelahiran Malang, Jawa Timur 8 Desember 1965 dan
meninggal 7 September 2004. Dia meninggal saat perjalanan udara dari Jakarta ke
Amsterdam Belanda dengan pesawat Garuda saat akan melanjutkan studinya di negeri
kincir air itu. Munir dinyatakan diracun arsenik dan meninggal di dalam pesawat saat
perjalanan.
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/09/06/nu9chj330-11-tahun-
kasus-munir-kontras-jokowi-jangan-tersandera-hendropriyono

Anda mungkin juga menyukai