Anda di halaman 1dari 5

Laporan

Hasil Diskusi Kelas


Tema : Kasus Bayi Debora Bukti Tidak Semua Rumah Sakit Tak Taat UU

Tujuan : Melatih siswa mengeluarkan pendapat atau gagasan secara lisan

Tanggal : Selasa, 03 Oktober 2017

Waktu : 06.30 – 08.00 WIB

Tempat : Ruang kelas XII IPA I SMAN 1 KUALA KAPUAS

Kelompok : V

Pembicara : Indah Tri Wahyanti

Ketua/Moderator : Daniel Thomas

Notulis : Divia Carolina Hasian Sitanggang

Anggota :

1. Devi Royani

2. Divia Carolina Hasian Sitanggang

3. Indah Tri Wahyanti

Permasalahan :

1. Menurut Khofifah, Kasus Bayi Debora Bukti Tidak Semua Rumah Sakit Taati UU

Kesimpulan :

1. Dinas Kesehatan dinas DKI Jakarta memberikan sanksi kepada RS Mitra Keluarga
Kalideres Jakarta yaitu PT Ragam Sehat Multifia untuk merestrukturisasi
manajemen dalam hal ini termasuk unsur pimpinan sesuai standar kompetensi
paling lama dalam waktu 1 bulan setelah ditetapkan surat keputusan. Selain itu, RS
Mitra Keluarga Kalideres juga harus lulus akreditasi rumah sakit paling lambat 6
bulan setelah surat keputusan keluar.

2. Agar tak terulang lagi, diharapkan agar rumah sakit swasta bergabung dengan
BPJS, sehingga tak ada lagi kebimbangan petugas menangani pasien gawat darurat
yang tak mampu membayar sebelum penanganan.

3. Layanan medic sudah diberikan RS, tetapi untuk menilai kesesuaian dengan standar
akan ditindaklanjuti dengan audit medic oleh profesi.

4. Kebijakan internal RS belum berjalan dengan baik dan adanya kebijakan uang
muka yang tidak sejalan dengan peraturan perundang-undangan.
5. T erdapat kesalahan pada layanan administrasi dan keuangan yang diberikan oleh
RS terhadap status pasien.

Notulis Ketua/Moderator,

DIVIA CAROLINA H S DANIEL THOMAS


Notula Diskusi

“Menurut Khofifah, Kasus Bayi Debora Bukti Tak Semua Rumah Sakit Taati UU”

Tanggal : Selasa, 03 Oktober 2017

Tempat : Ruang Kelas XII IPA SMAN 1 KUALA KAPUAS

Tema : Tak semua rumah sakit taati UU

Tujuan : Melatih siswa mengeluarkan pendapat atau gagasan secara lisan

Peserta Diskusi :

1. Hadir : 22 orang

2. Berhalangan : 2 orang

Acara Diskusi:

1. Diskusi dibuka oleh moderator


2. Memperkenalkan anggota diskusi
3. Mempresentasi masalah diskusi/ membahas
4. Sesi tanya jawab
5. Membaca hasil diskusi
6. Penutup

Pertanyaan Peserta

Sesi 1 dan 2:

1. Kelompok 4

Apakah sanksi dari pemerintah terhadap rumah sakit yang melanggar UU, apakah sanksi tersebut
akan membuat jera atau fatal?

2. Kelompok 2

Bagaimana caranya agar kasus bayi Debora tidak terulang lagi?

3. Kelompok 2

Apakah ada bantuan dari rumah sakit tersebut?

4. Kelompok 3

Apakah salah jika masyarakat yang tidak mempunyai uang berobat ke rumah sakit?

5. Kelompok 6

Apakah pemerintah Indonesia dan pemerintah daerah sudah memberikan sanksi bagi rumah
sakit tersebut?
Jawaban Narasumber

Sesi 1 dan 2

1. Kelompok 4

Perlu diketahui,bahwa UU dibuat agar ada ketaatan kita untuk mematuhinya sehingga
ada keteraturan, bila UU itu dilanggar sudah pasti ada pasal-pasal yang mengatur
sanksi/hukuman tentang pelanggaran tersebut.
Pada kasus ini, UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. ( terlampir )
Yang mengatur untuk mendapatkan fasilitas kesehatan atau tenaga kesehatan adalah Pasal 32
ayat 1 dan 2.
Sanksi pidana/hukuman ada pada Pasal 190 ayat (1) dan (2) pimpinan fasilitas pelayanan
kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas
pelayanan kesehatan yang dengan sengaja tidak memberikan pertolongan pertama terhadap
pasien yang dalam keadaan gawat darurat dipidana dengan pidana penjara dan denda maksimal
(satu miliar rupiah).
Jelas dalam sanksi tersebut agar tujuannya membuat yang melanggar hukum akan menjadi jera
atau membuat fatal.

2. Kelompok 2

Untuk mencegah kasus ini, Dinas Kesehatan DKI Jakarta juga mengajak direktur rumah sakit di
seluruh Ibu Kota untuk menandatangani MoU tentang pelayanan gawat darurat di rumah sakit,
terutama dalam melayani pasien BPJS Kesehatan.

Ada sekira 187 rumah sakit pemerintah dan swasta yang hadir dalam acara yang dihelat di
Auditorium Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Diharapkan dengan adanya surat perjanjian ini,
seluruh rumah sakit di Jakarta tidak menelantarkan pasien gawat darurat dengan tidak
memikirkan administrasi biaya lebih dulu hingga pasien stabil.

"Saya mengimbau kepada rumah sakit untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada
semua pasien. Karena peraturan ini sudah tercantum dalam undang-undang yang dibuat oleh
Kementerian Kesehatan tentang kegawatdaruratan," pungkasnya.

Selain hukum yang harus ditegakkan, uraian diatas juga adalah salah satu bentuk usaha
Pemerintah untuk mencegah terulangnya Debora-Debora yang lain,

3. Kelompok 2

Paman Debora, Indra Silalahi mengatakan “saya belum lihat wajah mereka (pihak RS)” Jadi,
bisa disimpulkan bahwa pihak RS belum memberi bantuan

4. Kelompok 3

Apakah salah jika masyarakat yang tidak mempunyai uang berobat ke rumah sakit?

Tidak salah. Alasannya :


1. Kesehatan hak asasi manusia.
2. Sehat itu mahal, lebih baik mencegah dari pada berobat. Berobat tidak ada yang gratis.
Tetapi Negara ingin mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia adil, makmur sejahtera yang
setinggi-tingginya sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila, maka
pelayanan Kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin oleh Negara diwujudkan
dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakatnya.
Contoh pemerintah menjamin pelayanan kesehatan.
- Setiap PNS/ASN, TNI, POLRI diwajibkan menjadi peserta ASKES. Berobat gratis
dijamin Askes.
- Setiap Pekerja Swasta, Karyawan tetap dan lain-lain diwajibkan menjadi peserta
JAMSOSTEK. Berobat gratis dijamin JAMSOSTEK
- Bagi masyarakat yang mampu diharuskan menjadi peserta BPJS mandiri. Berobat
gratis dijamin BPJS.
- Masyarakat yang tidak mampu sama sekali dan tidak punya penghasilan, Pemerintah
Pusat memberikan Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) bila berobat. Jadi
yang menjaminnya/membayarnya Pemerintah Pusat melalui APBN
- Masyarakat yang tidak mendapat JAMKESMAS maka Pemerintah Daerah
menjaminnya melalui JAMKESDA ( Jaminan Kesehatan Daerah ) yang bersumbar
dari APBD
Berobat tidak ada yang gratis, persiapkan dulu dirimu sebelum sakit.

Kesimpulan Hasil Diskusi

- Dalam kasus ini jika benar RS telah melanggar UU Tentang Kesehatan dengan tidak
mengutamakan nyawa pasien, menolak masuk ruangan yang seharusnya ke ruang
pediatric intensive care unit (PICU) serta meminta uang muka, maka dianggap
melakukan pelanggar
Sanksi yang diberikan pemerintah masih belum diputuskan. Polda Metro Jaya tengah
menyelidiki kasus ini, mengumpulkan bukti dan keterangan saksi.
- Banyak usaha yang dilakukan Pemerintah agar kasus Debora tidak terulang salah satunya
dengan menandatangani MoU antara RS dengan BPJS
- Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Oleh sebab itu tidak salah jika ingin
mendapatkan pelayanan kesehatan.

Penutup (Diskusi Ditutup Oleh Moderator)

Anda mungkin juga menyukai