Anda di halaman 1dari 11

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi semua mahluk

hidup. Manusia dalam kehidupan sehari-hari memerlukan air untuk berbagai

keperluan mulai dari air minum, mencuci, mandi, dan kegiatan-kegiatan vital

lainnya. Sehingga pengelolaan air menjadi pertimbangan yang utama untuk

menentukan apakah sumber air yang telah diolah menjadi sumber air yang dapat

digunakan atau tidak (Kusnaedi, 2002).

Kadar kesadahan yang dianjurkan untuk air yang layak diminum adalah

sebesar 10- 300 mg/L (Depkes, 1990). Kesadahan didefinisikan sebagai jumlah dari

ion kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+) terlarut dalam air. Kedua ion ini

merupakan unsur kesadahan yang paling besar, walaupun beberapa logam lainnya

juga temasuk unsur sadah, namun konsentrasinya dalam air alami sangat kecil. Pada

umumnya air dengan kesadahan total lebih dari 200 mg/L (sebagai CaCO3)

dikatakan air sadah (Hauser, 2002).

Kesadahan air digunakan untuk menunjukkan kandungan garam kalsium dan

magnesium yang terlarut dalam air yang dinyatakan dalam (mg/L) kalsium karbonat

(Khopkar, 2002).

Kesadahan dalam air dapat mengakibatkan air menjadi keruh dan proses

penyabunan menjadi terganggu sebagai akibat dari mineral ion Ca dan Mg yang
2

bereaksi dengan anion sabun. Selain itu kesadahan dalam air dapat membuat alat-alat

masak seperti panci dan ketel menjadi berkerak. Kerak yang ditimbulkan tersebut

dapat menyebabkan transfer panas terhambat sehingga panas yang dibutuhkan harus

lebih besar serta waktu yang diperlukan lebih lama. Selain mineral ion Ca dan Mg,

kesadahan air juga dapat disebabkan oleh jenis mineral seperti Sr, Fe, dan Mn dalam

jumlah yang sangat kecil (Park, et al., 2007).

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan percobaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar kesadahan total dan

yang terkandung dalam suatu perairan dengan menggunakan metode titrasi.

Kegunaan praktikum kali ini sebagai wadah informasi dan penambah wawasan bagi

pratikan dan pembaca lainnya mengenai kadar kesadahan total dalam perairan.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila

Klasifikasi ikan nila menurut Nelson (1984) adalah sebagai berikut: filum

Chordata, Sub Filum: Vertebrata, Kelas: Osteichthyes, Ordo: Perciformes, Sub Ordo:

Percoidei, Familia: Cichlidae, Genus: Oreocromis, Spesies: O. Nilotucus.

Gambar .1 Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) (Saanin, 1986)

Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang panjang totalnya dapat

mencapai 30 cm. Ciri khas pada ikan nila adalah adanya garis vertikal yang berwarna

gelap pada sirip ekor sebanyak enam buah. Garis seperti itu juga terdapat pada sirip

punggung dan sirip dubur ( Suyanto, 1994).

2.2 Kesadahan

Kesadahan didefinisikan sebagai jumlah dari ion kalsium (Ca2+) dan

magnesium (Mg2+) terlarut dalam air. Kedua ion ini merupakan unsur kesadahan

yang paling besar, walaupun beberapa logam lainnya juga temasuk unsur sadah,
4

Namun, konsentrasi air alami sangat kecil. Pada umumnya air dengan kesadahan

total lebih dari 200 mg/L (sebagai CaCO3) dikatakan air sadah (Hauser, 2002).

Kadar kesadahan yang tinggi dapat menyebabkan efek negatif terhadap

kesehatan misalnya penyakit batu ginjal dan karang gigi karena air sadah banyak

mengandung ion logam Ca2+ dan Mg2+ (Atastina dkk, 2002).

Kandungan kalsium dan magnesium yang tinggi dalam air akan

menyebabkan sabun sukar berbusa dan timbul kerak pada panci atau pipa.

Kandungan maksium kalsium dan magnesium yang diperbolehkan dalam air minum

masing-masing adalah 75 - 200 mg/L dan 30 - 150 mg/L (Alaerts dan Santika, 1987).

2.3 Manfaat Kesadahan dalam Perairan

Kapur yang mengandung kalsium dapat mensuplai kebutuhan kalsium ikan

untuk keperluan metabolisme dan pertumbuhannya. Nilai kesadahan yang

memberikan pengaruh nyata pada kelangsungan hidup dan pertumbuhan pada benih

ikan patin (Pangasius hypophthalmus) adalah 75 mg/L setara CaCO3 (Nurhidayati,

2000).

2.4 Hubungan Kesadahan dengan Parameter Lain

Peningkatan kesadahan difungsikan sebagai penjaga kestabilan nilai

pH agar tidak mengganggu keseimbangan (homeostasi) di perairan. Sifat pH yang

fluktuatif dapat dikendalikan dengan penyangga (buffer), salah satunya melalui

metode pengapuran. Pengapuran akan meningkatkan konsentrasi kesadahan dan/atau

alkalinitas sebagai penyangga pH di perairan (Boyd, 1982).


5

III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum mata kuliah fisika kimia perairan mengenai Kesadahan yang

dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2017 pukul 13.00-selesai. praktikum

bertempat di Laboratorium Akuakultur Fakultas Peternakan dan Perikanan,

Universitas Tadulako, Palu.

3.2 Alat dan Bahan

Tabel 1. Alat yang digunakan dalam praktikum pengukuran kesadahan total di dalam
air dan kegunaannya

No Nama Alat Kegunaan

Labu Untuk proses titrasi untuk menampung larutan yang akan


1
Erlenmeyer dititrasi
Untuk mengukur volume larutan yang akan diteteskan
2 Pipet Tetes
pada dalam volume kecil
Bola Karet
3 Untuk menghisap larutan pada pipet volume
(Bulp)
4 Pipet skala Untuk mengukur larutan dalam volume tertentu
5 Alat Menulis Untuk mencatat data yang didapatkan
6 Gelas Ukur Digunakan untuk mengambil sampel
7 Buret Untuk menitrasi larutan dalam volume tertentu
8 Labu semprot Untuk menetralisirkan alat yang akan digunakan
6

Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam pengukuran kadar kalsium (Ca) dan
magnesium (Mg) dalam air dan kegunaannya
No Bahan Kegunaan

1 Larutan Na2EDTA Penitar


2 Larutan EBT Pereaksi
3 Larutan Buffer Pelarut
4 Air Sampel a, b dan c Sampel

3.3 Prosedur Kerja

Ada beberapa prosedur kerja yang harus dilakukan dalam praktikum

penguukuran kesadahan total dalam air.

Mengambil air sampel sebanyak 100 ml ambil menggunakan gelas ukur.

kemudian air sampel tadi dipindahkan ke dalam labu erlenmeyer untuk dilakukan

titrasi. Sebelum dititrasi, air sampel 1 ditambahkan larutan buffer sebanyak 2 ml dan

aduk. Setelah itu ditambahkan 8 gram indikator EBT, aduk hingga berwarna merah

anggur. Apabila warna telah berubah, titrasi dengan menggunakan larutan penitar

(Na2EDTA), amati perubahan warna yang terjadi dari merah anggur menjadi biru

murni. Catat volume penitar yang digunakan.


7

3.4 Analisis Data

(P) (M) (100) (1000)


Kesadahan Total = ---------------------------mg/L CaCO3
V
Dimana: P = volume penitar

M = molaritas peniter (Na2EDTA 0,01M)

V = volume air sampel


8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan hasil percobaan maka diperoleh nilai sebagai berikut:

Sampel 1
(P)(M)(100)(100)
Kesadahan total = mg/l CaCO3
V
(36)(0,01)(100)(100)
= mg/l CaCO3
100

= 36 mg/l CaCO3

Sampel 2
(P)(M)(100)(100)
Kesadahan total = mg/l CaCO3
V
(33)(0,01)(100)(100)
= mg/l CaCO3
100
= 33 mg/l CaCO3

Sampel 3
(P)(M)(100)(100)
Kesadahan total = mg/l CaCO3
V
(32)(0,01)(100)(100)
= mg/l CaCO3
100

= 32 mg/l CaCO3

Tabel.2 Hasil percobaan


No. Sampel Jumlah Jumlah volume peniter Total Kesadahans (mg/l)
volume Na2EDTA(ml) CaCO3
1 A 100 ml 36 36
2 B 100 ml 33 33
3 C 100 ml 32 32
9

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengukuran kesadahan yang telah kami lakukan dengan

menggunakan tiga sampel air yang berbeda dalam tiga kali percobaan.

Pertamamenggunakan sampel air kolam polikultur sebanyak 100 ml, dengan volume

peniter 36 ml. Kedua menggunakan sempel air yang sama ditempat berbeda 100 ml,

dengan volume peniter 33 ml. Dan ketiga menggunakan sempel air kolamyang sama

dan tempat berbeda kembali sebanyak 100 ml, dengan volume peniter 32 ml. Maka

memperoleh hasil yang berbeda pada setiap percobaan, dalam tiga kali percobaan

dilakukan tiga kali titrasi dengan menggunakan EBT yang berlebihan, pada

percobaan pertama berhasil tapi membutuhkan waktu yang lama berubah warna

menjadi biru murni, namun di lakukan lagi percobaan kedua dengan di beri EBT

secukupnya, dan larutan peniter (Na2EDTA) dengan cara titrasi sampai terjadi

perubahan warna merah anggur menjadi biru murni. Selanjutnya, prcobaan ketiga di

lakukan kembali seperti langkah yang di lakukan pada percobaan kedua sampai

berubah warna dari merah anggur menjadi biru murni.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, mendapatkan nilai total yang

sangat baik untuk budidaya organisme akuatik. Karena

menurutStickney (1979) kisaran kesadahan yangdibutuhkan untukkeperluan

perikanan adalah20-150 mg/L CaCO3 (Stickney, 1979 dalam Nirmala, dkk.,2005)

sedangkan untukkeperluanbudidaya intensifdiperlukan kisaran kesadahan antara 50-

200mg/LCaCO3 (Wedemeyer, 1996dalam Nirmala, dkk., 2005).


10

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada sampel A, didapatkan jumlah kandungan kesadahan total yaitu sebesar

36 mg/L CaCO3 dan mengalami perubahan warna menjadi biru muda.

2. Pada sampel B, didapatkan jumlah kandungan kesadahan total yaitu sebesar

32 mg/L CaCO3 dan mengalami perubahan warna menjadi biru murni.

3. Pada sampel B, didapatkan jumlah kandungan kesadahan total yaitu sebesar

33 mg/L CaCO3 dan mengalami perubahan warna menjadi biru murni.

5.2 Saran

Saran untuk praktikum berikut agar air yang menjadi sampel bukan hanya air

tawar tapi juga dengan menggunakan air payau dan laut. Agar praktikan lebih

memahami lagi perbedaan tiap lingkungan perairan tersebut.


11

DAFTAR PUSTAKA

Boyd, C. E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier
Scientific Publishing Co., Yew York.

Departemen Kesehatan RI., 1990., Standar Kesehtan Air Minum, Depkes RI Jakarta.

Hauser, A.Barbara.2002. Drinking Water Chemistry: A Laboratory Manual. Lewis


Publisher. United State of America.

Khopkar, S. M., 2002, Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia Press,
Jakarta.

Kusnaedi, 2002, Mengolah Gambut dan Air Kotor untuk Air Minum, Penebar
Swadaya, Jakarta.

Nelson, J. S. 1984. Fishes of the world. John Wiley & Sons, New York

Park, J. S., Song, J. H., Yeon, K. H. And Moon, S. H., 2007, Removal of Hardness
Ions

Nirmala, K., Wulandari, R., Djokosetiyanto, D., 2005, Pengaruh Kesadahan Pada
Media Budidaya Bersalinitas 3 ppt Terhadap Pertumbuhan Dan
Kelansungan Hidup Ikan Barbir (Barbus cochonius Hamilton-Buchanan),
Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (1) : 17 – 24 (2005).

Nurhidayati, D. 2000. Manipulasi Ca dan Mg terhadap benih ikan patin Pangasius


hypopthalmus Sauvage. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
IPB. Bogor.

Suyanto. 1994. Nila. Penebar Swadaya, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai