Anda di halaman 1dari 10

A.

PENGERTIAN
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column
yang menyebabkan proses infeksi pada system syaraf pusat. (Suriadi, 2001).
Meningitis adalah inflamasi akut pada meninges dan CSF (Wong, 2003).
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula
spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001).

B. ETIOLOGI
Penyebab dari meningitis adalah :
· Bakteri
Merupakan penyebab tersering dari meningitis, adapun beberapa bakteri yang secara umum
diketahui dapat menyebabkan meningitis adalah :
Haemophillus influenza
Nesseria meningitides (meningococcal)
Diplococcus pneumoniae (pneumococcal)
Streptococcus, grup A
Staphylococcus aureus
Escherichia coli
Klebsiella
Proteus
Pseudomonas
Meningitis bakteri juga bisa disebabkan oleh adanya penurunan system kekebalan tubuh
seperti AIDS.
· Virus
Disebut juga dengan meningitis aseptic, terjadi sebagai akibat akhir/sequeledari berbagai
penyakit yang disebabakan oleh virus spereti campak, mumps, herpes simplex dan herpes
zoster. Pada meningitis virus ini tidak terbentuk exudat dan pada pemeriksaan CSF tidak
ditemukan adanya organisme. Inflamasi terjadi pada korteks serebri, white matter dan lapisan
meninges. Terjadinya kerusakan jaringan otak tergantung dari jenis sel yang terkena. Pada
herpes simplex, virus ini akan mengganggu metabolisme sel, sedangkan jenis virus lain bisa
menyebabkan gangguan produksi enzyme neurotransmitter, dimana hal ini akan berlanjut
terganggunya fungsi sel dan akhirnya terjadi kerusakan neurologist.
Merupakan penyebab sering lainnya selain bakteri. Infeksi karena virus ini biasanya bersifat
“self-limitting”, dimana akan mengalami penyembuhan sendiri dan penyembuhan bersifat
sempurna. Contohnya virus, toxoplasma gondhii dan ricketsia
· Jamur
Meningitis cryptococcal merupakan meningitis karena jamur yang paling serimh, biasanya
menyerang SSP pada pasien dengan AIDS. Gejala klinisnya bervariasi tergantungdari system
kekebalan tubuh yang akan berefek pada respon inflamasi. Gejala klinisnya bia disertai
demam atau tidak, tetapi hamper semuaklien ditemukan sakit kepala, nausea, muntah dan
penurunan status mental

v Faktor pencetus terjadinya meningitis bacterial diantaranya adalah :


· Otitis media
· Pneumonia
· Sinusitis
· Sickle cell anemia
· Fraktur cranial, trauma otak
· Operasi spinal
v Faktor predisposisi : jenis kelamin laki - laki lebih sering dibandingkan dengan wanita
v Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan
v Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
v Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem
persarafan
Selain dari adanya invasi bakteri, virus, jamur maupun protozoa, point d’entry masuknya
kuman juga bisa melalui trauma tajam, prosedur operasi, dan abses otak yang pecah,
penyebab lainnya adalah adanya rinorrhea, otorrhea pada fraktur bais cranii yang
memungkinkan kontaknya CSF dengan lingkungan luar.

FATOFISIOLOGI

Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan septikemia, yang
menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel
sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis.
Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju
otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong
perkembangan bakteri.

Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di
bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan
serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi.
Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke
dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis
intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier
oak), edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi
terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan
meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan
endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.

C. KLASIFIKASI PENYAKIT
D. Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak,
yaitu :
E.
1. Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang
jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues,
Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
2. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula
spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria
meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus
influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa
F. TANDA DAN GEJALA KLINIS
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
§ Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
§ Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
§ Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
a) Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena
adanya spasme otot-otot leher.
b) Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi kearah
abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
c) Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul.
Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang
sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
§ Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
§ Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen
dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya
tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan
tingkat kesadaran.
§ Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
§ Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi
purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata

v Gambaran yang umum terjadi meliputi :


· Aktivitas / istirahat :
Malaise, aktivitas terbatas, ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter, kelemahan, hipotonia
· Sirkulasi :
Riwayat endokarditis, abses otak, TD ↑, nadi ↓, tekanan nadi berat, takikardi dan disritmia
pada fase akut
· Eliminasi :
Adanya inkontinensia atau retensi urin
· Makanan / cairan :
Anorexia, kesulitan menelan, muntah, turgor kulit jelek, mukosa kering
· Higiene :
Tidak mampu merawat diri
· Neurosensori ;
Sakit kepala, parsetesia, kehilangan sensasi, “Hiperalgesia”meningkatnya rasa nyeri, kejang,
gangguan oenglihatan, diplopia, fotofobia, ketulian, halusinasi penciuman, kehilangan
memori, sulit mengambil keputusan, afasia, pupil anisokor, , hemiparese, hemiplegia,
tanda”Brudzinski”positif, rigiditas nukal, refleks babinski posistif, refkleks abdominal
menurun, refleks kremasterik hilang pada laki-laki
· Neyri / kenyamanan :
Sakit kepala hebat, kaku kuduk, nyeri gerakan okuler, fotosensitivitas, nyeri tenggorokan,
gelisah, mengaduh/mengeluh

· Pernafasan :
Riwayat infeksi sinus atau paru, nafas ↑, letargi dan gelisah
· Keamanan :
Riwayat mastoiditis, otitis media, sinusitis, infeksi pelvis, abdomen atau kulit, pungsi lumbal,
pembedahan, fraktur cranial, anemia sel sabit, imunisasi yang baru berlangsung, campak,
chiken pox, herpes simpleks. Demam, diaforesios, menggigil, rash, gangguan sensasi.
· Penyuluhan / pembelajaran :
Riwayat hipersensitif terhadap obat, penyakit kronis, diabetes mellitus
v Gejala yang timbul pada :
1. Neonatus
· Gejala tidak khas
· Panak (+)
· Anak tampak malas, lemah, tidak mau minum, muntah dan kesadaran menurun.
· Ubun-ubun besar kadang kadang cembung.
· Pernafasan tidak teratur.
2. Anak Umur 2 Bulan Sampai Dengan 2 Tahun
· Gambaran klasik (-).
· Hanya panas, muntah, gelisah, kejang berulang.
· Kadang-kadang “high pitched ery”.
3. Anak Umur Lebih 2 Tahun
· Panas, menggigil, muntah, nyeri kepala.
· Kejang
· Gangguan kesadaran.
· Tanda-tanda rangsang meninggal, kaku kuduk, tanda brudzinski dan kering (+)

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Pengobatan/ Terapi
Terapi antimikroba: antibiotik yang diberikan didasarkan pada hasil kultur, diberikan
dengan dosis tinggi

Mempertahankan hidrasi optimum : mengatasi kekurangan cairan dan mencegah kelebihan cairan yang
dapat menyebabkan edema serebral
Mencegah dan mengobati komplikasi : aspirasi efusi subdural (pada bayi), terapi heparin pada anak
yang mengalami DIC
Mengontrol kejang : pemberian anti epilepsi
Mempertahankan ventilasi
Mengurangi meningkatnya tekanan intra kranial
Penatalaksanaan syok bakterial
Mengontrol perubahan suhu lingkungan yang ekstrim
Memperbaiki anemia

b. Rehabilitasi
H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Wawancara
1. Pengkajian
a) Biodata klien
b) Riwayat kesehatan yang lalu
(1) Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?
(2) Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
(3) Pernahkah operasi daerah kepala ?
c) Riwayat kesehatan sekarang
(1) Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise). Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.
(2) Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda : tekanandarah
meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, taikardi, disritmia.
(3) Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
(4) Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit
jelek dan membran mukosa kering.
(5) Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
(6) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena, kehilangan
sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan halusinasi penciuman.
Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi, kehilangan
memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal, hemiparese, tanda
brudzinki positif dan atau kernig positif, rigiditas nukal, babinski positif,reflek
abdominal menurun dan reflek kremastetik hilang pada laki-laki.
(7) Nyeri/keamanan
Gejala : sakit kepala(berdenyut hebat, frontal). Tanda : gelisah, menangis.
(8) Pernafasan
Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru. Tanda : peningkatan kerja pernafasan.

b. Pemeriksaan fisik focus


1. Riwayat keperawatan : riwayat kelahiran, penyakit kronis, neoplasma, riwayat
pembedahan pada otak, cedera kepala
2. Pengkajian neurologic
3. Kaji status hidrasi
4. Kaji adanya defisit sensoris
5. Kaji respon keluarga

I. FATWAY
J. ANALISA DATA
K. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. cranial Nyeri kepala b.d peningkatan tekanan intra
2. Hipertermia b.d proses infeksi
3. Perubahan persepsi sensori b.d penurunan tingkat kesadaran
4. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral
5. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual, muntah
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri kepala b.d peningkatan NOC : NIC :


 Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara
tekanan intra kranial  pain control, komprehensif termasuk lokasi,
 comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
Setelah dilakukan tinfakan dan faktor presipitasi
DS: keperawatan selama …. Pasien  Observasi reaksi nonverbal dari
- Laporan secara verbal tidak mengalami nyeri, dengan ketidaknyamanan
DO: kriteria hasil:  Bantu pasien dan keluarga untuk
- Posisi untuk menahan nyeri  Mampu mengontrol nyeri (tahu mencari dan menemukan dukungan
- Tingkah laku berhati-hati penyebab nyeri, mampu  Kontrol lingkungan yang dapat
- Gangguan tidur (mata sayu, menggunakan tehnik mempengaruhi nyeri seperti suhu
tampak capek, sulit atau gerakan nonfarmakologi untuk ruangan, pencahayaan dan kebisingan
kacau, menyeringai) mengurangi nyeri, mencari  Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Terfokus pada diri sendiri bantuan)  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
- Fokus menyempit (penurunan
 Melaporkan bahwa nyeri menentukan intervensi
persepsi waktu, kerusakan proses  Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
berkurang dengan menggunakan
berpikir, penurunan interaksi napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
manajemen nyeri
dengan orang dan lingkungan)
 Mampu mengenali nyeri (skala, hangat/ dingin
- Tingkah laku distraksi, contoh :  Berikan analgetik untuk mengurangi
intensitas, frekuensi dan tanda
jalan-jalan, menemui orang lain nyeri: ……...
nyeri)
dan/atau aktivitas, aktivitas  Tingkatkan istirahat
berulang-ulang)  Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang  Berikan informasi tentang nyeri seperti
- Respon autonom (seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
diaphoresis, perubahan tekanan  Tanda vital dalam rentang
normal berkurang dan antisipasi
darah, perubahan nafas, nadi dan ketidaknyamanan dari prosedur
dilatasi pupil)  Tidak mengalami gangguan tidur
 Monitor vital sign sebelum dan sesudah
- Perubahan autonomic dalam pemberian analgesik pertama kali
tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif (contoh :
gelisah, merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan
dan minum
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

NOC: NIC :
Hipertermia b.d proses Thermoregulasi  Monitor suhu sesering mungkin
 Monitor warna dan suhu kulit
infeksi Setelah dilakukan tindakan  Monitor tekanan darah, nadi dan RR
keperawatan selama………..pasien  Monitor penurunan tingkat kesadaran
menunjukkan :  Monitor WBC, Hb, dan Hct
Suhu tubuh dalam batas normal  Monitor intake dan output
DO/DS: dengan kreiteria hasil:  Berikan anti piretik:
 kenaikan suhu tubuh diatas  Suhu 36 – 37C  Kelola
rentang normal  Nadi dan RR dalam rentang Antibiotik:………………………..
 serangan atau konvulsi normal  Selimuti pasien
(kejang)  Tidak ada perubahan warna  Berikan cairan intravena
 kulit kemerahan kulit dan tidak ada pusing,  Kompres pasien pada lipat paha dan
 pertambahan RR merasa nyaman aksila
 takikardi  Tingkatkan sirkulasi udara
 Kulit teraba panas/ hangat  Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Monitor hidrasi seperti turgor kulit,
kelembaban membran mukosa)

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

nutrisi : kurang dari NOC:  Kaji adanya alergi makanan


a. Nutritional status: Adequacy  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kebutuhan tubuh b.d of nutrient menentukan jumlah kalori dan nutrisi
b. Nutritional Status : food and yang dibutuhkan pasien
anoreksia, mual, muntah Fluid Intake  Yakinkan diet yang dimakan
c. Weight Control mengandung tinggi serat untuk
Setelah dilakukan tindakan mencegah konstipasi
keperawatan selama….nutrisi  Ajarkan pasien bagaimana membuat
DS:
kurang teratasi dengan indikator: catatan makanan harian.
- Nyeri abdomen
 Albumin serum  Monitor adanya penurunan BB dan gula
- Muntah
 Pre albumin serum darah
- Kejang perut
 Hematokrit  Monitor lingkungan selama makan
- Rasa penuh tiba-tiba setelah
 Hemoglobin  Jadwalkan pengobatan dan tindakan
makan
 Total iron binding capacity tidak selama jam makan
DO:
 Jumlah limfosit  Monitor turgor kulit
- Diare
 Monitor kekeringan, rambut kusam, total
- Rontok rambut yang berlebih
protein, Hb dan kadar Ht
- Kurang nafsu makan
 Monitor mual dan muntah
- Bising usus berlebih
 Monitor pucat, kemerahan, dan
- Konjungtiva pucat
kekeringan jaringan konjungtiva
- Denyut nadi lemah
 Monitor intake nuntrisi
 Informasikan pada klien dan keluarga
tentang manfaat nutrisi
 Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler atau fowler
tinggi selama makan
 Kelola pemberan anti emetik:.....
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oval

Anda mungkin juga menyukai