Anda di halaman 1dari 2

Jangan Menyerah

“Ma, aku berangkat sekolah ya ma…” ucap Budi sambil pamit ke ibunya. Budi adalah
anak pertama dari dua bersaudara. Ayahnya sudah tiada saat Budi masi berumur 2 tahun. Ia
kini tinggal bersama ibunya yang bekerja sebagai tukang gado-gado dan adik perempuannya
yang sedang berbaring sakit. Budi duduk di bangku sekolah menengah pertama. Walaupun
Budi adalah anak yang kurang mampu namun, sebenarnya Budi merupakan anak yang pandai
dan baik hati. Tiap hari Budi membanting tulang menyapu jalan demi mendapatkan uang
untuk membantu membiayai hidup keluarganya dan obat untuk adik kesayangannya. Ia harus
bekerja untuk menggantikan peran ayahnya yang sudah tiada.

Suatu hari Budi berangkat sekiolah. Di sekolah tiba-tiba ia dikejutkan dengan sepucuk
surat di mejanya. Ia membukanya dan membacanya. Isi surat tersebut adalah tunggakan uang
sekolah yang belum dibayarkannya. Budi bingung dan juga khawatir. “Apakah aku mampu
untuk membayar uang tersebut dalam waktu yang singkat? Apakah aku harus berhenti
sekolah atau tidak? Jika berhenti sekolah berarti aku harus menyerahkan impian terbesarku
yaitu lulus sekolah sampai kuliah.” Gumam Budi. Ia melanjutkan harinya dengan termenung.
Penjelasan yang diberikan gurunya pun juga diabaikan. Ia memikirkan sebuah ide yang
mungkin bisa dipakai. Esok harinya ia memutuskan untuk tidak masuk sekolah. Pak Rudi,
wali kelas Budi pun bingung. Ia lantas menghampiri rumah Budi dan bertanya alasan kenapa
Budi tidak masuk. Ibunya menjawab dengan terus terang. Budi pergi ke kota untuk mencari
uang dengan berjualan Koran demi membayar uang sekolahya. Cukup lama mereka berbicara
akhirnya Pak Rudi berhasil memikirkan cara untuk Budi. Pak Rudi pun berkata bahwa ia
akan mendaftarkan Budi ke jalur beasiswa karena ia tahu bahwa Budi adalah murid yang
pintar. Ibu Budi sangat senang dan segera menghampiri Budi yang sedang bekerja. Ia
menyampaikan kabar yang gembira itu pada Budi. Budi sangat terharu atas kebaikan yang
dilakukan Pak Rudi.

Bud langsung masuk sekolah saat ia mendapat kabar gembira ini. Ia langsung demi
mendapatkan beasiswa ini. Ia tidak lupa untuk berdoa agar bisa mendapatkan beasiswa. Budi
juga meminta bantuan Pak Rudi untuk mengajarinya mata pelajaran yang dianggapnya susah.
Saat tes beasiswanya dimulai, Budi mengerjakannya dengan serius. Ia tidak memperdulikan
gangguan apapun saat mengerjakan tesnya. Ia benar benar ingin mendapatkan beasiswa ini.
Budi akhirnya berhasil mengerjakan tesnya. Saat hasilnya keluar dan ternyata ia satu-satunya
orang yang mendapatkan beasiswanya. Ia sangat senang dan puas dengan hasilnya ini begitu
juga dengan keluarganya dan Pak Rudi. Ia akhirnya mampu lulus dan menjadi salah satu
lulusan terbaik di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai