METODOLOGI PENELITIAN
DMAA digunakan sebagai molekul cetakan.
Akrilamida digunakan sebagai monomer fungsional karena memberikan
interaksi yang baik dengan molekul cetakan.
EGDMA digunakan sebagai pengikat silang, karena dapat membentuk polimer
yang rigid serta kokoh secara fisik, memiliki porositas yang baik dan mudah
terpolimerisasi.
AIBN sebagai inisiator, karena termasuk senyawa azo yang pada suhu 60ᵒC
dapat membentuk radikal bebas untuk menginisiasi polimerisasi.
Kloroform sebagai pelarut porogeni, karena DMAA larut sempurna dalam
kloroform.
1. SINTESIS MIP
DMAA dilarutkan dalam kloroform pada botol, disonikasi untuk memastikan
seluruhnya terlarut. + Akrilamida, sonikasi, untuk pengenalan molekul cetakan
terhadap monomer fungsioanl. + EGDMA, sonikasi, agar seluruhnya
tercampur homogen. + AIBN, sonikasi dan dialiri gas nitrogen untuk
menghilangkan oksigen. Penghilangan gas oksigen dengan mengalirkan gas
inert setelah penambahan AIBN karena gas oksigen dapat memperlambat
terjadinya polimerisasi.
2. PELEPASAN MOLEKUL CETAKAN
Pelepasan dilakukan terhadap MIP hasil sintesis dengan cara ekstraksi
menggunakan kloroform sebagai pelarut, ultrasonikasi selama 15 menit.
Kloroform merupakan pelarut nonpolar sehingga membantu pembentukan
kompleks antara molekul cetakan dan monomer fungsional melalui interaksi
nonkovalen.
Pelepasan molekul cetakan dilakukan menggunakan ekstraksi ultrasonikasi.
Keuntungan metode ekstraksi ultrasonikasi yaitu instrumen sederhana, tidak
menimbulkan dampak buruk pada morfologi polimer dan memberikan hasil
ekstraksi yang baik. Keterbatasan metode ini terletak pada waktu dan jumlah
pelarut yang digunakan.
Ekstraksi dilakukan secara berulang hingga molekul cetakan terlepas dengan
sempurna dari monomer. Pelarut sisa ekstraksi dianalisis dengan spektro.