Anda di halaman 1dari 3

LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengenal kata doping, tetapi


secara umum doping sering dipersepsikan sebagai zat penambah stamina pada
bidang olahraga.
Persaingan prestasi dibidang olahraga yang semakin ketat membuat
sebagian atlet sering menghalalkan berbagai cara, misalnya dengan menggunakan
doping. Doping sering disalahgunakan dalam bidang olahraga oleh para atlet
karena doping ini dapat meningkatkan performa, menambah stamina, menambah
rasa percaya diri, menambah kekuatan, meningkatkan keberanian, dan penghilang
rasa sakit. Tetapi penggunaan doping jika digunakan dalam waktu yang lama
dapat menimbulkan efek yang negatif yaitu menimbulkan kejang otot, mual, sakit
kepala dan pingsan. Pemakaian yang terlalu sering juga dapat menyebabkan
gangguan ginjal dan jantung.
Menurut World Anti-Doping Agency (WADA) dalam “The 2018
Prohibited List International Standard” disebutkan jenis-jenis doping yang
dilarang, salah satunya yaitu golongan stimulan. Untuk golongan stimulan
senyawa yang paling banyak digunakan adalah dimetilamilamin (DMAA).
DMAA merupakan stimulan sistem saraf pusat yang dilarang terkandung
dalam suplemen makanan karena memiliki struktur yang mirip dengan amfetamin
(AEPSAD, 2014). Kandungan DMAA dalam suplemen makanan dengan dosis
lebih tinggi dari 100-200 mg akan menyebabkan efek samping yang serius yaitu
dapat menyempitkan pembuluh darah yang memiliki efek terhadap jantung, paru-
paru dan organ reproduksi.
Pada tahun 2010 dan 2011, beberapa atlet didiskualifikasi dari berbagai
kegiatan cabang olahraga karena terdeteksi DMAA pada saat tes narkoba. Pada
bulan Desember 2010, Journal of Medical Association Selandia Baru melaporkan
bahwa seorang pria berumur 21 tahun menderita pendarahan serius setelah
mengkonsumsi pil yang mengandung DMAA dan minuman beralkohol. Pada
Desember 2011, dilaporkan bahwa kematian dua tentara Amerika Serikat diduga
akibat penggunaan suplemen DMAA. Pernyataan tersebut dilaporkan juga oleh
United Natural Product Alliance (UNPA) pada bulan Januari 2012.
Senyawa DMAA biasanya terdapat dalam sampel suplemen yang
mengandung protein salah satunya. Dengan meningkatnya penyalahgunaan
doping DMAA maka diperlukan penelitian untuk menganalisis dan memisahkan
senyawa tersebut. Salah satu teknik pemisahan yang banyak dikembangkan yaitu
polimer tercetak molekul ekstraksi fase padat (MISPE). MISPE menggunakan
sorben berupa bahan yang dikenal sebagai Molecular Imprinted Polymer (MIP)
(Ye, 2015). Molecular Imprinted Polymer (MIP) merupakan salah satu teknik
pemisahan terbaru dengan pembuatan pengenalan molekul secara selektif melalui
pencetakan molekul tersebut pada bahan polimer.

METODOLOGI PENELITIAN
 DMAA digunakan sebagai molekul cetakan.
 Akrilamida digunakan sebagai monomer fungsional karena memberikan
interaksi yang baik dengan molekul cetakan.
 EGDMA digunakan sebagai pengikat silang, karena dapat membentuk polimer
yang rigid serta kokoh secara fisik, memiliki porositas yang baik dan mudah
terpolimerisasi.
 AIBN sebagai inisiator, karena termasuk senyawa azo yang pada suhu 60ᵒC
dapat membentuk radikal bebas untuk menginisiasi polimerisasi.
 Kloroform sebagai pelarut porogeni, karena DMAA larut sempurna dalam
kloroform.

1. SINTESIS MIP
DMAA dilarutkan dalam kloroform pada botol, disonikasi untuk memastikan
seluruhnya terlarut. + Akrilamida, sonikasi, untuk pengenalan molekul cetakan
terhadap monomer fungsioanl. + EGDMA, sonikasi, agar seluruhnya
tercampur homogen. + AIBN, sonikasi dan dialiri gas nitrogen untuk
menghilangkan oksigen. Penghilangan gas oksigen dengan mengalirkan gas
inert setelah penambahan AIBN karena gas oksigen dapat memperlambat
terjadinya polimerisasi.
2. PELEPASAN MOLEKUL CETAKAN
Pelepasan dilakukan terhadap MIP hasil sintesis dengan cara ekstraksi
menggunakan kloroform sebagai pelarut, ultrasonikasi selama 15 menit.
Kloroform merupakan pelarut nonpolar sehingga membantu pembentukan
kompleks antara molekul cetakan dan monomer fungsional melalui interaksi
nonkovalen.
Pelepasan molekul cetakan dilakukan menggunakan ekstraksi ultrasonikasi.
Keuntungan metode ekstraksi ultrasonikasi yaitu instrumen sederhana, tidak
menimbulkan dampak buruk pada morfologi polimer dan memberikan hasil
ekstraksi yang baik. Keterbatasan metode ini terletak pada waktu dan jumlah
pelarut yang digunakan.
Ekstraksi dilakukan secara berulang hingga molekul cetakan terlepas dengan
sempurna dari monomer. Pelarut sisa ekstraksi dianalisis dengan spektro.

Anda mungkin juga menyukai